LO SKEN 3

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    1/48

    SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATANNASIONAL DAN PENYUSUNAN ANGGARAN

    PROGRAM KESEHATAN

    MAKALAH

    Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah

    Dasar-dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK)

    yang dibina oleh Bapak dr. Farid Eka Wahyu Endarto

    Oleh :

    Bimo Eka Kristanto 130612607866/2013

    Dwi Rakhmatun Laili 130612607849/2013

    Hidayatul Ainy 130612607826/2013

    Nirmala Tri Kartika 130612607886/2013

    Rahma Ismayanti 130612607891/2013

    PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

    UNIVERSITAS NEGERI MALANG

    Desember 2013

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    2/48

    DAFTAR ISI

    HALAMAN COVER

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ i

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2

    1.3 Tujuan ............................................................................................... 3

    BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4

    2.1 Definisi Pembiayaan Kesehatan Nasional ........................................ 4

    2.2 Macam-macam Sistem Pembiayaan Kesehatan Nasional ................. 62.3 Sumber Pembiayaan Kesehatan Nasional ......................................... 9

    2.4 Syarat Pokok Pembiayaan Kesehatan .............................................. 12

    2.5 Fungsi Pembiayaan Kesehatan ......................................................... 14

    2.6 Masalah Pokok Pembiayaan Nasional ............................................. 16

    2.7 Tarif Pelayanan Kesehatan .............................................................. 21

    2.8 Biaya Pelayanan Kedokteran .......................................................... 27

    2.9 Biaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat .......................................... 29

    2.10 Definisi Anggaran Program Kesehatan ......................................... 32

    2.11 Tahapan Penyusunan Anggaran Program Kesehatan ........................ 37

    BAB III PENUTUP .............................................................................................. 44

    3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 44

    3.2 Saran ................................................................................................ 45

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 46

    i

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    3/48

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kesehatan tidak hanya merupakan hak warga tetapi juga merupakan

    barang investasi yang menentukan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi

    negara, karena itu negara berkepentingan agar seluruh warganya sehat

    (“Health for All”), sehingga ada kebutuhan untuk melembagakan pelayanan

    kesehatan universal, ada dua isu mendasar untuk mewujudkan tujuan

    pelayanan kesehatan dengan cakupan universal, yaitu bagaimana caramembiayai pelayanan kesehatan untuk semua warga, dan bagaimana

    mengalokasikan dana kesehatan untuk menyediakan pelayanan kesehatan

    dengan efektif, efisien, dan adil. (Bisma Murti: 2010)

    Dalam Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang: Kesehatan juga

    disebutkan bahwa kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum

    harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

    dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui

    pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan

    Undang-Undang Dasar 1945.

    Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam

    proses kehidupan seseorang tanpa adanya kesehatan yang baik maka tidak

    akan ada masyarakat yang produktif. Dalam kehidupan berbangsa,

    pembangunan kesehatan merupakan suatu hal yang bernilai sangat insentif.

    Nilai investasinya terletak pada tersedianya sumber daya yang senantiasa

    “siap pakai” dan terhindar dari ancaman penyakit. Di Indonesia sendiri tak

    bisa dipungkiri bahwa trend pembangunan kesehatan bergulir mengikuti pola

    rezim penguasa. Ketika pemerintah negeri ini hanya memandang sebelah mata

    pada pembangunan kesehatan, maka kualitas hidup dan derajat kesehatan

    masyarakat akan menjadi sangat memprihatinkan. (Delfi Lucy Stefani: 2013)

    1

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    4/48

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    5/48

    7. Bagaimana tarif pelayanan kesehatan?

    8. Bagaimana biaya pelayanan kedokteran?

    9. Bagaimana biaya pelayanan kesehatan masyarakat?

    10. Apakah definisi anggaran program kesehatan ?11. Bagaimanakah tahapan penyusunan anggaran program kesehatan?

    1.3 Tujuan

    Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

    1. Mengetahui definisi pembiayaan kesehatan Nasional

    2.

    Mengetahui macam-macam system pembiayaan Nasional3. Mengetahui sumber pembiayaan kesehatan Nasional

    4. Mengetahui syarat pokok pembiayaan kesehatan?

    5. Mengetahui fungsi pembiayaan kesehatan

    6. Mengetahui masalah pokok pembiayaan Nasional

    7. Mengetahui tarif pelayanan kesehatan

    8. Mengetahui biaya pelayanan kedokteran

    9. Mengetahui biaya pelayanan kesehatan masyarakat

    10. Mengetahui definisi anggaran program kesehatan

    11. Mengetahui tahapan penyusunan anggaran program kesehatan

    3

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    6/48

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Definisi Pembiyaan KesehatanBiaya Kesehatan ialah besarnya dana yang harus di sediakan untuk

    menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang

    diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. (Azrul Azwar

    : 1996)

    Sistem pembiayaan kesehatan didefinisikan sebagai suatu sistem yang

    mengatur tentang besarnya alokasi dana yang harus disediakan untuk

    menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang

    diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. (Helda :

    2011)

    Sedangkan, Subsistem Pembiayaan Kesehatan adalah tatanan yang

    menghimpun berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan

    sumber daya keuangan secara terpadu dan saling mendukung untuk memenuhi

    kebutuhan pembiayaan pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat

    kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. (Ana Faiza : 2013)

    Dari beberapa pendapat mengenai Pembiayaan Kesehatan diatas, terlihat

    bahwa biaya kesehatan dapat ditinjau dari beberapa sudut, yaitu :

    1. Penyedia Pelayanan Kesehatan

    Yang dimakasud biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan (Health

    Provider) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat

    menyelenggarakan upaya kesehatan.Dengan pengertian yang seperti ini

    tampak bahwa kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah persoalan

    utama pemerintah dan atau pun pihak swasta, yakni pihak-pihak yangakan menyelenggarakan upaya kesehatan.

    2. Pemakai Jasa Pelayanan

    Yang dimakasud biaya kesehatan dari sudut pemakai jalan pelayanan

    (Health Consumer) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk

    4

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    7/48

    dapat memanfaatkan jasa pelayanan. Berbeda dengan pengertian pertama,

    maka biaya kesehatan di sini menjadi persoalan utama para pemakai jasa

    pelayanan. Dalam batas-batas tertentu, pemerintah juga turut

    mempersoalkannya, yakni dalam rangka terjaminnya pemenuhankebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya.

    Dari batasan biaya kesehatan yang seperti ini segera dipahami bahwa

    pengertian biaya kesehatan tidaklah sama antara penyedia pelayanan kesehatan

    (health provider) dengan pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer).

    Bagi penyedia pelayanan kesehatan, pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk

    pada dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya

    kesehatan. Sedangkan bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, pengertian biaya

    kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus disediakan untuk dapat

    memanfaatkan upaya kesehatan. Sesuai dengan terdapatnya perbedaan

    pengertian yang seperti ini, tentu mudah diperkirakan bahwa besarnya dana

    yang dihitung sebagai biaya kesehatan tidaklah sama antara pemakai jasa

    pelayanan dengan penyedia pelayanan kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia

    pelayanan lebih menunjuk pada seluruh biaya investasi (investment cost) serta

    seluruh biaya operasional (operational cost) yang harus disediakan untuk

    menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan besarnnya dana bagi pemakai

    jasa pelayanan lebih menunjuk pada jumlah uang yang harus dikeluarkan (out of

    pocket) untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.

    Secara umum disebutkan apabila total dana yang dikeluarkan oleh

    seluruh pemakai jasa pelayanan, dan arena itu merupakan pemasukan bagi

    penyedia pelayan kesehatan (income) adalah lebih besar daripada yang

    dikeluarkan oleh penyedia pelayanan kesehatan (expenses), maka berartipenyelenggaraan upaya kesehatan tersebut mengalami keuntungan (profit).

    Tetapi apabila sebaliknya, maka berarti penyelenggaraan upaya kesehatan

    tersebut mengalami kerugian (loss).

    5

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    8/48

    Perhitungan total biaya kesehatan satu negara sangat tergantung dari

    besarnya dana yang dikeluarkan oleh kedua belah pihakk tersebut. Hanya saja,

    karena pada umumnya pihak penyedia pelayanan kesehatan terutama yang

    diselenggrakan oleh ihak swasta tidak ingin mengalami kerugian, dan karena itusetiap pengeluaran telah diperhitungkan terhadap jasa pelayanan yang akan

    diselenggarakan, maka perhitungan total biaya kesehatan akhirnya lebih banyak

    didasarkan pada jumlah dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa

    pelayanan kesehatan saja.

    Di samping itu, karena di setiap negara selalu ditemukan peranan

    pemerintah, maka dalam memperhitungkan jumlah dana yang beredar di sektor

    pemerintah. Tetapi karena pada upaya kesehatan pemerintah selalu ditemukan

    adanya subsidi, maka cara perhitungan yang dipergunakan tidaklah sama. Total

    biaya kesehatan dari sektor pemerintah tidak dihitung dari besarnya dana yang

    dikeluarkan oleh para pemakai jasa, dan karena itu merupakan pendapatan

    (income) pemerintah, melainkan dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh

    pemerintah (expenses) untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

    Dari uraian ini menjadi jelaslah untuk dapat menghitung besarnya total

    biaya kesehatan yang berlaku di suatu negara, ada dua pedoman yang dipakai.

    Pertama, besarnya dana yang dikeluarkan oleh para pemakai jasa pelayanan

    untuk sektor swasta. Kedua, besarnya dana yang dikeluarkan oleh para pemakai

    jasa pelayanan kesehatan untuk sektor pemerintah. Total biaya kesehatan adalah

    hasil dari penjumlahan dari kedua pengeluaran tersebut.

