Upload
lucy-besitimur
View
21
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah 20
Citation preview
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
Naomi Besitimur (102012113) C9
Email: [email protected]
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Kebon jeruk-Jakarta Barat Telp. 56942061
Abstract: The problem that is often experienced by older men associated with the urinary
system is benign prostatic hyperplasia ( BPH ) . Although rarely life-threatening, BPH
complainant irritating and disrupt daily activities . This situation is a result of an enlarged
prostate gland , or benign prostate enlargement ( BPE ), which causes obstruction of the
bladder neck and urethra or bladder outlet obstruction known as ( BOO ) . In Indonesia, BPH
is second only to urinary tract stones found in 50 % of men aged over 50 years with a life
expectancy average in Indonesia has reached 65 years and it is estimated that approximately 5
% of Indonesian men 60 years old or more . If the count of the Indonesian population totaling
200 million , roughly 100 million consisting of men , and were aged 60 years or over
approximately 5 million , it is estimated that there are 2.5 million men suffering from BPH
Indonesia . Thus, it will be many cases in hospitals in general surgery indications . With the
improvement of development in our country which will give the effect of rising life
expectancy , then BPH will increase. Therefore , BPH should be detected by doctors , by
recognizing the clinical manifestations of BPH and can be managed in a rational way so that
it will provide a low morbidity and mortality with optimal costs.
Keywords: BPH, BPE, Geriatrics
Abstrak: Masalah yang sering dialami seorang pria usia lanjut yang berhubungan dengan
sistem perkemihan adalah Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Meskipun jarang mengancam
jiwa, BPH memberikan keluhan yang menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Keadaan ini akibat dari pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE)
yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai
bladder outlet obstruction (BOO). Di Indonesia BPH merupakan urutan kedua setelah batu
saluran kemih dan diperkirakan ditemukan pada 50% pria berusia diatas 50 tahun dengan
angka harapan hidup
1
rata-rata di Indonesia yang sudah mencapai 65 tahun dan diperkirakan bahwa lebih kurang
5% pria Indonesia sudah berumur 60 tahun atau lebih. Kalau dihitung dari seluruh
penduduk Indonesia yang berjumlah 200 juta lebih, kira-kira 100 juta terdiri dari pria, dan
yang berumur 60 tahun atau lebih kira-kira 5 juta, sehingga diperkirakan ada 2,5 juta laki-laki
Indonesia yang menderita BPH. Dengan demikian, akan banyak pula kasus di rumah sakit
yang pada umumnya berindikasi pembedahan. Dengan semakin membaiknya pembangunan di
negara kita yang akan memberikan dampak kenaikan umur harapan hidup, maka BPH akan
semakin bertambah. Oleh karena itu, BPH harus dapat dideteksi oleh para dokter, dengan
mengenali manifestasi klinik dari BPH dan dapat dikelola secara rasional sehingga akan
memberikan morbiditas dan mortalitas yang rendah dengan biaya yang optimal.
Kata kunci: BPH, BPE, Geriatri
Pendahuluan
Latar belakang
Tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan sebaliknya tidak semua keluhan
miksi disebabkan oleh BPH. Banyak sekali faktor yang diduga berperan dalam
proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar prostat, tetapi pada dasarnya BPH tumbuh pada pria
yang menginjak usia tua dan masih mempunyai testis yang masih berfungsi normal
menghasilkan testosteron. Di samping itu pengaruh hormon lain (estrogen, prolaktin), diet
tertentu, mikrotrauma, dan faktor-faktor lingkungan diduga berperan dalam proliferasi sel-sel
kelenjar prostat secara tidak langsung. Faktor-faktor tersebut mampu mempengaruhi sel-sel
prostat untuk mensintesis protein growth factor, yang selanjutnya protein inilah yang
berperan dalam memacu terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat. Fakor-faktor yang
mampu meningkatkan sintesis protein growth factor dikenal sebagai faktor
ekstrinsik sedangkan protein growth factor dikenal sebagai factor intrinsik yang
menyebabkan hiperplasia kelenjar prostat. Sehingga, istilah BPH atau benign prostatic
hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu karena terdapat hiperplasia
sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat. Terapi yang akan diberikan pada pasien
tergantung pada tingkat keluhan pasien, komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan
pilihan pasien. Di berbagai daerah di Indonesia kemampuan melakukan diagnosis dan
modalitas terapi pasien BPH tidak sama karena perbedaan fasilitas dan sumber daya manusia
di tiap-tiap daerah. Walaupun demikian, dokter dan perawat di daerah terpencil pun
2
diharapkan dapat menangani pasien BPH dengan sebaik-baiknya terutama kasus BPH yang
berhubungan dengan tindakan pembedahan.
