25
DEFINISI Abses Otak adalah penimbunan nanah yang terlokalisasi di dalam otak. PENYEBAB Abses otak jarang terjadi dan bisa merupakan akibat dari: - Penyebaran infeksi di bagian lain dari kepala (misalnya gigi, hidung atau telinga) - Cedera kepala yang menembus ke otak - Infeksi di bagian tubuh yang lain, yang disebarkan melalui darah. GEJALA Abses otak bisa menyebabkan berbagai gejala, tergantung kepada lokasinya. Gejalanya bisa berupa sakit kepala, mual, muntah, rasa mengantuk, kejang, perubahan kepribadian dan gejala kelainan fungsi otak lainnya. Gejala-gejala tersebut bisa timbul dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Pada awalnya penderita meraskan demam dan menggigil, tetapi gejala ini bisa menghilang ketika tubuh berhasil menangkal infeksi tersebut. DIAGNOSA Pemeriksaan terbaik untuk menemukan abses otak adalah CT scan atau MRI. Biopsi dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan tumor atau stroke dan untuk menentukan organisme penyebab terjadinya abses. PENGOBATAN Pengobatan untuk abses otak adalah antibiotik; yang paling sering digunakan adalah penisilin, metronidazol, nafsilin dan sefalosporin (misalnya seftizoksim). Antibiotik biasanya dilanjutkan sampai 4-6 minggu dan pemeriksaan CT scan dan Mri diulang setiap 2 minggu.

abses otak

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: abses otak

DEFINISIAbses Otak adalah penimbunan nanah yang terlokalisasi di dalam otak.

PENYEBABAbses otak jarang terjadi dan bisa merupakan akibat dari: - Penyebaran infeksi di bagian lain dari kepala (misalnya gigi, hidung atau telinga) - Cedera kepala yang menembus ke otak - Infeksi di bagian tubuh yang lain, yang disebarkan melalui darah.

GEJALAAbses otak bisa menyebabkan berbagai gejala, tergantung kepada lokasinya. Gejalanya bisa berupa sakit kepala, mual, muntah, rasa mengantuk, kejang, perubahan kepribadian dan gejala kelainan fungsi otak lainnya.

Gejala-gejala tersebut bisa timbul dalam beberapa hari atau beberapa minggu.

Pada awalnya penderita meraskan demam dan menggigil, tetapi gejala ini bisa menghilang ketika tubuh berhasil menangkal infeksi tersebut.

DIAGNOSAPemeriksaan terbaik untuk menemukan abses otak adalah CT scan atau MRI.

Biopsi dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan tumor atau stroke dan untuk menentukan organisme penyebab terjadinya abses.

PENGOBATANPengobatan untuk abses otak adalah antibiotik; yang paling sering digunakan adalah penisilin, metronidazol, nafsilin dan sefalosporin (misalnya seftizoksim). Antibiotik biasanya dilanjutkan sampai 4-6 minggu dan pemeriksaan CT scan dan Mri diulang setiap 2 minggu.

Jika antibiotik tidak berhasil mengatasi keadaan ini, maka dilakukan pembedahan untuk membuang nanah.

Kadang abses menyebabkan bertambahnya tekanan dan pembengkakan di dalam otak. Keadaan ini sangat serius dan bisa menyebabkan kerusakan otak yang menetap, sehingga diberikan kortikosteroid dan obat lainnya (misalnya manitol) untuk mengurangi pembengkakan otak dan mengurangi tekanan di dalam otak.http://forum.um.ac.id/index.php?topic=5015.0

Abses Otak Muhammad Totong Kamaluddin Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang

Page 2: abses otak

PENDAHULUAN Abses otak (AO) adalah suatu reaksi piogenik yang ter-lokalisir pada jaringan otak(1,2). AO pada anak jarang ditemukan dan di Indonesia juga belum banyak dilaporkan. Morgagni (16821771) pertama kali melaporkan AO yang disebabkan oleh peradangan telinga(3). Pada beberapa penderita dihubungkan dengan kelainan jantung bawaan sianotik(4,5,6). Mikroorganisme penyebab AO meliputi bakteri, jamur dan parasit tertentu(2,7,8,9). Mikroorganisme tersebut mencapai sub-stansia otak melalui aliran darah, perluasan infeksi sekitar otak, luka tembus trauma kepala dan kelainan kardiopulmoner. Pada beberapa kasus tidak diketahui sumber infeksinya(1,7). Gejala klinik AO berupa tanda-tanda infeksi yaitu demam, anoreksi dan malaise, peninggian tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal sesuai lokalisasi abses(1,7). Terapi AO terdiri dari pemberian antibiotik dan pembedahan(4,7,8,9,10). Tanpa pengobatan, prognosis AO jelek(2,6,7). Makalah ini bertujuan membicarakan secara singkat AO yang menyangkut angka kejadian, etiologi, patofisiologi, gam-baran klinik, diagnosis, diagnosis banding, penanganan dan prognosis. ANGKA KEJADIAN Angka kejadian yang sebenamya dari AO tidak diketahui. Laki-laki lebih sering daripada perempuan dengan perbanding-an 2:1(6,9). Poerwadi melaporkan 18 kasus AO pada anak dengan usia termuda 5 bulan(3)

