21
MAKALAH BIOGRAFI IBNU TAIMIYAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Kelompok Mata Kuliah Kemathla’ul Anwaran Disusun oleh : 1) Siti Munjiah 2) Nanah Rukanah PROGRAM STUDI DIKSATRASIADA i

Makalah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Fiqih

Citation preview

Page 1: Makalah

MAKALAH

BIOGRAFI IBNU TAIMIYAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Kelompok Mata Kuliah Kemathla’ul

Anwaran

Disusun oleh :

1) Siti Munjiah

2) Nanah Rukanah

PROGRAM STUDI DIKSATRASIADAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR BANTEN2012/2013

i

Page 2: Makalah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………….. i

DAFTAR ISI ………………………………………………......... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………..…………………………………. 1

B. Rumusan Masalah ………..……………………………… 1

C. Tujuan Penulisan …………………………………………. 2

D. Metode Penulisan …………………………………… 2

BABA II PEMBAHASAN

A. Biografi Ibnu Taimiyah ………………………………… 3

B. Pemikiran Ibnu Taimiyah ………………………………… 4

BAB III PENUTUP

A Kesimpulan………………………………………………….. 11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………... 12

ii

Page 3: Makalah

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Biografi Ibnu Taimiyah” tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini penulis wujudkan sebagai tindak lanjut atas tugas mata

kuliah Kemathla’ul Anwaran . Di samping itu, makalah ini juga direalisasikan

sebagai upaya penulis mengaplikasikan segenap kemampuan mengenai Ibnu

Taimiyah

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam

kepada Dosen Mata Kuliah Kemathla’ul Anwaran, karena senantiasa memberikan

inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk selalu bersemangat menggeluti jam demi

jam perkuliahan Kemathla’ul Anwaran, baik di dalam maupun di luar kelas.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada rekan-

rekan mahasiswa yang telah berkontribusi positif terhadap persiapan dan

pengerjaan makalah sederhana ini.

Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi

isi maupun penyusunannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat kontruktif dari segenap pembaca. Semoga makalah ini

bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi sivitas akademika Universitas

Mathla’ul Anwar.

Pandeglang, Januari 2013

Penyusun

iii

Page 4: Makalah

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Ibn Taimiyah adalah ahli fikih mazhab Hambali. Pengaruh pemikirannya

sangat besar terhadap gerakan Wahhabi, dakwah gerakan Sanusi, dan kelompok-

kelompok agama yang ekstrem yang ada di dunia Islam saat ini.

Dalam sejarah panjang pemikiran Islam, ada banyak “kata” yang

seringkali dianggap saling berbenturan dan membentuk sebuah efek paradoksal.

“Kata” itu bisa saja mewakili sebuah kelompok pemikiran (firqah), seorang tokoh,

atau juga sebuah pemikiran tertentu.

Dalam pandangan sebagian kalangan, kedua kata ini –Ibnu Taimiyah dan

Tasawuf- dipandang sebagai dua unsur yang tak mungkin bersatu. Ini tentu tidak

mengherankan, sebab Ibnu Taimiyah telah lama dianggap sebagai salah satu tokoh

yang membenci, memusuhi, dan melontarkan kritik-kritik tajamnya terhadap

Tasawuf. Pandangan ini tentu saja semakin menyempurnakan gambaran

kekerasan pada tokoh yang satu ini. Sehingga –bagi mereka yang tidak memahami

dengan baik- setiap kali mendengarkan kata “Ibnu Taimiyah”, maka opini

dan imageyang tercipta adalah kekerasan, kekejaman, permusuhan, dan yang

semacamnya.

Hal-hal itulah diantaranya yang menjadi alasan pemunculan tulisan ini.

Pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran “permusuhan” Ibnu Taimiyah dan

Tasawuf akan berusaha dijelaskan melalui tulisan ini. Tentu saja dengan merujuk

langsung pada karya-karya yang diwariskan oleh Ibnu Taimiyah untuk peradaban

manusia.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok bahasan

dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Biografi Ibnu Taimiyah?

2. Apa saja pemikiran-pemikiran Ibnu Taimiyah?

1

Page 5: Makalah

C.    Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Biografi Ibnu Taimiyah;

2. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran Ibnu Taimiyah.

