28
PENGURANGAN FE 3+ AND ZN 2+ DARI PLASMA METALOPROTEIN OLEH TERAPI PENGKHELAT BESI DIGAMBARKAN DENGAN SEC-ICP-AES OLEH : MESSY RISNA (J1B107029) RITMA ANGGINA (J1B107036) ANJIRIANI LILIATRI (J1B107062) PROGRAM STUDI S-1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU

Makalah Bioanor

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Bioanor

PENGURANGAN FE3+ AND ZN2+ DARI PLASMA METALOPROTEIN

OLEH TERAPI PENGKHELAT BESI DIGAMBARKAN

DENGAN SEC-ICP-AES

OLEH :

MESSY RISNA (J1B107029)

RITMA ANGGINA (J1B107036)

ANJIRIANI LILIATRI (J1B107062)

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2011

Page 2: Makalah Bioanor

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya jualah makalah ini dapat diselesaikan. Dalam

penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, kami sebagai penulis mengucapakan banyak

terimakasih karena telah ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.

Kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa makalah ini banyak terdapat

kekurangan-kekurangan dalam penulisan. Hal ini disebabkan karena waktu,

pengetahuan, dan kemampuan kami dalam penulisan. Oleh karena itu kami minta

kritik dan saran yang bersifat membangun, penulis akan menerimanya dengan senang

hati. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru, April 2011

Penulis

Page 3: Makalah Bioanor

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Manfaat

BAB II: ISI

2.1 Pengantar metalomiks

2.2 Besi

BAB III: METODOLOGI

3.1 Alat dan bahan

3.2 Pelarut

3.3 Sistem SEC-ICP-AES

3.4 Analisis DFO / plasma berduri DFP manusia dengan SEC-ICP-AES

3.5 Elektrospray ionisasi-spektrometer massa (ESI-MS)

3.6 Karbon-13 spektroskopi resonansi magnetik nuklir (NMR C13)

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 4: Makalah Bioanor

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Obat terapi khelasi besi desferrioxamine B (DFO) dan deferiprone (DFP)

digunakan untuk mengobati penderita kelebihan zat besi, tetapi tidak banyak yang

diketahui tentang efek samping mereka pada logam penting lainnya dalam vivo.

Setelah penambahan dosis klinis relevan DFP atau dosis equimolar dari DFO ke

plasma in vitro manusia, campuran dianalisis dengan kromatografi pengecualian

(SEC) digabungkan ke induktif ditambah plasma spektrometer emisi atom (ICP-

AES). Simultan deteksi emisi tembaga, besi dan seng memungkinkan perubahan

obat-obatan yang diberikan pada tingkat metalloprotein. Penambahan kedua khelat

besi juga mengakibatkan elusi 10 kDa < Zn-puncak. DFP Zn diberikan dua kali lebih

banyak dari protein plasma dibandingkan dengan DFO. Hasil kami menunjukkan

bahwa analisis plasma oleh SEC-ICP-AES secara bersamaan dapat memberikan

wawasan ke dalam kemanjuran obat terapi khelasi dan efek kesehatan yang

merugikan mereka pada tingkat metalloprotein. Dengan demikian, SEC-ICP-AES

muncul sebagai alat analisis yang berguna untuk memvisualisasikan kesehatan yang

relevan bioinorganik reaksi kimia yang terkait dengan obat-obat dalam plasma darah

in vitro.

1.2 TUJUAN

Tujuan pembuatan makalah ini yakni untuk mengetahui mekanisme

penghapusan Fe3+ dari plasma metaloprotein oleh terapi pengkhelat besi digambarkan

dengan SEC-ICP-AES.

1.3 MANFAAT

Pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

penghapusan Fe3+ dari plasma metaloprotein oleh terapi pengkhelat besi digambarkan

dengan SEC-ICP-AES.