Rumusan masalah
Seorang laki-laki berusia 60 tahun dengan keluhan sering BAK, terutama pada malam hari
Tujuan
Adapun tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui benign prostat
hyperplasi dalam hal ini mencakup pemeriksaan, diagnostik, dan terapi pilihan yang sesuai
dengan kasus yang diperoleh.
Pembahasan
Anamnesis
- Identitas
Identias perlu ditanyakan untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah memang
benar pasien yang dimaksud. Identitas biasanya meliputi nama lengkap pasien, umur atau
tanggal lahir, jenis kelamin. nama orang tua atau suami atau istri atau penanggung jawab,
alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama. 1Dari kasus yang didapat dari hasil
anamnesis didapatkan usia pasien adalah 60 tahun.
- Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter.
Dari kasus didapatkan keluhan utama pasien adalah sering BAK terutama pada malam hari.
- Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien keluhan utama yang dirasakan disertai dengan setelah selesai BAK pasien selalu
merasa tidak lampias dan pancaran urinnya lemah. Keluhan ini sudah dirasakan selama 6
bulan terakhir dan semakin memberat.
- Riwayat penyakit dahulu
Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit
yang pernah diderita dengan penyakit sekarang.1
3
- Riwayat keluarga
Dapat digunakan untuk memperkuat diagnosis. Karena biasanya penularan suatu penyakit
berasal dari keluarga sendiri yang terjangkit atau karena faktor genetik pada penyakit-
penyakit yang terpaut gen.1
- Riwayat sosial
Termasuk tentang pekerjaan pasien. Pada umumnya jenis pekerjaan juga berperan penting
dalam penyebab timbulnya penyakit.
- Riwayat pribadi
Biasanya tentang gaya hidup pasien, ekonomi, sosial dan pendidikan pasien.1
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat temuan-temuan
dalam anamnesis.2 Teknik pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan visual atau pemeriksaan
pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), pemeriksaan ketok (perkusi) dan
pemeriksaan dengar menggunakan stetoskop (auskultasi).2
Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
Analisa urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting dilakukan untuk
melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi. Pemeriksaan kultur urin
berguna untuk mengetahui kuman penyebab infeksi dan sensitivitas kuman
terhadap beberapa antimikroba.3
Pemeriksaan faal ginjal, untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang
mengenai saluran kemih bagian atas. Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin
darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal atau status metabolik.
Pemeriksaan Prostat Specific Antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar
penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA
< 4ng/ml tidak perlu dilakukan biopsi. Sedangkan bila nilai PSA 4-10ng/ml,
hitunglah prostat specific antigen density (PSAD) lebih besar sama dengan
0,15 maka sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA >
10ng/ml.
2) Radiologis/pencitraan
4
Pemeriksaan radiologis bertujuan untuk memperkirakan volume BPH, menentukan
derajat disfungsi buli-buli dan volume residu urin serta untuk mencari kelainan
patologi lain, baik yang berhubungan maupun tidak berhubungan dengan BPH.
Foto polos abdomen, untuk mengetahui kemungkinan adanya batu opak
disaluran kemih, adanya batu/kalkulosa prostat, dan adanya bayangan buli-buli
yang penuh dengan urin sebagai tanda. Adanya retensi urin dapat juga dilihat
lesi osteoblastik sebagai tanda metastasis dari keganasan prostat, serta
osteoporosis akibat kegagalan ginjal.4,7
Pemeriksaan Pielografi Intravena (IVP), untuk mengetahui kemungkinan
adanya kelainan pada ginjal maupun ureter yang berupa hidroureter atau
hidronefrosis. Dan memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukan
dengan adanya indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat)
atau ureter dibagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked fish)/
gambaran ureter berbelok-belok di vesika, penyulit yang terjadi pada buli-buli
adanya trabekulasi, divertikal atau sakulasi buli-buli.
Pemeriksaan USG Transektal, untuk mengetahui besar kelenjar prostat,
memeriksa masa ginjal, menentukan jumlah residual urin, menentukan volume
buli-buli, mengukur sisa urin dan batu ginjal, divertikulum atau tumor buli-
buli, dan mencari kelainan yang mungkin ada dalam buli-buli.4
Working diagnosis
Working diagnosis merupakan diagnosis utama tentang penyakit yang diderita pasien setelah
melakukan anamnesis dan pemeriksaan terhadap pasein. Berdasarkan pengertian tersebut
didapatkan working diagnosis untuk kasus ini yaitu Benign Prostatic Hyperplasi (BPH).
Differential diagnosis
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih
(mencakup organ-organ saluran kemih, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra).
