16
LO.1 Memahami dan menjelaskan virs Rubeola 1.1 Morfologi, sifat, struktur Morfologi Virus campak atau morbilli adalah virus RNA anggota family paramyxoviridae. Secara morfologi tidak dapat dibedakan dengan virus lain anggota famili paramyxoviridae. Virion campak terdiri atas nukleokapsid berbentuk heliks yang dikelilingi oleh selubung virus. Virionnya bulat, pleomorphic (dapat merubah bentuk / ukuran sesuai dengan kondisi lingkungan), diameternya 150 nm. Virus campak mempunyai 6 protein struktural, 3 di antaranya tergabung dengan RNA dan membentuk nukleokapsid yaitu; Pospoprotein (P), protein ukuran besar (L) dan nukleoprotein (N). Tiga protein lainnya tergabung dengan selubung virus yaitu; protein fusi (F), protein hemaglutinin (H) dan protein matrix (M). Protein F dan H mengalami glikosilasi sedangkan protein M tidak. Protein F bertanggung jawab terhadap fusi virus dengan membran sel hospes, yang kemudian diikuti dengan penetrasi dan hemolisis. Protein H bertanggung jawab pada hemaglutinasi, perlekatan virus, adsorpsi dan interaksi dengan reseptor di permukaan sel hospes. Protein F dan H bersama-sama bertanggung jawab pada fusi virus dengan membran sel dan membantu masuknya virus. Sedangkan protein M berinteraksi dengan nukleo-kapsid berperan pada proses maturasi virus. Virus campak mempunyai satu tipe antigen (monotype), yang bersifat stabil. Virus campak mempunyai sedikit variasi genetik pada protein F dan H, sehingga dapat menghindari antibodi monoklonal yang spesifik terhadap protein tersebut. Namun sisa virus yang masih ada, dapat dinetralisasi oleh sera poliklonal. Pada strain virus campak yang berbeda, variasi genetik juga terjadi pada protein P dan N yang belakangan diketahui mengandung region yang mengkode residu asam amino C 1

lo sk 2 ipt

  • Upload
    syar

  • View
    224

  • Download
    8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bhh

Citation preview

LO.1 Memahami dan menjelaskan virs Rubeola1.1 Morfologi, sifat, struktur

Morfologi

Virus campak ataumorbilliadalah virus RNA anggota family paramyxoviridae. Secara morfologi tidak dapatdibedakan dengan virus lain anggota familiparamyxoviridae. Virion campak terdiri atas nukleokapsid berbentuk heliks yang dikelilingi oleh selubung virus. Virionnya bulat, pleomorphic (dapat merubah bentuk / ukuran sesuai dengan kondisi lingkungan), diameternya 150 nm. Virus campak mempunyai 6 protein struktural, 3 di antaranya tergabung dengan RNA dan membentuk nukleokapsid yaitu; Pospoprotein (P), proteinukuran besar (L) dan nukleoprotein (N). Tiga protein lainnya tergabung dengan selubung virus yaitu; protein fusi (F), protein hemaglutinin (H) dan protein matrix (M).

Protein F dan H mengalami glikosilasi sedangkan protein M tidak. Protein F bertanggung jawab terhadap fusi virus dengan membran sel hospes, yang kemudian diikuti dengan penetrasi dan hemolisis. Protein H bertanggung jawab pada hemaglutinasi, perlekatan virus, adsorpsi dan interaksi dengan reseptor di permukaan sel hospes. Protein F dan H bersama-sama bertanggung jawab pada fusi virus dengan membran sel dan membantu masuknya virus. Sedangkan protein M berinteraksi dengan nukleo-kapsid berperan pada proses maturasi virus. Virus campak mempunyai satu tipe antigen (monotype),yang bersifat stabil. Virus campak mempunyai sedikit variasigenetik pada protein F dan H, sehingga dapat menghindariantibodi monoklonal yang spesifik terhadap protein tersebut. Namun sisa virus yang masih ada, dapat dinetralisasi oleh sera poliklonal. Padastrainvirus campak yang berbeda, variasigenetik juga terjadi pada protein P dan N yang belakangan diketahui mengandung regionyang mengkode residu asam amino C terminal. Sifat infeksius virus campak ditunjukkan dengan tingginya sensitivitas dan aktivitas hemolitiknya

Komposisinya RNA (1%), lipid (20%), protein (73%) karbohidrat (6%)

Genomnya single strain RNA, linear, tidak bersegmen.

