25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam bab- bab sebelumnya kta telah banyak mempelajari tantang belajar, tetapi kita belum membahas tentang apakah yang sebenarnya menjadi hasil dari pendidikan. Dapat kita bayangkan, bila seseorang tidak mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan peristiwa- peristiwa, objek- objek, dan kegiatan- kegiatan yang dijumpainya dalam kehidupan sehari- hari. Oleh karena tidak ada dua stimulus yang sama benar, orang itu akan terpaksa memberikan respons yang berbeda terhadap setiap stimulus yang diterimanya. Hal ini merupakan suatu beban yang berat bagi memori. Untunglah manusia itu dapat mengkategorisasikan berbagai stimulus- stimulus yang mereka hadapi. Walaupun tidak ada dua jeruk yang sama besar, kita dapat

MAKALAH BELAJAR KONSEP.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH BELAJAR KONSEP.docx

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam bab- bab sebelumnya kta telah banyak mempelajari tantang belajar,

tetapi kita belum membahas tentang apakah yang sebenarnya menjadi hasil dari

pendidikan. Dapat kita bayangkan, bila seseorang tidak mampu mengklasifikasikan

atau mengelompokkan peristiwa- peristiwa, objek- objek, dan kegiatan- kegiatan

yang dijumpainya dalam kehidupan sehari- hari. Oleh karena tidak ada dua stimulus

yang sama benar, orang itu akan terpaksa memberikan respons yang berbeda terhadap

setiap stimulus yang diterimanya. Hal ini merupakan suatu beban yang berat bagi

memori.

Untunglah manusia itu dapat mengkategorisasikan berbagai stimulus-

stimulus yang mereka hadapi. Walaupun tidak ada dua jeruk yang sama besar, kita

dapat mengelompokkan jeruk itu, dan mengadakan reaksi yang serupa terhadap

semua anggota dari kelas jeruk. Kita dapat menentukan sifat sifat dari kelas jeruk,

memberi nama kategori itu, mengadakan respon terhadap semua anggota kelas itu

dengan cara yang sama yaitu dengan cara memakannya.

Konsep- konsep merupakan kategori- kategori yang kita berikan pada

stimulus- stimulus yang ada dilingkungan kita. Konsep- konsep menyediakan skema-

skema terorganisasiuntuk mengasimilasikan stimulus- stimulus baru, dan untuk

menentukan hubungan di dalam dan diantara kategori- kategori.

Page 2: MAKALAH BELAJAR KONSEP.docx

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini, antara

lain:

1. Apa pengetian belajar konsep?

2. Bagaimana memperoleh dan menetukan konsep?

3. Bagaimana tingkat- tingkat konsep?

4. Bagaimana menentukan konsep- konsep yang akan diajarkan?

5. Bagaimana merencanakan pelajaran?

Page 3: MAKALAH BELAJAR KONSEP.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengetian Belajar Konsep

Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-konsep

merupakan batu-batu pembangun (building blocks) berfikir. Konsep-konsep

merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan

prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah seorang

siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan

pada konsep-konsep yang diperolehnya.

Tidak ada satu pun definisi yang dapat mengungkapkan arti yang kaya dari

konsep atau berbagai macam konsep-konsep yang diperoleh siswa. Oleh karena

konsep-konsep itu merupakan penyajian-penyajian internal dari sekelompok

stimulus-stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat diamati; konsep-konsep harus

disimpulkan dari perilaku, walaupun kita dapat memberikan suatu definisi verbal dari

hubungan antara konsep itu dengan konsep-konsep yang lain.

Hal yang harus disadari saat ini adalah pentingnya belajar konsep tentang

sesuatu. Konsep yang dimaksud disini tidak lain dari kategori-kategori yang kita

berikan dari stimulus atau rangsangan yang ada di lingkungan kita. Konsep yang ada

di dalam struktur kognitif individu merupakan hasil dari pengalaman yang ia peroleh.

Jika keadaannya demikian, sebagian konsep yang dimiliki individu merupakan hasil

dari proses belajar yang mana proses hasil dari proses belajar ini akan menjadi

Page 4: MAKALAH BELAJAR KONSEP.docx

pondasi (building blocks) dalam struktur berpikir individu. Konsep-konsep inilah

yang dijadikan dasar oleh seseorang dalam memecahkan masalah, mengetahui aturan-

aturan yang relevan, dan hal-hal lain y ang ada keterkaitannya dengan apa yang harus

dilakukan individu.

