Upload
roby4
View
256
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
m nhj
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GASTROENTERITIS
Roby Pandu Pradana
72.20.001.D.13.075
AKADEMI KEPERAWATAN PEMPROV KALTIM
SAMARINDA 2015
KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi
lebih dari 3 kali dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir
darah.
Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau
atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh
berbagai bakteri, virus dan pathogen parasitic.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis
adalah suatu keadaan dimana terjadi inflamasi pada lambung dan usus ditandai
dengan frekuensi buang air besar pada neonates lebih dari 4 kali sehari dan anak lebih
dari 3 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.
2. Penyebab
1) Factor infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, infeksi internal meliputi:
a. Infeksi bakteri
Vibrio, E. coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeoromonas dan
sebagainya.
b. Infeksi virus
Entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus,
astovirus dan lain-lain.
c. Infeksi parasit
Cacing, protozoa dan jamur.
2) Factor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak,
malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
3) Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi makanan.
4) Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci
tangan setelah BAB atau sebelum mengkonsumsi makanan.
5) Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas menyebabkan diare karena dapat merangsang peningkatan
peristaltic usus.
3. Manifestasi Klinik Gastroenteritis
1) Diare
2) Muntah
3) Demam
4) Nyeri abdomen
5) Membrane mukosa mulut dan bibir kering
6) Fontanel cekung
7) Kehilangan berat badan
8) Tidak nafsu makan
9) Badan terasa lemah
4. Patofisiologi Gastroenteritis
Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi
karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menibulkan
gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat, dehidrasi,
gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan
destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia srta kerusakan mikrovili yang
dapat menibulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi, dan apabila tidak
mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi
sistemik.
Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah
gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare.
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari
diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi yang mengakibatkan
gangguan asam basa (asidosis metabolic dan hipokalemia), gangguan gizi (intake
kurang, output berlebih), hipoglikemia dengan gangguan sirkulasi darah.
5. Penatalaksanaan Keperawatan/Medis pada Pasien Gastroenteritis
1) Pemberian cairan
a. Cairan per oral : pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan
glukosa. Untuk diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan atau
sedang kadar natrium 50-60 meg/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan
garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam.
b. Cairan parenteral :
1) Dehidrasi ringan : 1 jam pertama 25-50 ml/kgBB/hari. Kemudian 125
ml/kgBB/oral.
2) Dehidrasi sedang : 1 jam pertama 50-100 ml/kgBB/hari. Kemudian 125
ml/kgBB/oral.
3) Dehidrasi berat :
a) Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg, 1 jam
pertama 40 ml/kgBB/jam : 10 tetes/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 15
tetes atau 13 tetes/kgBB/menit), 7 jam berikutnya 12 ml/kgBB/jam : 3
tetes/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 125
ml/kgBB oralit per oral, bila anak mau minum, teruskan dengan 2A
intravena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
b) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg, 1 jam
pertama 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml : 20 tetes), 7
jam kemudian 127 ml/kgBB oralit per oral, bila anak tidak mau minum
dapat diteruskan dengan 2A intravena 2 tetes/kgBB/menit atau 3
tetes/kgBB/menit.
c) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan 15-25 kg, 1 jam pertama 20
ml/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 105
ml/kgBB oralit per oral.
2) Diatetik (pemberian makanan)
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus pada klien dengan
tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien. Hal-hal yang
perlu diperhatikan : memberikan ASI, memberikan bahan makanan yang
mengandung cukup kalori, protein, mineral dan vitamin, makanan harus bersih.
3) Obat-obatan
a. Obat antiseri
b. Obat anti spasmolitik
c. Obat antibiotic
6. Pathway Gastroenteritis
7. Pemeriksaan diagnostic
1) Pemeriksaan feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman
untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotic
serta untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.