Struktur

Virus rubella(vr) terdiri atas dua subunit struktur besar, satu berkaitan dengan envelope virus dan yang lainnya berkaitan dengan nucleoprotein core.6

Isolasi dan identifikasi

Meskipun virus rubella dapat dibiakkan dalam berbagai biakan (kultur) sel, infeksi virus ini secara rutin didiagnosis melalui metode serologis yang cepat dan praktis. Berbagai jenis jaringan, khususnya ginjal kera paling baik digunakan untuk mengasingkan virus, karena dapat menghasilkan paras (level) virus yang lebih tinggi dan secara umum lebih baik untuk menghasilkan antigen. Pertumbuhan virus tidak dapat dilakukan pada telur, tikus dan kelinci dewasa.

Antigenicity

Virus rubella memiliki sebuah hemaglutinin yang berkaitan dengan pembungkus virus dan dapat bereaksi dengan sel darah merah anak ayam yang baru lahir, kambing, dan burung merpati pada suhu 4 oc dan 25 oc dan bukan pada suhu 37 oc. Baik sel darah merah maupun serum penderita yang terinfeksi virus rubella memiliki sebuah non-spesifik b-lipoprotein inhibitor terhadap hemaglutinasi. Aktivitas komplemen berhubungan secara primer dengan envelope, meskipun beberapa aktivitas juga berhubungan dengan nukleoprotein core. Baik hemaglutinasi maupun antigen complement-fixing dapat ditemukan (deteksi) melalui pemeriksaan serologis.

1.2 Klasifikasi

Virus morbili berasal dari famili Paramyxoviridae. Famili ini semdiri pecah menjadi 2 subfamili dan 6 genus. 6 diantaranya patogen pada manusia

a. Paramyxoviridae

Respirovirus

Rubelavirus

b. Pneumoviridae

Morbilivirus

Pneumovirus

Metapneumovirus

Henipavirus

1.3 Epidimiologi

Campak merupakan penyakit endemik terutama di negara berkembang. Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000 dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Di Indonesia campak masih menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit utama pada bayi dan anak balita (1-4 tahun) berdasarkan laporan SKRT tahun 1985/1986.

Pada zaman dahulu ada anggapan bahwa setiap anak harus terkena campak sehingga tidak perlu diobati. Masyarakat berpendapat bahwa penyakit ini akan sembuh sendiri jika ruam merah pada kulit sudah timbuk sehingga ada usaha-usaha untuk mempercepat timbulnya ruam.

Sebelum penggunaan vaksin campak , penyakit ini biasanya menyerang anak yangberusia 5-10 tahun. Setelah masa imunisasi (mulai tahun 1977), campak sering menyerang anak usia remaja dan orang dewasa muda yang tidak mendapat vaksinasi sewaktu kecil, atau mereka yang diimunisasi pada saat usianya lebih dari 15 bulan. (widoyono, 2011)

Ciri epidemiologik yang penting dari campak adalah :

Virus ini sangat menular,

Hanya ada satu serotipe,

Tidak ada hewan yang jadi reservoir,

Infeksi samar jarang,

Dan infeksi memberikan imunitas seumur hidup.

Prevalensi dan usia terjadinya campak berkaitan dengan kepadatan populasi, factor ekonomi dan lingkungan, dan penggunaan vaksin virus hidup yang efektif. Campak merupakan endemi yang terjadi di seluruh dunia.Umumnya, wabah berulang kembali secara teratur setiap 2-3 tahun. Status imunitas masyarakat merupakan faktor yang menentukan, penyakit ini akan muncul kembali ketika ada akumulasi sejumlah anak yang rentan. Derajat keparahan wabah terkait dengan jumlah individu yang rentan. Ketika campak dipaparkan kedalam suatu komunitas tersendiri yang belum pernah mengalami endemi, terjadi wabah yang begitu cepat, dengan laju serangan mencapai hamper 100%. Semua kelompok usia menderita campak klinis, dan angka mortalitasnya dapat mencapai setinggi 25 %Di negara industri, campak dijumpai pada anak berusia 5-10 tahun, sementara di negara berkembang, campak biasanya mengenai anak berusia dibawah 5 tahun.World Health Organization memperkirakan bahwa di tahun 2005, terjadi 30-40 juta kasus campak dan 530.000 kematian tiap tahun akibat campak di seluruh dunia. Campak merupakan penyebab kematian terbanyak kelima di dunia diantara anak berusia di bawah 5 tahun, dan kematian akibat campak terjadi tidak proporsional di Afrika dan Asia Tenggara. Kasus campak terjadi sepanjang tahun di daerah beriklim subtropis. Wabah cenderung terjadi di akhir musim dingin dan awal musim semi. (Jawetz, 2013)LO.2 Memahami dan menjelaskan campak rebeola