Page 5: Makalah Bioanor

BAB II

ISI

2.1 Pengantar Metallomik

Metallomik merupakan penelitian secara luas yang dapat didefinisikan

sebagai upaya penelitian yang bertujuan untuk lebih memahami mekanisme

biomolekuler yang mengatur keberadaan logam. Dimana pada mekanisme

biomolekuler ini melibatkan logam di dalam organisme in vitro, bagaimanapun,

teknik bioanalitikal harus diterapkan untuk menghasilkan data yang relevan meskipun

keberadaan sejumlah besar matriks (misalnya protein, garam dll) yang secara inheren

berkaitan dengan analisis plasma darah. Untuk pengukuran eksklusi kromatografi

(SEC) ke plasma digunakan juga spektrometer emisi atom (ICP-AES) telah baru-baru

ini digunakan untuk langsung menganalisis kandungan Fe dalam plasma darah, yang

mengandung metalloproteins Fe dan terdeteksi pada plasma darah <25 menit. Namun

intensitas dan waktu retensi beberapa puncak metalloprotein terlihat berbeda pada

plasma manusia dan kelinci. Selain itu teknik ini juga menunjukkan informasi

biokimia yang relevan. Analisis plasma dengan SEC-ICP- AES memberikan

beberapa keunggulan yang unik dibandingkan untuk teknik proteomika lain, yang

membuatnya menarik yaitu alat ini telah berhasil diterapkan untuk mempelajari

interaksi arsenobetain dengan konstituen plasma manusia di vitro.

Untuk mengetahui kegunaan SEC-ICP-AES, dipelajari efek obat terapi khelat

besi yang ditambahkan pada plasma darah manusia in vitro pada tingkat

metalloprotein. Penyakit yangdisebabkan kelebihan zat besi, seperti hemokhromatosis

keturunan (HH) disebabkan akumulasi besi tingkat beracun dalam berbagai organ dan

jaringan termasuk hati, jantung dan pankreas. Pengkhelatan besi sebagai terapi obat,

seperti desferrioxamin B (DFO) dan deferipron (DFP), sering digunakan untuk

mengobati pasien dalam mencegah efek buruk bagi kesehatan yang dapat merugikan,

berkaitan dengan kelebihan zat besi dalam tubuh.

10 DFO (559 g mol-1) merupakan salah satu jenis hydroksiamat siderophor

alami, yang dihasilkan oleh Streptomyces pilosus. Ketika intravena diberikan kepada

Page 6: Makalah Bioanor

manusia, DFO akan membentuk termodinamika stabil kompleks heksadentat 1: 1

dengan Fe3+. Selanjutnya diekskresikan melalui urin dan kotoran. Sebaliknya, DFP

(139 g mol-1) adalah pengkhelat besi aktif dalam terapi obat yang jauh lebih murah

dan lebih kecil daripada DFO dan membentuk kompleks 3: 1 dengan Fe3+ (Gambar

1B).

Gambar 1. Struktur molekul kompleks Fe3+ dari (A) desferrioksamin B (DFO) dan

(B) deferipron (DFP)

Mengingat fakta bahwa DFP diserap secara efisien dari saluran pencernaan,

hal tersebut memberi keuntungan lebih bagus dibandingkan DFO, namun DFP juga

Page 7: Makalah Bioanor

berpotensi mengakibatkan efek racun karena sifatnya yang dapat menembus darah,

otak dan plasenta.

Namun demikian, DFP dapat menunjukkan penghapus besi tidak hanya dari

sel-sel liver, tetapi juga dari sel-sel hati. Pada faktanya bahwa DFO dan DFP

terkandung dalam plasma darah manusia yang diambil dari feritin (Ft) dan transferin

