Upload
ratna-endah
View
104
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
20
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia memerlukan proses berfikir untuk menghubung-hubungkan data
atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Proses berfikir
tersebut dapat dikatakan sebagai penalaran. Data atau fakta yang akan dinalar itu
boleh benar dan boleh tidak benar. Di sinilah letaknya kerja penalaran. Orang
akan menerima data dan fakta yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang
belum jelas kebenarannya.
Penalaran juga penting dalam pembuatan sebuah karangan. pemahaman
dasar tentang penalaran harus dapat dikuasai ,agar karangan tersebut dapat
disusun secara baik dan benar. Karena tanpa fakta atau data yang benar, maksud
dari suatu karangan tidak akan dapat di tangkap oleh pembaca dengan tepat.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian penalaran ?
1.2.2 Apa saja syarat kebenaran dalam penalaran ?
1.2.3 Bagaimana urutan logis ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk lebih memahami pengertian penalaran dalam karangan.
1.3.2 Untuk lebih memahami apa saja syarat kebenaran dalam karangan.
1.3.3 Untuk lebih memahami urutan-urutan logis.
20
1.4 Manfaat
1.4.1 Agar Mahasiswa/I menyadari pentingnya ilmu penalaran dalam karangan.
1.4.2 Agar memiliki kemampuan berpikir secara logis dan sistematis yang
dibangun melalui fakta atau data yang saling berhubungan.
20
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Penalaran
Kata “nalar” berasal dari kata bahasa Arab “nazara” artinya “melihat”.
Berlainan dengan kata râ’ yang artinya “melihat” juga, kata ini mengisyaratkan
bahwa menalar tidak sekedar melihat dengan mata, namun memandang sesuatu
dari sudut logikanya. Dengan nalarnya, orang menghubungkan pengamatan
(observasi berdasarkan empirik) dengan kejadian-kejadian di dunia ini.
Kemudian, pengamatan dan kejadian tersebut menjadi suatu konsep dan
pengertian baru.1
Penalaran mempunyai beberapa pengertian, yaitu :
(1) Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling
berhubungan sampai dengan simpulan.
(2) Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan.
(3) Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau
pengertian baru.
(4) Dalam karangan terdiri dari dua variabel atau lebih penalaran dapat diartikan
mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan
variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan dan
simpulan.
(5) Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan atau pengertian baru.2
1 Ramlan A. Gani. Disiplin Berbahasa Indonesia. (Jakarta:FITK Press.2010). h. 1812 Ibid., hlm. 183
20
2.2 Syarat Kebenaran dalam Penalaran
2.2.1 Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan
observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan
umun atas fakta yang bersifat khusus.
2.2.2 Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang
didapat dari salah satu atau lebih pernyataan yang lebih umum.3
2.3 Urutan Logis
Karangan disusun berdasarkan satu kesatuan konsep, dikembangkan dalam
urutan logis, sistematik,jelas, dan akurat. Urutan dapat disusun berdasarkan urutan
peristiwa, waktu, ruang, penalaran (induksi,deduktif,sebab-akibat), proses, dan
kepentingan.4
BAB 3`
PEMBAHASAN3 Akhadiah, Sabarti. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.(Jakarta:Erlangga.1999).
h. 2114 Ramlan A. Gani, op.cit. h. 188
20
3.1 Pengertian Penalaran
Pernyataan yang dapat dipergunakan indera (observasi empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis. Berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui yang dianggap benar, orang menyimpulkan
sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang
disebut menalar.
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-
hubungkan data atau fakta yang ada sehinga sampai pada suatu simpulan. Data
atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar. Di sinilah
letaknya kerja penalaran. Orang akan menerima data dan fakta yang benar dan
tentu saja akan menolak fakta yang belum jelas kebenarannya. Data dapat
dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu simpulan ini harus berbentuk
kalimat pernyataan. Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu
disebut proposisi.
