Upload
avanrascal
View
145
Download
38
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batu ginjal merupakan salah satu gangguan eliminasi urine. Batu
ginjal ini telah menjadi masalah gangguan saluran kemih yang cukup
serius di Indonesia. Angka kejadian batu ginjal di Indonesia tahun 2002
berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia
adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar
58.959 orang, sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar
19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang. Data-
data tersebut membuktikan bahwa batu ginjal merupakan masalah
kesehatan yang harus mendapat perhatian khusus bagi semua individu
terutama perawat sebagai salah satu dari tim kesehatan. Oleh karena itu,
sebagai mahasiswa keperawatan seharusnya memiliki pengetahuan yang
cukup tentang batu ginjal yang mencakup definisi, patogenesis, timbulnya
tanda dan gejala, serta asuhan keperawatan yang sesuai pada klien yang
mengalami batu ginjal. Dengan pengetahuan tersebut, diharapkan ketika
nantinya menjadi perawat, mahasiswa keperawatan dapat
mengaplikasikan pengetahuan tersebut pada klien sehingga dapat
mengurangi masalah umum batu ginjal di Indonesia maupun di dunia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan batu ginjal?
2. Bagaimana patogenesis batu ginjal?
3. Siapa yang berisiko mengalami batu ginjal?
1
4. Mengapa timbul nyeri pada batu ginjal dan bagaimana
mekanismenya?
5. Mengapa miksi tidak puas dan terputus-putus dan bagaimana
mekanismenya?
6. Mengapa timbul kencing berpasir dan bagaimana mekanismenya?
7. Mengapa urine bercampur darah dan bagaimana mekanismenya?
8. Mengapa klien mengalami nokturia dan bagaimana mekanismenya?
9. Mengapa klien merasa mual dan muntah dan bagaimana
mekanismenya?
10. Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan terhadap
klien?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi batu ginjal.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis batu ginjal.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan orang-orang yang berisiko
mengalami batu ginjal.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab dan mekanisme timbulnya
nyeri pada batu ginjal.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab dan mekanisme timbulnya
miksi tidak puas dan terputus-putus pada batu ginjal.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab dan mekanisme timbulnya
kencing berpasir pada batu ginjal.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab dan mekanisme timbunya
urine bercampur darah pada batu ginjal.
2
8. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab dan mekanisme terjadinya
nokturia pada batu ginjal.
9. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab dan mekanisme terjadinya
mual dan mntah pada klien dengan batu ginjal.
10. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami batu ginjal.
3
BAB 2
ISI
A. Definisi
Batu ginjal merupakan komponen kristal yang sering ditemukan di
kaliks atau pelvis ginjal dan bila keluar melalui ureter menimbulkan
gesekan, yang menyebabkan nyeri yang bergantung pada besarnya kristal
tersebut. Sebagian besar kristal tersebut adalah kalsium, oksalat, dan fosfat
yang bersatu membentuk kristal yang lebih besar saat proses pembentukan
urin.
Batu (kalkulus) ginjal adalah batu yang terdapat dimana saja di
saluran kemih batu yang paling sering dijumpai tersusun dari kristal-kristal
kalsium. Komponen yang jarang membentuk batu adalah struvit atau
magnesium, amonium, asam urat, atau kombinasi bahan-bahan ini.
Sukahatya dan Muhammad Ali (1975) dalam Mochammad Sja’bani
(2006) melaporkan kasus batu ginjal yang sering ditemui adalah
mengandung asam urat yang tinggi 25%, bercampur dengan kalsium
oksalat/ kalsium fosfat 79%, sedangkan hanya mengandung kalsium
oksalat sekitar 73%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar batu yang
terbentuk di ginjal banyak mengandung kalsium oksalat.