Page 3: abses otak

. ETIOLOGI Berbagai mikroorganisme dapat ditemukan pada AO, yaitu bakteri, jamur dan parasit"). Bakteri yang tersering adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus anaerob, Streptococcusbeta hemolyticus, Streptococcus alpha hemolyticus, E. coli dan Baeteroides(5,7,8). Abses oleh Staphylococcus biasanya berkembang dari per-jalanan otitis media atau fraktur kranii. Bila infeksi berasal dari sinus paranasalis penyebabnya adalah Streptococcus aerob dan anaerob, Staphylococcus dan Haemophilus influenzae. Abses oleh Streptococcus dan Pneumococcus sering merupakan komplikasi infeksi paru. Abses pada penderita jantung bawaan sianotik umumnya oleh Streptococcus anaerob(5). Jamur pe-nyebab AO antara lain Nocardia asteroides, Cladosporium trichoides dan spesies Candida dan Aspergillus. Walaupun ja-rang, Entamuba histolitica, suatu parasit amuba usus dapat menimbulkan AO secara hematogen(5,7). Kira-kira 620% AO disebabkan oleh flora campuran, ku-rang lebih 25% AO adalah kriptogenik (tidak diketahui sebab-nya). PATOFISIOLOGI AO dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling sering pada pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat per-mukaan otak pada lobus tertentu(2,7). AO bersifat soliter atau multipel. Yang multipel biasanya ditemukan pada penyakit jantung bawaan sianotik; adanya shunt kanan ke kiri akan menyebabkan darah sistemik selalu tidak jenuh sehingga sekunder terjadi polisitemia. Polisitemia ini me-mudahkan terjadinya trombo-emboli. Umumnya lokasi abses pada tempat yang sebelumnya telah mengalami infark akibat Cermin Dunia Kedokteran No. 89, 1993 25

Page 4: abses otak
Page 5: abses otak

trombosis; tempat ini menjadi rentan terhadap bakteremi atau radang ringan. Karena adanya shunt kanan ke kin maka bakte-remi yang biasanya dibersihkan oleh paru-paru sekarang masuk langsung ke dalam sirkulasi sistemik yang kemudian ke daerah infark. Biasanya terjadi pada umur lebih dari 2 tahun(11). Dua pertiga AO adalah soliter, hanya sepertiga AO adalah multi-pel(2,4,9,12). Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan dan kongesti jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik perda-rahan. Setelah beberapa hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk suatu rongga abses. Astroglia, fibroblas dan makrofag me-ngelilingi jaringan yang nekrotik(n

. Mula-mula abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan fibrosis yang pro-gresif terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris. Tebal kapsul antara beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Beberapa ahli membagi perubahan patologi AO dalam 4 stadium yaitu : 1)stadium serebritis dini 2)stadium serebritis lanjut 3)stadium pembentukan kapsul dini 4)stadium pembentukan kapsul lanjut. Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar dan meluas ke arah ventrikel sehingga bila terjadi ruptur, dapat menimbulkan meningitis(7). Infeksi jaringan fasial, selulitis orbita, sinusitis etmoidalis, amputasi meningoensefalokel nasal dan abses apikal dental da-pat menyebabkan AO yang berlokasi pada lobus frontalis. Otitis media, mastoiditis terutama menyebabkan AO lobus temporalis dan serebelum, sedang abses lobus parietalis biasanya terjadi secara hematogen(2,7). GAMBARAN KLINIK

Page 6: abses otak

Pada stadium awal gambaran klinik AO tidak khas, terdapat gejala-gejala infeksi seperti demam, malaise, anoreksi dan gejalagejala peninggian tekanan intrakranial berupa muntah, sakit kepala dan kejang. Dengan semakin besarnya AO gejala menjadi khas berupa trias abses otak yang terdiri dari gejala infeksi, peninggian te-kanan intrakranial dan gejala neurologik fokal(2,7). Abses pada lobus frontalis biasanya tenang dan bila ada gejala-gejala neurologik seperti hemikonvulsi, hemiparesis, hemianopsia homonim disertai kesadaran yang menurun me-nunjukkan prognosis yang kurang baik karena biasanya terjadi herniasi dan perforasi ke dalam kavum ventrikel(2,5,7). Abses lobus temporalis selain menyebabkan gangguan pendengaran dan mengecap didapatkan disfasi, defek penglihatan kwadran alas kontralateral dan hem ianopsi komplit. Gangguan motorik terutama wajah dan anggota gerak atas dapat terjadi bila perluasan abses ke dalam lobus frontalis relatif asimptomatik, berlokasi terutama di daerah anterior sehingga gejala fokal adalah gejala sensorimotorik(7). Abses serebelum biasanya berlokasi pada satu hemisfer danmenyebabkan gangguan koordinasi seperti ataksia, tremor, dismetri dan nistagmus. Abses batang otak jarang sekali terjadi, biasanya berasal hematogen dan berakibat fatal. LABORATORIUM Terutama pemeriksaan darah perifer yaitu pemeriksaan lekosit dan laju endap darah; didapatkan peninggian lekosit dan laju endap darah(2,7). Pemeriksaan cairan serebrospinal pada umumnya memper-lihatkan gambaran yang normal. Bisa didapatkan kadar protein yang sedikit meninggi dan sedikit pleositosis, glukosa dalam batas normal atau sedikit berkurang(2,7,12), kecuali bila terjadi perforasi dalam ruangan ventrikel(2,7). DIAGNOSIS

