37
OLEH: Kelompok 1 ABDUL MA’RUF MUHAMMAD NUR RAHMAN Fauzan islam rabbani Saidah syahyani JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Makalah Etika Profesi Profesionalisme Kerja

Embed Size (px)

DESCRIPTION

profesionalisme kerja

Citation preview

OLEH:Kelompok 1ABDUL MA’RUF

MUHAMMAD NUR RAHMANFauzan islam rabbani

Saidah syahyani

JURUSAN TEKNIK ELEKTROPROGRAM STUDY TEKNIK LISTRIK D3POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2013KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjat kan kepada allah SWT atas limpahan

rahmatnya kita masi bisa hidup dan merasakan kehidupan yang

sementara ini yaitu di dunia. Dan tak lupa kita kirimkan salam

dan taslim kepada Nabiullah Muhammad SAW yang jasa-jasa tidak

dapat kita hitung dan berkat beliaulah yang telah membawa para

umat dari alam kegelapan menuju alam terang menerang.

Penulis mengucapkan banyak terimakasi kepada semua yang

telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini yang berjudul

“Profesionalisme Keja”.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Akhirnya, semoga amal baik Bapak/Ibu/Saudara yang telah

diberikan kepada penulis dapat diterima oleh Allah SWT. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.

Makassar, 19 Oktober2013

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .i

Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

Bab 1 Pendahuluan

1.1. Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.2. Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.3. Manfaat Penulisan

Bab 2 Pembahasan

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.5.

Bab 3 Kesimpulan dan Saran

3.1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

3.2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Profesi istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang

bahwa suatu hal yang berkaiatan dengan bidang yang sangat

dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang

yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang

diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut

profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari

praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan

dalam praktek. Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk

bidang-bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacar,

dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup pula bidang

seperti manager, wartawan, pelukus, penyanyi, artis, sekretaris dan

sebagainya. Seseorang yang memakai suatu profesi tertentu, disebut

professional. Walaupun begitu, istilah professional juga digunakan

untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata

dari amatir. Menjadi professional dalam suatu profesi adalah tuntutan

yang akhirnya mampu meningkatkan kualitas keprofesian yang kita

miliki. .

1.2 Tujuan

a) Untuk mengetahui pengertian dari profesionalisme

b) Untuk mengetahui kriteria pekerj

c) Mengetahui lebih jauh tentang konsep dasar profesionalisme

1.3 Manfaat penulisan

Dari penulisan makalah ini dapat memotivasi bagi para

pembaca untuk lebih dapat meningkatkan profesionalisme

dibidang kerja nya masing-masing sehingga dapat

menciptakan suatu kondisi pekeraan yang lebih efisien dalam

pekerjaan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesi

Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekejaan adalah

profesi. Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang

membedakannya dari pekerjaan lainnya. Daftar karakteristik ini tidak

memuat semua karakteristik yang pernah diterapkan pada profesi

juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi :

Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoritis :

professional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis

yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada

pengetahuan tersebut dan bias diterapkan dalam praktek.

Asosiasi professional : profesi biasanya memiliki badan yang

diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk

meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi

tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi

anggotanya.

Pendidikan yang ekstensif : profesi yang prestisius biasanya

memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan

tinggi.

Ujian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi

professional, biasanya ada persyaratan istitusional dimana

calon professional mendapatkan pengalaman melalui

pengembangan professional juga dipersyaratkan.

Lisensi : Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses

seritfikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bias

dianggap bias dipercaya.

Otonomi kerja : Profesional cenderung mengendalikan kerja

dan pengetahuan teoritis mereka agar terhindar adanya

intervensi dari luar.

Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik

bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka

yang melanggar aturan

Mengatur diri : Organisasi profesi harus bias mengatur

organisasinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah.

Professional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi

yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.

Layanan public dan alturisme : Diperolehnya penghasilan dari

kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan

kebutuhan public, seperti layanan dokter berkontribusi

terhadap kesehatan masyarakat.

Status dan imbalan tinggi : Profesi yang paling sukses akan

meraih status yang tinggi, prestisi, dan imbalan yang layak

bagi para anggotanya. Hal tersebut bias dianggap sebagai

pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi

masyarakat.

CIRI-CIRI PROFESI

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada

profesi, yaitu :

1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan

keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan

pengalaman yang bertahun-tahun.

