Upload
nquarius
View
11
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mengenal macam-macam jenis puisi, seperti ode, satire, dan sebagainya. agar kita tidak hanya mendengarkan puisi atau membaca saja. namun kita juga dapat memahaminya.
Citation preview
Ode
Diponegoro – Chairil Anwar
DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Satire
Aku bertanya – W. S. Rendra
Aku bertanya
Tetapi pertanyaan-pertanyaanku
Membentukr jidad penyair-penyair salon,
Yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
Sementara ketidakadilan terjadi disampingnya,
Dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
Termangu-mangu di kaki dewi kesenian
BALADA
Balada Orang-Otang Tercinta – W. S. Rendra
Kita bergantian menghirup asamBatuk dan lemas tercerukMarah dan terbaret-baret
Cinta membuat kita bertahanDengan secuil redup harapan
Kita berjalan terseok-seokMengira lelah akan hilang
Di ujung terowongan yang terangNamun cinta tidak membawa kita
Memahami satu sama lain
Kadang kita merasa beruntungNamun harusnya kita merenung
Akankah kita sampai di altarDengan berlari terpatah-patah
Mengapa cinta tak mengajari kitaUntuk berhenti berpura-pura ?
Kita meleleh dan tergerusSerut-serut sinar matahariSementara kita sudah lupa
Rasanya mengalir bersama kehidupanMelupakan hal-hal kecilYang dulu termaafkan
Mengapa kita saling menyembunyikanMengapa marah dengan keadaan ?
Mengapa lari ketika sesuatuMembengkak jika dibiarkan?
Kita percaya pada cintaYang borok dan tak sederhana
Kita tertngkap jatuh terperangkapDalam balada orang-orang tercinta
Romance
Surat Cinta-WS Rendra
Kutulis surat inikala hujan gerimis bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesahmengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,aku cinta kepadamu !
Kutulis surat inikala langit menangisdan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolambagai dua anak nakal
jenaka dan manismengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku !
Kaki-kaki hujan yang runcingmenyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegasbagai logam berat gemerlapan
menempuh ke mukadan tak kan kunjung diundurkan.
Selusin malaikattelah turun
di kala hujan gerimisDi muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnyauntuk ke pesta.
Wahai, dik Nartidengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramataku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkanAku melamarmu,
Kau tahu dari dulu :tiada lebih buruk
dan tiada lebih baikdari yang lain ……
penyair dari kehidupan sehari-hari,orang yang bermula dari kata
kata yang bermula darikehidupan, pikir dan rasa.
Semangat kehidupan yang kuatbagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit :kantong rejeki dan restu wingit
Lalu tumpahlah gerimisAngin dan cinta
mendesah dalam gerimis.Semangat cintaku yang kuta
batgai seribu tangan gaibmenyebarkan seribu jaring
menyergap hatimuyang selalu tersenyum padaku.
Engkau adalah putri duyungtawananku
Putri duyung dengansuara merdu lembut
bagai angin laut,mendesahlah bagiku !
Angin mendesahselalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.Engkau adalah putri duyung
tergolek lemasmengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringkuWahai, putri duyung,
aku menjaringmuaku melamarmu
Kutulis surat inikala hujan gerimis
kerna langitgadis manja dan manis
menangis minta mainan.Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokandan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Nartikuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku !
Himne
Doa – Chairil Anwar
Tuhanku
dalam termangu
aku masih menyebut namaMu
biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cahayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mngetuk
aku tidak bisa berpaling
Epigram
Cinta - Khalil Gibran
kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
itu karena hal terindah di dunia tdk terlihat
ketika kita menemukan seseorang yang
keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung
dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan
serupa yang dinamakan cinta.
Ada hal2 yang tidak ingin kita lepaskan,
seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan,
tapi melepaskan bukan akhir dari dunia,
melainkan suatu awal kehidupan baru,
kebahagiaan ada untuk mereka yang tersakiti,
mereka yang telah dan tengah mencari dan
mereka yang telah mencoba.
karena merekalah yang bisa menghargai betapa
pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka.
Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu
menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya,
adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan
kamu masih menunggunya dengan setia.
Adalah ketika di mulai mencintai orang lain dan
kamu masih bisa tersenyum dan berkata
” aku turut berbahagia untukmu ”
Apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu,
biarkan hatimu kembalike alam bebas lagi.
kau mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan
cinta dan kehilangannya, tapi ketika cinta itu mati
kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.
Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu
mendapatkan keinginannya, melainkan mereka
yang tetap bangkit ketika mereka jatuh, entah
bagaimana dalam perjalanan kehidupan.
kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri
dan menyadari bahwa penyesalan tidak
seharusnya ada, cintamu akan tetap di hatinya
sebagai penghargaan abadi atas pilihan2 hidup
yang telah kau buat.
Teman sejati, mengerti ketika kamu berkata ” aku lupa ….”
menunggu selamanya ketika kamu berkata ”tunggu sebentar ”
tetap tinggal ketika kamu berkata ” tinggalkan aku sendiri ”
membuka pintu meski kamu belum mengetuk dan
belum berkata ” bolehkah saya masuk ? ”
mencintai juga bukanlah bagaimana kamu
melupakan dia bila ia berbuat kesalahan,
melainkan bagaimana kamu memaafkan.
Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan,
melainkan bagaimana kamu mengerti.
bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa yang kamu rasa,
bukanlah bagaimana kamu melepaskan melainkan
bagaimana kamu bertahan.
Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus
berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang
itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita
menyadari bahwa orang iu akan lebih berbahagia
apabila kita melepaskannya.
kadangkala, orang yang paling mencintaimu adalah
orang yang tak pernah menyatakan cinta
kepadamu, karena takut kau berpaling dan
memberi jarak, dan bila suatu saat pergi, kau akan
menyadari bahwa dia adalah cinta yang tak kau sadari
Elegi
Elegi – Asrul Sani
Ia yang hendak mencipta,menciptalah atas bumi ini.
Ia yang akan tewas,tewaslah karena kehidupan.
Kita yang mau mencipta dan akan tewasakan berlaku untuk ini dengan cinta,
dan akan jatuh seperti permata mahkotaberderi sebutir demi sebutir
Apa juga masih akan tiba,Mesra yang kita bawa, tiadalah
kita biarkan hilang karena hisapan pasirEngkau yang telah berani menyerukan
Kebenaranmu dari gunung dan keluasanSekali masa akan ditimpa angin dan hujan
Jika suaramu hilang dan engkau mati.Maka kami akan berduka, dan kananmenghormat bersama kekasih kami.Kita semua berdiri di belakang tapal,
Dari suatu malam ramai,Dari suatu kegelapan tiada berkata,
Dari waktu terlalu cepat dan kita mau tahan,Dari perceraian - tiada mungkin,
Dan sinar mata yang tiada terlupakan.Serulah, supaya kita ada dalam satu barisan,
Serulah, supaya jangan ada yang sempat merindukan senja,Terik yang keras tiada lagi akan sanggup
mengeringkan kembang kerenyam*Pepohonan sekali lai akan berdahan panjang
Dan buah-buahan akan matang pada tahun yang akan datang.
Laut India akan melempar parangBercerita dari kembar cinta dan perceraian
Aku akan minta, supaya engkauBerdiri curam, atas puncak dibakar panas
dan sekali lagi berseru, akan pelajaran baru.Waktu itu angin Juni akan bertambah tenang
Karena bulan berangkat tua
Kemarau akan segan kepada bunga yang telah berkembang.Di sini telah datang suatu perasaan,
Serta kita akan menderita dan tertawa.Tawa dan derita dari yang tewas
yang mencipta.....
Idylle
Ke Desa - Aoh Kartahadimaja
‘Rang kota !pernahkan Tuan pergi ke desa,
menghirup bumi,baru mencangkul menyegar rasa ?
Pernahkah Tuan duduk di tengan ladang,dengan peladang bersendau gurau,menunggu jagung dalam ungun,sebelum pacul kelak mengayun ?
Pernahkah Tuan tegak di tepi sawah,padi beriak menyibak sukma,
pipit bercicit,riang haram bersusah ?
Pernahkah Tuan liat air berdesau,dicegah batu mebuih putih,
julung beriring berbondong-bondong,hati terpaut ingin turut berenang-renang ?
Pernahkah Tuan pergi ke kampung,melihat perawan menumbuk padi,gelak tertawa disertai suara lesung,mengenyah duka ‘ri dalam hati ?
Pernahkah tuan, pernahkah,ah, setahu apa beta menggubah,
bila tuan ingin mencari perawan rengsa,pergilah tuan, pergi ke desa.