Page 7: abses otak

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik, pe-meriksaan laboratorium disertai pemeriksaan penunjang lain-nya(2,7). Foto polos kepala memperlihatkan tanda peninggian tekanan intrakranial, dapat pula menunjukkan adanya fokus infeksi ekstraserebral; tetapi dengan pemeriksaan ini tidak dapat diidentifikasi adanya abses. Pemeriksaan EEG terutama penting untuk mengetahui lo-kalisasi abses dalam hemisfer. EEG memperlihatkan perlam-batan fokal yaitu gelombang lambat delta dengan frekuensi 13 siklus/detik pada lokasi abses(2,7,13). Pnemoensefalografi penting terutama untuk diagnostik abses serebelum. Dengan arteriografi dapat diketahui lokasi abses di hemisfer. Saat ini, pemeriksaan angiografi mulai ditinggalkan setelah digunakan pemeriksaan yang relatif noninvasif seperti CT scan. Dan scanning otak menggunakan radioisotop tehnetium dapat diketahui lokasi abses; daerah abses memperlihatkan bayangan yang hipodens daripada daerah otak yang normal dan biasanya dikelilingi oleh lapisan hiperderns. CT scan selain mengetahui lokasi abses juga dapat membedakan suatu serebritis dengan abses(2,13). Magnetic Resonance Imaging saat ini banyak digunakan, selain memberikan diagnosis yang lebih cepat juga lebih akurat. DIAGNOSIS BANDING ·Gangguan pembuluh darah otak, yang bersifat oklusi dan perdarahan, terutama pada penderita AO dengan penyakit jan-tung bawaan sianotik. Jarang terjadi sebelum usia 2 tahun. Serangan nerolgik timbulnya mendadak, pada AO perlahan. ·Hidrosefalus. Gejala klinik AO di bawah 2 tahun, kadang-kadang sukar dibedakan dari hidrosefalus. ·Tumor otak seperti astrositoma mempunyai gambaran klinik seperti AO. Dengan pemeriksaan CT scan dapat dibedakan keduanya. ·Kelainan lain yang harus dibedakan dari AO adalah proses desak ruang intrakranial seperti hematoma subdural, abses

Page 8: abses otak

subdural dan abses epidural serta hematoma epidural(2,7). Cermin Dunia Kedokteran No. 89, 1993

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10AbsesOtak89.pdf/10AbsesOtak89.html6

Abses Otak

Definition :Abses otak adalah kumpulan nanah yang terbungkus oleh suatu kapsul dalam jaringan otak yang disebabkan karena infeksi bakteri atau jamur. Abses otak biasanya akibat komplikasi dari suatu infeksi, trauma atau tindak pembedahan. Keadaan-keadaan ini jarang terjadi, namun demikian insidens terjadinya abses otak sangat tinggi pada penderita yang mengalami gangguan kekebalan tubuh (seperti penderita HIV positif atau orang yang menerima transplantasi organ).

Sign & Symptoms :Gejala yang timbul bervariasi dari seorang dengan yang lain, tergantung pada ukuran dan lokasi abses pada otak. Lebih dari 75% penderita mengeluh sakit kepala dan merupakan gejala utama yang paling sering dikeluhkan. Sakit kepala yang dirasakan terpusat pada daerah abses dan rasa sakit semakin hebat dan parah. Aspirin atau obat lainnya tidak akan menolong menyembuhkan sakit kepala tersebut. Kuranglebih separuh dari penderita mengalami demam tetapi tidak tinggi. Gejala-gejala lainnya adalah mual dan mintah, kaku kuduk, kejang, gangguan kepribadian dan kelemahan otot pada salah satu sisi bagian tubuh.

Diagnose :Gejala awal abses otak tidak jelas karena tidak spesifik. Pada beberapa kasus, penderita yang berobat dalam keadaan distress, terus menerus sakit kepala dan semakin parah, kejang atau defisit neurologik (misalnya otot pada salah satu sisi bagian tubuh melemah). Dokter harus mengumpulkan riwayat medis dan perjalanan penyakit penderita serta keluhan-keluhan yang diderita oleh pasien. Harus diketahui kapan keluhan pertama kali timbul, perjalanan penyakit dan apakah baru-baru ini pernah mengalami infeksi. Untuk mendiagnosis abses otak dilakukan pemeriksaan CT sken (computed tomography) atau MRI sken (magnetic resonance imaging) yang secara mendetil memperlihatkan gambaran potongan tiap inci jaringan otak. Abses terlihat sebagai bercak/noktah pada jaringan otak. Kultur darah dan cairan tubuh lainnya akan menemukan sumber infeksi tersebut. Jika diagnosis masih belum dapat ditegakkan, maka sampel dari bercak/noktah tersebut diambil dengan jarum halus yang dilakukan oleh ahli bedah saraf.

