32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filsafat Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang keberadaannya telah menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpikiran maju dengan sifat terbuka, rasional, kritis obyektif, berorientasi ke depan, dinamis dan mau mengikuti zaman, tanpa meninggalkan prinsip atau ajaran dasar yang bersifat asasi cenderung mau menerima pemikiran Filsafat Islam. Sedangkan bagi mereka yang bersifat tradisional yang hanya berpegang teguh kepada doktrin ajaran Al-Quran dan al-Hadits secara tekstual, cenderung kurang mau menerima filsafat, bahkan menolaknya karena takut dapat melemahkan iman. Dengan mengkaji penelitian filsafat yang dilakukan para ahli maka kita dapat memiliki suatu peluang untuk meraih kembali kejayaan Islam di bidang ilmu pengetahuan sebagaimana yang pernah dialami di Zaman Klasik, seperti Al-Kindi yang merupakan satu di antara tokoh filsuf muslim yang pernah hidup di zamannya. Al-Kindi adalah orang yang pertama kali mengenalkan filsafat kepada orang-orang muslim dan juga sebagai peletak dasar bagi para filosof setelahnya. Apabila orang-orang muslim yang tadinya ragu terhadap filsafat, kini dengan hadirnya Al-Kindi, orang- orang muslim menjadi yakin dan dapat menerima filsafat. Filsafat merupakan suatu ilmu yang penting dan dapat memberikan manfaat, khususnya bagi orang-orang muslim. Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 1

Makalah Filsafat Isi

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang keberadaannya telah

menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpikiran maju dengan sifat

terbuka, rasional, kritis obyektif, berorientasi ke depan, dinamis dan mau mengikuti

zaman, tanpa meninggalkan prinsip atau ajaran dasar yang bersifat asasi cenderung mau

menerima pemikiran Filsafat Islam. Sedangkan bagi mereka yang bersifat tradisional

yang hanya berpegang teguh kepada doktrin ajaran Al-Quran dan al-Hadits secara

tekstual, cenderung kurang mau menerima filsafat, bahkan menolaknya karena takut

dapat melemahkan iman.

Dengan mengkaji penelitian filsafat yang dilakukan para ahli maka kita dapat

memiliki suatu peluang untuk meraih kembali kejayaan Islam di bidang ilmu

pengetahuan sebagaimana yang pernah dialami di Zaman Klasik, seperti Al-Kindi yang

merupakan satu di antara tokoh filsuf muslim yang pernah hidup di zamannya. Al-Kindi

adalah orang yang pertama kali mengenalkan filsafat kepada orang-orang muslim dan

juga sebagai peletak dasar bagi para filosof setelahnya. Apabila orang-orang muslim

yang tadinya ragu terhadap filsafat, kini dengan hadirnya Al-Kindi, orang-orang muslim

menjadi yakin dan dapat menerima filsafat.

Filsafat merupakan suatu ilmu yang penting dan dapat memberikan manfaat,

khususnya bagi orang-orang muslim. Filsafat bagi umat muslim pada masa kini terasa

lebih diperlukan dalam tantangan zaman pada era globalisasi yang semakin berat dan

banyak tantangan. Untuk itu, pada makalah ini penulis akan mengkaji mengenai filsafat

dan filsafat Islam, fungsi, serta tokoh-tokoh filsafat Islam dan pemikirannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian filsafat dan filsafat islam?

2. Apa fungsi filsafat?

3. Bagaimana peranan dan pemikiran dari para tokoh filsafat islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa pengertian filsafat dan filsafat islam.

2. Untuk mengetahui peranan filsafat dan filsafat Islam.

3. Untuk mengetahui hal-hal mengenai filsafat dan kandungannya.

4. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran filsafat Islam.

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 1

5. Untuk mengetahui tokoh-tokoh filsafat islam.

6. Untuk mengetahui bagaimana peranan para tokoh filsafat islam dalam

perkembangan islam di dunia.

D. Manfaat Penulisan

1. Dengan mempelajari filsafat, maka masyarakat mampu berpikir lebih kritis.

2. Lebih mengenal para tokoh filsafat islam.

3. Filsafat dapat memperluas pandangan dalam menghadapi permasalahan dan

persoalan di kehidupan.

4. Dengan filsafat, kita dapat memahami agama dengan lebih kritis dan lebih dalam.

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Filsafat dan Filsafat Islam

Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari

bahasa Arab ,فلسفة yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia.

Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia =

persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya

adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari

bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya.

Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”.

Filsafat islam adalah perkembangan pemikiran umat islam dalam masalah

ketuhanan, kenabian, manusia dan alam semesta yang disinari ajaran islam. Adapun

definisinya secara khusus sebagai berikut :

1. Ibrahim Madkur, filasafat islam adalah pemikiran yang lahir dalam dunia islam

untuk menjawab tantangan zaman, yang meliputi Allah dan alam semesta, wahyu

dan akal, agama dan filsafat.

2. Ahmad Fu’ad Al-Ahwaniy, filsafat islam adalah pembahasan tentang alam dan

manusia yang disinari ajaran islam.

3. Muhammad Al-‘Athif Al-‘iraqy, filsafat islam secara umum di dalamnya tercakup

ilmu kalam, ilmu ushul fiqih, ilmu tasawwuf, dan ilmu pengetahuan lainnya yang

diciptakan oleh intelektual islam. Pengertiannya secara khusus, ialah pokok-pokok

atau dasar-dasar pemikiran filosofis yang dikemukaan para filosof muslim.

Jelaslah bahwa filsafat islam merupakan hasil pemikiran umat islam secara

keseluruhan. Pemikiran umat islam ini merupakan buah dari dorongan ajaran Al-Qur’an

dan Hadist. Dengan kata lain, umat islam merupakan pewaris tradisi peradaban ketiga

bangsa tersebut, yang sebelumnya telah mewarisi pula peradaban bangsa sekitarnya

seperti Babilonia, Mesir, Ibrani, dan lainnya.[1]

B. Fungsi Filsafat

Fungsi filsafat adalah sebagai berikut :

1. Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.