Infeksi saluran kemih adalah istilah umum untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme
pada saluran kemih. Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering
juga disebut sebagai sistitis. Tidak semua infeksi saluran kemih menimbulkan gejala, infeksi
5
saluran kemih yang tidak menimbulkan gejala disebut sebagai infeksi saluran kemih
asimtomatis.
Berikut beberapa kategori infeksi saluran kemih, yakni sebagai berikut:
1). Infeksi Saluran Kemih Primer : Berdasarkan gejala sistemik pada infeksi saluran kemih
ini maka ISK primer dapat dibagi menjadi 2 kategori sebagai berikut :
- ISK lokal dapat diterapi antibiotika lokal.
- ISK dengan beberapa gejala sistemik yang bisa diterapi secara antibiotika sistemik seperti
amoksilin.4
2). Infeksi Saluran Kemih Sekunder : Infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh penyakit
lainnya. ISK berulang sendiri merupakan pertanda bahwa Infeksi saluran kemih tersebut
termasuk dalam kategori sekunder karena penanganan dan pengobatan ISK sebelumnya tidak
tepat. Penyebab penyakit infeksi saluran kemih sekunder adalah diakibatkan oleh obstruksi
saluran kemih seperti pembesaran prostat, struktur uretra dan batu saluran kemih. Oleh
karena itu, penanganan dan pengobatan penyakit infeksi saluran kemih sekunder haruslah
berdasarkan penyebabnya yang perlu diketahui.4
Infeksi saluran kemih sering terjadi pada wanita. Salah satu penyebabnya adalah uretra
wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah melewati jalur ke
kandung kemih. Faktor lain yang berperan adalah kecenderungan untuk menahan urin serta
iritasi kulit lubang uretra sewaktu berhubungan kelamin. Uretra yang pendek meningkatkan
kemungkinan mikroorganisme yang menempel dilubang uretra sewaktu berhubungan
kelamin memiliki akses ke kandung kemih. Wanita hamil mengalami relaksasi semua otot
polos yang dipengaruhi oleh progesterone, termasuk kandung kemih dan ureter, sehingga
mereka cenderung menahan urin dibagian tersebut. Uterus pada kehamilan dapat pula
menghambat aliran urin pada keadaan-keadaan tertentu.3,4
Ruptur Uretra
Ruptur uretra adalah suatu kegawatdaruratan bedah yang sering terjadi oleh karena fraktur
pelvis akibat kecelakaan lalulintas/ kecelekaan kendaraan bermotor. secara keseluruhan pada
fraktur pelvis akan terjadi pula cedera uretra bagian posterior pada pria, dan pada uretra
perempuan. Fraktur pada daerah pelvis biasanya karena cedera akibat terlindas (crush injury),
dimana kekuatan besar mengenai pelvis. Trauma ini juga seringkali disertai dengan cedera
6
pada anggota tubuh lainnya seperti cedera kepala, thorax, intraabdomen, daerah genitalia.
Angka kematian sekitar 20% kasus fraktur pelvis akibat robekan pada vena dan arteri dalam
rongga pelvis.4
Terjadinya ruptur uretra dapat disebabkan oleh cedera eksternal yang meliputi fraktur pelvis
atau cedera tarikan (shearung injury). Selain itu juga dapat disebabakan oleh cedera
iatrogenik, seperti akibat pemasangan kateter, businasi, dan bedah endoskopi.
Ruptur uretra anterior biasanya terjadi karena trauma tumpul (paling sering) atau trauma
tusuk. Dan terdapat sekitar 85% kasus ruptur anterior pars bulbosa akibat trauma tumpul
1) Fraktur pelvis
Cedera uretra posterior utamanya disebabkan oleh fraktur pelvis. Yang menurut
kejadiannya, terbagi atas 3 tipe, yaitu:
Cedera akibat kompresi anterior-posterior
Cedera akibat kompresi lateral
Cedera tarikan vertikal
Pada fraktur tipe I dan II mengenai pelvis bagian anterior dan biasanya lebih stabil bila
dibandingkan dengan fraktur tipe III dengan tipe tarikan vertical. Pada fraktur tipe III ini
seringkali akibat jatuh dari ketinggian, paling berbahaya dan bersifat tidak stabil. Fraktur
pelvis tidak stabil meliputi cedera pelvis anterior disertai kerusakan pada tulang posterior dan
ligamen disekitar articulation sacroiliaca sehingga satu sisi lebih kedepan dibanding sisi
lainnya (fraktur malgaigne). Cedera uretra posterior terjadi akibat terkena segmen fraktur atau
paling sering karena tarikan ke lateral pada pars membranous dan ligamentum
puboprostatika4
2) Cedera tarikan (shearing injury)
Cedera akibat tarikan yang menimbulkan ruptur uretra di sepajang parsmembranous
(5-10%). Cedera ini terjadi ketika tarikan yang mendadak akibat migrasi ke superior
dari buli-buli dan prostat yang menimbulkan tarikan disepanjang uretra posterior.