Karakteristik hasil pemeriksaan feses sebagai berikut : feses berwarna
pekat atau putih kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen empedu
(obstruksi empedu). Feses berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat
seperti Fe, diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua seperti bayam. Feses
berwarna pucat disebabkan karena malabsorpsi lemak, diet tinggi susu dan produk
susu. Feses berwarna orange atau hijau disebabkan karena infeksi usus. Feses cair
dan berlendir disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah bakteri. Feses
seperti tepung berwarna putih disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah
virus. Feses seperti ampas disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah
parasit. Feses yang didalamnya terdapat unsure pus atau mucus disebabkan karena
bakteri, darah jika terjadi peradanganpada usus, terdapat lemak dalam feses jika
disebabkan karena malabsorbsi lemak dalam usus halus.
2) Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na, Ca, K
dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia (hipokronik, kadang-kadang
nikrosiotik) dan dapat terjadi karena malnutrisi / malabsorbsi tekanan fungsi
sumsum tulang (proses inflamasi kronis) peningkatan sel-sel darah putih,
pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
3) Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar natrium, kalium, kalsium, bikarbonat.
4) Duodenal intubation
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada
diare kronik.
KONSEP DASAR ASKEP
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar pertama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan dan merupakan suatu proses yang sistematis dan
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Pada tahap ini semua data dan informasi
tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan di analisa untuk menentukan
diagnose keperawatan. Adapun langkah-langkah dalam pengkajian ini adalah
sebagai berikut :
a. Identitas klien, meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat
rumah, suku bangsa, agama dan nama orang tua.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama, pasien biasanya mengeluh berak encer dengan atau tanpa
adanya lender dan darah sebanyak lebih dari 3 kali sehari, berwarna
kehijau-hijauan dan berbau amis, biasanya disertai muntah, tidak nafasu
makan,dan disertai dengan demam ringan atau demam tinggi pada anak-
anak yang menderita infeksi usus.
2) Riwayat kesehatan sekarang, meliputi lamanya keluhan : masing-masing
orang berbeda tergantung pada tingkat dehidrasi, atau gizi, keadaan social,
ekonomi, hygiene dan sanitasi. Akibat timbul keluhan : anak menjadi
rewel dan gelisah, badan menjadi lemah dan aktivitas bermain kurang.
Faktor yang memperberat adalah ibu mengehntikan pemberian makanan,
anak tidak mau makan dan minum, tidak ada pemberian cairan tambahan
(larutan oralit atau larutan gula garam).
3) Riwayat kesehatan dahulu, yang perlu ditanyakan yaitu riwayat penyakit
yang pernah diderita oleh anak maupun keluarga dalam hal ini orang tua.
Apakah dalam keluarga pernah mempunyai riwayat penyakit keturunan
atau pernah menderita penyakit kronis sehingga harus dirawat di rumah
sakit.
4) Riwayat tumbuh kembang yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan
usia anak sekarang yang meliputi motorik kasar, motorik halus,
perkembangan kognitif atau bahasa dan personal social atau kemandirian.
5) Imunisasi yang ditanyakan kepada orang tua adalah apakah anak mendapat
imunisasi secara lengkap sesuai dengan usianya dan jadwal pemberian
serta efek samping dari pemberian imunisasi seperti panas, alergi dan
sebagainya.
6) Kesehatan fisik meliputi pola nutrisi seperti frekuensi makanan, jenis
makanan, makanan yang disukai atau tidak disukai dan keinginan untuk
makan dan minum. Pola eliminasi seperti frekuensi buang besr dan buang
air kecil di rumah dan di rumah sakit. Selain itu juga ditanyakan tentang
konsistensi, warna dan bau dari objek eliminasi. Kebiasaan tidur seperti
tidur siang, malam, kebiasaan sebelum dan sesudah tidur. Pola aktivitas
juga ditanyakan baik dirumah dan juga bagaimana pola hygiene tubuh
seperti mandi, keramas dan ganti baju.
