Upload
ocha-srimaheny
View
84
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia kini sudah hampir setiap orang pandai menggunakan alat-alat elektronik
seperti computer, laptop, handphone, dll. Untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan atas
alat-alat tersebut, maka perlu dibuatnya hukum-hukum yang menyangkut masalah tersebut
yang sering disebut dengan Hak Cipta.
Hak cipta adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur
penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta
merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan
pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada
umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.
Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau "ciptaan".
Ciptaan tersebut dapat mencakup puisi, drama, serta karya tulis lainnya, film, karya-karya
koreografis (tari, balet, dan sebagainya), komposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar,
patung, foto, perangkat lunak komputer, siaran radio dan televisi, dan (dalam yurisdiksi
tertentu) desain industri.
Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hak cipta
berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti paten, yang
memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi), karena hak cipta bukan merupakan hak
monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain yang
melakukannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah yang nantinya adalah merupakan pokok pembahasan di dalam penulisan makalah
ini. Adapun beberapa permasalahan yang penyusun kemukakan adalah sebagai berikut :
1. Apa tujuan adanya Hak Cipta ?
Hak Atas Kekayaan Intelektual
7
2. Bagaimana peranan Hak Cipta dalam karya seni ?
3. Apa upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi adanya penyalahgunaan atau
pelanggaran ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan dari permasalahan yang diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan penyusunan makalan ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk memperdalam pengetahuan tentang Hak Cipta.
b. Untuk mengetahui peranan Hak Cipta di kehidupan sehari-hari.
c. Untuk mengetahui upaya apa sajakah yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi
adanya penyalahgunaan atau pelanggaran.
1.4 Manfaat Penulisan
a. Bermanfaat untuk menambah wawasan tentang Hak Cipta
b. Bermanfaat untuk mengetahui peranan Hak Cipta di kehidupan sehari-hari.
c. Bermanfaat untuk mengetahui upaya apa sajakah yang dilakukan pemerintah untuk
mengantisipasi adanya penyalahgunaan atau pelanggaran.
Hak Atas Kekayaan Intelektual
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (HAKI)
Konsep hak cipta di Indonesia merupakan terjemahan dari konsep copyright dalam bahasa
Inggris (secara harafiah artinya "hak salin"). Copyright ini diciptakan sejalan dengan penemuan mesin
cetak. Sebelum penemuan mesin ini oleh Gutenberg, proses untuk membuat salinan dari sebuah karya
tulisan memerlukan tenaga dan biaya yang hampir sama dengan proses pembuatan karya aslinya.
Sehingga, kemungkinan besar para penerbitlah, bukan para pengarang, yang pertama kali meminta
perlindungan hukum terhadap karya cetak yang dapat disalin.
Awalnya, hak monopoli tersebut diberikan langsung kepada penerbit untuk menjual karya
cetak. Baru ketika peraturan hukum tentang copyright mulai diundangkan pada tahun 1710 dengan
Statute of Anne di Inggris, hak tersebut diberikan ke pengarang, bukan penerbit. Peraturan tersebut
juga mencakup perlindungan kepada konsumen yang menjamin bahwa penerbit tidak dapat mengatur
penggunaan karya cetak tersebut setelah transaksi jual beli berlangsung. Selain itu, peraturan tersebut
juga mengatur masa berlaku hak eksklusif bagi pemegang copyright, yaitu selama 28 tahun, yang
kemudian setelah itu karya tersebut menjadi milik umum.
Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works ("Konvensi Bern tentang
Perlindungan Karya Seni dan Sastra" atau "Konvensi Bern") pada tahun 1886 adalah yang pertama
kali mengatur masalah copyright antara negara-negara berdaulat. Dalam konvensi ini, copyright
diberikan secara otomatis kepada karya cipta, dan pengarang tidak harus mendaftarkan karyanya
untuk mendapatkan copyright. Segera setelah sebuah karya dicetak atau disimpan dalam satu media,
si pengarang otomatis mendapatkan hak eksklusif copyright terhadap karya tersebut dan juga terhadap
karya derivatifnya, hingga si pengarang secara eksplisit menyatakan sebaliknya atau hingga masa
berlaku copyright tersebut selesai.
B. SEJARAH HAKI DI INDONESIA
Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia keluar dari Konvensi Bern
agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karsa bangsa asing tanpa
harus membayar royalti.
Pada tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta berdasarkan
Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 tahun 1912 dan menetapkan Undang-undang Nomor 6 Tahun
1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan undang-undang hak cipta yang pertama di Indonesia.
Undang-undang tersebut kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-
undang Nomor 12 Tahun 1997, dan pada akhirnya dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
yang kini berlaku.
Hak Atas Kekayaan Intelektual
7
Perubahan undang-undang tersebut juga tak lepas dari peran Indonesia dalam pergaulan
antarnegara. Pada tahun 1994, pemerintah meratifikasi pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia
(World Trade Organization – WTO), yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of
Intellectual Propertyrights - TRIPs ("Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan
Intelektual"). Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994.