1[] http://syarifahanis.blogspot.com/2012/04/pengantar-filsafat-dan-filsafat-islam.html

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 3

2. Membantu memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan

pandangan dunia.

3. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan

4. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek

kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.[2]

C. Tokoh-Tokoh Filsafat Islam dan Pemikirannya

1. Al-Kindi

Profil Al-Kindi

Ya’qub bin Ishaq al-Shabbah Al-Kindi (sekitar 801-866 M) atau biasa dikenal

dengan nama Al-Kindi diakui oleh banyak ilmuwan dan para akademisi sebagai

perintis dunia filosofi Arab. Al-Kindi memiliki peran besar lewat hasil

pemikiriran-pemikirannya yang luar biasa. Beliau adalah laki-laki Renaissance di

dunia Arab bahkan ratusan tahun sebelum Renaissance terjadi di Eropa. Rasa ingin

tahunya yang tak pernah terpuaskan dan pencariannya terhadap pengetahuan

menyebabkan segala jenis bidang ilmu pada masa hidupnya berada dalam lingkup

keahliannya.

Al-Kindi dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185 H (801 M) dari keluarga kaya

dan terhormat. Beliau berasal dari kabilah kindah, termasuk kabilah terpandang di

kalangan masyarakat Arab dan  bermukim di daerah Yaman dan Hijaz. Setelah

dewasa Al-Kindi pergi ke Baghdad dan mendapat perlindungan dari khalifah al-

Ma’mun (813-833 H) dan khalifah al-Mu’tasim (833-842 H). Al-Kindi hidup

selama masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, yaitu al-Amin (809-813M), al-

Ma’mun (813-833M), al-Mu’tasim (833-842M), al-Watiq (842-847M), dan al-

Mutawakil (847-841M).

Al-Kindi adalah seorang yang sangat cerdas dan pandai. Selain belajar filsafat

beliau juga menekuni dan ahli dalam bidang ilmu astronomi, ilmu ukur, ilmu alam

astrologi, ilmu pasti, ilmu seni musik, meteorologi, optika, kedokteran, politik dan

matematika. Penguasaanya terhadap filasafat dan disiplin ilmu lainnya telah

menempatkan beliau menjadi orang Islam pertama yang berkebangsaan Arab

dalam jajaran para filosof  terkemuka. Sehingga beliau dinilai pantas dalam

menyadang gelar Failasuf al-‘Arab (filosof berkebangsaan Arab).

2[] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/13/filsafat-ilmu/

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 4

Sepanjang hidupnya, Al-Kindi telah menulis antara 200 dan 270 buku serta

makalah. Tulisan-tulisan tersebut menjelaskan banyak teori-teori. Al-Kindi

berusaha menyesuaikan beberapa perbedaan yang telah memisahkan bangsa Timur

dan bangsa Barat selama ribuan tahun. Karya serta pemikirannya masih relevan

hingga masa kini dan memiliki pengaruh yang besar. Beliau adalah seorang Arab,

namun karya-karyanya serta pemikiran-pemikiranya melingkupi dan dapat dibaca,

dinikmati, serta dipelajari oleh semua orang di dunia.

Pemikiran Filsafat Al-Kindi

Al-Kindi mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang mulia serta baik yang

tidak bisa ditinggalkan oleh setiap orang yang berpikir. Filsafatnya tentang keesaan

Tuhan yang didasari pada wahyu dan proposisi filosofis. (Abboud, 2013)

Menurut Al-Kindi, filsafat adalah ilmu tentang hakikat (kebenaran) sesuatu

menurut kesanggupan manusia, ilmu ketuhanan, ilmu keesaan (wahdaniyah), ilmu

keutamaan (fadilah), ilmu tentang semua hal yang berguna dan cara

memperolehnya serta cara menjauhi perkara-perkara yang merugikan. Sehingga,

tujuan seorang filsuf bersifat teori, yaitu untuk mengetahui kebenaran dan bersifat

amalan, yaitu mewujudkan kebenaran tersebut dalam tindakan. (Abboud, 2013)

Abboud menyatakan bahwa filsafat bagi Al-Kindi adalah pengetahuan tentang

yang benar (knowledfe of truth). Di sinilah terlihat persamaan filsafat dengan

agama. Tujuan agama ialah menerangkan apa yang benar dan apa yang baik, begitu

pula tujuan tujuan filsafat. Disamping wahyu, agama menggunakan akal, dan

filsafat juga menggunakan akal. Yang benar pertama (the fisrt truth) bagi Al-Kindi

ialah Tuhan. Dengan demikian, pada dasarnya filsafat membahas soal Tuhan dan

agama.

Dalam keterangan, pemikiran Al-Kindi terdapat unsur-unsur pikiran Plato dan

Aristoteles. Unsur Aristoteles terlihat pada pembagian filsafat bersifat teori dan

amalan. Unsur Plato ialah tercermin dari pendefinisinya terhadap filsafat, karena

sebelum Al-Kindi, Plato telah mengatakan bahwa filsuf adalah orang yang

menghiasi dirinya dengan mencintai kebenaran serta penyelidikan, dan lebih

mengutamakan jalan keyakinan daripada dugaan (dhan).

Di sini kami akan memaparkan serta menjabarkan filsafat-filsafat dari

pemikiran-pemikiran Al-Kindi.

