45
BAGIAN BEDAH LONGCASE FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2013 UNIVERSITAS HASANUDDIN LUKA BAKAR LISTRIK Oleh : Irma Aryani C11106083 Farhah Aulia Y. C11107023 Nur Rahmah R. C11108134 Ashari Mopul C11108319 Muh. Ayyub P. C11109336 Supervisor: Dr. dr. Fonny Josh, Sp.BP-RE DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN BEDAH 1

Luka Bakar Listrik Fix

Embed Size (px)

Citation preview

BAGIAN BEDAH LONGCASE

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2013

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LUKA BAKAR LISTRIK

Oleh :

Irma Aryani C11106083

Farhah Aulia Y. C11107023

Nur Rahmah R. C11108134

Ashari Mopul C11108319

Muh. Ayyub P. C11109336

Supervisor:

Dr. dr. Fonny Josh, Sp.BP-RE

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2013

1

CASE PRESENTATION SUBDIVISI BEDAH PLASTIK

Bagian Ilmu Bedah Plastik

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar

I. IDENTITAS PASIEN

Name : Tn. Sulaiman dg Limpo

Gender : Laki-laki

Umur : 27tahun

MR : 632384

Ruangan : Unit Luka Bakar

Tanggal masuk : 10 Oktober 2013

Jaminan : Jamkesda

II. ANAMNESIS

Keluhan utama : Luka bakar listrik

Anamnesis terpimpin :

Dialami sejak +4 jam yang lalu Sebelum masuk rumah sakit karena tersengat

listrik saat bekerja. Riwayat pingsan tidak ada, Riw. Muntah tidak ada

Dirujuk dari RS Gowa

Mekanisme trauma:

Pasien sedang memasang baja di bagian atap bangunan, pada saat itu pasien

duduk di atas baja sambil memegang baja tersebut. Kemudian baja tersebut

menyentuh kabel listrik, sehingga pasien tersengat listrik kemudian jatuh

dari ketinggian + 7 meter.

III. PEMERIKSAAN FISIS

a. Status Generalis :

Sakit berat / gizi cukup / sadar

b. Status Vitalis

Primary Survey

Airway : Bebas

2

Breathing : Spontan 20x/mnt, thoracoabdominal, simetris kanan = kiri

Circulation : T: 120/70 mmHg, N: 80x/mnt, reguler, adequate

Disability : GCS 15 E4V5M6, pupil isokor dengan diameter 2,5

mm/2,5 mm

Environment : Suhu axilla 37oC

Secondary Survey

Kepala : Bentuk simetris

Mata : Konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, reflek cahaya +/+,

Jantung : dalam batas normal

Paru : dalam batas normal

Ekstremitas : sulit dinilai karena edema dan nyeri

c. Status lokalis

Regio Ekstermitas bawah bilateral ;

I : Tampak luka bakar luas 15%, Bulla (+), nekrotik (-), Eritem (-)

P : Nyeri tekan (+)

Regio genialia dan Gluteus :

I : Tampak luka bakar luas 5%, Bulla (+), nekrotik (-), Eritem (-)

P : Nyeri tekan (+)

Regio Palmaris Sinistra :

I : Tampak luka terjahit ukuran ± 8 cm, edema (-), hematoma (-)

P : Nyeri tekan (+)

Foto Klinis 15Oktober 2013

3

Foto Klinis 15Oktober 2013

LATERAL FEMUR (D)

MEDIAL FEMUR ( D)

LATERAL FEMUR (S)

GENITALIA& GLUTEUS (28 Oktober 2013)

4

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Pemeriksaan Darah Lengkap

Hasil Laboratorium10 Oktober 2013

- Pemeriksaan

Urin

- Pemeriksaan

EKG

V. RESUME

Seorang laki-laki berumur 27 tahun datang dengan keluhan luka bakar

listrik.Dialami sejak +4jam yang lalu Sebelum masuk rumah sakit karena

tersengat listrik saat bekerja.Pasien sedang memasang baja di bagian atap

bangunan, pada saat itu pasien duduk di atas baja sambil memegang baja tersebut.

5

WBC 29,67 x 103/ μLRBC 6,09 x 106/ μLHGB 14,7g/dLHCT 43,2 %PLT 324 x 103 / μLGDS 137 mg/dl

Ureum 23 mg/dlCreatinin 0,9 mg/dl

SGOT 278 u/lSGPT 91 u/l

Na 138 mmolK 3,5 mmolCl 109 mmolPT 10,6”

APTT 31,2”CT 7’30”BT 3,00”

HbsAg Non ReaktifAnti HCV Non Reaktif

Kemudian baja tersebut menyentuh kabel listrik, sehingga pasien tersengat listrik

kemudian jatuh dari ketinggian + 7 meter.

Berdasarkan pemeriksaan fisis di dapatkan keadaan umum baik, TD 120/70

mmHg N 80x/menit P 20x/menit T 37oC. Status lokalis beruparegio Ekstermitas

bawah bilateral: tampak luka bakar luas 15%, bulla (+), nekrotik (-), Eritem (-),

palsasi nyeri tekan (+). Regio genialia dan Gluteus tampak luka bakar luas 5%,

bulla (+), nekrotik (-), eritem (-), palpasinyeri tekan (+)

VI. DIAGNOSIS

Electric burn injury 20%

VII. RENCANA TERAPI

Pada fase awal dapat dilakukan pertolongan pertama, yakni:

Dilakukan obseravasi ABC sampai keadaan pasien benar-benar stabil

1. Airway : yakni membebaskan jalan nafas agar pasien dapat benar-benar tetap bernapas secara normal

2. Breathing : mengecek kecepatan pernafasan yakni sekitar 20x/menit

3. Circulation : dilakukan pengecekan pulsasi nadi, diharapkan normal yakni 60-100x/menit pada orang dewasa.

Setelah itu dapat juga dilakukan 6C: Clothing, Cooling, Cleaning, Chemoprophylaxis, Covering, dan Comforting.