c. Pemeriksaan fisik
1) Secara umum
Tingkat kesadaran :
TTV : N, R, S
Pengukuran antropometri : BB, TB
2) Head to toe
Rambut :
Inspeksi : Turgor kulit kurang,kulit kering,tidak terdapat clubbingfinger,
warna kuku merah muda, warna rambut hitam
Kepala:
Inspeksi : Bentuk kepala oval,Ubun-Ubun cekung tidak terdapat
pembengkakan,tidak terdapat tanda-tanda infeksi,pertumbuhan rambut rata
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada bagian kepala
Mata:
Inspeksi : Cekung, Tidak terdapat pembengkakan pada bagian mata,
konjungtiva merah mudah,sclera putih,tidak terdpat katarak infantir
Telinga :
Inspeksi : Warna kulit telinga sama dengan warna wajah, telinga kiri
simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada bagian telinga
Hidung :
Inspeksi : Tidak terdapat sekret, warna mukosa merah mudah, tidak
terdapat cairan dalam hidung
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung
Mulut :
Inspeksi : warna lidah merah muda, mukosa mulut kering
Leher :
Inspeksi : Warna leher sama dengan warna wajah, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid.
Dada :
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, pengembangan dada
simetris
Auskultasi : Bunyi napas bronkovesikuler, Bunyi jantung s1&s2 lup dup
Punggung :
Inspeksi : Bentuk tulang belakang normal
Abdomen :
Inspeksi : Warna abdomen sama dengan warna bagaian dada, kontur
abdomen sedikit cekung, tidak terdapat pembesaran hati dan limfa, tidak
terdapat hernia umbilikus
Auskultasi : Peristaltik ususk 40x/menit,
Perkusi : Bunyi timpani dan pekak pada bagian abdomen
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada lambung
Ekstremitas Atas :
Inspeksi : Tidak terdapat pembengkakan pada ekstremitas
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian Ekstremitas atas
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Tidak terdapat pembengkaka pada ekstremitas
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian Ekstremitas atas
Genital dan anus
Genitalia tampak bersih, letak saluran uretra, tidak ada lesi dan tidak
terdapat edema. Pada anus tidak tampak hemoroid.
2. Diagnose Keperawatan
Diagnose yang mungkin muncul pada pasien gastroenteritis adalah :
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, intake inadekuat.
3) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare.
5) Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress.
6) Defisiensi pengetahuan tentang penyakit dan cara perawatannya
berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi.
7) Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan
terhadap pathogen.
3. Intervensi
1) Diagnosa 1 : Kekurangan Volume Cairan b/d Kehilangan Cairan Aktif
Kriteria hasil :
1. Hidrasi dan status nutrisi adekuat.
2. Frekuensi irama dan nadi dalam rentang yang diharapkan.
3. Frekuensi dan irama nafas dalam rentang yang diharapkan.
4. Elektrolit serum (Na, K, Ca, dan Mg) dalam batas normal.
5. Serum dan pH urin dalam batas normal.
Intervensi Rasional
1. Beri larutan rehidrasi oral (LRO)
sedikit tapi sering khususnya bila
anak muntah.
2. Berikan dan pantau cairan IV sesuai
ketentuan.
3. Setelah rehidrasi, berikan diet regular
pada anak sesuai toleransi.
4. Ganti LRO dengan cairan rendah
natrium seperti air, ASI, formula
bebas laktosa, atau formula yang
mengandung setengah laktosa.
5. Pantau intake dan output (urin, feses,
dan emesis).
6. Pantau berat jenis urin setiap 8 jam
atau sesuai indikasi.
7. Kaji tanda-tanda vital, turgor kulit,
membrane mukosa dan status mental
setiap 4 jam atau sesuai indikasi.
8. Hindari masukan cairan jernih seperti
jus buah, minuman berkarbonat dan
gelatin.
9. Instruksikan keluarga dalam
memberikan terapi yang tepat,
pemantauan masukan dan keluaran
dan mengkaji tanda-tanda dehidrasi.
1. LRO untuk rehidrasi dan
penggantian kehilangan cairan
melalui feses.
2. Untuk mengobati pathogen khusus
yang menyebabkan kehilangan
cairan yang berlebihan.
3. Karena pemberian diet normal
secara dini bersifat menguntungkan
untuk menurunkan jumlah defekasi
dan penurunan berat badan serta
pemendekan durasi penyakit.
4. Untuk mempertahankan terapi
cairan.
5. Untuk mengevaluasi keefektifan
intervensi.
