LP Efusi Pleura

Embed Size (px)

Citation preview

LP efusi pleuraEFUSI PLEURA PENGERTIAN EIusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan viseral dan pariental. Secara normal ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5-15 ml) berIungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya Iriksi. ANATOMI FISIOLOGI Anatomi FisiologiDari segi anatomis , permukaan rongga pleura berbatasan dengan paru sehingga cairan pleura mudah bergerak dari satu rongga ke rongga yang lainnya. Dalm keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua pleura, karena biasanya hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur. Setiap saat, jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi, maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limIatik (yang membuka secara langsung) dari rongga pleura ke mediastinum. Permukaan superior diaIragma dan permukaan lateral pleura parientalis, memerlukan adanya keseimbangan antara produksi cairan pleura oleh pleura parientalis dan absorpsi oleh pleura viseralis. Oleh karena itu, rongga pleura disebut sebagai ruang potensial, karena ruang ini normal nya begitu sempit, sehingga bukan merupakan ruang Iisik yang jelas( guyton and hall) ETIOLOGI Kelainan pada pleura hampir selalu erupakan kelainan sekunder.Kelainan primer pada pleura hanya ada 2 macam,yaitu: InIeksi kuman primer intra pleura : menyebabkan peningkatan roduksi cairan pleura Tumor primer pleura : menyebabkan gangguan reabsobsi cairan pleura Secara patologis,eIusi pleura disebabkan oleh keadaan kedaan: Meningkatnya tekanan hidrostatik : misalnya akibat gagal jantung Menurunnya tekanan osmotik oloid plasma : misalnya hipoproteinemia Meningkatnya permebilitas kapiler : misalnya inIeksi bakteriBerkurangnya permebilitas absobsi limIatik PATOFISOLOGIS PatoIisiologi terjadinya eIusi pleura tergtantung pada keseimbangan cairan dan protein dalam rongga pleura,dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai Iiltrasi melalui pembuluh darah kapiler, Iitrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstitial sub mesotelial masuk kedalam rongga pleura selain itu cairan pleura dapat menyebabkan radang, bila proses radang disebabkan oleh kuman piogenik akan terbentuk pus (nanah) sehingga terjadi empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemotoraks. Proses terjadinya pneumotoraks karena pecahnya alveoli dekat pkleura parietalis sehingga udara akan masuk kedalam rongga pleura. Proses ini sering disebabkan oleh trauma dada oleh alveoli pada daerah tersebut yang kurang elastis lagi seperti pada pasien empisema paru. MANIFESTASI KLINIS Biasanya tanda dan gejala disebabkan oleh penyakit dasar seperti pneumonia yang menyebabkan demam, menggigil, dan berlanjut menjadi batuk, nyeri dada, pucat, dan sesak naIas. Ukuran eIusi akan menentukan keparahan gejala eIusi pleura. KLASIFIKASI EFUSI PLEURA KlasiIikasi eIusi pleura berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi : TransudatGagal jantung,sirosis hepatis,dan asites,hipoproteinemia pada neIrotik sindrom,obstruksi vena cava superior,pasca bedah abdomen,dialysis peritoneal,dan atelektesis akutEksudat InIeksi (pneumonia,TBC,virus,jamur,parasit,abses) Neoplasma (ca.paru,metastasis,limIoma,leukemia) Emboli/inIark paru Penyakit kolagen (SLE,reumatoid atritis) Penyakit gastriinstertinal (pankreatitis,ruptur esoIagus,abses hati) Trauma (hematoraks,khilotoraks) EIusi hemoragis Disebabkan oleh adanya tumor, trauma, inIark paru, tuberkulosis. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, eIusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. 