Resusitasi cairan awal(pada hari pertama)

RL = 4ml x 65kg x 20% = 5200 ml

8 jam pertama RL = 2600 ml

16 jam berikutnya RL = 2600ml

Penatalaksanna selanjutnya:

IVFD RL 28 tetes/menit

Medikamentosa :

Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV

Ketorolac 30 mg/8jam/IV

Ranitidin 50 mg/8 jam/IV

6

GV atau rawat luka

7

LUKA BAKAR LISTRIK

I. PENDAHULUAN

Luka bakar atau combusio adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan

jaringan disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat tinggi seperti

kobaran api di tubuh (flame), jilitan api ke tubuh (flash), terkena air panas

(scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat serangan listrik, akibat

bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) dan suhu yang sangat

rendah. Luka bakar berat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif

tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain.. (1,2,3,4)

Luka listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, merupakan

jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan benda yang

memiliki arus listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat

berubahnya energi listrik menjadi energi panas.1,2,3 Pada umumnya tanda utama

trauma listrik adalah luka bakar pada kulit. Gambaran makroskopis kerusakan

kulit yang kontak langsung dengan sumber listrik bertegangan rendah disebut

electrical mark. Luka listrik biasanya dapat diamati di titik masuk (entry point)

maupun titik keluar (exit point).2

Luka Listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir ke

dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan

terganggunya fungsi suatu organ dalam. Tubuh manusia adalah penghantar listrik

yang baik. Kontak langsung dengan arus listrik bisa berakibat fatal.1 Arus listrik

yang mengalir ke dalam tubuh manusia akan menghasilkan panas yang dapat

membakar dan menghancurkan jaringan tubuh. Meskipun luka bakar listrik

tampak ringan, tetapi mungkin saja telah terjadi kerusakan organ dalam yang

serius, terutama pada jantung, otot atau otak.2

II. EPIDEMIOLOGI

Dari laporan American Burn Association 2012 dikatakan bahwa angka

morbiditas 96,1% lebih banyak terjadi pada wanita. Berdasarkan tempat kejadian,

69 % di rumah tangga dan 9% di tempat kerja, 7% di jalan raya, 5% di rekreasi

atau olahraga 10% dan lain-lain.(5)

8

Jumlah kejadian cedera listrik diperkirakan menimbulkan 1000 kematian

pertahun dan sekitar 3000 orang yang dirawat di rumah sakit di Amerika Serikat.

Diperkirakan 20% kejadian luka listrik terjadi pada anak-anak, jumlah terbanyak

pada usia balita.1 Luka bakar listrik kebanyakan terjadi pada anak-anak saat di

rumah. Pada orang dewasa, kebanyakan kecelakaan luka bakar terjadi di tempat

kerja dan menjadi tempat keempat tertinggi yang mengancam jiwa. Lebih dari 50

% pekerja elektrik mendapat luka dari kabel listrik, dan 25% berasal dari alat

elektrik. Rasio laki-laki dan perempuan sebanyak 9 : 1.3

III. ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT

Kulit merupakan organ terbesar tubuh yang terdiri dari lapisan sel

dipermukaan. Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu epidermis dan dermis. Luas kulit

orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan

organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin dari kesehatan dan

kehidupan. Kulit juga sangat sangat kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi pada

keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.(7,8)

Epidermis merupakan lapisan luar kulit yang utamanya disusun oleh sel-sel

epitel. Sel – sel yang terdapat dalam epidermis antara lain: keratinosit (sel

terbanyak pada lapisan epidermis), melanosit, sel merkel dan sel Langerhans.

Epidermis terdiri dari lima lapisan yang paling dalam yaitu stratum basale,

stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum dan stratum corneum. (7,8)

Dermis merupakan lapisan yang kaya akan serabut saraf, pembuluh darah

dan pembuluh darah limfe. Selain itu, dermis juga tersusun atas kelenjar keringat,

kelenjar sebasea, dan folikel rambut. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan

papillaris dan lapisan retikularis, sekitar 80% dari dermis adalah lapisan

retikularis. (7,8

9

Gambar 1. Anatomi kulit(7)

Secara fisiologis, kulit mempunyai fungsi sebagai berikut:

10

1) Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam terhadap gangguan fisis atau

mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya

zat-zat kimiawi terutama yang bersifat iritan, misalnya lisol, karbol, asam,

dan alkali. Gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar

ultra violet; gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur.

2) fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan

benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap,

begitupun yang larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap

air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.

Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel menembus sel-sel

epidermis atau melalui muara saluran kelenjar.

3) fungsi ekskresi, kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak berguna lagi atau

sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, Urea, asam urat, dan amonia.

Sebum yang diproduksi melindungi kulit karena lapisan ini selalu

meminyaki kulit jua menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit

tidak menjadi kering.

4) fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan

subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan

ruffinidermis dan sukutis.

5) Fungsi termoregulasi(pengaturan suhu tubuh), kulit melakukan peranan ini

dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit.

6) Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di

lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Pigmen disebar ke epidermis

melalui tangan-tangan dendrit. Sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya

dibawa oleh sel melanofag.

7) Fungsi keratinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai sel utama yaitu

keratinosit, sel langerhans, melanosis.

8) Fungsi pembentukan vitamin D, dimungkinkan dengan mengubah 7

dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. (2,7)

IV. ETIOLOGI

11

Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin, ataupun zat

kimia. Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka dipengaruhi oleh derajat

panas, durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit..(1,4,7, 10)

1) Luka Bakar Termal (Thermal Burns)

Luka bakar termal disebabkan oleh air panas (scald), jilitan api ke tubuh

(flash), koboran api ke tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan

objek-objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas dan lain-lain). .(1,4,7,

10)

2) Luka Bakar Zat Kimia (Chemical Burns)

Luka bakar kimia biasanya disebabaka oleh asam kuat atau alkali yang biasa

digunakan bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering

digunakan untuk keperluan rumah tangga. .(1,4,7, 10)

3) Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)

Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan

ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki

resistensi paling rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada

pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan

sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik

kontak dengan sumber arus maupun ground. .(1,4,7, 10)

Trauma listrik terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran

aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat berada dekat dengan sumber

listrik. Secara umum ada 2 jenis tenaga listrik, yaitu :4

1.Tenaga listrik alam, seperti petir

2.Tenaga listrik buatan, seperti arus listrik searah (DC) contohnya baterai

dan arus listrik bolak balik (AC) contohnya listrik PLN di rumah atau pabrik

4) Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)

12

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif.