Prevention :Kebanyakkan abses otak berhubungan dengan higiene mulut yang buruk, infeksi sinus yang kompleks atau gangguan sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, pencegahan yang terbaik adalah menjaga dan membersihkan rongga mulut dan gigi dengan baik serta secara teratur mengunjungi dokter gigi. Infeksi sinus diobati dengan dekongestan dan antibiotika yang tepat. Infeksi HIV dicegah dengan tidak melakukan hubungan seks yang tidak aman.

Ada 2 pendekatan yang dilakukan dalam terapi abses otak, yaitu :

Page 9: abses otak

1. Antibiotika untuk mengobati infeksi. Jika diketahui infeksi yang terjadi disebabkan oleh bakteri yang spesifik, maka diberikan antibiotika yang sensitif terhadap bakteri tersebut, paling tidak antibiotika berspektrum luas untuk membunuh lebih banyak kuman penyakit. Paling sedikit antibiotika yang diberikan selama 6 hingga 8 minggu untuk menyakinkan bahwa infeksi telah terkontrol.

2. Aspirasi atau pembedahan untuk mengangkat jaringan abses. Jaringan abses diangkat atau cairan nanah dialirkan keluar tergantung pada ukuran dan lokasi abses tersebut. Jika lokasi abses mudah dicapai dan kerusakkan saraf yang ditimbulkan tidak terlalu membahayakan maka abses diangkat dengan tindakan pembedahan. Pada kasus lainnya, abses dialirkan keluar baik dengan insisi (irisan) langsung atau dengan pembedahan yaitu memasukkan jarum ke lokasi abses dan cairan nanah diaspirasi (disedot) keluar. Jarum ditempatkan pada daerah abses oleh ahli bedah saraf dengan bantuan neurografi stereotaktik, yaitu suatu tehnik pencitraan radiologi untuk melihat jarum yang disuntikkan ke dalam jaringan abses melalui suatu monitor. Keberhasilan pengobatan dilakukan dengan menggunakan MRI sken atau CT sken untuk menilai keadaan otak dan abses tersebut. Antikonvulsan diberikan untuk mengatasi kejang dan penggunaanya dapat diteruskan hingga abses telah berhasil diobati.

http://www.tanyadokter.com/disease.asp?id=1000796

ABSES OTAK AKIBAT PENYAKIT TELINGA (ABSES SEREBRI OTOGENIK)

Februari 21, 2010 oleh Dr. Kris

PENDAHULUAN

Abses serebri otogenik (ASO) adalah abses (terbentuknya nanah) otak akibat komplikasi intrakranial (didalam tulang tengkorak) oleh penyakit otitis media kronik terutama yang disertai kolesteatom. Komplikasi ini merupakan komplikasi intrakranial tersering kedua setelah meningitis.1,2  Komplikasi ini serius karena dapat mengancam jiwa atau menjadi kondisi yang mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan maksimal. Hipocrates tahun 460 SM telah mencatat ada hubungan antara otore purulen (nanah di telinga) disertai demam, penurunan kesadaran kemudian meninggal.3 Dari patogenesisnya ASO merupakan proses supurasi fokal yang terjadi pada parenkim otak (serebritis), dapat berlokasi di serebrum maupun serebelum.3

Page 10: abses otak

Pada era sebelum antibiotika, angka kejadian ASO sekitar 2.3% dari seluruh komplikasi otits media kronik, namun pada era antibiotik dan perkembangan tehnik operasi yang baik, kejadian komplikasi ASO ini berkurang manjadi 0.15 – 0.04%.4

Mengingat angka kematiannya yang tinggi sekitar 30-40%5, eradikasi infeksi ini, baik absesnya maupun sumber infeksinya yaitu telinga menimbulkan tantangan tersendiri yang diawali oleh Sir Wiliam Macewen dengan pendekatan pengambilan abses otogenik melalui jalur mastoid. Namun dengan berkembangnya masing-masing bidang keahlian baik THT dan bedah saraf, pengelolaan ASO meliputi dua prosedur yaitu eradikasi fokus primer infeksinya di mastoid dan komplikasi ASO itu sendiri.5,6

Deteksi dini dan ketepatan penanganan pada kasus ASO merupakan hal yang paling mendasar yang perlu dilakukan, dengan semakin panjang/lama waktu penegakan diagnosis, maka prognosis pasien menjadi lebih buruk.1,5

ANGKA KEJADIAN

Abses serebri otogenik (ASO) merupakan komplikasi intrakranial otitis media kronik yang sudah relatif jarang ditemukan di negara maju. Angka kejadian ASO diperkirakan 1 per 10000 komplikasi intrakranial akibat otitis media, dan rata-rata ditemukan 4-5 kasus pertahun dari laporan bagian bedah saraf di negara-negara maju. Kejadian ASO didominasi oleh pria dengan perbandingan 2:1, dan terbanyak dijumpai pada usia 30-45 tahun.7