Penalaran merupakan aktivitas pikiran yang abstrak. Untuk
mewujudkannya, diperlukan lambang. Lambang yang digunakan dalam penalaran
berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran adalah argumen. Nalar seseorang
akan tercermin dari cara orang itu berargumen. Kesimpulannya adalah pernyataan
atau konsep. Lambang adalah kata. Lambang proporsisi adalah kalimat (kalimat
berita) dan lambang penalaran adalah argumen. Argumenlah yang dapat
menentukan kebenaran konklusi dari premis.5
5 S. Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia. (Jakarta: Akademika Pressindo.2004). h. 137
20
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia
adalah aktivitas berfikir yang saling berkait. Tidak ada proposisi tanpa pengertian
dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersamaan dengan terbentuknya
pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan proposisi akan
digunakan sebagai premis bagi penalaran. Dengan kata lain, menalar dibutuhkan
proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
Orang bernalar pada hakikatnya adalah mencari kebenaran. Kebenaran
tersebut dapat dicapai jika syarat-syarat dalam menalar dapat dipenuhi. Suatu
penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu
yang memang benar atau sesuatu yang memang salah. Dalam penalaran,
pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis
harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal
maupun material. Benar secara formal berarti penalaran memiliki bentuk yang
tepat, diturunkan dari aturan-aturan berpikir yang tepat sedngkan benar menurut
material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
3.2 Syarat Penalaran dalam Karangan
3.2.1 Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan
observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan
umum atas fakta yang bersifat khusus.6
Selain itu penalaran induktif juga merupakan penalaran yang bertolak
dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum.
6 Mahmudah Fitriyah. Pembinaan Bahasa Indonesia. (Jakarta:UIN Jakarta Press.2007). h. 148
20
Dengan kata lain, kesimpulan yang diperoleh tidak lebih khusus daripada
pernyataan (premis). Penalaran induktif pada dasarnya terdiri dari tiga macam:
1. Generalisasi yaitu proses penalaran yang berdasarkan kepada pengamatan
atas sejumlah gejala (data) yang bersifat khusus, serupa atau sejenis yang
disusun secara logis dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai
Benar atau tidak benarnya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat
dari hal-hal yang berikut,
a. Data itu harus memadai jumlahnya. Makin banyak data yang dipaparkan,
makin benar simpulan yang diperoleh.
b. Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan
dihasilkan simpulan yang benar.
c. Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat
khusus tidak dapat dijadikan data.7
2. Analogi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan terhadap gejala
khusus dengan membandingkan atau mengumpamakan suatu objek yang
sudah teridentifikasi secara jelas terhadap objek yang dianalogikan sampai
dengan kesimpulan yang berlaku umum. Selain itu, analogi merupakan cara
7 Zaenal Arifin. Cermat Berbahasa Indonesia. (Jakarta:Akademika Pressindo.2006). h. 166
20
penarikan penalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat
yang sama.
Contoh:
Nina adalah lulusan akademi A.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan akademi A.
Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan penalaran analogi adalah sebagai berikut.
a. Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
b. Analogi digunakan untuk menyingkapkan kekeliruan.
c. Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.8
3. Hubungan kausal adalah proses penalaran berdasarkan hubungan
ketergabungan antargejala yang mengikuti pola sebab-akibat, akibat-sebab,
atau akibat-akibat.
› Sebab akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Di samping itu, hubungan
ini dapat pula bepola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari
satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
8 Ibid., hlm. 167
20
Contoh :
Suatu lembaga kanker di Amerika melakukan studi tentang hubungan
antara merokok dengan kematian. Antara tanggal 1 Januari dan 31 Mei 1952
terdaftar 187.783 laki-laki yang berumur antara 50 sampai 69 tahun . Kepada
merea dikemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang kebiasaan merokok
mereka pada masa lalu dan masa sekarang. Selanjutnya keadaan mereka
diikuti terus menerus selama 44 bulan. Berdasarkan surat kematian dan
keterangan medis tentang penyebab kematiannya, diperoleh data bahwa
diantara 11.870 kematian yang dilaporkan 2.249 disebabkan kanker.
