Upload
hidayat-heru-prasetyo
View
105
Download
20
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Akuntansi Syariah
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kelancaran dan kemudahan bagi penyusun dalam menyelesaikan makalah ini
sehingga selesai tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini, penyusun membahas tentang “Akad Jual Beli Murabahah dan
Salam”. Dalam materi makalah ini akan diuraikan dua jenis akad yakni akad murabahah dan
akad salam.
Dalam pembahasan makalah ini penyusun mengutip dari berbagai sumber sebagai
referensi yaitu dari buku-buku yang berkaitan dengan materi akad jual beli murabahah dan
salam.
Penyusun menyadari bahwa pembahasan materi yang disampaikan dalam makalah ini
masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan dan menerima
kritikan yang bersifat membangun dari para pembaca, sehingga makalah ini dapat dijadikan
sebagai pedoman yang lebih berguna dan bermanfaat.
Yogyakarta, 23 Februari 2014
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan perekonomian identik dengan transaksi jual-beli barang. Seringkali
transaksi yang dilakukan baik antara penjual dan pembeli tidak sesuai dengan syariah
yang berakibat terjadinya kerugian kepada salah satu pihak antara penjual dan
pembeli. Oleh karena itu, transaksi yang sesuai dengan syariah perlu diketahui yang
kemudian nantinya diharapkan dapat diimplementasikan baik oleh penjual maupun
pembeli agar setidaknya dapat meminimalisir kerugian yang terjadi. Dalam makalah
ini akan dijelaskan transaksi jual beli barang yang disertai dengan akad, dalam hal ini
akad murabahah dan akad salam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, muncul
beberapa rumusan masalah, antara lain:
1. Apa pengertian akad jual beli murabahah dan salam?
2. Apa saja jenis akad baik murabahah maupun salam?
3. Bagaimana rukun dan ketentuan akad murabahah dan salam?
4. Bagaimana ilustrasi akuntansi akad murabahah dan salam?
5. Bagaimana akad jual beli salam dikatakan berakhir?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akad Murabahah
Akad jual beli Murabahah diatur dalam
1. Pengertian Murabahah
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Jual-
beli dengan akad murabahah memiliki perbedn dengan akad jual-beli yang lain, yakni
penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga perolehan barang
(harga pokok) dan berapa besar keuntungan (margin) yang diinginkan penjual
sehingga disini nanti akan terjadi proses penawaran dan terjadilah harga yang
disepakati oleh penjual dan pembeli.
2. Jenis Akad Murabahah
Jenis akad murabahah ada dua macam, yaitu:
a. Murabahah dengan pesanan (Murabahah to the Purchase Order)
Penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pihak
pembeli. Murabahah pesanan dapat bersifat mengikat dan juga tidak mengikat.
Bersifat mengikat artinya apabila pembeli telah memesan barang kepada
penjual, maka pembeli nantinya tidak dapat membatalkan pesanan tersebut
dikemudian hari. Apabila sebelum diserahkan kepad pembeli barang tersebut
mengalami penurunan nilai, maka hal itu menjadi beban penjual dan
mengurangi nilai akad.
3
(1)
(4)Penjual Pembeli
Produsen Supplier
(2)
(5)
(3)
Keterangan:
1) Melakukan akad murabahah
2) Penjual memesan dan membeli pada supplier
3) Barang diserahkan kepada produsen
4) Barang diserahkan kepada pembeli
5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
b. Murabahah tanpa pesanan
Murabahah yang bersifat tidak mengikat
Keterangan:
1) Melakukan akad murabahah
2) Barang diserahkan kepada pembeli
3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
3. Rukun dan Ketentuan Akad Murabahah
a. Pelaku
Memiliki cakap hukum dan baligh sehingga bisa mengerti dan mampu
membedakan mana yang baik dan benar. Jual beli dengan anak kecil dianggap
sah apablia mendapat izin dari walinya.
b. Objek jual beli
1) Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal.
“Sesungguhnya Allah mengharamkan menjualbelikan khamr, bangkai,
babi, patung-patung” (HR Bukhari Muslim)
4
Penjual Pembeli(1)
(3)(2)
2) Barang yang diperjualbelikan harus memiliki nilai sehingga tidak
merugikan pembeli.