(Tf) yang merupakan kumpulan besi yang mengandung protein- protein plasma

didalam plasma manusia. penambahan dari masing-masing pengkhelat besi didalam

plasma in vitro diikuti oleh investigasi berikutnya dari distribusi Fe yang akan

langsung diamati abstraksi/pemindahan Fe3+ dari besi yang mengandung protein-

protein plasma. Dalam menganalisis apakah SEC-ICP-AES ini bisa

memvisualisasikan abstraksi besi dari protein plasma oleh terapi obat pengkhelat besi,

fisiologis yang relevan dosis DFP atau DFO yang ditambahkan pada plasma manusia

(dari individu yang sehat) danmengandung campuran yang dianalisis. Untuk

menghilangkan variasi yang diamati sebelumnya untuk konsentrasi metalloprotein

antara organisme-orgenisme individu, kehomogen plasma manusia digunakan untuk

mempelajari hal ini. Kromatogram yang mengandung Fe secara spesifik

membandingan efektivitas terapi obat pengkhelat besi dengan abstraksi mereka Fe3 +

dari protein-protein plasma.

2.2 Besi

Dalam tubuh orang dewasa 70 kg mengandung 3-4 gr besi. Fungsi utama

adalah untuk transpor oksigen oleh hemoglobin.Terdapat pada daging organ, tum-

buhan polong, tetes tebu, kerang-kerangan, dan daun sup. Pada makanan, besi

berbentuk feri yang terikat molekul organik. Dalam lambung, jika pH kurang dari 4,

Fe berdisosiasi dan bereaksi dengan senya-wa BM rendah seperti fruktosa, asam

askorbat, asasm sitrat, dan asam amino untuk mem-bentuk kompleks yang memu-

ngkinkan Fe larut dalam pH netral cairan usus. Biasanya kehilangan besi pada laki-

laki sekitar 1 mg/hari akibat lepasnya sel-sel usus dan sel lainnya yang mengandung

besi. Wanita yang menstruasi, kehilangan besi bersama darah menstruasi, sekitar 2

mg.

Page 8: Makalah Bioanor

Metabolisme Besi hem diabsorpsi oleh sel mukosa usus, dan hem kemudian

dipecah dan besi dibe-baskan dalam sel. Besi non hem diabsorpsi dalam bentuk ferro.

Fe diabsorpsi ke da-lam sel mukosa duodenum dan jejunum proksimal dan segera

dioksidai menjadi Fe . Ion feri terikat oleh molekul pengemban intraseluler. Dalam

sel molekul karier membawa Fe ke mitokondria dan kemudian, tergantung pada

keadaan metabolisme besi indivi-dual, mendistribusikan Fe dalam proporsi spesifik

ke apoferitin atau apotransferin. Apoferitin, suatu molekul dengan BM sekitar

500.000, tersusun dari 24 subunit identik dengan BM 18.000 . Menyusun 4300 atom

besi kedalam molekul tunggal untuk mem-bentuk feritin, protein penyimpan besi

utama dan paling banyak tersedia. Apotransferin, suatu protein BM 90.000 yang

mengikat 2 atom besi untuk membentuk transferin. Transferin adalah pengangkut besi

sejati, sebagai suatu beta globulin, yang terdapat dalam plasma.

Pada keadaan difisiensi besi, kapasitas karier besi intraseluler bertambah, dan

lebih banyak besi diabsorpsi bila tersedia dalam makanan.Kelebihan besi, kapasitas

dan kejenuhan karier besi intraseluler berkurang.Transpor. Besi ditranspor ke tempat

penyimpanan dalam sumsum tulang dan sampai batas ter-tentu ke hati dalam bentuk

Fe , terikat pada transferin plasma. Pada tempat penyimpa-nan, Fe diubah menjadi

apoferitin sebagai bentuk cadangan yang stabil tetapi dapat mengalami pertukaran.

Feritin dalam system retikuloendotelial merupakan cadangan besi yang dapat diambil.

Feritin dapat mengalami denaturasi, kehilangan subunit apoferitin dan kemudian be-

ragre-gasi (berkumpul) ke misel-misel hemosiderin. Hemosiderin mengandung lebih

banyak besi dibandingkan feritin dan terdapat sebagai partikel-partikel. Besi dalam

hemosiderin tersedia untuk pembentukan hemoglobin. Mobilisasi besi besi lebih lam-

bat dari hemosi-derin dibanding feritin.