Di negara-negara berkembang, kejadian ASO di kawasan Asia hampir sama, dari Nepal dilaporkan komplikasi intrakranial otitis media kronik (OMSK) sebanyak 4,72% dengan dominasi pria (79%) dibanding wanita selama kurun waktu tujuh tahun, dan ASO menempati urutan pertama yaitu 48,8 % diikuti meningitis 27,27%,8 ini berbeda dengan negara barat dimana meningitis menempati urutan pertama komplikasi intrakranial otitis media kronik.9 Di Indonesia belum ada data yang akurat tentang kejadian ASO ini,  di RSDK selama kurun waktu 2000 – 2006 dari data RM ditemukan  5 kasus ASO.

PATOGENESIS

Dari patogenesisnya ASO dapat melalui berbagai jalur penyebaran baik secara langsung malalui berbagai jalur seperti tegmen timpani yang akan membentuk abses dilobus temporal, melalui sinus sigmoid menuju fosa kranialis posterior membentuk abses serebelar dan bisa melalui labirin ke sakus endolimfatikus membentuk abses serebelar. Abses juga dapat menyebar secara tak langsung melalui vena-vena (vena diploic menyebabkan tromboangitis dari vena-vena serebral) atau melalui meatus akustikus interna akibat labirintitis.9 Proses pembentukan abses serebri dari mulai masuknya kuman sampai terbentuknya kapsul diperkirakan sekitar dua minggu sampai empat minggu.10,11

GEJALA KLINIS

Gejala klinis ASO meliputi gejala lokal di lobus temporalis dan gejala serebritis. Gejala klinis dini yang patut dicurigai ASO antara lain adanya riwayat OMKS disertai demam, nyeri

Page 11: abses otak

kepala, mual dan muntah. Gejala klinis yang mungkin ditemukan  pada lesi di lobus temporalis seperti gangguan berbahasa yang ditandai dengan riwayat aphasia, kesulitan dalam memahami kata-kata (kelainan bicara umumnya sensoris dan tak pernah motorik), gangguan pendengaran sentral yang umumnya dapat identifikasi, halusinasi akustik, gangguan penciuman, gangguan penglihatan seperti hemianopsia, neuropati saraf-saraf kranial mulai dari N.III s/d N.VII, lesi silang pada traktus piramidalis. Gejala-gejala serebritis yang dapat ditemukan antara lain gangguan okulomotor, sistem postural, adanya nistagmus spontan pada sisi lesi, ataksia, tremor, dismetria, hipotonia dan lesi yang menunjukkan perluasan ke organ sekitarnya seperti paralisis N. III, V, VI, VII, IX dan X.9

STADIUM

Menurut pembagian gejala klinisnya ASO dibagi dalam 4 stadium9,11 yaitu stadium awal dengan tanda-tanda meningismus, nause, nyeri kepala, perubahan psikologi, demam. Stadium dua/laten jika ditemukan serangan epileptikal, tanda defisit neurologis. Pada stadium tiga/manifestasi dapat ditemukan papil edema, perubahan-perubahan psikis, tanda-tanda kelainan fokal seperti aphasia, alexia, agraphia, hemiplegia, serangan epilepsi dan ataksia pada abses yang meluas ke sereberal, dapat juga ditemukan gejala-gejala penyebaran ke organ-organ sekitar seperti paralisis nervi kraniales, gangguan lapang pandang, gangguan sistem okulomotor dan posture. Pada stadium empat/terminal dapat ditemukan tanda-tanda stupor, koma, bradikardia dan pernafasan cheyne stokes.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi ASO antara lain CT scan, MRI, USG, angiografi, radionuklir. Pemeriksaan paling akurat untuk mendeteksi adanya ASO adalah CT scan kranial dengan kontras. Gambaran CT scan ASO bergantung dari stadiumnya. Pada stadium-stadium awal, gambarannya mungkin hampir sama dengan meningitis, dimana tidak ditemukan enhancment pada pemberian kontras.11 Pada stadium awal terbentuknya abses, mulai terdeteksi adanya ireguler enhancment pada tepi abses. Pada abses yang nyata akan ditemukan enhancment berupa cincin yang merupakan gambaran kapsul kolagen yang mengelilingi abses. Namun perlu pula di pikirkan  kemungkinan lain adanya enhancment cincin ini selain abses yaitu metastasis tumor otak, tumor-rumor otak primer (utamanya adalah astrositoma drajat 4), granuloma, hematom serebri yang mulai mengalami resolusi.11 Kesemuanya ini harus dikonfirmasi ulang dengan gejala kinik yang ditemukan untuk memastikan diagnosis radiologisnya.

