25
Benjolan pada Mammae saat Laktasi Oktaviana Nenabu*Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA Alamat Korespondensi: Oktaviana Nenabu, Fakultas Kedokteran UKRIDA Jl. Terusan Arjuna no. 6, Tanjung Duren, Jakarta Barat 11510. E-mail: [email protected] Pendahuluan Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses. Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan 1

Makalah Blok 24 Ana

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah

Citation preview

Benjolan pada Mammae saat LaktasiOktaviana Nenabu*Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA

Alamat Korespondensi:Oktaviana Nenabu, Fakultas Kedokteran UKRIDA Jl. Terusan Arjuna no. 6, Tanjung Duren, Jakarta Barat 11510. E-mail: [email protected]

Pendahuluan Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga tersebut.Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses.Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista.Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi dengan membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini akan menjadi kapsul abses, yang terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri, dengan kemerahan panas dan edema pada kulit diatasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka pus akan menjadi berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan nekrosis. Dalam kasus seperti ini demam biasa muncul ataupun tidak. Pus dapat diaspirasi dengan spuit dan jarum berlubang besar.

Anamnesis1. Identitas Pasien. Nama lengkap pasien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa.2. Keluhan utama. 3. Riwayat penyakit sekarang Menanyakan kembali sejak kapan keluhan muncul, untuk memastikan apa yang telah dikatakan pasien. Menanyakan adakah gejala penyerta 4. Riwayat penyakit keluarga. Menanyakan adakah keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan yang dialami oleh pasien. 5. Riwayat penyakit dahulu. Menanyakan apakah pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Cari tahu riwayat penyakit dahulu dari kondisi medis apapun yang signifikan.6. Riwayat sosial. Menanyakan kepada pasien apakah penyakitnya menganggu/sangat menggangu/ tidak menggangu aktivitas sehari-hari pasien, kebersihan perorangan sehari-hari, makan minumnya, pola tidurnya.7. Riwayat pengobatan/obat. Apakan sudah menggunakan obat tertentu. Dan bagaimana hasilnya.

