24
Tafsir Surat al-Fath Keutamaan Perjanjian Hudhaibiyyah 1. ا ن ح ت ف= Yang dimaksud dengan Fath dalam ayat ini yaitu Hudhaibiyyah (nota kesepahaman perdamaian kaum muslimin dengan kaum musyrikin Quraisy), ALLAH SWT menjanjikan kemenangan yang lebih besar lagi setelahnya yaitu Fathul Makkah, berkata Imam Az-Zuhri: Tidak ada kemenangan yang lebih besar dari tercapainya Shulhu (perdamaian) Hudhaibiyyah, dan kemenangan dalam ayat ini disebutkan dalam bentuk fi’il-madhi (menunjukkan wajib/pasti atasnya). 2. لك ر ف غ ي ل= Bahwa jihadmu di Hudhaibiyyah tersebut wahai Muhammad SAW (yang di kemudian hari akan menyebabkan peristiwa Fathu Makkah) itu menyebabkan turunnya maghfirah dan pahala yang besar bagi kalian, ayat ini juga menjadi dalil bahwa jihad menjadi wasilah turunnya ampunan ALLAH SWT[1]. Dan ada juga syawahid atas hadits ini[2]. 3. ر خ أ ومأ ت دم ق ت مأ= Secara balaghah ayat ini menunjukkan bahwa antara keduanya ada banyak tingkatan dosa-dosa manusia, yang keseluruhannya akan diampuni semuanya oleh ALLAH SWT, ayat ini juga menjadi dalil adanya ke-ma’shum-an di kalangan para Nabi AS, yaitu pengampunan semua dosa baik besar maupun kecil. Dan penyebutan dosa Nabi SAW di sini sebagian mufassir menafsirkannya sebagai pahala para Al- Abrar dan kekurangan dari para muqarrabin (bukan sebagaimana dosa-dosa kita)[3] . 4. ه ت م ع ت م ت ي و= Yaitu disempurnakan ni’mat-NYA, melalui pengampunan dosa-dosa-mu wahai Muhammad serta akan tingginya bendera Islam di bawah kakimu kelak, sehingga berkumpulnya dunia (kekuasaan politik) dan akhirat (ibadah mahdhah) pada dirimu (wahai Muhammad). 5. طا را ص ك هدي ي= Yaitu tegaknya kemenangan di atas jalan yang

Makalah Alat Pendidikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Alat Pendidikan

Tafsir Surat al-Fath

Keutamaan Perjanjian Hudhaibiyyah

Yang dimaksud dengan Fath dalam ayat ini yaitu Hudhaibiyyah (nota = فتحنا .1kesepahaman perdamaian kaum muslimin dengan kaum musyrikin Quraisy), ALLAH SWT menjanjikan kemenangan yang lebih besar lagi setelahnya yaitu Fathul Makkah, berkata Imam Az-Zuhri: Tidak ada kemenangan yang lebih besar dari tercapainya Shulhu (perdamaian) Hudhaibiyyah, dan kemenangan dalam ayat ini disebutkan dalam bentuk fi’il-madhi (menunjukkan wajib/pasti atasnya).

لك .2 Bahwa jihadmu di Hudhaibiyyah tersebut wahai Muhammad SAW = ليغفر(yang di kemudian hari akan menyebabkan peristiwa Fathu Makkah) itu menyebabkan turunnya maghfirah dan pahala yang besar bagi kalian, ayat ini juga menjadi dalil bahwa jihad menjadi wasilah turunnya ampunan ALLAH SWT[1]. Dan ada juga syawahid atas hadits ini[2].تأخر .3 وما تقدم Secara balaghah ayat ini menunjukkan bahwa antara keduanya = ماada banyak tingkatan dosa-dosa manusia, yang keseluruhannya akan diampuni semuanya oleh ALLAH SWT, ayat ini juga menjadi dalil adanya ke-ma’shum-an di kalangan para Nabi AS, yaitu pengampunan semua dosa baik besar maupun kecil. Dan penyebutan dosa Nabi SAW di sini sebagian mufassir menafsirkannya sebagai pahala para Al-Abrar dan kekurangan dari para muqarrabin (bukan sebagaimana dosa-dosa kita)[3] .نعمته .4 -Yaitu disempurnakan ni’mat-NYA, melalui pengampunan dosa-dosa = ويتمmu wahai Muhammad serta akan tingginya bendera Islam di bawah kakimu kelak, sehingga berkumpulnya dunia (kekuasaan politik) dan akhirat (ibadah mahdhah) pada dirimu (wahai Muhammad).صراطا .5 Yaitu tegaknya kemenangan di atas jalan yang lurus, juga tegaknya = يهديكagama ini (yaitu Dinul Islam), penyampaian risalah-NYA dan tegaknya semua syi’ar-syi’ar Islam tersebut. Imam Az-Zamakhsyari menyatakan bahwa jihad mendatangkan 4 manfaat: 1) Turunnya maghfirah, 2) Disempurnakan ni’mat ALLAH SWT, 3) Diberi hidayah ke jalan yang lurus, 4) Pertolongan ALLAH SWT dan kemenangan.الله .6 Yaitu pertolongan dan kemenangan yang tiada kekalahan lagi = ينصركsetelahnya dan kemuliaan yang tiada kehinaan lagi setelahnya, maka pribadi Nabi SAW disifati dengan kemenangan besar menunjukkan lil-mubalaghah (berlebihan). Yaitu tersebarnya Islam dan penaklukan bangsa-bangsa dari Timur sampai ke Barat yang belum pernah diberikan kepada Nabi AS yang manapun sebelumnya.

Kesimpulan:Perjanjian Hudhaibiyyah ini menghasilkan banyak manfaat bagi kaum mu’minin:1. Pengakuan dari kaum musyrikin atas eksistensi kaum muslimin dalam masalah politik dan hubungan internasional yang seimbang dan setara, saling menghormati dan menghargai hak dan kewajiban masing-masing.2. Pemisahan kaum beriman dari orang-orang munafik, dari keraguan mereka yang terus-menerus dan penyelisihan mereka kepada kebijakan qiyadah tertinggi (Nabi SAW).3. Perdamaian antara kaum muslimin dengan orang-orang musyrikin, yang dikemudian hari memberikan maslahat yang amat besar¬ yaitu lebih dapat mengajak

Page 2: Makalah Alat Pendidikan

mereka kepada Al-Islam, menyusun kekuatan kaum muslimin sehingga pada akhirnya mampu mengalahkan kekuasaan politik mereka (kaum musyrik).4. Ujian bagi kaum muslimin terkait ketaatan mereka kepada qiyadah dan ketsiqahan mereka kepada janji ALLAH SWT dan kebenaran manhaj dakwah Nabi SAW.5. Keutamaan Nabi SAW, pujian ALLAH SWT kepada beliau dan tingginya derajat beliau SAW disisi ALLAH SWT.6. Tidak terpisahnya urusan agama dan politik, semuanya adalah urusan ALLAH SWT, dan wajibnya orang beriman untuk memperhatikan dan mengikuti semuanya, sebagai tanda kebenaran dan totalitas keimanannya kepada manhaj RasuluLLAH SAW.7. Urutan tegaknya Daulah Islamiyyah, dimulai dengan pembinaan keimanan, lalu jihad, lalu siyasah (politik), yang memberikan hasil yaitu datangnya kemenangan yang hakiki yaitu ad-diin (keagamaan) dan ad-daulah (politik dan pemerintahan).