    2.2 Macam-macam Sistem Pembiayaan Kesehatan Nasional

    Sistem pembiayaan kesehatan Indonesia secara umum terbagi dalam 2

    sistem yaitu:

    1. Fee for Service ( Out of Pocket )

    Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem pembayaran

    berdasarkan layanan, dimana pencari layanan kesehatan berobat lalu

    6

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    9/48

    membayar kepada pemberi pelayanan kesehatan (PPK). PPK (dokter atau

    rumah sakit) mendapatkan pendapatan berdasarkan atas pelayanan yang

    diberikan, semakin banyak yang dilayani, semakin banyak pula pendapatan

    yang diterima.Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini masih bergantung pada

    sistem pembiayaan kesehatan secara Fee for Service ini. Dari laporan World

    Health Organization di tahun 2006 sebagian besar (70%) masyarakat

    Indonesia masih bergantung pada sistem Fee for Service dan hanya 8,4%

    yang dapat mengikuti sistem Health Insurance (WHO, 2009). Kelemahan

    sistem Fee for Service adalah terbukanya peluang bagi pihak pemberi

    pelayanan kesehatan (PPK) untuk memanfaatkan hubungan Agency

    Relationship, dimana PPK mendapat imbalan berupa uang jasa medik untuk

    pelayanan yang diberikannya kepada pasien yang besar-kecilnya ditentukan

    dari negosiasi. Semakin banyak jumlah pasien yang ditangani, semakin besar

    pula imbalan yang akan didapat dari jasa medik yang ditagihkan ke pasien.

    Dengan demikian, secara tidak langsung PPK didorong untuk meningkatkan

    volume pelayanannya pada pasien untuk mendapatkan imbalan jasa yang

    lebih banyak.

    2. Health Insurance

    Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh

    pihak ketiga atau pihak asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat.

    Sistem health insurance ini dapat berupa system kapitasi dan system

    Diagnose Related Group (DRG system).

    Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa pelayanan

    kesehatan dimana PPK menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta

    untuk pelayanan yang telah ditentukkan per periode waktu. Pembayaran bagiPPK dengan system kapitasi adalah pembayaran yang dilakukan oleh suatu

    lembaga kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan dengan pembayaran di

    muka sejumlah dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya (unit

    7

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    10/48

    cost) tertentu. Salah satu lembaga di Indonesia adalah Badan Penyelenggara

    JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).

    Sistem kedua yaitu DRG (Diagnose Related Group) tidak berbeda jauh

    dengan system kapitasi di atas. Pada system ini, pembayaran dilakukandengan melihat diagnosis penyakit yang dialami pasien. PPK telah mendapat

    dana dalam penanganan pasien dengan diagnosis tertentu dengan jumlah

    dana yang berbeda pula tiap diagnosis penyakit. Jumlah dana yang diberikan

    ini, jika dapat dioptimalkan penggunaannya demi kesehatan pasien, sisa dana

    akan menjadi pemasukan bagi PPK.

    Kelemahan dari system Health Insurance adalah dapat terjadinya

    underutilization dimana dapat terjadi penurunan kualitas dan fasilitas yang

    diberikan kepada pasien untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.

    Selain itu, jika peserta tidak banyak bergabung dalam system ini, maka

    resiko kerugian tidak dapat terhindarkan. Namun dibalik kelemahan, terdapat

    kelebihan system ini berupa PPK mendapat jaminan adanya pasien (captive

    market), mendapat kepastian dana di tiap awal periode waktu tertentu, PPK

    taat prosedur sehingga mengurangi terjadinya multidrug dan multidiagnose.

    Dan system ini akan membuat PPK lebih kearah preventif dan promotif

    kesehatan.

    Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai, pembiayaan kesehatan dengan

    sistem kapitasi dinilai lebih efektif dan efisien menurunkan angka kesakitan

    dibandingkan sistem pembayaran berdasarkan layanan (Fee for Service) yang

    selama ini berlaku. Hal ini belum dapat dilakukan sepenuhnya oleh

    Indonesia. Tentu saja karena masih ada hambatan dan tantangan, salah

    satunya adalah sistem kapitasi yang belum dapat memberikan asuransi

    kesehatan bagi seluruh rakyat tanpa terkecuali seperti yang disebutkan dalamUU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

    Sampai saat ini, perusahaan asuransi masih banyak memilah peserta asuransi

    dimana peserta dengan resiko penyakit tinggi dan atau kemampuan bayar

    rendah tidaklah menjadi target anggota asuransi. Untuk mencapai terjadinya

    8

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    11/48

    pemerataan, dapat dilakukan universal coverage yang bersifat wajib dimana

    penduduk yang mempunyai resiko kesehatan rendah akan membantu mereka

    yang beresiko tinggi dan penduduk yang mempunyai kemampuan membayar

    lebih akan membantu mereka yang lemah dalam pembayaran. Hal inilahyang masih menjadi pekerjaan rumah bagi sistem kesehatan Indonesia.

    Memang harus kita akui, bahwa tidak ada sistem kesehatan terutama

    dalam pembiayaan pelayanan kesehatan yang sempurna, setiap sistem yang

    ada pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun

    sistem pembayaran pelayanan kesehatan ini harus bergerak dengan

    pengawasan dan aturan dalam suatu sistem kesehatan yang komprehensif,

    yang dapat mengurangi dampak buruk bagi pemberi dan pencari pelayanan

    kesehatan sehingga dapat terwujud sistem yang lebih efektif dan efisien bagi

    pelayanan kesehatan di Indonesia.

    Contoh health insurance yang di berada dibawah naungan Badan

    Penyelenggara Jaminan Sosial diantaranya :

    1. Askes

    2. Jamkesmas

    3.

    ASBRI4. Taspen

    5. Jamsostek

    6. Dan lain sebagainya.

    2.3 Sumber Pembiayaan Kesehatan Nasional

    Telah kita ketahui bersama bahwa sumber pembiayaan untukpenyediaan fasilitas-fasilitas kesehatan melibatkan dua pihak utama yaitu

    pemerintah (public) dan swasta (private). Kini masih diperdebatkan apakah

    kesehatan itu sebenarnya barang public atau private mengingat bahwa fasilitas-

    fasilitas kesehatan yang dipegang oleh pihak swasta (private) cenderung bersifat

    9

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    12/48

    komersil. Di sebagian besar wilayah Indonesia, sektor swasta mendominasi

    penyediaan fasilitas kesehatan, lebih dari setengah rumah sakit yang tersedia

    merupakan rumah sakit swasta, dan sekitar 30-50 persen segala bentuk

    pelayanan kesehatan diberikan oleh pihak swasta (satu dekade yang lalu hanyasekitar 10 persen). Hal ini tentunya akan menjadi kendala terutama bagi

    masyarakat golongan menengah ke bawah. Tingginya biaya kesehatan yang

    harus dikeluarkan jika menggunakan fasilitas-fasilitas kesehatan swasta tidak

    sebanding dengan kemampuan ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia

    yang tergolong menengah ke bawah.

    Sebelum desentralisasi alokasi anggaran kesehatan dilakukan oleh

    pemerintah pusat dengan menggunakan model negosiasi ke provinsi-provinsi.

    Ketika sifat big-bang kebijakan desentralisasi mengenai sektor kesehatan, tiba-

    tiba menjadi alokasi anggaran pembangunan yang disebut dana alokasi umum

    (DAU). Dan yang mengejutkan bahwa anggaran kesehatan eksplisit tidak

    dimasukan di dalam formula DAU. Akibatnya, dinas kesehatan berjuang

    mendapatkan anggaran untuk sektor kesehatan sendiri. Pemerintah di sektor

    kesehatan harus merencanakan dan menganggarkan program kesehatan, dan

    bersaing untuk mendapatkan dana dengan sektor lain.

    Secara umum sumber biaya kesehatan dapat dibedakan sebagai berikut :

    1. Bersumber dari anggaran pemerintah

    Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan

    sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Pelayanannya diberikan secara

    cuma-cuma oleh pemerintah sehingga sangat jarang penyelenggaraan

    pelayanan kesehatan disediakan oleh pihak swasta. Untuk negara yang

    kondisi keuangannya belum baik, sistem ini sulit dilaksanakan karena

    memerlukan dana yang sangat besar.Anggaran yang bersumber dari pemerintah ini dibagi juga menjadi :

    - Pemerintahan pusat dan dana dekonsentrasi, dana program kompensasi

    BBM dan ABT

    10

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    13/48

    - Pemerintah provinsi melalui skema dana provinsi (PAD ditambah dana

    desentralisasi DAU provinsi dan DAK provinsi)

    - Pemerintah kabupaten atau kota melalui skema dana kabupaten atau

    kota (PAD ditambah dana desentralisasi DAU kabupaten atau kota danDAK kabupaten atau kota)

    - Keuntungan badan usaha milik daerah

    - Penjualan aset dan obligasi daerah

    - Hutang pemerintah daerah

    2. Bersumber dari anggaran masyarakat

    Dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini

    mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri

    dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini memberikan

    dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak

    swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat berteknologi tinggi

    disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh pihak

    pemakai jasa layanan kesehatan tersebut. Contohnya CSR atauCorporate

    Social Reponsibility) dan pengeluaran rumah tangga baik yang dibayarkan

    tunai atau melalui sistem asuransi.

    Dana yang bersumber dari swasta anatara lain :

    - Perusahaan swasta

    - Lembaga swadaya masyarakat

    - Dana kemanusiaan (charity)

    3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri

    Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan

    penyakit-penyakit tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak

    lain, misalnya oleh organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain.

    Misalnya bantuan dana dari luar negeri untuk penanganan HIV dan virus

    11

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    14/48

    H5N1 yang diberikan oleh WHO kepada negara-negara berkembang

    (termasuk Indonesia).

    4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakatSistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia karena dapat

    mengakomodasi kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber

    pembiayaan kesehatan sebelumnya. Tingginya biaya kesehatan yang

    dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan

    layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran serta

    masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan

    mengeluarkan biaya tambahan.

    Dengan ikut sertanya masyarakat menyelenggarakan pelayanan

    kesehatan, maka ditemukan pelayanan kesehatan swasta. Selanjutnya

    dengan diikutsertakannya masyarakat membiayai pemanfaatan pelayanan

    kesehatan, maka pelayanan kesehatan tidaklah cuma-cuma. Masyarakat

    diharuskan membayar pelayanan kesehatan yang dimanfaatkannya.

    Sekalipun pada saat ini makin banyak saja negara yang mengikutsertakan

    masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, namun tidak ditemukan satu

    negara pun yang pemerintah sepenuhnya tidak ikut serta. Pada negara yang

    peranan swastanya sangat dominan pun peranan pemerintah tetap

    ditemukan. Paling tidak dalam membiayai upaya kesehatan masyarakat, dan

    ataupun membiayai pelayanan kedokteran yang menyangkut kepentingan

    masyarakat yang kurang mampu.