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 5

a. Filsafat Ketuhanan

Filsafat yang paling tinggi ialah filsafat tentang Tuhan. Sebagaimana yang

dikatakan Al-Kindi:

“Filsafat yang tekemuka dan tertinggi derajatnya adalah filsafat utama, yaitu

tentang yang Benar Pertama, yang menjadi sebab bagi segala yang benar”

Menurut Al-Kindi, Tuhan tak mempunyai hakikat, baik hakikat secara

juz’iyah atau aniyah (sebagian) maupun hakikat kulliyyah atau mahiyah

(keseluruhan). Tidak aniyah karena Tuhan tidak termasuk dalam benda-benda

yang ada dalam alam, bahkan Ia adalah Pencipta alam. Ia tidak tersusun materi

dan bentuk. Juga Tuhan tidak mempunyai hakikat dalam bentuk mahyiah,

karena Tuhan tidak merupakan genus atau species. Tuhan hanya satu, dan

tidak ada yang serupa dengan Tuhan. Tuhan itu unik. Ia adalah Yang Benar

Pertama dan Yang Benar Tunggal. Ia semata-mata satu.. hanya ialah yang satu,

selain Tuhan semuanya mengandung arti banyak.

Sesuai dengan paham yang ada dalam islam, Tuhan bagi Al-Kindi adalah

Pencipta dan bukan penggerak pertama seperti pendapat Aristoteles. Alam

bagi Al-Kindi bukan kekal di zaman lampau, tetapi mempunyai permulaan.

Karena itu dalam hal ini ia lebih dekat pada filsafat Platonius yang

mengatakan bahwa Yang Maha Satu adalah sumber dari alam ini dan sumber

dari segala yang ada. Alam ini adalah dari Yang Maha Esa.

b. Talfiq

Al-Kindi berusaha memadukan (talfiq) antara agama dan filsafat.

Menurutya filsafat adalah pengetahuan yang benar (knowledge of truth). Al-

Qur’an yang membawa argumen-argumen yang lebih meyakinkan dan benar

tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang dihasilkan oleh filsafat.

Karena itu mempelajari filsafat dan berfilsafat tidak dilarang bahkan teologi

bagian dari filsafat, sedangkan umat Islam diwajibkan mempelajari teologi.

Bertemunya agama dan filsafat dalam kebenaran dan kebaikan sekaligus

menjadi tujuan  dari keduanya. Agama disamping wahyu mempergunakan

akal, dan filsafat juga mempergunakan akal. Yang benar pertama bagi Al-

Kindi ialah Tuhan. Filsafat dengan demikian membahas tentang Tuhan dan

agama ini pulalah dasarnya. Filsafat yang paling tinggi ialah filsafat tentang

Tuhan.

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 6

Pengingkaran terhadap hasil-hasil filsafat karena adanya hal-hal yang

bertentangan dengan apa yang menurut mereka telah mutlak digariskan Al-

Qur’an. Hal semacam ini menurut Al-Kindi, tidak dapat dijadikan alasan untuk

menolak filsafat, karena hal itu dapat dilakukan ta’wil. Namun demikian, tidak

bisa dipungkiri perbedaaan antara keduanya, yaitu:

1) Filsafat termasuk humaniora yang dicapai filosof dengan berpikir, belajar,

sedangkan agama adalah ilmu ketuhanan yang menempati tingkat tertinggi

karena diperoleh tanpa melalui proses belajar, dan hanya diterima secara

langsung oleh para Rasul dalam bentuk wahyu.

2) Jawaban filsafat menunjukan ketidakpastian (semu) dan memerlukan berpikir

atau perenungan. Sedangkan agama lewat dalil-dalilnya yang dibawa Al-Quran

memberi jawaban secara pasti dan menyakinkan dengan mutlak.

3) Filsafat mempergunakan metode logika, sedangkan agama mendekatinya dengan

keimanan.

Walaupun Al-Kindi termasuk pengikut rasionalisme dalam arti umum, tetapi ia

tidak mendewa-dewakan akal.

c. Filsafat Jiwa

Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad Saw. tidak menjelaskan tegas

tentang roh dan jiwa. Bahkan Al-Quran sebagai pokok sumber ajaran Islam

menginformasikan bahwa manusia tidak akan mengetahui hakikat ruh karena

itu urusan Allah bukan Manusia. Dengan adanya hal tersebut, kaum filosof

Muslim membahas jiwa berdasarkan pada falsafat jiwa yang dikemukakan

para filosof  Yunani, kemudian mereka selaraskan dengan ajaran Islam.

Al-Kindi juga mengatakan bahwa jiwa adalah tunggal, tidak tersusun,

tidak panjang, dalam dan lebar. Jiwa mempunyai arti penting , sempurna, dan

mulia. Subtansinya berasal dari subtansi Allah. Hubungannya dengan Allah

sama dengan hubungannya dengan cahaya dan matahari. Jiwa mempunyai

wujud tersendiri, terpisah, dan berbeda dengan jasad atau badan. Jiwa bersifat

rohani dan illahi sementara badan mempunyai hawa nafsu dan marah. Dan

perbedaannya jiwa menentang keinginan hawa nafsu.

Pada jiwa manusia terdapat tiga daya: daya bernafsu (yang terdapat di

perut), daya marah (terdapat di dada), dan daya pikir (berputar pada kepala).

d. Filsafat Akal

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 7

Dalam jiwa manusia terdapat daya berpikir. Daya berpikir itu adalah akal.

Menurut Al-Kindi akal dibagi menjadi tiga macam, yaitu akal yang bersifat

potensil, akal yang keluar dari sifat potensil menjadi aktuil, dan akal yang

telah mencapai tingkat kedua dari aktualitas.