Tipe luka bakar ini sering disebabkan oleh penggunaaan radioaktif untuk

keperluan terapeutik dalam kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar

matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi. (1,4,7,

10)

Gambar 2. Tipe luka bakar(1,3,6.8)

V. PATOFISIOLOGI

Respon Lokal

Terdapat 3 zona luka bakar menurut Jackson 1947 yaitu: (1)

1. Zona Koagulasi

Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan

sumber panas dan terjadi nekrosis dan kerusakan jaringan yang irevisibel

disebabkan oleh koagulasi constituent proteins.(1)

2. Zona Stasis

13

Zona stasis berada sekitar zona koagulasi, di mana zona ini

mengalami kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit

sehingga penurunan perfusi jaringan diikuti perubahan permeabilitas

kapiler(kebocoran vaskuler) dan respon inflamasi lokal. Proses ini

berlangsung selam 12-24 jam pasca cedera, dan mungkin berkakhir

dengan nekrosis jaringan. (1)

3. Zona Hiperemia

Pada zona hiperemia terjadi vasodilatasi karena inflamasi,

jaringannya masih viable. Proses penyembuhan berawal dari zona

inikecuali jika terjadi sepsi berat dan hipoperfusi yang berkepanjangan. (1)

Gambar 3. Zona luka bakar Jackson 1947 dan efeknya terhadap

resusitasi adekuat dan inadekuat. (1)

Elektron mengalir dalam tubuh secara abnormal sehingga menghasilkan

cedera atau kematian melalui depolarisasi otot dan saraf, inisiasi abnormal irama

elektrik pada jantung dan otak atau menghasilkan luka bakar elektrik internal

maupun eksternal melalui panas dan pembentukan pori di membran sel.2,4

Arus yang melalui otak, baik voltase rendah maupun tinggi mengakibatkan

penurunan kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak. Arus bolak balik (AC)

dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui dada.5 Aliran listrik

14

yang lama mengakibatkan kerusakan iskemik otak yang diikuti dengan gangguan

nafas.3,6

Cedera bisa berupa luka bakar ringan sampai kematian, tergantung kepada:

1. Jenis dan kekuatan arus listrik.

Secara umum, arus searah (DC) tidak terlalu berbahaya jika dibandingkan

dengan arus bolak-balik (AC). Efek AC pada tubuh manusia sangat tergantung

kepada kecepatan berubahnya arus (frekuensi), yang diukur dalam satuan

siklus/detik (hertz). Arus frekuensi rendah (50-60 hertz) lebih berbahaya dari

arus frekuensi tinggi dan 3-5 kali lebih berbahaya dari DC pada tegangan

(voltase) dan kekuatan (ampere) yang sama.

DC cenderung menyebabkan kontraksi otot yang kuat, yang seringkali

mendorong jauh/melempar korbannya dari sumber arus. AC sebesar 60 hertz

menyebabkan otot terpaku pada posisinya, sehingga korban tidak dapat

melepaskan genggamannya pada sumber listrik. Akibatnya korban terkena

sengatan listrik lebih lama sehingga terjadi luka bakar yang berat.

Biasanya semakin tinggi tegangan dan kekuatannya, maka semakin besar

kerusakan yang ditimbulkan oleh kedua jenis arus listrik tersebut. Kekuatan

arus listrik diukur dalam ampere. 1 miliampere (mA) sama dengan 1/1,000

ampere. Pada arus serendah 60-100 mA dengan tegangan rendah (110-220

volt), AC 60 hertz yang mengalir melalui dada dalam waktu sepersekian detik

bisa menyebabkan irama jantung yang tidak beraturan, yang bisa berakibat

fatal. Arus bolak-balik lebih dapat menyebabkan aritmia jantung dibanding

arus searah. Arus dari AC pada 100 mA dalam seperlima detik dapat

menyebabkan fibrilasi ventrikel dan henti jantung.

Efek yang sama ditimbulkan oleh DC sebesar 300-500 mA.

Jika arus langsung mengalir ke jantung, misalnya melalui sebuah pacemaker,

maka bisa terjadi gangguan irama jantung meskipun arus listriknya jauh lebih

rendah (kurang dari 1 mA).

2. Ketahanan tubuh terhadap arus listrik

Resistensi adalah kemampuan tubuh untuk menghentikan atau

memperlambat aliran arus listrik.

15

Resistensi jaringan, adalah sebagai berikut.

Resistensi rendah: Saraf, Darah, Membran mukosa, Otot

Resistensi sedang: Kulit kering, Tendon, Jaringan lemak

Resistensi tinggi: Tulang

Kebanyakan resistensi tubuh terpusat pada kulit dan secara langsung

tergantung kepada keadaan kulit. Resistensi kulit yang kering dan sehat rata-

rata adalah 40 kali lebih besar dari resistensi kulit yang tipis dan lembab.2

Resistensi kulit yang tertusuk atau tergores atau resistensi selaput lendir yang

lembab (misalnya mulut, rektum atau vagina), hanya separuh dari resistensi

kulit utuh yang lembab. Resistensi dari kulit telapak tangan atau telapak kaki

yang tebal adalah 100 kali lebih besar dari kulit yang lebih tipis. Arus listrik

banyak yang melewati kulit, karena itu energinya banyak yang dilepaskan di

permukaan. Jika resistensi kulit tinggi, maka permukaan luka bakar yang luas

dapat terjadi pada titik masuk dan keluarnya arus, disertai dengan hangusnya

jaringan diantara titik masuk dan titik keluarnya arus listrik.5

3. Adanya hubungan dengan bumi

Sehubungan dengan faktor tahanan, maka orang yang berdiri pada tanah

yang basah tanpa alas kaki, akan lebih berbahaya daripada orang yang berdiri

dengan mengggunakan alas sepatu yang kering, karena pada keadaan pertama

tahanannya rendah.1,2

4. Lamanya waktu kontak dengan konduktor

Makin lama korban kontak dengan konduktor maka makin banyak jumlah

harus yang melalui tubuh sehingga kerusakan tubuh akan bertambah besar dan

luas. Dengan tegangan yang rendah akan terjadi spasme otot-otot sehingga

korban malah menggenggam konduktor. Akibatnya arus listrik akan mengalir

lebih lama sehingga korban jatuh dalam keadaan syok yang mematikan

Sedangkan pada tegangan tinggi, korban segera terlempar atau melepaskan

konduktor atau sumberlistrik yang tersentuh, karena akibat arus listrik dengan

tegangan tinggi tersebut dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot,