1.EIusi yang unilateral Tidak mempunyai kaitan yang spesiIik dengan penyakit penyebabnya. Akan tetapi eIusi yang bilateral Analisa cairan pleura Transudat : jernih, kekuningan Eksudat: kuning, kuning-kehijauan Hilothorax: putih seperti susu Empiema: kental dan keruh Empiema anaerob: berbau busuk Mesotelioma: sangat kental dan berdarah PEMERIKSAAN DIAGNOSIS Foto Toraks (x-ray) Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva dengan permukaan darah lateral lebih tinggi daripada bagian medial, padapemeriksaan ultrasonograIi pada pleura dapat menentukan adanya cairan dalam rongga pleura sebagai penuntun waktu melakukan aspirasi cairan terutama pada eIusi yang terlokalisasi cairan tampak ~300 ml. SitologiDitemukan sel-sel patologis / dominasi sel-sel tertentu. Sel neutroIil : Menunjukan adanya inIeksi akutSel limIosit: Menunjukkan adanya inIeksi sepertipkleuritis TBC atau limIoma maligna. Sel mesotel: Bila jumlahnya meningkat disebabkan karena adanya inIark paru Sel L.E: Pada lupus etritomatosus sistemik Sel maligna: Pada paru / metastose Biopsi Pleura Mengambil contoh jaringan pleura yang hasilnya menunjukkan 50-75. Komplikasi yang setelah biopsi adalah pneumotoraks, hemotoraks, penyebarab inIeksi atau tumor pada dinding dada. Torakosintesis Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnostik dan terapetik. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior dengan memakai jarum albocath 14/16 dan pengeluaran cairan pleura tidak klebih dari 1000-1500 cc pada setiap kali aspirasi. PENATALAKSANAAN MEDIS Pengelolaan eIusi pleura ditujukan untuk pengobatan penyakit dasar dan pengosongan cairan. Indikasi untuk melakukan thorakosintesis adalah : Menghilangkan sesak naIas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam rongga pleura Bila terapi spesiIik pada penyakit primer tidak eIektiI atau gagal Bila terjadi reakumulasi cairan Pengambilan pertama cairan pleura, tidak boleh lebih dari 1000cc, karena pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan edema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak. Kerugian thorakosintesis adalah : Dapat menyebabkan kehilangan protein yang berada dalam cairan pleura Dapat menimbulkan inIeksi di rongga pleura Dapat terjadi pneumotoraks ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN EFUSI PLEURA PENGKAJIAN ANAMNESIS Keluhan utama merupakan Iaktorutama yang mendorong klien mencari pertolongan atau berobat kerumah sakit. Biasanya pada klien dengan eIusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak naIas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritis akibat iritasi pleura yang bersiIat tajam dan terlokasi terutama pada saat batuk dan bernaIas serta batuknon aktiI. Riwayat Penyakit Saat ini Klien dengan eIusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya keluhan seperti batuk, sesak naIas, nyeri pleuritis, rasa berat dada, dan berat badan menurun. Perlu juga ditanyakan sejak kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan tersebut. Riwayat Penyakit Dahulu Perlu ditanyakan pula, apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB paru, pneumonia, gagal jantung, trauma, asites. Hal ini perlu diketahui untuk melihat ada tidaknya kemungkinan Iactor produksi. Riwayat Penyakit Keluarga Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang mungkin dapat menyebabkan eIusi pleura seperti kanker paru,asma, TB paru, dsb PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL meliputi apa yang disarankan klien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku klien terhadap tindakan yang dilakukan kepada dirinya. PEMERIKSAAN FISIK B1 (Breathing) InspeksiPeningkatan usaha dan Irekuensi pernaIasan yang disertai penggunaan otot bantu pernaIasan.Gerakan pernaIasan ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit), iga melebar,rongga dada asimetris (cembung pada sisi sakit). Pengkajian batuk yang produktiI dengan sputum purulen. Palpasi Pendorongan mediastinum kearah hemithoraks kontraletal yang diketahui dari posisi trachea dan ictus cordis . Taktil Iremitus menurun teritama untuk eIusi pleura yang jimlah cairannya ~300 cc. Disamping itu.pda palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Perkusi Suara perkusi redup hingga pekak tergantung dari jumlah cairannya. Auskultasi Suara naIas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit.Pada posisi duduk,cairan semakin ke atas semakin tipis. B2 (Blood) Pada saat dilakukannya inspeksi,perlu diperhatikan letak ictus cordis normal yang berada pada ICS 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1cm.Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran jantung. Palpasi dilakukan untuk menghitung Irekuensi jantung (heart rate) dan harus memerhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung. Selain itu, perlu juga memeriksa adanya thrill, yaitu gerakan ictus cordis. Tibdakan perkusi dilakukan untuk menentukan batas jantung daerah mana yang terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan apakah terjadi pergeseran jantung akibat pendorongan caira eIusi pleura.Auskultasi dilakukan untuk menentukan bunyi jantung 1 dan 2 tunggal/gallop dan adakah bunyi jantung 3 yang merupakan gejala payah jantung,serta adakah mur-mur yang menunjukan adanya peningkatan arus turbulansi darah. B3 (Brain) Pada saat dilakukan inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji setelah sebelumnya diperlukan pemeriksaan GCS untuk menentukan adakah klien berada dalam keadaan compos metis,somnolen,atau koma.Selain itu Iungsi-Iungsi sensorik jugaperlu dikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. B4 (Bladder) Pengukuran volume output urine dilakukan dalam hubungannya dengan intake cairan oleh karena itu,perawat perlu memonitor adanya oliguria,karena itu merupakan tanda awal syok. B5 (Bowel) Pada saat inspeksi,hal yang perlu diperhatikan adalah apakah abdomen membuncit/datar,tepi perut menonjol/tidak,umbilicus menonjol/tidak,selain itu juga perlu diinspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa. Pada klien biasanya didapatkan indikasi mual dan muntah,penurunan naIsu makan dan penurunan berat badan. B6 (Bone) Hal yang perlu diperhatikan adalah adakah edema peritibial,Ieel pada kedua ekstremitas untuk mengetahui tingkat perIusi periIer,serta dengan pemeriksaanc capillary reIill time. Selanjutnya dilakukan periksaan kekuatan otot untuk kemudian dibandingkan antara bagian kiri dan kanan DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN POLA PERSEPSI DAN TATA LAKSANA HIDUP Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obatan bisa menjadi Iaktor predisposisi timbulnya penyakit. POLA NUTRISI DAN METABOLISMEDalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan eIIusi pleura akan mengalami penurunan naIsu makan akibat dari sesak naIas dan penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan eIIusi pleura keadaan umumnya lemah. POLANUTRISIDalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan deIekasi sebelumdan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus. 4 ) POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN Akibat sesak naIas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Px akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya. 5)POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT Adanya nyeri dada, sesak naIas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya. 6) POLA HUBUNGA DAN PERAN Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan Iungsinya sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya. Disamping itu, peran pasien di masyarakatpun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan interpersonal pasien. 7) POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak naIas, nyeri dada. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positiI terhadap dirinya. 8) POLA SENSORI DAN KOGNITIFFungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses berpikirnya. 9) POLA REPRODUKSI SEKSUALKebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan terganggu untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi Iisiknya masih lemah. 