Pembentukan feritin dari apofeeritin mula-mula memerlukan pengikatan Fe

pada permukaan kulit apoferitin.Apoferitin bekerja sebagai feroksidase dan mengok-

sidase Fe menjadi Fe , yang terikat pada apofereitin. Supaya dapat dilepaskan dari

feritin, besi harus direduksi dari Fe menjadi Fe Cacat heriditer pada absorpsi besi oleh

mukosa menyebabkan sindroma kelebihan be-si , dinamakan hemokromatosis. Besi

yang ditimbun sebagai endapan hemosiderin dalam hati, pancreas, kulit, dan sendi,

Page 9: Makalah Bioanor

menyebabkan penyakit. Bila cadangan besi ber-tambah dan endapan hemosiderin

tersebar luas, dinamakan hemosiderosis. Ini disebabkan oleh intake besi makanan

yang bertambah atau lisis sel-sel darah merah yang bertambah dan peningkatan ab-

sorpsi besi yang menyertai eritropoisis. Bila endapan hemosiderin mulai mengganggu

fungsi sel dan orgam normal, kelainan disebut hemokramatosis.Bagan metabolisme

besi. Besi pada Makanan 15 mg/hr Absorsi besi 1,5 – 3 mg/hr Besi sumsum Besi

transferin besi yang melakukan Tulang 4 mg fungsi 0,5 g Besi eritrosit atau kehilan-

gan besi besi cadangan Besi hemoglobin 3 g 1 – 2 mg/hr 0,8 g.

BAB III

Page 10: Makalah Bioanor

METODOLOGI

3.1 Bahan

Bahan kimia 3-Hidroksi-1,2-dimetil-4(1H)-piridone (DFP, 98%),

desferrioxamine mesylate (DFO) garam (≥ 95%, disimpan pada -20 ◦C sampai

digunakan) dan fosfat-buffer salin (PBS). ZnCl2 (> 98%). PBS buffer (10 mM

fosfat, 2,7 mM KCl, 137 mM NaCl, pH 7,4) dibuat dengan melarutkan tablet

PBS dalam sejumlah volume air (pH disesuaikan dengan penambahan HCl

encer) dan filtrasi yang diperoleh merupakan larutan yang lolos pada membran

nilon-filter yang berukuran 0,45 m solusi melalui. Campuran protein standar

yang berisi thyroglobulin (670 kDa), γ-globulin (158 kDa), ovalbumin (44

kDa), mioglobin (17 kDa) dan vitamin B12 (1,35 kDa)..

3.2 Pelarut

Dosis 25-60 mg kg-1 berat badan / hari DFO dan 50-75 kg mg-1 berat badan /

hari DFP digunakan diklinik. Mengingat fakta bahwa DFP diberikan ~ 3 kali

sehari, 25 mg kg -1 berat badan yang diberikan secara oral per perlakuan. Dalam

percobaan ini konsentrasi DFP dalam plasma setelah perlakuan adalah 0,58 mg

DFP / mL dan konsentrasi DFO dalam plasma adalah 2,36 mg DFO /mL.

disediakan stok larutan DFO (61,308 mg mL-1) dan DFP (15,158 mg mL-1)

dengan melarutkan sejumlah obat dalam volume buffer PBS (pH 7,4). Stok

larutan DFP yang disiapkan diinkubasi pada suhu 37◦C dan sentrifugasi (100

rpm) sampai larutan terpisah.

3.3 Sistem SEC-ICP-AES

Sistem SEC-ICP-AES terdiri dari pompa Smart Line 1000 HPLCdan Rheodyne

9010 yang dilengkapi dengan injeksi 0,5 mL. Sebe lum dikemas SuperdexTM

200 10/300 GL TricornTM kinerja tinggi kromatografi ukuran-eksklusi kolom

(30 x 1,0 I.D. cm memisahkan protein globular antara ~ 600 dan ~ 10 kDa.