D.    Metode Penulisan

Adapun metode dalam penulisan ini adalah dengan menggunakan metode

library research, yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan yang ada kaitannya

dengan permasalahan yang diangkat, kemudian menjadikannya sebuah makalah

yang ada pada pembaca saat ini.

2

Page 6: Makalah

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Biografi Ibnu Taimiyah

Nama lengkap Ibn Taimiyah adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abi Al-Halim

bin Taimiyah. Dilahirkan di Harran pada hari Senin tanggal 10 Rabiul Awwal

tahun 661 H dan meninggal di penjara pada malam senin tanggal 20 Dzul Qaidah

tahun 729 H. Kewafatannya telah menggetarkan dada seluruh penduduk

Damaskus, Syam, dan Mesir, serta kamu muslimin pada umumnya. Ayahnya

bernama Syihabuddin Abu Ahmad Abdul Halim bin Abdussalam Ibn Abdullah

bin Taimiyah, seorang Syaikh, Khatib dan hakim di kotanya.

Ibn Taimiyah terkenal sangat cerdas sehingga pada usia 17 tahun, ia telah

dipercaya masyarakat untuk memberikan pandangan-pandangan mengenai

masalah hukum secara resmi. Para ulama yang merasa sangat risau oleh serangan-

serangannya serta iti hati terhadap kedudukannya di Istana Gubernur Damaskus,

telah menjadikan pemikiran-pemikiran Ibn Taimiyah sebagai landasan untuk

menyerangnya. Dikatakan oleh lawan-lawannya, bahwa pemikiran Ibn Taimiyah

sebagai klenik, antroporpisme, sehingga pada awal 1306 M Ibn Taimiyah

dipanggil ke Kairo kemudian dipenjarakan.

Masa hidup Ibn Taimiyah berbarengan dengan kondisi dunia Islam yang

sedang mengalami disintegrasi, dislokasi sosial, dan dekadensi moral dan akhlak.

Kelahirannya terjadi lima tahun setelah Bagdad dihancurkan pasukan Mongol,

Hulagu Khan. Oleh sebab itu, dalam upayanya mempersatukan umat Islam,

mengalami banyak rintangan, bahkan ia harus wafat di dalam penjara.

Lingkungan keluarga Ibnu Taimiyah sangat mendukung perkembangannya

untuk kelak menjadi seorang ulama dan pemikir Islam besar. Ayahnya, Syihab al-

Din ‘Abd al-Halim adalah seorang ahli hadits dan fakih madzhab Hanbaly yang

memiliki jadwal mengajar di Mesjid Jami ‘Umawy. Ia juga kemudian menjabat

sebagai kepala para ulama (masyikhah) di Dar al-Hadits al-Sukriyah. Sang ayah

ini kemudian meninggal saat Ibnu Taimiyah berusia 21 tahun, tepatnya di tahun

682 H.

3

Page 7: Makalah

Di samping hal itu, ada beberapa faktor lain yang juga dapat disimpulkan

sebagai penyebab kecemerlangan pemikiran Ibnu Taimiyah di kemudian hari.

Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan hafalan dan pemahamannya yang luar biasa. Di usia yang

masih sangat kecil ia berhasil menyelesaikan hafalan al-Qur’annya.

Setelah itu, ia pun mulai belajar menulis dan hisab. Kemudian membaca

berbagai kitab tafsir, fikih, hadits dan bahasa secara mendalam. Semua

ilmu itu berhasil dikuasainya sebelum ia berusia 20 tahun.

2. Kesiapan pribadinya untuk terus meneliti. Ia dikenal tidak pernah lelah

untuk belajar dan meneliti. Dan itu sepanjang hidupnya, bahkan ketika ia

harus berada dalam penjara. Mungkin itu pulalah yang menyebabkan ia

tidak lagi sempat untuk menikah hingga akhir hayatnya.

3. Kemerdekaan pikirannya yang tidak terikat pada madzhab atau

pandangan tertentu. Baginya dalil adalah pegangannya dalam berfatwa.