    2.4 Syarat Pokok Pembiayaan Kesehatan

    Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syaratpokok yakni :

    1. Jumlah

    Syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia dalam jumlah

    yang cukup. Yang dimaksud cukup adalah dapat membiayai

    12

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    15/48

    penyelenggaraan semua upaya kesehatan yang dibutuhkan serta tidak

    menyulitkan masyarakat yang ingin memanfaatkannya.

    2. Penyebaran

    Berupa penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan. Jikadana yang tersedia tidak dapat dialokasikan dengan baik, niscaya akan

    menyulitkan penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.

    3. Pemanfaatan

    Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika

    pemanfaatannya tidak mendapat pengaturan yang optimal, niscaya akan

    banyak menimbulkan masalah, yang jika berkelanjutan akan menyulitkan

    masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

    Untuk dapat melaksanakan syarat-syarat pokok tersebut maka perlu

    dilakukan beberapa hal, yakni :

    1) Peningkatan Efektifitas

    Peningkatan efektifitas dilakukan dengan mengubah penyebaran

    atau alokasi penggunaan sumber dana. Berdasarkan pengalaman yang

    dimiliki, maka alokasi tersebut lebih diutamakan pada upaya kesehatan

    yang menghasilkan dampak yang lebih besar, misalnya mengutamakan

    upaya pencegahan, bukan pengobatan penyakit.

    2) Peningkatan Efisiensi

    Peningkatan efisiensi dilakukan dengan memperkenalkan

    berbagai mekanisme pengawasan dan pengendalian. Mekanisme yang

    dimaksud untuk peningkatan efisiensi antara lain:

    a. Standar minimal pelayanan. Tujuannya adalah menghindari

    pemborosan. Pada dasarnya ada dua macam standar minimal yang

    sering dipergunakan yakni:- Standar minimal sarana, misalnya standar minimal rumah sakit

    dan standar minimal laboratorium.

    - Standar minimal tindakan, misalnya tata cara pengobatan dan

    perawatan penderita, dan daftar obat-obat esensial.

    13

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    16/48

    Dengan adanya standard minimal pelayanan ini, bukan saja

    pemborosan dapat dihindari dan dengan demikian akan ditingkatkan

    efisiensinya, tetapi juga sekaligus dapat pula dipakai sebagai

    pedoman dalam menilai mutu pelayanan.b. Kerjasama. Bentuk lain yang diperkenalkan untuk meningkatkan

    efisiensi ialah memperkenalkan konsep kerjasama antar berbagai

    sarana pelayanan kesehatan. Terdapat dua bentuk kerjasama yang

    dapat dilakukan yakni:

    1) Kerjasama institusi, misalnya sepakat secara bersama-sama

    membeli peralatan kedokteran yang mahal dan jarang

    dipergunakan. Dengan pembelian dan pemakaian bersama ini

    dapat dihematkan dana yang tersedia serta dapat pula dihindari

    penggunaan peralatan yang rendah. Dengan demikian efisiensi

    juga akan meningkat.

    2) Kerjasama sistem, misalnya sistem rujukan, yakni adanya

    hubungan kerjasama timbal balik antara satu sarana kesehatan

    dengan sarana kesehatan lainnya.

    2.5 Fungsi Pembiayaan Kesehatan

    Fungsi pembiayaan kesehatan antara lain :

    a. Penggalian dana

    1) Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Sumber

    dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun

    daerah, melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman serta

    berbagai sumber lainnya. Sumber dana lain untuk upaya kesehatan

    masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber dari swastadihimpun dengan menerapkan prinsip public-private patnership yang

    didukung dengan pemberian insentif, misalnya keringanan pajak untuk

    setiap dana yang disumbangkan. Sumber dana dari masyarakat dihimpun

    secara aktif oleh masyarakat sendiri guna membiayai upaya kesehatan

    14

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    17/48

    masyarakat, misalnya dalam bentuk dana sehat atau dilakukan secara

    pasif yakni menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran

    dari dana yang sudah terkumpul di masyarakat, contohnya dana sosial

    keagamaan.2) Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berasal dari

    masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat

    rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah

    melalui mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.

    b. Pengalokasian dana

    1) Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari

    pemerintah untuk UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan

    anggaran pendapatan dan belanja baik pusat maupun daerah sekurang-

    kurangnya 5% dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan

    belanja setiap tahunnya.

    2) Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat untuk

    UKM dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan

    kemampuan. Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan

    dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan wajib dan atau

    sukarela.

    c. Pembelanjaan

    1) Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private patnership

    digunakan untuk membiayai UKM.

    2) Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana Sosial

    Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.

    3) Pembelajaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan

    kesehatan keluarga miskin dilaksanakan melalui Jaminan PemeliharaanKesehatan wajib.

    15

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    18/48

    2.6 Masalah Pokok Pembiayaan Nasional

    Jika diperhatikan syarat pokok pembiayaan kesehatan sebagaimana

    dikemukakan di atas, segera terlihat bahwa untuk memenuhinya tidaklah

    semudah yang diperkirakan.Sebagai akibat makin meningkatnya kesadaranmasyarakat terhadap kesehatan dan juga karena telah dipergunakannya sebagai

    peralatan canggih, menyebabkan pelayanan kesehatan makin bertambah

    komplek.

    Kesemuanya ini disatu pihak memang mendatangkan banyak

    keuntungan yakni makin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, namun

    dipihak lain ternyata juga mendatangkan banyak masalah, adapun berbagai

    masalah tersebut jika ditinjau dari sudut pembiayaan kesehatan secara

    sederhana dapat disimpulkan sebagai berikut:

    1. Kurangnya dana yang tersedia

    Dibanyak Negara, terutama di Negara yang sedang berkembang, dana yang

    disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tidaklah

    memadai. Rendahnya alokasi anggaran ini kait berkait dengan masih

    berkurangnya kesadaran mengambil keputusan akan pentingnya arti

    kesehatan. Kebanyakan dari pengambilan keputusan menganggap pelayanan

    kesehatan tidak bersifat produktif melainkan bersifat konsumtif dank arena

    itu kurang diprioritaskan. Ambil contoh untuk Indonesia misalnya, jumlah

    dana yang disediakan hanya berkisar antara 2-3% dari total anggaran belanja

    Negara dalam setahun.

    2. Penyebaran dana yang tidak sesuai

    Masalah lain yang dihadapi ialah penyebaran dana tidak sesuai, karena

    kebanyakan justru beredar di daerah perkotaan. Padahal jika ditinjau dari

    penyebaran penduduk, terutama di Negara yang berkembang, kebanyakantempat tinggal di daerah pedesaan.

    3. Pemanfaatan dana yang tidak tepat

    Pemanfaatan dana yang tidak tepat juga merupakan satu masalah yang

    dihadapi dalam pembiayaan kesehatan ini. Adalah mengejutkan bahwa di

    16

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    19/48

    banyak Negara ternyata biaya pelayanan kedokteran jauh lebih tinggi

    daripada biaya pelayanan kesehatan masyarakat.Padahal semua pihak telah

    mengetahui bahwa pelayanan kedokteran dipandang kurang efektif daripada

    pelayanan kesehatan masyarakat.4. Pengelolaan dana yang kurang sempurna

    Seandainya dana yang tersedia amat terbatas, penyebaran dan

    pemanfaatannya belum begitu sempurna, namun jika apa yang dimiliki

    tersebut dapat dikelola dengan baik dalam batas-batas tertentu, tujuan dari

    pelayanan kesehatan masih dapat dicapai. Sayangnya kehendak yang seperti

    ini sulit diwujudkan, penyebab utamanya ialah karena pengelolaannya

    belum sempurna, yang kait berkait tidak hanya dengan pengetahuan dan

    ketrampilan yang masih terbatas, tetapi juga ada kaitannya dengan sikap

    mental para pengelola.

    5. Biaya kesehatan yang makin meningkat

    Masalah lain yang dihadapi oleh pembiayaan kesehatan ialah makin

    meningkatnya biaya pelayanan kesehatan itu sendiri. Banyak penyebab yang

    berperan disini, beberapa yang terpenting adalah (Cambridge Research

    Institute, 1976; Sorkin, 1975 dan Feldstein, 1988):

    a. Tingkat Inflasi

    Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat inflasi

    yang terjadi di masyarakat. Demikianlah apabila terjadi kenaikan harga

    di masyrakat, maka secara otomatis biaya infestasi dan juga biaya

    operasional pelayanan kesahatan akan meningkat pula.

    Ambil contoh di Amerika Serikat misalnya, sebagai akibat inflasi yang

    terjadi sepanjang periode januari 1973- juli 1974, maka setiap rumah

    sakit di Negara tersebut harus mengeluarkan biaya tambahan sebesar15% lebih tinggi untuk pembelian bahan makanan dan 17% lebih tinggi

    untuk pembelian bahan bakar. Bertamabhnya pengeluaran yang seperti

    ini, tentu akan besar pengaruhnya terhadap peningkatan biaya kesehatan

    secara keseluruhan.

    17

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    20/48

    b. Tingkat Permintaan

    Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat

    permintaan yang ditemukan di masyarakat.Untuk bidang kesehatan

    peningkatan permintaan tersebut dipengaruhi setidak-tidaknya oleh duafactor. Pertama, karena meningkatnya kuantitas penduduk yang

    memerlukan pelayanan kesehatan, yang karena jumlah orangnya lebih

    banyak menyababakan biaya yang harus disediakan dan untuk

    menyelenggarakan pelayanan kesehatan akan lebih baik pula. Kedua,

    karena meningkatnya kualitas penduduk, yang karena pendidikan dan

    penghasilannya lebih baik, membutuhkan pelayanan kesehatan yang

    lebih baik pula. Kedua keadaan yang seperti ini, tentu akan besar

    pengaruh pada peningkatan biaya kesehatan.

    c. Kemajuan Ilmu dan Teknologi

    Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh pemanfaatan

    berbagai ilmu dan teknologi, yang untuk pelayanan kesehatan yang

    ditandai dengan makin banyak dipergunakan berbagai peralatan modern

    dan canggih.Kesemua kemajuan ini tentu alkan berpengaruh terhadap

    pengeluaran yang dilakukan, baik terhadap biaya infestasi, ataupu biaya

    operasional. Tidak mengherankan jika kemudian biaya kesehatan

    meningkat dengan tajam oleh Waldman (1972) diperkirakan bahwa

    kontribusi pemakaian berbagai peralatan canggih terhadap kenaikan

    biaya kesehatan tidak kurang dari 31% dari total kenaikan harga. Suatau

    jumlah yang memang tidak kecil.