Dalam hubungannya dengan buffer PBS fasa gerak dengan laju alir 1,0 mL

min-1 (suhu kolom 22 ◦ C). Deteksi multielemen spesifik simultan C (193,091

nm), S (180,731 nm), P (213,618 nm), Cu (324,754 nm), Fe (259,940 nm), dan

Page 11: Makalah Bioanor

Zn (213,856 nm) dalam kolom efluen diperoleh dengan dispersi Prodigy, tinggi,

radial ICP-AES. Dengan aliran gas Ar laju 19 L min-1, daya RF 1,3 kW dan gas

nebulizer tekanan 35 psi. Penundaan 7,0 menit dilakukan antara injeksi dan

akuisisi data berdasarkan volume void (505 s/d 8,41 mL) yang ditentukan oleh

injeksi dextrane biru. Akuisisi data ditentukan dengan menggunakan Sigmaplot

11 setelah koreksi awal.

3.4 Analisis DFO/DFP plasma manusia dengan SEC-ICP-AES

Pengumpula darah manusia telah disetujui oleh Calgary Conjoint Health

Research Ethics Boards. Plasma manusia yang dikumpulkan diambil setelah

berpuasa selama 12 jam. Setelah sentrifugasi pada 1100 g (4◦C) untuk 10 menit,

supernatan plasma dibuang. Aliquot plasma yang homogen dialihkan ke

cryovials dan disimpan pada -30◦C. Plasma (1,0 mL) dicairkan pada suhu kamar

selama 45 menit dan diinkubasi pada suhu 37◦C selama 4 menit sebelum DFO

atau larutan DFP (40 µL) ditambahkan . pH plasma (1,0 mL) setelah

penambahan DFP (sesuai dengan konsentrasi 0,60 mg DFP/mL plasma) adalah

7,73 dan plasma setelah penambahan DFO (dengan konsentrasi 2,44 mg DFO /

mL plasma) adalah 7,71. Campuran yang didapat diinkubasi pada 37◦C selama

10 menit dan kemudian diinjeksikan ke sistem SEC-ICP-AES. Waktu reaksi 10

menit didasarkan pada DFO dalam darah manusia, yang hanya sekitar 10-15

menit. Semua percobaan dilakukan triplo dan disajikan dengan kromatogram.

3.5 Elektrospray ionisasi-spektrometer massa (ESI-MS)

Sebuah instrumen Bruker Esquire 3000 digunakan untuk mendeteksi ion positif

dalam fraksi <10 kDa kolom SEC setelah analisis plasma manusia DFP. Fraksi

yang dikumpulkan diencerkan dua kali dengan larutan asam asetat (0,1%) dan

larutan yang diperoleh dimasukkan ke dalam elektrospray ionisasi (ESI) pada

laju alir 600 µL h-1. Tegangan kapiler adalah 4000 kV dan percobaan dijalankan

dengan suhu gas kering 350◦C.

3.6 Karbon spektroskopi resonansi magnetik nuklir -13 (NMR C13)

Page 12: Makalah Bioanor

Eksperimen NMR dilakukan pada spektrometer Bruker Avance 400 MHz

dilengkapi dengan 5 mm pada 37◦C. Spektra NMR diperoleh dan diproses

menggunakan software Topsin 2.1 (Bruker). Pemisahan larutan DFP (15 mg

mL-1 dalam buffer D2O/PBS, pH 7,4) dan (DFP) 2 Zn kompleks [20 mL larutan

ZnCl2 (371 mg mL-1 pada H2O) ditambahkan 1,0 mL larutan DFP dan pH diatur

hingga 6,6 dengan 4,0 M NaOH disusun D2O dan NMRC13 diperoleh dengan

menggunakan waltz-16 1H skema berpasangan. A lebar 25 kHz, perolehan

waktu 0,65 ms, π/6 dengan panjang 8,50 ms dan menunda 2 detik. Data scan A

sebanyak 848 yang merupakan rata-rata dan fungsi apodisasi dari 2 Hz

diterapkan sebelum Fourier Transform. Spektra NMRC13 sampel eksternal

metanol di D2O pada 49,15 ppm; J-modifikasi dan percobaan HMBC juga

dilakukan untuk larutan DFP dan kompleks (DFP) 2Zn untuk memungkinkan

konklusif sinyal karbon.