Karena itu ia juga menyerukan terbukanya pintu ijtihad, dan bahwa

setiap orang –siapapun ia- dapat diterima atau ditolak pendapatnya

kecuali Rasulullah saw. Itulah sebabnya ia menegaskan, “Tidak ada

seorang pun yang mengatakan bahwa kebenaran itu terbatas dalam

madzhab Imam yang empat.”

B.     Pemikiran Ibnu Taimiyah

1.     Ibnu Taimiyah dan Tasawuf

Sering kita mendengar bahwa Ibnu Taimiyah itu anti tasawuf dan

penentang sufi, padahal kalau diperhatikan dari sikap dan pandangannya dia

adalah seorang sufi dan pengikut ajaran tasawuf suni (yang sesuai dengan Al-

Qur’an dan Sunah), meskipun ia tidak mengistilahkan ajaran tasawuf dengan

istilah tersebut. Istilah yang sering dipakai oleh Ibnu Taimiyah adalah istilah

suluk, akan tetapi substansinya adalah apa yang ada pada ajaran tasawuf.

Suluk menurut Ibnu Taimiyah merupakan kewajiban setiap mukmin,

seperti yang diungkapkannya dalam kitab Fatawanya. “Suluk adalah jalan yang

diperintahkan oleh Allah dan Rasulnya berupa itikad, Ibadah dan Akhlak. Semua

4

Page 8: Makalah

ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Sunah, dan suluk ini kedudukannya

seperti makanan yang menjadi keharusan seorang mukmin”.

Diantara kata-kata Ibnu Taimiyah mengenai tasawuf adalah “amal-amal

hati yang diberi nama maqâmât dan ahwâl seperti: cinta kepada Allah dan

Rasulnya, tawakal, Ikhlas, sabar, syukur, khauf dan semacamnya adalah

kewajiban setiap maklhuk, baik kaumkhâs atapun orang-orang awam”.

Kesufian Ibnu Taimiyah tidak hanya terbukti dari keilmuannya saja akan

tetapi perbuatan dan sikapnya telah membuktikan akan semua ini. Adz-Dzahabi

pernah bercerita bahwa dia tidak pernah menemukan orang yang banyak berdoa

dan bertawajuh kepada Allah melebihi Ibnu Taimiyah.

Ibnu Qoyyim dalam kitabnya Madarus Salikin banyak bercerita tentang

Ibnu Taimiyah dalam kerohanian (baca: Tasawuf). Dalam kitab Kawakibud

Duriyah bahwa Ibnu Taimiyah pada malam hari sering menyepikan diri dari

manusia, dia hanya sibuk dengan tuhannya, banyak bermunajat dan membaca Al-

Qur’an.

Sedang ke zuhudan dan ketawaduan Ibnu Taimiyah adalah tauladan yang

baik, dalah hal ini terbukti dengan kata-katanya, “Aku tidak punya apa-apa, dariku

tak ada apa-apa dan padaku tak ada apa-apa”.

Itulah pribadi Ibnu Taimiyah dalam suluk dan kerohaniannya, cukuplah

kiranya Ibnu al-Qayyim dan karyanya Madarus Salikin sebagai bukti tarbiah Ibnu

Taimiyah dalam konteks kesufian.

Tidak hanya itu, Ibn Taimiyah dan murid-muridnya sangat mempercayai

adanya karamah para wali. Di sini Baduruddin al-Aini berkata tentang Ibnu

taimiyah, “Di samping kemuliaan dan ketinggian Ilmunya, beliau (ibnu Taimiyah)

juga mempunyai karamah yang tidak diragukan lagi seperti yang ku dengar dari

banyak orang”.

Ibnul Qayyim juga banyak bercerita tentang firasat (mukasyafah) Ibnu

Taimiyah dalam kitabnya, “Aku telah menyaksikan firasat Syaikhul Islam dari

hal-hal yang menabjubkan. Sedang hal yang tidak kusaksikan tentu lebih banyak

dan lebih agung”.

5

Page 9: Makalah

Dengan demikian tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Ibnu

Taimiyah dan kelompoknya anti ajaran Tasawwuf. Adapun kepercayaan-

kepercayaan yang mengatas namakan sufi dan tasawwuf akan tetapi bertentangan

dengan al-Quran dan Sunnah tidak hanya Ibnu Taimiyah dan Madrasahnya yang

menentang, para sufipun juga menentangnya.