    Lebih dari pada itu, dengan kemajuan ilmu dan teknologi ini juga

    berpengaruh terhadap penyembuhan penyakit.Jika dahulu banyak dari

    penderita yang meninggal dunia, tetapi denga telah dipergunakannnyaberbagai peralatan canggih, penderita dapat diselamatkan.Sayangnya

    penyelamat nyawa manusia tersebut sering diikuti dengan keadaan

    cacat, yang untuk pemulihannya (rehabilitation) sering dibutuhkan biaya

    18

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    21/48

    yang tidak sedikit, yang kesemuanya juga mendorong makin

    meningkatnya biaya kesehatan.

    d. Perubahan Pola Penyakit

    Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh terjadinya polapenyakit dimasyarakat.Jika dahulu banyak ditemukan berbagai penyakit

    yang bersifat akut, maka pada saat ini telah banyak ditemukan berbagai

    penyakit yang bersifat khonis.Dibandingkan dengan penyakit akut,

    perawatan berbagai penyakit khronis ini ternyata lebih lama. Akibatnya

    biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan penyembuhan penyakit

    akan lebih banyak pula. Apabila penyakit yang seperti ini banyak

    ditemukan, tidak mengherankan jika kemudian biaya kesehatan akan

    meningkat dengan pesat.

    e. Perubahan Pola Pelayanan Kesehatan

    Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh perubahan pola

    pelayanan kesehataan. Pada saat ini sebagai akibat dari perkembangan

    spesialisasi dan subspesialisasi menyebabakan pelayanan kesehatan

    tekotak-kotak (fragmented health services) dan satu sama lain tidak

    berhubungan. Akibatnya tidak mengherankan jika kemudian sering

    dilakukan pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang yang pada

    akhirnya akan membebani pasien.

    Lebih dari pada itu sebagai akibat banyak dipergunakan para spesialis

    dan subspesialis menyebabakan hari perawatan juga akan meningkat.

    Penelitian yang dilakukan Feldstein (1971) menyebutkan jika Rumah

    Sakit lebih banyak mempergunakan dokter umum, maka Rumah Sakit

    tersebut akan berhasil menghemat tidak kurang dari US$ 39.000 per

    tahun per dokter umum, dibandingkan jika Rumah Sakit tersebutmempergunakan dokter spesialis atau subspesialis.

    f. Perubahan Pola Hubungan Dokter-Pasien

    Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh pola hubungan

    antara dokter-pasien (doctor-patient relationship).Pada saat ini sebagi

    19

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    22/48

    akibat perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi serta penggunaan

    berbagai kemajuan ilmu dan teknologi, menyebabakan hubungan

    dokter-pasien tidak begitu erat lagi.Tidak mengherankan jika kebetulan

    sampai terjadi perselisihan paham, dapat mendorong munculnyasengketa dan bahkan tuntutan hukumke pengadilan.Untuk menghindari

    hal yang seperti ini, para dokter melakukan dua hal.

    Pertama, mengasuransikan praktek kedokterannya, yang ternyata

    sebagai akibat makin seringnya tuntutan hukum atas dokter

    menyebabakan premi yang harus dibayar oleh dokter dari tahun ke tahun

    tampaknya semakin meningkat. Menurut penelitian AMA Law

    Departemant (1958) jumlah uang yang beredar untuk asuransi profesi

    pada tahun 1958 tidak kurang dari US$ 45 sampai US$ 50 juta setahun.

    Pada tahap-tahap selanjutnya, sejalan dengan makin sering diajukannya

    tuntutan hukum atas dokter, maka jumlah premi yang harus dibayar

    tampak makin meningkat. Altman (1975) memperkirakan setiap Rumah

    Sakit di Amerika Serikat pada tahun 1975 harus mengeluarkan biya

    asuransi tidak kurang dari US$ 850 per tahun per tempat tidur yang

    dimilikinya.

    Kedua, melakukan pemeriksaan yang berlebihan oleh Rubin ( 1973)

    dilaporkan pemeriksaan yang berlebihan ini telah ditemukan di hampir

    semua aspek pelayanan kedokteran. Penelitian yang dilakuakn

    menyimpulkan bahwa 95% dari rekam medis yang diperiksa dari klinik-

    klinik yang tergabung dalam Kaiser permanente plan di Northen

    California mencatat berbagai pemeriksaan kedokteran yang berlebihan

    tersebut.

    Adanya kedua keadaan yang seperti ini yakni asuransi profesi disatupihak serta pemeriksaan yang berlebihan dipihak lain, jelas akan

    berperan besar pada peningkatan biaya kesehatan, yang akhirnya

    membebani masyarakat.

    20

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    23/48

    g. Lemahnya Mekanisme Pengendalian Biaya

    Untuk mencegah peningkatan biaya kesehatan, sebenarnay telah tersedia

    barbagai mekanisme pengendalian biaya (cost containment).Mekanisme

    pengendalian biaya yang dimaksud banyak macamnya.Mulai daricertificate of need, feasibility study, development plan, professional

    standard, medical audit, sampai dengan rate regulation yang semunay

    dituangkan dalam peraturan perundang-undangan yang jelas.Sayangnya

    dalam banyak hal, mekanisme pengendalian harga ini sering telambat

    dikembangkan. Akibatnya, tidaklah mengherankan jika kemudian biya

    kesehatan menjadi tidak terkendali, yang akhirnya akan memebebani

    masyarakat secara keseluruhan.

    h. Penyalahgunaan Asuransi Kesehatan

    Asuransi kesehatan ( health insurance ) sebenarnya adalah salah satu

    mekanisme pengendalian biaya kesehatan. Tetapi jika diterapkan secara

    tidak tepat sebagaimana yang lazim ditemukan pada bentuk yang

    konvensional (third party system) dengan system mengganti biaya

    (reimbursement) justru akan mendorong naiknya biaya kesehatan.

    2.7 Tarif Pelayanan Kesehatan

    Batasan

    Pengeritian tarif tidaklah sama dengan harga. Sekalipun keduanya

    merujuk pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh konsumen, tetapi

    pengertian tarif ternyata lebih terkait pada besarnya biaya yang harus

    dikeluarkan untuk memperoleh jasa pelayanan, sedangkan pengertian harga

    lebih terkait pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh

    barang. Oleh masyarakat pemakai jasa pelayanan kesehatan, tarif diartikan samadengan seluruh biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan

    kesehatan. Adanya pengertian yang seperti ini jelas tidak sesuai.Karena dalam

    pengertian seluruh biaya tersebut, telah termasuk harga barang, yang untuk

    21

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    24/48

    Indonesia misalnya obat-obatan, yang memeng penggolahannya sering

    dilakukan terpisah dengan pengelolaan sarana pelayanan kesehatan.

    Namun, terlepas dari adanya perbedaan pengertian tersebut, peranan

    tarif dalam pelayanan kesehatan memang amat penting. Untuk dapat menjaminkesinambungan pelayanan, setiap sarana kesehatan harus dapat menetapkan

    besarnya tarif yang dapat menjamin total pendapatan yang lebih besar dari total

    pengeluaran.

    Sesungguhnya pada saat ini sebagai akibat dari mulai berkurangnya

    pihak-pihak yang mau menyumbang dana pada pelayanana kesehatan (misal

    Rumah Sakit), maka sumber keuangan utama kebanyakan sarana kesehatan

    hanyalah dari pendapatan saja. Untuk ini jelas bahwa kecermatan menentukan

    tarif memegang peran yang amat penting. Apabila tarif tersebut terlalu rendah,

    dapat menyebabkan total pendapatan (income) yang rendah pula, yang apabila

    ternyata juga lebih rendah dari total pengeluaran (expenses), pasti akan

    menimbulkan kesulitan keuangan.

    Faktor yang mempengaruhi

    Untuk dapat menetapkan tarif pelayanan yang dapat menjamin total pendapatan

    yang tidak lebih rendah dari total pengeluaran, banyak factor yang perlu

    diperhitungkan. Faktor-faktor yang dimaksud untuk suatu sarana pelayanan,

    secara umum dapat dibedakan atas empat macam:

    1. Biaya investasi

    Untuk suatu rumah sakit, biaya investasi (investment cost) yang terpenting

    adalah biaya pembangunan gedung, pembelian berbagai peralatan medis,

    pembelian berbagai peralatan non-medis serta biaya pendidikan dan

    pelatihan tenaga pelaksana. Tergantung dari besarnya biaya investasi,rencana titik impas (break event point), jangka waktu pengembalian modal

    (return of investment), serta perhitungan masa kedaluwarsa (depreciation

    period) maka tariff pelayanan suatu sarana kesehatan dapat berbeda dengan

    sara kesehatan lainnya. Secara umum disebutkan jika biaya investasi

    22

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    25/48

    tersebut adalah besar, rencana titik impas, jangka waktu pengembalian biaya

    investasi serta perhitungan masa kedaluwarsa terlalu singkat, maka tariff

    pelayanan yang diterapkan akan cenderung mahal.

    2. Biaya kegiatan rutinUntuk suatu sarana kesehatan, biaya kegiatan rutin (operational cost) yang

    dimaksudkan di sini mencakup semua biaya yang dibutuhkan untuk

    menyelenggarakan berbagai kegiatan. Jika ditinjau dari kepentingan

    pemakai jasa pelayanan, maka biaya kegiatan rutin ini dapat dibedakan atas

    dua macam:

    a. Biaya untuk kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan

    pelayanan kesehatan (direct cost)

    Pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan sangat bervariasi

    sekali.Tidak hanya pada tindakan yang dilakukan, tetapi juga pada

    peralatan yang dipergunakan.Demikianlah jika pelayanan kesehatan

    tersebut memerlukan tindakan yang lebih sulit serta peralatan yang lebih

    canggih, maka tariff yang ditetapkan untuk jenis pelayanan kesehatan

    tersebut umumnya lebih tinggi.

    Dalam membicarakan biaya pelayanan kesehatan ini, perlulah

    diperhatikan adanya peranan pengetahuan, sikap dan perilaku

    penyelenggara dan pemakai jasa pelayanan kesehatan. Jika pengetahuan,

    sikap dan perilaku tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah

    ditetapkan dan atau „berlebihan‟ pasti akan mendorong pemakaian

    pelayanan yang berlebihan pula, yang dampak akhirnya akan

    meningkatkan total tariff yang dibayarkan ke Rumah Sakit.

    b. Biaya untuk kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan

    kebutuhan pelayanan kesehatan (indirect cost).Ke dalam biaya ini termasuk gaji karyawan, pemeliharaan bangunan dan

    peralatan, pemasangan rekening listrik dan air dan lain sebagainya yang

    seperti ini. Secara umum disebutkan jika biaya kegiatan tidak langsung

    23

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    26/48

    ini tinggi, misalnya karena pengelolaan yang tidak efisien, pasti akan

    berpengaruh terhadap tingginya tariff pelayanan.