Definisi konsep menurut sebagian besar orang adalah sesuatu yang diterima

dalam pikiran atau ide yang umum dan abstrak. Menurut salah satu ahli, konsep

adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau

hubungan yang mempunyai atribut yang sama.

Macam-macam konnsep yang kita pelajari tidak terbatas. Konsep panas

sangat berbeda dari konsep relativitas dalam beberpa dimensi. Flavel (1970)

menyarankan bahwa konsep-konsep dapat berbeda dala, tujuh dimensi, yaitu:

1. Atribut

Setiap konsep memiliki sejumlah atribut yang berbeda. Contoh-contoh konsep

harus mempunyai atribut-atribut yang relevan; termasuk juga atribut-atribut yang

tidak relevan, contohnya konsep meja harus mempunyai permukaan yang datar dan

sambungan- sambungan yang mengarah ke bawah yang mengangkat permukaan itu

dari lantai. Atribut- atribut dapat berupa fisik seperti warna, tinggi, atau bentuk, atau

dapat juga berupa fungsional.

2. Struktur

Struktur menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu.

Ada tiga macam struktur yang dikenal yaitu;

Page 5: MAKALAH BELAJAR KONSEP.docx

a. Konsep-konsep konjuktif adalah konsep-konsep dimana terdapat dua atau

lebih sifat- sifat sehingga dapan memenuhi syarat sebagai contoh konsep.

Contonya seorang aktris adalah seorang wanita yang main dalam film.

Dua atribut, yaitu wanita dan main dalam film harus ada agar dapat

mewakili konsep aktris.

b. Konsep-konsep disjunktif adalah konsep-konsep dimana satu dari dua atau

lebih sifat-sifat harus ada contohnya konsep seorang paman yang

merupakan kakak dari ibu atau ayah, atau seorang pria yang menikah

dengan kakak wanita dari ayah atau ibu.

c. Konsep-konsep relasional menyatakan hubungan tertentu antara atribut-

atribut konsep. Kelas social adalah suatu contoh dari konsep relasional.

Kelas social ditentukan oleh hubungan antara pendapatan, pendidikan,

jabatan atau pekerjaan, dan factor-faktor lainnya.

3. Keabstrakan

Konsep-konsep dapat dilihat dan konkrit, atau konsep-konsep itu terdiri dari

konsep-konsep lain. Contohnya suatu sigitiga dapat dilihat.

4. Keinklusifan

Konsep ini ditujukan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat dalam konsep itu.

Bagi seorang anak kecil, konsep kucing ditujukan pada seekor hewan tertentu

yaitu kucing keluarga. Bila anak itu telah mengenal beberapa kucing lainnya,

konsep kucing akan menjadi luas.

Page 6: MAKALAH BELAJAR KONSEP.docx

5. Generalitas atau keumuman

Bila diklasifikasikan, konsep-konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat

atau subordinatnya. Konsep wortel adalah subordinat terhadap konsep sayuran,

selanjutnyakonsep sayuran subordinat terhadap konsep tanaman dapat dimakan.

Makin umum suatu konsep makain banyak asosiasi yang dapat dibuat dengan

konsep- konsep lainnya.

6. Ketepatan

Ketepatan suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan-aturan untuk

membedakan contoh-contoh dari noncontoh-noncontoh suatu konsep.

7. Kekuatan (power)

Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju, bahwa konsep

itu penting.

Menurut Rosser (1984), konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili

satu kelas objek-objek , kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-

hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Oleh karena orang

mengalami stimulus-stimulus yang berbeda, orang membentuk konsep sesuai

dengan pengelompokkan stimulus-stimulus dengan ccara tertentu. Secara singkat

dapat kita katakan, bahwa suatu konsep merupakan suatu abstraksi mental yang

mewakili suatu kelas stimulus-stimulus. Kita menyimpulkan, bahwa suatu konsep

telah dipelajari, bila yang diajar dapat menampilkan perilaku-perilaku tertentu.

Page 7: MAKALAH BELAJAR KONSEP.docx

B. Cara Memperoleh Dan Menetukan Konsep

1. Cara memperoleh konsep

Menurut Ausubel (1968), konsep-konsep diperoleh dengan dua cara yaitu

formasi konsep (concept formation) dan asimilasi konsep (concept asimilasi).

Formasi konsep terutama merupakan bentuk perolehan konsep-konsep sebelum anak-

anak masuk sekolah. Sedangkan asimilasi konsep merupakan cara utama untuk

memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah sekolah.