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik payudara hanhya ada dua cara yakni inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan perkusi dan auskultasi tidak berperan dalam pemeriksaan payudara.1. Inspeksi:Pada pemeriksaan inspeksi perlu diperhatikan; bentuk , ukuran dan warna kulit payudara.a. Bentuk payudara; payudara adalah suatu organ tubuh yang tumbuh dinamis artinya dari waktu ke waktu akan berubah baik bentuk maupun ukurannya sesuai umur pemilik payudara tersebut. Perkembangan payudara 1. Masa prapubertas; payudara belum berkembang, hanya ada puting susu berukuran kecil. Pada masa ini antara payudara perempuan dan laki-laki hampir sama.2. Mulai pubertas; pada anak perempuan, payudara mulai tumbuh, makin lama makin besar, juga puting susu bertambah besar.3. Sewaktu dewasa dan dalam keadaan hamil; pada masa ini kelenjar mamma mulai mempersiapkan diri menjadi lebih banyak dan besar. Dalam rangka memproduksi buat ASI, puting susu dan aerola bertambah gelap warnanya.4. Setelah massa laktasi; pada masa ini payudara akan kembali mengecil tapi tidak bisa kembali keukuran semula dan tampak mengendur.5. Sesudah menopause; pada masa ini ukuran payudara akan lebih kecil lagi dan menjadi kendur ini disebut atrofi mamma.b. Ukuran payudara; tidak ada payudara yang 100% sama bentuk maupun ukurannya, biasanya yang kiri lebih besar. Bila ukurannya berbeda jauh, keadaan ini dinamakan asimetris payudara.Kadang-kadang ditemukan satu payudara tidak berkembang atau terbentuk sama sekali dan keadaaan ini dinamakan agnesis mamma. Bila payudara tumbuh tetapi tidak mencapai ukuran yang seharusnya, keadaan ini dinamakan hipotrofi mamma.Mamma hipertofi adalah bila ukuran payudara sangat besar sehingga memberi keluhan pada pemiliknya. Kadang-kadang ukurannya bisa sangat besar ini dinamakan makromastia atau giganto mastia.Mamma pedulans adalah payudara yang karena bobotnya akan tergantung lebih bawah dari tempat yang seharusnya, biasanya ditemukan mamma hipertfrofi et pendulans.Ptosis mamma adalah payudara yang berukuran normal,sehabis masa laktasi ligamentum suspensorium cooperi akan mengendur sehingga letaknya menjadi lebih rendah. Supernumeri adalah bila ditemukan lebih dari 2 puting susu pada seorang wanita. Biasanya puting susu terletak di milkline, yakni garis imaginer yang terletak mulai dari linea axillaris anterior melalui papilla mamma sampai di pertengahan daerah inguinal. Pada supernumeri bisa ditemukan sampai 6 atau 8 pasang puting susu.Mamma aberrant adalah bila ada bagian kelenjar payudara yang tumbuh di ketiak, bisa pada satu sisi atau dikedua sisi payudara, bisa juga ditemukan pada puting susu diatasnya. Pada saat laktasi, payudara akan membesar dan kadang-kadang dapat mengeluarkan ASI.c. Macam-macam papilla mammaInverted papilla mamma adalah puting susu yang tumbuh atau tertarik ke dalam, atau bisa juga