3) Barang tersebut dimiliki oleh penjual (bukan milik orang lain/barang
curian)
Barangsiapa membeli barang curian sedangkan ia tahu bahwa itu hasil
curian, maka sesungguhnya ia telah bersekutu didalam dosa dan aibnya”
(HR Al Baihaqi)
4) Barang tersebut dapat diserahkan keada pembeli tanpa tergantung dengan
kejadian tertentu dimasa depan demi menghindari gharar (ketidakpastian),
misalnya hasil panen,dll.
5) Barang harus dapat diketahui secara spesifik baik bentuk, jenis, rupa,
kualitas, maupun kuantitasnya.
6) Harga barang tersebut harus jelas diketahui oleh pembeli berikut cara
pembayarannya dengan cara tunai atau tangguh.
7) Barang yang akan dijual harus berada ditangan penjual.
c. Ijab Kabul
Ijab kabul merupakan pernyataan dan ekspresi saling rela diantara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4. Ilustrasi Akuntansi Akad Murabahah dan Jurnal bagi Penjual dan Pembeli
Tunai Pesanan Mengikat
Transaksi (dalam ribuan rupiah)
Jurnal
Penjual Pembeli
1 Januari 2013
Penjual dan pembeli melakukan akad Murabahah. penjual membeli kepada pihak lain
Aset Murabahah 250000
Kas 250.000
5
barang yang akan dijual kepada pembeli. Penjual membeli persediaan dari pihak lain seharga Rp.250.000 dan akan diserahkan pada 1 Februari 2013. Pesanan Mengikat.
20 Februari 2013
Jika terjadi penurunan nilai sebelum barang pesanan diserahkan kepada pembeli sebesar Rp. 10000.
Beban Penurunan nilai 10.000
Aset Murabahah 10.000
1 Februari 2013
Penjual sesuai akad menyerahkan barang kepada pembeli dengan nilai Rp. 260.000
Kas 260.000
Pend. margin murabahah 20.000
Aset Murabahah 240.000
Aset 260.000
Kas 260.000
6
B. Akad Salam
1. Pengertian Akad Salam
Salam didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual-beli di mana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan
pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.
PSAK 103 mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam fiih)
dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-
syarat tertentu.
2. Jenis Akad Salam
Terdapat dua jenis akad salam, antara lain:
a. Salam
Akad salam merupakan transaksi jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan
pembayaran di muka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian
hari.
Skema Salam
Barang
Keterangan:
1) Pembeli dan penjual menyepakati akad salam
2) Pembeli membayar kepada penjual
3) Penjual menyerahkan barang
7
Penjual Pembeli(1)
(3)(2)
b. Salam Paralel
Dalam pelaksanaannya ada dua transaksi salam yaitu antara pemesan
pembeli dan penjual serta antara penjual dan pemasok (supplier) atau pihak ketiga
lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak memiliki barang pesanan dan
memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan tersebut.
Salam paralel diperbolehkan asalkan akad salam kedua tidak bergantung
pada akad pertama yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak bergantung pada
akad antara pembeli dan penjual. Dalam hal ini, akad antara pemasok dan penjual
terpisah dari akad penjual dan pembeli.
Skema Salam Paralel
Prosedur skema salam paralel kurang lebih sama dengan skema salam, hanya saja
ada pihak ketig yang terlibat.
3. Sumber Hukum Akad Salam
a. Al-Quran
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan benar…”
(QS. 2:282)
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu…” (QS. 5:1)
b. Al-Hadis
“Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukannya dengan takaran
yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.”
(HR. Bukhari Muslim)
8
Pembeli
1
3
2Pemasok Penjual
1a
3a
2a
Tiga hal yang di dalamnya terdpat keberkahan: jual beli secara tangguh
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)
4. Rukun dan Ketentuan Akad Salam
Rukun salam ada tiga, yaitu:
a. Pelaku, terdiri atas penjual (muslam ilaihi) dan pembeli (al muslam).
b. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (muslam fiih) dan modal salam
( ra’su maalis salam).
c. Ijab Kabul/serah terima.