Pendekatan pembelajaran perolehan konsep adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami suatu konsep

tertentu.Pendekatan pembelajaran ini dapat diterapkan untuk semua umur, dari anak-

anak sampai orang dewasa. Untuk taman kanak-kanak, tentunya, pendekatan ini dapat

digunakan untuk memperkenalkan konsep yang sederhana. Misalnya konsep

binatang, tumbuhan, dan lain-lain. Pendekatan ini, lebih tepat digunakan ketika

penekanan pembelajaran lebih dititikberatkan pada mengenalkan konsep baru,

melatih kemampuan berpikir induktif dan melatih berpikir analisis.

a. Pembentukan Konsep

Pembentukan konsep merupakan proses induktif. Bila anak dihadapkan

pada stimulus-stimulus, lingkungan, ia mengabstraksi sifat-sifat tertentu atau atribut-

atribut tertentu yang sama dari berbagai stimulus-stimulus. Pembentukan konsep

merupakan suatu bentuk belajar penemuan (discovery learning), paling sedikit dalam

bentuk primitive yang melibatkan proses-proses psikologi seperti analisis

diskriminatif, abstraksi, diferensiasi, pembentukan (generation) hipotesis dan

Page 8: MAKALAH BELAJAR KONSEP.docx

pengujian (testing), dan generalisasi. Pembentukan konsep ini juga ditujukan oleh

orang-orang yang lebih tua dalam situasi-situasi kehidupan nyata dan dalam

laboratorium, tetapi dengan tingkat sofistifikasi yang lebih tinggi.

b. Asimilasi Konsep

Asimilasi konsep merupakan proses deduktif, dimana anak-anak diharapkan

belajar banyak konsep melalui proses asimilasi konsep. Untuk memperoleh konsep-

konsep melalui proses asimilasi, orang yang belajar harus sudah memperoleh definsi

formal dari suatu kata menunjukkan kesamaan-kesamaan (commonalities) dengan

konsep tertentu dan membedakan kata itu dari konsep-konsep lain.

Walupun kedua bentuk belajar konsep ini efektif, pembentukan konsep lebih

memakan waktu daripada asimilasi konsep. Dengan mempertimbangkan, bahwa

begitu banyak konsep yang harus dipelajari siswa selama sekolah, penggunaan

berlebihan dari metoda penemuan hendaknya dibatasi.

2. Pembentukan Konsep

Belajar konsep telah diteliti para ahli psikologi lebih dari enam puluh tahun.

Sebagian besar dari eksprimen dilakukan dalam laboratorium, dan pada aumumnya

mengenai pembentukan konsep- konsep. Subjek- subjek penelitian dihadapkan pada

sejumlah stimulus yang mempunyai berbagai atribut. Subjek- subjek itu diharapkan

membentuk konsep yang didasarkan pada hal- hal tang penting dari stimulus-

stimulusnya.

1) Pendekatan Perilaku

Page 9: MAKALAH BELAJAR KONSEP.docx

Bagi para penganut teori perilaku, dasar belajar konsep, seperti juga bentuk-

bentuk belajar yang lain, ialah asosiasi stimulus dan respons. Perbedaan utama antara

belajar konsep dan belajar-bellajar yang lain ialah dalam belajar konsep anak yang

belajar memberikan suatu respons terhadap sejumlah stimulus yang berbeda, jadi

bukan memberikan satu respon terhadap satu stimulus.

Bagi para pengikut teori-teori perilaku, belajar konsep melibatkan

perubahan-perubahan kuantitatif. Perubahan-perubahan itu terdiri atas; penambahan

lebih banyak stimulus pada suatu respon yang sudah dipelajari dan peningkatan

jumlah berbagai hubungan S—R.

Para perilakuwan menekankan aspek-aspek yang dapat diamati dari situasi

sebagai factor-faktor penting dalam belajar konsep. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa belajar konsep dipengaruhi oleh factor-faktor berikut:

1) Pola reinforsemen dan umpan balik

2) Jumlah contoh-contoh positif dan negative

3) Jumlah atribut-atribut

2) Pendekatan-pendekatan Kognitif

Penedekatan-pendekatan kognitif tentang belajar memusatkan pada proses

perolehan konsep-konsep, pada sifat dari konsep-konsep, dan pada bagaimana

konsep-konsep itu disajikan dalam struktur kognitif. Walaupun para teoriwan

kognitif memikirkan kondisi-kondisi yang memperlancar pembentukan konsep,

penekanan mereka ialah pada proses-proses internal yang digunakan dalam belajar

konsep-konsep.

