Upload
hardiyanti
View
224
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
LP Apendisitis
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA
“OSTEOMYELITIS”
RUANG BOUGENVILE
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGUDI WALUYO WLINGI
STASE KEPERAWATAN BEDAH
Disusun oleh :
NURUL MEGAWATI TAWAINELLA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan di ruang BOUGENVILE RSUD
NGUDI WALUYO WLINGI yang disusun oleh:
Nama : Nurul Megawati Tawainella
Telah diperiksa dan disahkan sebagai salah satu tugas profesi Ners Departemen
Keperawatan Bedah
Wlingi, Maret 2016
Mahasiswa (Ners Muda)
Nurul Megawati Tawainella
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
APENDISITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Apendistis adalah peradangan dari apendik periformis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. ( dermawan,Deden.2010 )
Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui
peradangan, obstruksi dan iskemia di dalam jangka waktu bervariasi
(Sabiston, 1995)
Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi,
walaupun apendisitis dapat terjadi setiap usia, namun paling sering pada
orang dewasa muda, sebelum era antibiotic. ( dermawan, Deden.2010 )
Peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut
yang paling sering terjadi. (Kapita Selekta Kedokteran, Doc.hal 307).
Ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci) melekat pada
seacum tepat di bawah katup Ileosekal. Suatu pradangan apendiks yang
mengenai semua lapisan dinding organ tersebut (Brunner dan Suddarth, 2002).
2. Etiologi
Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun
terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya
obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini
biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit),
hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh,
cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi
lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid.
3. Klasifikasi
a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis,
yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta
difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial,
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva
yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
4. Manifestasi klinik
a. Nyeri pada kuadrat kanan bawah . sifat : nyeri tekan lepas.
b. Demam ringan
c. Mual muntah
d. Spasme oto abdomen – tungkai sulit untuk diluruskan
e. Konstipasi atau diare
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik lengkap dan tes laboratorium serta radiologi
b. Hitung darah lengkap dilakukan dan akan menunjukkan peningkatan
jumlah darah putih, jumlah leokosit mungkin lebih besar dari 10.000/mm3
c. Pemeriksaan USG bila terjadi infiltrat apendikularis
d. Pemeriksaan radiologi dan ultra sonografy menunjukkan densitas pada
kuadran bawah/tingkat aliran udara setempat
e. Pemeriksaan urin untuk membedakan dengan kelainan pada ginjal dan
saluran kemih.
6. Penatalaksanaan medis
a. Pemeriksaan fisik
Ada 2 cara pemeriksaan :
1) Psoas sign
Pasien terlentang, tungkai kanan lurus dan ditahan oleh pemeriksa.
Pasien disuruh aktif memfleksikan articulation coxae kanan, akan
terasa nyeri di perut kanan bawah ( cara aktif ) pasien miring ke
kiri, paha kanan dihiperekstensi oleh pemeriksa, akan terasa nyeri
di perut kanan bawah ( cara pasif ).
2) Obturator sign
Dengan gerakan fleksi dan endorotasi articulation coxae pada
posisi supine akan menimbulkan nyeri. Bila nyeri berarti kontak
dengan m.obturator internus, artinya appendix terletak di pelvis.
3) Pemeriksaan laboratorium
Terjadi leukositosis ringan (10.000 – 20.000 /ml ) dengan
penibgkatan jumlah netrofil.
4) Pemeriksaan Radiologi : tampak distensi sekum pada appendiditis
akut.
5) USG : menunjukan densitas kuadrat kanan bawah / kadar aliran
udara terlokalisasi.
a. Pembedahan : apendiktomy – menurunkan resiko perforasi.
1) Sebelum operasi
Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan
gejala apendisitis seringkali masih belum jelas. Dalam
keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta
melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak
boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun
bentuk peritomitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan
rectal serta pemeriksaan darah ( leukosit dan hitung jenis )
diulang secara periodic. Foto abdomen dan thoraks tegak
dilakukan untuk mencari keuntungan adanya penyulit lain.
Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan
lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam
setelah timbulnya keluhan.
Intubasi bila perlu
Antibiotic
Tindakan
a. Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
b. Pemasangan kateter untuk control produksi urin.
c. Rehidrasi
d. Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
e. Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
f. Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
2) Operasi apendiktomi
Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :
a. Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
b. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
3) Pasca operasi
a. Observasi TTV.
b. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah.
c. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
d. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan.
e. Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal.
f. Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.
g. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2×30 menit.
h. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
i. Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
4) Penatalaksanaan gawat darurat non-operasi
Bila tidak ada fasilitas bedah, berikan penatalaksanaan seperti
dalam peritonitis akut. Dengan demikian, gejala apendisitis akut
akan mereda dan kemungkinan terjadinya komplikasi akan
berkurang.
b. Pemasangan NGT
c. Pemberian antibiotic yang sesuai dengan hasil kultur
d. Transfuse untuk mengatasi anemia dan penanganan syok septic secara
intensif.
