21
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA “OSTEOMYELITIS” RUANG BOUGENVILE RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGUDI WALUYO WLINGI STASE KEPERAWATAN BEDAH Disusun oleh : NURUL MEGAWATI TAWAINELLA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Lp Apendicitis Dida

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LP Apendisitis

Citation preview

Page 1: Lp Apendicitis Dida

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA

“OSTEOMYELITIS”

RUANG BOUGENVILE

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGUDI WALUYO WLINGI

STASE KEPERAWATAN BEDAH

Disusun oleh :

NURUL MEGAWATI TAWAINELLA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016

Page 2: Lp Apendicitis Dida

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan di ruang BOUGENVILE RSUD

NGUDI WALUYO WLINGI yang disusun oleh:

Nama : Nurul Megawati Tawainella

Telah diperiksa dan disahkan sebagai salah satu tugas profesi Ners Departemen

Keperawatan Bedah

Wlingi, Maret 2016

Mahasiswa (Ners Muda)

Nurul Megawati Tawainella

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )

Page 3: Lp Apendicitis Dida

LAPORAN PENDAHULUAN

APENDISITIS

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Apendistis adalah peradangan dari apendik periformis dan merupakan

penyebab abdomen akut yang paling sering. ( dermawan,Deden.2010 )

Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui

peradangan, obstruksi dan iskemia di dalam jangka waktu bervariasi

(Sabiston, 1995)

Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi,

walaupun apendisitis dapat terjadi setiap usia, namun paling sering pada

orang dewasa muda, sebelum era antibiotic. ( dermawan, Deden.2010 )

Peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut

yang paling sering terjadi. (Kapita Selekta Kedokteran, Doc.hal 307).

Ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci) melekat pada

seacum tepat di bawah katup Ileosekal. Suatu pradangan apendiks yang

mengenai semua lapisan dinding organ tersebut (Brunner dan Suddarth, 2002).

2. Etiologi

Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun

terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya

obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini

biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit),

hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh,

cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi

lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid.

3. Klasifikasi

a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis,

yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta

difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.

b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial,

setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva

yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.

Page 4: Lp Apendicitis Dida

4. Manifestasi klinik

a. Nyeri pada kuadrat kanan bawah . sifat : nyeri tekan lepas.

b. Demam ringan

c. Mual muntah

d. Spasme oto abdomen – tungkai sulit untuk diluruskan

e. Konstipasi atau diare

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan fisik lengkap dan tes laboratorium serta radiologi

b. Hitung darah lengkap dilakukan dan akan menunjukkan peningkatan

jumlah darah putih, jumlah leokosit mungkin lebih besar dari 10.000/mm3

c. Pemeriksaan USG bila terjadi infiltrat apendikularis

d. Pemeriksaan radiologi dan ultra sonografy menunjukkan densitas pada

kuadran bawah/tingkat aliran udara setempat

e. Pemeriksaan urin untuk membedakan dengan kelainan pada ginjal dan

saluran kemih.

6. Penatalaksanaan medis

a. Pemeriksaan fisik

Ada 2 cara pemeriksaan :

1) Psoas sign

Pasien terlentang, tungkai kanan lurus dan ditahan oleh pemeriksa.

Pasien disuruh aktif memfleksikan articulation coxae kanan, akan

terasa nyeri di perut kanan bawah ( cara aktif ) pasien miring ke

kiri, paha kanan dihiperekstensi oleh pemeriksa, akan terasa nyeri

di perut kanan bawah ( cara pasif ).

2) Obturator sign

Dengan gerakan fleksi dan endorotasi articulation coxae pada

posisi supine akan menimbulkan nyeri. Bila nyeri berarti kontak

dengan m.obturator internus, artinya appendix terletak di pelvis.

3) Pemeriksaan laboratorium

Terjadi leukositosis ringan (10.000 – 20.000 /ml ) dengan

penibgkatan jumlah netrofil.

4) Pemeriksaan Radiologi : tampak distensi sekum pada appendiditis

akut.

