21
GANGGUAN KECEMASAN 1. Definisi Kecemasan Anxietas atau kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman dan ketakutan yang tidak menyenangkan (Davisin, Neale, & Kring,2004). Kecemasan merupakan respons normal yang seringkali muncul pada situasi yang tidak dikenal, tidak menentu, atau dianggap berbahaya (Barraclough, 1999). Kecemasan dapat didefinisikan sebagai suatu emosi yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas secara otonom, secara khusus aktivasi pada sistem syaraf sympathetic (seperti meningkatnya detak jantung, tekanan darah, pernafasan, dan tegangan otot), perasaan subyektif terhadap tekanan, dan kognisi yang meliputi ketakutan dan kekhawatiran (Kowalski, 2000). Menurut Barraclouh (1999), kecemasan seringkali diikuti oleh gejala mental (psikologis) dan gejala fisik (somatis). Pada umumnya, gejala mental mudah dikenali, seperti khawatir, mudah merasa terganggu (irritability), gelisah (restlessness), insomnia, ataumimpi buruk. Sedangkan, gejala fisik tampak pada pernafasan menjadi lebih cepat, aktivitas berlebih pada sistem syaraf otonom, atau tegangan otot, jantung berdebar-debar, berkeringat, sakit 1

makalah abnor(kecemasan)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: makalah abnor(kecemasan)

GANGGUAN KECEMASAN

1. Definisi Kecemasan

Anxietas atau kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang

mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Kecemasan merupakan

perasaan tidak nyaman dan ketakutan yang tidak menyenangkan (Davisin, Neale, &

Kring,2004).

Kecemasan merupakan respons normal yang seringkali muncul pada situasi yang

tidak dikenal, tidak menentu, atau dianggap berbahaya (Barraclough, 1999).

Kecemasan dapat didefinisikan sebagai suatu emosi yang ditandai dengan

meningkatnya aktivitas secara otonom, secara khusus aktivasi pada sistem syaraf

sympathetic (seperti meningkatnya detak jantung, tekanan darah, pernafasan, dan

tegangan otot), perasaan subyektif terhadap tekanan, dan kognisi yang meliputi

ketakutan dan kekhawatiran (Kowalski, 2000).

Menurut Barraclouh (1999), kecemasan seringkali diikuti oleh gejala mental

(psikologis) dan gejala fisik (somatis). Pada umumnya, gejala mental mudah dikenali,

seperti khawatir, mudah merasa terganggu (irritability), gelisah (restlessness),

insomnia, ataumimpi buruk. Sedangkan, gejala fisik tampak pada pernafasan menjadi

lebih cepat, aktivitas berlebih pada sistem syaraf otonom, atau tegangan otot, jantung

berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, terdapat gumpalan pada tenggorokan yang

menyebabkan kesulitan dalam menelan, pusing, sakit perut, dan diare.

Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena

dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar

tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).

Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah,

ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang

tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).

1

Page 2: makalah abnor(kecemasan)

Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang

disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktifitas sistem syaraf

otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan

sering kali merupakan suatu emosi yang normal (Kusuma W, 1997)

.

Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui,

internal, samar-samar atau konfliktual (Kaplan, Sadock, 1997).

Kecemasan adalah keadaan yang beroeriantasi pada masa yang akan datang, yang ditandai

dengan efak negative, dimana seseorang memfokuskan diri pada kemungkinan datangnya

bahauya atau kemalangan yang tidak dikontrol. Biasanya rasa cemas ini terjadi pada saat

adanya kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal. Bahkan

kecemasan ini perlu dimiliki oleh manusia. Apabila kecemasan itu berlebihan akan berubah

menjadi abnormal, ketika kecemasan yang ada dalam diri individu menjadi berlebihan atau

melebihi dari kapasitas umumnya.

Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa dikatakan mengalami gangguan

kecemasan yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional. Seseorang dikatakan

menderita anxiety disorder apabila kecemasan atau anxietas ini mengganggu aktivitas dalam

kehidupan dari diri individu tersebut. salah satunya terganggunya fungsi sosial dalam diri

individu. Misalnya, kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri seseorang untuk

menjalin hubungan akrab antar individu maupun kelompoknya.