B. Patogenesis
Proses terbentuknya batu ginjal di nefron tepatnya di tubulus distal
dan pengumpul, yaitu saat urin dipekatkan. Pembentukan Kristal atau batu
ini membutuhkan supersaturasi, dan inhibitor pembentukan ini ditemukan
di dalam urin normal. Terbentuknya batu kalsium dapat dipicu oleh
reaktan asam urat, tetapi dapat juga dihambat oleh inhibitor sitrat dan
glikoprotein. Aksi reaktan dan inhibitor belum diketahui sepenuhnya.
4
Namun, ada dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal atau
nukleasi kristal, progresi kristal atau agregatasi kristal. Misalnya
penambahan sitrat dalam kompleks kalsium dapat mencegah agregatasi
kristal kalsium oksalat. Bila komponen batu di ginjal ditelusuri, satu atau
lebih dapat ditemukan reaktan yang menimbulkan agregatasi pembetukan
batu. Diperkirakan bahwa agregatasi kristal di tubulus distal cukup besar
sehingga tertimbun di kolektikus akhir (pengumbul). Secara perlahan,
timbunan akan semakin membesar akibat penyatuan dari timbunan-
timbunan selanjutnya sehingga batu ginjal yang ditemukan bervariasi di
setiap duktus kolektikus. Pengendapan ini diperkirakan timbul pada bagian
sel epitel yang mengalami lesi, dan kemungkinan lesi ini juga disebabkan
oleh kristal itu sendiri (Mochammad Sja’bani, 2006). Adanya lesi di
saluran kemih menyebabkan iritasi membran mukosa saluran dan
menyebabkan perdarahan sehingga terjadi hematuria (urin beserta darah).
Lesi ini juga bisa disebabkan oleh gesekan kristal terhadap membran
mukosa ureter dan/atau uretra.
Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan, baik pada ginjal
maupun saluran kemih. Namun penyebab dari batu ginjal sendiri masih
idiopatik. Batu ginjal lebih sering terjadi pada pria daripada wanita yang
mungkin dipengaruhi oleh ukuran uretra pria lebih panjang dari wanita.
Adapun beberapa faktor risiko yang menjadi faktor utama predisposisi batu
ginjal, yaitu sebagai berikut.
1. Hiperkalsiuria: Meningkatnya kadar kalsium di urin. Hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti meningkatnya absorpsi kalsium
dari lumen usus, atau penguraian kalsium yang berasal dari tulang, serta
kelainan reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal.
2. Hipositraturia: Kadar sitrat yang peran sebagai inhibitor pembentukan
kalsium di urin berkurang. Peningkatan reabsorsi sitrat akibat peningkatan
asam di proksimal menyebabkan berkurangnya sitrat di urin sehingga
proses agregatasi kalsium berjalan dengan mudah. Inhibitor kalsium selain
sitrat juga ditemukan pada glikoprotein yang disekresi oleh sel epitel
5
tubulus distal seperti nefrokalsin yang dapat mengabsorpsi permukaan
kristal.
3. Hiperurikosuria: Peningkatan asam urat pada urin.
4. Hiperoksaluria: Peningkatan di kadar oksalat yang diekskresikan ke dalam
urin. Peningkatan kecil kadar oksalat dapat memberi pengaruh yang besar
terhadap pembentukan kristal kalsium oksalat dibandingkan peningkatan
ekskresi kalsium.
5. Penurunan intake cairan. Diketahui bahwa asupan air yang banyak dapat
menghambat pembentukan kristal menjadi lebih besar, sehingga kristal
yang masih kecil bisa luruh dari dinding tubulus dan dibawa oleh cairan
urin yang banyak untuk dieliminasi.
C. Faktor penyebab terbentuknya batu ginjal
Batu (kalkulus) ginjal adalah batu yang terdapat di mana saja di
saluran kemih. Batu yang paling sering dijumpai tersusun dari kristal-
kristal kalsium. Terdapat sejumlah tipe batu ginjal dan ukurannya dapat
berkisar dari kecil hingga sebesar batu staghorn (batu menyerupai tanduk
rusa) yang dapat merusak sistem kolektivus. Biasanya batu ginjal terdiri
atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam
urat.
Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya
batu kalsium bikarbnat) atau penurunan pH urine (misalnya batu asam
urat). Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi didalam darah
dan urine serta kebiasaan makan atau obat tertentu, juga dapat merangsang
pembentukan batu. Segala sesuatu yang menghambat aliran urine dan
menyebabkan stasis (tidak ada pergerakan) urine dibagian mana saja
disaluran kemih, meningkatkan kemungkinan pembentukan batu.
6
Batu kalsium, yang biasanya terbentuk bersama oksalat atau fosfat,
sering menyertai keadaan-keadaan yang menyebabkan reasorbsi tulang,
termasuk imobilisasi dan penyakit ginjal. Batu asam urat sering menyertai
gout, suatu penyakit peningkatan pembentukan atau penurunan ekskresi
asam urat.
Kegemukan dan kenaikan berat badan meningkatkan risiko batu ginjal
akibat peningkatan ekskresi kalsium, oksalat, dan asam urat yang
berlebihan.
Penyebab batu ginjal adalah idiopatik. Akan tetapi, terdapat faktor
predisposisi seperti jenis makanan yang dikonsumsi, Infeksi Saluran
Kemih (ISK), volume air yang diminum, kelainan metabolisme, usia, jenis
kelamin, genetik, aktivitas, konsumsi vitamin dan obat-obatan tertentu, dan
berat badan. Batu ginjal biasanya terdiri dari kalsium oksalat.
Terbentuknya batu ginjal sangat erat kaitannya dengan peningkatan
pH urine (pada batu kalsium bikarbonat), atau sebaliknya penurunan pH
urine (pada batu asam urat). Segala sesuatu yang menyebabkan
terhambatnya aliran urine dan menyebabkan statis urine (tidak ada
pergerakan pada urine) di bagian mana saja di saluran kemih,
meningkatkan pembentukan batu karena dapat menyebabkan pengendapan
zat organik dan mineral.
1. Genetik
Terdapat orang-orang tertentu yang memiliki kelainan atau
gangguan ginjal sejak dilahirkan, meskipun kondisi ini jarang ditemui.
Penderita kelainan ini, sejak usia anak-anak sudah memiliki
kecenderungan yang mudah mengendapkan garam dan memudahkan
terbentuknya batu. Oleh karena fungsi ginjalnya yang tidak normal,
maka proses pengeluaran urine pun mengalami ganggguan karena
urinenya banyak mengandung zat kapur, sehingga mudah
mengendapkan batu.
7
2. Makanan dan minuman
Sebagian besar penyakit batu ginjal disebabkan oleh makanan
dan minuman. Terutama pada makanan dan minuman yang tinggi
kadar kalsium oksalat dan fosfat yang mudah mengkristal dalam ginjal,
juga pada makanan yang banyak mengandung asam urat. Selain itu,
mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar garam mengakibatkan
tingginya kadar garam dalam urine yang menyebabkan mudahnya
terbentuk batu ginjal.
Untuk mencegah terbentuknya batu ginjal, sebaiknya kurangi
makanan yang mengandung garam, serta makanan dengan kadar
oksalat tinggi, seperti kacang-kacangan, bayam, ubi, cabai, tahu dan
tempe, buncis, kentang, jeruk, anggur dan stroberi. Makanan yang
mengandung kalsium tinggi seperti kol, lobak, brokoli, sarden dan keju
jika dikonsumsi berlebihan juga dapat mempermudah terbentuknya
batu ginjal. Makanan dengan kadar purin yang tinggi juga sebaiknya
dihindari, seperti pada ikan laut, hati goreng, usus goreng, ikan sarden
dan jeroan yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh.
Selain itu, sebaiknya juga tidak mengkonsumsi susu dan
produk berkalsium tinggi secara berlebihan. Kelebihan kadar kalsium
akan diekskresikan melalui urine sehingga meningkatkan resiko
terbentuknya batu ginjal.