Dari seluruh jumlah kematian yang terjadi (baik pada yang merokok
maupun yang tidak ) ternyata angka kematian dikalangan pengisap tetap jauh
lebih tinggi daripada yang tidak pernah merokok, sedangkan jumlah
kematian pengisap pipa dan cerutu tidak banyak berbeda dengan jumlah
kematian yang tidak pernah merokok.9
Selanjutnya dari data yang terkumpul itu terlihat adanya korelasi
positif antara angka kematian dan jumlahrokok yang dihisap setiap hari.
Dari bukti-bukti yang terkumpul dapatlah dikemukakan bahwa asap
tembakau memberikan pengaruh buruk dan memperpendek umur manusia.
Cara yang peling sederhana untuk menghindari kemungkinan itu ialah
dengan tidak merokok sama sekali.
9 Ibid., hlm. 170
20
› Akibat-sebab
Ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Ke
dokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab, jadi mirip dengan
entimen. Akan tetapi, dalam penalaran jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab
merupakan simpulan.
› Akibat-akibat
Adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat”
langsung disimpulakan pada suatu “akibat” yang lain. Contohnya adalah sebagai
berikut.
Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah di halamnnya becek. Ibu
langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah.
Dalam kasus itu, penyebabnya tidak ditampilkan, yaitu hari hujan. Pola itu dapat dilihat
seperti ini.
Hujan menyebabkan tanah becek
(A) (B)
Hujan menyebabkan kain jemuran basah
(A) (C)
3.2.2 Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif dimulai dari suatu premisyaitu pernyataan dasar untuk
menarik kesimpulan. Kesimpulannya merupakan implikasi pernyataan dasar itu.
Artinya apa yang dikemukakan di dalam kesimpulan secara tersirat telah ada di
20
dalam pernnyataan itu.Simpulan yang diperoleh tidak mungkin lebih umum
daripada proposisi tempat menarik kesimpulan itu. 10
Penarikan kesimpulan ( konklusi ) secara deduktif dapat dilakukan secara
langsung dan dapat pula dilakukan secara tak langsung.
a. Menarik kesimpulan secara langsung : Merupakan penarikan kesimpulan dari
satu premis.
Misalnya : Semua ikan berdarah dingin. ( premis )
Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. ( simpulan )
b. Menarik simpulan secara tidak langsung : Merupakan penarikan kesimpulan
yang memerlukan dua premis sebagai data. Premis yang pertama adalah
premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang
bersifat khusus. Beberapa jenis penalaran deduksi secara tidak langsung
adalah sebagai berikut:
a) Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan.
Premis yang bersifat umu disebut premis minor dan premis yang khusus
disebut premis mayor.
Contoh : Semua manusia bijaksana.
Semua polisi adalah manusia.
Jadi, semua polisi bijaksana.
b) Silogisme Hipotesis
10 S. Amran Tasai, op.cit. h. 144
20
Silogisme hipotesis ialah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang
berproposisi kondisional hipotesis.
Contoh : Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi, besi memuai.
c) Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor
yang berupa proposisi alternatif.
Contoh : Dia adalah seorang kiai atau profesor.
Dia seorang kiai.
Jadi, dia buakan seorang profesor.
d) Entimen
Entimen adalah silogisme yang tidsk mempunyai premis mayor
karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum.yang dikemukakan
adalah premis minor dan simpulan.
Contoh : Semua sarjana adalah orang cerdas.
Ali adalah sarjana.
Jadi, Ali adalah orang cerdas.
Suatu tulisan sebagai hasil proses bernalar mungkin merupakan hasil
proses deduksi, induksi atau gabungan keduanya. Dengan demikian suatu
paparan dapat bersifat deduktif,indktif atau gabungan dari kedua sifat
tersebut. Suatu tulisan yang bersifat deduktif dibuka dengan suatu pernyataan
atau umum berupa kaidah, peraturan, teori, atau pernyataan umum lainnya.