termasuk otot yang tersentuh aliran listrik tersebut.1,2,5

16

5. Aliran arus listrik

Adalah tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus listrik sejak masuk

sampai meninggalkan tubuh. Arus listrik paling sering masuk melalui tangan,

kemudian kepala; dan paling sering keluar dari kaki.

Arus listrik yang mengalir dari lengan ke lengan atau dari lengan ke

tungkai bisa melewati jantung, karena itu lebih berbahaya daripada arus listrik

yang mengalir dari tungkai ke tanah. Letak titik masuk arus listrik (point of

entry) dan letak titik keluar bervariasi sehingga efek dari arus listrik tersebut

bervariasi dari ringan sampai berat. Arus listrik masuk dari sebelah kiri bagian

tubuh lebih berbahaya daripada jika masuk dari sebelah kanan. Bahaya terbesar

bisa timbul jika jantung atau otak berada dalam posisi aliran listrik tersebut.

Bumi dianggap sebagai kutub negatif. Orang yang tanpa alas kaki lebih

berbahaya kalau terkena aliran listrik,alas kaki dapat berfungsi sebagai isolator,

terutama yang terbuat dari karet.

VI. KLASIFIKASI

Cedera listrik utama adalah luka bakar.1 cedera Sekunder akibat trauma tumpul

dari jatuh atau terlempar dari sumber listrik oleh kontraksi otot intens. Luka bakar

listrik dapat diklasifikasikan menjadi6

a. kontak langsung

pemanasan elektrothermal

b. kontak tidak langsung

bunga api listrik (arc)

nyala api listrik (flame)

kilatan listrik (flash)

Pemanasan jaringan sekunder untuk menyebabkan arus luka bakar

electrothermal. Biasanya luka bakar ini adalah hasil dari aliran listrik bertegangan

rendah pada daerah yang terbatas. Aliran yang terus-menerus saat ini dapat

menyebabkan luka bakar yang signifikan di mana saja di sepanjang jalan saat ini.

Biasanya lesi kulit luka bakar electrothermal yang berbatas tegas, deep- parsial

untuk luka bakar full-thickness . 6

17

Yang paling merusak dari cedera tidak langsung terjadi ketika korban terkena

dari percikan bunga listrik. Bunga api listrik adalah percikan yang terbentuk

antara dua benda bertegangan yang tidak bersentuhan satu sama lain, biasanya

merupakan sumber yang bertegangan tinggi dan tanah. Karena suhu bunga api

listrik adalah sekitar 2500 °C, menyebabkan luka bakar yang sangat mendalam

pada titik di mana terjadi kontak dengan kulit. Dalam keadaan lengkung, luka

bakar dapat disebabkan oleh panas dari busur itu sendiri, pemanas electrothermal

akibat arus aliran, atau dengan api yang dihasilkan dari pembakaran pakaian.2

Berdasarkan American Burn Association luka bakar diklasifikasikan

berdasarkan kedalaman, luas permukaan, dan derajat ringan luka bakar. .(1,4,7, 10).

Berdasarkan luas permukaan luka bakar.

Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan

tubuh atau Total Body Surface Area (TBSA). Untuk menghitung secara cepat

dipakai Rules of Nine atau Rules of Walles dari Walles. Perhitungan cara ini

hanya dapat diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai

proporsi tubuh yang berbeda. Pada anak-anak dipakai modifikasi Rule of Nines

menurut Lund and Browder, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1

tahun. (1,2, 4,7,10)

Gambar 6. Wallence Rule of Nines(1)

18

1. Bedasarkan derajat ringan luka bakar menurut American Burn Association: (1,4,7,10)

a. Luka Bakar Ringan

i. Luka bakar derajat II < 5%

ii. Luka bakar derajat II 10% pada anak

iii. Luka bakar derajat II < 2%(1,3.6, 8)

b. Luka Bakar Sedang

i. Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa

ii. Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak

iii. Luka bakar derajat III < 10%(1,3.6, 8)

c. Luka Bakar Berat

i. Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa

ii. Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak

iii. Luka bakar derajat III 10% atau lebih

iv. Luka bakar mengenai tangan, telinga, mata, kaki, dan

genitalia/perineum.

v. Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma

lain. (1,4,7,10)

Gambar 7. Lund and Browder(1)

19

VII. Gambaran kinis

Gejalanya tergantung kepada interaksi yang rumit dari semua sifat arus listrik.

Suatu kejutan dari sebuah arus listrik bisa mengejutkan korbannya sehingga dia

terjatuh atau menyebabkan terjadinya kontraksi otot yang kuat. Kedua hal tersebut

bisa mengakibatkan dislokasi, patah tulang dan cedera tumpul. Kesadaran bisa

menurun, pernafasan dan denyut jantung bisa lumpuh. Luka bakar listrik bisa

terlihat dengan jelas di kulit dan bisa meluas ke jaringan yang lebih dalam.8

1. Kepala dan Leher

Kepala adalah titik kontak utama untuk cedera tegangan tinggi, dan

pasienmungkin menunjukkan luka bakar serta kerusakan neurologis. Katarak

timbul di sekitar 6 % kasus cedera tegangan tinggi, terutama bila tersengat

listrikdi sekitar kepala. Meskipun katarak mungkin hadirlebih cepat atau lambat

setelah kecelakaan itu, katarak biasanya muncul beberapa bulansetelah kejadian.