Teori- toeri Kecemasan

Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Stres dapat

didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan yang mencetuskan

cemas. Hasilnya adalah bekerja untuk melegakan tingkah laku (Rawlins, at al, 1993). Stress

dapat berbentuk psikologis, sosial atau fisik. Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap

kemungkinan faktor etiologi dalam pengembangan kecemasan. Teori-teori tersebut adalah

sebagai berikut :

2

Page 3: makalah abnor(kecemasan)

a. Teori Psikodinamik

Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis yang

tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk mengambil aksi penurunan

cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi.

Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat tinggi.

Mekanisme pertahanan diri dialami sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah laku

ritualistik. Konsep psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan bahwa kecemasan

timbul pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali. Saat

itu dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu memberikan respon terhadap

kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah kecemasan pertama. Kecemasan berikutnya muncul

apabila ada suatu keinginan dari Id untuk menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat

restu dari super ego, maka terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin

pelepasan dan sangsi dari super ego lahirlah kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut

ditekan dalam alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu,

sering tidak realistik dan dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke permukaan melalui

tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego menurun, desakan Id meningkat dan adanya stress

psikososial, maka lahirlah kecemasan-kecemasan berikutnya (Prawirohusodo, 1988).

b. Teori Perilaku

Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus khusus

(fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk stimulus yang

penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan mengganggu

kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan.

c. Teori Interpersonal

Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar individu,

sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga.

d Teori Keluarga

Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya konflik

dalam keluarga.

e. Teori Biologik

Beberapa kasus kecemasan (5 - 42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis

(Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak

oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder (Rockwell cit stuart &

sundeens, 1998).

Klasifikasi Tingkat Kecemasan

3

Page 4: makalah abnor(kecemasan)

Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Townsend, 1996).

a) Kecemasan ringan; Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan

lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan,

iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi

meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.

b) Kecemasan sedang;  Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang

penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang

selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada

tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan

meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan

persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi

menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah

ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis.

c) Kecemasan berat;  Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan

kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik,

serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak

pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul

pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur

(insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar

secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan

kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.

d) Panik;  Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami

kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun

dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah

bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat

berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi

dan delusi.

2. Tipe-tipe Gangguan Kecemasan

4

Page 5: makalah abnor(kecemasan)

Gangguan kecemasan, bersama-sama dengan gangguan disosiatif dan gangguan

somatoform, diklasifikasikan sebagai neurosis hampir di sepanjang abad ke-19. Neurosis

dilihat sebagai suatu penyakit pada sistem syaraf. Pada awal abad ke-20, asumsi Cullen

yang bersifat organik digantikan oleh pandangan psikodinamika dari Sigmund Freud.

Freud mengatakan bahwa tingkah laku neurotik terjadi karena adanya ancaman bahwa

ide-ide pembangkit kecemasan yang tidak dapat diterima kan muncul ke dalam alam

sadar. Konsep Freud sangat luas diterima awal tahun 1990-an sehingga menjadi dasar

untuk sistem pengklasifikasian yang ditentukan dalam dua edisi pertama dari Diagnostic

and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM).

Versi DSM yang sekarang, DSM IV, mengakui spesifik dari gangguan-gangguan

kecemasan sebagai berikut : gangguan panik; gangguan fobia, seperti fobia spesifik, fobia

sosial, agorafobia; gangguan kecemasan menyeluruh; gangguan obsesif-kompulsif; serta

gangguan stres akut dan gangguan stres pasca trauma.

a. Gangguan panik

Gangguan pamik mencakup munculnya serangan panik yang berulang dan tidak

terduga. Serangan-serangan panik melibatkan reaksi kecemasan yang intens disertai

dengan simtom-simtom fisik seperti jantung berdebar-debar; nafas cepat, nafas tersengal,

atau kesulitan bernafas; berkeringat banyak; dan rasa lemas serta pusing tujuh keliling

(Glass,2000).