Page 5: Lp Apendicitis Dida

5) USG : menunjukan densitas kuadrat kanan bawah / kadar aliran

udara terlokalisasi.

a. Pembedahan : apendiktomy – menurunkan resiko perforasi.

1) Sebelum operasi

Observasi

Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan

gejala apendisitis seringkali masih belum jelas. Dalam

keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta

melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak

boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun

bentuk peritomitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan

rectal serta pemeriksaan darah ( leukosit dan hitung jenis )

diulang secara periodic. Foto abdomen dan thoraks tegak

dilakukan untuk mencari keuntungan adanya penyulit lain.

Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan

lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam

setelah timbulnya keluhan.

Intubasi bila perlu

Antibiotic

Tindakan

a. Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi

b. Pemasangan kateter untuk control produksi urin.

c. Rehidrasi

d. Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.

e. Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.

f. Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.

2) Operasi apendiktomi

Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :

Page 6: Lp Apendicitis Dida

a. Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.

b. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.

3) Pasca operasi

a. Observasi TTV.

b. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah.

c. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.

d. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan.

e. Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal.

f. Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.

g. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2×30 menit.

h. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.

i. Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.

4) Penatalaksanaan gawat darurat non-operasi

Bila tidak ada fasilitas bedah, berikan penatalaksanaan seperti

dalam peritonitis akut. Dengan demikian, gejala apendisitis akut

akan mereda dan kemungkinan terjadinya komplikasi akan

berkurang.

b. Pemasangan NGT

c. Pemberian antibiotic yang sesuai dengan hasil kultur

d. Transfuse untuk mengatasi anemia dan penanganan syok septic secara

intensif.

7. Komplikasi

a. Perforasi apendiks :

Page 7: Lp Apendicitis Dida

Perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk

dilakukan dalam masa tersebut. Tanda – tanda perforasi meliputi

meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadrat kana bawah

dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus,

demam,malaise, dan leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan

peritonitis umum atau pembentukan abses telah terjadi sejak pasien

pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakkan dengan pasti.

b. Peritonitis – abses

Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi

untuk menutup asal perforasi. Bila terbentuk abses apendiks akan teraba

massa di kuadrat kanan bawah yang cenderung menggelembung kea rah

rectum atau vagina.

c. Dehidrasi

d. Sepsis

e. Elektrolit darah tidak seimbang

f. Pneumonia

B. Konsep Askep

1. Pengkajian

a. Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,

suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.

b. Keluhan utama :

Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan

bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam

kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam

beberapa waktu lalu. Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat

hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai

Biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.

c. Riwayat kesehatan masa lalu:

Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang

Pemeriksaan fisik Keadaan umum Klien tampak sakit ringan/sedang/berat.

Berat badan Sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.

Sirkulasi : Klien mungkin takikardia. Respirasi : Takipnoe, pernapasan

dangkal. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal,

Page 8: Lp Apendicitis Dida

diare kadang-kadang. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan,

penurunan atau tidak ada bising usus.

Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang

meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena

berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam.

Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi

duduk tegak. Keamanan Demam, biasanya rendah.

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGIMASALAH

KEPERAWATAN1. DS : klien mengeluh nyeri

pada abdomen

DO: ekspresi gelisah,hasil USG ada sumbatan pada kuadran kanan bawah.

Inflamasi pada appendix

Pelepasan mediator kimia (prostaglandin & bradikinin)

Rangsang nyeri pada abdomen

Nyeri akut

Nyeri akut

2. DS: pasien mengatakan lemas DO: mukosa lembab, turgor >2detik

Etiologi (Bakteri, fekalit, tumor, makanan rendah serat, peningkatan tekanan intra

lumen)

Inflamasi pada appendix

Aktivasi vomiting di pusat medulla

Stimulasi nausea dan womitting

Kurang vol cairan

Resiko Kekurangan volume cairan

3. DS: klien mengatakan nyeri pada abdomen

DO: hasil USG terdapat sumbatan pada kuadran kanan abdomen, Keadaan sudah berlangsung lama >48jam

Etiologi (Bakteri, fekalit, tumor, makanan rendah serat, peningkatan tekanan intra

lumen)