2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini

biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada

kode etik profesi.

3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap

pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di

bawah kepentingan masyarakat.

4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi

akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana

nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan,

kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan

suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.

5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

Dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat

menyimpulkan bahwa kaum profesional adalah orang-orang

yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas ratarata.

Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat,

tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku

yang baik dalam rangka kepentingan masyarakat. Seandainya

semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu

estándar profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta

suatu kualitas masyarakat yang semakin baik.

Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa

suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat

dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak

orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja

yang diperoleh dari pendidikan kejuaruan, juga belum cukup

disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang

mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan

penerapan dalam praktek. Kita tidak hanya mengenal istiah

profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru,

militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai

mencakup pula dibidang seperti manager, wartawan, pelukis,

penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya. Sejalan dengan itu,

menurut DE GEORGIE, timbul kebingungan mengenai

pengertian profesi itu sendiri, sehubungan dengan istilah

profesi dan profeional. Kebingungan itu timbul karena banyak

orang yang professional tidak atau belum termasuk dalam

pengertian profesi. Berikut pengertian profesi dan professional

menurut DE GEORGE : Profesi adalah pekerjaan yang

dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah

hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. PROFESIONAL,

adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna

waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu

keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seorang

yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlain tertentu atau

dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut

keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama

sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi

waktu luang.

Yang harus kita ingat dan fahami betul bahwa “Pekerjaan /

Profesi” dan “Profesional” terdapat beberapa perbedaan

B. Pengertian Profesionalisme

Dalam Kamus Besar Indonesia, profesionalisme

mempunyai makna; mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang

merupakan ciri suatu profesi atau yang profesional.

Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional.

Artinya sebuah term yang menjelaskan bahwa setiap

pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang

mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya.

Menurut Supriadi, penggunaan istilah profesionalisme

menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai

profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu

profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan

rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan

komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar

yang tinggi dan kode etik profesinya.

Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam

Bahasa Indonesia, karangan J.S. Badudu (2003), definisi

profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk

yang merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang

profesional. Sementara kata profesional sendiri berarti (1)

bersifat profesi (2) memiliki keahlian dan keterampilan

karena pendidikan dan latihan, (3) beroleh bayaran karena

keahliannya itu. Dari definisi di atas dapat disimpulkan

bahwa profesionalisme memiliki dua kriteria pokok, yaitu

keahlian dan pendapatan (bayaran). Kedua hal itu merupakan

satu kesatuan yang saling berhubungan. Artinya seseorang

dapat dikatakan memiliki profesionalisme manakala memiliki

dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian (kompetensi) yang

layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak

sesuai kebutuhan hidupnya. Hal itu berlaku pula untuk

profesionalisme guru

Profesionalisme berasal dan kata profesional yang

mempunyai makna yaitu berhubungan dengan profesi dan

memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya,

(KBBI, 1994). Sedangkan profesionalisme adalah tingkah

laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang

professional (Longman, 1987).

Konsep profesionalisme, seperti dalam penelitian yang

dikembangkan oleh Hall, kata tersebut banyak digunakan

peneltiti untuk melihat bagaimana para profesional

memandang profesinya, yang tercermin dari sikap dan

perilaku mereka.

Konsep profesionalisme dalam penelitian Sumardi

dijelaskan bahwa ia memiliki lima muatan atau prinsip, yaitu :

1) Afiliasi komunitas (community affilition) yaitu menggunakan

ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi

formal atau kelompok-kelompok kolega informal sumber ide

utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional

membangun kesadaran profesi.

2) Kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand) merupakan suatu

pendangan bahwa seseorang yang profesional harus mampu

membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain

(pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota profesi). Setiap

adanya campur tangan (intervensi) yang datang dari luar,

dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian secara

profesional. Banyak yang menginginkan pekerjaan yang

memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan dan

bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat

berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut

yang bersangkutan dalam situasi khusus.

3) Keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self

regulation) dimaksud bahwa yang paling berwenang dalam

menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi,

bukan “orang luar” yang tidak mempunyai kompetensi dalam

bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

4) Dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi

profesional dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan

yang dimiliki. Keteguhan tetap untuk melaksanakan pekerjaan

meskipun imbalan ekstrinsik dipandang berkurang. Sikap ini

merupakan ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap

pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan. Totalitas ini

sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama

yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan ruhani dan

setelah itu baru materi.

