Upload
vistiajeng
View
129
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
FARMAKOLOGI VETERINER
“ANTIHELMINTH DAN ANTIPARASIT”
KELOMPOK 3:
SITI NURJANNAH (115130100111001)
LUTFAN SUYUDI (115130100111005)
KARINA GRACE D (115130100111008)
VERONIKA JULIE V (115130100111020)
NI MADE ARTARI DEWI (115130101111006)
TRI PURNAMA P (115130101111023)
SHALLY F (115130101111025)
LAURENSIUS ARDI SABA (115130107111008)
ALMABI GANADAMAR (115130107111011)
DHITA DUHITA H (115130101111013)
PKH A 2011
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
Kasus 2:
Seekor sapi betina bunting (berat badan 850 kg) dilaporkan oleh pemiliknya mengalami diare terus-menerus selama 1 minggu disertai dengan penurunan nafsu makan. Pada diare didapatkan darah. Pada pemeriksaan feces ditemukan telur cacing beroperkulum. Dokter hewan mendiagnosis sapi menderita distomatosis.
TINJAUAN PUSTAKA
Etiologi
Patogenesis
Gejala Klinis
Gejala klinis dari penyakit ini adalah: Berat badan turun Pertumbuhan terhambat Anemia Produksi susu menurun Diare dan adanya telur cacing hati pada feses
Perubahan Patologi
a. Perubahan Makroskopis
b. Perubahan Mikroskopis
Diagnosis
Prognosa
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengendalikan siput atau bekicot dengan menggunakan obat pembasmi siput atau molluscida, tidak membiarkan sapi lepas di lapangan yang tergenang air, memberantas siput secara biologis dengan memelihara itik, rotasi lapangan rumput serta memperbaiki sistem pengairan. Intinya adalah dengan menjaga hijauan pakan maupun air minum ternak agar tidak sampai tercemar stadium infektif parasit.
PEMECAHAN MASALAH
1. Menentukan masalah/diagnosis
Seekor sapi betina bunting (berat badan 850 kg) dilaporkan oleh pemiliknya mengalami diare terus-menerus selama 1 minggu dan didapatkan darah disertai dengan penurunan nafsu makan.
Diagnosis:
Ditemukan telur cacing beroperkulum pada feses dan dokter mendiagnosis sapi
menderita distomatosis.
2. Menentukan tujuan terapi
Tujuan terapi obat yang diberikan adalah untuk membunuh cacing, mengehentikan
diare, dan rehabilitasi kesehatan.
3. Terapi
Perlakuan pengobatan dapat berupa farmakoterapi berupa obat maupun non obat. Adapun tata cara penentuan terapinya adalah sebagai berikut :
a. Advice
Advice dapat dilakukan dengan
b. Non-DrugTerapi non drug dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
c. DrugPengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan aktif preparat albendazol secara per oral, biasanya berbentuk tablet untuk memudahkan pemberian obat cacing pada sapi. Pengobatan harus dilakukan secara rutin tiga sampai empat bulan sekali.1. Bilevon
2. Hexachlorophene3. Albendazole 10%
Indikasi:Albendazol berkhasiat membasmi cacing di usus yang hidup sebagai parasit tunggal atau majemuk. Albendazol efektif untuk pengobatan cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing kremi (Enterobius vermicularis), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), cacing pita (Taenia sp.) dan Strongyloides stercoralis.
Kontra indikasi:
Albendazol menunjukkan sifat teratogenik embriotoksis pada percobaan dengan hewan. Karena itu obat ini tidak boleh diberikan pada wanita yang sedang mengandung. Pada wanita dengan usia kehamilan masih dapat terjadi (15 – 40 tahun), albendazol dapat diberikan hanya dalam waktu 7 hari dihitung mulai dari hari pertama haid.
Farmakodinamik:Albendazol mempunyai khasiat membunuh cacing, menghancurkan telur dan larva cacing. Efek antelmintik albendazol dengan jalan menghambat pengambilan glukosa oleh cacing sehingga produksi ATP sebagai sumber energi untuk mempertahankan hidup cacing berkurang, hal ini mengakibatkan kematian cacing karena kurangnya energi untuk mempertahankan hidup.
Dosis: Dosis umum untuk dewasa dan anak di atas 2 tahun : 400 mg sehari, diberikan sekaligus sebagai dosis tunggal. Tablet dapat dikunyah, ditelan atau digerus lalu dicampur dengan makanan.
Pada kasus dimana diduga atau terbukti adanya penyakit cacing pita atau Strongyloides stercoralis, dosis 400 mg albendazol setiap hari diberikan selama tiga hari berturut-turut.
Efek samping: Perasaan kurang nyaman pada saluran pencernaan dan sakit kepala pernah terjadi pada sejumlah kecil penderita, tetapi tidak dapat dibuktikan bahwa efek samping ini ada hubungannya dengan pengobatan. Juga dapat terjadi gatal-gatal dan mulut kering.
Perhatian: Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati. Jangan diberikan pada ibu menyusui. Sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak di bawah umur 2 tahun.
Cara Penyimpanan: Simpan di tempat sejuk dan kering.
Kemasan: Albendazole 400 mg, kotak 5 blister @ 6 tablet kunyah
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Bentuk obat: Tablet
No. Jenis Obat (Nama
Generik dan Nama Dagang/
Paten
Efficacy Safety Suitability Cost
1. Albendazole 10%
a. Farmakokinetik b. Farmakodinamikc. Efek Obat
a. Efek Sampingb. Interaksi Obat
Indikasi:Albendazol berkhasiat membasmi cacing di usus yang hidup sebagai parasit tunggal atau majemuk. Albendazol efektif untuk pengobatan cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing kremi (Enterobius vermicularis), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus
), cacing pita (Taenia sp.) dan Strongyloides stercoralis.
Kontra indikasi:Albendazol menunjukkan sifat teratogenik embriotoksis pada percobaan dengan hewan. Karena itu obat ini tidak boleh diberikan pada wanita yang sedang mengandung. Pada wanita dengan usia kehamilan masih dapat terjadi (15 – 40 tahun), albendazol dapat diberikan hanya dalam waktu 7 hari dihitung
mulai dari hari pertama haid.
c. Bentuk obat 2. a. Farmakokinetik
b. Farmakodinamikc. Efek Obat
a. Efek Sampingb. Interaksi Obat
a. Indikasi
b. Kontraindikasi
c. Bentuk Obat:
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
AHFS DRUG. 2005.
Drug information hand book. (DIH). 2006.
Farmakope Indonesia IV. 1995.
Indeks Obat Hewan Indonesia. 2011. IOHI.
ISO. INDONESIA. Volume 41 2006.
Tati. 2012. Peranan Salmonella Pada Ayam dan Produknya. Bogor: Balai Penelitian
Veteriner.
Kompas. 2012. Antibiotik Organik Untuk Unggas. www.kompas.com.