Ketajaman visual dan pemeriksaan funduskopi harus dilakukanpada kemudian

hari. Pasien harus segera dirujuk ke dokter mata untuk mengetahui kemungkinan

terjadinya katarak ini.8

2. Sistem kardiovaskular

Serangan jantung, baik dari detak jantung atau fibrilasi ventrikel, adalah kondisi

umum yang akan terjadi dalam kecelakaan listrik. Pada Elektrokardiografi

(EKG) ditemukan sinus takikardi, sementara elevasi segmen ST, QT

reversibelsegmen perpanjangan, kontraksi ventrikel prematur, fibrilasi atrium,

danbundel branch block. Infark miokard akut dilaporkan tetapi relatif jarang.

Kerusakan otot rangka dapat menghasilkan peningkatan fraksi CPK-MB,

mengarah pada diagnosis palsu infark miokard dalam beberapa pengaturan.8

3. Kulit

Selain serangan jantung, luka yang paling dahsyat yang terjadi saat cedera listrik

adalah kulit terbakar, yang paling parah pada luka masuk dan tubuh yang kontak

dengan tanah. Bagian tubuh yang paling sering dari terkena kontak dengan

sumber listrik ialah tangan dan tengkorak. Daerah yang paling sering dari tanah

20

adalah tumit. Seorang pasien mungkin memiliki beberapa luka masuk dan titik

kontak dengan tanah. Luka bakar di listrik yang parah sering muncul keluhan

seperti rasa sakit, depresi, kuning abu-abu, belang-belang daerah dengan pusat

nekrosis, atau daerah yang mengeras seperti mumi. Arus tegangan tinggi

seringmengalir pada internal tubuh dan dapat membuat kerusakan otot besar.

Jika kontak dalam singkat. Namun, arus minimal mungkin terjadi dan kerusakan

kulit terlihat mungkin mewakili hampir semua kerusakan. Seseorang sebaiknya

tidak mencoba untuk memprediksi jumlah kerusakan jaringan di bawahnya dari

jumlah keterlibatan kulit. Cedera listrik yang paling umum terlihat pada anak-

anak kurang dari 4 tahun adalah mulut luka bakar yang terjadi dari mengisap

pada kabel ekstensi listrik rumah tangga. Luka-luka bakar biasanya merupakan

luka bakar busur lokal, mungkin melibatkan orbicularis oris otot, dan sangat

mengkhawatirkan ketika komisura yang terlibat karena dari kemungkinan

deformitas kosmetik. Sebuah risiko yang signifikan pendarahan tertunda dari

arteri labial ada ketika memisahkan escar . Kerusakan pertumbuhan dilaporkan ,

dan biasanya dirujuk ke bedah mulut.8

Pada kulit terjadi escar yang bisa menyebabkan timbulnya sindrom

kompartemen. Syndrom kompartemen adalah suatu kondiri dimana terjadi

peningkatan tekannan insterstitial pada kompartemen osteofasial yang tertutup.

Sehingga mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen

pada jaringan.

Gejala klinis yang umumnya ditemukan pada sindroa kompartemen meliputi:

Pain : nyeri pada saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena

Pallor : kulit terasa dingin jika dipalpasi, warna kulit biasanya pucat

Parastesia : biasanya terasa panas dan gatal pada daerah lesi

Paralisis : diawali dengan ketidak mampuan untuk menggerakkan sendi

Pulselesness : berkurang atau hilangnya denyut nadi akibat adanya gangguan

perfusi arterial.

Dalam cedera tegangan tinggi, nekrosis otot dapat meluas ke tempat yang jauh

dari luka kulit yang terlihat, dan kompartemen sindrom terjadi sebagai akibat

21

dari pembuluh darahiskemia dan edema otot. Dekompresi fasciotomy atau

amputasi sering diperlukan karena kerusakan jaringan yang luas.

4. Ekstrimitas

Pelepasan mioglobin yang banyakdari otot yang rusak dapat menyebabkan

kerusakan Myoglobinuria. Vascular ginjal dari energi listrik bisa menjadi jelas

setiap saat isi ulang kapiler harus dikaji dan didokumentasikan dalam semua

ekstremitas, dan pemeriksaan neurovaskular harus sering diulang. Karena arteri

adalah sistem high-flow, panas dapat hilang cukup baik dan menyebabkan

sedikit kerusakan awal jelas tapi hasilnya dalam kerusakan berikutnya.

Pembuluh darah, di sisi lain, adalah sistem aliran rendah, yang memungkinkan

energi panas untuk menyebabkan pemanasan lebih cepat dari darah, dengan

akibat trombosis . Akibatnya, ekstremitas mungkin muncul pembengkakan pada

awalnya. Dengan luka parah, seluruh ekstremitas mungkin muncul pengerasan

ketika semua elemen jaringan, termasuk arteri, mengalami koagulasi nekrosis.

Kerusakan pada dinding pembuluh pada saat cedera juga dapat mengakibatkan

tertundatrombosis dan perdarahan, terutama dalam arteri kecil pada otot .8

VIII. PENATALAKSANAAN

1. Prehospital

Hal pertama yang harus dilakukan jika menemukan pasien luka bakar

di tempat kejadian adalah menghentikan proses kebakaran. Maksudnya

adalah membebaskan pasien dari pajanan atau sumber dengan memperhatikan

keselamatan diri sendiri. Bahan yang meleleh atau menempel pada kulit tidak

bisa dilepaskan. Air suhu kamar dapat disiriamkan ke atas luka dalam waktu

15 menit sejak kejadian, namun air dingin tidak dapat diberikan untuk

mencegah terjadinya hipotermia dan vasokonstriksi. (1,2,4,7,10)

2. Burn Resusitasi

Burn shock akan berkembang menjadi hypovolemi dan penghancuran

jaringan selular. Karakteristik dari tipe shock ini adalah penurunan cardiac

output dan volume plasma dan terjadi peningkatan cairan ekstraseluler,

edema dan oligouria.