Pada tahun 1997, pemerintah meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui Keputusan Presiden Nomor
18 Tahun 1997 dan juga meratifikasi World Intellectual Property Organization Copyrights Treaty
("Perjanjian Hak Cipta WIPO") melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.
C. PENGERTIAN HAKI
Hak Atas Kekayaan Intelektual merupakan hak yang diberikan kepada orang-orang atas hasil
dari buah pikiran mereka. Biasanya hak eksklusif tersebut diberikan atas penggunaan dari hasil buah
pikiran si pencipta dalam kurun waktu tertentu. HAKI adalah hak yang berasal dari hasil kegiatan
kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam
berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia, juga
mempunyai nilai ekonomis.
Hak cipta diberikan kepada pencipta atas karya ciptanya, orang/kelompok/badan hukum yang
menerima hak tersebut dari pemegangnya, atau orang/kelompok/badan hukum yang menerima hak
cipta dari orang/kelompok/badan hukum yang diserahi hak cipta oleh pemegangnya. Hak kepemilikan
didapatkan secara otomatis begitu seseorang menghasilkan karya cipta. Tidak ada keharusan untuk
mendaftarkannya pada suatu badan pengelola HAKI. Akan tetapi hak cipta yang terdaftar akan sangat
berguna untuk proses penyelesaian jika terjadi pelanggaran terhadap hak cipta tersebut. Hak cipta
bukan melindungi suatu ide atau konsep, tetapi melindungi bagaimana ide atau konsep itu
diekspresikan dan dikerjakan. Tidak diperlukan pengujian, tetapi karya harus original, dibuat sendiri,
bukan copy dari sumber lain, dan penciptanya harus berkonstribusi tenaga dan keahlian.
Beberapa segi positif dari pendaftaran hak cipta antara lain :
a. pencipta/pemegang hak cipta memperoleh kepastian hukum setelah pendaftaran hak ciptanya
disahkan oleh pejabat yang berwenang.
b. apabila terjadi sengketa tentang hak cipta, umumnya ciptaan yang telah didaftarkan
berkedudukan hukum lebih kuat, fakta pembuktiannya lebih akurat.
c. pelimpahan hak cipta/pewarisan dan sebagainya lebih mudah dan mantap apabila telah
terdaftar.
D. HAK-HAK YANG TERCANGKUP DALAM HAK CIPTA
A. Hak Eksklusif → bahwa hanya pemegang hak ciptalah yang bebas melaksanakan hak cipta
tersebut, sementara orang atau pihak lain dilarang melaksanakan hak
cipta tersebut tanpa persetujuan pemegang hak cipta.
Hak Atas Kekayaan Intelektual
7
Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak cipta adalah
hak untuk:
o Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut
(termasuk, pada umumnya, salinan elektronik),
o Mengimpor dan mengekspor ciptaan,
o Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi ciptaan),
o Menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum,
o Menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak lain.
B. Hak Ekonomi dan Hak Moral
Hak cipta di Indonesia juga mengenal konsep "hak ekonomi" dan "hak moral". Hak
ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan, sedangkan hak
moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku (seni, rekaman, siaran) yang
tidak dapat dihilangkan dengan alasan apa pun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah
dialihkan. Contoh pelaksanaan hak moral adalah pencantuman nama pencipta pada ciptaan,
walaupun misalnya hak cipta atas ciptaan tersebut sudah dijual untuk dimanfaatkan pihak
lain. Hak moral diatur dalam pasal 24–26 Undang-undang Hak Cipta. Secara umum, hak
moral mencakup hak agar ciptaan tidak diubah atau dirusak tanpa persetujuan, dan hak
untuk diakui sebagai pencipta ciptaan tersebut
E. UNDANG-UNDANG HAK CIPTA
1. Undang-Undang Paten → Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2001, paten adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang
teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya (Pasal 1 Ayat 1).
2. Undang-Undang Hak Merek → Menurut Undang-Undang No. 15 2001, merek adalah tanda
yang berupa gambar, nama, kata, huruf- huruf, angka- angka, susunan warna, atau kombinasi
dari unsur- unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa.(Pasal 1 Ayat 1).
3. Undang-Undang Hak Cipta → Menurut Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2002, Hak Cipta
adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.(Pasal 1 ayat
1)
F. MASA BERLAKU HAK CIPTA
Hak Atas Kekayaan Intelektual
7
Hak cipta berlaku seketika setelah ciptaan tersebut dibuat. Hak cipta tidak perlu didaftarkan
terlebih dahulu. Menurut pasal 30 Undang-Undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002, masa berlakunya
hak cipta atas ciptaan program computer dan database adalah minimal 50 tahun sejak pertama kali
dicantumkan. Selain itu, pasal 31 Ayat (2) juga menyatakan bahwa hak cipta atas ciptaan yang
dilaksanakan oleh penerbit berdasarkan Pasal 11 Ayat (2) berlaku selama 50 tahun sejak ciptaan
tersebut pertama kali diterbitkan.