20
Selanjutnya, pernyataan itu akan dikembangkan dengan pernyataan-
pernyataan atau rincian-rincian yang bersifat khusus. Sebaliiknya, suatu
tulisan yang bersifat induktif dimulai dari rincian-rincian dan diakhiri dengan
suatu kesimpulan umum atau generalisasi. Gabungan antara keduanya
dimulai dengan pernyataan umum yang diikuti dengan rincian-rincian yang
akhirnya ditutup dengan pengulangan pernyataan umum di atas.11
3.3 Urutan Logis
3.3.1 Urutan Peristiwa (Kronologis)
Urutan peristiwa (kronologis) berarti menyajikan bahasan menurut urutan
kejadian. Peristiwa yang trjadi lebih dahulu diuraikan lebih dulu, pristiwa yang
terjadi kemudian diuraikan kemudian.
Contoh :
Dahulu sebelum cara imunisasi ditemukan selama puluhan abad, puluhan
ribu penduduk dunia mati akibat berbagai penyakit. Di Inggris saja sebelum
ditemukan vaksin cacar, kurang lebih delapan puluh ribu orang mati karena
penyakit itu. Penemuan vaksin sejak abad ke-18 sangat memperkecil angka
kematian tersebut. Pada tahun 1796 Jenner dari Inggris menemukan vaksin
cacar. Lalu, menyusullah penemuan vaksin rabies yang dikembangkan oleh
pasteur pada tahun 1885.12
Kata-kata yang bercetak tebal menunjukkan hubungan kronologis
tersebut. Urutan kronologis di dalam tulisan secara ekplisit dinyatakan dengan
11 Mahmudah Fitriyah, op.cit. h. 16312 S. Amran Tasai, op.cit. h. 154
20
kata-kata atau ungkapan-ungkapan seperti : dewasa ini, sekarang, bila, sebelum,
mula-mula, pertama, sejak itu, sementara, dan sebagainya.
3.3.2 Urutan Ruang
Urutan ruang dipergunakan untuk menyatakan hubungan tempatatau
ruang. Urutan ruang dipegunakan bersamaan urutan waktu.
Contoh :
Jika anda memasuki pekarangan bangunan kuno itu, setelah anda melalui
pintu gerbang kayu penuh ukiran indah anda akan berada pada jalan berlantai
batu hitam yang membelah suatu lapangan rumput yang dihiasi petak bunga-
bungaan dan pohon-pohonan peneduh. Dikiri kanan jalan itu, agak ke tengah
terdapat lumbung padi, puncaknya berbentuk seperti tanduk dan beratapkan ijuk.
3.3.3 Urutan Alur Penalaran
Berdasarkan alur penalaran, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam
urutan umum-khusus. Urutan ini mengahsilkan paragraf induktif dan deduktif.
Karangan yang panjang terdiri dari beberapa bab akan menghasilkan bab
simpulan.
Urutan umum-khusus banyak dipergunakan dalam karya ilmiah. Tulisan
yang paragraf-paragrafnyan dikembangkan dalam urutan ini secara menyeluruh
lebih mudah dipelajari isisnya.
20
3.3.4 Urutan Kepentingan
Suatu karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan
kepentingan gagasan yang dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan adalah
dari yang paling penting sampai paling tidak penting, atau sebaliknya.
Contoh :
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam meyusun hipotesis yang
paling penting ialah menyusun kerangka berpikir berdasarkan atas suatu teori
yang dipergunakan sebagai landasan deduksi. Kerangka pikiran inilah yang akan
menentukan apakah hipotesis yang akan diajukan mengenai hubungan variabel
yang dimasalahkan. Hal berikut yang tidak boleh diremehkan ialah aspek
bahasanya. Suatu hipotesis harus dinyatakan denagn kalimat pernyataan bahwa
hipotesis harus dinyatakan sejelas mungkin dan didukung oleh kalimat yang
sederhana mungkin.13
3.3.5 Isi Karangan
Isi karangan dapat berupa sajian fakta (benda, kejadian, gejala, dan sifat dan
ciri sesuatu), pendapat/sifat dan tanggapan, imajinasi, ramalan, dan sebagainya.
kalimat ilmiah berisi sajian ilmu pengetahuan dan teknologi, membahas
permasalahan, pembahasan, dan pembuktian. Dalam bagian ini akan dibahas hal-
hal yang berhubungan dengan fakta, generalisasi, spesifikasi, klasifikasi,
perbandingan dan pertentangan, sebab-akibat, analogi dan perkiraan (ramalan).