disertai adanya bagian kulit payudara lain yang tertarik. Keadaan ini biasanya berupa kelainan bawaan. Harus hati-hati bila puting susu semula normal lalu tertarik ke dalam (retraksi puting susu). Keadaan ini merupakan salah satu tanda adanya keganasan atau kanker payudara. Puting susu sering merdang. Bila radang puting susu tidak sembuh, ini mungkin disebabkan oleh paget disease of the breast yakni Ca mamma yang bermula dari puting susu.d. Warna kulit payudara dan perubahan pada kulit payudaraWarna kulit payudara biasanya sama dengan warna kulit tubuh lainnya, kecuali di daerah aerola mamma. Kulit sekitar puting susu berwarna lebih gelap dan makin jelas pada saat kehamilan. Kulit payudara yang berwarna kemerahan dan tegang akan dijumpai bila terjadi peradangan. Kulit payudara dengan pori-pori yang besar-besar sehingga memberi kesan seperti kulit jeruk (peau dorange) terjadi akibat pembendungan aliran limfe dalam payudara. Keadaan ini dapat terjadi pada Ca mamma lanjut. Tanda-tanda radang kulit payudara bisa juga terjadi pada kanker payudara yang disebut mastitis carcinomatosa yakni jenis kanker payudara yang sangat ganas, yang disertai dengan peradangan yang luas pada payudara: payudara menjadi edematous dan kemerahan disertai hipertemi dan rasa sakit.2. Palpasi Pada pemeriksaan ini, pasien bisa dalam posisi duduk atau lebih baik dalam posisi tidur telentang dengan diganjal bantal kecil pada bahunya. Kedua tangan pemeriksa tidak boleh terlalu dingin. Bila tangan pemeriksa dingin, gosok-gosokkanlah kedua telapak tangan sehingga menjadi hangat dan barulah melakukan pemeriksaan perabaan (palpasi). Palpasi dilakukan dengan menggunakan jari II sampai ke V tangan kanan, tetapi jangan memakai ujung-ujung jari. Palpasi yang benar adalah dengan menggunakan bagian volar dan ruas jari yang paling ujung (phalanx distal digiti II-V= finger pads) dan rabalah dengan ttenaga yang lembut. Bila pada palpasi teraba benjolan yang terletak lebih dalan, kita dapat menekan lebih keras sewaktu meraba.Rabalah payudara secara sitematis dengan mengikuti pola jarum jam dimulai dari jam 12, jam 1,dst. Rabalah dari daerah perifer ke arah sentral yaitu kearah puting susu dan sebaliknya. Dapat pula dilakukan dengan meraba secara melingkar dari puting susu kearah perifer.Bila ditemukan kelainan berupa benjolan maka benjolan tersebut harus diuraikan dan dicatat: Pada posisi jam berapa Ukuran benjolan disebutkan dan dicatat diameter terbesar dan diameter terekecil dalam cm. Jarak letak benjolan dari puting susu yang dinyatakan dalam cm Bagaimana bentuk benjolan (bulat,lonjong) bagaimana tepinya(rata/tidak rata) Bagaimana konsistensi benjolan (keras, kenyal, lunak atau kistik) Bagaimana keadaan benjolan terhadap jaringan sekitarnya. Apakah mudah digerakkan atau tidak dapat bergerak (immobile) atau terfiksasi dengan dasarnya. Adakah rasa nyeri bila ditekan