Page 10: MAKALAH BELAJAR KONSEP.docx

Studi-studi kognitif tentang perolehan konsep telah memperlihatkan

beberapa penemuan sebagai yang dikemukakan dibawah ini.

1) Konsep-konsep konjunktif lebih mudah dipelajari daripada konsep-konsep

disjunktif atau konsep-konsep relasioonal.

2) Belajar konsep lebih mudah dengan menggunakan paradigm selektif daripada

paradigma reseptif.

3) Beberapa Pendekatan Dewasa Ini

Dalam bukunya “Principles of Intructional Design” (1988) Gagne

menyarankan kondisi-kondisi berikut yyang dibutuhkan untuk belajar konsep-konsep

konkrit.

Kondisi internal: siswa harus dapat membedakan contoh suatu konsep dan

noncontoh suatu konsep. Jika digunakan instruksi verbal, subyek sudah harus ada

sebelumnya mempelajari nama verbal. Siswa harus mengingat kembali diskriminasi

maupun nama verbal

Kondisi eksternal: isyarat-isyarat verbal merupakan cara-cara utama dalam mengajar

konsep-konsep konkrit.

C. Tingkat-Tingkat Pencapaian Konsep

Pengembangan konsep-konsep melalui satu seri tingkatan. Kita mencapai

konsep-konsep pada tingkat-tingkat yang berbeda. Konsep-konsep yang berbeda

dipelajari pada usia-usia yang berbeda. Klausmeier (1977) menghipotesiskan ada

empat tingkat pencapaian konsep, yaitu :

1. Tingkat konkret

Page 11: MAKALAH BELAJAR KONSEP.docx

Tingkat konkret ditandai dengan adanya pengenalan anak terhadap suatu

benda yang pernah ia kenal. Contohnya pada suatu saat anak bermain kelereng dan

pada waktu yang lain dengan tempat yang berbeda ia menemukan lagi kelereng, lalu

ia bisa mengidentifikasi bahwa itu adalah kelereng maka anak tersebut sudah

mencapai tingkat konkret.

2. Tingkat identitas

Pada tingkat identitas seseorang dapat dikatakan telah mencapai tingkat

konsep identitas apabila ia mengenal suatu objek setelah selang waktu tertentu,

memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap objek itu, atau bila objek itu

ditentukan melalui suatu cara indra yang berbeda. Misalnya mengenal kelereng

dengan cara memainkannya, bukan hanya dengan melihatnya lagi.

3. Tingkat klasifikatori

Tingkat klasifikatori dapat digambarkan anak sudah mampu mengenal

persamaan dari contoh yang berbeda tetapi dari kelas yang sama. Misalnya anak

mampu membedakan antara apel yang masak dengan apel yang mentah.

4. Tingkat formal

Pada tingkatan formal anak sudah mampu membatasi suatu konsep dengan

konsep lain, membedakannya, menentukan ciri-ciri, memberi nama atribut yang

membatasinya, bahkan sampai mengevaluasi atau memberikan contoh secara verbal.

D. Menentukan Konsep-Konsep yang akan Diajarkan

Dalam menentukan konsep yang akan diajarkan, ada beberapa sumber

yang perlu kita ketahui, yaitu:

Page 12: MAKALAH BELAJAR KONSEP.docx

1. Penulis-penulis buku pelajaran (buku teks)

2. Pengembangan-pengembangan kurikulum

3. Pengalaman guru itu sendiri

4. Anak-anak atau siswa itu sendiri

Penuntun-penuntun kurikulum dan buku-buku teks menyediakan suatu

kerangka atau konsep-konsep yang akan diajarkan dan perilaku siswa akan

menentukan konsep-konsep lain. Pengetahuan guru tentang perkembangan kognitif

dan perkembangan bahasa itu sendiri akan menyediakan informasi tambahan, bukan

hanya untuk menentukan konsep-konsep yang diajarkan, melainkan juga untuk

menentukan tingkat-tingkat yang dapat kita harapkan dicapai oleh para siswa.

E. Merencanakan Pelajaran

Proses belajar mengajar perlu direncanakan agar dalam pelaksanaannya

pembelajaran berlangsung dengan baik dan dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Dalam merencanakan, guru harus memutuskan tingkat pencapaian konsep yang

mana yang dapat diharapkan dari para siswa. Analisis konsep dapat menolong guru

dalam hal ini, dan memilih materi pelajaran yang akan diberikan.