Page 13: Makalah Bioanor

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam konteks ameliorasi penyakit genetika manusia yang melibatkan

disomeostasis logam esensial, kebanyakan dari penghelatan terapi obat telah

dikembangkan selama 60 tahun terakhir. Meskipun mekanisme biomolekuler yang

mendasari tindakan telah dipelajari secara ekstensif, banyak pertanyaan mengenai

pemahaman mereka dalam efek vivo pada tingkat molekul tetap elusive dan efek

samping serius sering digambarkan secara fenomenologis. Secara konseptual, efek

samping obat terapi khelat disebabkan oleh kompleksitas cairan biologis (misalnya

plasma darah yang mengandung sebanyak 10 000 protein yang berbeda) dan tinggi

kemungkinan bahwa obat yang diberikan tidak berinteraksi dengan molekul target

yang dimaksud (misalnya logam yang diinginkan), tetapi juga dengan situs target

yang tidak diinginkan (misalnya logam penting lainnya dll). Meskipun obat terapi

khelat besi DFO dan DFP telah terbukti efektif dalam menghapus besi dari berbagai

internal jaringan pada pasien, efek samping termasuk kekurangan Zn telah sering

diamati pada pasien yang dirawat pada periode lama.

Pada prinsipnya, DFO atau DFP dapat berinteraksi baik dengan Fe3+ yang

berikatan dengan besi mayor yang mengandung plasma metalloproteins Ft dan Tf

dengan besi labil intraselular. Mengingat fakta bahwa kedua DFO dan DFP sering

masuk dalam aliran darah manusia dari bagaimana mereka dikelola, studi interaksi

dari masing-masing obat dengan metalloproteins dalam plasma in vitro dapat

berkontribusi tidak hanya untuk pemahaman yang lebih baik dibandingkan

keberhasilan mereka (penghapusan Fe3+ dari protein plasma), tetapi juga mungkin

memberikan wawasan baru dalam dasar biomolekuler dari beberapa efek samping

racun. Namun, akan membutuhkan teknik bioanalitikal untuk memvisualisasikan

abstraksi DFO atau DFP Fe3+ dari besi yang mengandung protein plasma yang

dideteksi dengan berat molekul kecil DFO / kompleks (DFP)3 Fe yang terbentuk.

SEC-ICP-AES digunakan untuk memvisualisasikan distribusi Fe dengan penambahan

Page 14: Makalah Bioanor

dosis klinis DFP/DFOke dalam plasma manusia dan diperoleh analisis campuran

yang terkandung metalloproteins Cu, Fe dan Zn.

Gambar. 2 menunjukkan kromatogram yang menunjukkan kandungan Cu

secara spesifik setelah dianalisis plasma dan DFO atau DFP. Pada dasarnya puncak

Cu (waktu retensi 830 s) terdeteksi. Berdasarkan waktu retensi puncak dan

ketidakstabilan yang dilaporkan sebelumnya dari beberapa metalloproteins Cu yang

terkandung dalam plasma kelinci selama periode 2 jam, telah terdeteksi puncak Cu

(Gbr. 2) diidentifikasi sebagai ceruloplasmin, Cp. Sesuai dengan studi sebelumnya,

plasma labil metalloproteins Cu tidak deteksi. Hasil ini menunjukkan ion Cu tidak

disarikan dari Cp oleh DFO atau DFP. Ini dapat dengan mudah menjelaskan fakta

bahwa enam atom Cu dalam Cp diintegrasikan ke dalam struktur dan tidak

mengalami pertukaran.

Gambar. 2 Kromatogram Cu spesifik yang diperoleh untuk analisis plasma manusia

pada GL 200 10 / 300 Superdex (30 x 1,0 cm ID, ukuran 13 µm).