PENGOBATAN

Pengobatan ASO terdiri dari pemberian antibiotika sistemik dan drainase abses melalui pembedahan bila abses berdiameter lebih dari 2 cm.5,6,9 Pengobatan medikamentosa meliputi antibiotika dan kortikosterid. Pembedahan dapat dilakukan dengan jalan aspirasi, eksisi komplit dan drainase. Pemilihan porsedur pembedahan ini bergantung pada usia, kondisi neurologis, lokasi dan stadium abses, tipe abses dan jumlah absesnya.10

Antibiotika diberikan berdasarkan pengalaman empiris sebelum hasil dari biakan kultur ada dengan kriteria pemilihan obat antimikrobial berspektrum luas dan penetrasi ke intrakranialnya

Page 12: abses otak

baik.11 Secara klasik kombinasi obat yang sering diberikan antara lain ampisilin dan kloramfenikol. Di  beberapa center pendidikan kedokteran Indonesia, protokol bagian bedah syaraf menggunakan kombinasi ceftriakson, metronidazole. Sampai saat ini belum ada protokol baku untuk pengelolaan ASO yang menjadi rujukan. Pemberian antibiotika didasarkan pengalaman klinis dan bersifat tailor made sesuai hasil kultur.7

Pemberian kortikosteroid bermanfaat dalam mengurangi edema dan akibat yang ditimbulkan massa abses, namun penggunaannya masih banyak pertentangan pendapat. Kortikosteroid mungkin menyebabkan penurunan penetrasi antibiotika ke dalam LCS.7 Efek samping lainnya adalah penghambatan migrasi leokosit ke daerah abses stadum awal dan menurunkan sistem imun pasien. Kortikosteroid juga berdamak pada penurunan enhancment kontras pada CT scan yang dapat menyebabkan kesalahan intepretasi ukuran dan gambaran abses. Penggunaan terbaik kortikosteroid bila telah terjadi defsit neurologis nyata akibat absesnya dan pemberiannya harus dievaluasi ketat serta penurunan dosis secara bertahap.10

Streptococcus faecalis, Proteus spp, and Bacteroides fragilis adalah kuman-kuman yang sering ditemukan pada abses serebri. Penelitian yang dilakukan di rumah sakit Greek pada 21 pasien dengan abses serebri menunjukkan kuman pathogen yang sering ditemukan adalah kuman gram negative anaerob seperti Bacteroides and Fusobacterlum and aerobic Streptococcus yang diduga kuman ini bergantung dari dari mana asal abses tersebut.10

Pembedahan pada ASO meliputi eksisi atau aspirasi melalui jalur temporal atau sub-oksipital tergantung dari lokasinya yang kemudian diikuti oleh mastoidektomi. Saat ini pembedahannya dilakukan secara simultan/bersamaan baik diawali oleh eradikasi absesnya terlebih dahulu dilanjutkan dengan mastoidektomi ataupun sebaliknya, namun masih banyak juga para ahli bedah syaraf melakukan dua tahap pembedahan.15 Saat ini eradikasi absesnya lebih dipilih melalui jalur kausa primernya yaitu dari mastoid (trans mastoid approach) daripada melalui jalur oksipital/temporal. Secara teknis, pengambilan abses melalui jalur mastoid lebih mudah karena tinggal mengikuti arah perluasan ke intrakranialnya melalui mastoid. Pemeriksaan pre-operatif yang teliti melalui penunjang CT scan sangat membantu dalam memandu keberhasilan eradikasi ASO ini, sehingga aspirasi abses sudah mulai ditinggalkan kecuali kondisi-kondisi tertentu.

http://thtkl.wordpress.com/2010/02/21/abses-otak-akibat-penyakit-telinga-abses-serebri-otogenik/

BATASAN

Proses pernanahan yang terlokalisir diantara jaringan otak, baik disertai pembentukan kapsul atau tidak.

 

PATOFISIOLOGI

Penyebab terbanyak adalah bakteri anaerobik (70%). Bakteri lain yang jadi penyebab adalah Streptococcus sp, Staphylococcus sp, Bacteriodes fragilis.

Page 13: abses otak

Pada bayi baru lahir biasanya disebabkan oleh Proteus sp, E coli, Group B Streptococcus.

Abses otak dapat terjadi karena:

1.      Penyebaran langsung dari fokus infeksi yang berdekatan dengan otak, misalnya infeksi telinga tengah, sinusitis paranasalis dan mastoiditis

2.      Penyebaran dari fokus infeksi yang jauh secara hematogen

3.      Infeksi akibat trauma tembus kepala

4.      Infeksi pasca operasi kepala

 

Penyakit jantung bawaan sianotik dengan pirau dari kanan ke kiri (misalnya pada Tetralogy of Fallot), terutama pada anak berusia lebih dari 2 tahun, merupakan faktor predisposisi terjadinya abses otak

Terjadinya abses otak melalui 4 stadium, yaitu:

1.      Stadium serebritis dini (hari ke 1 – 3)

2.      Stadium serebritis lambat (hari ke 4 – 9)

3.      Stadium pembentukan kapsul dini (hari ke 10 – 14)

4.      Stadium pembentukan kapsul lambat (setelah hari ke 14)

 

Page 14: abses otak

GEJALA KLINIS

        Tidak ada satupun gejala klinis khas untuk abses otak.