1. Sabab-Nuzul SurahDari Abu Ishaq dari Al-Barra’ RA berkata: “Kalian menganggap Al-Fath (kemenangan dalam ayat ini) ialah Fathu-Makkah, memang Fathu-Makkah termasuk kemenangan, namun kami (para sahabat RA.) menganggap Al-Fath adalah Bay’atur-Ridhwan yaitu Hari Hudhaibiyyah…[4]”Berkata Imam Ibnu Hajar –rahimahuLLAH- dalam syarah-nya terhadap hadits ini: Keberangkatan nabi SAW dari Madinah adalah pada hari Senin awal bulan Dzulqa’dah tahun ke-6 Hijrah, beliau keluar dengan tujuan umrah tapi dihalangi oleh kaum musyrikin untuk sampai ke Makkah, maka terjadilah perjanjian damai bahwa mereka akan masuk Makkah di tahun berikutnya[5].Menambahkan Imam Al-‘Ayni Al-Hanafi –rahimahuLLAH- dalam syarah-nya pula atas hadits ini bahwa jumlah kaum muslimin yang ikut saat itu antara 1400 sampai 1600 orang, dan ikut serta pula banyak sahabiyyah, di antaranya seperti Ummu Salamah RA[6]. Sementara Al-Kasymiry –rahimahuLLAH- menyebutkan dalam syarah-nya bahwa jumlah mereka ada 1400 orang[7].Jadi jelaslah bagi kita bahwa makna Al-Fath dalam ayat ini adalah Shulhu-Hudhaibiyyah bukan Fathu-Makkah sebagaimana dikira oleh sebagian orang. Lalu adakah ayat atau hadits yang mengisyaratkan tentang Fathu-Makkah? Maka aku jawab ada, yaitu ayat: Idza Ja’a nashruLLAAHi wal fath.. dan hadits Nabi SAW: La hijrata ba’dal Fath (tidak ada hijrah setelah Fath Makkah)[8].Maka hendaklah kita tidak salah dalam hal ini, waLLAHu a’lam.

2. Salah Satu Bentuk Kemenangan Yang Dijanjikan Ada Yang Berupa Harta Dunia (Fathu-Khaibar)Salah satu bentuk nashrun minaLLAH dalam jihad bagi para mujahid, selain ampunan ALLAH SWT dan Jannah kelak, adalah juga harta dan perhiasan dunia bagi orang yang berjihad. Jadi jangan pula ada pemahaman ekstrem yang melarang menikmati harta dan perhiasan duniawi bagi mujahid, sepanjang ia halal dan thoyyib serta tidak berlebih-lebihan maka hal tersebut tidak boleh dicela dan hukumnya tidaklah mengapa, berdasarkan hadits sebagai berikut:Dari Majma’ bin Jariyyah Al-Anshari RA berkata: kami menyaksikan perjanjian Hudhaibiyyah bersama Nabi SAW, maka saat kami pergi darinya turun QS Al-Fath:1-2, maka bertanya seseorang: Ya RasuluLLAH, apakah itu berarti kemenangan? Beliau SAW menjawab: Ya, demi Dzat yang diriku berada ditangan-NYA. Lalu Majma’ berkata: Lalu setelah itu Khaibar dibagikan kepada Ahli Hudhaibiyyah (yang ikut ber jihad), saat itu ada 1500 orang yang di antaranya 300 penunggang Kuda, maka Nabi

Page 3: Makalah Alat Pendidikan

SAW membaginya menjadi 18 bagian[9].

3. Tidak Terpisahnya Antara Urusan Politik Dengan Ibadah, Dengan Turunnya Syariat Shalat-Khauf Di Tengah-Tengah PeperanganNabi SAW menunaikan shalat Khauf (shalat ditengah-tengah pertempuran) bersama para shahabatnya di daerah Asfan[10], yaitu ketika beliau SAW mengetahui posisi kaum musyrikin dibawah pimpinan Khalid bin Walid sudah amat dekat dengan mereka[11]. Dalam kitab Al-Imta’ ada tambahan sebagai berikut [12]:Saat pasukan Khalid sampai ke dekat posisi kaum muslimin maka ia menempati posisi antara kaum muslimin dan arah Kiblat, saat datang waktu shalat Zhuhur maka seluruh kaum muslimin melakukan shalat berjama’ah di belakang Nabi SAW, setelah selesai mereka kembali menempati posisinya, maka berkatalah Khalid dalam hatinya: “Sungguh mereka tadi lalai, jika kita serang tadi niscaya mereka akan dapat dikalahkan.”Saat tiba waktu shalat Ashar, karena bagi kaum muslimin shalat lebih mereka cintai dari nyawa mereka dan anak-anak mereka, maka mereka semua bersiap akan shalat, lalu datanglah Jibril membawa ayat[13] sehingga mereka melakukan shalat dengan aturan shalat Khauf, melihat perubahan cara tersebut berkatalah Khalid dalam hatinya: “Tahulah aku bahwa orang-orang ini ada pembelanya, karena siapakah yang memberi tahu orang-orang ini tentang taktik yang aku baru rencanakan dalam hatiku untuk menyergap mereka saat mereka lalai?”

4. Sebelum Terjadinya Hudhaibiyah Nabi SAW Bersabda: Siap Menerima Rencana Orang-Orang Musyrik Apabila Masih ada Pengagungan ALLAH SWT di dalamnyaAda sebagian orang yang menganggap strategi mengalah dan berkompromi dengan kaum musyrikin hanya terjadi saat Nabi SAW di Makkah saja dan telah di-mansukh saat Nabi SAW telah hijrah dan mulai memiliki sedikit kekuasaan di Madinah, hal ini tertolak oleh beberapa dalil, di antaranya sikap kompromistis Nabi SAW dengan kaum musyrikin Makkah di bawah ini, yang kemudian berakhir dengan terjadinya kompromi Hudhaibiyah yang juga merupakan fakta koalisi kaum muslimin dengan beberapa Kabilah Musyrikin[14], seperti Bani Najjar dan sebagainya, sebagai berikut:Dari Mushawwir bin Makhramah dan Marwan berkata: Nabi SAW keluar saat Hudhaibiyah hingga sampai di suatu jalan beliau SAW bersabda: “Khalid bin Walid ada di Ghanim di barisan terdepan Quraisy, maka ambillah jalan kanan.” Maka demi ALLAH Khalid tidak menyadari keberadaan mereka sampai mereka dikejutkan oleh debu hitam beterbangan dari pasukan Nabi SAW yang mengejar mata-mata Quraisy, sehingga sampai di jalan bukit, tiba-tiba Unta beliau SAW itu menderum (mogok), maka orang-orang pun berkata: Hall..!! Hall..!! (bunyi yang diucapkan orang Arab jika Unta tidak mau berjalan), lalu mereka berkata: Qaswa (nama Unta Nabi SAW) menderum (mogok)! Maka Nabi SAW bersabda: “Qaswa tidak menderum dan itu bukan kebiasaannya, tetapi ada yang menahannya disini yaitu Dzat yang menahan Gajah Abrahah dari Rumah itu (baituLLAAH). DEMI ALLAAH! TIDAKLAH MEREKA MEMINTA SEBUAH RENCANA KEPADAKU YANG MANA MASIH MENGAGUNGKAN HAK ALLAAH PADANYA KECUALI PASTI AKAN AKU BERIKAN KEPADA MEREKA.” Lalu Nabi SAW menyentak Untanya dan Qaswa langsung bangkit[15].

