Upload
zacky
View
235
Download
27
Embed Size (px)
DESCRIPTION
anestesi
Citation preview
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, dengan judul “Analisis Kualitatif Diazepam dan
Barbiturat sebagai Obat Anestesi” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari
perhatian, bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sungguh
berarti bagi penulis. Dengan rasa tulus ikhlas dan dengan segala kerendahan hati
pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Wilda
Wildaniyah, S.Si, Apt selaku dosen pembimbing mata kuliah Praktek Farmasi
Fisika dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, dan
pengalaman yang dimiliki. Sehingga penyusun ini masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis
mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Walaikumsalam Wr. Wb.
Pontianak, 15 September 2015
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kata anestesi berasal dari bahasa yunani yang berarti keadaan tanpa
rasa sakit. Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari
berbagai tindakan yang meliputi pemeberian anestesi ataupun analgesi,
pengawasan keselamatan pasien dioperasi atau tindakan lainnya, bantuan
hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien gawat, pemeberian terapi
inhalasi, dan penanggulangannya nyeri menahun. Anestesi adalah
pembiusan. secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit
ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Anestesi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Anestesi Lokal dan Anestesi
Umum. Pada anestesi lokal hilagnya rasa sakit tanpa disertai hilangnya
kesadaran, sedangkan pada anestesi umum hilangnya rasa sakit disertai
hilang kesadaran.
Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen,
spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain,
analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya
suatu analit yang dituju dalam suatu sampel.
B. PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara analisis kualitatif Lidocain dan Thiopental sodium?
C. TUJUAN
Mengetahui cara analisis kualitatif Lidocain dan Thiopental sodium
sebagai obat anestesi.
BAB II PEMBAHASAN
A. ANESTETIK LOKAL
1. PENGERTIAN
a. Anestesi lokal merupakan tindakan memanfaatkan obat bius yang
cara kerjanya hanya menghilangkan rasa di area tertentu yang akan
dilakukan tindakan. ( Saprol, 2010).
b. Anestetik Lokal menyebabkan hilangnya rasa sakit tanpa disertai
hilangnya kesadaran. Anestetik lokal merupakan obat yang
menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan
saraf dengan kadar yang cukup. (Dani kusumah, 2011).
c. Anestetik lokal adalah obat yang menghasilkan blokade konduksi
pada dinding saraf yang bersifat sementara. Setelah kerja obat habis
maka obat akan keluar dari sel saraf tanpa menimbulkan kerusakan
pada struktur sel saraf tersebut.
d. Anestetika lokal atau zat-zat penghalang rasa setempat adalah obat
yang pada penggunaan lokal merintangi secara reversibel penerusan
impuls-impuls syaraf ke SSP dan demikian menghilangkan atau
mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas, atau dingin.
2. KARAKTERISTIK OBAT ANESTETIK LOKAL
Anestetik lokal ialah gabungan dari garam yang larut dalam air dan
alkaloid yang larut dalam lemak yang terdiri dari bagian kepala cincin
aromatik Tak jenuh bersifat lipofilik (paba para amino benzoic acid),
bagian badan sebagai Penghubung terdiri dari cincin hidrocarbon dan
bagian ekor yang terdiri dari Asam amino tersier bersifat hidrofilik.
Dalam bentuk basa bebas, anestetik lokal hanya sedikit larut dan
tidak stabil dalam bentuk larutan. Oleh karena itu diperdagangkan
dalam bentuk garam yang mudah larut dalam air, biasanya garam
hidroklori. Anestetik lokal sering dikombinasikan dengan
vasokonstriktor dengan maksud memperpanjang dan memperkuat kerja
anestetik lokal dan juga mengurangi kecepatan absorpsi anestetik lokal
sehingga akan mengurangi toksisitas sistemiknya. Vasokonstriktor yang
digunakan epinefrin (1 dalam 200.000 bagian) dan norepinefrin (1
dalam 100.000 bagian).
