21
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN ABSES GLUTEUS DI RUANG MENUR RSUD. dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA Disusun Oleh : 1. Febi Primani 2. Fitri Yulia K 3. Kiki Fitriyani 4. Muhammad Hanif M 5. Satria Aulia R AKADEMI KEPERAWATAN “YAKPERMAS” BANYUMAS

LP Presus- Abses Gluteus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

Page 1: LP Presus- Abses Gluteus

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN ABSES GLUTEUS DI RUANG MENUR

RSUD. dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Disusun Oleh :

1. Febi Primani

2. Fitri Yulia K

3. Kiki Fitriyani

4. Muhammad Hanif M

5. Satria Aulia R

AKADEMI KEPERAWATAN “YAKPERMAS” BANYUMAS

Jl. Jompo Kulon Sokaraja Banyumas 53181

2016

Page 2: LP Presus- Abses Gluteus

BAB IKonsep Dasar Medis

A. DefinisiAbses adalah penimbunan nanah yang terjadi akibat infeksi bakteri. Abses dapat

terjadi di mana saja pada bagian tubuh kita. Abses dapat terlihat karena berada di bagian

luar tubuh (pada lapisan kulit) atau terjadi pada organ dalam tubuh, yang tidak

terlihat.Abses merupakan kumpula nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di

sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi oleh bakteri, karena adanya benda

asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik).

Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang

melibatkan organisme progenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan

nekrokti, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim

autolitik (Morison, 2008).

Abses merupakan suatu infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri atau parasit karena

adanya benda asing dan mengandung nanah yang merupakan campuran dari jaringan

nefrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati (Siregar, 2007).

B. EtiologiMenurut Siregar (2007), suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses ketika bakteri

masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. sebagian sel mati

jaringan yang sehat itu mati, dan hancur meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan

sel-sel yang terinfeksi. Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa

cara: bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang

tidak steril dan bakteri dapat menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain.

Kondisi ini memicu sel-sel darah putih yang berfungsi melawan infeksi masuk ke dalam

rongga tersebut, memerangi bakteri, dan kemudian mati. Sel darah putih yang mati itulah

yang membentuk cairan nanah, yang mengisi rongga tersebut. Peluang terbentuknya

suatu abses akan meningkat jika terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat

terjadinya infeksi daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang terdapat

gangguan sistem kekebalan.

Page 3: LP Presus- Abses Gluteus

C. Patofisiologis

Kuman yang masuk kedalam tubuh akan menyebabkan kerusakan jaringan dengan

cara mengeluarkan toksin. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik (sintesis),

kimiawi yang secara spesifik mengawali proses peradangan atau melepaskan endotoksin

yang ada hubunganya dengan dinding sel. Reaksi hipersensitivitas terjadi bila ada

perubahan kondisi respon imunologi mengakibatkan perubahan reaksi imun yang

merusak jaringan. Agent  fisik dan bahan kimia oksidan dan korosif menyebabkan

kerusakan jaringan,kematian jaringan menstimulus untuk terjadi infeksi. Infeksi

merupakan salah penyebab dari peradangan, kemerahan merupakan tanda awal yang

terlihat  akibat dilatasi arteriol akan meningkatkan aliran darah ke mikro sirkulasi kalor

terjadi bersamaan dengan kemerahan bersifat lokal. Peningkatan suhu dapat  terjadi

secara sistemik. Akibat endogen pirogen yang dihasilkan makrofaq mempengaruhi

termoregulasi pada suhu lebih tinggi sehingga produksi panas meningkat dan terjadi 

hipertermi. Peradangan terjadi perubahan diameter pembuluh darah mengalir keseluruh

kapiler, kemudian aliran darah kembali pelan.  Sel-sel darah mendekati dinding

pembuluh darah didaerah zona plasmatik. Leukosit menempel pada epitel sehingga

langkah awal terjadi emigrasi kedalam ruang ekstravaskuler lambatnya aliran darah yang

mengikuti Fase hyperemia meningkatkan permiabilitas vaskuler mengakibatkan keluarya

plasma kedalam jaringan, sedang sel darah tertinggal dalam pembuluh darah akibat

tekanan hidrostatik meningkat dan tekanan osmotik menurun sehingga terjadi akumulasi

cairan didalam rongga ekstravaskuler yang merupakan bagian dari cairan eksudat  yaitu

edema. Regangan dan distorsi jaringan akibat edema dan tekanan  pus dalam rongga

abses menyebabkan rasa nyeri. Mediator kimiawi, termasuk bradikinin, prostaglandin,

dan serotonin merusak ujung saraf sehingga menurunkan ambang stimulus terhadap

reseptor mekanosensitif dan termosensitif yang menimbulkan nyeri. Adanya edema akan

mengganggu gerak jaringan  sehingga mengalami penurunan fungsi tubuh yang

menyebabkan terganggunya mobilitas litas.