3. Volume air yang diminum
Kurang mengkonsumsi air putih menyebabkan sistem
metabolisme tubuh tidak berjalan dengan optimal. Ginjal memerlukan
cairan dalam jumlah yang cukup banyak untuk menguraikan zat-zat
terurai dalam tubuh. Setidaknya minumlah 2 liter air dalam sehari agar
volume urine bertambah dan mengurangi konsentrasi mineral dan
garam.
8
4. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
ISK dapat terjadi pada ureter, kandung kemih, maupun uretra.
Penyebab utama ISK adalah bakteri E.coli yang hidup pada kotoran
dan usus besar. ISK banyak menyerang wanita karena vagina lebih
rentan terhadap pertumbuhan bakteri dibanding pria. Infeksi ini akan
meningkatkan terbentuknya zat organik. Kemudian, zat ini dikelilingi
mineral yang mengendap. Pengendapan mineral akibat infeksi ini akan
meningkatkan alkalinitas urine dan menyebabkan pengendapan
kalsium fosfat dan magnesium ammonium fosfat.
5. Aktivitas
Faktor pekerjaan dan olahraga dapat mempengaruhi
terbentuknya batu ginjal. Risiko penyakit ini bertambah tinggi pada
orang dengan aktivitas yang jarang berolahraga atau tidak banyak
bergerak, serta pada orang yang pekerjaannya terlalu banyak duduk.
Hal ini dikarenakan aktivitas yang kurang aktif menyebabkan kurang
lancarnya peredaran darah maupun urine, sehingga mudah terbentuk
batu ginjal. Selain itu, pola hidup yang aktif dapat membantu
pembentukan kalsium menjadi tulang. Sebaliknya, gaya hidup yang
kurang bergerak dapat mendorong kalsium beredar dalam darah dan
berisiko menjadi kristal kalsium.
6. Vitamin dan obat-obatan
Pembentukan batu ginjal juga dapat disebabkan oleh konsumsi
vitamin C dan D serta suplemen yang mengandung kalsium secara
berlebihan. Hal ini dikarenakan vitamin C dan D yang dikonsumsi
berlebihan dapat mempermudah pengkristalan kalsium oksalat.
Mengkonsumsi 3 atau 4 gram vitamin C dan 400 IU vitamin D setiap
hari sudah cukup memenuhi kebutuhan tubuh. Obat-obatan antasida
yang dikonsumsi dalam jangka panjang juga berkontribusi terhadap
terbentuknya batu ginjal.
9
Sebaliknya, komsumsi vitamin A adalah penting karena
vitamin A yang dikonsumsi dalam kadar yang tepat dapat mencegah
terbentuknya batu ginjal serta menyehatkan fungsi sistem urine. Selain
vitamin A, vitamin B6 dan magnesium juga baik dikonsumsi untuk
mengurangi kadar kalsium dalam urine.
7. Usia
Pada umumnya batu ginjal banyak ditemukan pada usia 20-50
tahun. Jarang sekali ditemukan batu ginjal pada anak-anak.
8. Berat badan
Risiko penyakit batu ginjal juga lebih tinggi pada orang dengan
berat badan berlebih (obesitas) karena pada orang dengan berat badan
berlebih dapat menyebabkan kelainan metabolisme sehingga mudah
mengendapkan garam-garam kalsium.
9. Jenis kelamin
Menurut hasil penelitian, risiko terkena batu ginjal lebih
banyak dialami pria dari pada wanita dengan perbandingan 3:1. Hal ini
mungkin berkaitan dengan uretrapria yang lebih panjang dari uretra
wanita.
D. Gambaran klinis
1. Hematuria, disebabkan oleh iritasi dan cedera struktur ginjal, sering
terjadi menyertai batu.
2. Mual pada penderita penyakit batu ginjal
Batu yang tersimpan lama dalam ginjal dapat menyebabkan
infeksi pada saluran kemih. Semakin lama penyumbatan terjadi, maka
urine akan kembali mengalir ke dalam ginjal yang dapat menimbulkan
penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) yang
menyebabkan timbulnya rasa mual ingin muntah dan perut bagian
bawah menggembung.