Ketentuan syariah terdiri dari:
a. Pelaku adalah cakap hukum dan baligh
b. Objek akad
1) Ketentuan syariah yang terkait dengan modal salam, yaitu:
a) Modal salam harus diketahui jenis dan jumlahnya.
b) Modal salam berentuk uang tunai.
c) Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau
merupakan pelunasan piutang.
2) Ketentuan syariah barang salam
a) Barang tersebut harus dapat diidentifikasi spesifikasi dan karakteristik
yang jelas seperti kualitas, jenis, ukuran dan lain sebagainya.
b) Barang tersebut harus dapat dikuantifikasi/ditakar/ditimbang.
c) Waktu penyerahan barang harus jelas.
d) Barang tidak harus ada di tangan penjual tetapi harus ada pada waktu yang
ditentukan.
e) Apabila barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan, maka
akad menjadi rusak dan pembeli dapat memilih apakah akan menunggu
sampai barang yang dipesan tersedia atau membatalkan yang diikuti
pengembalian dana yang telah diterima penjual.
9
f) Apabila barang cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad,
maka pembeli boleh memilih untuk menerima atau menolak. Jika
menolak, maka penjual memiliki utang yang berbentuk pengembalian dana
atau menyerahkan barang sesuai dengan akad.
g) Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas lebih baik, maka enjual
tidak boleh meminta tambahan pembayaran dan hal ini dianggap sebagai
pelayanan kepuasan pelanggan.
h) Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, pembeli boleh
memilih menolak atau menerimanya. Jika menerima, pembeli tidak boleh
meminta penurunan harga.
i) Barang boleh dikirim sebelum jatuh tempo asalkan disetujui oleh kedua
belah pihak dengan syarat kualitas dan jumlah barang yang sesuai dengan
kesepakatan, dan tidak boleh menuntut penambahan harga.
j) Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak dibolehkan
secara syariah.
k) Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain. Hal ini
dibolehkan asalkan kualitas dan spesifikasinya sama walaupun dengan
sumber yang berbeda.
l) Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap sah.
Namun sebaiknya dijelaskan dalam akad.
3) Ijab Kabul
Pernyataan dan ekspresi saling rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan
cara-cara komunikasi modern.
5. Berakhirnya Akad Salam
Hal-hal yang dapat membatalkan kontrak, antara lain:
a. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.
b. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam
akad.
c. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli memilih untuk
menolak atau membatalkan akad.
10
d. Barang yang dikirim kualitasnya tidak sesuai akad tetapi pembeli
menerimanya.
e. Barang diterima.
6. Perlakuan Akuntansi (PSAK 103)
a. Akuntansi untuk pembeli
Hal-hal yang harus dicatat oleh pembeli dalam transaksi secara akuntansi :
1) Pengakuan piutang salam,piutang salam diakui pada saat modal usaha salam
dibayarkan atau dialihkan kepada penjual.Modal usaha salam disajikan
sebagai piutang salam.
2) Pengukuran modal usaha salam
Modal salam dalam bentuk kas di ukur sebesar jumlah yang dibayarkan
Jurnal :
Dr.Piutang salam xxx
Kr.kas xxx
Modal usaha salam dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai
wajar,selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat modal usaha non kas yang
diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan
modal usaha tersebut.
a) Pencatatan apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat
Jurnal :
Dr. Piutang Salam xxx
Dr.Kerugian xxx
Kr.Aset non kas xxx
b) Pencatatan apabila nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat
Jurnal :
Dr.Piutang Salam xxx
Kr.Aset non kas xxx
Kr.keuntungan xxx
11
3) Penerimaan barang pesanan
a) Jika barang pesanan sesuai dengan akad,maka dinilai sesuai dengan nilai
yang disepakati.
Jurnal :
Dr.Aset salam xxx
Kr.Piutang salam xxx
b) Jika barang pesanan berbeda kualitasnya.
Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih
tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad,maka
barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai akad.
Jurnal :
Dr.Aset Salam xxx
Kr.piutang salam xxx
Jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari
nlai barang pesanan yang tercantum dalam akad,maka barang pesanan
yang diterima diukur sesuai dengan nilai wajar pada saat diterima dan
selisihnya diakui sebagai kerugian.