Inflamasi appendix

Pus (bakteri fagosit dan sel2 mati)

Resiko infeksi

Resiko infeksi

4. DS : klien mengatakan tidak tahu apa yang harus

Appedisitis Kurang pengetahuan

Page 9: Lp Apendicitis Dida

dilakukan sebelum operasi

DO: ekspresi wajah gelisah, akan dilakukan tindakan appendectomy

Muncul banyak masalah

Tindakan operasi

Tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan tindakan apa yang dilakukan pada pasien

Kurang pengetahuan

2. Diagnosa

Pada klien Praoperasi :

a) Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam nyeri

berkurang/ hilang

Kriteria hasil :

Klien melaporkan rasa sakit / nyerinya berkurang / terkontrol.

Wajah tampak rileks.

Klien dapat tidur / istirahat dengan cukup.

Intervensi :

1) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya ( skala 0 – 10 )

selidiki dengan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

R/ : untuk menilai keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.

2) Pertahankan istirahat dengan posisi semi – fowler.

R/ : gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen

bawah, menghilangkan tekanan abdomen, sehingga menurunkan

nyeri.

3) Anjurkan klien nafas dalam,( hirup udara dari hidung dan

keluarkan melalui mulut ).

R/ : nafas dalam otot – otot menjadi relaksasi sehingga dapat

mengulangi nyeri.

4) Berikan aktifitas hiburan.

R/ : meningkatkan relaksasi dan dapat menurunkan nyeri.

5) Pertahankan puasa/penghisapan NGT pada awal, sesuai program

medis.

R/ : Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltic usus dan iritasi

gaster atau muntah.

Page 10: Lp Apendicitis Dida

6) Berikan analgesic sesuai indikasi.

R/ : menghilangkan nyeri.

7) Berikan kantong es pada abdomen.

R/ : menghilangkan dan mengurangi nyeri.

b) Resiko tinggi terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan

dengan pemasukan cairan yang tidak adekuat ( mual, muntah,

anoreksia ).

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,

intake cairan pada klien adekuat.

Kriteria hasil:

Cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang.

Turgor kulit baik, tanda – tanda vital stabil, membrane mukosa

lembab.

Pengeluaran urine adekuat, dan normal.

Pengisian kapiler <2 detik.

Intervensi :

1) Monitor tanda – tanda vital ( suhu, nadi,napas,dan tekanan darah).

R/: Mengidentifikasi fluktuasi volume intravascular, indicator

secara dini tentang adanya hipovolemi

2) Observasi membrane mukosa, kaji turgor kulit

c) Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahankan tubuh, perforasi/rupture pada apendiks.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

tidak terjadi infeksi pada klien.

Kriteria hasil:

Bebas dari tanda – tanda infeksi.

Tidak ada drainase purulen.

Tanda – tanda vital: suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah

dalam batas normal.

Hasil lab: lekosit dalam batas normal.

Intervensi:

1) Monitor tanda – tanda infeksi: perhatikan adanya demam,

perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.

Page 11: Lp Apendicitis Dida

R/: Mengidentifikasi adanya peningkatan suhu sebagai indicator

adanya infeksi.

2) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah kontak dengan

klien.

R/: Menurunkan resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme.

3) Lakukan pencukuran pada area operasi (perut kanan bawah).

R/: Dengan pencukuran klien terhindar dari infeksi post operasi.

4) Anjurkan klien mandi dengan sempurna sebelum operasi.

R/: Kulit yang bersih dapat mencegah timbulnya mikroorganisme

(Mo).

5) Berikan antibiotik sesuai terapi.

R/: Menyembuhkan infeksi/mencegah penyebaran infeksi.

.

d) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, prosedur

pembedahan berhubungan dengan kurang informasi.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam muncul

pemahaman klien tentang proses penyakit dan prosedur pembedahan.

Kriteria hasil:

Klien memahami prosedur yang harus dilakukan sebelum dan

sesudah operasi.

Kooperatif dalam tindakan persiapan operasi maupun sesudah

operasi.