    3. Biaya rencana pengembanganUntuk suatu sarana kesehatan, biaya rencana pengembangan yang

    dimaksudkan disini mencakup hal yang amat luas sekali.Mulai dari rencana

    perluasan bangunan, penambahan peralatan, penambahan jumlah dan

    peningkatan pengetahuan serta ketrampilan karyawan dan ataupun

    penambahan jenis pelayanan. Untuk sarana kesehatan yang tidak mencari

    keuntungan, besarnya biaya pengembangan ini lazimnya sama dengan

    semua kelebihan hasil usaha.

    4. Besarnya target keuntungan

    Tergantung dari filosofi yang dianut oleh pemilik sarana kesehatan besarnya

    target keuntungan yang diharapkan tersebut amat bervariasi sekali. Tetapi

    betapapun bervariasinya presentase keuntungan tersebut, seyogyanya

    keuntungan suatu sarana kesehatan tidak boleh sama dengan keuntungan

    berbagai kegiatan usaha lainnya.

    Upaya Pengendalian

    Dari uraian tentang kee mpat factor yang harus diperhitungkan dalam

    menetapkan tarif pelayanan yang seperti ini, segeralah mudah dipahami bahwa

    esarnya tarif pelayanan tersebut sangat dipengaruhi serta bersifat sensitive

    terhadap besarnya biaya infestasi, biaya rutin, biaya rencana pembangunan serta

    target perolehan keuntungan. Jika biaya untuk keempat factor ini tinggi maka

    tarif pelayanan pasti akan tinggi pula.Untuk mencegah tingginya tarif pelayanan kesehatan tersebut, maka biaya

    untuk keempat factor ini haruslah dapat dikendalikan.Bertitik tolak dari

    berbagai kegiatan yang dapat diakuakan pada program pengendalian biaya

    24

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    27/48

    kesehatan, maka hal yang dapat dilakukan pada program pengendalian tarif

    pelayanan. Secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:

    1. Biaya Investasi

    Untuk mencegah biaya investasi yang terlalau besar dan jangka waktupengembalian yang terlalu singkat, mekanisme pengendalian yang lazim

    diperlakukan adalah menerapkan ketentuan yang dikenal sebagai certificate

    of need, serta kewajiban melakukan feasibility studyyang bersifat social.

    2. Biaya Kegiatan Rutin

    Untuk mencegah biaya kegiatan rutin yang terlautinggi, terutama yang

    berhubungan langsung dengan kebutuhan pemakai jasa pelayanan

    kesehatan, mekanisme pengendalian yang lazim diperlakuakn adalah

    menerapkan ketentuan pelayanan kesehatan yang etis dan sesuai

    standart, yang imbal jasa doctor (doctor fee) sering termasuk

    didalamnya.Untuk menjamin efektifitas pelaksanaannya, penerapan etis

    dan standar ini harus diikuti oleh medical audit secara berkala oleh suatu

    badan yang bersifat netral yang di Amerika Serikat disebut sebagai

    professional standard review organization.

    3. Biaya rencana pengembangan

    Untuk mencegah biaya rencana pengembangan yang berlebihan,

    mekanisme pengendalian yang lazim diperlakukan ialah menerapkan

    ketentuan development plan yang pada dasarnya hanya membenarkan

    program pengembangan apabila telah direncanakan dan disetujui

    sebelumnya.

    4. Keuntungan

    Untuk mencegah tingginya perhitungan target keuntungan, yang

    terutama ditemukan pada sarana kesehatan swasta, tidak ditemukanmekanisme pengendalian khusus, kecuali menerapkan berbagai

    ketentuan sebagaimana dikemukakan di atas. Dengan perkataan lain

    apabila semua ketentuan biaya (cost containtment) yang telah disebutkan

    25

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    28/48

    dapat terlaksana, maka secara otomatis perhitungan target keuntungan

    yang terlalu tinggi akan dapat dicegah.

    Tarif pelayanan di IndonesiaSayangnya, berbagai mekanisme pengendalian biaya yang seperti ini belumlah

    secara tuntas ditetapkan di Indonesia. Yang baru ditetapkan hanyalah tentang

    ketentuan tariff tertinggi saja. Akibatnya, tentu mudah dipahami, karena yang

    diatur hanyalah resultan akhir dari interaksi berbagai factor (tariff), bukan

    masing-masing factor yang mempengaruhi tariff, menyebabkan apabila suatu

    sarana kesehatan kebetulan telah terlanjur menanamkan investasi yang besar,

    maka untuk mengejar target pemasukan, sering dilakukan berbagai

    penyimpangan. Tentu tidak sulit dipahami bahwa penyimpangan yang

    dimaksudkan disini tidak terhadap pagu tariff yang tujuannya adalah untuk

    memperbesar pemasukan.

    Demikianlah karena tariff tertinggi telah ditetapkan, maka untuk rumah sakit

    swasta, apalagi yang baru berdiri, untuk mengejar target pemasukan,

    dilakukanlah berbagai pelayanan kesehatan yang sebenarnya tidak

    diperlakukan. Satuan tariff yang dipergunakan memang tidak berubah, tetapi

    pemakaiannya yang ditingkatkan (over utilization). Dampak akhirnya tidak sulit

    dipahami akan menyebabkan total tariff yang dibayarkan akan menjadi tinggi.

    Masalah tariff pelayanan makin berdampak kompleks jika diketahui besarnya

    imbal jasa dokter belumlah diatur secara tuntas.Kelaziman yang berlaku di

    Indonesia yang menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan dokter ternyata

    sering disalah artikan.Ada anggapan bahwa orang yang membutuhkan

    pelayanan rawat inap memiliki kemampuan keuangan yang lebih tinggi

    daripada pelayanan rawat jalan.Sesungguhnya pelayanan kesehatan tersebut memang spesifik.Sekalipun telah

    diperlakukan sebagai suatu kegiatan usaha, namun dunia usaha tidak

    sepenuhnya dapat berlaku. Benar bahwa hukum permintaan (demand)

    26

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    29/48

    berpengaruh terhadap kenaikan tariff, karena apabila permintaan terhadap

    pelayanan kesehatan meningkat, akan meningkatkan tariff pelayanan pula.

    Tetapi untuk hukum penawaran (supply) tidaklah demikian. Sekalipun

    penawaran berlebihan, tariff pelayanan tidak otomatis akan turun. Penyebabnyaadalah karena pada pelayanan kesehatan, apalagi yang agak mengabaikan

    standard dan etika profesi, berlakunya hukum supplyinduces demand.

    Akibatnya, sekalipun berbagai pelayanan tersedia secara berlebihan serta

    sebenarnya kurang dibutuhkan oleh pasien, pemanfaatan pelayanan kesehatan

    tersebut tetap saja dapat tinggi dan bahkan karena ada unsur ketidaktahuan

    pasien (consumer ignorance), sering secara berlebihan (Sorkin, 1975).

    Akibatnya tentu mudah dipahami, akan berdampak negative terhadap tingginya

    tariff pelayanan.

    2.8 Biaya Pelayanan Kedokteran

    Batasan

    Yang dimaksud dengan biaya pelayanan kedokteran ialah bagian dari biaya

    kesehatan yang menunjuk pada besarnya dana yang harus disediakan untuk

    menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran yang

    dibutuhkan oleh perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat. Sekalipun

    dalam batasan terkandung pengertian dana yang harus disediakan untyk

    menyelenggarakan pelayanan kedokteran, namun dalam praktek sehari-hari

    yang sering dibicarakan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk

    dapat memanfaatkan pelayanan kedokteran. Dengan demikian jika

    membicarakan biaya pelayanan kedokteran perhatian utama tidaklah dari sudut

    penyedia pelayanan kedokteran melainkan dari sudut pemakaia jasa pelayanan.

    Mekanisme Pembiayaan

    Telah disebutkan bahwa pada Negara-negara yang mengikut sertakan

    masyarakat dalam pembiayaan pelayaan kedokteran, maka masyarakat

    diharuskan membayar pelayanan kedokteran yang dimanfaatkannya.Mekanisme

    27

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    30/48

    pembiayaan yang berlaku banyak macamnya. Secara sederhana mekanisme

    pembiayaan tersebut dapat dibedakan atas dua macam yakni:

    1. Pembayaran Tunai

    Mekanisme pembiayaan yang diterapkan mengikuti mekanisme pasar.

    Setiap penderita yang membutuhkan pelayanan kedokteran diharuskan

    membayar tunai pelayanan yang diperolehnya. Mekanisme pembiayaan

    yang seperti ini dikenal dengan nama fee for service.

    2. Pembayaran di muka

    Bentuk lain yang banyak dipergunakan ialah melalui system pembayaran di

    muka (prepayment) yang lazimnya dilakukan melalui program asuransi

    kesehatan (health insurance).

    Biaya pelayanan kedokteran di Indonesia

    Untuk Indonesia mekanisme pembiayaan yang berlaku umum ialah melalui

    system pembiayaan tunai (out of pocket).Setiap anggota masyarakat yang

    membutuhkan pelayanan kedokteran diharuskan memiliki sejumlah uang

    tertentu.Mudah dipahami, system ini dapat memberatkan masyarakat, terutama

    bagi mereka yang tergolong kurang mampu.Diperkirakan dari sekitar Rp.28.000 biaya pelayanan kedokteran perorang/pertahun.Rp. 19.000 diantaranya

    (70%) berasal dari anggota masyarakat.Dan dari jumlah Rp.19.000 ini, sekitar

    75% di antaranya melalui system pembayaran tunai.

    Jika diperhatikan penggunaan dana yang berasal dari masyaakat ini, terutama

    yang dibayarkan melalui system pembayaran tunai (out of pocket), 43%

    (Rp.9.000 perorang/pertahun) dipergunakan untuk membayar biaya obat, 37%

    (Rp.8.000 perorang/pertahun) untuk biaya pelayanan Rumah Sakit. Sisanya,13% untuk praktek swasta serta 3% untuk pelayanan biaya pelayanan

    Puskesmas.