22

3. Resusitasi jalan nafas

Bertujuan untuk mengupayakan suplai oksigen yang adekuat. Pada

luka bakar dengan kecurigaan cedera inhalasi, tindakan intubasi dikerjakan

sebelum edema mukosa menimbulkan manifestasi obstruksi. Sebelum

dilakukan intubasi, oksigen 100% diberikan dengan menggunakan face mask.

Intubasi bertujuan untuk mempertahankan patensi jalan napas, fasilitas

pemeliharaan jalan napas (penghisapan sekret) dan broncoalveolar lavage.

Krikotiroidotomi masih menjadi perdebatan karena dianggap terlalu agresif

dan morbiditasnya lebih besar dibandingkan intubasi. Krikotiroidotomi

dilakukan pada kasus yang diperkirakan akan lama menggunakan ETT yaitu

lebih dari 2 minggu pada luka bakar luas yang disertai cedera inhalasi.

Kemudian dilakukan pemberian oksigen 2-4 liter/menit melalui pipa

endotracheal. Terapi inhalasi mengupayakan suasana udara yang lebih baik

disaluran napas dengan cara uap air menurunkan suhu yang meningkat pada

proses inflamasi dan mencairkan sekret yang kental sehingga lebih mudah

dikeluarkan. Pada cedera inhalasi perlu dilakukan pemantauan gejala dan

distres pernapasan. Gejala dan tanda berupa sesak, gelisah,takipneu,

pernapasan dangkal, bekerjanya otot-otot bantu pernapasan dan stridor.

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah analisa gas darah serial

dan foto thorax.(1,2,4,7,10)

4. Resusitasi cairan

Tujuan resusitasi cairan pada syok luka bakar adalah:

Preservasi reperfusi yang adekuat dan seimbang diseluruh pembuluh vaskuler

regional sehingga tidak terjadi iskemia jaringan

Minimalisasi dan eliminasi pemberian cairan bebas yang tidak diperlukan.

Optimalisasi status volume dan komposisi intravaskuler untuk menjamin

survival seluruh sel

Minimalisasi respon inflamasi dan hipermetabolik dan mengupayakan

stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologis. (1,4,7,10)

a. Jenis cairan

Terdapat tiga jenis cairan secara umum yaitu kristaloid, cairan

hipertonik dan koloid: (1,4,7,10)

23

Larutan kristaloid

Larutan ini terdiri atas cairan dan elektrolit. Contoh larutan ini adalah

Ringer Laktat dan NaCl 0,9%. Komposisi elektrolit mendekati kadarnya

dalam plasma atau memiliki osmolalitas hampir sama dengan plasma. Pada

keadaan normal, cairan ini tidak hanya dipertahankan di ruang intravaskular

karena cairan ini banyak keluar ke ruang interstisial. Pemberian 1 L Ringer

Laktat (RL) akan meningkatkan volume intravaskuer 300 ml. (1,4,7,10)

Larutan hipertonik

Larutan ini dapat meningkatkan volume intravaskuler 2,5 kali dan

penggunaannya dapat mengurangi kebutuhan cairan kristaloid. Larutan garam

hiperonik tersedia dalam beberapa konsentrasi, yaitu NaCl 1,8%, 3%, 5 %,

7,5% dan 10%. Osmolalitas cairan ini melebihi cairan intraseluler sehingga

cairan akan berpindah dari intraseluler ke ekstraseluler. Larutan garam

hipertonik meningkatkan volume intravaskuler melalui mekanisme penarikan

cairan dari intraseluler. (1,4,7,10)

Larutan koloid

Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES) dan

Dextran. Molekul koloid cukup besar sehingga tidak dapat melintasi

membran kapiler, oleh karena itu sebagian akan tetap dipertahankan didalam

ruang intravaskuler. Pada luka bakar dan sepsis, terjadi peningkatan

permeabilitas kapiler sehingga molekul akan berpindah ke ruang interstisium.

Hal ini akan memperburuk edema interstisium yang ada. (1,3.6, 8)

HES merupakan suatu bentuk hydroxy-substitued amilopectin sintetik,

HES berbentuk larutan 6% dan 10% dalam larutan fisiologik. T ½ dalam

plasma selama 5 hari, tidak bersifat toksik, memiliki efek samping

koagulopati namun umumnya tidak menyebabkan masalah klinis. HES dapat

memperbaiki permeabilitas kapiler dengan cara menutup celah interseluler

pada lapisan endotel sehingga menghentikan kebocoran cairan, elektrolit dan

protein. Penelitian terakhir mengemukakan bahwa HES memiliki efek

antiinflamasi dengan menurunkan lipid protein complex yang dihasilkan oleh

24

endotel, hal ini diikuti oleh perbaikan permeabilitas kapiler. Efek

antiinflamasi diharapkan dapat mencegah terjadinya SIRS. (1,4,7,10)

b. Dasar pemilihan Cairan

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan cairan

adalah efek hemodinamik, distribusi cairan dihubungkan dengan

permeabilitas kapiler, oksigen, PH buffering, efek hemostasis, modulasi

respon inflamasi, faktor keamanan, eliminasi praktis dan efisien. Jenis cairan

terbaik untuk resusitasi dalam berbagai kondisi klinis masih menjadi

perdebatan terus diteliti. Sebagian orang berpendapat bahwa kristaloid adalah

cairan yang paling aman digunakan untuk tujuan resusitasi awal pada kondisi

klinis tertentu. Sebagian pendapat koloid bermanfaat untuk entitas klinik lain.