Jurnal :
Dr.Persediaan-Aset Salam(diukur pada nilai wajar) xxx
Dr.kerugian Salam xxx
Kr.Piutang Salam xxx
c) Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada
tanggal jatuh tempo pengiriman,maka:
Jika tanggal pengiriman diperpanjang,maka nilai tercatat piutang salam
sebesar bagian yang belum dipenuhi sesuai dengan nilai yang
tercantum dalam akad,dan jurnal atas bagian barang pesanann yang
diterima ;
Jurnal :
Dr.Aset Salam (sebesar jumlah yang diterima) xxx
12
Kr.Piutang Salam xxx
Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya,maka piutang
salam berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual
sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi.
Jurnal :
Dr.Aset lain-lain-Piutang xxx
Kr.Piutang Salam xxx
Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli
mempunyai jaminanatas barang pesanan serta hasil penjualan
jaminantersebut lebih kecil dari nilai piutang salam,maka selisih antara
nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui
sebagai piutang kepada penjual.
Jurnal :
Dr.Kas xxx
Dr.Aset lainnya-Piutang pada penjual xxx
Kr.Piutang Salam xxx
Jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang
salam maka selisihnya menjadi hak penjual.
Jurnal :
Dr.Kas xxx
Kr.Utang Penjual xxx
Kr.Piutang Salam xxx
4) Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui sebagai bagian
dana kebajikan.
Jurnal :
Dr.Dana Kebajikan-Kas xxx
Kr.Kebajikan-Pendptan Denda xxx
Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu menyelesaikan
kewajibannya,tetapi sengaja tidak melakukannya lalai. Hal ini tidak berlaku
13
bagi penjual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena Force
majeur.
5) Penyajian
a. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang
salam
b. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat mmemenuhi
kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari
piutang salam.
c. Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai
terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi.Apabila
nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya
perolehan,maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
6) Pengungkapan
a. Besarnya modal usaha salam,baik yang dibiayai sendiri maupun yang
dibiayai secara bersama-sama dengan pihak lain.
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan
c. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No.101 tentang penyajian
laporan keuangan syariah.
b. Akuntansi untuk penjual
1) Pengakuan kewjiban salam,kewajiban salam diakui pada saat penjual
menerima modal usaha salam.Modal usaha salam yang diterima disajikan
sebagai kewajiban salam.
2) Pengukuran kewajiban salam.
a) Jika modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
diterima.
Jurnal:
Dr.Kas xxx
Kr.Utang Salam xxx
b) Jika modal usaha salam dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai
wajar.
14
Jurnal :
Dr.Aset non Kas (nilai wajar) xxx
Kr.Utang Salam xxx
3) Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat
penyerahan barang kepada pembeli.
Jurnal :
Dr.utang Salam xxx
Kr.Penjualan xxx
4) Jika Penjual melakukan transaksi salam paralel,selisih antara jumlah yang
dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui sebagai
keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan barang pesanan oleh penjual
ke pembeli akhir.
Jurnal ketika membeli persediaan:
Dr.Aset Salam xxx
Kr.Kas xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan,jika jumlah yang dibayar oleh
pembeli akhir lebih kecil dari biaya perolehan barang pesanan.
Dr.Utang Salam xxx
Dr.Kerugian Salam xxx
Kr.Aset Salam xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan,jika jumlah yang dibayar oleh
pembeli akhir lebih besar dari biaya perolehan barang pesanan.
Dr.Utang Salam xxx
Kr.Aset Salam xxx
Kr.Keuntungan Salam xxx
5) Pada akhir periode pelaporan keuangan,persediaan yang diperoleh melalui
transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih
yang dapat direalisasi.Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah
dari biaya perolehan,maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
6) Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai
kewajiban salam.
7) Pengungkapan l
15
a. Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki
hubungan istimewa
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan,dan
c. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101 tentang penyajian laporan
keuangan syariah.
7. Ilustrasi Akuntansi Akad Salam
Modal salam dalam bentuk uang tunai
Transaksi (dlm ribuan rupiah) Penjual Pembeli
1 Jan 2013
Pembeli memberikan modal salam
senilai Rp 100.000 secara tunai.