Dosis toksik obat anestesi lokal, dipengaruhi oleh:
1. jenis (sifat toksik inheren dan efek vasodilatasi) obat AL
2. Konsentrasi obat AL
3. Injeksi intravaskuler
4. Kecepatan injeksi
5. Vaskularisasi jaringan
6. Berat badan penderita
7. Kecepatan metabolisme dan ekskresi obat
8. Dosis toksik juga sangat dipengaruhi oleh apakah
digunakan dengan campuran vasokontriktor atau tidak
3. PENGGOLONGAN ANESTETIK LOKAL
Berdasarkan jenis ikatan yang terdapat di dalam struktur kimia
anestetik lokal, maka digolongkan menjadi dua golongan, yaitu :
a. Senyawa ester ( terdapatnya ikatan ester ). Contohnya : Kokain,
Prokain, tetrakain dan Benzokain
Gbr. Struktur Kimia Prokain
b. Senyawa amida ( terdapatnya ikatan amida ). Contohnya :
Lidokain, Dibukain, Mepivakain dan Prilokain.
Gbr. Lidokain
Berdasarkan teknik pemberian anestetik lokal:
1. Anestesi permukaan, yaitu mengoleskan atau penyemprotan analgetik
lokal diatas selaput mukosa seperti mata, hidung atau faring.
2. Anestesi Inhalasi, yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal langsung
diarahkan disekitar tempat lesi, luka atau insisi. Cara inflitrasi yang sering
digunakan adalah blokade lingkar dan obat suntikan intradermal atau
subkutan.
3. Anestesi Blok, yaitu penyuntikan analgetika lokal langsung kesaraf
utama atau pleksus saraf. Hal ini bervariasi dari blokade pada saraf
tunggal, misalnya saraf oksipital dan pleksus brakialis, anestesi spinal,
anestesi epidural, dan anestesi kaudal. Pada anestesi spinal, analgetik lokal
disuntikan langsung kedalam ruang subaraknoid diantara konus medularis
dan bagian akhir ruang subaraknoid. Anestesi epidural diperoleh dengan
menyuntikkan zat anestesi lokal kedalam ruang epidural. Pada anestesi
kaudal, zal analgetik lokal disuntikan melalui hiatus sakralis.
4. Analgesi Regional, yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal
intravena. Ekstrimitas dieksanguinasi dan diisolasi bagian proksimalnya
dari sirkulasi sistemik dengan turniket pneumatik.
4. CARA KERJA
Isyarat dalam serabut saraf dihantarkan melalui impuls listrik yang
terbentuk pada awalnya di setiap membran sel syaraf. Setiap membran
sel syaraf ( demikian juga semua membran sel tubuh lainnya )
mempunyai potensial listrik sebesar -90 mV pada keadaan istirahat.
Potensial listrik ini terbentuk karena adanya perbedaan konsentrasi ion
natrium di dalam dan di luar membran sel, dimana konsentrasi di luar
membran ( 142 mEq/L) lebih besar daripada di dalam membran sel ( 14
mEq/L), sementara konsentrasi anionnya sama ( 150 mEq/L). Keadaan
ini menyebabkan suasana di dalam membran sel lebih negatif
ketimbang di luar.
Gbr. Mekanisme kerja Anestetik Lokal
Pada saat timbulnya rangsangan terhadap sel syaraf ( baik
rangsangan kimia, fisik maupun listrik ) membran sel menjadi lebih
permeabel terhadap ion natrium sehingga terjadi aliran ion natrium dari
luar ke dalam sel melalui kanal natrium. Hal ini menimbulkan situasi
dimana konsentrasi ion natrium di dalam membran sekarang menjadi
lebih besar ketimbang di luar membran sel dan menyebabkan potensial
listrik berubah dari -90mV menjadi +45mV. Perubahan ini disebut
dengan peristiwa depolarisasi. Impuls listrik inilah yang nantinya
menghantarkan isyarat sepanjang serabut syaraf.
Obat anestetik lokal berikatan dengan reseptor khusus di kanal
natrium sehingga menimbulkan blokade yang mencegah aliran natrium.