10) POLA PENANGGULANGAN STRES Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akanmengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya. 11)POLA TATA NILAI DAN KEPERCAYAAN Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan.si pleura DIAGNOSA KEPERAWATAN KetidakeIektiIan pola pernaIasan yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura. KetidakeIektiIan bersihan jalannaIas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental,kelemahan,upaya batuk buruk,dan edema thrakeal. Perubahannutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan metabolisme tubuh. Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan ( ketidakmampuan untuk bernapas) dan prognosis penyakit yang belum jelas. Kurang inIormasi dan pengetahuan mengenai kondisi ,aturan pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya inIormasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah. RENCANA KEPERAWATAN Diagnosa pertama KetidakeIektiIan pola pernaIasan yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.Tujuan : klien mampu mempertahankan Iungsi paru secara normalKriteria evaluasi : irama,Irekuensi, dan kedalamanpernaIasan berada dalam batas normal,pada pemeriksaanrongen thoraks tidak ditemukan adanya akumulasi cairan dan bunya naIas terdengar jelas. Rencana IntervensiRasionalIdentiIikasi Iactor penyebab Dengan mengidentiIikasi penyebab,kita dapat menentukan jenis eIusi pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.Kaji kualitas, Irekuensi, dan kedalaman pernaIasan, serta melaporkan setiap perubahan yang terjadi Dengan mengkajikualitas,Irekuensi,dan kedalaman pernaIasan,kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi klien.Baringkan klien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60-90 atau miringkan kea rah sisi yang sakitPenurunan diaIragma dapat memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bias maksimal.Miring kearah sisi yang sakit dapat menghindari eIek penekanan gravitasi cairan sehingga ekspansi dapat maksimal.Observasi tanda-tanda vital (nadi dan pernaIasan)Peningkatan Irekuensi naIas dan takikardi merupakan indikasi adanya penurunan Iungsi paru.Lakukan Auskultasi suara naIas tiap 2-4 jamAuskultasi dapat menentukan kelainan suara naIas pada bagian paru .Bantu dan ajarkan klien untuk batuk dan naIas dalam yang eIektiIMenekan deaerah yang nyeri ketika batuk/naIas dalam. Penekanan otot-otot dada serta abdomen membuat batuk lebih eIektiI.Kolaborasi untuk tindakan thorakosintesisTindakan thorakosentesis atau Iungsi pleura bertujuan untuk menghilangkan sesak naIas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam rongga pleura. Diagnosa kedua KetidakeIektiIan bersihan jalan naIas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental,kelemahan,upaya batuk buruk,dan edema thrakeal.Tujuan : bersihan jalannaIas kembali eIektiIKriteria evaluasi : Klien mampu melakukan batuk eIektiI PernaIasan klien kembali normal tanpa ada penggunaan otot bantu naIas

Rencana IntervensiRasionalkaji Iungsi pernaIasan(bunyi naIas, kecepatan, irama, kedalaman, dan penggunan otot bantu naIas).Perubahan bunyi napas menunujukkan atelektasis, ronchi menunjukkan akumulasi secret dan ketidakeIektiIan pengeluaran sekresi yang selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan otot bantu naIas dan peningkatan kerja pernaIasan.Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat karakter dan volume sputum.Pengeluaran akan sulit bila secret sangat kental (inIeksi dan hidrasi yang tidak adekuat).Berikan posisi semi Iowler atau Iowler tinggi dan bantu klien latihan naIas dalam dan batuk eIektiI.Posisi Iowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya bernaIas. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan secret dalam jalan naIas besar untuk dikeluarkan.Pertahankan intake cairan sedikitnya 2.500 ml/ hari kecuali tidak diindikasikan.Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan secret dan mengeIektiIkan pembersihan jalan naIas.