Pengiriman dilakukan setelah Tgl 31
Mar 2013/masa panen.
Kas 100.000 (D)
Utang Salam 100.000 (K)
Piutang Salam 100.000 (D)
Kas 100.000 (K)
31 Mar 2013
Barang dikirim penjual
Barang sesuai akad
Barang tidak sesuai akad
(tetapi pembeli menerima)
1. Nilainya >100.000 (asumsi nilai
barang 110.000)
2. Nilainya <100.000 (asumsi nilai
barang 95.000)
3. Jika dilakukan salam parallel
dengan membeli aset salam
harga 95.000
o Jurnal pembelian aset salam
o Jurnal penyerahan aset salam
ke pembeli
(pembeli tidak menerima)
1. Penjual diberi tambahan waktu
2. Pembeli membatalkan pesanan,
penjual melunasi
Utang Salam 100.000 (D)
Penjualan 100.000 (K)
Utang Salam 100.000 (D)
Penjualan 100.000 (K)
Utang Salam 100.000 (D)
Penjualan 100.000 (K)
Aset Salam 95.000 (D)
Kas 95.000 (K)
Utang Salam 100.000 (D)
Aset Salam 95.000(K)
Keuntungan Salam 5.000 (K)
Perubahan dilakukan secara
teknis operasional
Utang Salam 100.000 (D)
Utang lain-lain 100.000 (K)
Utang lain-lain 100.000 (D)
Aset Salam 100.000 (D)
Piutang Salam 100.000 (K)
Aset Salam 100.000 (D)
Piutang Salam 100.000 (K)
Aset Salam 95.000 (D)
Kerugian 5.000 (D)
Piutang Salam 100.000 (K)
Aset Salam 95.000 (D)
Kerugian 5.000 (D)
Piutang Salam 100.000 (K)
Perubahan dilakukan secara
teknis operasional
Piutang lain-lain 100.000 (D)
Piutang Salam 100.000 (K)
Kas 100.000 (D)
16
Kas 100.000 (K) Piutang lain-lain 100.000 (K)
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Murabahah merupakan transaksi jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Jual-beli
dengan akad murabahah memiliki perbedaann dengan akad jual-beli yang lain, yakni
penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga perolehan barang (harga
pokok) dan berapa besar keuntungan (margin) yang diinginkan penjual sehingga disini
nanti kemungkinan akan terjadinya proses penawaran yang kemudian terjadilah harga
yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Jenis akad lainnya, Salam dapat diartikan sebagai salah satu jenis akad jual beli,
dimana pembeli membayar terlebih dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan
kuantitasnya jelas sedangkan barangnya baru akan diserahkan pada saat tertentu
dikemudian hari. Akad salam dapat membantu produsen dalam penyediaan modal
sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai dengan yang telah dipesan sebelumnya.
Sebaliknya, pembeli dapat jaminan memperoleh barang tertentu, pada saat ia
membutuhkan dengan harga yang disepakatinya diawal.
B. Saran
Dengan melihat mekanisme transaksi yang dilakukan, dalam akad murabahah
transaksi antara penjual dan pembeli bersifat transparan, dalam arti penjual member tahu
seberapa besar keuntungan yang dia dapatkan kepada calon pembeli. Sedangkan dalam
akad salam, kedua belah pihak, baik penjual maupun pembeli sama-sama memperoleh
keuntungan dimana penjual dapat mendapatkan modal dan pembeli mendapat jaminan
akan barang yang dipesan. Tentunya dengan spesifikasi dan kualitas barang yang jelas
dan telah disepakati pada saat akad. Kami menyarankan, transaksi jual beli baik akad
murabahah dan salam untuk diterapkan pada saat melakukan pembelian barang. Jika
transaksi jual-beli akad ini diterapkan, maka berbagai kemungkinan kerugian atas
transaksi yang dilakukan bisa dikurangi melihat dengan kelebihan secara ekonomis yang
bisa didapatkan baik penjual maupun pembeli.
18
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati Sri,Wasilah.2009.Akuntansi Syariah Di Indonesia.Jakarta : Salemba Empat.
19