Akal yang bersifat potensil tidak bisa mempunyai sifat aktuil jika tidak

ada kekuatan yang menggerakannya dari luar. Oleh sebab itu bagi Al-Kindi

ada satu lagi macam akal yang mempunyai wujud di luar roh manusia, dan

bernama akal yang selamanya dalam aktualitas. Akal tersebut membuat akal

yang bersifat potensil dalam roh manusia menjadi aktuil. Sifat-sifat akal ini:

a) Merupakan akal pertama

b) Selamanya dalam aktualitas

c) Merupakan spesies dan genus

d) Membuat akal potensil menjadi aktuil berpikir

e) Tidak sama dengan akal potensil tetapi lain dari padanya

e. Filsafat Moral

Menurut Al-Kindi, filsafat harus memperdalam pengetahuan manusia

tentang diri dan bahwa sorang filosof wajib menempuh hidup susila.

Kebijaksanaan tidak dicari untuk diri sendiri (Aristoteles), melainkan untuk

hidup bahagia. Al-Kindi mengecam para ulama yang memperdagangkan

agama untuk memperkaya diri dan para filosof yang memperlihatkan jiwa

yang kurang baik untuk mempertahankan kedudukannya dalam negara.

Beliau merasakan menjadi diri korban kelaliman negara seperti Socrates.

Saat itu, dengan ilmu filsafat beliau melatih keberanian dan hikmah dalam

keseimbangan.

Al-Kindi khawatir apabila terdapat aturan pada suatu kelompok kurang

menjamin perkembangan kepribadian masyarakatnya secara wajar. Oleh sebab

itu akhlak dan moral yang bersifat positif adalah hal yang utama dalam

lingkup sosial maupun individu.

Karya - Karya Al-Kindi

Sebagai seorang ilmuwan yang kaya dengan pengetahuan, maka Al-Kindi

membuat karya tulis ilmiah, dan membuat terjemahan buku-buku Yunani dan

sekaligus melakukan koreksi serta perbaikan atas terjemahan orang lain. Sebagai

seorang pakar ilmuwan saat itu, kita dapat melihat beberapa hasil tulisan yang

dibuat oleh Al-Kindi, yakni sebagai berikut:

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 8

a. Bidang Filsafat

1) Fi al-falsafat al-‘Ula,

2) Kitab al-Hassi’ala Ta’allum al-Falsafat,

3) Risalat ila al-Ma’mun fi al-illat wa Ma’lul,

4) Risalat fi Ta’lif al-A’dad,

5) Kitab al-Falsafat al-Dakhilat wa al-Masa’il al-Manthiqiyyat wa al-

Mu’tashah wa ma Fauqa al-Thabi’iyyat,

6) Kammiyat Kutub Aristoteles,

7) Fi al-Nafs

b. Bidang Astronomi

1) Risalah fi Masa’il Su’ila anha min Ahwal al-Kawatib (jawaban dari

pertanyaan tentang planet),

2) Risalah fi Jawab Masa’il Thabi’iyah fi Kayfiyyat Nujumiah (pemecahan

soal-soal fisik tentang sifat-sifat perbintangan),

3) Risalah fi anna Ru’yat al Hilal la Tudhbathu bi al-Haqiqoh wa innama al-

Qowl fiha bi at-Taqrib (bahwa pengamatan astronomi bulan baru tidak

dapat ditentukan dengan ketetapan,

4) Risalah fi Mathrah asy-Syu’a (tentang projeksi sinar),

5) Risalah fi Fashlayn (tentang dua musim yakni; musim panas dan musim

dingin),

6) Risalah fi Idhah ‘illat Ruju’ al-Kawakib (tentang penjelasan sebab gerak

kebelakang planet-planet),

7) Fi asy-Syu’at (tentang sinar bintang).

c. Meteorologi

1) Risalah fi ’illat Kawnu adh-Dhabasb (tentang sebab asal mula kabut),

2) Risalah fi Atshar alladzi Yazhharu fi al-laww Yusamma Kawkaban

(tentang tanda yang tampak di langit dan disebut sebuah planet),

3) Risalah fi ’illat Ikhtilaf Anwa’us Sanah (tentang sebab perbedaan dalam

tahun-tahun),

4) Risalah fi al-Bard al-Musamma ”Bard al-Ajuz” (tentang dingin),

d. Ilmu Pengobatan

1) Risalah fi’illat Naftcad-Damm (tentang hemoptesis yakni; batuk darah dari

saluran pernapasan),

2) Risalah fi Adhat al-Kalb al-Kalib (tentang rabies).

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 9

e. Ilmu Hitung

1) Risalah fi al-Kammiyat al-Mudhafah (tentang jumlah relatif),

2) Risalah fi at-Tajhid min Jihat al-’Adad (tentang keesaan dari segi angka-

angka).

f. Logika

1) Risalatun fi Madhkal al-Mantiq bi Istifa al-Qawl fihi (tentang sebuah

pengantar lengkap logika),

2) Ikhtisar Kitab Isaghuji li Farfuris (sebuah ikhtisar Eisagoge Porphyry).

Karya-karya yang disebutkan di atas merupakan sebagian terkecil dari sekian

banyak karya Al-Kindi. Karya Al-Kindi di susun oleh Ibnu An-Nadim yang

menyebutkan tidak kurang dari 242 buah karya Al-Kindi, sedangkan sumber lain

menyebutkan 265 buah, dan membaginya menurut pokok persoalannya menjadi

filsafat, logika, ilmu hitung, sferika, ilmu kedokteran, astrologi, polemik, psikologi,

politik, meteorologi, dan ramalan.[3]

2. Ibnu Rusyd (Averroes)

Profil Ibnu Rusyd

Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad adalah nama lengkap

dari Ibnu Rusyd yang lahir di Cordoba pada 520 H/1126 M dan wafat di Maroko

pada 1198 M. Di dunia Barat, ia dikenal dengan nama Averroes. Ia adalah seorang

dokter, ahli hukum, dan tokoh filsuf yang paling popular pada periode

perkembagan filsafat Islam (700-1200). Di samping sebagai seorang paling

otoritatif sebagai komentator atas karya-karya filsuf Yunani, Aristoteles, Ibnu

Rusyd juga seorang filsuf Muslim yag paling menonjol dalam usahanya mencari

persesuaian antara filsafat dan syariat.