10
3. Nyeri pada batu ginjal
Semua batu pada saluran kemih dapat menyebabkan nyeri, namun
sifat atau karakteristik nyeri yang timbul tergantung pada lokasi batu.
Batu merupakan endapan yang terjadi pada keadaan supersaturasi
urin. Akibatnya, larutan akan mengendap dan beragregasi, membentuk
susunan kosentris berwujud batu. Gejala umum yang dirasakan klien
batu ginjal adalah nyeri kolik, yaitu rasa amat nyeri yang hilang dan
timbul di daerah usus dan sekitarnya, akut di daerah pinggul, dan
biasanya menjalar ke inguinal dan kantung buah pelir. Jika batu turun
ke saluran kemih bagian dalam atau ureter, nyeri mungkin akan
terpusat pada rongga perut atau abdomen, tetapi tergantung juga pada
letak batunya. Kolik renal atau ureter dirasakan klien sebagai keadaan
yang sangat nyeri. Jika batu ureter mendekati ureterovesikal junction,
keluhannya dapat berupa nyeri pada seperempat lingkaran bawah
perut, sering kemih, kemih tidak tertahan, dan nyeri saat kemih.
Nyeri yang berasal dari area renal menyebar secara anterior
dan pada wanita mendekati kandung kemih, sedangkan pria mendekati
testis. Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri
yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia.
Lokasi nyeri tergantung pada lokasi batu, contoh pada panggul di
region sudut kostovertebral, dapat menyebar ke panggul, abdomen,
dan turun ke lipatan paha atau genitalia. Nyeri dangkal konstan
menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat
digambarkan sebagai akut, hebat dengan posisi atau tindakan lain. Di
kandung kemih, nyeri juga berhubungan dengan iritasi mukosa
kandung kemih, refleks spasme otot, prosedur bedah, atau tekanan
dari balon kandung kemih.
Lokasi nyeri bergantung pada lokasi batu. Apabila batu
berasa di dalam pelvis ginjal, penyebab nyerinya adalah hidronefrosis
dan nyeri ini tidak tajam, tetap, dan dirasakan di area sudut
kostovertebra. Apabila batu turun ke dalam ureter, klien akan
11
mengalami nyeri yang hebat, kolik, dan rasa seperti ditikam. Nyeri ini
bersifat intermiten dan disebabkan oleh spasme atau kejang ureter dan
anoksia dinding ureter yang ditekan batu. Nyeri ini menyebar ke area
suprapubik, genitalia eksterna, dan paha.
4. Mekanisme nokturia
Nokturia adalah gejala pengeluaran urine pada waktu malam hari
yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau pasien terbangun untuk
berkemih beberapa kali waktu malam ini. Nokturia disebabkan karena
hilangnya pemekatan urine diurnal normal sampai tingkatan tertentu
di malam hari. Pada keadaan normal perbandingan jumlah urine siang
hari dan malam hari 3:1 atau 4:1 . Selain itu, nokturia juga bisa terjadi
karena respon terhadap kegelisahan atau minum cairan yang
berlebihan. Nokturia juga bisa digunakan untuk mengidentifikasi
adanya gangguan pada batu ginjal. Hal ini dikarenakan adanya
obstruksi aliran karena kemampuan ginjal memekatkan urine
terganggu oleh adanya pembengkakan yang terjadi di sekitar kapiler
peritubulus.
5. Incomplete Bladder Emptying (pengosongan kandung kemih yang
tidak sempurna). Pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna
adalah adanya rasa tidak puas setelah berkemih. Perasaan ada urin
residua tau sisa yang menetap tanpa memperhatikan frekuensi miksi.
Hal ini disebabkan karena adanya batu yang terjebak di ureter.
E. Perangkat diagnostik
1. Pemeriksaan darah dan urine untuk memeriksa bahan-bahan
pembentuk batu.
2. Radiografi, ultrasound, atau urografi intravena dapat menentukan
lokasi batu.