Inflamasi terus terjadi selama, masih ada pengrusakan jaringan bila penyebab

kerusakan bisa  diatasi, maka debris akan difagosit dan dibuang oleh  tubuh sampai

terjadi resolusi dan kesembuhan. Reaksi sel fagosit yang berlebihan menyebabkan debris

terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses di sel jaringan lain membentuk

flegmon. Trauma yang hebat menimbulkan reaksi tubuh yang berlebihan berupa

fagositosis debris yang diikuti dengan pembentukan jaringan granulasi vaskuler untuk

Page 4: LP Presus- Abses Gluteus

mengganti jaringan yang rusak (fase organisasi), bila fase destruksi jaringan berhenti

akan terjadi fase penyembuhan melalui jaringan granulasi fibrosa. Tapi bila destruksi

jaringan berlangsung terus akan terjadi fase inflamasi kronik yang akan sembuh bila

rangsang yang merusak hilang. Abses yang tidak diobati akan pecah dan mengeluarkan

pus kekuningan sehingga terjadi kerusakan Integritas kulit. Sedangkan abses yang

diinsisi dapat mengakibatkan resiko penyebaran infeksi.

D. Manifestasi KlinisTidak dapat dirasakan gejala saat kuman menyerang suatu bagian tubuh tertentu. Tetapi

setelah abses terbentuk, biasanya kita merasa tidak nyaman, terjadi pembengkakan,

demam dan jika abses terjadi di organ luar tubuh, akan terlihat kumpulan nanah.

Sedangkan jika abses terjadi di bagian dalam tubuh, maka yang dapat dirasakan adalah

organ tubuh yang membesar (akibat pembengkakan). abses merupakan salah satu

manifestasi peradangan, maka manifestasi lain yang mengikuti abses dapat merupakan

tanda dan gejala dari proses inflamasi, yakni: kemerahan (rubor), panas (calor),

pembengkakan (tumor), rasa nyeri (dolor), dan hilangnya fungsi.

Menurut Smatzer (2013), gejala dari abses tergantung lokasi dan pengaruhnya terhadap

fungsi atau organ syaraf yaitu bisa berupa:

a. Nyeri tekan

b. Akral teraba hangat

c. Pembengkakan

d. Kemerahan

e. Demam

Suatu abses yang terbentuk tepat bawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan.

Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah

maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses

didalam tubuh sebelumnya menimbulkan gejala seringkali terlrbih tumbuh lebih besar.

Paling sering abses akan menimbulkan nyeri trkan dengan massa yang berwarna merah,

hangat pada permukaan abses.

Page 5: LP Presus- Abses Gluteus

E. Pathways Faktor predisposisi Bakteri multiplikasi Tubuh bereaksi untk

merusak jaringan yaitu perlindungan trhdp benda asing yg menyebabkaan penyebaran infeksi luka & agen fisik

abses terlokasi Trjd proses peradangandr matinya jrngan nekrotik

bakteri & sel drh putih

Operasi Lepasnya zat progen leukosit pd jaringan Cemas

Ansietas

Peradangan kurang informasi

Demam

Panas

Kerusakan integritas jaringan

Resiko pendarah

Hipertemi

Defisiensi pengetahuan

Page 6: LP Presus- Abses Gluteus

F. Pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan diagnostik

Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukan peningkatan jumlah sel

darah putih. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dalam, biasanya dilakukan

pemeriksaan:

a. Rontgen

b. USG

c. Ct-Scan

G. Pemeriksaan Medis

Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanggan menggunakan antibiotik. Namun

demikian kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah, debridment, dan

kreatase. Hal ini sangan penting untuk diperhatikan bahwa penanggan hanya dengan

menggunakan antibiotik tanpa drainase pembedahan tindakan yang efektif. Hal tersebut

terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk kedalam abses dan selain antibiotik

tersebut sering kali dapat bekerja dalam pH yang rendah.

BAB II

Page 7: LP Presus- Abses Gluteus

Proses Keperawatan

1. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan

Hal-hal yang perlu di kaji antara lain adalah:

- Abses kulit atau di bawah kulit sangat mudah di kenali, sedangkan abses dalam

sering kali sulit ditemukan.

- Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum atau terkena peluru.

- Riwayat infeksi sebelumnya yang terasa cepat menunjukan rasa sakit diikuti

adanya rasa eksudat tetapi tidak bisa dikeluarkan.

b. Pemeriksaan Fisik

- Luka terbuka atau tertutup.

- Organ atau terinfeksi.

- Masa eksudat atau dengan bermata.

- Peradangan berwarna pink atau kemerahan .

- Abses dengan ukuran bervariasi.