Sebagai seorang intelektual wajar kalau Ibnu taimiyah sering melontarkan

kritikan terhadap tokoh-tokoh lain, hanya saja kadang Ibnu taimiyah melampau

batas dalam pandangan dan kritikannya sehingga menjadikan dia sebagai sosok

yang kontrofersi.

2.     Kontrofersi pemikiran Ibnu Taimiyah.

Pemikiran Ibnu taimiyah sering menjadi ajang polemik di kalangan para

Ulama, sejak zaman Ibnu Taimiyah sendiri, dan gara-gara itu dia sering keluar

masuk penjara, terutama mengenai masalah-masalah Akidah dan Fiqih.

Keberanian Ibnu Taimiah ini tidak hanya berbeda dengan para ulama di

zamannya, namun Ibnu Taimiyah juga sering menyalahi Ijma`. Itulah yang

membuat ulama di zamnnya geram pada Ibnu Taimiah.

Pemikiran pertama yang menjadi kontrofersi terjadi pada tahun 698 H. Hal

itu gara-gara satu fatwa yang dikenal dengan masalah hamawiah. Fatwa ini

membuat Qadhi waktu itu turun tangan, yaitu Imamauddin al-Quzwaini. Qadhi itu

memberi fatwa “Barang siapa yang mengambil pendapatnya Ibnu taimiah maka

dia akan dita`zir.” Pada tahun 705 Ibnu Taimiah kembali membikin heboh yang

membuat dirinya kembali masuk penjara, dan pada tahun 709 dia dipindahkan ke

Iskandariah, di sanapaun dia jaga mengeluarkan fatwa-fatwa aneh yang

dipermasalahkan oleh ulama setempat.

Begitulah seterusnya Ibnu taimiiyah, dia terus keluar masuk penjara baik

ketika dia di Syam atau di Mesir. Dalam beberapa kasus, Ibnu Taimiyah terkesan

tidak konsekwen pada pendapatnya, kadang dia mengaku bermazhab Syafii, atau

bermazhab Hambali dan kadang dia juga mengaku berakidah Asyairah namun di

lain kesempatan dia juga mencaci tokoh-tokoh Asya’irah, seperti Imam Ghazali

dan yang lainnya. Tidak hanya itu, Ibnu Taimiyah juga berani lancang mencaci

sahabat Nabi.

6

Page 10: Makalah

Oleh sebab itulah, ulama dari masa ke masa senantiasa memperselisihkan

sosok dan pemikiran Ibnu Taimiyah, ada yang menganggapnya fasik, ada yang

menganggapnya mubtadi` (ahli bid’ah) dan bahkan ada yang menganggap kafir.

Tidak hanya para penentangnyya yang mengkritik Ibnu taimiyah, murid-muridnya

juga sering berbeda dan menasehatinya, seperti Ibnu Katsir dan adz-Dzahabi.

Bahkan adz-Dzahabi menulis sebuah risalah husus yang berisi nasehat-nasehat

agar Ibnu Taimiyah kembali dan bertobat. Surat ini di kenal dengan an-Nashîhah

adz-Dzahabiyah li Ibn Taimiyah.

Penentang Ibnu Taimiyah sejak zaman Ibnu Taimiyah sendiri sampai pada

saat ini terus mengalir, mulai dari kalangan fuqahamadzahabil arb’ah sampai para

ulama kalam. Sedang yang mengarang kitab yang berisi kritikan pada Ibnu

taimiyah juga sangat banyak, seperti as-Subki dan ulama-ulama setelahnya.

3.     Pemikiran kontrofersi Ibnu Taimiyah

Adapun pemikiran Ibnu Taimiyah yang dianggap bertentangan dengan

Ijma`dan mayoritas ahlu sunnah wal jamaah sangat banyak diantaranya adalah:

a) Keyakinanya tentang Zat Allah yang mempunyai jasad seperti jasadnya

makhluk, duduk seperti duduknya makhluk, bertangan, mempunyai mata

dang telinga. Bahkan Ibnu Taimiyah berkata bahwa Allah turun dari

langit sebagai mana turunnya dia dari mimbar. Mazhab ini di sebut al-

Hasyawiyah al-Mujassamah.