2.1 Definisi

Campak (rubeola/morbilli/measles) adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Campak biasanya menyerang anak-anak dengan derajat ringan sampai sedang. Penyakit ini dapat meninggalkan gejala sisa kerusakan neurologis akibat peradangan otak (ensefalitis).

2.2 Jenis-jenis

Penyakit campak ada dua jenis yaitu campak (measles, morbilli, rubeola) dan campak jerman (german measles, rubella). Keduanya merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, walaupun oleh masing-masing jenis virus yang berbeda. Oleh karena itu jangan heran jika anak yang sebelumnya sudah pernah menderita campak dapat pula terkena campak jerman di kemudian hari, dan juga sebaliknya, karena memang virus penyebabnya berbeda. Umumnya virus campak (measles) membutuhkan waktu antara 10-14 hari untuk berkembang biak dan mulai muncul sebagai gejala klinis, sedangkan virus campak jerman (rubella) membutuhkan waktu inkubasi tersebut yang lebih lama yaitu sekitar 3 minggu. Keduanya adalah penyakit menular, bahkan campak (measles) sangatlah menular. Cara penularannya menyerupai flu yaitu melalui udara pernapasan seperti percikan dari batuk dan bersin.

2.3 patogenesis (mekanisme)

Virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran nafas, tempat virus melakukan multiplikasi lokal, kemudian infeksi menyebar ke jaringan limfoid regional, tempat terjadinya multiplikasi yang lebih lanjut. Viremia primer menyebarkan virus, yang kemudian bereplikasi di dalam sistem retikuloendotelial. Akhirnya viremia sekunder berkembang biak di permukaan epitel tubuh, termasuk kulit, saluran nafas, dan konjungtiva, tempat terjadinya replikasi lokal. Campak dapat bereplikasi di dalam limfosit tertentu, yang membantu penyebaran ke seluruh tubuh. Sel multinukleus raksasa dengan inklusi intraselular terlihat di dalam jaringan limfoid di seluruh tubuh (kelenjar getah bening, tonsil, dan apendiks). Kejadian yang digambarkan tersebut terjadi pada masa inkubasi, yang khasnya berlangsung selama 8-12 hari tetapi dapat berlangsung hingga 3 minggu pada orang dewasa.

Selama fase prodromal (2-4 hari) dan 2-5 hari pertama ruam, virus terdapat di dalam air mata, sekret nasal dan tenggorokan, urine, serta darah. Ruam makulopapular yang khas muncul sekitar 14 hari ketika antibodi yang bersirkulasi terdeteksi, viremia menghilang, dan demam mereda. Ruam terjadi akibat interaksi sel imun T dengan sel yang terinfeksi virus dalam pembuluh darah kecil dan berlangsung sekitar 1 minggu. (Pada pasien dengan gangguan imunitas selular, tidak terjadi ruam)

Morbili virus masuk kedalam tubuh hospes melalui droplet dan menyerang sel inangnya dengan menempel pada reseptor spesifik di permukaan sel inang. Lalu virus bereplikasi dibagian sitoplasma sel inang dan memperbanyak diri dan akhrnya matang, lalu virus yang sudah matang ini akan merusak sel inangnya untuk keluar dari dalam sel dan mulai menginfeksi sel lainnya yang ada di tubuh hospes. Pada saat banyak sel yang di infeksi virus, maka akan terjadi eksudat yang serius. Karena ada eksudat, maka sistem imun kita bekerja dengan adanya reaksi inflamasi yaitu demam (suhu meningkat). Lalu virus ini akan menyebar ke berbagai organ melalui hematogen (aliran darah).

Jika mengenai saluran cerna maka akan menyebabkan diare karena ada bercak koplik, nafsu makan menurun, dan nutrisi kurang dari kebutuhan.

Jika mengenai saluran napas, bisa menyebabkan pilek dan batuk .