6. Untuk mengkaji hidrasi.
7. Untuk mengkaji hidrasi.
8. Cairan ini biasanya tinggi
karbohidrat, rendah elektrolit, dan
mempunyai osmolalitas tinggi
9. Untuk menjamin hasil optimum dan
memperbaiki kepatuhan terhadap
aturan terapeutik.
2) Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b/d Mual, Muntah, Intake InadekuatKriteria Hasil :
1. Asupan makanan dan cairan adekuat.
2. Zat gizi terpenuhi.
3. Asupan cairan oral atau IV dapat terpenuhi dengan baik.
4. Mencapai berat badan yang ideal.
Intervensi Rasional
1. Instruksikan ibu menyusui untuk
melanjutkan pemberian ASI.
2. Hindari pemberian diet dengan
pisang, beras, apel, dan roti
panggang atau teh.
3. Observasi dan catat respon terhadap
pemberian makan.
4. Intruksikan keluarga dalam
memberikan diet yang tepat.
5. Anjurkan untuk makan dengan porsi
sedikit tapi sering.
6. Timbang berat badan setiap hari.
7. Gali masalah dan prioritas anggota
keluarga
1. Hal ini penting untuk mengurangi
kehebatan dan durasi penyakit.
2. Karena diet ini rendah energy dan
protein, terlalu tinggi dalam
karbohidrat dan rendah elektrolit.
3. Untuk mengkaji toleransi pemberian
makanan.
4. Untuk meningkatkan kepatuhan
terhadap program terapeutik.
5. Pemberian makanan cair sedikit
demi sedikit tidak akan menekan
gastric sehingga mengurangi
perasaan mual dan muntah.
6. Untuk mengetahui perkembangan
nutrisi setiap hari.
7. Untuk memperbaiki kepatuhan
terhadap program terapeutik.
3) Diagnosa 3 : Hipertermia b/d Dehidrasi.
Kriteria Hasil :
1. Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan.
2. Suhu tubuh dalam batas normal.
3. Nadi dan pernafasan dalam rentang yang diharapkan.
4. Tidak ada perubahan warna kulit.
5. Tidak tampak keletihan dan mudah tersinggung.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kenaikan suhu tubuh
dan perubahan yang menyertai.
2. Beri kompres hangat pada daerah
dahi, aksila dan lipat paha.
3. Monitor tanda-tanda vital setiap 1
jam.
4. Anjurkan untuk minum cukup.
5. Anjurkan untuk menggunakan
pakaian tipis dan menyerap
keringat.
6. Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemberian antipiretik.
1. Suhu 38o-41oC menunjukkan proses
infeksius akut sehingga dapat
menentukan intervensi yang tepat.
2. Kompres hangat dapat mengurangi
demam.
3. Sebagai indicator perkembangan
keadaan klien.
4. Intake cairan yang adekuat membantu
penurunan suhu tubuh serta mengganti
jumlah cairan yang hilang melalui
evaporasi.
5. Mempercepat proses evaporasi. Jumlah
selimut perlu dibatasi untuk
mempertahankan suhu mendekati
normal.
6. Digunakan untuk mengurangi demam
dengan aksi sentralnya di hipotalamus.
4) Diagnosa 4 : Kerusakan Integritas Kulit b/d Iritasi Rectal Karena Diare.
Kriteria Hasil :
1. Suhu, elastisitas, hidrasi, pigmentasi, dan warna jaringan dalam
rentang yang diharapkan.
2. Terbebas dari adanya lesi jaringan, keutuhan kulit terjaga.
Intervensi Rasional
1. Ganti popok jika basah atau kotor.
2. Bersihkan bokong perlahan-lahan
dengan sabun lunak, non alkalin,
dan airatau celupkan anak dalam
bak untuk pembersihan yang
lembut.
3. Pajankan dengan ringan kulit utuh
yang kemerahan pada udara jika
mungkin.
4. Hindari menggunakan tissue basah
yang dijual bebas yang mengandung
alcohol pada kulit yang teriritasi.
5. Observasi bokong dan perineum
akan adanya infeksi.
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian obat berupa salep
pelindung pada kulit.
7. Untuk menjaga agar kulit tetap bersih
dan kering.
8. Karena feses diare sangat mengiritasi
kulit.