Serangan panik terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncak intensitas dalam 10

sampai 15 menit (USDHHS, 1999a). Serangan biasanya berlangsung selama beberapa

menit, tetapi dapat berlanjut sampai berjam-jam, dan diasosiasikan dengan dorongan

yang kuat untuk melarikan diri dari situasi dimana serangan itu terjadi.

Suatu diagnosis gangguan panik didasarkan pada kriteria :

Mengalamai serangan panik secara berulang dan tak terduga (sedikitnya dua kali)

Sedikitnya satu dari serangan tersebut diikuti oleh paling tidak satu bulan rasa takut

yang persisten akan adanya serangan berikutnya, atau rasa cemas akan implikasi

atau konsekuensi dari serangan (misalnya, takut kehingan akal atau “menjadi

gila”atau menderita serangan jantung), atau perubahan tingkah laku yang signifikan

(misalnya menolak meninggalkan rumah atau keluar ke masyarakat karena takut

mendapat serangan lagi).

5

Page 6: makalah abnor(kecemasan)

b. Gangguan Kecemasan menyeluruh

Gangguan kecemasan menyeluruh (Generalized anxiety disorder/GAD), ditandai

oleh perasaan cemas yang persisten yang tidak dipicu oleh suatu objek, situasi, atau

aktivitas yang spesifik, tetapi lebih merupakan apa yang disebut oleh Sigmund Freud

sebagai “mengambang aktivitas”. Ciri utama dari GAD adala rasa cemas (Ruscio,

Berkovec, & Ruscio, 2001). Orang dengan GAD adalah pencemas yang kronis. Mungkin

mereka mencemaskan secara berlebihan keadaan hidup mereka, seperti keuangan,

kesejahteraan anak-anak, dan hubungan sosial mereka. Ciri lain yang terkait adalah :

merasa tegang, waswas, atau khawatir; mudah lelah; mengalami kesulitan berkonsentrasi

atau menemukan bahwa pikirannya menjadi kosong; iritabilitas, ketegangan otot; dan

adanya gangguan tidur, seperti sulit untuk tidur, untuk terus tidur, atau tudur yang gelisah

dan tidak memuaskan (APA,2000). GAD cenderung merupakan suatu gangguan yang

stabil, muncul pada pertengahan remaja sampai pertengahan umur 20-an dan kemudian

berlangsung sepanjang hidup (Rapee, 1991).

c. Gangguan Fobia

Kata fobia berasal dari kata Yunani phobos, berarti “takut.” Konsep takut dan cemas

bertautan erat.Takut adalah perasaan cemas dari agitasi sebagai respons terhadap suatu

ancaman. Gangguan fobia adalah rasa takut yang persisten terhadap objek atau situasi

dan rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamannya. Hal yang aneh tentang fobia

adalah biasanya melibatkan ketakutan terhadap peristiwa yang bias dalam hidup, bukan

yang luar biasa. Tipe fobia yang berbeda biasanya muncul pada usia yang berbeda-beda

pula. Usia kemunculannya seperti merefleksikan tahap perkembangan kognitif dan

pengalaman hidup.

Ada tiga tipe fobia yang diklasifikasikan dalam sistem DSM : fobia spesifik, fobia

sosial, dan agorafobia.

6

Page 7: makalah abnor(kecemasan)

Fobia pesifik

Fobia spesifik adalah ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek atau

situasi spesifik, seperti ketakutan terhadap ketinggian (acrophobia), takut terhadap

tempat tertutup (claustrophobia), atau ketakutan terhadap binatang-binatang kecil. Orang

mengalami tingkat ketakutan dan reaksi fisiologis yang meninggi bila bertemu dengan

objek fobia, yang menimbulkan dorongan kuat untuk menghindar atau melarikan diri

dari situasi atau menghindari stimulus yang ditakutkan.

Untuk sampai pada taraf gangguan psikologis, fobia tersebut harus secara signifikan

mempengaruhi gaya hidup atau berfungsinya seseorang, atau menyebabkan distres yang

signifikan.