b) Berani mencaci Ulama dan Sahabat Nabi. Kelancangan Ibnu taimiyah ini

membuat nyawanya terancam karena telah berani mencaci Imam al-

Ghazali dan pengikut Asya`irah lainnya. Bukan hanya itu, Ibnu Taimiyah

beranggapan bahwa Imannya Sayyidina Ali tidak sah, sebab beliau

masuk Islam sebelum baligh, dan Iman sayyidina Abu Bakar juga tidak

sah karena Abu Bakar beriman dalam keadaan pikun hingga beliau tidak

mengerti apa yang di ucapkan. Imam Ali ra. menurutnya mempunyai 17

kesalahan. Dan beliau berperang karena cinta kedudukan. Sedang

sayyidina Utsman menurutnya sangat cinta dunia. Dalam kitab Durarul

Kaminah dan kitab Fatawa Ibnu Taimiyah fil-Mizan dijelaskan panjang

lebar masalah ini.

7

Page 11: Makalah

c) Inkar terhadap Majaz. Ibnu taimiyah berasumsi bahwa dirinya dengan

pemikiran itu berada dalam Manhaj salaf. Sebab sebagaimana yang telah

masyhur bahwa ulama dalam menyikapi ayat-ayat musytabihat ada dua

kelompak, kelompok pertama adalah Tafwidh (menyerahkan

penafsirannya pada Allah sendiri) mazhab ini yang diikuti oleh

kebanyakan ulama salaf. Dan kelompok kedua adalah mazhab Ta`wil

(mentafsiri ayat musytabihat sesuai dengan keesaan dan keagungan

Allah) cara ini dipakai oleh ulama khalaf.

Sedang pendapat Ibnu taimiyah dalam masalah ini berkonsekwensi pada

pemahaman yang berbahaya dalam memahami al-Quran dan nama dan

sifat Allah, sebab hanya membawa pada pengertian yang mustahil pada

zat dan sifat Allah. Adapun pendapat salaf mengenai masalah Tafwidh,

salaf tidak mau panjang lebar mengenai masalah ini, sehingga

menyerahkan urusan ini pada Allah. Beda halnya dengan Ibnu taimiyah

yang berani menafsiri Al-Quran dengan lahirnya saja, sehingga

mengakibatkan hal yang fatal.

Disamping itu keingkaran Ibnu taymiyah pada majaz dapat menimbulkan

pengertian yang salah terhadap teks Syariah, Ibnu Qayyim sendiri

sebagai murid setia Ibnu Taimiyah merasa kebingungan menyikapi

masalah ini, sebab tidak sedikit dari ulama salaf dan pengikut mazhab

Hanafi (Ibnu Taimiyah mengaku bermazhab ini) yang mempercayai

adanya majaz dalam al-Quran. Seperti Ibnu Abi Ya`la, Ibnu Agil, Ibnu

al-Khattab dan lain-lain sangat menganggap keberadaan majaz dalam al-

Quran.

Seseorang yang membaca kitab Shawaiq al-Mursalahkarya Ibnu

Qayyim, maka akan tampak kebingungannya dalam menyikapi pendapat

gurunya tersebut.

d) Ibnu Taimiyah menyalahi Ijma` ulama. Seperti pendapatnya talak waktu

haid itu tidak terjadi, masalah ta`liq talak, seorang haid boleh tawaf

tampa membayar kaffarat, kata-kata talak tiga hanya terjadi satu dan

beberapa pendapat nyeleneh lainnya. Al-hasil banyak pendapat Ibnu

8

Page 12: Makalah

taimiyah yang bertentangan dengan mayoritas ulama Ahlu sunnah wal

jamaah.

Namun begitu sumbangan Ibnu Taimiyah terhadap pemikiran Islam

tidaklah sedikit, maka sikap yang terbaik mengenai Ibnu taymiyah adalah sikap

yang disampaikan oleh Syaekh Yusuf bin Ismail an-Nabhani, “Ibnu Taimiyah

adalah seorang ulama besar yang masyhur dari salah satu umat Muhammad,

namun begitu dia tidak lepas dari kesalahan” Dalam buku yang sama an-Nabhani

juga berkata, “Ibnu taimiyah ibarat lautan besar yang berkecamuk ombak, di mana

ombak itu kadang membawa intan permata dan kadang membawa batu dan pasir

dan kadang juga melempar kotoran”.