Ibnu Rusyd berasal dari keluarga yang memiliki perhatian sangat besar

terhadap ilmu pengetahuan. Ayah dan kakeknya pernah menjadi kepala pengadilan

di Andalusia. Ia sendiri pernah menduduki beberapa jabatan, antara lain sebagai

qadhi (hakim) di Sevilla dan sebagai qadhi al-qudhat (hakim agung) di Cordoba. Di

samping itu, ia juga sangat aktif dalam kegiatan politik dan sosial.

Pendidikan awalnya dimulai dari belajar Al-Qur’an dengan ayahnya.

Selanjutnya ia belajar dasar-dasar ilmu keislaman seperti Fiqh, Ushul Fiqh, Hadits,

Ilmu Kalam, bahasa Arab dan Sastra. Dalam ilmu fiqih ia belajar dan menguasai

3[3] http://syafieh.blogspot.com/2013/03/filsafat-al-kindi.html

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 10

kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik. Ibnu Rusyd merupakan filsuf yang

mendukung mazhab maliki

Dalam bidang ilmu kedokteran dan filsafat ia belajar kepada Abu Ja’far Harun

al-Tardjalli dan Ibnu Zhuhr.[4]

Pemikiran Ibnu Rusyd

a. Agama dan Filsafat

Masalah agama dan falsafah atau wahyu dan akal adalah bukan hal yang

baru dalam pemikiran islam, hasil pemikiran pemikiran islam tentang hal ini

tidak diterima begitu saja oleh sebagian sarjana dan ulama islam. Telah

tersebut diatas tentang reaksi Al-Ghazali terhadap pemikiran mereka seraya

menyatakan jenis-jenis kekeliruan yang diantaranya dapat digolongkan sebagai

pemikiran sesat dan kufur.

Terhadap reaksi dan sanggahan tersebut Ibnu Rusyd tampil membela

keabsahan pemikiran mereka serta membenarkan kesesuain ajaran agama

dengan pemikiran falsafah. Ia menjawab semua keberatan imam Ghazali

dengan argumen-argumen yang tidak kalah dari al-Ghazali sebelumya.

Menurut Ibnu Rusyd, Syara’ tidak bertentangan bertentangan dengan

filsafat, karena fisafat itu pada hakikatnya tidak lebih dari bernalar tentang

alam empiris ini sebagai dalil adanya

Seperangkat ajaran yang disebut dalam al-Qur’an dan al-Hadits sebagai

sesuatu yang pada lahirnya berbeda dengan filsafat, sehingga difahami bahwa

filsafat itu bertentangan dengan agama. Dalam hal ini Ibnu Rusyd menjawab

dengan konsep takwil yang lazim digunakan dalam masalah-masalah seperti

ini.

Dalam Al-Qur’an ada ayat-ayat yang harus difahami menurut lahirnya,

tidak boleh dita’wilkan dan ada juga yang harus dita’wilakan dari pengertian

lahiriah.

Adapun jika keterangan lahiriahnya sesuai dengan keterangan filsafat, ia

wajib diterima menurut adanya. Dan jika tidak, ia harus dita’wilkan. Namun

ta’wil itu sendiri tidak sembarang orang dapat melakukannya atau disampaikan

kepada siapa saja. Yang dapat melakukan ta’wil itu adalah para filosof atau

sebagian mereka, yakni orang-orang yang telah mantap dalam memahami ilmu

4[] Muhammad Iqbal, Ibnu Rusyd dan Averroisme, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004) h. 21-25

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 11

pengetahuan. Adapun penyampaian ta’wil itu dibatasi pada orang-orang yang

sudah yakin, tidak kepada selain mereka yang ampang menjadi kufur.

Agama islam kata Ibnu Rusyd tidak mengandung dalam ajarannya hal-hal

yang bersifat rahasia, seperti ajaran trinitas dalam agama Kristen. Semua

ajarannya dapat dipahami akal karena akal dapat mengetahui segala yang ada.

Dari itu, iman dan pengetahuan akali merupakan kesatuan yang tidak

bertentangan, karena kebenaran itu, pada hakikatnya adalah satu.

Akan tetapi, dalam agama ada ajaran tentang hal-hal yang ghaib seperti

malikat, kebangkitan jasad, sifat-sifat surga dan neraka dan lain-lain

sebagainya yang tidak dapat diapahami akal, maka hal-hal yang seperti itu kata

Ibn Rusyd merupakan lambing atau simbolm bagi hakikat akali. Dalam hal ini,

ia menyetujui pendapat imam al-Ghazali yang mengatakan, wajib kembali

kepada petunjuk-petunjuk agama dalam hal-hal yang tidak mampu akal

memahaminya.

b. Metafisika

1) Dalil wujud Allah

Dalam membuktikan adanya Allah, Ibn Rusyd menolak dalil-dalil

yang pernah dikemukakan oleh beberapa golongan sebelumnya karena

tidak sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Syara’, baik dalam

berbagai ayatnya, dan karena itu Ibn Rusyd mengemukakan tiga dalil yang

dipandangnya sesuai dengan al-Qur’an dalam berbagai ayatnya, dank arena

itu, Ibnu Rusyd mengemukakan tiga dalil yang dipandangnya sesuai, tidak

saja bagi orang awam, tapi juga bagi orang –orang khusus yang terpelajar.

2) Dalil ‘inayah (pemeliharan)

Dalil ini berpijak pada tujuan segala sesuatu dalam kaitan dengan

manusi. Artinya segala yang ada ini dijadikan untuk tujuan kelangsungan

manusia. Pertama segala yang ada ini sesuai dengan wujud manusia. Dan

kedua, kesesuaian ini bukanlah terjadi secara kebetulan, tetapi memang

sengaj diciptakan demikian oleh sang pencipta bijaksana.