5) Kewajiban sosial (social obligation) merupakan pandangan

tentang pentingnya profesi serta manfaat yang diperoleh baik

oleh masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan

tersebut.

Kelima pengertian di atas merupakan kreteria yang

digunakan untuk mengukur derajat sikap profesional seseorang.

Berdasarkan defenisi tersebut maka profesionalisme adalah

konsepsi yang mengaccu pada sikap seseorang atau bahkan bisa

kelompok, yang berhasil memenuhi unsur-unsur tersebut secara

sempurna.

Profeisonal adalah :

Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilan

Meluangkan seluruh waktunya unuk pekerjaan atau kegiatan

itu.

Hidup dari situ

Bangga akan pekerjaannya.

Profesional itu adalah seseorang yang memiliki 3 hal pokok

dalam dirinya,Skill,Knowledge,dan Attitude!

Skill disini berarti adalah seseorang itu benar-benar ahli di

bidangnya.

Knowledge, tak hanya ahli di bidangnya..tapi ia juga

menguasai, minimal tahu dan berwawasan tentang ilmu2 lain

yang berhubungan dengan bidangnya.

Dan yang terakhir Attitude, bukan hanya pintar dan cerdas…

tapi dia juga punya etika yang diterapkan dalam bidangnya.

Berikut ini adalah beberapa syarat yang harus dipenuhi ketika

seseorang bisa dianggap sebagi orang yang Profesional.

1. Ahli di bidangnya (mampu menghasilkan karya dan kerja yang

baik)

2. Selalu Up-to-date (terkait dengan bidangnya, pengetahuan

selalu terbarukan)

3. Bisa dilakukan dengan Meng-aktualisasi diri

4. Sosialisasi (berkumpul dengan komunitas di bidang terkait)

Paling tidak, ada delapan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang

jika ingin jadi seorang profesional.

1. Menguasai pekerjaan

Seseorang layak disebut profesional apabila ia tahu betul apa

yang harus ia kerjakan. Pengetahuan terhadap pekerjaannya ini

harus dapat dibuktikan dengan hasil yang dicapai. Dengan kata

lain, seorang profesional tidak hanya pandai memainkan kata-

kata secara teoritis, tapi juga harus mampu mempraktekkannya

dalam kehidupan nyata. Ia memakai ukuran-ukuran yang jelas,

apakah yang dikerjakannya itu berhasil atau tidak. Untuk

menilai apakah seseorang menguasai pekerjaannya, dapat

dilihat dari tiga hal yang pokok, yaitu bagaimana ia bekerja,

bagaimana ia mengatasi persoalan, dan bagaimana ia akan

menguasai hasil kerjanya.

Seseorang yang menguasai pekerjaan akan tahu betul seluk

beluk dan liku-liku pekerjaannya. Artinya, apa yang

dikerjakannya tidak cuma setengah-setengah, tapi ia memang

benar-benar mengerti apa yang ia kerjakan. Dengan begitu,

maka seorang profesional akan menjadikan dirinya sebagai

problem solver (pemecah persoalan), bukannya jadi trouble

maker (pencipta masalah) bagi pekerjaannya.

2. Mempunyai loyalitas

Loyalitas bagi seorang profesional memberikan petunjuk

bahwa dalam melakukan pekerjaannya, ia bersikap total.

Artinya, apapun yang ia kerjakan didasari oleh rasa cinta.

Seorang professional memiliki suatu prinsip hidup bahwa apa

yang dikerjakannya bukanlah suatu beban, tapi merupakan

panggilan hidup. Maka, tak berlebihan bila mereka bekerja

sungguh-sungguh.

Loyalitas bagi seorang profesional akan memberikan daya dan

kekuatan untuk berkembang dan selalu mencari hal-hal yang

terbaik bagi pekerjaannya. Bagi seorang profesional, loyalitas

ini akan menggerakkan dirinya untuk dapat melakukan apa saja

tanpa menunggu perintah. Dengan adanya loyalitas seorang

profesional akan selalu berpikir proaktif, yaitu selalu melakukan

usaha-usaha antisipasi agar hal-hal yang fatal tidak terjadi.