Cedera ini juga terjadi pada fraktur pubis bilateral (straddle fraktur) akibat tarikan
terhadap prostat dari segmen fraktur berbentuk kupu-kupu sehingga menimbulkan
tarikan pada uretra pars membranous4
3) Cedera uretra karena pemasangan kateter
7
Cedera uretra karena kateterisasi dapat menyebabkan obstruksi karena edema atau
bekuan darah. Abses periureteral atau sepsis dapat mengakibatkan demam.
Ekstravasasi urin dengan atau tanpa darah dapat lebih meluas. Pada ekstravasasi ini,
mudah timbul filtrat urin yang mengakibatkan sellulitis bila terjadi infeksi.4
Ca prostat
Kanker prostat adalah bentuk kanker yang berkembang di prostat, sebuah kelenjar dalam
sistem reproduksi laki-laki. kanker prostat kebanyakan lambat berkembang, namun terdapat
kasus kanker prostat agresif. Sel-sel kanker dapat metastasis (menyebar) dari prostat ke
bagian tubuh lainnya, terutama tulang dan kelenjar getah bening. kanker prostat dapat
menyebabkan rasa sakit, kesulitan buang air kecil, masalah selama hubungan seksual, atau
disfungsi ereksi. Gejala lain yang berpotensi dapat mengembangkan selama stadium
penyakit.3,4
Harga deteksi kanker prostat sangat bervariasi di seluruh dunia, dengan Asia Selatan dan
Timur deteksi lebih jarang daripada di Eropa, dan khususnya Amerika Serikat. Kanker prostat
cenderung untuk mengembangkan pada pria berusia lebih dari lima puluh dan meskipun ini
adalah salah satu jenis kanker yang paling umum pada laki-laki, banyak yang tidak pernah
mengalami gejala, menjalani terapi tidak, dan akhirnya meninggal karena penyebab lainnya.
Hal ini karena kanker prostat adalah, dalam banyak kasus, lambat berkembang, gejala-bebas,
dan karena laki-laki dengan kondisi yang lebih tua mereka sering mati karena sebab-sebab
yang tidak terkait dengan kanker prostat, seperti jantung / penyakit peredaran darah,
pneumonia, lainnya tidak dan akhirnya meninggal karena penyebab lainnya.
Hal ini karena kanker prostat adalah, dalam banyak kasus, lambat berkembang, gejala-bebas,
dan karena laki-laki dengan kondisi yang lebih tua mereka sering mati karena sebab-sebab
yang tidak terkait dengan kanker prostat, seperti jantung / penyakit peredaran darah,
pneumonia, lainnya tidak terkait kanker, atau usia tua. Sekitar 2 / 3 dari kasus lambat tumbuh
"kucing", yang lain ketiga lebih agresif, cepat berkembang secara informal dikenal sebagai
"macan".4
Benign Prostat Hyperplasia
Definisi
8
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau disebut tumor prostat jinak adalah pertumbuhan
berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas. Pembesaran prostat jinak akibat sel-sel
prostat memperbanyak diri melebihi kondisi normal, biasanya dialami laki-laki berusia di atas
50 tahun.
BPH merupakan perbesaran kelenjar prostat, memanjang keatas kedalam kandung kemih dan
menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra akibatnya terjadi dilatasi ureter
(hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap.3
BPH merupakan pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk dalam prostat,
pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periureteral sebagai proliferasi yang terbatas dan
tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa, prostat tersebut mengelilingi uretra
dan pembesaran bagian periureteral menyebabkan obstruksi leher kandung kemih dan uretra
pars prostatika yang menyebabkan aliran kemih dari kandung kemih.3
BPH merupakan suatu keadaan yang sering terjadi pada pria umur 50 tahun atau lebih yang
ditandai dengan terjadinya perubahan pada prostat yaitu prostat mengalami atrofi dan
menjadi nodular, pembesaran dari beberapa bagian kelenjar ini dapat mengakibatkan
obstruksi urin.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Benign Prostat Hiperplasia (BPH)
merupakan penyakit pembesaran prostat yang disebabkan oleh proses penuaan, yang biasa
dialami oleh pria berusia 50 tahun keatas, yang mengakibatkan obstruksi leher kandung
kemih, dapat menghambat pengosongan kandung kemih dan menyebabkan gangguan
perkemihan.4
Tahapan Perkembangan Penyakit BPH
Berdasarkan perkembangan penyakitnya menurut Sjamsuhidajat dan De jong (2005) secara
klinis penyakit BPH dibagi menjadi 4 gradiasi:
Derajat1: apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur ditemukan penonjolan
prostat, batas atau mudah teraba dan sisa urin < 50 ml.