9. Untuk meningkatkan penyembuhan.
10. Karena dapat menyebabkan rasa
menyengat.
11. Untuk mengetahui secara dini adanya
tanda-tanda infeksi dan untuk
memberikan terapi yang sesuai.
12. Untuk mempercepat penyembuhan
5) Diagnosa 5 : Ansietas b/d Hospitalisasi Dan Stress
Kriteria Hasil :
1. Pasien tidak tampak cemas atau gelisah.
2. Pasien dapat beristirahat atau tidur dengan nyenyak.
3. Pasien dapat merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang
membuat stress.
4. Mampu mempertahankan penampilan peran.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan.
2. Pertahankan sering kontak dengan
orangtua, selalu sedia untuk
mendengarkan dan bicara bila
dibutuhkan.
3. Identifikasi cara-cara dimana pasien
mendapat bantuan jika dibutuhkan.
4. Berikan informasi yang sesuai
kebutuhan dan jika diminta oleh
pasien atau orang terdekat.
5. Beri stimulasi sensoris dan
pengalihan yang sesuai dengan
tingkat perkembangan anak dan
kondisinya.
1. Respon individu dapat bervariasi
tergantung pada pola cultural yang
dipelajari.
2. Persepsi yang menyimpang dari
situasi mungkin dapat memperbesar
perasaan.
3. Memantapkan hubungan dan
membantu orang tua untuk melihat
realisasi dari penyakit atau
pengobatan yang diberikan.
4. Memberikan jaminan bahwa
perawat bersedia untuk mendukung
dan membantu.
5. Untuk meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan anak secara
optimal.
6) Diagnosa 6 : Defisiensi Pengetahuan Tentang Penyakit Dan Cara
Perawatannya b/d Kurang Paparan Sumber Informasi
Kriteria Hasil :
1. Keluarga pasien mengerti pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari
gastroenteritis.
2. Cara pencegahan dan perawatan anak yang menderita gastroenteritis
3. Serta mampu mendemonstrasikan cara membuat oralit dan LGG
dengan baik dan benar.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
tentang penyakit dan cara perawatan
anaknya.
2. Berikan penjelasan tentang penyakit
dan kondisi anaknya.
3. Berikan penjelasan setiap akan
melakukan prosedur tindakan
keperawatan.
4. Berikan penjelasan kepada orang tua
tentang perawatan anak dengan
gastroenteritis di rumah, seperti
pembuatan larutan gula garam
(LGG).
1. Untuk menentukan intervensi secara
tepat dengan masalah yang ada.
2. Menurunkan rasa cemas terhadap
kondisi anaknya.
3. Berbagai tingkat bantuan mungkin
diperlukan berdasarkan kebutuhan.
4. Pembuatan LGG dilakukan sebagai
penanganan pertama untuk
mengganti cairn tubuh yang hilang
akibat gastroenteritis.
7) Diagnosa 7 : Risiko Infeksi b/d Port De Entre Mikroorganisme Pathogen.
Kriteria Hasil :
1. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
2. Status imunitas baik.
3. Nutrisi adekuat.
4. Mendapatkan imunisasi yang tepat.
5. Nadi dan suhu dalam rentang yang diharapkan.
Intervensi Rasional
1. Pertahankan cuci tangan yang benar.
2. Pakaian popok dengan tepat.
3. Gunakan popok sekali pakai.
4. Ajarkan anak bila mungkin tindakan
perlindungan diri missal dengan cuci
tangan.
5. Anjurkan keluarga dan pengunjung
dalam praktik isolasi khususnya
mencuci tangan.
1. Untuk mengurangi resiko
penyebaran infeksi.
2. Mengurangi kemungkinan
penyebaran feses.
3. Superabsorbent untuk menampung
feses dan menurunkan kemungkinan
terjadinya dermatitis popok.
4. Untuk mencegah penyebaran
infeksi.
5. Untuk mencegah terjadinya
penyebaran infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
http://www.kidshealth.org.nz/viral-gastroenteritis-gastro
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/gastroenteritis.html
http://www.patient.co.uk/health/gastroenteritis-in-children-leaflet
http://www.webmd.com/digestive-disorders/gastroenteritis