5. Menggunakan Cara dan Sarana Sesuai dengan Orang/Kelompok yang DihadapiNabi SAW tidak bersikap kaku dalam melakukan lobi-lobi dan teknik berdiplomasi dengan lawan politiknya yaitu kaum kuffar Quraisy, melainkan beliau SAW

Page 4: Makalah Alat Pendidikan

menggunakan berbagai sarana dan cara yang sesuai dengan tokoh yang akan dihadapinya (apakah latar-belakangnya tentara, informal leader, pengusaha, dan sebagainya) dengan tujuan mengoptimalkan diplomasi politik yang dilakukannya dengan kaum musyrikin tersebut, dalilnya sebagai berikut [16]:Saat Nabi SAW di Hudhaibiyah Quraisy mengirim Urwah bin Mas’ud untuk berdiplomasi dengan Nabi SAW, dan tiap kali ia berbicara dengan Nabi SAW, tangannya berusaha memegang janggut Nabi SAW, namun tiap kali itu pula Mughirah bin Syu’bah RA memukul tangan tersebut dengan gagang pedang sambil berkata: Jauhkan tanganmu dari wajah RasuluLLAH SAW! Demikianlah terjadi berkali-kali, maka Urwahpun mulai memperhatikan semua sahabat Nabi SAW dan berkata: Demi ALLAH! Tidaklah ia berdahak kecuali selalu jatuh pada telapak tangan seseorang dari mereka dan mereka menggosokkannya ke wajah atau kulitnya, apabila ia memerintah mereka segera berlari mengerjakannya dan jika berwudhu maka seolah-olah mereka hampir berbunuhan mendapat sisa wu-

dhu’nya, jika ia berbicara mereka semua diam mendengarkan dan mereka tidak berani lama memandang kepadanya. Maka iapun pulang dan berkata pada kaumnya: Hai kaumku! Demi ALLAH aku telah menjadi duta bagi para Raja, Kaisar, Kisra dan Najasyi, tapi demi ALLAH! Aku belum pernah melihat seorang Rajapun yang dimuliakan oleh para pengikutnya seperti sahabat Muhammad kepadanya. Dan sungguh ia telah menawarkan pada kalian usul yang baik maka terimalah![17]Maka seorang dari Bani Kinanah berangkat untuk menggantikannya berdiplomasi, maka Nabi SAW bersabda: “Ia adalah si Fulan, dan ia adalah orang yang sangat menghormati Unta untuk Kurban, maka giringlah unta-unta kita ke hadapannya.” Lalu saat ia datang para sahabat menyambutnya sambil menggiring unta-unta mereka sambil ber-talbiyyah, melihat itu orang tersebut langsung kembali sambil berkata ke pasukannya: SubhanaLLAH! Tidak sepantasnya mereka dilarang memasuki BaituLLAH! Aku melihat unta-unta telah ditandai dan diberi nama (untuk Qurban), karena itu menurutku mereka tidak boleh dilarang masuk Ka’bah[18]!

6. Digantinya Penulisan Basmalah Menurut Al-Qur’an dan Penyebutan Rasulullah dengan Penulisan Menurut Tradisi MusyrikinKlimaks dari sikap kompromi Nabi SAW dalam diplomasi dengan kaum musyrikin tersebut, adalah kesediaan beliau SAW mengorbankan beberapa masalah yang mungkin oleh sebagian orang dianggap prinsip dan bahkan merupakan masalah ‘aqidiyyah, seperti penggantian kata ‘BismiLLAAHir Rahmaanir Rahiim’ dengan bismiLLAAH versi mereka yaitu ‘BismikaLLAAHumma’ dan kalimat ‘Muhammad RasuluLLAH’ dengan penolakan mereka terhadap kerasulan Nabi SAW sehingga menjadi hanya ‘Muhammad bin AbduLLAAH’ saja, namun Nabi SAW tetap menerima perjanjian tersebut, sebagai berikut[19]:Ma’mar berkata: Az-Zuhry berkata dalam sebuah hadits: Maka Suhail bin Amr datang lalu berkata: Berikan kertas tulislah antara kami dan kalian sebuah perjanjian. Maka Nabi SAW memanggil penulis, lalu bersabda: “Tulislah BismiLLAHir Rahmanir Rahim..” Suhail menyela: Adapun Ar-Rahman maka demi ALLAH aku tidak mengetahuinya! Maka tulis saja: BismikaLLAHumma, sebagaimana kami menulis!Maka Nabi SAW bersabda: “Tulislah bismikaLLAHumma. Ini yang diputuskan oleh Muhammad RasuluLLAH..” Maka Suhail menyela lagi: Demi ALLAH! Kalau sekiranya kami tahu engkau adalah RasuluLLAH, maka kami tidak akan menghalangimu ke baituLLAH dan tidak memerangimu! Maka tulis saja Muhammad

Page 5: Makalah Alat Pendidikan

bin AbdiLLAH. Maka nabi SAW bersabda: “Demi ALLAH, sesungguhnya aku ini adalah RasuluLLAH sekalipun kalian mendustakanku, baiklah tulislah Muhammad bin AbdiLLAH..” Maka Az-Zuhry berkata: Semua itu disebabkan sabdanya sebelumnya: DEMI ALLAH! TIDAKLAH MEREKA MEMINTA SEBUAH RENCANA KEPADAKU YANG MANA MASIH MENGAGUNGKAN HAK ALLAH PADANYA KECUALI PASTI AKAN AKU BERIKAN KEPADA MEREKA.

7. Dikorbankannya Sebagian Hak Kaum Muslimin Demi Maslahat yang Lebih Besar Bagi Jama’ah Di Kemudian Hari Bahkan konsekuensi dari kompromi yang dilakukan oleh Nabi SAW dengan musyrikin Quraisy adalah terhapusnya hak pada sebagian kaum muslimin, demi maslahat yang jauh lebih besar di kemudian hari, yang mungkin bagi sebagian orang yang berfikir pendek maslahat tersebut dianggap hanya bersifat spekulatif, tidak pasti, dan mengorbankan hal yang sudah qath’iy dalam ahkam-syariah, sebagai berikut[20]:Setelah ditulisnya nota-kesepahaman tersebut bersabda nabi SAW: “Hendaklah kalian membiarkan kami ke baituLLAH sehingga kami bisa Thawaf padanya?” Maka Suhail menjawab: Demi ALLAH! Janganlah sampai orang-orang Arab mengatakan kami mendapat tekanan, tetapi datanglah tahun depan saja. Maka ditulislah hal tersebut. Suhail lalu menambahkan: Dan hendaklah tidak ada yang datang dari kami kepadamu, sekalipun ia dalam agamamu melainkan harus engkau kembalikan pada kami! Maka kaum muslimin berseru: SUBHANALLAH! BAGAIMANA MUNGKIN MEREKA DIKEMBALIKAN PADA ORANG MUSYRIK PADAHAL MEREKA DATANG SEBAGAI MUSLIM?! Pada saat itu masuklah Abu Jandal (anaknya Suhail) melompat-lompat dalam keadaan dirantai. Ia telah keluar hijrah dari Makkah, maka ia menghempaskan dirinya di hadapan kaum muslimin. Lalu Suhail berkata: Ya Muhammad! Ini adalah yang pertama aku tuntut darimu supaya dikembalikan pada kami. Abu Jandal berkata: Duhai segenap kaum muslimin! Apakah aku akan dikembalikan lagi kepada kaum musyrik, padahal aku telah datang dalam keadaan muslim?! Tidakkah kalian perhatikan apa yang aku dapatkan dari penyiksaan mereka. Dan ia telah disiksa dengan penyiksaan yang berat di jalan ALLAH SWT.