Derajat 2: ditemukan penonjolan prostat lebih jelas pada colok dubur dan batas atas dapat
dicapai, sedangkan sisa volum urin 50-100ml.
Derajat 3: pada saat dilakukan pemeriksaan colok dubur batas atas prostat tidak dapat diraba
dan sisa volume urin > 100ml.4,5
9
Derajat 4: apabila sudah terjadi retensi urine total.4
Etiologi
BPH adalah tumor jinak pada pria yang paling sering ditemukan. Pria berumur > 50 tahun,
kemungkinannya memiliki BPH adalah 50%. Ketika berusia 80-85 tahun, kemungkinan itu
meningkat menjadi 90%. Beberapa teori telah dikemukakan berdasarkan faktor histologi,
hormon, dan faktor perubahan usia, diantaranya ada 4:
1. Teori DHT (dihidrotestosteron). Testosteron dengan bantuan enzim 5-a reduktase
dikonversi menjadi DHT yang merangsang pertumbuhan kelenjar prostat.
2. Teori Reawakening. Teori ini berdasarkan kemampuan stroma untuk merangsang
pertumbuhan epitel.
3. Teori stem cell hypotesis. Stem sel akan berkembang menjadi se aplifying. Sel
aplifying akan berkembang menjadi sel transit yang tergantung secara mutlak pada
androgen, sehingga dengan adanya androgen sel ini akan berproliferasi dan
menghasilkan pertumbuhan prostat yang normal.
4. Teori growth factor. Faktor pertumbuhan ini dibuat oleh sel-sel stroma dibawah
pengaruh androgen. Adanya ekspresi berlebihan dari epidermis growth factor (EGF)
dan atau fibroblast growth factor (FGF) dan atau adanya penurunan ekspresi
transforming growth factor-b (TGF-b) akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan pertumbuhan prostat dan menghasilkan pembesaran prostat.4
Epidemiologi
Benign prostat hyperplasia (BPH) atau dalam bahasa umumnya dikatakan sebagai
pembesaran prostat jinak (PPJ), merupakan suatu penyakit yang biasa terjadi. Di dunia,
diperkirakan jumlah penderita BPH sebesar 30 juta. Jumlah ini hanya pada kaum pria karena
wanita tidak mempunyai kelenjar prostat. Di AS terdapat lebih dari setengah (50%) pada laki-
laki usia 60-70 tahun mengalami gejala BPH dan antara usia 70-90 tahun sebanyak 90%
mengalami gejala-gejala BPH. Jika dilihat secara epidemiologinya, di dunia, menurut usia,
maka dapat dilihat kadar insidensi BPH, pada usia 40-an, kemungkinan seseorang menderita
penyakit ini sebesar 40%. Dan sering meningkatnya usia, dalam rentang usia 60-70 tahun
presentasenya meningkat menjadi 50% dan diatas 70 tahun. Persen untuk mendapatnya bisa
sehingga 90% akan tetapi jika dilihat secara histologi penyakit BPH secara umum sejumlah
20% pria pada usia 40-an dan meningkat pada pria berusia 60-an dan 90% pada usia 70-an.
10
Di Indonesia, BPH menjadi urutan kedua setelah penyakit batu saluran kemih, dan secara
umum diperkirakan hampir 50% pria Indonesia yang berusia diatas 50 tahun ditemukan
menderita BPH. Oleh karena itu jika dilihat dari 200 juta lebih rakyat indonesia maka
diperkirakan 100 juta adalah pria dan yang usia 60 tahun dan keatas adalah kira-kira sejumlah
5 juta, maka dapat disimpulkan kira-kira 2,5 juta pria indonesia menderita penyakit.3,4,5
Patofisologi
Hiperplasi prostat adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatous majemuk dalam
prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas
dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik terutama
terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang jumlahnya berbeda-beda.
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran
kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat,
resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal dan
merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor disebut fase
kompensasi, keadaan berlanjut maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi/terjadi dekompensasi sehingga
terjadi retensi urin. Pasien tidak bisa mengosongkan vesika urinaria dengan sempurna maka
akan terjadi statis urin. Urin yang statis akan menjadi alkalin dan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.4,5
Obstruksi urin yang berkembang secara perlahan-lahan dapat mengakibatkan aliran urin yang
menetes, kencing terputus-putus (intermiten), dengan adanya obstruksi maka pasien
mengalami kesulitan untuk memulai berkemih (hesitansi). Gejala iritasi juga menyertai
obstruksi urin. Vesika urinarianya mengalami iritasi dari urin yang tertahan didalamnya
sehingga pasien merasa bahwa vesika urinarianya tidak menjadi kosong setelah berkemih
yang mengakibatkan interval disetiap berkemih lebih pedek (nokturia dan frekuensi), dengan
adanya gejaa iritasi pasien mengalami perasaan ingin berkemih yang mendesak/urgensi dan
nyeri saat berkemih/disuria.
Tekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan obstruksi, akan terjadi
inkontinensia paradoks. Retensi urin kronik menyebabkan refluks vesiko ureter, hidroureter,
hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada
waktu miksi penderita harus mengejan sehingga lama-kelamaan menyebabkan hernia atau
hemoroid. Karena selalu terdapat sisa urin, dapat menyebabkan terbentuknya batu endapan
didalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan
11
hematuria. Batu tersebut dapat juga menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluk akan
mengakibatkan pielonefritis.4,5
Manifestasi klinis
Gejala pembesaran prostat jinak dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, gejala iritatif,
terdiri dari sering buang air kecil (frequency), tergesa-gesa untuk buang air kecil (urgency),
buang air kecil malam hari lebih dari satu kali (nocturia), dan sulit menahan buang air kecil
(urge incontinence). Kedua, gejala obstruksi, terdiri dari pancaran melemah, akhir buang air
kecil belum terasa kosong (incomplete emptying), menunggu lama pada permulaan buang air
kecil (hesitancy), harus mengedan saat buang air kecil (straining), buang air kecil terputus-
putus (intermiten), dan waktu buang air kecil memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin
dan terjadi inkontinen karena overflow.
Tanda klinis terpenting dalam BPH adalah ditemukannya pembesaran pada pemeriksaan
colok dubur/digital rectal examination (DRE). Pada BPH, prostat teraba membesar dengan
konsistensi kenyal.5
Penatalaksanaan
1. observasi
biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Pasien dianjurkan untuk
mengurangi minum setelah makan malam yang ditujukan agar tidak terjadi nokturia,
menghindari obat-obat dekongestan (parasimpatolitik), mengurangi minum kopi dan
tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Pasien dianjurkan
untuk menghindari mengangkat barang yang berat agar perdarahan dapat dicegah.
Jangan menahan kencing terlalu lama untuk menghindari distensi kandung kemih dan
hipertrofi kandung kemih. Secara periodik pasien dianjurkan untuk melakukan kontrol
keluhan, pemeriksaan lab, sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur.5
2. Terapi medikamentosa, tujuan untuk:
a. Mengurangi pembesaran prostat dan membuat otot-otot berelaksasi untuk
mengurangi takanan pada uretra
b. Menurangi resistensi buli-buli dengan obat-obatan golongan a-bloker
c. Mengurangi volume prostat dengan menentukan kadar hormon (DHT)
12
Adapun obat-obatan yang sering digunakan pada pasien BPH: penghambat adrenergik alfa,
penghambat enzim 5 alfa reduktase, fitofarmaka.
1) penghambat adrenergik alfa
Prazosin, Doxazosin, Afluzosin atau yang lebih selektif alfa 1a (Tamsulosin). Dosis
dimulai 1mg/hari sedangkan Tamsulosin 0,2-0,4mg/hari. Penggunaan antagonis alfa 1
adrenergik karena secara selektif dapat mengurangi obstruksi pada buli-buli tanpa
merusak kontraktilitas detrusor. obat ini menghambat reseptor yang banyak
ditemukan pada otot polos di trigonum, leher vesika, prostat, dan kapsul prostat
sehingga terjadi relaksasi didaerah prostat. Obat-obat ini memperbaiki keluhan miksi
dan laju pancaran urin. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra pars prostatika
sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-gejala berkurang. Biasanya pasien mulai
merasakan berkurangnya keluhan dalam 1-2 minggu setelah ia mulai memakai obat.
Efek samping yang timbul adalah pusing, sumbatan dihidung dan lemah. Ada obat-
obat yang menyebabkan eksaserbasi retensi urin maka perlu dihindari seperti
antikolonergik, antidepresan, transquilizer, dekongestan, obat-obat ini mempunyai
efek pada otot kandung kemih dan sfingter uretra.6
2) penghambat enzim 5 alfa reduktase
obat yang dipakai adalah Finasterid (Proscar) dengan dosis IX 5mg/hari. Obat
golongan ini dapat menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar
akan mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat dari golongan alfa bloker dan
manfaatnya hanya jelas pada prostat yang besar. Efek samping adalah libido, impoten,
dan gangguan ejakulasi.