        Gambaran klasik yang sering dijumpai berupa sakit kepala, panas, defisit neurologis fokal, kejang dan gangguan kesadaran.

 

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

Anamnesis:

Sakit kepala merupakan keluhan dini yang paling sering dijumpai (70 – 90%). Terkadang juga didapatkan mual, muntah dan kaku kuduk (25%).

Pemeriksaan fisik:

Panas tidak terlalu tinggi. Defisit neurologis fokal menunjukkan adanya edema di sekitar abses. Kejang biasanya bersifat fokal. Gangguan kesadaran mulai dari perubahan kepribadian, apatis sampai koma. Apabila dijumpai papil edema menunjukkan bahwa proses sudah berjalan lanjut. Dapat dijumpai hemiparese dan disfagia.

 

Pemeriksaan laboratorium: o Darah: jarang dapat memastikan diagnosis. Biasanya lekosit sedikit meningkat

dan laju endap darah meningkat pada 60% kasuso Cairan Serebro Spinal (CSS): dilakukan bila tidak ada tanda-tanda peningkatan

tekanan intra kranial (TIK) oleh karena dikhawatirkan terjadi herniasi Pemeriksaan radiologi:

CT Scan: CT scan kepala dengan kontras dapat dipakai untuk memastikan diagnosis. Pada stadium awal (1 dan 2) hanya didapatkan daerah hipodens dan daerah irreguler yang tidak menyerap kontras. Pada stadium lanjut (3 dan 4) didapatkan daerah hipodens dikelilingi cincin yang menyerap kontras

 

DIAGNOSIS BANDING

Tumor di daerah serebropontin Abses ekstradural Empiema subdural

Page 15: abses otak

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan medikamentosa dengan atau tanpa aspirasi dilakukan pada stadium serebritis, abses multipel dan abses yang didapatkan pada daerah kritis

Pada penatalaksanaan medikamentosa diberikan:

1.      Cefotaxime 200-300 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis selama 6 minggu atau

      Kombinasi Ampicillin 200 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 6 dosis + Chloramphenicol 100 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis.

2.      Metronidazole 15 mg/KgBB/dosis IV kemudian dilanjutkan dengan 7,5 mg/KgBB/dosis IV/PO setiap 6 jam selama 7 hari (maksimal 4 g/hari).

3.      Apabila didapatkan peningkatan TIK dapat diberikan:

a.       Mannitol dosis awal 0,5-1 mg/KgBB IV kemudian dilanjutkan 0,25-0,5 mg/KgBB IV setiap 4-6 jam

b.      Dexamethasone dosis awal 0,5 mg/KgBB IV dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,5 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 3 dosis atau

      Methylprednisolone dosis awal 1-2 mg/KgBB IV dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,5 mg/KgBB/dosis setiap 6 jam

      Pengurangan dosis (tappering off) dimulai pada hari ke 5

      Perhatian: Steroid dapat menghambat penetrasi antibiotik pada abses dan menghambat pembentukan dinding abses yang berakibat abses mudah pecah dan terjadi meningitis.

 

KOMPLIKASI

Herniasi unkal atau tonsiler karena kenaikan TIK Ventrikulitis karena pecahnya abses di ventrikel Perdarahan abses

 

PROGNOSIS

Prognosis baik bila usia muda, tidak didapatkan gangguan neurologis berat dan tidak ada penyakit yang mendasari.

Page 16: abses otak

 http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214-wkbl195.htm

Abses otak adalah kumpulan nanah yang terbungkus oleh suatu kapsul dalam jaringan otak yang disebabkan karena infeksi bakteri atau jamur. Abses otak biasanya akibat komplikasi dari suatu infeksi, trauma atau tindak pembedahan. Keadaan-keadaan ini jarang terjadi, namun demikian insidens terjadinya abses otak sangat tinggi pada penderita yang mengalami gangguan kekebalan tubuh (seperti penderita HIV positif atau orang yang menerima transplantasi organ).Infeksi otak awalnya berasal dari penyebaran langsung bibit penyakit dari sumber infeksi di daerah lain yang berdekatan dengan otak (seperti infeksi pada telinga tengah, infeksi sinus, abses pada gigi) atau melalui peredaran darah yang berasal dari sumber infeksi di seluruh tubuh. Masuknya kuman penyakit ke dalam jaringan otak dapat terjadi secara langsung akibat trauma lesakkan (misalnya peluru yang menembuk otak) sehingga terjadi pembentukkan abses. Abses otak juga dapat disebabkan karena tindakan pembedahan pada otak dan trauma di daerah wajah.

Gejala-Gejala

Gejala yang timbul bervariasi dari seorang dengan yang lain, tergantung pada ukuran dan lokasi abses pada otak. Lebih dari 75% penderita mengeluh sakit kepala dan merupakan gejala utama yang paling sering dikeluhkan. Sakit kepala yang dirasakan terpusat pada daerah abses dan rasa sakit semakin hebat dan parah. Aspirin atau obat lainnya tidak akan menolong menyembuhkan sakit kepala tersebut. Kuranglebih separuh dari penderita mengalami demam tetapi tidak tinggi. Gejala-gejala lainnya adalah mual dan mintah, kaku kuduk, kejang, gangguan kepribadian dan kelemahan otot pada salah satu sisi bagian tubuh.