Hal ini lebih lanjut mencegah terjadinya perubahan potensial listrik
yang artinya juga mencegah timbulnya impuls listrik sehingga hantaran
isyarat tidak terjadi.
5. SYARAT YANG HARUS DIPENUHI
Sifat ideal yang diinginkan dari sebuah obat anestesik lokal :
1. Tidak mengiritasi
2. Tidak merusak jaringan saraf secara permanen.
3. Batas keamanan harus lebar
4. Mula kerja harus sesingkat mungkin, masa kerja harus cukup lama
5. Harus larut dalam air stabil dalam larutan
6. Dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan.
6. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
A. KEUNTUNGAN :
1. Kesadaran (+)
2. Gangguan fisiologis rendah
3. Angka morbiditas rendah
4. Penderita bisa pulang sendiri
5. Relatif mudah
6. Tidak perlu tenaga tambahan
7. Biaya relatif kecil
8. Tidak perlu puasa
B. KERUGIAN :
Tidak dapat digunakan pada:
1. penderita dengan rasa takut tinggi
2. Penderita yang tidak kooperatif (anak-anak, retardasi mental)
3. Jaringan yang mengalami keradangan akut
4. Penderita pecandu alkohol
5. Prosedur pembedahan yang luas
Efek Samping
Seharusnya obat anestesi local diserap dari tempat pemberian
obat. Jika kadar obat dalam darah menigkat terlalu tinggi, maka
akan timbul efek pada berbagai sistem organ.
a) Sistem Saraf Pusat
Efek terhadap SSP antara lain ngantuk, kepala terasa
ringan, gangguan visual dan pendengaran, dan kecemasan.
Pada kadar yang lebih tinggi, akan timbul pula nistagmus dan
menggigil. Akhirnya kejang tonik klonik yang terus menerus
diikuti oleh depresi SSP dan kematian yang terjadi untuk
semua anestesi local termasuk kokain.
Reaksi toksik yang paling serius dari obat anestesi local
adalah timbulnya kejang karena kadar obat dalam darah yang
berlebihan. Keadaan ini dapat dicegah dengan hanya
memberikan anestesi local dalam dosis kecil sesuai dengan
kebutuhan untuk anestesi yang adekuat saja. Bila harus
diberikan dalam dosis besar, maka perlu ditambahkan
premedikasi dengan benzodiapedin; seperti diazepam, 0,1-0,2
mg/kg parenteral untuk mencegah bangkitan kejang.
b) Sistem Saraf Perifer (Neurotoksisitas)
Bila diberikan dalam dosis yang berlebihan, semua
anestesi local akan menjadi toksik terhadap jaringan saraf.
c) Sistem Kardiovaskular
Efek kardiovaskular anestesi local akibat sebagian dari
efek langsung terhadap jantung dan membrane otot polos
serta dari efek secara tidak langsung melalui saraf otonom.
Anestesi local menghambat saluran natrium jantung sehingga
menekan aktivitas pacu jantung, eksitabilitas, dan konduksi
jantung menjadi abnormal. Walaupun kolaps kardiovaskular
dan kematian biasanya timbul setelah pemberian dosis yang
sangat tinggi, kadang-kadang dapat pula terjadi dalam dosis
kecil yang diberikan secara infiltrasi.
d) Darah
Pemberian prilokain dosis besar selama anestesi regional
akan menimbulkan penumpukan metabolit o-toluidin, suatu
zat pengoksidasi yang mampu mengubah hemoglobin
menjadi methemeglobin. Bila kadarnya cukup besar maka
warna darah menjadi coklat.
e) Reaksi alergi
Reaksi ini sangat jarang terjadi dan hanya terjadi pada
sebagian kecil populasi.