1. Menentukan tingkat pencapaian konsep

Tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dari siswa, tergantung pada

kompleksitas dari konsep dan tingkat perkembangan kognitif dari siswa. Tingkat

pencapaian formal dapat diharapkan bila pengajaran yang tepat diberikan pada siswa-

siswa pada periode operasional formal. Tingkat-tingkat pencapaian konsp yang

diharapkan tercermin dari tujuan-tujuan pengajaran yang dirumuskan bagi para siswa.

Page 13: MAKALAH BELAJAR KONSEP.docx

2. Analisis konsep

Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk

menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian

konsep. Untuk melakukan analisis konsep, guru hendaknya memperhatikan hal-hal

berikut :

a. Nama konsep

Orang dapat membentuk konsep-konsep tanpa memberi nama pada konsep

itu, terutama pada tingkat konkret dan tingkat identitas. Tetapi, setelah mereka masuk

sekolah mereka diberi pelajaran tentang nama-nama konsep yang telah diterima

secara luas.

b. Atribut-atribut kriteria dan variabel konsep

Atribut-atribut criteria suatu konsep adalah ciri-ciri konsep yang perlu untuk

membedakan contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh, dan untuk menentukan

apakah suatu objek baru merupakan suatu contoh dari konsep. Atribit-atribut variabel

konsep ialah ciri-ciri yang mungkin berbeda di antara contoh-contoh tanpa

mempengaruhi inklusi dalam kategori konsep itu.

c. Definisi konsep

Pada tingkat formal, siswa dapat belajar konsep melalui definisi yang

diberikan. Kemampuan untuk menyatakan suatu definisi dari suatu konsep dapat

digunakan sebagai suatu criteria bahwa siswa telah belajar konsep itu.

d. Contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh

Page 14: MAKALAH BELAJAR KONSEP.docx

Dengan membuat daftar dari atribut-atribut dari suatu konsep, pengembangan

konsep-konsep dan nonkonsep-nonkonsep dapat diperlancar.

e. Hubungan konsep pada konsep-konsep lain : superordinat, koordinat, dan

subordinat.

Untuk sebagian besar konsep-konsep, kita dapat mengembangkan suatu hiarki

dari konsep-konsep yang berhubungan yang memperlihatkan bagaimana suatu konsep

terkait pada konsep-konsep lain.

Page 15: MAKALAH BELAJAR KONSEP.docx

BAB III

KESIMPULAN

Pembentukan konsep-konsep mengizinkan kita untuk mengatur dan

menyederhanakan lingkungan kita. Konsep-konsep merupakan dasar-dasar unuk

berpikir, untuk belajar aturan-aturan, dana akhirnya untuk menyederhanakan

masalah-masalah. Tanpa kosep-konsep tak mungkun kita mengajar.

Pendekatan belajar konsep menurut teoriwan-teoriwan perilaku dan

teoriwan-teoriwan kogntif berbeda. Pendekatan perilaku menekankan prosedu-

prosedur kondisi, sedangkan pendekatan kognitif menghubungkan belajar konsep

pada struktur kognitif.

Guru hendaknya menentukan konsep-konsep yang akan diajarkannya pada

para siswa, tingkat-tingkat pencapaian konsep yang diterapkan dari para siswa.

Analisis konsep dapat digunakan untuk merencenakan pembelajaran, dan untuk

menentukan apakah para siswa telah mencapai konsep-konsep pada tingkat yang

sesuai.

Page 16: MAKALAH BELAJAR KONSEP.docx

DAFTAR PUSTAKA

Arsianah, Rinda. 2008. Konsep Belajar dalam Dunia Pendidikan. http://pkab.wordpress.com. Diakses pada tanggal 18 september 2011.

Fataruba, Hayatuddin. 2010. Pengertian Teori dan Konsep Belajar. http://taliabupomai.blogspot.com

Sofa, Pakde. 2008. Teori Belajar Konsep dan Strategi Penerapannya Dikelas. http://massofa.wordpress.com. Diakses pada tanggal 18 september 2011.

Suciptoardi. 2011. Perencanaan pembelajaran sejarah. http://www. Viva Historia, Jas Merah.com. Diakses pada tanggal 19 september 2011.

Syamrilaode. 2010. Tingkat-tingkat Pencapaian Konsep. http://www. shvoong.com . Diakses pada tanggal 19 september 2011.

Wilis, Dahar Ratna, 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.