3) Dalil Ikhtira’ (penciptaan)

Dalil ini didasarkan pada fenomena ciptaan segala makhluk ini,

seperti ciptaan pada kehidupan benda mati dan berbagai jenis hewan,

tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Menurut Ibn Rusyd, kita mengamati

benda mati lalu terjadi kehidupan padanya,sehingga yakin adanya Allah

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 12

yang menciptakannya. Demikian juga berbagai bintang dan falak di

angkasa tundujk seluruhnya kepada ketentuannya. Karena itu siapa saja

yang ingin mengetahui Allah dengan sebenarnya, maka ia wajib

mengetahui hakikat segala sesuatu di alam ini agar ia dapat mengetahui

ciptaan hakiki pada semua realitas ini.

4) Dalil Gerak.

Dalil ini berasal dari Aristoteles dan Ibn Rusyd memandangnya

sebagi dalil yang meyakinkan tentang adanya Allah seperti yang digunakan

oleh Aristoteles sebelumnya. Dalil ini menjelaskan bahwa gerak ini tidak

tetap dalam suatu keadaan, tetapi selalu berubah-ubah. Dan semua jenis

gerak berakhir pada gerak pada ruang, dan gerak pada ruang berakhir pada

yang bergerak pad dzatnya dengan sebab penggerak pertama yang tidak

bergerak sama sekali, baik pada dzatnya maupun pada sifatnya.Akan

tetapi, Ibn Rusyd juga berakhir pada kesimpulan yang dikatakan oleh

Aristoteles bahwa gerak itu qadim.

5) Sifat-sifat Allah.

Adapun pemikiran Ibn Rusyd tentang sifat-sifat Allah berpijak pada

perbedaan alam gaib dan alam realita. Untuk mengenal sifat-sifat Allah,

Ibn Rusyd mengatakan, orang harus menggunakan dua cara: tasybih dan

tanzih (penyamaan dan pengkudusan). Berpijak pada dasar

keharusan pembedaan Allah dengan manusia, maka tidak logis

memperbandingkan dua jenis ilmu itu.

c. Fisika

Seperti dalam halnya metafisika, ibnu rusyd juga di juga di pengaruhi

oleh Aristoteles dalam fisika. Dalam reori Aristoteles, ilmu fisika membahas

yang ada (maujud) yang mengalami perubahan seperti gerak dan diam. Dari

dasarnya itu, ilmu fisika adalah materi dan forma.

Menurut Ibn Rusyd, bahwa segala sesuatu yang berada di bawah alam

falk terdiri atas materi dan forma. Materi adalah sesuatu yang darinya ia ada,

sedangkan forma adalah sesuatu yang dengannya ia menjadi ada setelah tidak

ada.

d. Manusia

Dalam masalah manusia, Ibn Rusyd juga dipengaruhi oleh teori

Aristoteles. Sebagi bagian dari alam, manusia terdiri dari dua unsure materi

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 13

dan forma.. jasad adalah materi dan jiwa adalah forma. Seperti halnya

Aristoteles, Ibnu Rusyd membuat definisi jiwa sebagai “kesempurnaan awal

bagi jisim alami yang organis.” Jiwa disebut sebagai kesempurnaan awal untuk

membedakan dengan kesempurnaan lain yangmerupakan pelengkap darinya,

seperti yang terdapat pada berbagai perbuatan. Sedangkan disebut organis

untuk menunjukan kepada jisim yang terdiri dari anggota-anggota. Untuk

menjelaskan kesempurnaan jiwa tersebut, Ibnu Rusyd mengkaji jenis-jenis

jiwa yang menurutnya ada lima:

Jiwa Nabati

Jiwa perasa

Jiwa khayal

Jiwa berfikir

Jiwa kecendrungan

e. Kenabian dan Mu’jizat

Allah menyampaikan wahyu kepada umat manusia melalui rasulnya.

Dan sebagai bukti bahwa orang itu Rasul Allah, ia harus membawa tanda yang

berasal darinya, dan tanda ini disebut mukjizat. Pada seorang rasul, mukzizat

itu meliputi dua hal yang berhubungan dengan ilmu dan yang berhubungan

dengan amal. Dalam hal yang pertama, rasul itu memberitahukan jenis-jenis

ilmu dan berbagai amal perbuatan yang tidak lazim diketahui oleh manusia.

Suatu hal yang diluar kebiasaan pengetahuan manusia, sehingga ia tidak dapat

mengetahuinya adalah bukti bahwa orang yang membawanya adalah rasul

yang menerima wahyu dari Allah, bukan dari dirinya.

Ringkasnya Ibnu Rusyd membedakan dua jenis mukjizat: mukjizat

ekstern yang tidak sejalan dengan sifat dan tugas kerasulan, seperti

menyembuhkan penyakit, membelah bulan dan sebagainya. Dan mukjizat

intern yang sejalan dangan sifat dan tugas kerasulan yang membawa syariat

untuk kebahagiaan umat manuisia. Mukjizat yangpertama yang berfungsi

sebagai penguat sebagai kerasulan. Sedangkan yang kedua sebagai bukti yang

kuat tentang kerasulan yang hakiki dan merupakan jalan keimanan bagi para

ulama dan orang awam sesuai dengan kesanggupan akal masing-masing.

f. Politik dan Akhlak

Seperti yang telah disebut oleh plato, Ibnu Rusyd mengatkan, sebagai

makhluk sosial, manusia perlu kepada pemerintah yang didasarkan kepada

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 14

kerakyatan. Sedangkan kepala pemerintah dipegang oleh orang yang telah

menghabiskan sebagian umurnya dalam dunia filsafat, dimana ia telah

mencapai tingkat tinggi . pemerintahan islam pada awalnya menurut Ibnu

rusyd adalah sangat sesuai dengan teorinya tentang republik utama, sehingga

ia mengecam khalifah muawwiyah yang mengalihkan pemerintahan menjadi

otoriter.