Fobia Sosial

Orang-orang dengan fobia sosial mempunyai ketakutan yang intens terhadap situasi

sosial sehinggamereka mungkinsama sekali menghindarinya, atau menghadapinya tetapi

dengan distres yang sangat besar. Fobia sosial yang mendasar adalah ketakutan

berlebihan terhadap evaluasi negatis dari orang lain. Orang-orang dengan fobia sosial

takut untuk melakukan atau mengatakan sesuatu yang memalukan yang akan membuat

dirinya merasa hina. Mungkin mereka merasa seakan-akan seribua pasang mata sedang

memeriksa dengan teliti setiap gerak yang mereka lakukan.

Demam panggung dan kecemasan berbicara adalah tipe fobia sosial yang umum.

Fobia sosial dapat mempunyai pengruh besar pada fungsi sehari-hari dan kualitas hidup

seseorang (Leibowitz dkk., 2000; Olsfon dkk., 2000; Stein & Kean, 2000). Fobia sosial

tipikal bermula pada masa kanak-kanak atau remaja seringkali diasosiasikan dengan

riwayat rasa malu (USDHHS, 1999a). Orang-orang dengan fobia sosial umumnya

melaporkan bahwa mereka pemalu semasa kanak-kanak (Stemberger dkk., 1995).

Agorafobia

Kata agorafobia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “takut kepada pasar,” yang

sugestif untuk ketakutan berada ditempat-tempat terbuka dan ramai. Orang –orang

dengan agorafobia takut untuk pergi berbelanja di toko-toko yang penuh sesak; berjalan

di jalan yang ramai; menyeberangi jembatan; naik bus, kereta api, atau mobil; makan di

rumah makan; atau keluar dari rumah. Mereka mengatur hidupnya sedemikian rupa

sedemikian rupa sehingga dapat menghindari pemaparan terhadap situasi-situasi yang

menakutkan dan pada beberapa kasus menjadi terikat dirumah selama berbulan-bulan

bahkan bertahun-tahun, sampai-sampai tidak mampu keluar untuk mengeposkan surat.

Orang-orang dengan agorafobia yang tidak mempunya riwayat gangguan panik dapat

7

Page 8: makalah abnor(kecemasan)

mengalami sedikit simtom panik, seperti pusing yang menghalangi mereka untuk

melangkah keluar dari tempat-tempat dimana mereka merasa aman dan tidak terancam.

d. Gangguan Obsesif-Kompulsif

Suatu obsesi adalah pikiran, ide, atau dorongan yang intrusif dan berulang dan

sepertinya berada di luar kemampuan seseorang untuk mengendalikannya. Obsesi dapat

menjadi sangat kuat dan persisten sehingga menganggu kehidupan sehari-hari dan

menimbulkan distres serta kecemasan yang signifikan.

Suatu kompulsi adalah tingkah laku yang repetitif (seperti mencuci tangan atau

memeriksa kunci pintu atau gembok) atau tindakan mental repetitif (seperti berdoa,

mengulang kata-kata tertentu, atau menghitung) yang dirasakan oleh seseorang sebagai

suatu keharusan atau dorongan yang harus dilakukan (APA,2000). Kompulsi seringkali

terjadi sebagai jawaban terhadap pikiran obsesif dan muncul dengan cukup sering serta

kuat sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distres yang

signifikan. Kebanyakan kompulsi jatuh kedalam dua kategori; ritual pengecekan

(checking), dan ritual bersih-bersih (cleaning). Ritual bisa menjadi titik pusat kehidupan.

Kompulsi sering menyertai obsesi dan sepertinya memberi sedikit kelegaan untuk

kecemasan yang ditimbulkan oleh pikiran-pikiran obsesif.

