14
BAB I LANDASAN TEORI A. Medis 1. Definisi Struma adalah istilah untuk pembesaran kelenjar gondok. (kumpulan kuliah patologi, FKUI . Jakarta) Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar-debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’ disease). (http://mantrinews.blogspot.com/2011/12/laporan- pendahuluan-struma.html )

LP STRUMA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LP STRUMA

BAB I

LANDASAN TEORI

A. Medis

1. Definisi

Struma adalah istilah untuk pembesaran kelenjar gondok.

(kumpulan kuliah patologi, FKUI . Jakarta)

Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan

jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah

banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar-debar, keringat,

gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar,

penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’ disease).

(http://mantrinews.blogspot.com/2011/12/laporan-pendahuluan-struma.html)

Gambar Struma

(sumber : http://dhanifreedom.wordpress.com/2012/04/16/struma/)

Page 2: LP STRUMA

2. Anatomi Fisiologi

Kelenjar thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang terdiri atas

dua lobus yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat bersama oleh

secarik jaringan disebut istmus yang melintasi pada cincin tulang trakhea dua

dan tiga.

Struktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid epitelium

membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi protein. Regulasi

sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistim kerja balik antara kelenjar

hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid. Lobus anterior

hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan iodine, meningkatkan

sintesis dan sekresi hormon thyroid, meningkatkan ukuran kelenjar thyroid.

Apabila terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior merangsang

peningkatan sekresi TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk

meningkatkan sekresi hormon thyroid: Thyroxine (T4) berfungsi untuk

mempertahankan metabolisme tubuh dan Tridothyronin (T3), berfungsi untuk

mempercepat metabolisme tubuh.

Gambar kelenjar tiroid

(Sumber : http://yusnia-bio.blogspot.com/2009/04/kelenjar-tiroid-kelenjar-

gondok.html)

Page 3: LP STRUMA

a. Fungsi Fisiologis Hormon Tiroid:

1) Meningkatkan transkripsi gen ketika hormon tiroid (kebanyakan T3)

berikatan dengan reseptornya di inti sel.

2) Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria sehingga pembentukkan

ATP (adenosin trifosfat) meningkat.

3) Meningkatkan transfor aktif ion melalui membran sel.

4) Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak, terutama pada

masa janin.

b. Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri:

1) A. thyroidea superior (arteri utama)

2) A. thyroidea inferior (arteri utama)

3) Terkadang masih pula terdapat A. thyroidea ima, cabang langsung dari

aorta atau A. anonyma.

c. Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena utama:

1) V. thyroidea superior (bermuara di V. jugularis interna).

2) V. thyroidea medialis (bermuara di V. jugularis interna).

3) V. thyroidea inferior (bermuara di V. anonyma kiri).

Aliran limfe terdiri dari 2 jalinan: Jalinan kelenjar getah bening

intraglandularis dan Jalinan kelenjar getah bening extra glandularis.

Kedua jalinan ini akan mengeluarkan isinya ke limfonoduli pretracheal lalu

menuju ke kelenjar limfe yang dalam sekitar V. jugularis. Dari sekitar V.

jugularis ini diteruskan ke limfonoduli mediastinum superior.

d. Persarafan kelenjar tiroid:

1) Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan

inferior

2) Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens

(cabang N.vagus). N. laryngea superior dan inferiorsering cedera waktu

operasi, akibatnya pita suara terganggu (stridor/serak).

Page 4: LP STRUMA

Secara histologi, parenkim kelenjar ini terdiri atas:

a. Folikel-folikel dengan epithetlium simplex kuboideum yang mengelilingi

suatu massa koloid. Sel epitel tersebut akan berkembang menjadi bentuk

kolumner katika folikel lebih aktif (seperti perkembangan otot yang terus

dilatih).

b. Cellula perifolliculares (sel C) yang terletak di antara beberapa folikel yang

berjauhan.

(http://mantrinews.blogspot.com/2011/12/laporan-pendahuluan-struma.html)

3. Etiologi

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan

faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain:

a. Defisiensi iodium. Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat

di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium,

misalnya daerah pegunungan.

b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.

c. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol,

lobak, kacang kedelai).

d. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya: thiocarbamide,

sulfonylurea dan litium).

(http://mantrinews.blogspot.com/2011/12/laporan-pendahuluan-struma.html)

4. Klasifikasi

Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik

teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme (Hartini,

1987)

Struma Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan oleh

sekresi hormon-hormon thyroid yang terlalu banyak. Histologik keadaan ini

adalah sebagai suatu hipertrofi dan hyperplasi dari parenkhym kelenjar.

Page 5: LP STRUMA

Struma endemik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan oleh

asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama.

5. Manifestasi Klinis

Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan

gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan

menelan. Peningkatan simaptis seperti; jantung menjadi berdebar-debar, gelisah,

berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan kelelahan.