Jika mengenai konjungtiva radang bisa menyebabkan konjungtivitis.

Jika virus menyebar di kulit dan sekitar sebasea dan folikel rambut akan membentuk makulapapular di kulit.

2.4 etiologi (penyebab)

Penyebab terjadinya Campak tidak lain lagi dengan adanya infeksi virus. Virus yang berperan dalam penyakit ini adalah virus yang termasuk golongan Paramyxovirus. Virus ini berada di sekret nasofaring dan di dalam darah dan juga air kencing dan aktif dalam waktu sekitar 34 jam pada suhu kamar, sementara tidak aktif pada keadaan yang mempunyai pH rendah.

Virus campak yang tergolong Paramyxovirus ini memiliki struktur yang mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus ini berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan bergaris tengah 140 nm, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Didalamnya terdapat nuleokapsid yang berbentuk bulat lonjong, terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA) yang merupakan struktur nukleoprotein dari myxovirus. Pada selubung luar, sering terdapat tonjolan pendek. Salah satu protein yang berada di selubung luar berfungsi sebagai hemaglutinin.

Virus campak ini merupakan oragnisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi. Virus ini dapat bertahan selama beberapa hari pada temperatur 0C dan selama 15 minggu pada sediaan beku. Namun, virus ini mudah mati atau tidak akan aktif apabila erada diluar tubuh manusia. Pada suhu kamar sekalipun, virus ini akan kehilangan infektivitasnya sekitar 60% selama 3-5 hari, pada suhu 37 C waktu paruh usianya 2 jam, sedangkan pada suhu 56 C hanya satu jam. Sebaliknya virus ini tahan pada suhu yang dingin, dan virus ini mudah sekali dihancurkan oleh sinar ultraviolet.

Virus campak dapat tumbuh pada berbagai macam tipe sel, tetapi untuk isolasi primer digunakan biakan sel ginjal manusia atau kera. Pertumbuhan virus campak lebih lambat daripada virus lainnya, baru mencapai kadar tertinggi pada fase larutan setelah 7-10 hari. Virus campak ini menyebabkan 2 perubahan sitopatik. Perubahan sitopatik yang pertama berupa pertumbuhan pada sel yang batas tepinya menghilang sehingga sitoplasma dari banyak sel akan saling bercampur dan membentuk anyaman dengan pengumpulan 40 nucleus di tengah, dimana pada kedua sitoplasma dan intinya terdapat inclusion bodies. Efek sitopatik yang kedua menyebabkan perubahan bentuk sel perbenihan dari poligonal menjadi bentuk gelondong. Selnya akan menjadi lebih hitam dan lebih membias daripada sel normal dan jika di cat menunjukan inclusion bodies yang berada dalam inti.

2.5 Manifestasi klinis

Masa inkubasi 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium, yaitu:

1. Stadium kataral (prodormal).

Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran klinis seperti demam, malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir dari stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem, terdapat bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di mukosa bukal yang berhadapan dengan molar bawah. Gambaran darah tepi leukopeni dan limfositosis.

2. Stadium erupsi

Coryza dan batuk bertambah. Timbul enantem atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang kadang terlihat bercak koplik. Terjadi eritem bentuk makulopapuler disertai naiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, bagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ke 3, dan menghilang sesuai urutan terjadinya.

Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Sedikit terdapat splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah.

Variasi yang biasa terjadi adalah Black Measless, yaitu morbili yang disertai dengan perdarahan di kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus.

3. Stadium konvalesensi

Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih tua atau hiperpigmentasi (gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain itu ditemukan pula kelainan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbilli. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal kecuali bila ada komplikasi.

2.6 Tatalaksana (pencegahan dan pengobatan)

Penanganan :

Perawatan suportif rutin diberikan serta pemberian cairan yang adekuat dan antipiretik. Pemberian vitamin A dosis tinggi memperbaiki prognosis pada bayi yang menderita malnutrisi dan harus dipertimbangan untuk pasien yang memiliki resiko tinggi untuk mengalami komplikasi, termasuk bayi usia 6 bulan 2 tahun yang dirawat di rumah sakit, demikian pula penderita imonodefisiensi. WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian vitmin A di area yang diketahui mengalami defesiensi vitamin A atau memiliki tingkat kematian akibat campak yang lebih besar dari 1%.Pencegahan :Pencegahannya dengan vaksin morbili hidup yang telah dilemahkan (Attenuvax) harus diberikan pada usia 15 bulan untuk perlindungan maksimum. Idealnya dikombinasikan dengan vaksin untuk parotitis epideika dan rubella (M-M-R II)

Yang Divaksinasi :

A.Anak sehat di atas umur 15 bulan

B.Bayi-bayi diimunisasi sebelum umur 1 tahun

C.Yang diberikan bersamaan gama globulin dan vaksin morbili hidup.