3. Mempunyai integritas

Nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan harus benar-

benar jadi prinsip dasar bagi seorang profesional. Karena

dengan integritas yang tingi, seorang profesional akan mampu

membentuk kehidupan moral yang baik. Maka, tidaklah

berlebihan apabila dikatakan bahwa seorang professional tak

cukup hanya cerdas dan pintar, tapi juga sisi mental. Segi

mental seorang profesional ini juga akan sekaligus menentukan

kualitas hidupnya. Alangkah lucunya bila seseorang mengaku

sebagai profesional, tapi dalam kenyataanya ia seorang koruptor

atau manipulator ?

Integritas yang dipunyai oleh seorang profesional akan

membawa kepada penyadaran diri bahwa dalam melakukan

suatu pekerjaan, hati nurani harus tetap menjadi dasar dan arah

untuk mewujudkan tujuannya. Karena tanpa mempunyai

integritas yang tinggi, maka seorang professional hanya akan

terombang-ambingkan oleh perubahan situasi dan kondisi yang

setiap saat bisa terjadi. Di sinilah intregitas seorang profesional

diuji, yaitu sejauh mana ia tetap mempunyai prinsip untuk dapat

bertahan dalam situasi yang tidak menentu.

4. Mampu bekerja keras

Seorang profesional tetaplah manusia biasa yang mempunyai

keterbatasan dan kelemahan. Maka, dalam mewujudkan tujuan-

tujuan yang ingin dicapai, seorang profesional tidak dapat

begitu saja mengandalkan kekuatannya sendiri. Sehebat-

hebatnya seorang profesional, pasti tetap membutuhkan

kehadiran orang lain untuk mengembangkan hidupnya. Di

sinilah seorang professional harus mampu menjalin kerja sama

dengan berbagai pihak. Dalam hal ini, tak benar bila jalinan

kerja sama hanya ditujukan untuk orang-orang tertentu. Seorang

profesional tidak akan pernah memilih-milih dengan siapa ia

akan bekerja sama.

Seorang profesional akan membuka dirinya lebar-lebar untuk

mau menerima siapa saja yang ingin bekerja sama. Maka tak

mengherankan bila disebut bahwa seorang profesional siap

memberikan dirinya bagi siapa pun tanpa pandang bulu. Untuk

dapat mewujudkan hal ini, maka dalam diri seorang profesional

harus ada kemauan menganggap sama setiap orang yang

ditemuinya, baik di lingkungan pekerjaan, sosial, maupun

lingkungan yang lebih luas.

Seorang profesional tidak akan merasa canggung atau turun

harga diri bila ia harus bekerja sama dengan orang-orang yang

mungkin secara status lebih rendah darinya. Seorang

profesional akan bangga bila setiap orang yang mengenalnya,

baik langsung maupun tidak langsung, memberikan pengakuan

bahwa ia memang seorang profesional. Hal ini bisa dicapai

apabila ia mampu mengembangkan dan meluaskan hubungan

kerja sama dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan pun.

5. Mempunyai Visi

Seorang profesional harus mempunyai visi atau pandangan yang

jelas akan masa depan. Karena dengan adanya visi tersebut,

maka ia akan memiliki dasar dan landasan yang kuat untuk

mengarahkan pikiran, sikap, dan perilakunya. Dengan

mempunyai visi yang jelas, maka seorang profesional akan

memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena apa yang

dilakukannya sudah dipikirkan masak-masak, sehingga ia sudah

mempertimbangkan resiko apa yang akan diterimanya.

Tanpa adanya visi yang jelas, seorang profesional bagaikan

"macan ompong", dimana secara fisik ia kelihatan tegar, tapi

sebenarnya ia tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk

melakukan sesuatu, karena tidak mempunyai arah dan tujuan

yang jelas. Dengan adanya visi yang jelas, seorang profesional

akan dengan mudah memfokuskan terhadap apa yang ia

pikirkan, lakukan, dan ia kerjakan.

Visi yang jelas juga memacunya menghasilkan prestasi yang

maksimal, sekaligus ukuran yang jelas mengenai keberhasilan

dan kegagalan yang ia capai. Jika gagal, ia tidak akan mencari

kambing hitam, tapi secara dewasa mengambil alih sebagai

tanggung jawab pribadi dan profesinya.

6. Mempunyai kebanggaan

Seorang profesional harus mempunyai kebanggaan terhadap

profesinya. Apapun profesi atau jabatannya, seorang profesional

harus mempunyai penghargaan yang setinggi-tingginya

terhadap profesi tersebut. Karena dengan rasa bangga tersebut,

ia akan mempunyai rasa cinta terhadap profesinya.