13 Ramlan A. Gani, op.cit. h. 193
20
Contoh :
Gempa di Aceh 26 Desember 2004 yang berkekuatan 9 pada skala Rigter
itu menimbulkan korban jiwa yang terus berjatuhan hingga 31 Desember di
Srilangka 28.508 orang, India 10.736 orang, Thailand 4.500 orang, dan di Aceh
79.940 dan cebderung bertambah. Selain itu, hingga Januari 2005, sekalipun
belum ada angka pasti, korban menderita sakit berat dan cacat tubuh yang
diakibatkan oleh gempa dan gelombang tsunami yang sangat dahsyat di Aceh itu
dapat diperkirakan cukup besar. Korban harta benda, termasuk rumah tinggal
yang luluh-lantak rata dengan tanah dan sebagian terbawa gelombang air laut
tersebut diperkirakan mencapai belasan triliun rupiah. Korban gempa Aceh ini
merupakan yang terbesar di dunia.14
14 Ibid., hlm. 194
20
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Melihat dari pembahasan mengenai pengertian penalaran dalam karangan
di atas, maka maksud materi ini adalah memberikan pemahaman dasar kepada
mahasiswa untuk memperoleh kemahiran bernalar agar dapat mengolah informasi,
data dan fakta secara tepat sehingga menghasilkan suatu karangan yang dapat
dimengerti oleh pembaca.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diperoleh pengertian bahwa
syarat-syarat kebenaran dalam karangan yang meliputi paragraf deduktif dan
induktif, berkaitan erat dengan penalaran. Keduanya sangat berperan penting
dalam proses pembuatan suatu karangan, yakni dengan adanya syarat-syarat
kebenaran tersebut, penalaran yang dilakukan akan menghasilkan suatu gagasan
pokok karangan yang logis.
Sedangkan pemaparan mengenai urutan logis, yang meliputi urutan
peristiwa (kronologis), urutan ruang, urutan alur penalaran, urutan kepentingan,
dan isi karangan akan menghasilkan suatu karangan yang tersusun dengan baik
agar pembaca lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh penulis dalam
karangan tersebut.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapatkan pengalaman yang
sangat berharga mengenai pengetahuan dasar penalaran dalam karangan, syarat-
20
syarat kebenaran dan urutan logis dalam suatu karangan. Penulis menyarankan
kepada semua pembaca untuk mempelajari dasar – dasar mengenai penalaran ini
terlebih dahulu sebelum mempelajari hal-hal yang lebih kompleks mengenai
pembuatan suatu karangan. Dengan mempelajari dasar-dasar penalaran terlebih
dahulu, diharapkan memudahkan mahasiswa dan mahasiswi dalam proses
pembuatan suatu karangan.
20
DAFTAR PUSTAKA
A.Gani, Ramlan dan Mahmudah Fitriyah ZA. Disiplin Berbahasa Indonesia.
Jakarta : FITK Press. 2011
Akhadiah, Sabarti dan Sakura Ridwan. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga. 1999
Arifin, Zaenal. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta : Akademika Pressindo.
2006
Fitriyah, Mahmudah. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta : UIN Jakarta Press.
2007
Tasai, S. Amran. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta :
Akademika Pressindo. 2004
20
LAMPIRAN
SOAL KELOMPOK 4 ‘PENALARAN DALAM KARANGAN’
1. Apa pengertian dari penalaran?2. Apa yang di maksud dengan term dan proposisi?3. Jelaskan perbedaan dari penalaran deduktif dan penalaran induktif!4. Penalaran induktif pada dasarnya terdiri dari tiga macam.sebutkan dan
jelaskan!5. Apakah penalaran itu perlu?sebutkan alasannya!6. Sebutkan urutan logis!7. Apa yang di maksud dengan entimen?8. Sebutkan tujuan analogi?9. Sebutkan beberapa cara dalam mengurutkan peristiwa!10. Mengapa bukti-bukti atau rician dalam suatu karangan harus relevan
dengan generalisasi yang dikemukakan?
*selamat mengerjakan