    28

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    31/48

    Sekalipun mekanisme pembiayaan tersebut mengikuti system pembayaran

    tunai, namun untuk pelayanan kedokteran yang dikelola oleh pemerintah, tarif

    yang dikenakan tidaklah mencerminkan biaya kesehatan yang

    sebenarnya.Pelayanan kedokteran di PUSKESMAS dan di Rumah SakitPemerintah mendapat subsidi. Diperkirakan dana yang berasal dari dari

    pemerintah adalah sekitar Rp. 9.000 perorang/pertahun. Jumlah ini secara

    keseluruhan adalah sekitar 2,3- 2,5% dari anggaran belanja pemerintah atau

    hanya 0.7-0,9% dari product domestic bruto (PDB). Jika dibandingkan dengan

    Negara lain, jumlah dana yang berasal dari pemerintah ini tergolong kecil.

    Misalnya untuk malaisya sebesar 1,3%, untuk Filipina sebesar 1,0%, untuk

    Thailand sebeasar 1,1%, serta untuk india sebesar 1,3 persen adri PDB.

    Mekanisme pembiayaan dengan system asuransi masih dalam tahap

    perkembangan.Pada saat ini sostem asuransi kesehatan tersebut baru ditemuka

    pada pagawai negeri sipil, kalangan militer beserta keluarga dan pensiunannya,

    serta pada beberapa karyawan swasta saja. Diperkirakan jumlah dana yang

    beredar baru sekitar 6% dari seluruh biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat.

    2.9 Biaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat

    Yang dimaksud dengan biaya pelayanan kesehatan masyarakat ialah bagian dari

    biaya kesehatana yang menunjuk pada besarnya dana ynag harus disediakan

    untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatnkan pelayanan kesehatan

    masyarakat yang dibutuhkan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun

    masyarakat. Berbeda hanya dengan biaya kedokteran yang lebih mementingkan

    kalangan pemakai jasa pelayanan dan karena itu pembahasan lebih diarahkan

    agar pelayanan kedokteran tersebut dapat dimanfaatkan, maka pada biaya

    kesehatan masyarakat yang dipentingkan adalah dari sudut penyedia pelayanan

    kesehatan. Dengan demikian jiak membicarakan biaya kesehatan masyarakat

    29

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    32/48

    yang terpenting adalah bagaimana agar pelayanan kesehatan masyarakat

    tersebut dapat diselenggarakan.

    Mekanisme Pembiayaan

    Sekalipun keikut sertaan masyarakat pada pembiayaan kesehatan masyarakat

    adalah penting, namun jika ditinjau dari kompleksitas masalah kesehatan

    masyarakat, tampak sumber biaya yang terpenting adalah Pemerintah.

    Sejalan dengan besarnya peranan pemerintah dalam pembiayaan kesehatan

    masyarakat, maka mekanisme pembiayaan yang diterapkan, umumnya

    mengikuti system dan atau mekanisme pemerintahan.Untuk ini, tergantung dari

    system pemerintah yang dianut, mekanisme pembiayaan yang berlaku dapat

    beraneka macam. Jika disederhanakan, secara umum dapat dibedakan atas dua

    macam yakni:

    1. Mekanisme Pembiayaan Sentralisasi

    Pada Negara yang menganut asas sentralisai, semua biaya pelayanan

    kesehatan ditanggung oleh pemerintah pusat. Dana tersebut sesuai dengan

    hirarki pemerintahan yang berlaku, disalurkan secara berjenjang ke institusi

    yang diserahkan tanggung jawab menyelengarakan pelayanan kesehatan

    masyarakat.

    2. Mekanisme pembiayaan desentralisasi

    Pada Negara yang menganut asas desentralisasi, semua biaya pelayanan

    kesehatan masyarakat ditanggung oleh pemerintah daerah. Tergantung pula

    dari system pemerintah yang dianut, maka peranan pemerintah daerah ini

    dapat dibedakan pula atas dua macam yakni:

    a. Otonom

    Disini tanggung jawab pemerintah daerah adalah sepenuhnya termasuk

    dalam hal melakukan hal kebijakan.

    30

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    33/48

    b. Semi Otonom

    Disini tanggung jawab pemerintah daerah besifat terbatas karena

    lazimnya sepanajng yang bersifat kebijakan masih mendapat pengaturan

    adri pemerintah pusat.

    Biaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Indonesia

    Untuk Indonesia sesuai denagn undang-undang No.5 tahun 1974 tentang

    Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, tanggung jawab, penyelenggaraan

    pelayanan kesehatan masyarakat, dank arena itu juga pembiayaannya, berada

    ditangan pemerintah daerah. Hanya saja karena banyak hal, kemampuan yang

    dimiliki oleh pemerintah daerah masih terbatas, menyebabakan uluran tanganpemerintah pusat masih banyak ditemukan. Sesuai dengan keadaan yang seperti

    ini, maka mekanisme pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia

    secara umum dapat dibedakan atas tiga macam yakni:

    1. Mengikuti Asas Desentralisasi

    Disini, sesuai dengan UU No.5 tahun 1974 , biaya pelayanan kesehatan

    masyarakat sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

    2. Mengikuti Asas Dekonsentrasi

    Karena kemampuan pemerintah daerah masih terbatas, maka beberapa

    program tertentu masih menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat.

    Mekanisme pembiayaan yang seperti ini dikenal dengan asas

    dekonsentralisasi.

    3. Mengikuti Asas Perbantuan

    Sama halnya dengan asas dekonsentrasi, sebagai akiabt ketidak-mampuan,

    menyebabkan Pemerintah Daerah belum dapat melaksanakan beberapa

    program tertentu. Upaya penyelesainnya bukan menarik tanggung jawabtersebut ke Pemerintah Pusat melainkan Pemerintah Pusat memberikan

    bantuan kepada Pemerintah Daerah. Mekanisne pembiayaan yang seperti ini

    dikenal dengan nama asas perbantuan ( medebewind )

    31

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    34/48

    Secara sederhana, ketiga mekanisme pembiayaan tersebut dapat

    digambarkan dalam bagan :

    BAGAN MEKANISME PELAYANAN PEMBIAYAAN

    KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA

    2.10 Definisi Anggaran Program Kesehatan

    Definisi Anggaran Kesehatan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang

    Kesehatan di awali dengan Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat-

    Bappenas yang mengadakan Pertemuan Pembahasan Definisi AnggaranKesehatan Sesuai UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pada (04/06) di

    Bappenas. Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan, Bappenas dan Biro

    Perencanaan dan Anggaran, Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Pembiayaan

    dan Pemberdayaan Masyarakat, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

    DEPARTEMENKESEHATAN

    sebagian dariPemerintah Pusat

    sebagian dariPemerintah Daerah

    sepenuhnya dariPemerintah Daerah

    sepenuhnya dariPemerintah Pusat

    DINAS KESEHATANPROVINSI/KABUPATEN/KOTA MADYA

    ASAS DEKONSETRASI ASAS SESENTRALISASI ASAS PERBANTUAN

    Contoh : Rumah sakittipe A

    Contoh : BP, KIA, UKS Contoh : P3M

    32

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    35/48

    (Kementerian Kesehatan), Direktur Perimbangan Keuangan, Direktur Anggaran

    I (Kementerian Keuangan), Biro Perencanaan dan Keuangan (Badan POM), Dit.

    Pengembangan Wilayah, Dit. Otonomi Daerah, Dit. Alokasi Pendanaan

    Pembangunan (Bappenas).

    Pertemuan tersebut diadakan dengan tujuan untuk Menyamakan persepsi

    terhadap definisi alokasi anggaran kesehatan yang tercantum dalam UU No. 36

    Tahun 2009 tentang Kesehatan; Mendapatkan masukan terkait ruang lingkup

    dan komponen anggaran kesehatan (Pusat dan Daerah); dan Mengidentifikasi

    langkah tindak lanjut implementasi UU No. 36 Tahun 2009. Poin penting dalam

    pertemuan tersebut antara lain:

    1) Perlu penjelasan lebih jauh tentang pasal 171 ayat (1) dan (2) UU No. 36

    Tahun 2009;

    2) Struktur anggaran saat ini (UU APBN) adalah 26% untuk daerah, 26%

    untuk subsidi, 20% untuk pendidikan, apabila untuk kesehatan dialokasikan

    5% maka untuk sektor lainnya (infrastruktur, pertanian, hankam,dll)

    menjadi 23%. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus karena dalam

    konstitusi (UUD) tidak menyebut nominal persentase untuk anggaran

    kesehatan, sehingga jika masuk dalam pembahasan MK, posisi UU

    Kesehatan menjadi sulit karena sejajar dengan UU APBN.Dengan

    demikian, proses untuk memenuhi amanat UU No. 36 Tahun 2009 ini, perlu

    dibahas di tingkat Eselon I (DJA, Kepala BKF, Ditjen Perimbangan

    Keuangan) untuk selanjutnya dibahas di Sidang Kabinet;

    3) Anggaran kesehatan 5% dihitung berdasarkan anggaran langsung terkait

    program kesehatan karena apabila anggaran di sektor lain juga dihitung,

    kemungkinan alokasi anggaran kesehatan akan melebihi 5%;

    4) Perhitungan pemanfaatan anggaran kesehatan sebesar 2/3 untuk pelayanan

    publik dapat mengacu pada pelaksanaan SPM kesehatan. Namun saat ini,

    SPM kesehatan masih berada pada tataran kabupaten, harus dipikirkan

    33

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    36/48

    untuk diturunkan sampai dengan tingkat pelayanan, yaitu puskesmas dan

    RS;

    5) Tata cara alokasi anggaran kesehatan perlu diatur dengan PP tentang

    pembiayaan kesehatan. Dengan ditetapkannya PP, maka upaya pemenuhanalokasi anggaran Pemerintah sebesar 5% dapat segera dilakukan.

    Penyusunan PP sedapat mungkin melibatkan seluruh stakeholder terkait

    dalam Tim Sinkronisasi/Harmonisasi lintas sektor.

    Sebagai tindak lanjutnya yaitu dibentuk Tim Kecil yang terdiri dari Dir.