8. Dampak Shulhu-Hudhaibiyah Terhadap Ke-Tsiqah-an di Kalangan A’dha Bahkan di Kalangan Sebagian Qiyadah Langkah-langkah yang ditempuh oleh qiyadah yaitu nabi SAW saat itu dianggap sangat kontroversial oleh kaum muslimin, bahkan oleh sebagian qiyadahnya yang selevel Umar bin Khattab RA, sehingga ia tidak bisa menerima sikap qiyadah-‘ulya dan bertanya kepada qiyadah yang lain yaitu Ash-Shiddiq RA, dan Ash-Shiddiq-lah yang menegur Umar RA agar tetap memegang teguh ra’yul qiyadah ‘ulya yaitu Nabi SAW, sebagai berikut: Sahl bin Hanif berkata: Tuduhlah diri-diri kalian sungguh aku telah melihat kami pada perjanjian Hudhaibiyah (perjanjian antara Nabi SAW dengan Kaum Musyrikin), sekiranya kami melihat akan ada pertempuran pasti kami akan berperang. Maka Umar RA datang dan berkata: Bukankah kita berada dalam kebenaran dan mereka dalam kebathilan? Jawab Nabi SAW: Benar. Tanya Umar RA: Bukankah korban-korban dari kita masuk ke

Jannah dan korban-korban dari mereka masuk ke Naar? Jawab beliau SAW:Benar. Lalu kata Umar RA: lalu mengapa kita memberikan kehinaan pada agama kita (dengan berdamai dengan mereka) sehingga kita pulang padahal ALLAH belum

Page 6: Makalah Alat Pendidikan

memberikan keputusan? Jawab Nabi SAW: Wahai Ibnul Khattab, sesungguhnya aku adalah RasuluLLAH dan DIA tidak akan pernah menyia-nyiakan aku selamanya. Lalu Umar RA pun kembali dalam keadaan kesal, dan ia tidak bisa bersabar sehingga ia pergi menemui Abubakar RA seraya berkata: Wahai Abubakar, bukankah kita berada dalam kebenaran dan mereka dalam kebathilan? Jawab Abubakar RA: Wahai Ibnul Khattab, sesungguhnya beliau adalah utusan ALLAAH dan ALLAH tidak akan menyia-nyiakan beliau selamanya. Lalu turunlah surat ini[21].Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim dengan tambahan: lalu turunlah ayat Al-Qur’an (Al-Fath) kepada Nabi SAW, lalu beliau SAW mengutus orang kepada Umar RA dan membacakan kepadanya, lalu Umar RA berkata: Wahai RasuluLLAH, apakah itu berarti kemenangan? Jawab beliau SAW: Ya. Maka Umar RA menjadi tenang[22].Peristiwa perdamaian dengan kaum musyrikin dan mengalahnya kaum mu’minin dalam banyak point-point perjanjian ini, apalagi juga dengan gagalnya umrah mereka ini demikian mengguncangkan, sehingga sampai saat Nabi SAW memerintahkan untuk melakukan tahallul (mencukur rambut ba’da Thawaf dan Sa’i) sampai 3 kali mereka diam dan tidak segera melaksanakannya, sehingga Nabi SAW meminta pendapat istrinya Ummu Salamah yang menasihati beliau SAW agar memulai menyembelih dan bercukur, sehingga mereka semua mengikuti beliau SAW[23].

9. Munculnya Kelompok yang Berbeda IjtihadHal lainnya yang merupakan pelajaran dari peristiwa Hudhaibiyah adalah munculnya kelompok kaum muslimin yang tidak siap dengan kebijakan operasional mainstream harakah Islamiyyah, kemudian mereka membentuk kelompok sendiri (sempalan), namun mereka masih loyal dengan qiyadah-’ulya yaitu Nabi SAW, perbedaan yang terjadi hanya karena tekanan kondisi yang mereka alami belaka, sebagai berikut[24]:Maka ia (perawi) berkata: Abu Jandal bin Suhail kemudian lepas dari para penawannya, lalu ia bertemu dengan Abu Bashir (tokoh muslim lainnya yang ditawan oleh Quraisy dan juga meloloskan diri), maka tidaklah orang Quraisy yang masuk Islam dan melarikan diri kecuali menemui Abu Bashir hingga terbentuklah sebuah kelompok besar (sekitar 70 orang[25]). Maka demi ALLAH, tidaklah mereka mendengar adanya kafilah Quraisy yang keluar ke Syam kecuali mereka hadang dan dibunuhnya lalu diambil hartanya. Maka orang-orang Quraisy menyurati Nabi SAW dan bersumpah dengan nama ALLAH dan menyambung silaturrahim yang isinya agar orang-orang Quraisy yang datang kepadanya dijamin keamanannya dan memasukkan Abu Bashir dan teman-teman-nya kembali ke Madinah[26].

10. Salah Satu Point Perjanjian Hudhaibiyah Adalah Ditandatanganinya Pakta Perdamaian dengan Kelompok Musyrikin Penentang, Serta Dicapainya Pakta-Koalisi dengan Musyrikin yang NetralSalah satu hasil yang fenomenal dari peristiwa Hudhaibiyah adalah terjadinya pakta kesefahaman (MOU) antara harakah Islamiyyah di masa tersebut dengan kelompok dua kelompok non-muslim yang berbeda secara diametral, yang pertama adalah pakta perdamaian antara harakah Islamiyyah dengan kelompok penentang yaitu kafir Quraisy dan yang kedua adalah dengan pakta koalisi dengan kelompok musyrikin yang netral, diantaranya dengan Bani Khuza’ah, sebagai berikut:Di antara nota kesepahaman tersebut adalah menghentikan peperangan selama 10 tahun, selama masa itu tidak boleh ada peperangan, lalu siapapun orang Quraisy yang menyeberang kepada Nabi SAW tanpa seizin walinya harus dikembalikan pada Quraisy, sebaliknya jika ada pihak muslimin yang menyeberang ke Quraisy maka

Page 7: Makalah Alat Pendidikan

tidak akan dikembalikan, kedua pihak tidak boleh menyembunyikan niat jahat[27], tidak boleh melakukan pencurian dan tidak boleh berkhianat[28]. Siapapun yang mau berkoalisi pada pihak Muhammad SAW dipersilakan, dan siapapun yang mau berkoalisi dengan pihak Quraisy juga dipersilakan, maka Bani Khuza’ah berkoalisi dengan Nabi SAW sementara Bani Bakr berkoalisi dengan Quraisy[29]. Tahun itu Nabi SAW tidak boleh umrah dan memasuki Makkah, melainkan baru dibolehkan pada tahun depannya, tapi tidak boleh membawa senjata dan tidak boleh lebih dari 3 hari saja[30].

11. Globalisasi Islam ke Seluruh Penjuru DuniaHal lainnya yang merupakan perkembangan harakah Islamiyyah adalah dimulainya komunikasi Harakah Islamiyyah dengan berbagai negara di dunia, yang dicirikan dengan dikirimnya para delegasi harakah ke berbagai negara untuk melakukan diplomasi dan penyampaian missi Islam, dan hendaklah diingat bahwa ini semua dilakukan oleh harakah Islam saat sebelum terjadinya Fathu Makkah, yaitu sebagai berikut[31]:Pengiriman delegasi yaitu Amr bin Umayyah Adh-Dhamri RA ke Najasyi raja Habasyah, pada akhir tahun ke-6 Hijrah atau dalam riwayat lain di bulan Muharram tahun ke-7 Hijrah. Pengiriman Hathib bin Abi Baltha’ah RA ke Juraij bin Matta yang bergelar Muqauqis Raja Iskandaria Mesir. Pengiriman AbduLLAAH bin Hudzafah As-Sahmi RA ke Kisra’ Raja Persia, pada tahun ke-6 atau ke-7 Hijrah. Pengiriman Dhihyah bin Khulaifah Al-Kalby RA ke Kaisar (Hiraclius) Raja Byzantium Romawi Timur. Pengiriman Al-A’la bin Hadhrami RA ke Mundzir bin Sawa’ Raja Bahrain. Pengiriman Salith bin Amr Al-Amiri RA ke Haudzah bin Ali Raja Yamamah. Pengiriman Syuja’ bin Wahb Al-Khuzaimah RA ke Al-Harits bin Abi Syammar Al-Ghassani Raja Damsyik. Dan pengiriman Amr bin ‘Ash ke Jaifar dan Abd Al-Jalandi penguasa Omman.