Hal ini dihubungkan dengan karakteristik masing-masing cairan yang

memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada kasus luka bakar, terjadi

kehilangan ciran di kompartemen interstisial secara masif dan bermakna

sehingga dalam 24 jam pertama resusitasi dilakukan dengan pemberian cairan

kristaloid. (1,4,7,10)

c. Penentuan jumlah cairan

Untuk melakukan resusitasi dengan cairan kristaloid dibutuhkan tiga

sampai empat kali jumlah defisit intravaskuler. 1 L cairan kristaloid akan

meningkatkan volume intravaskuler 300 ml. Kristaloid hanya sedikit

meningkatkan cardiac output dan memperbaiki transpor oksigen.(1,4,7,10)

Penatalaksanaan dalam 2 4 jam pertama

Resusitasi syok menggunakan Ringer laktat atau ringer asetat,

menggunakan beberapa jalur intravena. Pemberian cairan pada syok atau

kasus luka bakar > 25-30% atau dijumpai keterlambatan > 2 jam. Dalam <4

jam pertama diberikan cairan kristaloid sebanyak 3[25%(70%xBBkg)] ml.

70% adalah volume total cairan tubuh, sedangkan 25% dari jumlah minimal

kehilangan cairan tubuh dapat menimbulkan gejala klinik sidrom syok. (1,4,7,10)

Pada resusitasi cairan tanpa adanya syok atau kasus luka bakar luas <

25-30%, tanpa atau dijumpai keterlambatan < 2 jam. Kebutuhan dihitung

berdasarkan rumus baxter 3-4 ml/kgBB/% LB. (1,4,7,10)

25

Metode Parkland merupakan metode resusitasi yang paling umum

digunakan pada kasus luka bakar, menggunakan cairan kristaloid. Metode ini

mengacu pada waktu iskemik sel tubulus ginjal < 8 jam sehingga lebih tepat

diterapkan pada kasus luka bakar yang tidak terlalu luas tanpa keterlambatan. (1,4,7,10)

Pemberian cairan menurut formula Parkland adalah sebagai berikut: (1,4,7,10)

Pada 24 jam pertama: separuh jumlah cairan diberikan dalam 8 jampertama,

sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada bayi, anak dan orang tua,

kebutuhan cairan adalah 4 ml. Bila dijumpai cedera inhalasi maka kebutuhan

cairan 4 ml ditambah 1% dari kebutuhan.

Penggunaan zat vasoaktif (dopamin dan dobutamin) dengan dosis 3 mg/kgBB

dengan titrasi atau dilarutkan dalam 500ml Glukosa 5% jumlah tetesan dibagi

rata dalam 24 jam.

Pemantauan untuk menilai sirkulasi sentral melalui tekanan vena sentral

(minimal 6-12cm H20) sirkulasi perifer (sirkulasi renal). Jumlah produksi

urin melalui kateter, saat resusitasi (0,5- 1ml /kg BB/jam maka jumlah cairan

ditingkatkan 50% dari jam sebelumnya.

Pemeriksaan fungsi renal (ureum, kreatinin) dan urinalisis (berat jenis dan

sedimen).

Pemantauan sirkulasi splangnikus dengan menilai kualitas dan kuantitas

cairan lambung melaui pipa nasogastrik. Jika , 200ml tidak ada gangguan

pasase lambung, 200-400ml ada gangguan ringan, >400 ml gangguan berat. (1,4,7,10)

Penatalaksanaan 24 jam kedua

Pemberian cairan yang menggunakan glukosa dan dibagi rata dalam 24 jam.

Jenis cairan yang dapat diberikan adalah glukosa5% atau 10% 1500-2000 ml.

Batasan ringer laktat dapat memperberat edema interstisial.

Pemantauan sirkulasi dengan menilai tekanan vena pusat dan jumlah produksi

uin <1-2 ml/kgBB/jam,berikan vasoaktif samapi 5 mg/kgBB

Pemantauan analisa gas darah, elektrolit(1,4,7,10)

26

Penatalaksanaan setelah 48 jam

Cairan diberikan sesuai kebutuhan maintanance

Pemantauan sirkulasi dengan menilai produksi urin (3-4 ml/kgBB),

hemoglobin dan hematokrit. (1,4,7,10)

Rumus Baxter:

Pada dewasa:

Hari I: 3-4 ml x kgBB x % luas luka bakar

Hari II:Koloid: 200-2000 cc + glukosa 5%

Pemberian cairan ½ volume pada 8 jam pertama dan ½ volume diberikan

16jamberikutnya.

Pada anak:

Hari I:

RL:dex 5% = 17:3

(2cc x kgBB x % luas luka bakar) + keb. faal

Kebutuhan Faal:

<1 thn = kgBB X 100cc

5-15 thn = kgBB X 75cc

>15 thn = kgBB X 50cc

Hari II: sesuai kebutuhan faal

F ormula Parkland : (1,4,7,10)

Hari I (24jam pertama):

8 jam pertama: [0,5 x (4 cc x kgBB x % TBSA )] / 8 jam =cc/jam

16 jam kedua: [0,5 X (4 cc x kg BB x % TBSA)] / 16 jam = cc/jam

Penambahan cairan rumatan pada anak :

4 cc/kgBB/jam dalam 10 kg pertama

2 cc/kg BB/jam dalam 10 kg kedua (11-20kg)

1 cc/kgBB/jam untuk tiap >20kg

27

Bila dijumpai cedera inhalasi maka kebutuhan cairan 4 ml ditambah 1%

dari kebutuhan.Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat

dari produksi urin yaitu pada dewasa 0,5-1,0 cc/kg/jam dan pada anak 1,0-

1,5 cc/kg/jam. (1,4,7,10)

5. Perawatan luka

Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas,

mekanisme bernapas dan resusitasi cairan dilakukan. Tindakan meliputi

debridement secara alami, mekanik (nekrotomi) atau tindakan bedah (eksisi),

pencucian luka, wound dressing dan pemberian antibiotik topikal . Tujuan

perawatan luka adalah untuk menutup luka dengan mengupaya proses

reepiteliasasi, mencegah infeksi, mengurangi jaringan parut dan kontraktur

dan untuk menyamankan pasien. Debridement diusahakan sedini mungkin

untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial. Tindakan ini

dilakukan setelah keadaan penderita stabil, karena merupakan tindakan yang

cukup berat. Untuk bullae ukuran kecil tindakannya konservatif sedangkan

untuk ukuran besar(>5cm) dipecahkan tanpa membuang lapisan epidermis

diatasnya. (1,4,7,10)