Intervensi:

1) Jelaskan prosedur persiapan operasi: pemasangan infuse, puasa 6 –

8 jam sebelum operasi, cukur area operasi.

R/: Meningkatkan kerjasama dengan klien dalam persiapan

prosedur atau tindakan medis yang diberikan.

2) Jelaskan situasi kamar bedah.

R/: Memberikan kondisi kamar bedah, menurunkan ansietas.

3) Jelaskan pada klien tentang latihan – latihan yang akan dilakukan

setelah operasi.

R/: Menyiapkan klien agar dapat bekerjasama dalam melakukan

latihan – latihan yang akan dilakukan setelah operasi.

4) Jelaskan prosedur operasi kolaborasi dengan medik.

Page 12: Lp Apendicitis Dida

R/: Memberikan gambaran tentang prosedur operasi, menurunkan

ansietas.

5) Kolaborasi dengan medik saat melakukan inform consent pada

klien dan keluarga.

R/: Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk

menentukan pilihan, sebagai legalitas bagi rumah sakit.

3. Evaluasi

No. Dx keperawatan Tgl/ jam Evaluasi ttd

1. Nyeri akut 1-5-

2012

07.00am

S : klien mengatakan nyeri berkurang

O: ekspresi wajah pasien rileks, skala

nyeri 3 (range 1-10)

A: Masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

2. Resiko Kekurangan volume cairan

1-5-

2012

07.30am

S: klien mengatakan tidak lemas

O: intake cairan adekuat, infuse terpasang,

turgor < 2 detik

A: masalah teratasi

P: lanjutkan pada masalah keperawatan

selanjutnya

3. Resiko infeksi 1-5-

2012

07.30am

S: -

O: tidak terjadi distensi abdomen, leukosit

dbn, ttv dbn, tidak ada drainase purulen

A: masalah teratasi

P: lanjutkan pada masalah keperawatan

selanjutnya

4. Kurang pengetahuan

1-5-

2012

07.45am

S: pasien mengatakan paham tentang

tindakan operasi

O: wajah pasien tidak bingung, bisa

menjawab pertanyaan seputar op.

appendectomy

A: masalah teratasi

P: lanjutkan pada masalah keperawatan

selanjutnya

Page 13: Lp Apendicitis Dida

Patofisiologi

Bakteri, fekalit, tumor, makanan rendah serat, peningkatan tekanan intra lumen.

Penyumbatan pengeluaran secret mucus

Vasokongesti

Penurunan supply darah pada appendix

Penurunan supply O2 pada appendix

Appendix mulai nekrosis, bakreti masuk

Kerusakan Membran sell dari appendix

Dimulainya Proses inflamasi

Pelepasan mediator kimia Aktivasi Vomitting di pusat Medulla

Neuthrophil ke area

Histamine, Prostaglandin, Leukotrienes, Bradykinin

Bengkak pada appendix

Prostaglandin, Bradykinin

Nyeri pada intra abdomen

Nyeri akut

Interleukin-1Peningkatan sel darah putih

Stimulasi nervus vagus

Penekanan pada fungsi Simpatis GI

Nausea & vomitting

Defisit volume cairan

Anorexia

Kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Pus formation, (bakteri fagosit dan sell2 mati)

Resiko infeksi (jika rupture)

Inflamasi appendix (appendicitis)

Page 14: Lp Apendicitis Dida

appendoctomy

Trauma jaringan

Luka terbuka Kerusakan membrane sel

Nociceptor pada dermis

Kerusakan integritas jaringan

Resiko infeksi

Proses inflamasi

Pelepasan prostaglandin/ bradikinin

Mengirim impuls ke CNS

Nyeri pada lokasi pembedahan

Intoleran aktifitas

Kurang pengetahuan

Page 15: Lp Apendicitis Dida

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansyoer dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 2, Media Aescularis FKUI :

Jakarta.

Brunner dan Suddath edisi 8, 2004. Keperawatan medikal Bedah, ECG : Jakarta.

Marilyan E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3

http://nursingbegin.com/askep-apendisitis/. Diakses tanggal 05-01-2016 jam 18.30

NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2011-2015, EGC : Jakarta