3) Fitofarmaka/fitoterapi
Penggunaan fitoterapi yang ada di indonesia antara lain Eviprostat. Substansinya
misalnya pyegeum africanum, saw palmetto, serenna repeus. Efeknya diharapkan
terjadi setelah pemberian selama 1-2 bulan dapat memperkecil volume prostat.6
3. Terapi bedah
Pembedahan adalah tindakan pilihan, keputusan untuk dilakukan pembedahan
didasarkan pada beratnya obstruksi, adanya ISK, retensi urin berulang, hematuri,
tanda penurunan fungsi ginjal, ada batu saluran kemih dan perubahan fisiologi pada
prostat. Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala
dan komplikasi.5
13
a. Pembedahan terbuka, beberapa teknik operasi prostatektomi terbuka yang biasa
digunakan adalah:
1) Prostatektomi suprapubik
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Insisi
dibuat dikedalam kandung kemih, dan kelenjar prostat diangkat dari atas.
Teknik demikian dapat digunakan untuk kelenjar dengan segala ukuran, dan
komplikasi yang mungkin terjadi ialah pasien akan kehilangan darah yang
cukup banyak dibanding dengan metode lain, kerugian yang dapat terjadi
adalah insisi abdomen akan disertai bahaya dari semua prosedur bedah
abdomen mayor.5,6
2) Prostatektomi perineal
Adalah suatu tindakan dengan mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam
perineum. Teknik ini lebih praktis dan sangat berguna untuk biopsi terbuka.
Pada periode pasca operasi luka bedah mudah terkontaminasi karena insisi
dilakukan dekat dengan rektum. Komplikasi yang mungkin terjadi dari
tindakan ini adalah inkontinensia, impotensi, dan cedera rectal.5
3) Prostatektomi retropubik
Adalah tindakan lain yang dapat dilakukan, dengan cara insisi abdomen
rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis dan kandung
kemih tanpa memasuki kandung kemih. Teknik ini sangat tepat untuk kelenjar
prostat yang terletak tinggi dalam pubis. Meskipun jumlah darah yang hilang
lebih dapat dikontrol dan letak pembedahan lebih mudah dilihat, akan tetapi
infeksi dapat terjadi diruang retropubik.5
b. Pembedahan endourologi, pembedahan endourologi transurethral dapat dilakukan
dengan memakai elektrik diantaranya:
1) Transuretheral Prostatic Resection (TURP)
Merupakan tindakan operasi yang paling banyak dilakukan, reseksi kelenjar
prostat dilakukan dengan transuretra menggunakan cairan iringan (pembilas)
agar daerah yang akan dioperasi tidak tertutup darah. Indikasi TURP aialah
gejala-gejala sedang sampai berat, volume prostat kurang dari 90 gr. Tindakan
ini dilaksanakan apabila pembesaran prostat terjadi dalam lobus medial yang
langsung mengelilingi uretra. Setelah TURP yang memakai kateter threeway.
Irigasi kandung kemih secara terus-menerus dilaksanakan untuk mencegah
pembekuan darah. Manfaat pembedahan TURP antara lain tidak
14
meninggalkan atau bekas sayatan serta waktu operasi dan waktu tinggal di RS
lebih singkat. Komplikasi adalah rasa tidak enak pada kandung kemih, spasme
kandung kemih terus-menerus, adanya perdarahan, infeksi, fertilitas.5
2) Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)
Adalah prosedur lain dalam menangani BPH. Tindakan ini dilakukan apabila
volume prostat tidak terlalu besar atau prostat fibrotic. Indikasi dari
penggunaan TUIP adalah keluhan sedang atau berat, dengan volume prostat
normal/kecil (30 gr/kurang). Teknik yang dilakukan adalah memasukan
instrumen kedalam uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan
kapsul prostat untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi
konstriksi uretral. Komplikasi, pasien bisa mengalami ejakulasi retrogade (0-
37%).5
3) Terapi Invasive minimal
Dilakukan pada pasien dengan resiko tinggi terhadap tindakan pembedahan.
terapi invasif minimal diantaranya Transurethral Microvawe Thermotherapy
(TUMT), Transurethral Baloon Dilatation (TUBD), Transurethral Needle
Ablation/ablasi jarum transuretra (TUNA), pemasangan stent uretra atau
prostatcatt
a) TUMT, jenis pengobatan ini hanya dapat dilakukan di beberapa RS besar.
Dilakukan dengan cara pemanasan prostat menggunakan gelombang mikro
yang disalurkan ke kelenjar prostat melalui transducer yang diletakkan di
uretra pars prostatika yang diharapkan jaringan prostat menjadi lembek.
b) TUBD, pada teknik ini dilakukan dilatasi saluran kemih yang berada di
prostat dengan menggunakan balon yang dimasukkan melalui kateter.