Pengangkatan keropeng (eskar) atau eskarotomi dilakukan juga pada

luka bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh sebab

pengerutan keropeng(eskar) da pembengkakan yang terus berlangsung dapat

mengakibatkan penjepitan (compartment syndrome) yang membahayakan

sirkulasi sehingga bahgian distal iskemik dan nekrosis(mati). Tanda dini

penjepitan (compartment syndrome) berupa nyeri kemudian kehilangan daya

rasa (sensibilitas) menjadi kebas pada ujung-ujung distal. Keaadan ini harus

cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng

sampai penjepitan bebas. (1,4,7,10)

Pencucian luka dilakukan dengan hidroterapi yaitu memandikan

pasien atau dengan air hangat mengalir dan sabun mandi bayi. Lalu luka

dibalut dengan kasa lembab steril dengan atau tanpa krim pelembap.

Perawatan luka tertutup dengan occlusive dressing untuk mencegah

penguapan berlebihan. Penggunaan tulle (antibiotik dalam bentuk sediaan

kasa) berfungsi sebagai penutup luka yang memfasilitasi drainage dan

28

epitelisasi. Sedangkan krim antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi

pada luka. (1,4,7,10)

6. Lain-lain

Pemberian antibiotik pada kasus luka bakar bertujuan sebagai

profilaksis infeksi dan mengatasi infeksi yang sudah terjadi. Dalam3-5 hari

pertana populasi kuman yang sering dijumpai adalah bakteri Gram positif

non-patogen.Sedangkan hari 5-10 adalah bakteri Gram negative patogen.

Dalam 1-3 hari pertama pasca cedera, luka masih dalam keadaan steril

sehingga tidak diperlukan antibiotik. Beberapa antibiotik topikal yang dapat

digunakan adalah silver sulfadiazine 1%, silver nitrate dan mafenide

(sulfamylon) dan xerofom/bacitracin. Antasida diberikan untuk pencegahan

tukak beban (tukak stress/stress ulcer), antipiretik bila suhu tinggi dan

analgetik bila nyeri. (1,4,7,10)

Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan

keseimbnagan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak

2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan

diberikan melalui enteral atau ditambah dengan nutrisi parenteral. Pemberian

nutrisi enteral dini melalui nasaogastik dalam 24 jam pertama pasca cedera

bertujuan untuk mencegah terjadinya atrofi mukosa usus. Pemberian enteral

dilakukan dengan aman bila Gastric Residual Volume (GRV) <150 ml/jam

yang menandakan pasase saluran cerna baik. (1,4,7,10)

Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya perlu fisioterapi untuk

memperlancarkan peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau

perlu sendi diistirahatkan dalam posisi fungsional degan bidai.Penderita luka

bakar luas harus dipantau terus menerus. Keberhasilan pemberian cairan

dapat dilihat dari diuresis normal yaitu 1ml/kgBB/jam. Yang penting juga

adalah sirkulasi normal atau tidak dengan menilai produksi urin,analisa gas

darah, elektrolit, hemoglobin dan hematokrit. (1,4,7,10)

IX. KOMPLIKASI

Komplikasi pada luka bakar dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi saat

perawatan kritis atau akut dan komplikasi yang berhubungan dengan eksisi dan

29

grafting.Kompilkasi yang dapat terjadi pada masa akut adalah SIRS, sepsis dan

MODS.Selain itu komplikasi pada gastrointestinal juga dapat terjadi,ss yaitu atrofi

mukosa, ulserasi dan perdarahan mukosa, motilitas usus menurun dan ileus. Pada

ginjal dapat terjadi acute tubular necrosis karena perfusi ke renal menurun. Skin

graft loss merupakan komplikasi yang sering terjadi, hal ini disebabkan oleh

hematoma, infeksi dan robeknya graft. Pada fase lanjut suatu luka bakar, dapat

terjadi jaringan parut pada kulit berupa jaringan parut hipertrofik., keloid dan

kontraktur.Kontraktur kulit dapat menganggu fungsi dan menyebabkan kekeauan

sendi. Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi yang intensif dan

kontraktur memerlukan tindakan bedah. (1,4,7,10)

X. PROGNOSIS

Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas

permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan

kecepatan pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor ini dapat sembuh 5-10

hari tanpa adanya jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14

hari dan mugkin dapat menimbulkan luka parut. Jaringan parut akan membatasi

gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan dapat diperlukan untuk

membuang jaringan parut. (1,4,7,10)

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah.

Edisi 2. EGC. Jakarta. p 66-88

2. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.

McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259

3. Benjamin C. Wedro. Agustus 2008. First Aid for Burns.

http://www.medicinenet.com.

4. Rubangi. S, 1990. Trauma listrik dan Halilintar. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta.http://eprints.ui.ac.id/13260/1/82850-

T6046-Trauma%20listrik-TOC.pdf

5. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah.

Edisi 2. EGC. Jakarta. p 66-88

6. Hoediyanto.H, 2008. Trauma Listrik. Universitas Airlangga. Surabaya.

http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/Tr.

%20Listrik.pdf

3. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.

Philadelphia. p 118-129

4. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.

McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259

5. Jerome FX Naradzay. November 2006. Burns, Thermal.http: // www.

emedicine. com/ med/

6. Mayo clinic staff. Januari 2008. Burns First Aids.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus.

7. Benjamin C. Wedro. Agustus 2008. First Aid for Burns.

http://www.medicinenet.com.

31

8. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz’s

Principles of Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216

9. Klein, MB. 2007. Thermal,chemical,and electrical injuries.In: Thorne CH

et all (editor’s) Grabb & Smit’s Plastic surgery. 6 th Edition. US: Lippincott

Williams & Wilkins, Wolters Kluwer business.p 146-7.

9. Rubangi. S, 1990. Trauma listrik dan Halilintar. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta.http://eprints.ui.ac.id/13260/1/82850-

T6046-Trauma%20listrik-TOC.pdf

32