Page 15: Makalah Bioanor

Kromatogram Fe-spesifik yang terkandung plasma dan DFO atau DFP dianalisis

dengan SEC-ICPA-ES digambarkan pada Gambar. 3. Hanya ada dua puncak Fe yang

terdeteksi dalam plasma, dengan waktu pertama (waktu retensi ~ 634 s, ~ 23% dari

total Fe) yang sesuai untuk Ft dan yang kedua (waktu retensi 905 s, ~ 77% dari total

Fe) yang berhubungan dengan Tf.

Gambar. 3 Kromatogram Fe-spesifik yang diperoleh untuk analisis plasma manusia

pada GL 200 10 / 300 Superdex (30 x 1,0 cm ID, ukuran partikel 13 µm).

Tabel 1 Jumlah luas puncak dan persentasi relatif dari puncak Cu, Fe dan Zn

diperoleh setelah analisis plasma manusia dan DFO atau DFP

Page 16: Makalah Bioanor

Gambar. 4 Identifikasi ESI-MS (DFP)3Fe sebagai entitas-Fe yang dielusi dalam

rentang <10 kDa (menggunakan buffer SEC dan 0.15 M PBS pada pH 7,4) setelah

plasma manusia tergambar dengan DFP.

Kromatogram Zn-spesifik yang diperoleh setelah analisis plasma dan DFO/DFP oleh

SEC-ICPAES ditunjukkan pada Gambar. 5. Secara umum, kromatogram Zn-spesifik

yang diamati untuk plasma yang belum diuji coba dalam keadaan baik dengan hasil

sebelumnya dan tiga entitas Zn dengan waktu retensi 595, 742 dan 930 s telah

terdeteksi. Puncak pertama Zn yang sebelumnya diidentifikasi sebagai α2-

makroglobulin dan puncak ketiga Zn mungkin sesuai dengan ikatan albumin Zn.

Menariknya, penambahan DFO pada plasma manusia yang dihasilkan dalam elusi

<10 kDa puncak Zn (retensi waktu 1225 s, ~ 9% dari total Zn, Tabel 1).

Page 17: Makalah Bioanor

Gambar. 5 Kromatogram Zn-spesifik yang diperoleh untuk analisis plasma manusia

pada GL 200 10 / 300 Superdex (30 x 1,0 cm ID, ukuran partikel 13 µm).

Page 18: Makalah Bioanor

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Reaksi biokimia yang terungkap dalam in vivo setelah pasien diberikan

pengkhelat besi DFO / DFP sebagai efek samping yang tidak sempurna. Penambahan

dosis fisiologis DFO dan DFP yang relevan pada plasma manusia dari pendonor

yang sehat dan analisis campuran yang diperoleh (setelah inkubasi selama 10 menit

pada suhu 37 ◦C) dengan SEC-ICP-AES menyatakan bahwa DFP selama ~ 8 jam

lebih efektif dari DFO untuk penghapusan Fe3 + dari plasma protein. Selanjutnya,

hasil menunjukkan bahwa DFP dua kali lebih efektif dari pada DFO dalam abraksi

Zn2+ dari protein plasma. Walaupun penemuan ini menggunakan plasma dari individu

yang sehat, ini tetap merupakan percobaan yang relevan pada pasien yang kelebihan

besi dengan obat karena pada proses bioanorganik dalam plasma prinsip ini sama

saja. Yang paling penting, deteksi (DFP)2Zn dan DFO-Zn dalam plasma menunjukan

dasar biomolekul untuk kekurangan Zn yang diinduksi pada pasien dalam percobaan

waktu yang lama dengan DFO/DFP

Page 19: Makalah Bioanor

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Besi (Fe). http://mawarputrijulica.wordpress.com/diakses tanggal 2 April 2011.

Sooriyaarachchi, M & Jurgen Gailer. 2010. Removal of Fe3+ and Zn2+ from plasma metalloproteins by iron chelating therapeutics depicted with SEC-ICP-AES. University of Calgary, Canada.