    KGM Bappenas, Dir. Otda Bappenas, Dir. Pengembangan Wilayah Bappenas,

    Dir. Alokasi Pendanaan Pembangunan Bappenas, Dir. Penyusunan APBN

    Kemenkeu, Kepala Pusat Kebijakan Belanja Negara Kemenkeu, Dir. Anggaran

    I Kemenkeu, Dir. Dana Perimbangan Kemenkeu, Kepala Biro Perencanaan &

    Anggaran Kemenkes, Kepala Biro Keuangan Kemenkes, Kepala Biro Hukum

    dan Organisasi Kemenkes, Kepala Pusat Pembiayaan Kesehatan Kemenkes,

    Staf Ahli Menkes Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat. Dengan

    tugas Tim Kecil antara lain untuk Mendefinisikan alokasi anggaran kesehatan

    Pemerintah dan memberikan masukan utama dalam penyusunan PP

    Pembiayaan Kesehatan.

    Anggaran kesehatan nasional menggunakan dana Alokasi Khusus,

    selanjutnya disebut DAK, adalah dana perimbangan dan bersumber dari

    pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan

    untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan

    sesuai dengan prioritas nasional

    1. Anggaran tersebut digunakan rata-rata digunakan untuk pengadaaninfrastruktur kesehatan, dan obat dan perbekalan kesehatan dalam rangka

    memenuhi kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan pada pelayanan

    kesehatan primer. Pengadaan infrastruktur kesehatan, meliputi:

    a. Pembangunan Puskesmas;

    34

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    37/48

    b. Pembangunan Puskesmas Perawatan;

    c. Pembangunan Pos Kesehatan Desa;

    d. Pengadaan Puskesmas Keliling Perairan;

    e. Pengadaan Kendaraan roda dua untuk Bidan Desa.2. Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, dapat dimanfaatkan untuk

    peningkatan fasilitas rumah sakit provinsi, kabupaten/kota, antara lain:

    a) Peningkatan fasilitas tempat tidur kelas III RS;

    b) Pemenuhan peralatan unit transfusi darah RS dan bank darah RS;

    c) Peningkatan fasilitas instalasi gawat darurat RS;

    d) Peningkatan sarana prasarana dan pengadaan peralatan kesehatan untuk

    program pelayanan obstetric neonatal emergency komprehensif

    (PONEK) di RS; dan

    e) Pengadaan peralatan pemerksaan kultur M.tuberculosis di BLK provinsi.

    3. Untuk kabupaten/kota, alokasi DAK 2010 ditujukan 2 (dua) kegiatan, yaitu:

    pemenuhan pelayanan dasar dan pelayanan rujukan. Pelayanan dasar berupa

    pemenuhan kesehatan dasar dan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan.

    Untuk pemenuhan kesehatan dasar, DAK diberikan kepada 405

    kabupaten/kota dengan total anggaran sebesar Rp1,22 triliun, sementara

    untuk obat dan perbekalan kesehatan diberikan kepada 378 kabupaten/kota

    dengan total anggaran sebesar Rp 1 triliun.

    Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang ditransfer oleh

    pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang bersumber dari Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Transfer DAK merupakan

    konsekuensi lahirnya Ketetapan MPR No. XV/MPR/1998 tentangPenyelenggaraan Otonomi Daerah ; Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan

    Sumberdaya Nasional yang Berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan

    Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian

    dilanjutkan dengan lahirnya UU No.22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan

    35

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    38/48

    UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

    Daerah. Yang kemudian disempurnakan melalui penerbitan UU No.32 Tahun

    2004 tentang Pemerintah Daerah sebagai pengganti dari UU No.22 Tahun 1999

    dan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara KeuanganNegara dan Keuangan Daerah sebagai pengganti UU No.25 Tahun 1999.

    Pengertian DAK diatur dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor

    33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Keuangan Pusat dan

    Keuangan Daerah, yang menyebutkan bahwa: “Dana Alokasi Khusus,

    selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

    yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu

    mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan

    prioritas nasional.” Pasal 162 UU No.32/2004 menyebutkan bahwa DAK

    dialokasikan dalam APBN untuk daerah tertentu dalam rangka pendanaan

    desentralisasi untuk (1) membiayai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah

    Pusat atas dasar prioritas nasional dan (2) membiayai kegiatan khusus yang

    diusulkan daerah tertentu

    Dalam menjalankan Kebijakan DAK, langkah kebijakan yang dijalankan

    oleh pemerintah dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu (i) penetapan program

    dan kegiatan, (ii) penghitungan alokasi DAK, (iii) arah kegiatan dan

    penggunaan DAK, dan (iv) administrasi pengelolaan DAK. Pada tulisan ini,

    penulis hanya akan mencoba membahas proses penetapan program dan kegiatan

    serta perhitungan alokasi DAK.

    36

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    39/48

    2.11 Tahapan Penyusunan anggaran Program Kesehatan

    2.11.1 Penyusunan Anggaran Kesehatan adalah sebagai berikut:

    a. Teknik Perencanaan dan Penggunaan Anggaran

    Sumber Pembiayaan Teknik Perencanaan PenggunananAnggaran

    Pendapatan asli daerah Kondisi kapasitas

    fiskal daerah dan

    pemasukan retribusi

    Program dan

    kegiatan oprasional

    Dana alokasi umum Formulasi DAU Program dan

    administrasi

    kesehatanDana alokasi khusus

    bidang kesehatan

    Tergantung dari

    pusat (sisa dana

    reboisasi) dibagi

    berdasarkan

    kapasitas fiskal

    daerah

    Infrastruktur (fisik)

    kesehatan

    Dana bagi hasil Tergantung dari

    kesediaan SDA

    Program dan

    kegiatan

    (operasional dan

    administrasi)

    Dana dekonsentrasi

    dan dana pembantuan

    Tergantung dari

    pusat (berbasis

    anggaran taun

    sebelumnya)

    Kebutuhan fisik

    dan infrastruktur

    Anggaran biayatambahan

    Lobby, advokasidan negosiasi

    Kebutuhanmendesak darurat

    dan kejadian luar

    biasa

    37

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    40/48

    Program kompensasi

    pengurangan subsidi

    BBM

    Jumlah penduduk

    miskin

    Untuk jaminan dan

    untuk kesehatan

    Biaya lain (sisa danaanggaran taun lalu,

    hutang, penjualan

    obligasi)

    Tergantung darikondisi kapasitas

    aset dan financial

    daerah

    Kebutuhanmendesak darurat

    dan kejadian luar

    biasa

    Dana perusahaan

    swasta

    Tergantung proposal

    (memberikan

    keuntungan normsl

    ekonomi)

    Untuk pelayanan

    langsung/tidak

    langsung

    Dana LSM Tergantung proposal

    (memberikan

    keuntungan sosial)

    Untuk pelayanan

    langsung/tidak

    langsung

    Dana kemanusiaan Tergantung sosio

    kemasyarakatan

    Untuk pelayanan

    langsung

    b. Penetapan Program dan Kegiatan

    Dalam proses penetapan program dan kegiatan DAK,

    penetapannya diatur dalam Pasal 52 PP No. 55 Tahun 2005

    berbunyi:

    Program yang menjadi prioritas nasional sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2) dan Pasal 51 ayat (1)

    dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun anggaran

    bersangkutan. Menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang akan

    didanai dari DAK dan ditetapkan setelah berkoordinasi

    dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan

    Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, sesuai

    38

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    41/48

    dengan Rencana Kerja Pemerintah sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1). Menteri teknis menyampaikan ketetapan tentang kegiatan

    khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada MenteriKeuangan.

    Pasal 52 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun

    2005 jelas dikatakan bahwa program dan kegiatan yang akan

    didanai dari Dana Alokasi Khusus merupakan program yang

    menjadi prioritas nasional yang dimuat dalam Rencana Kerja

    Pemerintah. Kegiatan dan program yang akan didanai tersebut

    merupakan program yang diusulkan oleh kementerian teknis

    yang melalui proses koordinasi dengan Menteri Dalam Negeri,

    Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan

    Pembangunan Nasional, sebelum ditetapkan dan sesuai dengan

    RKP. Tahapan berikutnya adalah ketetapan program tersebut

    disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk dilakukan

    penghitungan alokasi DAK.

    Bagan Mekanisme Penetapan Program dan Kegiatan

    39

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    42/48

    c. Penghitungan Alokasi DAK

    Pasal 54 PP Nomor 55 Tahun 2005 mengatur bahwaperhitungan alokasi DAK dilakukan melalui 2 tahap, yaitu:

    penentuan daerah tertentu yang menerima DAK; dan penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah.

    Penentuan daerah tertentu menurut pasal 54 Peraturan

    Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tersebut harus memenuhi kriteria

    umum, kriteria khusu dan kriteria teknis sebagaimana sudahdiatur didalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

    Perimbangan Keuangan antara Keuangan Pusat dan Keuangan

    Daerah.

    2.11.2 Kriteria yang harus dipenuhi dalam penyusunan

    a. Kriteria Umum

    Menurut Pasal 33 PP No. 55 Tahun 2005, Kriteria umumdirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah

    yang tercermin dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi

    belanja Pegawai Negeri Sipil. Dalam bentuk formula, kriteria

    umumtersebut dapat ditunjukkan pada beberapa persamaan di

    bawah ini:

    Dimana :

    Penerimaan Umum = PAD + DAU + (DBH – DBHDR)

    Belanja Pegawai Daerah = Belanja PNSD

    40

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    43/48

    PAD = Pendapatan Asli Daerah

    APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    DAU = Dana Alokasi Umum

    DBH = Dana Bagi Hasil

    DBHDR = Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi

    PNSD = Pegawai Negeri Sipil Daerah

    Kemampuan keuangan daerah dihitung melalui indeks

    fiskal neto (IFN) tertentu yang ditetapkan setiap tahun.Dalamtahun 2011, arah kebijakan umum DAK adalah untuk membantu

    daerah-daerah yang kemampuan keuangan daerahnya relatif

    rendah.Hal ini diterjemahkan bahwa DAK dialokasikan untuk

    daerah-daerah yang kemampuan keuangan daerahnya berada di

    bawah rata-rata nasional atau IFN-nya kurang dari 1

    (satu).Dalam hal ini, rata-rata kemampuan keuangan daerah

    secara nasional dihitung dengan menggunakan rumus di bawah

    ini.

    Selanjutnya, perhitungan IFN dilakukan dengan membagi

    kemampuan keuangan daerah dengan rata-rata nasional

    kemampuan keuangan daerah. Jika IFN < 1, atau dengan kata

    lain daerah tersebut memiliki kemampuan keuangan daerah lebih

    kecil dibandingkan dengan rata-rata nasional, maka daerah

    tersebut mendapatkan prioritas dalam memperoleh DAK

    41

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    44/48

    b. Kriteria Khusus

    Ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-

    undangan, dan karakteristik daerah.