D.Orang-orang yang sebelumnya telah diimunisasi dengan vaksin virus mati.

E.Orang-orang yang tinggal di derah endemic morbili yang tinggi dapat menerima vaksin pada umur 6 bulan dan divaksinasi ulang pada umur 15 bulan.

2.7 diagnosis

Diagnosis biasanya dibuat dari gambaran klinis khas dan konfirmasi laboratorium jarang diperlukan. Selama stadium prodromal sel raksasa multinuclear dapat diperagakan pada pulasan mukosa hidung.Virus dapat diisolasi pada biakan jaringan dan diagnostic naik pada titer antibody dapat dideteksi antara serum akut dan konvalesen. Angka sel darah putih cenderung rendah dengan limfositosis relatif. Fungsi lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak biasanya menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit. Kadar glukosanya normal.Adapun tahapan-tahapannya yakni:

1. Anamnesis

Adanya demam ringan sampai sedang disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila kena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare. Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit yang didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula

2. Pemeriksaan fisik

Ditemukannya tanda patognomonik yaitu bercak koplik di mukosa pipi di depan molar tiga. Kemudian muncul ruam makulopapular yang dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher dan akhirnya ke ekstremitas.

Laboratorium

Pemeriksaan labaroratorium yang dilakukan pada penderita campak adalah:

a. Darah tepi

Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan leucopenia selama fase prodromal dan stadium awal dari ruam. Biasanya terdapat peningkatan yang mencolok dari jumlah leukosit apabila terjadi komplikasi. Apabila tidak terjadi komplikasi, jumlah leukosit perlahan-lahan meningkat sampai normal saat ruam menghilang.

b. Isolasi dan identifikasi virus

Usap nasofaring dan contoh darah yang diambil dari seorang pasien 2-3 hari sebelum mula timbul gejala hingga 1 hari setelah timbulnya ruam merupakan sumber yang cocok untuk isolasi virus.

c. Serologi

Pemastian serologi infeksi campak bergantung pada peningkatan empat kali lipat titer antibodi antara fase akut dan fase konvalensen serum atau pada terlihatnya antibody IgM spesifik campak dalam bahan serum tunggal yang diambil antara 1 dan 2 minggu setelah mula timbul ruam.

2.8 Diagnosis banding

Ruam yang terjadi harus dibedakan dari campak, roseola, infeksi enterovirus atau edenovirus, infeksi ononukleosis, toksoplasmosis, demam scarlatina, penyakit rickettsia, sindrom Kawasaki, serum sickness san ruam akibat obat.1. Exantema Subitum

Kelainan yang disebabkan karena infeksi virus inilah yang paling sering terjadi yang sering dianggap campak. Pada kelainan ini biasanya demam 1-3 hari setelah demam hilang baru timbul bercak kemerahan diseluruh tubuh yang mirip campak. Setelah timbul dalam 2-3 hari akan hilang tidak membekas. Bedanya pada campak bercak merah timbul demam masih terjadi, seminggu setelah itu timbul bekas kehitaman pada bercak merah yang ada. Kelainan ini sering dialami pada penderita alergi dengan riwayat kulit yang sangat sensitif.

2. DBD

Pada awal perjalanan penyakit DBD pada hari ke 1-4 kadang juga disertai bercak kemerahan yang mirip campak. Bercak merah ini biasanya akan hilang setelah hari ke 5-7. Manifestasi ini serin dialami pada penderita alergi dengan riwayat kulit yang sangat sensitif.

3. Alergi obat.

Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.