Dalam pelaksanaan kekuasaan hendaknya selalu berpijak pada keadilan

yang merupakan sendinya yang esensial. Hal ini karena adil itu adalah produk

ma;rifat, sedangkan kezaliman adalah produk kejahilan.

Ibnu Rusyd mengatakan bahwa dalam Negara utama orang tidak

memerlukan lagi kepada hakim dan dokter karena segala sesuatu berjalan

secara seimbang, tidak lebih dan tidak berrkurang.hal ini karena keutamaan itu

sendiri mengandung dalam dirinya keharusan menghormati hak orang lain dan

melakukan kewajiban.

Khusus tentang wanita , Ibnu rusyd sangat membela kedudukannya yang

sangat penting dalam Negara. Pada hakikatnya, anita tidak berbeda dengan

pria pada watak dan daya kekuatan. Dan jikapun ada, maka itu hanya ada pada

kuantitas daya dan pada beberapa bidang saja. Dan jika dalam kerja, ia dibawa

tingkat pria, tetapi iamelebihinya dalam bidang seni, seperti music. Menurut

Ibnu Rusyd, masyarakat islam tidak akan maju, selama tidak membebaskan

wanita dari berbagai ikatan dan kekangan yang membelenggu kebebasannya.[5]

Karya - Karya Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd adalah seorang ulama besar dan pengulas yang dalam

filsafat Aristoteles. Kegemarannya terhadap ilmu sukar dicari bandingnnya, karena

menurut riwayat, sejak kecil sampai tuanya ia tak pernah membaca dan menelaah

kitab, kecuali pada malam ayahnya meninggal dan dalam perkawinan dirinya.

Karangannya meliputi berbagai-bagai ilmu, seperti fiqih, usul, bahasa,

kedokteran, astronom politik, akhlak dan filsafat. Tidak kurang dari sepuluh ribu

lembar yang telah ditulisnya. Buku-bukunya merupakan karangan sendiri, ulasan

atau ringkasan. Karma sangat tinggi penghargaannya terhadap aristoteles, maka

tidak mengherankan jik ia memberi perhatiannya yang besar untuk mengulaskan

dan meringkaskan filsafat Aristoteles.Buku-buku yang lain yang diulasnya adalah

5[] Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1986 ) h. 161-175

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 15

buku Karangan Plato, Iskandar Aphrodisias, Plotinus, Galinus, Al-Farabi, Ibnu

Sina, Al-Ghazali, dan Ibnu Bajjah.[6]

Karya-karya aslinya dari Ibnu Rusyd yang penting, yaitu:

a. Tahafut al-Tahafut (The incoherence of the incoherence = kacau balau yang

kacau). Sebuah buku yang sampai ke Eropa, dengan rupa yang lebih terang,

daripada buku-bukunya yang pernah dibaca oleh orang Eropa sebelumnya.

Dalam buku ini kelihatan jelas pribadinya, sebagai seorang muslim yang saleh

dan taat pada agamanya. Buku ini lebih terkenal dalam kalangan filsafat dan

ilmu kalam untuk membela filsafat dari serangan al-ghazali dalam bukunya

yang berjudul Tahafut al-Falasifah.

b. Kulliyat fit Thib (aturan Umum Kedokteran), terdiri atas 16 jilid.

c. Mabadiul Falasifah, Pengantar Ilmu Filsafat. Buku ini terdiri dari 12 bab.

d. Tafsir Urjuza, Kitab Ilmu Pengobatan.

e. Taslul, Tentang Ilmu kalam.

f. Kasful Adillah, Sebuah buku Scholastik, buku filsafat dan agama.

g. Muwafaqatil hikmatiwal Syari’ah, persamaan filafat degan agama.

h. Bidayatul Mujtahid, perbandingan mazhab dalam fiqh dengan menyeutkan

alasan-alasannya masing-masing.

i. Risalah al-kharaj (tentang perpajakan)

j. Al-da’awi, dll.[7]

3. Ibnu Sina (Avicenna)

Profil Ibnu Sina

Abu Ali al-Husain bin Abdullah bin Sina ( Ibnu Sina ) atau yang didunia barat

dikenal dengan sebagai Avicenna ialah seorang filsuf dan ilmuan zaman

pertengahan. Ibnu Sina telah memberikan banyak sumbangan kepada bidang

kedokteran, sejarah alam, metafisika, dan agama.

Ibnu Sina paling banyak dikenang karena sumbangannya kepada bidang

kedokteran. Mahakaryanya Kitab al-Qanun fi al-Thibb, yang terjemahan judulnya

adalah Canon of Medicine ( dalam bahasa Inggris ) atau Kanun Kedokteran,

dianggap sebagai barangkali karya kedokteran terbesar yang pernah ada.

Ensiklopedia berisi sejuta kata tersebut tak hanya menyajikan secara sistematis

6[] Ahmad Hanafi, Pengantar filsafat islam, (Bulan Bintang: Jakarta, 1991)

7[] Thawil Akhyar Dasoeki, Sebuah Kompilasi Filsafat Islam, (Semarang; Dina Utama Semarang, 1993), h.86

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 16

semua pengetahuan kedokteran yang ada ketika itu, namun juga mencakup

pengalaman dan penemuan Ibnu Sina sebagai dokter yang berpraktik. Kanun

tersedia dalam terjemahan bahasa Latin di Eropa 100 tahun sesudah kematian Ibnu

Sina dan terus digunakan di sana selama enam abad berikutnya.