- Rasa sakit bila dipalpasi akan terasa fluktuatif.

c. Pemeriksaan laboratorium

- Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel darah putih.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit

c. Resiko perdaraha berhubungan dengan pembedahan

d. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan trauma jaringan

e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan sumber informasi

Page 8: LP Presus- Abses Gluteus

3. Fokus Intervensi

a. Pre operasi

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

NOC

Intervensi

Keperawatan

NIC

1. Nyeri akut b.d agen

injuri biologis

Setelah dilakukan keperawatan

selama...x24 jam diharapkan nyeri

dapat teratasi dengan indikator:

Pain level

Indikator IR ER

-Ekspresi nyeri

pada wajah

-Melaporkan

adanya nyeri

-Frekuensi nyeri

-Merintih dan

meringis

2

2

2

2

5

5

5

5

Ket:

1. Kuat

2. Berat

3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak ada

Pain menejemen

-Lakukan TTV

-Kaji nyeri secara

komperhensif

-Anjurkan teknik

relaksasi dan distraksi

-Kolaborasi

pemberian analgetik

Page 9: LP Presus- Abses Gluteus

2. Cemas b.d kurang

pengetahuan

mengenai mproses

penyakit

Setelah dilakukan keperawatan

selama...x24 jam diharap cemas

dapat teratasi:

Asodety control

Indikator IR ER

-Menyingkirkan

tanda kecemasan

-Merencanakan

strategi koping untuk

situasi penuh

-Menggunakan

strategi koping efektif

2

2

2

5

5

5

Ket:

1. Slalu menunjukan

2. Sering menunjukan

3. Kadang-kadang

menunjukan

4. Jarang menunjukan

5. Tidak pernah menunjukan

Anooety reduction

-Gunakan pendekatan

yang menenangkan

-Berikan informasi

faktual

-Identifikasi tingkat

kecemasan

Page 10: LP Presus- Abses Gluteus

b. Post Operasi

No. Diagnosa keperawatan NIC NOC

1. Nyeri b.d proses

inflamasi

Setelah dilakukan

keperawatan selama...x24

jam diharapkan nyeri dapat

teratasi dengan indikator:

Pain level

Indikator IR ER

-Ekspresi nyeri

pada wajah

-Melaporkan

adanya nyeri

-Frekuensi

nyeri

-Merintih dan

meringis

2

2

2

2

5

5

5

5

Ket:

1. Kuat

2. Berat

3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak ada

Pain menejemen

-Lakukan TTV

-Kaji nyeri secara

komperhensif

-Anjurkan teknik

relaksasi dan

distraksi

-Kolaborasi

pemberian

analgetik

2. Hipertermia b.d proses

penyakit

Setelah dilakukan

keperawatan selama...x24

jam diharapka suhu klien

-Monitor TTV

-Monitor warna

dan suhu tubuh

Page 11: LP Presus- Abses Gluteus

dalam batas normal:

Thermogulation

Indikator IR ER

-Suhu sesuai

yang

diharapkan

-Denyut nadi

sesuai

-Pernafasan

normal

-Hidrasi

adekuat

2

2

2

2

5

5

5

5

Ket:

1. Kuat

2. Berat

3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak ada

-Tingkatkan

sirkulasi darah

-Berikan

pengobatan untuk

mencegah

terjadinya

menggigil

3. Resiko pendarahan b.d

pembedahan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama...x24

jam diharapkan pendarahan

-Monitor TTV

-Kolaborasi

dengan tim medis

Page 12: LP Presus- Abses Gluteus

teratasi dengan indikator:

Indikator IR ER

-Frekuensi

perdarahan

-Melaporkan

adanya nyeri

2

2

5

5

Ket:

1. Kuat

2. Berat

3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak ada

-Lakukan balut

luka

4. Kerusakan integritas

kulit b.d trauma

jaringan

Setelah dilakukan

keperawatan selama..x24

jam diharapkan granulasi

jaringan mengalami

peningkatan dengan

indikator:

Tissue integtiti

Indikator IR ER

Pressure

managemen

-Anjurkan pasien

untuk memakai

baju longgar

-Mobilisasi pasien

-Monitor aktivitas

pasin

-Berikan

Page 13: LP Presus- Abses Gluteus

-Temperatur

jaringan

-Hidrasi sesuai

yang di

harapkan

-Perfusi

jaringan

-Bebas lesi

2

2

2

2

5

5

5

5

Ket:

1. Kuat

2. Berat

3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak ada

pelembab

5. Defisiensi pengetahuan

b.d sumber informasi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama...x24

jam diharapkan pengetahuan

meningkat:

Knowledge

Indikator I

R

ER

-Monitor TTV

-Berikan penilaian

tentang penyakit

-Berikan tanda

dan gejala yang

bisa muncul

-Informasikan

kepada pasien

Page 14: LP Presus- Abses Gluteus

-

Mendiskripsikan

fator penyebab

-Mengetahui

tanda dan gejala

-Mengetahui

faktor resiko

2

2

2

5

5

5

Ket:

1. Penuh

2. Berat

3. Sedang

4. Sedikit

5. Tidak ada

tentang kondisi

dengan cara yang

tepat

Page 15: LP Presus- Abses Gluteus

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoes, A (2007). Kapita Selekta Kedokteraan. Jakarta. EGC

Smeltzer (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol.3. Jakarta : EGC

Nanda Internasional. (2012). Nursing Diagnoses Definition and Clasification 2012. Wiley-Blacwell.United Kingdom

Prise & Wilkinson. (2008). Patofisiologis Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta.EGC

Soeparman & Waspadji. (2012). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta. EGC