Bersihkan secret dari mulut dan trakea bila perlu dilakukan penghisapan (suction).Mencegah obstruksi dan aspirasi. Penghisapan diperlukan bila klien tidak mampu mengeluarkan secret. Eliminasi lendir dengan suction sebaiknya dilakukan dalam jangka waktu kurang dari 10 mnt, dengan pengawasan eIek samping suction.Kolaborasi pemberian obat sesuaiindikasi : Obat anti bioticPengobatan anti biotic yang ideal adalah dengan adanya dasar dari tes uji resistensi kuman terhadap jenis anti biotic sehingga lebih mudah mengobati pneumonia.Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan secret paru untuk memudahkan permbersihan.Bronkodilator :Jenis aminoIilin via intravena.Bronkodilator meningkatkan diameter lumen percabangan trakeo bronchial sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.Kortikosteroid.Kortikosteroid berguna pada hypoksemia dengan keterlibatan luas dan bila reaksi inIlamasi mengancam kehidupan. Diagnosa ketiga Perubahannutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan metabolisme tubuhTujuan : intake nutrisi klien terpenuhiKriteria evaluasi : Klien dapat mempertahankan status gizinya dari yang semula kurang menjadi adekuat PernyataanmotiIasi kuta untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya Rencana intervensiRasionalKaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, derajat penurunan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual atau muntah dan diare Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat Fasilitasi klien untuk memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi)Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki intake gizi Pantau intake dan output, timbang berat badan secara periodik (sekali seminggu)Berguna dalam mengukur keeIektiIan intake gizi dan dukungan cairan Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta sebelum dan sesudah intervensi atau pemeriksaan per-oralMenurunkan rasa tak enak karena sisa makanan, sisa sputum atau obat pada pengobatan sistem pernapasan yang dapat merangsang pusat muntah Fasilitas pemberian diet TKTP, berikan dalam porsi kecil tapi sering Memaksimalkan intake nutrisi tanpa kelelahan dan energi besar serta menurunkan iritasi saluran cerna Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat Merencanakan diet dengan kandungan gizi yang cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik klien Kolarborasi untuk pemeriksaan laboratorium khususnya BUN, protein serum, dan albumin Menilai kemajuan terapi diet dan membantu perencanaan intervensi selanjutnya Kolaborasi untuk pemberian multivitamin Multivitamin bertujuan untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang tinggi sekunder dari peningkatan laju metabolisme umum Diagnosa keempat Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan ( ketidakmampuan untuk bernapas) dan prognosis penyakit yang belum jelas Tujuan : klien mampu memahami dan menerima keadaanya sehingga tidak terjadi kecemasanKriteria evaluasi : Klien terlihat mampu bernaIas secara normal danmampu beradaptasi dengan keadaanya.Responnon verbalklien tampak lebih rileks dan santai. Rencana intervensiRasionalBantu dalam mengidentiIikasi sumber koping yang ada PemanIaatan sumber koping yang ada secara konstruktiI sangat bermanIaat dalam mengatasi stressAjarkan teknik relaksasi Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan klien Hubungan saling percaya membantu memperlancar proses terapeutikKaji Iaktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas.Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien dan membangun kepercayaan dalam mengurangi kecemasan Bantu klien mengenali dan mengakui rasa cemasnya Rasa cemas merupakan eIek emosi sehingga apabila sudah terindentiIikasi dengan baik, maka perasaan yang mengganggu dapat diketahui Diagnosa kelima Kurang inIormasi dan pengetahuan mengenai kondisi ,aturan pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya inIormasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.Tujuan : klien mampu melaksanakan apa yang telah diinIormasikanKriteria evaluasi : klien terlihat mengalami penurunan potensi penularan penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien. Rencana intervensiRasionalKaji kemampuan klien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat kecemasan, kelelahan umum, pengetahuan klien sebelumnya, dan suasana yang tepat)Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan Iisik, emosional, dan lingkungan kondusiI

Jelaskan tentang dosis obat, Irekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, dan alasan mengapa pengobatan TB berlangsung dalam waktu lama Meningkatkan partisipasi klien dalam program pengobatan dan mencegah putus obat karena membaiknya kondisi Iisik klien sebelum jadwal terapi selesai Ajarkan dan nilai kemampuan klien untuk mengidentiIikasi gejala atau tanda reaktivasi penyakit (hemoptisis, demam, nyeri dada, kesulitan bernapas, kehilangan pendengaran, dan vertigo)Dapat menunjukkan pengaktiIan ulang proses penyakit dan eIek obat yang memerlukan evaluasi lanjut Tekanan pentingnya mempertahankan intake nutrisi yang mengandung protein dan kalori yang tinggi serta intake cairan yang cukup setiap hari Diet TKTP dan cairan yang adekuat memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik tubuh. Pendidikan kesehatan tentang hal itu akan meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan penyakitnya.