12. Terjadinya Kemenangan Besar Harakah Islamiyyah Yaitu Fathu-MakkahHal terakhir setelah pakta perdamaian dan koalisi tersebut adalah memberikan kesempatan kepada harakah Islamiyyah untuk menyebarkan dakwah, melakukan konsolidasi internal, menarik simpati publik, menyibakkan citra tidak baik yang disematkan oleh para musuh, membangun harmoni dengan berbagai lapisan masyarakat, membuka diplomasi dengan berbagai negara, sehingga pada akhirnya mampu eksis mengalahkan penindasan, korupsi, kesewenang-kesewenangan, kediktatoran, kemiskinan, kebejatan moral, untuk memimpin dunia di dalam kedamaian dan kasih-sayang Islam.Bahkan kepada para musuhpun sang pemimpin tertinggi harakah yaitu Nabi SAW bersabda: Kami akan bersabar dan kami tidak akan menghukum kalian[32].. Atau juga sebagaimana sabdanya: Makkah adalah tanah haram, tidak boleh lagi terjadi peperangan setelah itu[33].. Atau juga sabdanya: Setelah penaklukan Makkah tidak boleh lagi ada seorang Quraisy yang dibunuh sampai Hari Kiamat[34]..Dan perlu dicamkan bahwa peristiwa Fathu Makkah yang luar biasa besar ini terjadi karena Nabi SAW membela mitra koalisinya yaitu Bani Khuza’ah (yang musyrik) yang telah dizhalimi oleh Bani Bakr (salah satu mitra koalisi kafir Quraisy)[35], kejadian selengkapnya saat detik-detik bersejarah penaklukan makkah tersebut adalah sebagai berikut:Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA: Sesungguhnya Nabi SAW keluar pada bulan Ramadhan dari Madinah bersama 10.000 pasukannya, kejadian tersebut terjadi 8,5 tahun dari kedatangannya ke Madinah[36]. Dalam hadits lainnya

Page 8: Makalah Alat Pendidikan

disebutkan: Saat pasukan kaum muslimin bergerak maka Nabi SAW memerintahkan Al-Abbas RA agar mengajak Abu Sufyan melihat di tempat lewatnya para pasukan (untuk melihat betapa besar kekuatan harakah Islamiyyah saat itu), tiba-tiba lewatlah suatu kelompok besar maka tanya Abu Sufyan: Wahai Abbas, siapakah mereka ini? Jawab Abbas: Ini adalah kabilah Bani Ghiffar. Maka jawab Abu Sufyan: Apa masalahku dengan Bani Ghiffar? Lalu lewatlah pasukan besar yang lain, ia bertanya lagi: Wahai Abbas siapakah mereka ini? Jawab Abbas: Ini adalah kabilah Juhainah. Demikianlah lewat pula Bani Sa’d bin Hudzaim, sampai lewatlah suatu pasukan yang demikian menakjubkannya, kata Abu Sufyan: Lalu siapakah mereka ini? Jawab Abbas: Ini adalah kaum Anshar yang dipimpin oleh Sa’d bin Ubadah, lihatlah benderanya. Lalu lewatlah suatu kelompok yang paling mengesankan, namun paling sedikit jumlahnya diantara mereka nampak RasuluLLAH SAW bersama para shahabatnya, bendera Nabi SAW dipegang oleh Az-Zubair bin Awwam RA[37].Berkata Abubakar Ash-Shiddiq RA: Tidak ada satupun kemenangan dalam Islam yang lebih besar dari kemenangan Hudhaibiyah, akan tetapi manusia waktu itu berfikir singkat hingga tidak mengetahui rencana Muhammad SAW dengan RABB-nya, orang terlalu tergesa-gesa sedangkan ALLAH SWT tidak pernah tergesa-gesa, hingga segala sesuatu mencapai targetnya[38].Komentar Imam Az-Zuhri: Tidak pernah ada kemenangan dalam Islam melebihi kemenangan dalam pakta Hudhaibiyah, karena peperangan hanya akan menyebabkan pergesekan antara manusia, akan tetapi setelah terjadinya pakta kesefahaman, maka perang pun mereda dan manusia merasa aman terhadap sesamanya, lalu mereka bisa berunding dan bertemu, maka tidak seorang pun yang mengerti suatu pembicaraan, lalu ia diajak berdiskusi tentang Islam kecuali ia pun masuk kedalamnya, sesungguhnya hanya dalam 2 tahun itu, sejumlah besar orang telah masuk Islam sebanyak jumlah seluruh orang Islam sebelumnya, atau bahkan lebih banyak lagi.Selesai Bi-IdzniLLAAH, faliLLAAHil hamdu wal minah…

Catatan Kaki:

[1] Bahkan diriwayatkan oleh Syaikhan, Ahmad, Tirmidzi, Al-Hakim dari Anas RA: Turun pada Nabi SAW ayat ini, maka beliau SAW bersabda: Sungguh turun suatu ayat untukku yang lebih kucintai dari dunia dan seisinya. Maka mereka berkata: Sungguh telah turun ayat yang menjelaskan tentang ni’mat ALLAAH SWT padamu, maka bagaimana kami ya RasuluLLAAH? Maka turunlah ayat: المؤمنين خل ليدوالمؤمنات[2] Berkata Ibnu Abbas RA: Saat turun ayat بكم وال بي يفعل ما أدري maka ,وماberkata orang-orang Yahudi: Bagaimana kita akan mengikuti laki-laki yang ia sendiri tidak mengetahui apa yang akan dilakukan ALLAAH pada dirinya?! Maka ALLAAH SWT menurunkan ayat ini.[3] Ada hadits shahih riwayat Muslim dan Ahmad dari Aisyah RA: Adalah Nabi SAW jika shalat berdiri sampai pecah-pecah kakinya, maka berkatalah Aisyah RA: Wahai RasuluLLAAH! Masihkan anda berbuat begini padahal ALLAAH SWT sudah mengampuni semua dosa anda yang terdahulu maupun akan datang?! Jawab beliau SAW: Wahai Aisyah, tidakkah pantas aku menjadi hamba yang pandai bersyukur?!

[4] HR Bukhari, kitab Al-Maghazi, Bab Ghazwah Al-Hudhaibiyyah, XIV/38[5] Fathul-Bari, XI/474[6] ‘Umdatul-Qari, XXV/500[7] Faydhul-Bari, VI/168