Pemeriksaan axilla dan kelenjar infra serta supraclavicularSetiap kali kita memeriksa payudara pasien, kelenjar axilla, kelenjar infra dan supraclavikular mutlak harus di periksa juga.Pakailah tangan kanan untuk memeriksa axilla kiri pasien dengan cara berikut. Lengan kiri pemeriksa memegang lengan kiri pasien pada daerah siku dan mintalah pasien meletakkan lengan kirinya pada lengan kiri pemeriksa yang telah memegang lengan kiri pasien pada daerah situ dan periksalah dengan seksama.Pemeriksaan axilla kanan pasien dilakukan denagn tangan kiri, jadi kebalikan dengan pemeriksaan ketiak kiri. Hasil pemeriksaan harus diuraikan, apakah teraba kelenjar dan berapa cm ukurannya, apakah kelenjar saling melekat atau tidak, adakah rasa nyeri. Setelah melakukan pemeriksaan palpasi axilla kanan dan kiri, pemeriksaan dilanjutkan pada daerah infraclavicular dan supraclavikular kanan dan kiri.Pemeriksaan paling akhir adalah mamijit puting susu pasien dan perlu diingat agar sebelum melakukan pemeriksaan ini, kita harus memberitahu pasien tentang tujuan pemeriksaan ini. Perhatikan apakah ada cairan yang keluar, catat warna cairan, konsistensi cairan, apakah encer atau kental atau berdarah. Bila berdarah perlu juga dicatat apakah warna darahnya merah tua atau merah segar.

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis tidak selalu diperlukan. Data laboratorium; jumlah sel darah putih meningkat, LED meningkat, sel darah merah meningkat, Hb normal.World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila: pengobatan dengan antibiotik tidak -- memperlihatkan respons yang baik dalam 2 hari terjadi mastitis berulang mastitis terjadi di rumah sakit penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat.Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang langsung ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur. Beberapa penelitian memperlihatkanberatnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya jumlah bakteri atau patogenitas bakteri.Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara serial.

Diagnosis Kerja Abses payudara Merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan kumpulan nanah yang terbentuk di bawah kulit payudara sebagai akibat dari infeksi bakteri. Gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri. Pada benjolan teraba fluktuasi dan suhu tubuh meningkat. Umumnya terjadi pada orang-orang yang berusia antara 18 sampai dengan 50 tahun tetapi sangat jarang terjadi pada wanita yang tidak menghasilkan ASI. Oleh karena itu wanita yang menyusui memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadinya abses payudara. Ketika ASI tidak dikeluarkan sepenuhnya sewaktu menyusui, sisa ASI terperangkap di dalam salurannya dan menyebabkann terjadinya peradangan kondisi ini dikenal sebagai mastitis. Peradangan akan meningkatkan resiko infeksi bakteri selanjutnya pada saluran tersebut. Infeksi bakteri juga dapat terjadi melalui kulit puting payudara yang pecah. Ketika bakteri memasuki payudara, sistem kekebalan tubuh akan berusaha untuk melawan bakteri-bakteri tersebut dengan mengirim sel-sel darah putih ke tempat terjadinya infeksi. Pada proses pembunuhan bakteri ini, beberapa jaringan dapat mengalami kerusakan, membentuk suatu kantung kecil yang akan diisi oleh nanah (campuran dari jaringan mati, bakteri dan sel-sel darah putih), membentuk abses payudara.