Dengan rasa cintanya, ia akan mempunyai komitmen yang

tinggi terhadap apa yang dilakukannya. Komitmen yang

didasari oleh munculnya rasa bangga terhadap profesi dan

jabatannya akan menggerakkan seorang profesional untuk

mencari dan hal-hal yang lebih baik, dan senantiasa

memberikan kontribusi yang besar terhadap apa yang ia

lakukan.

7. Mempunyai komitmen

Seorang profesional harus memiliki komitmen tinggi untuk

tetap menjaga profesionalismenya. Artinya, seorang profesional

tidak akan begitu mudah tergoda oleh bujuk rayu yang akan

menghancurkan nilai-nilai profesi. Dengan komitmen yang

dimilikinya, seorang akan tetap memegang teguh nilai-nilai

profesionalisme yang ia yakini kebenarannya.

Seseorang tidak akan mengorbankan idealismenya sebagai

seorang profesional hanya disebabkan oleh hasutan harta,

pangkat dan jabatan. Bahkan bisa jadi, bagi seorang profesional,

lebih baik mengorbankan harta, jabatan, pangkat asalkan nilai-

nilai yang ada dalam profesinya tidak hilang.

Memang, untuk membentuk komitmen yang tinggi ini

dibutuhkan konsistensi dalam mempertahankan nilai-nilai

profesionalisme. Tanpa adanya konsistensi atau keajekan,

seseorang sulit menjadikan dirinya sebagai profesional, karena

hanya akan dimainkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi.

8. Mempunyai Motivasi

Dalam situasi dan kondisi apa pun, seorang professional tetap

harus bersemangat dalam melakukan apa yang menjadi

tanggung jawabnya. Artinya, seburuk apa pun kondisi dan

situasinya, ia harus mampu memotivasi dirinya sendiri untuk

tetap dapat mewujudkan hasil yang maksimal.

Dapat dikatakan bahwa seorang profesional harus mampu

menjadi motivator bagi dirinya sendiri. Dengan menjadi

motivator bagi dirinya sendiri, seorang profesional dapat

membangkitkan kelesuan-kelesuan yang disebabkan oleh situasi

dan kondisi yang ia hadapi. Ia mengerti, kapan dan di saat-saat

seperti apa ia harus memberikan motivasi untuk dirinya sendiri.

Dengan memiliki motivasi tersebut, seorang professional akan

tangguh dan mantap dalam menghadapi segala kesulitan yang

dihadapinya. Ia tidak mudah menyerah kalah dan selalu akan

menghadapi setiap persoalan dengan optimis. Motivasi

membantu seorang profesional mempunyai harapan terhadap

setiap waktu yang ia lalui, sehingga dalam dirinya tidak ada

ketakutan dan keraguan untuk melangkahkan kakinya.

Di bawah ini dikemukakan beberapa ciri profesionalisme :

1. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan

hasil (perfect result), sehingga kita di tuntut untuk selalu mencari

peningkatan mutu.

2. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja

yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.

3. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat

tidak mudah puas atau putus asa sampai hasil tercapai.

4. Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak

tergoyahkan oleh “keadaan terpaksa” atau godaan iman seperti

harta dan kenikmatan hidup.

5. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan

perbuatan, sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok

untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu

keahlian. Profesional, adalah orang yang mempunyai profesi atau

pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan

mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang

profesional adalah kegiatan seseorang yang hidup dengan

mempraktekkan suatau keahlian tertentu atau dengan terlibat

dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian tertentu

atau dengan terliabat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut

keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai

sekedar hobi, untuk senang-senang, atau mengisi waktu luang.

Konsep dasar profesionalisme adalah kunci dalam suatu profesi,

karena hal inilah yang mendasari seseorang untuk bisa menjadi

profesional dalam menjalankan profesi yang dimiliki.

B. Saran

Daftar Pustaka

Sumardi, Pengaruh Pengalaman Terhadap Profesionalisme Serta

Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja,

Tesis, Undip, 2001.

http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/02/kriteria-

profesional.html

http://rizal.blog.undip.ac.id/files/2009/07/dipakai_siskom_etika-

profesi.pdf

Sjafri Sairin, Membangun Profesionalisme Muhammadiyah,

(Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Tenaga Profesi [LPTP],

2003), hal 37.