Page 9: Makalah Alat Pendidikan

[8] Riwayat Sai’d bin Manshur dari Asy-Sya’biy, di-shahih-kan oleh Imam Ibnu Hajar dalam Al-Fath, XI/478[9] Ibnu Jarir, XXVI/71; Al-Hakim, II/459, ia berkata: Shahih sesuai syarat Muslim. Adz-Dzahaby mengomentarinya: Muslim tidak meriwayatkan bagi Majma’ dan tidak pula bagi bapaknya, namun keduanya adalah tsiqah.[10] HR Abu Daud, Kitabu Shalah, hal. 215, haditsnya shahih (lih. Al-Mustadrak, III/338; Sunan Al-Kubra, III/257; Tafsir Ibnu Katsir, I/548; Al-Ishabah, VII/294). Ibnu Hajar menyebut secara pasti bahwa hal ini terjadi di Hudhaibiyyah (Al-Fath, VII/423)[11 Ini berdasarkan pendapat yang menyatakan perang Dzatu Riqa’ setelah perang Khaibar dan inilah yang lebih shahih waLLAAHu a’lam[12] Imta’ul-Asma’, Al-Muqrizi, I/380[13] QS An-Nisa’, IV/102 [14] Untuk kajian lebih mendalam mengenai dalil-dalil hal ini, silakan baca tulisan saya di millist dan website ini dengan judul: Koalisi Politik di Masa Nabi SAW[15] HR Bukhari, VI/275; lih. Juga syarah-nya dalam Al-Fath, V/329 hadits no. 2731[16] Ibid[17] Al-Fath, hadits no. 2731 dan 2732; Musnad Ahmad, IV/324[18] Ibid[19] Ibid[20] Riwayat ini disebutkan secara musnid-muttashil dalam Shahih Bukhari, Kitab Al-Maghazi, Bab Ghazwah Hudhaibiyah, XIV/72; sementara sisanya dalam Al-Fath, VIII/283[21] HR Bukhari, di beberapa tempat dalam shahih-nya: X/77, XI/315 dan XVI/142[22] HR Muslim, II/141; Ahmad, III/486; Ibnu Jarir, XXVI/70[23] HR Bukhari, VI/275[24] HR Ahmad, IV/331; Ibnu Jarir, XXVI/101; AbduRRAZZAQ, V/342[25] Al-Muqrizi, Imta’ul Asma’, I/304[26] Ibid[27] Ibnul Atsir, An-Nihayah fi Gharibil Hadits, III/327[28]Ibid, II/392 dan III/380[29] Sirah Ibnu Hisyam, II/394; Al-Maghazi Al-Waqidi, II/789; Tarikh At-Thabari, IV/45; Al-Amwal Az-Zanjawaih, I/401[30] HR Ahmad, IV/325 dari riwayat Ibnu Ishaq dengan sanad hasan, lih. Juga Sirah Ibnu Hisyam, III/308, ia menyatakan mendengar sendiri riwayat ini[31] Al-Muqrizi, Imta’ul Asma’, I/304; Tarikh At-Thabari, II/288; Sirah Ibnu Hisyam, IV/279; Thabaqat Ibnu Sa’d, I/258; Siyar A’lami Nubala’ Adz-Dzahabi, X/400[32] HR Ahmad, V/135; Tirmidzi, IV/361-362[33] HR Tirmidzi, III/83 ia berkata: Hasan Shahih; Ahmad, III/412 dengan sanad yang hasan[34] HR Muslim, II/98; Ahmad, III/412 dengan sanad shahih[35] Al-Bidayah wan Nihayah Ibnu Katsir, Mu’jam Ash-Shaghir At-Thabrani, II/73; Musnad Abu Ya’la, IV/400[36] HR Bukhari, Kitab Al-Maghazi, Fathu Makkah fi Ramadhan, hadits no. 4276[37] Ibid, no. 4280[38] Al-Muqrizi, Imta’ul Asma’, I/296

Page 10: Makalah Alat Pendidikan

MAKALAH AGAMA ISLAM TENTANG ALAT-ALAT DALAM PENDIDIKAN   ISLAM

13 Jun 2008 Tinggalkan sebuah Komentar

by eidelweis in MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ALAT-ALAT DALAM PENDIDIKAN ISLAM

1. Pengertian Metode Dan Alat Pendidikan Islam Metode berasal dari bahasa latin “meta” yang berarti melalui idan “hodos” yang berarti jalan atau ke atau cara ke. Dalam bahasa arab metode disebut “Tariqah” artinya jalan, cara, sitem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengtur suatu cita-citaSedangkan pendidikan Islam yaitu bimbingan secara sadar dari pendidik (orang dewasa) kepada anak yang masih dalam proses pertumbuhannya berdasarkan norma-norma Islami agar berbentuk kepribadian menjadi kepribadian muslim.

Selanjutnya yang disebut metode pendidikan Islam disini adalah jalan, atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik agar terwujud kepribadian muslim.Alat pendidikan Islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dengan demikian maka alat ini mencakup apa saja yang dapat digunakan termasuk di dalamnya metode pendidikan Islam.Metode dan alat pendidikan Islam yaitu cara dan segala apa saja yang dapat digunakan untuk menuntun atau membimbing anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi manusia berkepribadian muslim yang diridai oleh Allah. Oleh karena itu metode dan alat pendidikan ini harus searah dengan Al-Qur’an dan As-Sunah atau dengan kata lain tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan A-Sunah.

2. Pentingnya Metode Dan Alat Pendidikan Islam Metode dan alat pendidikan Islam mempunyai peranan penting sebab merupakan jembatan yang menghubungkan pendidik dengan anak didik menuju kepada tujuan pendidikan Islam yang terbentuknya kepribadian muslim.Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam ini dipengaruhi oleh seluruh faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan Islam ini. Apabila timbul permasalahan di dalam Pendidikan Islam, maka kita harus dapat mengklasifikasikan masalah yang kita hadapi itu ke dalam faktor-faktor yang ada. Apabila seluruh faktor telah dipandang baik terkecuali faktor metode alat ini, maka kitapun harus pandai memperinci dan mengklasifikasikan ke dalam klasifikasi masalah metode pendidikan yang lebih kecil dan terperinci lagi. Misalnya dalam segi apa dari masalah metode dan/atau alat apa? Memang masalah metode ini sangat penting, karena itulah Rasulullah mengajarkan kemampuan dan perkembangan anak didik.Rasulullah SAW bersabda:( ) . الحديث /ه/م. ق3د.ر/ع1ق1و.ل ع3ل3ى 6م3ه1م. 3ل 1ك و3ن 3ه1م. 3از/ل م3ن 9اس3 الن ل3 .ز3 ن

3 أ 3ن. 3اأ ن م/ر.1 3اء/أ /ي .ب 3ن .أل ا ر3 م3ع3اش/ 3ح.ن1 ن

Artinya:“Kami para Nabi, diperintahkan untuk menempatkan seseorang pada posisinya, berbicara kepada mereka sesuai dengan kemampuan akalnya.”

Page 11: Makalah Alat Pendidikan

(Al-Hadits)Dari Hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan dalam menyampaikan materi dan bahan pendidikan Islam kepada anak didik harus benar-benar disesuikan dengan keadaan dan kemampuan anak didik. Kita tidak boleh mementingkan materi atau bahan dengan mengorbankan anak didik. Sebaliknya, kita harus mengusahakan dengan jalan menyusun materi tersebut sedemikian rupa sesuai dengan taraf kemampuan anak, tetapi dengan cara serta gaya yang menarik.

3. Jenis-Jenis Metode Dan Alat Pendidikan IslamApabila umat Islam mau memperlajari pelaksanaan pendidikan Islam sejak jaman silam sampai sekarang ternyata para pendidik itu telah mempergunakan metode pendidikan Islam yang bermacam-macam, walaupun diakui metode yang digunakan ada kekurangannya.Pada dasarnya Islam tidak menggariskan secara jelas mengenai metode pendidikan Islam ini, hal ini diserahkan kepada kaum muslimin untuk memilih metode mana yang cocok dan yang tepat untuk digunakan.Islam menjelaskan bahwa ajaran dalam kitab suci ada dua macam yaitu yang sudah jelas nashnya dan belum jelas apa yang dimaksdu nash tersebut. Terhadap nash yang sudah jelas, maka umat Islam tinggal melaksanakannya. Sedangkan yang belum jelas maksudnya, manusia diperintahkan untuk mengkaji, meneliti dan berusaha untuk memecahkannya. Berkenaan dengan masalah itu Rasulullah SAW. Bersabda” Jika ada urusan agamamu, serahkanlah ia kepadaku. Jika ada urusan keduniaanmu, maka kamu lebih mengetahui akan urusan duniamu itu.” Berbagai macam ilmu sperti antropologi, psikologi, botani, ilmu kimia, kedokteran, teknologi, pendidikan dan lain sebagainya, adalah merupakan scientific yang dimiliki dan dikembangkan manusia. Kesemuanya menjadi wewenang manusia untuk mendalami, mengembangkan bahkan menemukan hal-hal baru yang selama ini belum ada tetapi yang perlu diingat agar pertemuan baru tersebut tidak boleh bertentangan dengan sumber pokok ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits Rasul.Prinsip-prinsip lain yang dapat dijadikan dasar dalam pengembangan atau penggalian kesejahteraan hidup manusia di dunia yaitu sabda Rasul:

3ل/ف3 ت 3خ. 3ت و3ع3او3ال 3ط3ا و3ت ا 3ف6ر3 1ن 3ت او3ال ر3 1ع3س6 3ت او3ال ر3 3س6 .ي

Artinya:“Mudahkanlah, janganlah engkau persulit, berilah kabar-kabar yang menggembirakan dan jangan sekali-kali engkau memberikan kabar yang menyusahkan sehingga mereka lari menjauhkan diri darimu, saling taatlah kamu dan jangan berselisih yang dapat merenggangkan kamu.”(Al-Hadits)

Dari Hadits ini dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menyelenggarakan kegiatan untuk kesejahteraan hidup manusia termasuk di dalamnya penyelenggaraan (metode) pendidikan Islam mendasarkan kepada prinsip:a. Memudahkan dan tidak mempersulitb. Menggembirakan dan tidak menyusahkanc. Dalam memutuskan sesuatu hendaknya selalu memiliki kesatuan pandangan dan tidak berselisih paham yang dapat membawa pertentangan bahkan pertengkaranDalam suatu Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad Abu Daud, Tirmizi dan lain-lain dan Muaz disebutkan bahwa Rasulullah SAW menyambut gembira terhadap sikap sahabatnya (Muaz) sewaktu beliau memanggil untuk diutus sebagai qadli ke

Page 12: Makalah Alat Pendidikan

Yaman. Rasulullah bersabda: “Kalau tidak kamu dapati baik dalam kitabullah maupun sunah Rasul?”Muaz menjawab “Saya akan berijtihad (berusaha) dengan pikiran saya”. maka Rasulullah menepuk dada (karena girang) sambil berkata “Alhamdulillah, Tuhan telah memberi petunjuk utusan Tuhan kepada apa yang ridhoi Rasulullah).”Dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 2 dikatakan:

الحشر ( : .ص3ار/ ب3 .أل ا ولى/

1 3آأ و.اي /ر1 3ب )2ف3اع.تArtinya:“Maka ambilah itibar (pelajaran) wahai orang – orang yang mempunyai pandangan.”Islam menganjurkan kepada umatnya agar mempunyai pandangan luas. Melihat dan menerima pendapat atau ilmu dari siapapun asalkan ilmu tersebut mendatangkan keuntungan dan kemanfaatan bagi kehidupan manusia dan ilmu tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam.Rasulullah SAW bersabda:

.ن/ /الص6ي ب 3و. و3ل .م3 الع/ل 1ط.ل1ب/ ا

Artinya:“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”Kita semuanya mengetahui bahwa negara RRC, mayoritas adalah komunis walaupun diakui pula bahwa di daerah itu terdapat warga negara yang beragama Islam berjumlah + 80.000.000 jiwa dari jumlah seuruhnya yang berjumlah 800 juta jiwa. Tetapi dari Hadits ini dapat diambil kesimpulan bahwa Islam selalu menuntut umatnya untuk menuntut ilmu tanpa harus dibatasinya oleh agama, daerah dan subjek ilmu yang dipelajari.Dari kegiatan dan usaha yang dilakukan oleh umat Islam selama ini terutama di bidang pendidikan Islam ternyata mereka telah melaksanakan berbagai kegiatan antara lain:

a. Mendidik Dengan Cara Memberikan Kebebasan Kepada Anak Didik Sesuai Dengan KebutuhanTindakan ini dilakukan berkat adanya sabda Nabi Muhammad SAW:مسلم …. ( ) رواه ة/ الف/ط.ر3 ع3ل3ى 3د1 1و.ل ي 9 /ال 1و.دJا م3و.ل م3ام/ن.Artinya:“Tidak seorangpun yang dilahirkan kecuali menurut fitrahnya.”(HR Muslim)Pemberian kebebasan itu tentunya mutlak (tidak terbatas) melainkan dalam batas-batas tertentu sesuai dengan kebutuhan, sebab anak adalah masih dalam proses pertumbuhan dan belum memiliki kepribadian yang kuat, ia belum dapat memilih sendiri terhadap masalah yang dihadapi, karena ini memerlukan petunjuk guna memilih alternatif dari beberapa alaternatif yang ada.Rasulullah SAW, bersabda:

.ه3ا 3ي ع3ل 1و.ه1 ف3اض.ر/ب .ن3 /ي ـن س/ ر3 ع3ش3 3غ3 3ل /ذ3اب و3إ .ن3 /ي ن س/ .ع3 ب س3 3غ3 3ل اب /ذ3 إ 3ة/ /الص9ال ب /ي9 واالص9ب م1ر1Artinya:“Suruhlah anak-anakmu bersembahyang apabila ia telah berumur tujuh tahun dan apabila ia sudah berumur sepuluh tahun ia meninggalkan sembahyang itu maka pukul ia.”(HR. Tirmizi)Dari Hadits tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua (pendidik) harus dapat bersikap tegas sesuai dengan kebutuhan, yaitu bilamana kebebasan yang diberikan itu disalahgunakan seperti ia berbuat semaunya sendiri, sampai-sampai ia meninggalkan

Page 13: Makalah Alat Pendidikan

salat, maka pendidik harus berusaha keras untuk meluruskan perbuatan salat itu, jika diperlukan ia diperbolehkan memukul anaknya.Cara mendidik demikian disebut:

9ة/ .ف/ي الض9ع/ي 9ة/ اط/ي م1ق.ر3 الد6 .ق3ة1 ط3ر/يArtinya:“Metode pendidikan demokrasi yang luwes.”Metode pendidikan ini menuntut kepada pendidik sekali waktu membiarkan anak didiknya untuk berkembang sesuai dengan fitrahnya, sekali waktu menguasai, mengawasi dan membatasi anak agar tidak terjerumus kepada perbuatan salah dan sekali waktu pula berada di tengah-tengah anak didik agar dapat memacu, menimbulkan semangat beramal, berlomba-lomba dalam mencari kebajikan.

b. Mendidik Anak Dengan Pendekatan Perasaan Dan Akal PikiranSetiap orang cinta dan sayang kepada anak keturunanya dan berusaha dengan segala kemampuannya untuk mendidik anaknya agar kelak menjadi orang yang baik dan berguna.Karena itulah maka para Nabi dari zaman ke zaman selalu berdoa agar mereka dikaruniai anak yang saleh dan dapat melanjutkan perjuangannya.Nabi Ibrahim As. Berdoa:

الصافات ( : .ن3 ي /ح/ الص9ال م/ن3 ل/ي. ه3ب. ب6 )100ر3Artinya:“Ya Tuhanku! Anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.”(QS. As-Saffat: 100)Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah Tuhan kepada ibu bapak. Setiap amanah haruslah dijaga dan dipelihara, dan setiap pemeliharaan mengandung unsur kewajiban dan tanggung jawab terhadap pemeliharaan yang telah dilakukannya.Hakikat dan fungsi amanah tentang pemeliharaan anak itu mengandung arti dan nilai yang lebih jauh lebih luas daripada amanah-amanah yang lainnya. Sebab di dalamnya terjalin dan melekat secara langsung kepentingan manusia, baik dilihat dari segi biologis maupun dari segi sosiologis.Setiap orang tua, terbawa oleh pertalian darah dan turunan (biologis) dipertautkan oleh satu ikatan atau (unsur) yang paling erat dengan anaknya, yang tidak terdapat pada hubungan-hubungan yang lain. Hubungan itu disebut naluri (instink)Tiap-tiap orang tua mempunyai naluri cinta dan kasih kepada anaknya. Cinta dan kasih itu adalah sedemikian rupa sehingga setiap orang tua dengan rela mengorbankan segala apa yang ada pada mereka untuk kepentingan anaknya.Dilihat dari sudut sosiologisnya, orang tua berusaha supaya anaknya menjadi orang baik dalam masyarakat, dapat memberi manfaat untuk dirinya sendiri dan mendatangkan manfaat kepada orang lainUntuk menuntun anak agar tumbuh dan berkembang sebagaimana tersebut di atas, maka pendekatan yang dilakukan ialah dengan jalur akal emosi/perasaan.Demikian pula pendidikan terhadap anak, baik dalam pendidikan formal, informal maupun non formal pendekatan yang lebih mengena dan lebih tepat yaitu secara akal dan perasaan. Metode pendidikan demikian itu di dalam bahasa arab disebut:

9ة/ ع1و.ر/ي Wالش 9ة/ .م/ي .لع/ل ا .ق3ة1 ط3ر/يArtinya:Metode pendekatan yang mencakup akal. Dan perasaan secara sekaligusMetode pendidikan ini menekankan segi pikiran yang tajam dan perasaan yang halus.