Diagnosis BandingMastitis Merupakan peradangan parenkimal kelenjar payudara, organisme tersering adalah staphylococcus aureus. Mastitis memperlihatkan gejala klinis payudara nampak merah, bengkak keras, terasa panas, dan nyeri sekali. Dapat mengenai kedua atau hanya satu payudara. Penyebabnya antara lain puting lecet atau saluran ASI tersumbat yang tidak ditatalaksana dengan baik. Abses payudara merupakan suatu komplikasi dari mastitis berupa kumpulan nanah yang terlokalisisr diantara jaringan payudara.Penatalaksanaan mastitis sebagai berikut menyusui diteruskan, pertama bayi disusukan pada payudara yang normal selama dan sesering mungkin, agar payudara kosong, kemudian beri kompres hangat atau panas, bisa menggunakan shower hangat atau lap basah pada payudara yang terkena, rubah posisi menyusui dari waktu kewaktu, yaitu dengan posisi tiduran, duduk,, atau posisi memegang bola, pakai baju atau BH yang longgar, istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi, banyak minum sekitar 2 liter per hari, bila sudah dilakukan cara-cara di atas namun tidak ada perbaikan setelah 12 jam, maka berikan antibiotik selama 5-10 hari dan analgetik.

Etiologi Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu).Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui bebebrapa cara yaitu sebagai berikut: Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bias menyebabkan abses.Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika: Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang. Terdapat gangguan system kekebalan tubuh.

Epidemiologi 1. Insiden Penelitian di seluruh dunia dalam 10 tahun terakhir menunjukkan kejadian mastitis laktasi berkisar 4-27% wanita menyusui tergantung pada metode, terutama subjek seleksi, yang digunakan dalam studi ini. Mastitis terjadi pada semua populasi, dengan atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dari sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya di bawah 10%.

2. Mula Timbul Mastitis laktasi dapat berkembang pada minggu-minggu awal pasca melahirkan setelah ibu meninggalkan rumah sakit. Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran, dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74% sampai 95% kasus terjadi dalam 12 minggu pertama. Namun, sekitar sepertiga dari kasus-kasus ibu menyusui jangka panjang terjadi setelah bayi berusia 6 bulan.

Patofisiologi Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran hematogen pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.Faktor risiko terjadinya mastitis antara lain:1. Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya.2. Puting lecet. Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat kebanyakan ibu menghindari pengosongan payudara secara sempurna.3. Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek.Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa.4. Pengosongan payudara yang tidak sempurna.5. Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi yang hanya mengisap puting (tidak termasuk areola) menyebabkan putting terhimpit diantara gusi atau bibir sehingga aliran ASI tidak sempurna.6. Ibu atau bayi sakit.7. Frenulum pendek.8. Produksi ASI yang terlalu banyak.9. Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.10. Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk pengaman pada mobil.11. Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI, jamur,serpihan kulit, dan lain-lain.12. Penggunaan krim pada puting.13. Ibu stres atau kelelahan.14. Ibu malnutrisi. Hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh yang rendah.

Gejala KlinisGejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya : Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah mengkilap, panas jika disentuh, membengkak dan adanya nyeri tekan). Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah) Gatal- gatal Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena.Menurut Sarwono (2009), pada abses payudara memiliki tanda dan gejala yaitu: Nyeri payudara yang berkembang selama periode laktasi Fisura putting susu Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras Warna kemerahan pada seluruh payudara atau lokal Limfadenopati aksilaris yang nyeri Pembengkakan yang disertai teraba cairan dibawah kulit Suhu badan meningkat dan menggigil Payudara membesar, keras dan akhirnya pecah dengan borok serta keluarnya cairan nanah bercampur air susu serta darah.