4. Demam skarlatina.

Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen.Tanda patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau

5. Rubela Rubela( Campak Jerman)

Campak Jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan tenggorokan. Anak-anak biasanya sembuh lebih cepat dibandingkan orang dewasa. Penyakit ini sering ringan dan serangan sering berlalu tanpa diketahui. Penyakit ini bisa berlangsung satu sampai tiga hari. Anak-anak sembuh lebih cepat daripada orang dewasa. Infeksi dari ibu oleh virus Rubella saat hamil bisa serius, jika ibu terinfeksi dalam 20 minggu pertama kehamilan, anak bisa lahir dengan sindrom rubella bawaan (CRS), yang memerlukan berbagai penyakit tak tersembuhkan yang serius. Aborsi spontan terjadi pada hingga 20% kasus. Virus ini menular lewat udara. Rubela juga biasanya ditularkan oleh ibu kepada bayinya, makanya disarankan untuk melakukan tes Rubela sebelum hamil. Bayi yang terkena virus Rubela selama di dalam kandungan beresiko cacat.

6. Infeksi mononukleoss

Mononukleosis Infeksiosa adalah penyakit yang ditandai dengan demam, nyeri tenggorokan dan pembesaran kelenjar getah bening, yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr, salah satu dari virus herpes. Setelah menyususp ke dalam sel-sel di Hidung dan tenggorokan, virus ini akan menyebar ke limfosit B (sel darah putih yang bertanggungjawab terhadap pembentukan antibodi). Infeksi virus Epstein-Barr sering terjadi dan bisa menyerang anak-anak, remaja dan dewasa. Sekitar 50% anak-anak Amerika mengalami infeksi ini sebelum usia 5 tahun. Tetapi virus ini tidak terlalu menular. Remaja atau dewasa muda biasanya mendapatkan infeksi ini melalui ciuman atau hubungan intim lainnya dengan orang yang terinfeksi.

7. Erupsi obat

Erupsi obat alergi atau allergic drug eruption ialah reaksi alergi pada kulit atau daerah mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian obat dengan cara sistemik. Pada pemeriksaan fisik, hampir di seluruh tubuh tampak papul eritematous diskret. Pengobatannya dengan terapi sistemik berupa kortikosteroid dan antihistamin dan topikal.

8. Penyakit Kawazaki

Penyakit Kawasaki juga dikenal sebagai sindrom kelenjar getah bening, penyakit simpul mukokutan, poliarteritis kekanak-kanakan. Sindrom Kawasaki adalah penyakit, sebagian besar bayi, yang mempengaruhi banyak organ, termasuk kulit, selaput lendir, kelenjar getah bening, dan dinding pembuluh darah, tetapi Efek yang paling serius adalah pada jantung mana ia dapat menyebabkan dilasi aneurismal parah. Tanpa pengobatan, kematian dapat mendekati 1%, biasanya dalam waktu 6 minggu onset. Dengan pengobatan, angka kematian kurang dari 0,01% di AS Sering ada infeksi yang sudah ada virus yang dapat memainkan beberapa peran dalam patogenesis. Mukosa konjungtiva dan oral, bersama dengan epidermis (kulit), menjadi erythmatous (merah dan inflammed). Edema sering terlihat di tangan dan kaki dan kelenjar getah bening leher sering diperbesar. Juga, beberapa derajat demam sering dicatat.

2.9 Komplikasi

Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:

1. BronkopnemoniBronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh pneumococcus, streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun seperti tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan.

2. Komplikasi neurologis

Kompilkasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi, afasia, gangguan mental, neuritis optica dan ensefalitis.

3. Encephalitis morbili akut

Encephalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis.

4. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)

SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang, dan koma. Perjalan klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah timbul gejala spontan. Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia 2 tahun. SSPE timbul setelah 7 tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi morbili terjadi 3 tahun kemudian. Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbilli memegang peranan dalam patogenesisnya. Anak menderita penyakit campak sebelum umur 2 tahun, sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun kemudian SSPE yang terjadi setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000.

5. Immunosuppresive measles encephalopathy

Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif.

6. Black measles

Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak yang ditandai dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik.Penderita menunjukkan gejala encephalitis atau encephalopati dan pneumonia.Terjadi perdarahan ekstensif dari mulut, hidung dan usus.Dapat pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata 2.10 Prognosis

Prognosis baik jika tidak terjadi komplikasi. Prognosis buruk bahkan akan mengakibatkan kematian yang disebabkan oleh komplikasi yang terjadi.

Komplikasi campak jarang terjadi, akan tetapi dapat menjadi serius apabila bersamaan dengan munculnya diare, pneumonia, dan encephalitis. Komplikasi hebat biasanya terjadi pada orang dewasa.

PAGE 1