7. CONTOH OBAT ANESTETIK LOKAL
Lidokain
Lidokain ialah anestetika lokal tipe amino amida. Lidokain
memiliki nama kimia acetamide, 2-(diethylamino)-N-(2,6-
dimethylphenyl). Pertama kali dikembangkan oleh Nils Lofgren dan
Bengt Lundqvist pada tahun 1943 dan pertama kali dipasarkanpada
tahun 1948 (Mulroy, 2002).
a. Farmakokinetik Lidokain
Lidokain mempunyai onset lebih cepat dan durasi lebih panjang
daripada anestetika lokal tipe amino ester seperti prokain. Lidokain
dimetabolisme di hepar nmendekati 90% (Mulroy, 2002). Onset dari
obat anestesi lokal ditentukan oleh pKa yaitu pH dimana konsentrasi
antara bentuk ion dan non ion sama. Membran sel saraf akan mudah
dilalui oleh bentuk ion yang tidak bermuatan sehingga onset obat
berhubungan dengan bentuk basa dari obat anestesi lokal. Persentase
obat anestesi lokal dalam bentuk basa pada pH 7,4 berbanding terbalik
dengan pKa dari obat tersebut.
Sebagai contoh mepivakain, lidokain dan prokain mempunyai pKa
hampir 7,7 sehingga mempunyai onset yang cepat sedangkan
buipivakain mempunyai onset yang lambat. Ketika obat tersebut
disuntikkan pada pH 7,4 maka 65% dari obat tersebut dalam bentuk
ion sedangkan 35% dalam bentuk basa (non ion). Sementara itu
amethokain mempunyai pKa 8,6 dan hanya 5% yang dalam bentuk
non ion.
Bupivakain mempunyai pKa 8,1 yang berarti hanya 15% dalam
bentuk non ion (Covino, 2000).
Obat-obat anestesi lokal setelah penyuntikan ekstravaskuler akan
mengalami tahapan absorbsi, distribusi dan eliminasi. Di samping
tahapan tersebut, faktor kadar -glikoprotein akan mempengaruhi
kadar konsentrasi lidokain dalam darah (Tucker, 1999).
Eliminasi waktu paruh lidokain mendekati 1,5-2 jam pada
kebanyakan pasien. Hal ini dapat diperpanjang pada pasien dengan
perlemakan hepar (rata-rata 343 menit) atau gagal jantung kongestif
(kira-kira 136 menit) (Thomson et al, 1999). Lidokain mudah diserap
dari tempat suntikan dan dapat melewati sawar darah otak. (Sunaryo,
2002).
Gambar 2. Struktur Kimia Lidokain
b. Farmakodinamik Lidokain
Lidokain mengubah depolarisasi pada saraf dengan cara
memblok saluran natrium di membran sel. Dengan blokade yang
cukup, membran tidak akan mengalami depolarisasi jadi tidak
mengirim potensial aksi. (Mulroy, 2002).
1) Indikasi dan Kontraindikasi Lidokain
Lidokain digunakan untuk anestesi topikal, anestesi
infiltrasi, blokade saraf, anestesi epidural, anestesi intratekal dan
anestesi regional IV (Mulroy, 2002).
Lidokain dapat menurunkan iritabilitas jantung sehingga
digunakan sebagai antiaritmia (Sunaryo 2002). Lidokain
digolongkan sebagai agen antiaritmia kelas 1b, memblok saluran
natrium pada potensial aksi jantung, dimana penurunan otomatis
dengan mengurangi lereng depolarisasi fase 0 dengan sedikit
efek pada interval PR, kompleks QRS dan interval QT (Mulroy,
2002).
Kontraindikasi lidokain yaitu: (Mulroy, 2002)
a) Blokade jantung, derajat 2 atau 3 (tanpa pacemaker)
b) Blokade sinoatrial yang hebat (tanpa pacemaker)
c) Terjadi reaksi yang kurang baik bila menggunakan lidokain
atau obat anestesi lokal amida.
d) Perawatan berbarengan dengan quinidine, flecainide,
disopyramide dan procainamide (agen antiaritmia kelas I)
B. ANESTETIK UMUM
Anestesi Umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara
sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversibel).
Komponen trias anestesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesi dan relaksasi
otot.