Penatalaksanaan 1. Penggunaan obat-obatanMeskipun ibu menyusui sering enggan untuk mengkonsumsi obat, ibu dengan mastitis dianjurkan untuk mengkonsumsi beberapa obat sesuai indikasi. AnalgetikRasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang berguna dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan gejala yang berhubungan dengan peradangan dibandingkan parasetamol atau asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis. AntibiotikJika gejala mastitis masih ringan dan berlangsung kurang dari 24 jam, maka perawatan konservatif (mengalirkan ASI dan perawatan suportif) sudah cukup membantu. Jika tidak terlihat perbaikan gejala dalam 12 24 jam atau jika ibu tampak sakit berat, antibiotik harus segera diberikan. Jenis antibiotik yang biasa digunakan adalah dikloksasilin atau flukloksasilin 500 mg setiap 6 jam secara oral. Dikloksasilin mempunyai waktu paruh yang lebih singkat dalam darah dan lebih banyak efek sampingnya ke hati dibandingkan flukloksasilin. Pemberian per oral lebih dianjurkan karena pemberian secara intravena sering menyebabkan peradangan pembuluh darah. Sefaleksin biasanya aman untuk ibu hamil yang alergi terhadap penisillin tetapi untuk kasus hipersensitif penisillin yang berat lebih dianjurkan klindamisin.Antibiotik diberikan paling sedikit selama 10 14 hari. Biasanya ibu menghentikan antibiotik sebelum waktunya karena merasa telah membaik. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya mastitis berulang. Tetapi perlu pula diingat bahwa pemberian antibiotik yang cukup lama dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi jamur pada payudara dan vagina.Pada penelitian yang dilakukan Jahanfar diperlihatkan bahwa pemberian antibiotik disertai dengan pengosongan payudara pada mastitis mempercepat penyembuhan bila dibandingkan dengan pengosongan payudara saja. Sedangkan penelitian Jimenez dkk. memperlihatkan bahwa pemberian Lactobacillus salivarius dan Lactobacillus gasseri mempercepat perbaikan kondisi klinik pada kasus mastitis yang sementara mendapat antibiotik. Tata laksana suportif Terapi bedahBila abses telah terbentuk pus harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan insisi dan penyaliran, yang biasanya membutuhkan anastesi umum, tetapi dapat juga dikeluarkan melalui aspirasi, dengan tuntunan ultrasuara. Ultrasuara berguna untuk sebagi alat diagnostik abses payudara dengan dilakukan secara menyeluruh aspirasi pus dengan bimbingan ultrasuara dapat bersifat kuratif. Hal ini kurang nyeri dan melukai dibandingkan insisi dan penyaliran, dan dapat dilakukan dengan anastesi lokal, hal ini sering dilakukan pada pasien yang menjalani rawat jalan. ASITata laksana mastitis dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu. Aliran ASI yang baik merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis karena stasis ASI merupakan masalah yang biasanya mengawali terjadinya mastitis. Ibu dianjurkan agar lebih sering menyusui dimulai dari payudara yang bermasalah. Tetapi bila ibu merasa sangat nyeri, ibu dapat mulai menyusui dari sisi payudara yang sehat, kemudian sesegera mungkin dipindahkan ke payudara bermasalah, bila sebagian ASI telah menetes (let down) dan nyeri sudah berkurang. Posisikan bayi pada payudara sedemikian rupa sehingga dagu atau ujung hidung berada pada tempat yang mengalami sumbatan. Hal ini akan membantu mengalirkan ASI dari daerah tersebut.Ibu dan bayi biasanya mempunyai jenis pola kuman yang sama, demikian pula pada saat terjadi mastitis sehingga proses menyusui dapat terus dilanjutkan dan ibu tidak perlu khawatir terjadi transmisi bakteri ke bayinya. Tidak ada bukti terjadi gangguan kesehatan pada bayi yang terus menyusu dari payudara yang mengalami mastitis. Ibu yang tidak mampu melanjutkan menyusui harus memerah ASI dari payudara dengan tangan atau pompa. Penghentian menyusui dengan segera memicu risiko yang lebih besar terhadap terjadinya abses dibandingkan yang melanjutkan menyusui. Pijatan payudara yang dilakukan dengan jari-jari yang dilumuri minyak atau krim selama proses menyusui dari daerah sumbatan ke arah puting juga dapat membantu melancarkan aliran ASI.Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat, mengkonsumsi cairan yang adekuat dan nutrisi berimbang. Anggota keluarga yang lain perlu membantu ibu di rumah agar ibu dapat beristirahat. Kompres hangat terutama saat menyusu akan sangat membantu mengalirkan ASI. Setelah menyusui atau memerah ASI, kompres dingin dapat dipakai untuk mengurangi nyeri dan bengkak. Pada payudara yang sangat bengkak kompres panas kadang membuat rasa nyeri bertambah. Pada kondisi ini kompres dingin justru membuat ibu lebih nyaman. Keputusan untuk memilih kompres panas atau dingin lebih tergantung pada kenyamanan ibu.Perawatan di rumah sakit dipertimbangkan bila ibu sakit berat atau tidak ada yang dapat membantunya di rumah. Selama di rumah sakit dianjurkan rawat gabung ibu dan bayi agar proses menyusui terus berlangsung.