Batas antara obsesi dengan keyakinan yang amat salah tetapi dipegang teguh dan

biasanya diberi label delusi, dan ditemukan pada skizofrenia, kadang-kadang tidaklah

jelas. Obsesi, misalnya keyakinan bahwa dia mengontaminasi orang lain, seperti halnya

delusi, dapat sangat tidak tergoyahkan. Meskipun orang dengan gangguan obsesif-

kompulsif mempunyai keyakina tak tergoyahkan, pada suatu saat ada pula perasaan

ketidakpastian mengenai obsesi atau kompulsinya itu (Foa & Kozak, 1995), dan mereka

akhirnya akan mengakui bahwa keprihatinan mereka itu tidak punya dasar atau

berlebihan. Delusi yang benar-benar delusi tidak mungkin bisa tergoyahkan. Anak-anak

dengan gangguan obsesif-kompulsif mungkin tidak mengenali bahwa keprihatinan

mereka itu tak punya dasar.

e. Gangguan Stres Akut dan Gangguan Stres Pascatrauma

Gangguan stres akut (Acute stress disorder/ASD) adalah suatu reaksi maladaptif

yang terjadi pada bulan pertama sesudah pengalaman traumatis. Gangguan stres

8

Page 9: makalah abnor(kecemasan)

pascatrauma (Posttraumatic stress disorder/PTSD) adalah reaksi maladaptif yang

berkelanjutan terhadap suatu pengalaman traumatis. ASD adalah faktor risiko mayor

untuk PTSD, karena banyak orang dengan ASD yang kemudian mengembangkan PTSD

(Harvey & Bryant, 1999), 2000; Sharp & Harvey, 2001). Berlawanan dengan ASD,

PTSD kemungkinan berlangsung berbulan-bulan, bertahun-tahun, atau sampai beberapa

dekade dan mungkin baru muncul setelah beberapa bulan atau tahun setelah adanya

pemaparan terhadap peristiwa traumatis (Zlotnick dkk., 2001).

Kedua tipe gangguan stres ini terdapat pada tentara-tentara di meddan perang,

korban perkosaan, korban kecelakaan kendaraan bermotor atau kecelakaan lainnya, dan

orang-orang yang telah menjadi saksi dari hancurnya rumah-rumah dan lingkungan

hidup mereka oleh bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tornado, atau bencana

teknologis seperti tabrakan kereta api atau kecelakaan pesawat terbang.

Ciri-ciri Reaksi stres traumatis

ASD dan PTSD mempunyai banyak ciri dan simtom yang sama (Bryant, 2001).

Beberapa ciri yang sama adalah mengalami kembali peristiwa traumatis; menghindari

petunjuk atau stimuli yang diasosiasikan dengan peristiwa tersebut; mati rasa dalam

responsivitas secara umum atau dalam segi emosional; mudah sekali terangsang;

gangguan fungsi atau distres emosional yang penting. Perbedaan utama antara gangguan

tersebut adalah pada ASD penekanannya ada pada disosiasiperasaan asing terhadap diri

sendiri atau terhadap lingkungannya (Bryant, 2001; USDHHS, 1999a).

Faktor-faktor biologis dalam gangguan kecemasan

1. Faktor-faktor genetis

Faktor-faktor genetis mempunyai peran penting dalam perkembangan gangguan-

gangguan kecemasan termasuk gangguan panik, gangguan kecemasan menyeluruh,

gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan-gangguan fobia (APA, 2000 :

Gorman,dkk, 2000, Hettema, Neale & Kendler, 2001). Peneliti juga mengaitkan suatu

gen dengan neurotisisme, suatu trait kepribadian. Trait neurotisisme mempunyai ciri

kecemasan suatu perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan kecenderungan

untuk menghindari stimulus.

2. Neurotransmiter

9

Page 10: makalah abnor(kecemasan)

Sejumlah neurotransmiter berpengaruh pada reaksi kecemasan termasuk

gammaaminobutryic acid (GABA). GABA adalah neurotransmiter yang inhibitori

yang berarti meredakan aktivitas berlebih dari sistem syaraf dan membantu untuk

meredam respon stres. Aksi GABA yang kurang adekuat dapat meningkatkan

keadaan kecemasan. Dalam penelitian menunjukkan orang dengan gangguan panik

memiliki taraf GABA yang lebih rendah di beberapa bagian otak (Godda rd,dkk,

2001).

3. Aspek-aspek biokimia pada gangguan panik

Komponen fisik yang kuat pada gangguan panik telah membawa beberapa teoritikus

untuk berspekulasi bahwa serangan-serangan panik mempunya dasar biologis,

kemungkinan melibatkan sistem alarm yang disfungsional di otak (Glas, 2000).