4.     Prinsip dasar Ibn Taimiyah

a. Wahyu merupakan sumber pengetahuan agama. Penalaran dan intuisi

hanyalah sumber terbatas.

b. Kesepakatan umum pada ilmuwan yang terpercaya selama tiga abad

pertama Islam juga turut memberi pengertian tentang asas pokok Islam

disamping Al-Qur’an dan As-Sunnah.

c. Hanya Al-Qur’an dan As-Sunnah penuntun yang otentik dalam segala

persoalan. Ia membuang dan sungguh-sungguh mencela pengaruh asing

yang korup serta mencemarkan kemurnian dan kesederhanaan Islam

masa awal. Dari Ibn Taimiyah Muhammad Ibn Abdul Wahhab seorang

pemikir besar abad ke-18 dan sekolah Pembaruan al-Manar di Mesir

mendapat ilham bagi persoalan itu. Ia terang-terangan menyatakan

permusuhan dgn eksponen Muslim berfilosofi yunani. Filosofi katanya

menimbulkan kebimbangan dan menyebabkan perpecahan dalam Islam.

Ia mengkritik keras doktrin Ibn Arabi tentang Kesatuan makhluk.

Menurut pendapatnya kesimpulan Ibn arabi dalam hal ini tidak saja

bertentangan dengan ajaran Nabi tetapi juga dengan doktrin ke-Esa-an

Tuan seperti yang termaktub di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ibn

Taimiyah merupakan tokoh controversial dalam dunia Islam. Seorang

pemikir bebas yang yakin kepada keunggulan hati nurani individu dan

seorang yg ingin melihat Islam dalam kemuliaan sejati ia lalu

9

Page 13: Makalah

mengecam kepada semua pencemaran dan pengaruh asing yang

marasuk ke dalam Islam. Karena sikap inilah ia dicaci dipukul dicambuk

dipenjarakan dan dianiaya lahir batin. Namun ia tetap nekad hidup

berhenti menghadapi penganiayaan.

10

Page 14: Makalah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nama lengkap Ibn Taimiyah adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abi Al-Halim

bin Taimiyah. Dilahirkan di Harran pada hari Senin tanggal 10 Rabiul Awwal

tahun 661 H dan meninggal senin tanggal 20 Dzul Qaidah tahun 729 H. Ayahnya

bernama Syihabuddin Abu Ahmad Abdul Halim bin Abdussalam Ibn Abdullah

bin Taimiyah, seorang Syaikh, Khatib dan hakim di kotanya.

Kata-kata Ibnu Taimiyah mengenai tasawuf adalah “amal-amal hati yang

diberi nama maqâmât dan ahwâl seperti: cinta kepada Allah dan Rasulnya,

tawakal, Ikhlas, sabar, syukur, khauf dan semacamnya adalah kewajiban setiap

maklhuk, baik kaum khâs atapun orang-orang awam”.

Ibn Taimiyah merupakan tokoh controversial dalam dunia Islam. Seorang

pemikir bebas yang yakin kepada keunggulan hati nurani individu dan seorang yg

ingin melihat Islam dalam kemuliaan sejati ia lalu mengecam kepada semua

pencemaran dan pengaruh asing yg marasuk ke dalam Islam. Karena sikap inilah

ia dicaci dipukul dicambuk dipenjarakan dan dianiaya lahir batin. Namun ia tetap

nekad hidup berhenti menghadapi penganiayaan.

11

Page 15: Makalah

DAFTAR PUSTAKA

Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999

Abul Hasan Ali An-Nadawi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1995

Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001

Ibrahim Zaki Khurshid, Da’irah al-Ma‘arif al-Islamiyah:, Mathba‘ah al-Sya‘ab, Tahun 1969

Ibnu Hajar al-‘Asqalany, Al-Durar al-Kaminah fi A’yan al-Mi’ah al-Tsaminah:, Dar al-Ma‘arif, Cetakan pertama, Tahun 1947.

Jamil Ahmad Al-Islam, Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta: Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia, 2004

12