12
F. Komplikasi
1. Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu di bagian mana
saja di saluran kemih. Obstruksi diatas kandung kemih dapat
menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine.
Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau di atas tempat
ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu
pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul.
Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan
urine sehingga terjadi ketidak seimbangan elektrolit dan cairan.
2. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik interstisium
dan dapat menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi
dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi
iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi
gagal ginjal jika kedua ginjal terserang.
3. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi
bakteri meningkat.
4. Dapat terbentuk kangker ginjal akibat peradangan dan cedera
berulang.
G. Penatalaksanaan
1. Peningkatan asupan cairan meningkatkan aliran urine dan membantu
mendorong batu. Asupan cairan dalam jumlah besar pada orang-orang
yang rentan mengalami batu ginjal dapat mencegah pembentukan
batu.
2. Modifikasi makanan dapat mengurangi kadar bahan pembentuk batu,
bila kandungan batu terridentifikasi.
3. Mengubah pH urin sedemikian untuk meningkatkan pemecahan batu.
4. Litotripsi (terapi gelombang kejut) ekstrakorporeal (di luar tubuh) atau
terapi laser dapat digunakan untuk memecahkan batu.
5. Mungkin diperlukan tindakan bedah untuk mengangkat batu besar
atau untuk menempatkan slang disekitar batu untuk mengatasi
obstruksi.
13
BAB 3
PENUTUP
Batu ginjal adalah komponen kristal yang sering ditemukan di kaliks atau
pelvis ginjal dan bila keluar melalui ureter menimbulkan gesekan, yang
menyebabkan nyeri yang bergantung pada besarnya kristal tersebut. Penyebab
batu ginjal masih idiopatik, namun terdapat faktor predisposisi seperti genetik,
makanan dan minuman, volume air yang diminum, infeksi saluran kemih,
aktivitas, vitamin dan obat-obatan, jenis kelamin dan berat badan. Seseorang yang
mengalami batu ginjal biasanya memiliki tanda seperti rasa mual ingin muntah.
Hal tersebut dikarenakan infeksi pada saluran kemih akibat tersimpan lamanya
batu. Selain itu, semua batu pada saluran kemih dapat menyebabkan nyeri, namun
lokasi nyeri bergantung pada lokasi batu. Apabila batu berasa di dalam pelvis
ginjal, penyebab nyerinya adalah hidronefrosis dan nyeri ini tidak tajam, tetap,
dan dirasakan di area sudut kostovertebra. Apabila batu turun ke dalam ureter,
klien akan mengalami nyeri yang hebat, kolik, dan rasa seperti ditikam. Selain itu,
gejala klien dengan batu ginjal, yakni nokturia yang merupakan gejala
pengeluaran urine pada waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml
atau pasien terbangun untuk berkemih beberapa kali waktu malam ini. Gejala-
gejala di atas cukup membuktikan bahwa seseorang mengidap batu ginjal. Oleh
karena itu, sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan memiliki pengetahuan
yang cukup mengenai patofisiologi batu ginjal sehingga dapat menerapkan asuhan
keperawatan yang tepat pada klien dengan batu ginjal. Pada tahap pengkajian
diharapkan dapat dilakukan dengan teliti dan baik sehingga diagnosa yang timbul
pun akurat. Jika diagnosa akurat, maka dapat direncanakan perencanaan asuhan
keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil yang tepat sehingga dapat
diintervensi dengan benar. Ketika diintervensi dengan benar, maka saat evaluasi
pun akan terlihat bahwa asuhan keperawatan yang direncanakan berhasil dan tidak
menutup kemungkinan akan mengurangi kasus batu ginjal di Indonesia dan di
dunia.
14
Daftar Pustaka
Baradero, Mary et al. (2009). Klien dengan Gangguan Ginjal. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Brooker, Chris. (2005). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi Revisi 3. Jakarta: Buku Penerbit
Kedokteran EGC.
Suddart & Brunner. (2000). Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: Buku Penerbit
Kedokteran EGC.
15