    1. Aturan perundangan-undangan, untuk daerah yang termasuk

    dalam pengaturan otonomi khusus atau termasuk dalam 199

    kabupaten tertinggal diprioritaskan mendapatkan alokasiDAK

    2. Karakteristik Daerah, daerah yang diperioritaskan

    mendapatkan alokasi DAK dilihat dari karakteristik daerah

    yang meliputi :

    Untuk Provinsi : (1) Daerah tertinggal, (2) Daerah pesisir

    dan/atau kepulauan, (3) Daerah perbatasan dengan negaralain, (4) Daerah rawan bencana, (5) Daerah ketahanan

    pangan, (6) Daerah pariwisata Untuk Kabupaten dan Kota : (1) Daerah tertinggal, (2)

    Daerah pesisir dan/atau kepulauan, (3) Daerah perbatasan

    dengan negara lain, (4) Daerah rawan bencana, (5)

    Daerah ketahanan pangan, (6) Daerah pariwisata

    c. Kriteria Teknis

    Kriteria Teknis disusun berdasarkan indikator-indikator

    yang dapat menggambarkan kondisi sarana dan prasarana, dan

    tingkat kinerja pelayanan masyarakat serta pencapaian teknis

    42

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    45/48

    pelaksanaan kegiatan DAK di daerah. Kriteria teknis kegiatan

    DAK dirumuskan oleh masing-masing menteri teknis terkait,

    yakni :

    Bidang Pendidikan dirumuskan oleh Menteri Pendidikan; Bidang Kesehatan dirumuskan oleh Menteri Kesehatan; Bidang Infrastruktur Jalan, Infrastruktur Irigasi dan

    Infrastruktur Air Minum dan Senitasi dirumuskan oleh

    Menteri Pekerjaan Umum; Bidang Prasarana Pemerintahan dirumuskan oleh Menteri

    Dalam Negeri;

    Bidang Kelautan dan Perikanan dirumuskan oleh Menteri

    Kelautan dan Perikanan; Bidang Pertanian dirumuskan oleh Menteri Pertanian; Bidang Lingkungan Hidup dirumuskan oleh Menteri

    Lingkungan Hidup; Bidang Keluarga Berencana dirumuskan oleh Kepala Badan

    Koordinator Keluarga Berencana Nasional;

    Bidang Kehutanan dirumuskan oleh Menteri Kehutanan; Bidang Sarana dan Prasaranan Pedesaan dirumuskan oleh

    Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal;

    dan Bidang Perdagangan dirumuskan oleh Menteri Perdagangan.

    43

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    46/48

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan makalah ini antara lain :

    1. Pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu dari ekonomi

    kesehatan (health economy). Yang dimaksud dengan biaya kesehatan

    adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan

    atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh

    perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.

    2. Sumber biaya kesehatan dapat berasal dari anggaran pemerintah, anggaran

    masyarakat, bantuan dari dalam dan luar negeri, serta gabungan dari

    anggaran pemerintah dan masyarakat.

    3. Secara umum biaya kesehatan dapat dibedakan menjadi dua, yakni biaya

    pelayanan kedokteran dan biaya pelayanan kesehatan masyarakat.

    4. Syarat pokok pembiayaan kesehatan adalah jumlah, penyebaran danpemanfaatan. Sedangkan fungsi pembiayaan kesehatan adalah penggalian

    dana, pengalokasian dana dan pembelanjaan.

    5. Masalah pokok pembiayaan kesehatan antara lain seperti kurangnya dana

    yang tersedia, penyebaran dana yang tidak sesuai, pemanfaatan dana yang

    tidak tepat, pengelolaan dana yang belum sempurna serta biaya kesehatan

    yang makin meningkat. Sedangkan upaya penyelesaian yang dapat

    ditempuh seperti meningkatkan jumlah dana, memperbaiki penyebaran,

    pemanfaatan dan pengelolaan dana, serta mengendalikan biaya kesehatan.

    6. Definisi anggaran kesehatan dapat diatur dalam Anggaran Kesehatan UU

    No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

    44

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    47/48

    7. Anggaran kesehatan nasional menggunakan dana Alokasi Khusus,

    selanjutnya disebut DAK.

    3.2 Saran1) Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca dalam

    memahami sistem pembiayaan kesehatan nasional dan penyusunan

    anggaran program kesehatan

    2) Perlu diadakan penelitian dan penulisan lebih lanjut mengenai kajian ini.

    45

  • 8/15/2019 LO SKEN 3

    48/48

    DAFTAR PUSTAKA

    Lucy Stefani, Delfi. 2013. Pembiayaan Kesehatan, (Online),http://delfistefani.wordpress.com/2013/06/19/makalah-pembiayaan-kesehatan/ , diakses 7 Desember 2013

    Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang : Kesehatan

    Murti, Bhisma. 2010. Strategi untuk Mencapai Cakupan Universal PelayananKesehatan di Indonesia,(Online) ,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC4QFjAB&url=http%3A%2F%2Ffk.uns.ac.id%2Findex.php%2Fdownload%2Ffile%2F36&ei=OaqiUqGrGIiGrQex9YCACw&usg=AFQjCNHsop2zHgd_eULMnAD_9nVr979Fsw diakses 7 Desember 2013

    Helda, 2011. Pembiayaan Kesehatan, (Online),http://heldaupik.blogspot.com/2011/11/pembiayaan-kesehatan.html?m=1 , diakses pada 7 Desember 2013

    Sulastomo, 2000.Manajemen Kesehatan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

    Aswar, Azrul. 1998.Administrasi Kesehatan. Jakarta:Bina Aksara.

    Tanpa nama, 2010.Pertemuan Pembahasan Definisi Anggaran Kesehatan,(Online) ,http://kgm.bappenas.go.id/index.php?hal=fi1&keyIdHead=36 ,diakses 8Dsember 2013

    Ghufron, Ali dkk.2008.Kesmas : Administrasi dan Praktik.Jakarta:EGC

    http://delfistefani.wordpress.com/2013/06/19/makalah-pembiayaan-kesehatan/http://delfistefani.wordpress.com/2013/06/19/makalah-pembiayaan-kesehatan/http://delfistefani.wordpress.com/2013/06/19/makalah-pembiayaan-kesehatan/http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC4QFjAB&url=http%3A%2F%2Ffk.uns.ac.id%2Findex.php%2Fdownload%2Ffile%2F36&ei=OaqiUqGrGIiGrQex9YCACw&usg=AFQjCNHsop2zHgd_eULMnAD_9nVr979Fswhttp://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC4QFjAB&url=http%3A%2F%2Ffk.uns.ac.id%2Findex.php%2Fdownload%2Ffile%2F36&ei=OaqiUqGrGIiGrQex9YCACw&usg=AFQjCNHsop2zHgd_eULMnAD_9nVr979Fswhttp://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC4QFjAB&url=http%3A%2F%2Ffk.uns.ac.id%2Findex.php%2Fdownload%2Ffile%2F36&ei=OaqiUqGrGIiGrQex9YCACw&usg=AFQjCNHsop2zHgd_eULMnAD_9nVr979Fswhttp://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC4QFjAB&url=http%3A%2F%2Ffk.uns.ac.id%2Findex.php%2Fdownload%2Ffile%2F36&ei=OaqiUqGrGIiGrQex9YCACw&usg=AFQjCNHsop2zHgd_eULMnAD_9nVr979Fswhttp://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC4QFjAB&url=http%3A%2F%2Ffk.uns.ac.id%2Findex.php%2Fdownload%2Ffile%2F36&ei=OaqiUqGrGIiGrQex9YCACw&usg=AFQjCNHsop2zHgd_eULMnAD_9nVr979Fswhttp://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC4QFjAB&url=http%3A%2F%2Ffk.uns.ac.id%2Findex.php%2Fdownload%2Ffile%2F36&ei=OaqiUqGrGIiGrQex9YCACw&usg=AFQjCNHsop2zHgd_eULMnAD_9nVr979Fswhttp://heldaupik.blogspot.com/2011/11/pembiayaan-kesehatan.html?m=1http://heldaupik.blogspot.com/2011/11/pembiayaan-kesehatan.html?m=1http://kgm.bappenas.go.id/index.php?hal=fi1&keyIdHead=36http://kgm.bappenas.go.id/index.php?hal=fi1&keyIdHead=36http://kgm.bappenas.go.id/index.php?hal=fi1&keyIdHead=36http://kgm.bappenas.go.id/index.php?hal=fi1&keyIdHead=36http://heldaupik.blogspot.com/2011/11/pembiayaan-kesehatan.html?m=1http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC4QFjAB&url=http%3A%2F%2Ffk.uns.ac.id%2Findex.php%2Fdownload%2Ffile%2F36&ei=OaqiUqGrGIiGrQex9YCACw&usg=AFQjCNHsop2zHgd_eULMnAD_9nVr979Fswhttp://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC4QFjAB&url=http%3A%2F%2Ffk.uns.ac.id%2Findex.php%2Fdownload%2Ffile%2F36&ei=OaqiUqGrGIiGrQex9YCACw&usg=AFQjCNHsop2zHgd_eULMnAD_9nVr979Fswhttp://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC4QFjAB&url=http%3A%2F%2Ffk.uns.ac.id%2Findex.php%2Fdownload%2Ffile%2F36&ei=OaqiUqGrGIiGrQex9YCACw&usg=AFQjCNHsop2zHgd_eULMnAD_9nVr979Fswhttp://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC4QFjAB&url=http%3A%2F%2Ffk.uns.ac.id%2Findex.php%2Fdownload%2Ffile%2F36&ei=OaqiUqGrGIiGrQex9YCACw&usg=AFQjCNHsop2zHgd_eULMnAD_9nVr979Fswhttp://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC4QFjAB&url=http%3A%2F%2Ffk.uns.ac.id%2Findex.php%2Fdownload%2Ffile%2F36&ei=OaqiUqGrGIiGrQex9YCACw&usg=AFQjCNHsop2zHgd_eULMnAD_9nVr979Fswhttp://delfistefani.wordpress.com/2013/06/19/makalah-pembiayaan-kesehatan/http://delfistefani.wordpress.com/2013/06/19/makalah-pembiayaan-kesehatan/