7. Komplikasi
a. Perforasi apendiks :
Perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk
dilakukan dalam masa tersebut. Tanda – tanda perforasi meliputi
meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadrat kana bawah
dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus,
demam,malaise, dan leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan
peritonitis umum atau pembentukan abses telah terjadi sejak pasien
pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakkan dengan pasti.
b. Peritonitis – abses
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi
untuk menutup asal perforasi. Bila terbentuk abses apendiks akan teraba
massa di kuadrat kanan bawah yang cenderung menggelembung kea rah
rectum atau vagina.
c. Dehidrasi
d. Sepsis
e. Elektrolit darah tidak seimbang
f. Pneumonia
B. Konsep Askep
1. Pengkajian
a. Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
b. Keluhan utama :
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan
bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam
beberapa waktu lalu. Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat
hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai
Biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
c. Riwayat kesehatan masa lalu:
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang
Pemeriksaan fisik Keadaan umum Klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
Berat badan Sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
Sirkulasi : Klien mungkin takikardia. Respirasi : Takipnoe, pernapasan
dangkal. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal,
diare kadang-kadang. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan,
penurunan atau tidak ada bising usus.
Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam.
Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi
duduk tegak. Keamanan Demam, biasanya rendah.
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGIMASALAH
KEPERAWATAN1. DS : klien mengeluh nyeri
pada abdomen
DO: ekspresi gelisah,hasil USG ada sumbatan pada kuadran kanan bawah.
Inflamasi pada appendix
Pelepasan mediator kimia (prostaglandin & bradikinin)
Rangsang nyeri pada abdomen
Nyeri akut
Nyeri akut
2. DS: pasien mengatakan lemas DO: mukosa lembab, turgor >2detik
Etiologi (Bakteri, fekalit, tumor, makanan rendah serat, peningkatan tekanan intra
lumen)
Inflamasi pada appendix
Aktivasi vomiting di pusat medulla
Stimulasi nausea dan womitting
Kurang vol cairan
Resiko Kekurangan volume cairan
3. DS: klien mengatakan nyeri pada abdomen
DO: hasil USG terdapat sumbatan pada kuadran kanan abdomen, Keadaan sudah berlangsung lama >48jam
Etiologi (Bakteri, fekalit, tumor, makanan rendah serat, peningkatan tekanan intra
lumen)
Inflamasi appendix
Pus (bakteri fagosit dan sel2 mati)
Resiko infeksi
Resiko infeksi
4. DS : klien mengatakan tidak tahu apa yang harus
Appedisitis Kurang pengetahuan
dilakukan sebelum operasi
DO: ekspresi wajah gelisah, akan dilakukan tindakan appendectomy
Muncul banyak masalah
Tindakan operasi
Tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan tindakan apa yang dilakukan pada pasien
Kurang pengetahuan
2. Diagnosa
Pada klien Praoperasi :
a) Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam nyeri
berkurang/ hilang
Kriteria hasil :
Klien melaporkan rasa sakit / nyerinya berkurang / terkontrol.
Wajah tampak rileks.
Klien dapat tidur / istirahat dengan cukup.
Intervensi :
1) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya ( skala 0 – 10 )
selidiki dengan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
R/ : untuk menilai keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.
2) Pertahankan istirahat dengan posisi semi – fowler.
R/ : gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen
bawah, menghilangkan tekanan abdomen, sehingga menurunkan
nyeri.
3) Anjurkan klien nafas dalam,( hirup udara dari hidung dan
keluarkan melalui mulut ).
R/ : nafas dalam otot – otot menjadi relaksasi sehingga dapat
mengulangi nyeri.
4) Berikan aktifitas hiburan.
R/ : meningkatkan relaksasi dan dapat menurunkan nyeri.
5) Pertahankan puasa/penghisapan NGT pada awal, sesuai program
medis.
R/ : Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltic usus dan iritasi
gaster atau muntah.
6) Berikan analgesic sesuai indikasi.
R/ : menghilangkan nyeri.
7) Berikan kantong es pada abdomen.
R/ : menghilangkan dan mengurangi nyeri.
b) Resiko tinggi terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pemasukan cairan yang tidak adekuat ( mual, muntah,
anoreksia ).
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
intake cairan pada klien adekuat.
Kriteria hasil:
Cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang.
Turgor kulit baik, tanda – tanda vital stabil, membrane mukosa
lembab.
Pengeluaran urine adekuat, dan normal.
Pengisian kapiler <2 detik.
Intervensi :
1) Monitor tanda – tanda vital ( suhu, nadi,napas,dan tekanan darah).
R/: Mengidentifikasi fluktuasi volume intravascular, indicator
secara dini tentang adanya hipovolemi
2) Observasi membrane mukosa, kaji turgor kulit
c) Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahankan tubuh, perforasi/rupture pada apendiks.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
tidak terjadi infeksi pada klien.
Kriteria hasil:
Bebas dari tanda – tanda infeksi.
Tidak ada drainase purulen.
Tanda – tanda vital: suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah
dalam batas normal.