UU Hak Cipta menyatakan bahwa untuk hak cipta yang masa berlakunya belum habis, tetapi
pemilik hak cipta tersebut telah meninggal dunia, hak cipta tersebut dapat diwariskan kepada ahli
warisnya sampai masa berlakunya habis.
G. KETENTUAN PIDANA PELANGGARAN HAK CIPTA
Undang-undang tentang Hak Cipta BAB XIII KETENTUAN PIDANA
Pasal 72
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama
7 tahun dan/denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau
hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 tahun dan/denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
3. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk
kepentingan komersial suatu program computer dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 tahun dan/denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
4. Barang siapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 tahun dan/denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
5. Barang siapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan/denda paling banyak Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Hak Atas Kekayaan Intelektual
7
6. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 25
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan/denda paling banyak Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
7. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 tahun dan/denda paling banyak Rp 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah).
8. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 tahun dan/denda paling banyak Rp 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah).
9. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 28 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 tahun dan/denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00
(satu miliar lima ratus juta rupiah).
H. KRITIK ATAS KONSEP HAK CIPTA
Kritikan-kritikan terhadap hak cipta secara umum dapat dibedakan menjadi dua sisi, yaitu sisi
yang berpendapat bahwa konsep hak cipta tidak pernah menguntungkan masyarakat serta selalu
memperkaya beberapa pihak dengan mengorbankan kreativitas, dan sisi yang berpendapat bahwa
konsep hak cipta sekarang harus diperbaiki agar sesuai dengan kondisi sekarang, yaitu adanya
masyarakat informasi baru.
Keberhasilan proyek perangkat lunak bebas seperti Linux, Mozilla Firefox, dan Server HTTP
Apache telah menunjukkan bahwa ciptaan bermutu dapat dibuat tanpa adanya sistem sewa bersifat
monopoli berlandaskan hak cipta. Produk-produk tersebut menggunakan hak cipta untuk memperkuat
persyaratan lisensinya, yang dirancang untuk memastikan kebebasan ciptaan dan tidak menerapkan
hak eksklusif yang bermotif uang; lisensi semacam itu disebut copyleft atau lisensi perangkat lunak
bebas.
Hak Atas Kekayaan Intelektual
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan :
1. Hak Atas Kekayaan Intelektual merupakan hak yang diberikan kepada orang-orang
atas hasil dari buah pikiran mereka. Biasanya hak eksklusif tersebut diberikan atas
penggunaan dari hasil buah pikiran si pencipta dalam kurun waktu tertentu. HAKI adalah hak
yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang
diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat
serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia, juga mempunyai nilai ekonomis.
Hak cipta diberikan kepada pencipta atas karya ciptanya, orang/kelompok/badan
hukum yang menerima hak tersebut dari pemegangnya, atau orang/kelompok/badan hukum
yang menerima hak cipta dari orang/kelompok/badan hukum yang diserahi hak cipta oleh
pemegangnya. Hak kepemilikan didapatkan secara otomatis begitu seseorang menghasilkan
karya cipta. Tidak ada keharusan untuk mendaftarkannya pada suatu badan pengelola HAKI.
Akan tetapi hak cipta yang terdaftar akan sangat berguna untuk proses penyelesaian jika
terjadi pelanggaran terhadap hak cipta tersebut. Hak cipta bukan melindungi suatu ide atau
konsep, tetapi melindungi bagaimana ide atau konsep itu diekspresikan dan dikerjakan. Tidak
diperlukan pengujian, tetapi karya harus original, dibuat sendiri, bukan copy dari sumber lain,
dan penciptanya harus berkonstribusi tenaga dan keahlian.
2. Hak cipta dapat memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi
penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan, hak cipta harus didaftarkan terlebih
dahulu, Pencipta/pemegang hak cipta memperoleh kepastian hukum setelah pendaftaran
hak ciptanya disahkan oleh pejabat yang berwenang, apabila terjadi sengketa tentang hak
cipta, umumnya ciptaan yang telah didaftarkan berkedudukan hukum lebih kuat, fakta
pembuktiannya lebih akurat, pelimpahan hak cipta/pewarisan dan sebagainya lebih mudah
dan mantap apabila telah terdaftar.
Hak Atas Kekayaan Intelektual
7
3. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan
atau pelanggaran adalah dengan membuat Undang-undang dan ketentuan-ketentuan pidana
pelanggaran Hak Cipta.
3.2 Saran
Melalui karya tulis ini dapat disampaikan saran-saran sebagai barikut :
1. Bagi siswa agar lebih memperhatikan atau mempelajari Hak Cipta yang ada.
2. Bagi lembaga sekolah agar lebih memandu siswa untuk memahami apa itu hak
cipta.
Hak Atas Kekayaan Intelektual