1. Taraf-Taraf Anestesi
a. Taraf analgesia, yaitu keadaran dan rasa nyeri berkurang
b. Taraf eksitasi, yaitu kesadaran hilang seluruhnya dan terjadi
kegelisahan
c. Taraf anestesia, yaitu reflex mata hilang, mata hilang, nafas
otomatis dan teratur seperti tidur serta otot-otot melemas (relakasi)
d. Taraf pelumpuhan sum-sum tulang, kerja jantung dan pernafasan
terhenti
Tujuan narkosa adalah untuk mencapai taraf anestesia dengan sedikit
mungkin kerja ikutan atau efek samping, oleh karena taraf pertama sampai
ketiga adalah yang paling penting sedangkan taraf ke empat harus dihindari.
Pada proses recovery (sadar kembali) terjadi dengan urutan taraf terbalik
dari taraf ketiga sampai ke satu.
2. Persyaratan Anestesia Umum
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anestesia
umum adalah :
a. Berbau enak dan tidak merangsang selaput lendir.
b. Mula kerja cepat tanpa efek samping.
c. Sadar kembalinya tanpa kejang.
d. Berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot –otot
seluruhnya.
e. Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan.
3. Cara pemberian anestesi umum:
a. Parenteral (intramuskular/intravena)
Digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi anestesi.
Umumnya diberikan tiopental, namun pada kasus tertentu dapat
digunakan ketamin,dizepam dll. Untuk tindakan yang lama anestesi
parenteral dikombinasikan dengan cara lain.
b. Perektal
Dapat dipakai pada anak untuk induksi anestesi atau tindakan
singkat.
c. Anestesi Inhalasi
Anestesi dengan menggunakan gas atau cairan anestesi yang
mudah menguap sebagai zat anestesi melalui udara pernapasan.
4. Efek Samping
Hampir semua anestesia mengakibatkan sejumlah efek samping,
yang terpenting diantaranya.
a. Menekan pernafasan, paling kecil pada N2O, eter dan trikloretikan.
b. Mengurangi kontraksi jantung, selama halotan dan metoksifluran
yang paling ringan pada eter.
c. Merusak hati, oleh karena tidak digunakan lagi seperti senyawa
klor (kloroform).
d. Merusak ginjal, khususnya metoksifluran.
5. Penggolongan
Menurut penggunaanya anestesia umum dapat digolongkan menjadi 2
yaitu :
a. Anestesia injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting
(thiopental dan heksobarbital), dll.
b. Anestesia inhalasi, diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan,
contohnya eter, dll.
6. Contoh obat anestetik umum
Thiopentalum Natrium
Thiopental mempunyai nama kimia sodium 5-ethyl-5-(1-
methylbutyl)-2-
thiobarbiturate. Berwarna kuning, berupa serbuk, larut pada air
dan alkohol. Thiopental termasuk obat sedatif-hipnotik golongan
barbiturat. Asam barbiturat sendiri tidak menyebabkan depresi
SSP, efek sedatif-hipnotik dan efek lainnya ditimbulkan bila tidak
dilengkapi gugusan alkil atau aril.
Cara pemberian thiopental adalah intra vena dan sering
digunakan sebagai
terapi insomnia, sedasi preoperatif, dan status epileptikus.
Thiopental merupakan barbiturat dengan onset kerja sangat cepat
(ultra short acting) yang tersedia dalam bentuk asam bebas dan
garam natrium.