Hasil lab: lekosit dalam batas normal.
Intervensi:
1) Monitor tanda – tanda infeksi: perhatikan adanya demam,
perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.
R/: Mengidentifikasi adanya peningkatan suhu sebagai indicator
adanya infeksi.
2) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
klien.
R/: Menurunkan resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme.
3) Lakukan pencukuran pada area operasi (perut kanan bawah).
R/: Dengan pencukuran klien terhindar dari infeksi post operasi.
4) Anjurkan klien mandi dengan sempurna sebelum operasi.
R/: Kulit yang bersih dapat mencegah timbulnya mikroorganisme
(Mo).
5) Berikan antibiotik sesuai terapi.
R/: Menyembuhkan infeksi/mencegah penyebaran infeksi.
.
d) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, prosedur
pembedahan berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam muncul
pemahaman klien tentang proses penyakit dan prosedur pembedahan.
Kriteria hasil:
Klien memahami prosedur yang harus dilakukan sebelum dan
sesudah operasi.
Kooperatif dalam tindakan persiapan operasi maupun sesudah
operasi.
Intervensi:
1) Jelaskan prosedur persiapan operasi: pemasangan infuse, puasa 6 –
8 jam sebelum operasi, cukur area operasi.
R/: Meningkatkan kerjasama dengan klien dalam persiapan
prosedur atau tindakan medis yang diberikan.
2) Jelaskan situasi kamar bedah.
R/: Memberikan kondisi kamar bedah, menurunkan ansietas.
3) Jelaskan pada klien tentang latihan – latihan yang akan dilakukan
setelah operasi.
R/: Menyiapkan klien agar dapat bekerjasama dalam melakukan
latihan – latihan yang akan dilakukan setelah operasi.
4) Jelaskan prosedur operasi kolaborasi dengan medik.
R/: Memberikan gambaran tentang prosedur operasi, menurunkan
ansietas.
5) Kolaborasi dengan medik saat melakukan inform consent pada
klien dan keluarga.
R/: Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk
menentukan pilihan, sebagai legalitas bagi rumah sakit.
3. Evaluasi
No. Dx keperawatan Tgl/ jam Evaluasi ttd
1. Nyeri akut 1-5-
2012
07.00am
S : klien mengatakan nyeri berkurang
O: ekspresi wajah pasien rileks, skala
nyeri 3 (range 1-10)
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
2. Resiko Kekurangan volume cairan
1-5-
2012
07.30am
S: klien mengatakan tidak lemas
O: intake cairan adekuat, infuse terpasang,
turgor < 2 detik
A: masalah teratasi
P: lanjutkan pada masalah keperawatan
selanjutnya
3. Resiko infeksi 1-5-
2012
07.30am
S: -
O: tidak terjadi distensi abdomen, leukosit
dbn, ttv dbn, tidak ada drainase purulen
A: masalah teratasi
P: lanjutkan pada masalah keperawatan
selanjutnya
4. Kurang pengetahuan
1-5-
2012
07.45am
S: pasien mengatakan paham tentang
tindakan operasi
O: wajah pasien tidak bingung, bisa
menjawab pertanyaan seputar op.
appendectomy
A: masalah teratasi
P: lanjutkan pada masalah keperawatan
selanjutnya
Patofisiologi
Bakteri, fekalit, tumor, makanan rendah serat, peningkatan tekanan intra lumen.
Penyumbatan pengeluaran secret mucus
Vasokongesti
Penurunan supply darah pada appendix
Penurunan supply O2 pada appendix
Appendix mulai nekrosis, bakreti masuk
Kerusakan Membran sell dari appendix
Dimulainya Proses inflamasi
Pelepasan mediator kimia Aktivasi Vomitting di pusat Medulla
Neuthrophil ke area
Histamine, Prostaglandin, Leukotrienes, Bradykinin
Bengkak pada appendix
Prostaglandin, Bradykinin
Nyeri pada intra abdomen
Nyeri akut
Interleukin-1Peningkatan sel darah putih
Stimulasi nervus vagus
Penekanan pada fungsi Simpatis GI
Nausea & vomitting
Defisit volume cairan
Anorexia
Kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Pus formation, (bakteri fagosit dan sell2 mati)
Resiko infeksi (jika rupture)
Inflamasi appendix (appendicitis)
appendoctomy
Trauma jaringan
Luka terbuka Kerusakan membrane sel
Nociceptor pada dermis
Kerusakan integritas jaringan
Resiko infeksi
Proses inflamasi
Pelepasan prostaglandin/ bradikinin
Mengirim impuls ke CNS
Nyeri pada lokasi pembedahan
Intoleran aktifitas
Kurang pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansyoer dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 2, Media Aescularis FKUI :
Jakarta.
Brunner dan Suddath edisi 8, 2004. Keperawatan medikal Bedah, ECG : Jakarta.
Marilyan E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3
http://nursingbegin.com/askep-apendisitis/. Diakses tanggal 05-01-2016 jam 18.30
NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2011-2015, EGC : Jakarta