Pencegahan Menurut WHO, 2002. Abses payudara sangat mudah dicegah bila menyusui dilakukan dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan stasis ASI dan bila tanda dini seperti bendungan ASI, sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting susu diobati dengan cepat. Dukungan untuk menyusuiKita sebagai petugas kesehatan harus meyakinkan Perawatan dengan abses payudara ia dapat melanjutkan menyusui. Bahwa hal ini tidak akan membahayakan bayinya dapat menyusui bayinya yang lain dikemidian hari. Disini kita sebagai petugas kesehatan memiliki peran yang sangat penting dengan menjelaskan kepada klien untuk penanganan yang harus dilakukan dengan kondisi seperti ini. Untuk menjamin agar menyusui yang baik terus berlangsung, penatalaksanannya sebaiknya harus dilakukan sebagai berikut:1.Bayi sebaiknya tetap bersama ibu sebelum dan sesudah pembedahan2.Bayi terus dapat menyusui pada payudara yang sehat3.Saat ibu menjalani pembedahan, bila sekiranya ibu tidak dapat menyusui selama lebih dari 3 jam, bayi harus diberi makanan lain.4.Sebagai persiapan bagian dari persiapan bedah, ibu dapat memeras ASI-nya dari payudara yang sehat, dan ASI tersebut diberikan pada bayi dengan cangkir saat ibu dalam pengobatan.5.Segera setelah ibu sadar kembali ( bila ibu tersebut diberi anastesi umum ), atau segera setelah pembedahan selesai ( bila digunakan anatesi lokal ), ibu dapat menyusui kembali pada payudar yang sehat.6.Segera setelah nyeri pada luka memungkinkan, ibu dapat kembali menyusui dari payudara yang terkena. Hal ini biasanya mungkin dilakukan dalam beberapa jam, kecuali pembedahan dekatpada puting susu. Ibu harus diberi analgesikyang diperlukan untuk mengontrol nyeri dan memungkinkan menyusui kembali lebih dini.7.Biasanya ibu membutuhkan bantuan terlatih untuk membantu bayi mengenyut payudara yang terkena kembali, dan hal ini dapat membutuhkan beberapa usaha sebelum bayi dapat menghisap dengan baik. dorongan ibu u ntuk tetap menyusui, dan bantu ibu untuk menjamin kenyutan yang baik.8.Bila payudara yang terken tetap memproduksi ASI, penting agar bayi dapat mengisap dan mengeluarkan ASI dari payudar tersebut, untuk mencegah statis ASI dan terulangnya infeksi.9.Bila pada mulanya bayi tidak mau mengenyut atau mengisap payudra yang terkena, penting untuk memeras ASI sampai bayi mulai mengisap kembali.10.Bila produksi ASI pada payudara berhenti, pengisapan yang sering merupakan jalan yang efektif untuk merangsang peningkatan produksi.11.Untuk sementara waktu bayi dapat terus menyusu pada payudara yang sehat. Biasanya bayi dapat menyusu cukup hanya dari satu payudar, sehingga ia cukup mendapatakan makanan sementara produksi ASI dari payudara yang terkena pulih kembali. Sedangkan menurut pendapat ahli mengatakan bahwa:a.Segera setelah melahirkan menyusui bayi dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusive.b.Melakukan perawatan payudara dengan tepat dan benar. Massage payudara, kompres hangat dan dingin, pakai bh yang menyokong kedua payudara .c.Rajin mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila basah oleh keringat dan ASI, BH tidak boleh terlalu sempit dan menekan payudara.d.Segera mengobati puting susu yang lecet, bila perlu oleskan sedikit ASI pada puting tersebut.Bila puting bernanah atau berdarah, konsultasikan dengan bidan di klinik atau dokter yang merawate.Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi tersebut meninggal, sebaiknya dilakukan bebat tekan pada payudara dengan menggunakan kain atau stagen dan ingat untuk minta obat penghenti ASI pada dokter atau bidan.f.Biasakan untuk menyusui secara rutin bergantian pada kedua payudara kanan dan kiri.g.Bila menemui kesulitan seperti puting payudara tenggelam atau ASI tidak bisa lancar keluar tetapi payudara tampak mengeras tanda berproduksi ASI maka konsultasikan dengan bidan cara memerah ASI dengan benar agar tidak terjadi penumpukan produksi ASI.h.Biasakan untuk menyusui bayi hingga kedua payudara terasa kosong dan bila bayi tampak sudah kenyang namun payudara masih terasa penuh atau ASI menetes deras, segera kosongkan dengan cara memerah secara manual menggunakan jari - jari tangan menekan pada areola ( lingkaran hitam sekitar puting ), simpan ASI di kulkas jangan di buang, bisa diberikan kembali dengan cara menyuap ke mulut bayi menggunakan sendok atau biarkan bayi mencecap dengan cawan kecil setelah ASI dihangatkan.i. Seorang ibu harus menjaga tangan dan putting susunya bersih untuk menghindari kotoran dan kuman masuk ke dalam mulut bayi. Dengan cara mencuci kedua tangannya dengan sabun dan air sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui Hal ini juga menghindari putting susu sakit dan infeksi pada payudara.j. Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.Setelah menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D.k.Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara.

Prognosis Dengan pengobatan yang tepat, sebagian besar infeksi payudara termasuk abses akan seelesai tanpa komplikasi yang serius.

Kesimpulan Abses payudara merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan kumpulan nanah yang terbentuk di bawah kulit payudara sebagai akibat dari infeksi bakteri. Abses payudara merupakan komplikasi dari mastitis. Gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri. Pada benjolan teraba fluktuasi dan suhu tubuh meningkat. Untuk mendiagnosis penyakit ini dilakukan pemriksaan fisik berupa inspeksi dan palpasi. Untuk mendukung diagnosis diperlukan juga beberapa pemeriksaan seperti lab darah, kultur kuman, USG payudara.Daftar Pustaka1. Soetjningsih. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC. 2007 . h. 110-5.2. At a Glace Anamnesis. Jakarta: Erlangga. 2008. h. 90-3.3. Kurnia Y, Morosidi S, Hartono A, Marbun E, dkk. Buku Panduan Ketrampilan Klinik (Skill Lab). Jilid 6. Jakartra: Peneribit: Biro Publikasi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. 2008. h. 45-54.4. Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi. Ed.3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; EGC. 2009. h.23-6.5. Bahiyatum. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: Erlangga 2007. h. 34-40.

1