Gambar 1. Struktur Kimia Thiopental
BAB III
Metode Praktikum
Lidokain
A. Alat dan Bahan
Alat :
1. Batang pengaduk
2. Corong
3. Gelas kimia
4. Gelas ukur
5. Labu ukur
6. Handscund
7. Lap kasar dan lap halus
8. Masker
9. Rak tabung
10. Sendok tanduk
11. Timbangan
12. Tabung reaksi
13. Pipet tetes
B. Bahan
1. Lidocain
2. Etanol
3. Larutan kobalt (II) klorida
4. H2SO4 (asam sulfat)
C. Metode kerja
100 mg Lidocain dilarutkan dalam 1 ml etanol
Ditambahkan 10 tetes larutan kobalt (II) klorida
Dikocok selama lebih kurang 2 menit
Thiopental sodium
A. Alat dan Bahan
Alat :
1. Batang pengaduk
2. Corong
3. Gelas kimia
4. Gelas ukur
5. Labu ukur
6. Handscund
7. Lap kasar dan lap halus
8. Masker
9. Rak tabung
10. Sendok tanduk
11. Timbangan
12. Tabung reaksi
13. Pipet tetes
Analisis kualitatif Lidocain
Terbentuk warna hijau cerah, dan endapan halus
Bahan :
1. Thiopental sodium
2. larutan NaOH encer
3. larutan Timbal (II) asetat
4. H2SO4
B. Metoda kerja
Campuran di asamkan dengan H2SO4
Thiopental sodium
200 mg thiopental sodium dilarutkan ke dalam 5 ml larutan NaOH encer
Ditambahkan 2 ml larutan timbal (II) asetat
Endapan putih yang jika didihkan berangsur-angsur menjadi gelap
Gas Hidrogensulfida
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan Golongan Barbital
1. Uji Organoleptis
NO. Sampel Rasa Warna Bau Bentuk
1. Lidocain -Putih atau
semu kuningBau khas Hablur atau serbuk hablur
2.Thiopental
sodium- Putih Tidak enak serbuk hablur
2. Uji Golongan
N
O
SAMPEL PEREAKSI MENURUT
LITERATUR
1. LIDOCAIN 10 tetes Larutan
Kobalt(II) klorida
Hijau cerah,
endapan halus
2. THIOPENTAL SODIUM 5 ml NaOH
Dipanaskan
H2SO4
Endapan putih
Warna gelap
Gas
Hidrogensulfida
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan uji kualitatif dimana sampel yang digunakan
yaitu Lidocain dan Thiopental sodium. Adapun pereaksi pada analisis kualitatif
Lidocain digunakan yaitu pereaksi Larutan Kobalt (II) klorida. Dalam percobaan
ini juga digunakan etanol sebagai pelarut. Pada literatur dilakukan proses
pengocokan selama 2 menit. Pengocokan dilakukan dengan tujuan.....yang
kemudian menghasilkan warna hijau cerah dan endapan halus. Berikut
reaksinya....
Pada analisis kualitatif Thiopental sodium digunakan yaitu NaOH
dilanjutkan penambahan 2 ml larutan timbal (II) asetat. Sesuai dengan reaksi
maka akan terbentuk endapan putih. Tujuan dilakukan pendidihan yang
menyebabkan perubahan warna menjadi gelap ini adalah........kemudian H2SO4
ditambahkan untuk membuat suasana asam pada campuran. Dalam literatur
penambahan H2SO4 kemudian akan menghasilkan uap Hidrogensulfida. Sesuai
dengan reaksi berikut :
Adapun kesalahan dalam praktikum disebabkan oleh :
1. Kesalahan dalam pembuatan pereaksi
2. Alat yang digunakan kurang bersih
3. Bahan yang digunakan sudah tidak baik
4. Kesalan dalam pengamatan hasil reaksi
BAB III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Anestesi lokal adalah tindakan menghilangkan nyeri/ sakit secara lokal
tanpa disertai hilangnya kesadaran.
2. Anestesi Umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara
sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali
(reversibel). Komponen trias anestesi ideal terdiri dari hipnotik,
analgesi dan relaksasi otot.
3. Lidocain termasuk obat anestesi lokal, sedangkan Thiopental termasuk
obat anestesi umum.
4. Analisis kualitatif yang dapat dilakukan adalah uji organoleptis dan uji
golongan.
B. SARAN
Sebaiknya pemilihan obat anestesi local maupun umum menyesuaikan
dengan kondisi pasien (berat badan, penyakit yang diderita), jenis obat
anestesi dan efek sampingnya.
DAFTAR PUSTAKA
Priyanto, L. Batubara. 2008. Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi dan
Keperawatan, edisi II. Depok: Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi
(Lenskofi)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi III.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1995. Hal ( 346 &
602)