Diagnosis

Gejala awal abses otak tidak jelas karena tidak spesifik. Pada beberapa kasus, penderita yang berobat dalam keadaan distress, terus menerus sakit kepala dan semakin parah, kejang atau defisit neurologik (misalnya otot pada salah satu sisi bagian tubuh melemah).

Dokter harus mengumpulkan riwayat medis dan perjalanan penyakit penderita serta keluhan-keluhan yang diderita oleh pasien. Harus diketahui kapan keluhan pertama kali timbul, perjalanan penyakit dan apakah baru-baru ini pernah mengalami infeksi.

Untuk mendiagnosis abses otak dilakukan pemeriksaan CT sken (computed tomography) atau MRI sken (magnetic resonance imaging) yang secara mendetil memperlihatkan gambaran potongan tiap inci jaringan otak. Abses terlihat sebagai bercak/noktah pada jaringan otak. Kultur darah dan cairan tubuh lainnya akan menemukan sumber infeksi tersebut. Jika diagnosis masih belum dapat ditegakkan, maka sampel dari bercak/noktah tersebut diambil dengan jarum halus yang dilakukan oleh ahli bedah saraf.

Perjalanan Penyakit

Abses otak akan memburuk dengan cepat, dan jelas terlihat sekitar 2 minggu. Jika diagnosis telah ditegakkan, maka dokter segera mengobatinya. Terapi yang cepat dan tepat merupakan

Page 17: abses otak

kunci utama dalam mengatasi dan mengobati gejala dengan cepat. Pengobatan dan tindakan lanjut dilakukan selama 2 atau beberapa bulan.

Pencegahan

Kebanyakkan abses otak berhubungan dengan higiene mulut yang buruk, infeksi sinus yang kompleks atau gangguan sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, pencegahan yang terbaik adalah menjaga dan membersihkan rongga mulut dan gigi dengan baik serta secara teratur mengunjungi dokter gigi. Infeksi sinus diobati dengan dekongestan dan antibiotika yang tepat. Infeksi HIV dicegah dengan tidak melakukan hubungan seks yang tidak aman.

Ada 2 pendekatan yang dilakukan dalam terapi abses otak, yaitu :

   1. Antibiotika untuk mengobati infeksi---Jika diketahui infeksi yang terjadi disebabkan oleh bakteri yang spesifik, maka diberikan antibiotika yang sensitif terhadap bakteri tersebut, paling tidak antibiotika berspektrum luas untuk membunuh lebih banyak kuman penyakit. Paling sedikit antibiotika yang diberikan selama 6 hingga 8 minggu untuk menyakinkan bahwa infeksi telah terkontrol.   2. Aspirasi atau pembedahan untuk mengangkat jaringan abses---Jaringan abses diangkat atau cairan nanah dialirkan keluar tergantung pada ukuran dan lokasi abses tersebut. Jika lokasi abses mudah dicapai dan kerusakkan saraf yang ditimbulkan tidak terlalu membahayakan maka abses diangkat dengan tindakan pembedahan. Pada kasus lainnya, abses dialirkan keluar baik dengan insisi (irisan) langsung atau dengan pembedahan yaitu memasukkan jarum ke lokasi abses dan cairan nanah diaspirasi (disedot) keluar. Jarum ditempatkan pada daerah abses oleh ahli bedah saraf dengan bantuan neurografi stereotaktik, yaitu suatu tehnik pencitraan radiologi untuk melihat jarum yang disuntikkan ke dalam jaringan abses melalui suatu monitor. Keberhasilan pengobatan dilakukan dengan menggunakan MRI sken atau CT sken untuk menilai keadaan otak dan abses tersebut. Antikonvulsan diberikan untuk mengatasi kejang dan penggunaanya dapat diteruskan hingga abses telah berhasil diobati.

Bila Saatnya Mencari Pertolongan Dokter?

Hubungi dokter bila mengalami sakit kepala yang kontinu dan keadaannnya makin memburuk dalam beberapa hari atau minggu. Jika sakit kepala disertai mual, muntah, kejang, gangguan kepribadian atau kelemahan otot, segeralah mencari pertolongan.

Prognosis

Tanpa pengobatan yang adekuat, abses otak berakibatkan fatal. Saat ini, dengan pemeriksaan diagnostik dan antibiotika yang canggih, banyak penderita abses otak terobati dengan sangat baik. Sayangnya, masalah-masalah neurologis jangka lama sering terjadi setelah abses diangkat dan infeksi telah diobati. Misalnya, gejala-gejala sisa yang menyangkut fungsi tubuh, perubahan kepribadian atau kejang akibat jaringan parut atau kerusakan lain yang terbentuk pada jaringan otak.

http://www.susukolostrum.com/artikel-kesehatan/syaraf/abses-otak.html

Page 18: abses otak
Page 19: abses otak
Page 20: abses otak