Page 14: Makalah Alat Pendidikan

c. Mendidik Anaka Secara InformalIslam memerintahkan kepada umatnya untuk mendidik anaknya agar kelak menjadi manusia yang saleh, taqwa kepada Allah dan hidup bahagia di dunia dan akhirat.Rasulullah bersabda:

3ه1م. د3ب3 1و.اأ ن ح.س/

3 و3أ 1م. 3د3ك و.ال3 .ز/م1و.اأ 3ل ا

Artinya:“Perhatikanlah anak-anak kamu dan bentuklah budi pekertinya sebaik-baiknya.”Allah berfirman:

: ) … التحريم ة1 ار3 .لح/ج3 و3ا 9اس1 او9ق1و.د1ه3االن 3ار] ن 1م. /ك ه.ل3 و3أ 1م. ك .ف1س3 ن

3 1و.اق1و.آأ آم3ن .ن3 Wه3االذ/ي ي3 3آأ )6ي

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman : Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu……”(OS. Attahrim: 6)Pendidikan di dalam keluarga umumnya dilakukan secar informal yaitu pendidikan yang telah menggunakan perencanaan, kurikulum, jam pelajaran dan lain-lain, tetapi kesemuanya dilakukan dengan santai tanpa dibatasi oleh tempat maupun waktu, namun diharapkan keberhasilan pendidikan sesuai dengan yang dicita-citakan. Pada saat-saat tertentu metode ini sangat baik digunakan.

d. Mendidik Anak Secara Formal Sejak permulaan perkembangan Islam, umat Islam telah menyelenggarakan pendidikan formal. Rasulullah sendiri seringkali mengajarkan wahyu yang diterimanya dari Allah (lewat malaikat Jibril) kepada para sahabat di rumah Arqam ibnu Arqam.Pada waktu perang Badar ada beberapa orang musuh (kaum Quraisy) yang tertawan oleh kaum muslimin. Di antara tawanan itu banyak yang pandai membaca dan menulis. Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada tawanan yang pandai tulis baca untuk menebus dirinya dengan mengajarkan tulis baca kepada 10 orang anak-anak Madinah. Setelah anak-anak itu pandai membaca dan menulis, mereka dibebaskan sebagai tawanan dan kembali ke negerinya. Sesudah itu umat Islam mengambangkan pendidikan formal dalam berbagai tingkat untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak kaum muslimin. Dengan pendidikan formal ini membawa keuntungan yang sangat besar, sebab pendidikan menjadi lebih baik, sebab sasaran, materi yang diberikan dan tujuan yang hendak dicapai jelas. Dewasa ini pendidikan sudah semakin berkembang dan meluas baik dilaksanakn dengan sistem madrasah (klasikal) seperti madrasah. Madarasah Diniyah atau non klasikal (non madrasah) seperti pesantren. Dan lain sebaginya.Ustadz Muhammad Said Ramadhan Al-Buwythi dalam bukunya yang berjudul Al-Manhajut tarbawi farid Fil quran, menyatakan bahwa ada 3 macam asas dasar yang dipakai Al-Qur’an untuk menamkan pendidikan, yaitu:1. Mahkamah aqliyah, mengetuk akal pikiran untuk memecahkan segala sesuatu. Di dalam tingkat ini Al-Qur’an menyadarkan setiap akal manusia untuk memikirkan asal usul dirinya, mulai dari awal kejadiannya, kemudian perkembangannya baik fisik maupunn akal dan ilmunya ataupun mental spriritual. Sesudah itu dibawanya ke alam cakrawala yang luas terbentang ini, yang semuanya dengan menggunakan kata-kata yang dapat diikuti oleh orang-orang awam dan dapat dijadikan bahan penyelidikan secara ilmiah oleh para sarjanaBerhakim kepada akal dan ilmu, dengan menggunakan akal itu disebut dalam Al-Qur’an sampai 29 kali, pikiran 18x, ingatan (zikir) sampai 267x, pemikiran yang mendalam (fih) 20x dan ilmu sampai 800 x (termasuk khusus kata-kata ilmu 105x),

Page 15: Makalah Alat Pendidikan

sehingga berjumlah: 1.154 x, menurut manusia berhukum kepada akal dan ilmunya.2. Al-Qisas Wat Tarikh, menggunakan cerita-cerita dan pengetahuan sejarah. Dengan mengemukakan berbagai cerita/peristiwa, dan membuka lembaran-lembaran sejarah di masa lampau, Tuhan mengajak manusia supaya bercermin kepada fakta dan data di masa dahulu itu untuk melihat dirinya, berbagai cerita yang disebut oleh Al-Qur’an menghidupkan sejarah-sejarah lama untuk memberanikan hat manusia untuk jaman yang dihadapnya dan masa-masa depan terbentang untuk diisi dengan pendidikan kepada anak-anak/pemuda-pemuda. Menemph jalan ini, yaitu cerita dan sejarah, lebih mudah meresapkan kepada anak mereka.

3. Al-Isarah Al Widaniyah memberikan perangsang kepada perasaan-perasaan. Membangkitkan rangsangan perasaan –perasaan, adalah jalan yang terpendek untuk menanamkan suatu karakter kepada anak-anak/pemuda-pemuda. Dan perasaan-perasaan itu terbagi kepada:a) Peraaan pendorong, yaitu rasa gembira, harapan harat yang benar dan seumpamanya;b) Peraaan penahan, yaitu rasa takut (berbuat kejahatan), rasa sedih (berbuat kedzaliman) dan seumpamanya dan c) Perasdaan kekaguman, yaitu rasa hormat dan kagum, rasa cinta, rasa bakti dan pengabdian, dan lain sebagainyaMemberikan perangsang terhadap perasaan-perasaan ini menurut tempat dan waktunya yang tepat, menimbulkan kesan yang mendalam kepada anak-anak/pemuda-pemuda yang kita didik. Sebab itu sebagai Pendidik Tertinggi maka Tuhan menyebutkan dalam Surat Al-Fatah ayat 8 bahwa Nabi Muhammad adalah memiliki sifat utama, yaitu:a) Syahidan (penggerak perasaan-perasaan)b) Mubasysiran (pembaa berita gembira), danc) Naziran (pembawa peringatan untuk menahan dari kejahatan)Menurut Muhammad Qutb di dalam bukunya Minhajut tarbiyah islamiyah menyatakan bahwa teknik atau metode pendidikan Islam itu ada 8 diataranya 1. Pendidkan melalui keteladanan2. Pendidkan melalui nasihat3. Pendidkan melalui hukuman4. Pendidkan melalui cerita5. Pendidkan melalui kebiasaan6. Pendidkan melalui kekuatan7. Pendidkan melalui kekosongan8. Pendidkan melalui cerita cerita