Teknik ini efekif pada pasien dengan prostat kecil, < 40cm. Meskipun
dapat menghasilkan perbaikan gejaa sumbatan , namun efek ini hanya
sementara, sehingga cara ini jarang digunakan.
c) TUNA
Teknik ini memakai energi dari frekuensi radio yang menimbulkan panas
mencapai 100oC, sehingga menyebabkan nekrosis jaringan prostat. Pasien
yang menjalani TUNA sering kali mengeluh hematuri, disuria, dan
kadang-kadang terjadi retensi urin.
d) Pemasangan stent uretra atau Prostatcatth yang dipasang pada uretra
prostatika untuk mengatasi obstruksi karena pembesaran prostat, selain itu
15
supaya uretra prostatika selalu terbuka, sehingga urin leluasa melewati
lumen uretra prostatika. Pemasangan alat ini ditujukan bagi pasien yang
tidak mungkin menjalani operasi karena resiko pembedahan yang cukup
tinggi.5,6
Komplikasi
1) Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
2) Infeksi saluran kemih
3) Involusi kontraksi kandung kemih
4) Refluk kandung kemih
5) Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus menerus maka
suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urin yang akan mengakibatkam
tekanan intravesika meningkat.
6) Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
7) Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat terbentuk keluhan
iritasi. Batu tersebut dapat pula menimbulkan sistitis, dan bila terjadi refluks dapat
mengakibatkan pielonefritis.
8) Hernia atau hemoroid lama-kelamaan dapat terjadi dikarenakan pada waktu miksi
pasien harus mengedan.6,7
Pencegahan
Kini sudah beredar suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi pembesaran kelenjar
prostat. Salah satunya adalah suplemen yang mengandung saw palmetto. Berdasarkan hasil
penelitian, saw palmetto menghasilkan sejenis minyak, yang bersama-sama dengan hormon
androgen dapat mengahambat kerja enzim 5a reduktase, yang berperan dalam proses
pengubahan hormon testosteron menjadi dehidrotestosteron (penyebab BPH. Hasilnya ,
kelenjar prostat tidak bertambah besar.6,7
Zat-zat gizi yang juga amat penting untuk menjaga kesehatan prostat diantaranya adalah:
1. Vitamin A, E, dan C. Antioksidan yang berperan penting dalam mencegah
pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat
berkembang menjadi kanker prostat.
2. Vitamin B1, B2, B6, yang dibutuhkan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain tidak terlalu berat.
16
3. Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat membantu melancarkan pengeluaran
air seni dan mendukung fungsi ginjal.
4. L-Lysine, senyawa asam amino yang membantu sistem penghantaran rangsangan ke
susunan saraf pusat.
5. Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan kualitas sperma.7
Berikut ini beberapa tips untuk mengurangi resiko masalah prostat, antara lain:
1. Mengurangi makanan kaya lemak hewan
2. Meningkatkan makanan kaya Lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makanan
laut), vitamin E, isoflavonoid (dalam produk kedelai)
3. Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari
4. Berolahraga secara rutin
5. Pertahankan berat badan ideal.7
Prognosis
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun
gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis
yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat. Menurut penelitian, kanker
prostat merupakan kanker pembunuh nomor 2 pada pria setelah kanker paru-paru. BPH yang
telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek samping yang cukup merugikan bagi
penderita.
Kesimpulan
Hiperplasia prostat jinak (benign prostatic hyperplasia) adalah pembesaran kelenjar
periurethral yang mendesak jaringan prostat keperifer dan menjadi simpai bedah
(pseudokapsul). BPH merupakan kelainan kedua tersering yang dijumpai pada lebih dari 50%
pria berusia diatas 60 tahun.
Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah
membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami
hiperplasian (sel-selnya bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak
menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical.7
17
Daftar Pustaka
1. Abdurahman N, Daldiyono H, Markum, dkk. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.
Jakarta: Balai penerbit FKUI ;2003. Hal 7-19.
2. Merkum, H. M. S. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisik. FKUI:
Jakarta;2000.h.23-29.
3. Arthur C. Guyton, dkk. “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”. Edisi9. Jakarta :
EGC;2006.hal 100-15.
4. Sylvia A. Price, dkk. “Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit”. Edisi 6.
Volume 2. Jakarta : EGC;2006.hal 48-62.
5. Sjamsuhidayat, R ( et al ). Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit buku kedokteran,
EGC;2010.hal 192-133.
6. Hardjowijoto, Sunaryo. Benign Prostat Hiperplasia. Surabaya: FK UNAIR / RSUD
Dr. Soetomo;2009.hal 209-348.
18