(http://mantrinews.blogspot.com/2011/07/struma.html )

 

6. Patofisiologi dan WOC

Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan perubahan

dalam struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Rangsangan TSH reseptor

tiroid oleh TSH, TSH-Resepor Antibodi atau TSH reseptor agonis, seperti

chorionic gonadotropin, akan menyebabkan struma diffusa. Jika suatu kelompok

kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel maligna metastase ke kelenjar tiroid, akan

menyebabkan struma nodusa.

(Mulinda, 2005)

Defesiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan

peningkatan produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan jumlah

dan hiperplasi sel kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon tiroid. Jika

proses ini terus menerus, akan terbentuk struma. Penyebab defisiensi hormon

tiroid termasuk inborn error sintesis hormon tiroid, defisiensi iodida dan

goitrogen.

(Mulinda, 2005)

Page 6: LP STRUMA

Struma mungkin bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH. Yang

termasuk stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH, kelenjar

hipofise yang resisten terhadap hormon tiroid, adenoma di hipotalamus atau di

kelenjar hipofise, dan tumor yang memproduksi human chorionic gonadotropin.

(Mulinda, 2005)

7. Pemeriksaan penunjang

a. Dilakukan foto thorak posterior anterior

b. Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft tissu technig

c. Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.

d. Laboratorium darah

e. Pemeriksaan sidik tiroid

f. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

g. Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA)

h. Termografi

i. Petanda Tumor

8. Penatalaksanaan

a. Obat antitiroid: 1) Inon tiosianat mengurangi penjeratan iodida2) Propiltiourasil (PTU) menurunkan pembentukan hormon tiroid3) Iodida pada konsentrasi tinggi menurunkan aktivitas tiroid dan ukuran

kelenjar tiroid.

b. Tindakan Bedah: 1) Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebgaian kelenjar tiroid. Lobus

kiri atau kanan yang mengalami perbesaran diangkat dan diharapkan kelenjar yang masihtersisa masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hormon-hormon tiroid sehingga tidak diperlukan terapi penggantian hormon.

2) Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang menjalani tindakan ini harus mendapat terapi hormon pengganti yang besar dosisnya beragam pada setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia, pekerjaan dan aktivitas.

Page 7: LP STRUMA

9. Pencegahan

Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri

dari berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk

mencegah terjadinya struma adalah :

a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku

makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium.

b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut.

c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah

dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk

menghindari hilangnya yodium dari makanan.

d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini

memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena

dapat terjangkau daerah luas dan terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida

diberikan dalam saluran air dalam pipa, yodida yang diberikan dalam air

yang mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan air minum.

e. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah

endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua

pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan

menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan endemis sedang. Dosis

pemberiannya bervariasi sesuai umur dan kelamin.

f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3

tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc

dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.

Page 8: LP STRUMA

B. Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktifitas/istirahat

Gejala  : insomnia, sensivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi,

kelelahan berat.

Tanda   : atropi otot

b. Sirkulasi

Gejala   : palpitasi, nyeri dada (angina)

Tanda    : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan

tekanan darah dengan takanan dada yang berat, takhikardi saat istirahat,

sirkulasi kolap, syok (krisis tirotoksikosis).

c. Eliminasi

Gejala : urine dalam jumlah yang banyak, perubahan dalam faeces.

d. Integritas ego

Gejala : mengalami stress yang berat baik maupun fisik

Tanda : emosi labil (euphoria sedang sampai delirium), depresi.

e. Makanan/cairan

Gejala : kehilangsn berat badan mendadak, nafsu makan meningkat,

makannya sering, kehausan, mual dan muntah.

Tanda : pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah

pretibial.

f. Neurosensori

Tanda : bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti

bingung, disorientasi, gelisa, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor,

koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-

sentak, hiperaktif reflek tendon dalam (RTD).

g. Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri orbital/fothopobia

Page 9: LP STRUMA

h. Pernafasan

Tanda : frekwensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, sumbatan jalan

nafas, terjadi penekanan.

i. Keamanan

Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, kebutuhan

meningkat akan iodium (G), alergi etrhadap iodium (Hi).

Tanda : suhu meningkat 37,4 derajat celcius. Diaforesisi, kulit halus, hangat

dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, exoftalmus: retraksi,

iritasi padakonjungtiva dan berair. Puritus, lesi, eritema ( sering terjadi pada

pretibial) yang menjadi sangat parah.

j. Seksualitas

Tanda : penurunan libido, hipomenorhea dan impotensi.

k. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : adanya riwayat keluarga mengalami masalah itroid, riwayat

hipotiroidisme, terapi hormon tiroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan

terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi

sebagian, riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia,

gangguan jantung atau pembedahan jantung, penyakit yang baru terjadi

(pnemonia), trauma, periksaan rontgen fhoto dengan zat kontras.

2. Diagnosa keperawatan

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya pembesaran

jaringan pada leher, penekanan trakhea.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan menelan.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan penurunan

proses kognitif.

d. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan fisik post op

tiroidektomi