Psikiater Donald Klen (1994) mempunyai pendapat bahwa kerusakan dalam sistem

alarm respiratori otak menyebabkan individu yang mudah panik cenderung

menunjukkan reaksi tubuh yang berlebihan terhadap sinyal-sinyal kekurangan udara

yang mungkin terjadi karena ada sedikit perubahan pada taraf CO2 dalam darah.

4. Aspek-aspek biologis dari gangguan obsesif-kompulsif.

Model biologi lain yang akhir-akhir ini mendapatkan perhatian mengatakan bahwa

gangguan obsesif-kompulsif dapat melibatkan keterangsangan yang meningggi dari

apa yang disebut sebagai sirkuit cemas, suatu jaringan neural di otak yang ikut serta

dalam memberi sinyal bahaya. Sirkuit cemas ini menginkorporasi bagian-bagian dari

sistem limbik suatu set dari struktur yang terletak di bawah korteks cerebral yang

memegang peranan kunci dalam formasi memori dan pemrosesan respon emosional.

Aspek kompulsif dari OCD kemungkinan melibatkan gangguan pada sirkuit otak

yang biasanya menekan tingkah laku repetitif seperti mereka terpaku pada suatu

keadaan (Leucani, dkk, 2001).

Lobus frontal mengatur pusat-pusat otak di otak bagian bawah yang mengendalikan

gerakan tubuh. Suatu studi FMRI baru-bari ini menunjukkan pola aktivitas abnormal

pada bagian-bagian tertentu dari lobus frontal pada pasien-pasien OCD, mungkin

disrupsi pada jalan neuron ini yang menjelaskan kegagalan orang dengan tingkah laku

kompulsif untuk menghambat tingkah lakunya.

PENANGANAN GANGGUAN KECEMASAN

Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan

penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama

10

Page 11: makalah abnor(kecemasan)

mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber kecemasan

mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan:

1. Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika

Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan

kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi.

Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari

konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari

menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat memberi

perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga

dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang

berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka

mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.

2. Pendekatan-Pendekatan Humanistik

Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri

kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorang

yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu terapis-

terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan mengekspresikan bakat-

bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi

bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi

dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-

kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.

3. Pendekatan-Pendekatan Biologis

Pendekatan ini biasanya menggunkan variasi obat- obatan untuk mengobati gangguan

kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine, valium dan Xanax. Meskipun

benzodiazepine mempunyai efek menenangkan tatapi mengakibatkan depansi fisik adiksi

(USDHHSS,1999a) . orang- orang yang tergantung kedapanya dapat mengalami serangkaian

sintom putus zat bila mereka berhenti menggunakannya dengan tiba- tiba. Obat antidepresi

mempunyai efek antikecemasan dan anti panik selain jiga mempunyai efek anti depresi

4. Pendekatan-Pendekatan Belajar

11

Page 12: makalah abnor(kecemasan)

Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak

dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu

individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya

kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar,

diantaranya:

a. Pemaparan Gradual

Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan

setapak demi setapak atau (stepwise) dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik.

Efektifitas terapi pemaparan ( exposure therapy) sudah sangat terbukti, membuat terapi ini

sebagai terapi pilihan untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak

dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang

agorafobik kepada situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah

kesuksesan individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat

tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan

dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama. Cara Menanggulangi

ataupun cara membantu memperkecil kecemasan:

b. Rekonstruksi Pikiran

Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya.

biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.

c. Flooding

Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut

dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk

menghadapinya sendiri.

d. Terapi Kognitif

Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif,

terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-

kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan

12

Page 13: makalah abnor(kecemasan)

kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah menghilangkan

kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif berusaha mengoreksi

keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkin

berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakap

dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidup

mereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran

mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh

tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klien

mencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar

menghadapi situasi pembangkit kecemasan.

e. Terapi Kognitif Behavioral (CBT)

Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik

kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapat

dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma,

gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik.

Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada pemaparan

dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu menghadapi sendiri

situasi tersebut.

13