Ibnu Sina lahir dalam satu keluarga Persia di desa Afshana, dekat Bukhara,

pada 980 M. Nama ibunya adalah Sitara, dan ayahnya, Abdullah, seorang warga

asli Balkh, merupakan gubernur Kharmaithan, dekat Bukhara. Sesudah kelahiran

adik laki – laki Ibnu Sina lima tahun kemudian, ayah mereka memindahkan

keluarga ke Bukhara, supaya putra – putranya bakal mendapat kesempatan lebih

besar dalam hidup.

Karya – Karya Ibnu Sina

Kitab al-Qanun fi al-Thibb, yang terjemahan judulnya adalah Canon of

Medicine atau Kanun Kedokteran, dianggap sebagai karya kedokteran terbesar

yang pernah ada.

Kitab as-Syifa ( Kitab Pengobatan ) juga merupakan ensiklopedia, namun

sebagian besar isinya adalah metafisika, matematika, astronomi, dan ilmu

alam.

An Najat

Al-Musiqa, buku tentang music.

Al-Mantiq, diuntukkan buat Abul Hasan Sahli

Al-Inshaf, buku tentang keadilan sejati.

Pemikiran Ibnu Sina

a. Teori emanasi

Ibnu Sina dalam teori emanasi ini mengadakan sintesa antara filsafat dan

ilmu kalam. Sesuai dengan prinsip agama islam, Ibnu Sina mengatakan bahwa

dinia bukan azali, tetapi baharu yang didahului oleh keadaan tidak ada

kemudian menjadi ada. Yang dikemukakan Ibnu Sina dalam teori Emanasi

adalah proses kejadian alam ini, hal mana yang tidak disinggung  oelh agama

b. Filsafat Jiwa

Secara garis besar Ibnu Sina membagi filsafat jiwa kepada 2 bagian:

Segi fisika, tentang macam-macam jiwa ( tanaman, jiwa hewan, jiwa

manusia ).

Segi metafisika, tentang wujud dan hakikat jiwa pertaliannya degan

badan, keabadian jiwa.

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 17

c. Filsafat wahyu dan akal

Akal materi merupakan akal yang terendah dan akal mustafat merupakan

akal yang tertinggi. Akal inilah yang dapat menerima ilmu pengetahuan dan

dengan mudah  dapat menerima cahaya atau wahyu dari tuhan. Inilah bentuk

akal tertinggi yang dapat diperoleh oleh manusia yaitu bentuk akal pada nabi-

nabi.

d. Filsafat wujud

Bagi Ibnu Sina sifat wujudlah yang paling terpenting dan yang

mempunyai kedudukan diatas segala sifat lain walaupun dari esensi sendiri.

Menurut Ibnu Sina esensi terdapat dalam akal sedangkan wujud terdapat diluar

akal, wujudlag yang membuat setiap esensi dalam akal yang mempunyai

kenyataan diluar akal. Tanpa wujud esensi tidak begitu penting, karena

wujudlah yang lebih penting dari esensi.[8]

BAB III

PENUTUP

8[] http://nandhadhyzilianz.blogspot.com/2013/01/ibnu-sina-dan-pemikirannya.html

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 18

A. Kesimpulan

Filsafat adalah berfikir secara logika dengan bebas (tidak terikat pada tradisi,

dogma dan agama) dan dengan sedalam – dalamnya sehingga sampai ke dasar – dasar

persoalan.Filsafat merupakan ilmu yang sangat penting , terutama saat kita menghadapi

era globalisasi khususnya bagi umat islam. Filsafat digunakan sebagai alat mencari

kebenaran dari segala fenomena yang ada. Membantu memberikan pengertian tentang

cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. Memberikan ajaran tentang moral

dan etika yang berguna dalam kehidupan , serta menjadi sumber inspirasi dan pedoman

untuk kehidupan.

Telah banyak tokoh-tokoh islam yang berkontribusi dalam bidang filsafat , seperti

Al-Kindi , Ibnu Rusyd , dan Ibnu Sina. Kita sebagai umat islam dapat mengambil

pelajaran tentang cara berpikir kritis mereka terutama dalam bidang filsafat yang dapat

membantu kita dalam menyelesaikan permasalahan kita di kehidupan sehari-hari.

B. Saran

Kami mengharapkan dengan makalah ini kita sebagai umat muslim untuk :

1. Mempelajari dan menerapkan ilmu filsafat dalam kehidupan sehari-hari

2. Mempelajari tokoh-tokoh filsafat islam sehingga dapat menginspirasi kita untuk

berfikir kritis dalam menanggapi masalah yang ada.

3. Menyadarkan umat islam mengenai pentingnya mempelajari ilmu filsafat

4. Berpikir kritis dalam menghadapi masalah

5. Berpegang teguh kepada Al-Quran dan Al-Hadits dalam mempelajari ilmu filsafat.

DAFTAR PUSTAKA

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 19

Abboud, Tony. 2013. Al-Kindi. Jakarta: Muara.

Anonim. 2009. Dasar, Tujuan, dan Peranan Filsafat. http://van88.wordpress. com/dasar-

tujuan-dan-peranan-filsafat/ diakses pada tanggal 21 September 2013

Anonim. 2009. Definisi Filsafat Islam. http://semilicity.wordpress.com/2009/04/24/definisi-

filsafat-islam/ diakses pada tanggal 5 Oktober 2013

Anonim. 2009. Tujuan, fungsi dan manfaat filsafat. http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/

04/tujuan-fungsi-dan-manfaat-filsafat.html diakses pada tanggal 28 September 2013

Anonim. 2013. Makna Dan Fungsi Filsafat Bagi Kehidupan Manusia. http://penakampus

2010.blogspot.com/2013/05/makna-dan-fungsi-filsafat-bagi.html diakses pada

tanggal 21 September 2013

Hanafi. 1990. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Khan, Aisha. 2013. Avicenna (Ibnu Sina). Jakarta: Muara.

Tafsir, Ahmad. 1990.Filsafat Umum; Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai James. Bandung:

PT. Remaja Rosda Jarya.

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 20