12
AIRINDYA BELLA - 1102013016 SASARAN BELAJAR LI 1. Memahami dan Menjelaskan Virus Morbilivirus LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Morfologi LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Siklus Hidup LI 2. Memahami dan Menjelaskan Campak LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan Patologi LO 2.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi LO 2.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding LO 2.7 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi LO 2.8 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana LO 2.9 Memahami dan Menjelaskan Farmakologi

IPT - Campak.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IPT - Campak.docx

AIRINDYA BELLA - 1102013016

SASARAN BELAJAR

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Virus MorbilivirusLO 1.1 Memahami dan Menjelaskan DefinisiLO 1.2 Memahami dan Menjelaskan MorfologiLO 1.3 Memahami dan Menjelaskan KlasifikasiLO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Siklus Hidup

LI 2. Memahami dan Menjelaskan CampakLO 2.1 Memahami dan Menjelaskan DefinisiLO 2.2 Memahami dan Menjelaskan EpidemiologiLO 2.3 Memahami dan Menjelaskan EtiologiLO 2.4 Memahami dan Menjelaskan PatologiLO 2.5 Memahami dan Menjelaskan ManifestasiLO 2.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis BandingLO 2.7 Memahami dan Menjelaskan KomplikasiLO 2.8 Memahami dan Menjelaskan TatalaksanaLO 2.9 Memahami dan Menjelaskan Farmakologi

Page 2: IPT - Campak.docx

LI 1. Memahami dan Menjelaskan VirusLO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi

Morbilivirus adalah patogen saluran napas utama dalam kelompok usia di bawah 5 tahun, dan merupakan genus dari famili Paramyxovirus. Semua anggota famili Paramyxovirus memulai infeksi melalui saluran napas. Replikasi patogen hanya terjadi di epitel saluran pernapasan. Pada penyakit campak dan gondongan tersebar di seluruh tubuh dan menyebabkan penyakit umum. (Jawetz, 2010)

LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Morfologi Morbilivirus memiliki ukuran partikel berdiameter 150nm, terkadang mencapai 700 nm. Selubung virion ini rapuh sehingga membuat partikel virus labil ketika disimpan.Genom virus berupa RNA linear, sense negatif, beruntai tunggal, tidak bersegmen. Karena genomnya tidak bersegmen inilah yang meniadakan peluang terjadinya pemilihan ulang genetik sehingga membuat semua anggota kelompok paramyxovirus stabil secara antigenetik.

(Fields ed. al, 1996)

Kebanyakan paramyxovirus mengandung enam protein struktura;. Tiga protein teradapat dalam bentuk kompleks dengan RNA virus—disebut nukleoprotein (N) yang membentik nukleoplasmid helikel dan mewakili protein internal utama seta dua protein besar lainnya---diberi nama P dan L yang terlibat secara langsung dalam aktivitas polimerasi virus yang berfungsi dalam transkirpsi dan replikasi DNA. Tiga protein lainnya bertugas membentuk selubung virus. Protein Matriks (M) menyusun selubung virus; protein ini memiliki afinitas terhadap glikoprotein permukaan virus dna N serta berperan penting dalam perakitan virion. Nukleokapsidnya dilengkapi dengan duri-duri daru dua glikoprotein yang berbeda. Paramyxovidae dibedakan dalam genera berdasarkan aktivitas glikoproteinnya. Glikoprotein yang lebih besar (HN & G) dapat memiliki aktivitas hemaglutinasi serta bertanggung jawab terhadap proses pelekatan ke sel penjamu. Glikoprotein lainnya (F) memperantarai fusi membran dan aktivitas hemolisin.

LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi

Page 3: IPT - Campak.docx

Genus Morbilivirus terdiri dari virus campak (rubeola) yang menyerang manusia serta virus distemper pada anjing, virus rinderpest yang menyerang hewan ternak, dan morbilivirus akuatik yang menyerang mamalia laut. Virus-virus ini secara antigenik terkait satu sama lain, tetapi tidaklah terkait dengan anggota genera lain. Protein F sangat dipertahankan di antara morbilivirus, sementara protein HN/G terlihat lebih bervariasi. Virus campak memiliki aktivitas hemaglutinin tetapi tidak neuraminidase. Virus campak memicu pembentukan inklusi intranuklear, sementara paramyxovirus lainnya tidak.

LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Siklus HidupA. Pelekatan, penetrasi, dan pelepasan selubung virus

Paramyxovirus melekat ke sel penjamu melalui glikoprotein hemaglutinin (protein HN, H atau G). Pada virus campak reseptornya adalah molekul CD150/CD46 di membran. Kemudian selubung virion berfusi dengan membran sel melalui pembelahan glikoprotein F. Fusi terjadi pada pH lingkungan ekstrasel yang netral, menyebabkan pelepasan nukleokapsid secara langsung ke dalam sel.

B. Transkripsi, translasi, dan replikasi RNATranskripsi mRNA dibuat di dalam sitoplasma sel oleh polimerase RNA virus. Jumlah tiap produk gen berkaitan dengan tingkat transkrip mRNA dari gen tersebut. RNA polimerase rentan mengalami kerusakan.

(Moss WJ, Griffin DE, 2006)C. Pematangan

Virus mematang melalui pertunasan dari permukaan sel. Nukleokapsid progeni terbentuk di sitoplasma dan bermigrasi ke permukaan sel. Nukleokapsid ini tertarik ke berbagai lokasi di membran plasma yang dilengkapi oleh duri-duri glikoprotein F dan H. Protein M berperan penting dalam pembentukan partikel, menghubungkan selubung virus dan nukleokapsid. Protein fusi yang diaktifkan akan menyebabkan fusi membran sel berdekatan dan menyebabkan terbentuknya inklusi sitoplasmik asidofilik.

Page 4: IPT - Campak.docx

LI 2. Memahami dan Menjelaskan CampakLO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi

Campak adalah penyakit dengan eksantem akut disebabkan virus, dimulai dengan demam, radang kataral selaput lendir, kemudian timbul erupsi makulopapula yang berwarna merah, diikuti deskuamasi. Erupsi pada selaput lendir mulut daerah pipi disebut bercak koplik. (FKUI, 2006)

LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan EpidemiologiCampak menjadi salah satu penyakit endemik di banyak negara terutama negara berkembang. Angka kesakitan di dunia mencapai 5-10 kasus tiap 10.000 penduduk dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Namun penyakit ini terkadang juga ditemukan di negara maju. Kasus campak menurun drastis di Amerika serikat sejak ditemukannya vaksin campak pada tahun 1963 dan hanya ditemukan kurang dari 100 kasus. Angka ini memaparkan penurunan dibandingkan sebelumnya yaitu 1,5 juta kasus.

Kasus campak masih terhitung sebagai KLB di Indonesia dengan urutan ke-5 dari 10 penyakit utama yang menyerang bayi dan balita. Terhitung angka kesakitan sebanyak 30.000 kasus tiap tahun yang dilaporkan, meskipun kenyataannya hampir semua anak setelah usia balita pernah terserang campak. Pada zaman dahulu ada anggapan bahwa setiap anak harus terkena campak sehingga tidak perlu diobati. Masyarakat menilai bahwa penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya jika ruam merah pada kulit sudah timbul sehingga ada usaha-usaha untuk mempercepat timnulnya ruam. Mereka beranggapan jika ruam tidak keluar ke kulit, maka penyakit ini akan menyerang ke dalam tubuh dan menimbulkan akibat yang fatal.

Sebelum imunisasi campak beredar di Indonesia, rentang usia yang biasa menderita campak adalah antara usia 5-10 tahun. Seiring dengan masa imunisasi, campak sering menyerang anak remaja dan orang dewasa muda yang tidak mendapat vaksin sewaktu kecil, atau mereka yang diimunisasi pada saat usianya lebih dari 15 bulan. Berdasarkan penelitian rumah sakit, campak banyak terjadi pada balita.

LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan EtiologiAda dua tipe dari campak, dimana setiap tipe disebabkan oleh virus yang berbeda. Walaupun keduanya menyebabkan ruam dan demam, namun tergolong penyakit yang berbeda. Campak yang sering dimaksud adalah campak pada kondisi pertama sebagai berikut

Virus Rubeola menyebabkan campak merah, dikenal juga dengan campak berat atau hanya campak. Meski banyak orang sembuh tanpa komplikasi, rubeola dapat mengantarkan pada penyakit pneumonia atau inflamasi pada otak (ensefalitis)

Virus Rubella menjadi penyebab campak German, dikenal juga campak tiga hari. Biasanya lebih ringan daripada campak merah. Bagaimanapun, virus ini dapat menyebabkan kelahiran cacat spesifik jika wanita hamil yang terinfeksi mengakumulasikan virus kepada janinnya.

LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan PatologiVirus masuk ke dalam tubuh melalui saluran napas dan disini ia berkembang biak secara lokal; infeksi kemudian menyebar ke jaringan limfe regional, lalu terjadi perkembangbiakan lebih lanjut.

Page 5: IPT - Campak.docx

(Jawetz, 2010)

Viremia primer menyebarkan virus yang kemudian bereplikasi di dalam sistem retikuloendotelial. Akhirnya, viremia sekunder menebarkan virus ke permukaan epitel tubuh, termasuk kulit, saluran napas, dan konjungtiva, tempat terjadi replikasi fokal. Peristawa ini terjadi sepanjang periode inkubasi, yang biasanya bertahan selama 8-12 hari, tetapi dapat bertahan hingga 3 minggu pada orang dewasa.

Infeksi pada penjamu nonimun hampir selalu bergejala. Setelah periode inkubasi selama 8-12 hari, campak biasanya berlangsung selama 7-11 hari sakit (dengan fase prodormal selama 2-4 hari, diikuti oleh fase eruptif selama 5-8 hari).

Selama fase prodromal (2-4 hari) dan 2-5 hari pertama ruam, virus dijumpai di dalam air mata, sekresi hidung dan tenggorok, urine dan darah. Ruam makulopapular yang khas tampak di hari ke-14 begitu antibodi terdeteksi di dalam sirkulasi, viremia menghilang, dan demam menurun. Ruam muncul akibat interaksi sel T imun dengan sel yang terinfeksi virus dalam pembuluh darah kecil dan bertahan sekitar 1 minggu.

LO 2.5 Memahami dan Menjelaskan ManifestasiFase prodromal ditandai dengan demam, bersin, batuk, pilek, mata merah, bercak Koplik, dan limfopenia.

Batuk dan koriza mencerminkan reaksi peradangan hebat yang melibatkan mukosa saluran napas.

Konjungtivitis umumnya terkait dengan fotofobia. Bercak koplik—patogonomik untuk campak—merupakan ulserasi kecil berwarna

putih-kebiruan di mukosa bukal yang berhadapan dengan molar bawah. Bercak-bercak ini mengandung sel raksasa dan antigen virus serta muncul sekitar dua hari sebelum ruam. Demam dan batuk terus ada sampai ruam muncul kemudian berkurang dalam 1-2 hari. Ruam yang bermula di kepala lalu menyebar secara

Page 6: IPT - Campak.docx

progresif ke dada, batang tubuh dan turun ke eksremitasm, memiliki tampilan berupa makulopapula diskret berwarna merah muda yang bersatu membentuk kumpulan bercak-bercak, kemudian menjadi berwaena kecokelatan dalam 5-10 hari. Ruam yang memudar akan membaik disertai deskuamasi (pengelupasan).

Campak bentuk modifikasi ditemui pada orang-orang dengan imunitas parsial, seperti bayi dengan antibodi maternal sisa. Periode inkubasinya lebih lama, gejala prodormal menghilang, bercak Koplik biasanya tidak ada, dan ruamnya ringan.

LO 2.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis BandingCampak dapat didiagnosis dengan pemeriksaan klinis, diagnosis laboratorium diperlukan dalam kasus campak modifikasi atau atipik.

Deteksi antigen dan asam nukleatAntigen campak dapat langsung dideteksi dalam sel epitel dari sekresi pernapasan,

nasofaring, konjungtiva, dan urine. Jumlah antibodi terhadap nukleoprotein berguna karena dapat menentukan apakah pasien positif atau tidak, antibodi ini banyak ditemukan di dalam sel yang terinfeksi. Deteksi RNA virus melalui RT-PCR Merupakan metode sensitif yang dapat diterapkan ke berbagai sampel klinis.

Isolasi dan identifikasi virusSumber yang tepat untuk mengisolasi virus adalah apus nasofaring dan konjungtiva,

sampel darah, sekresi pernapasan, dan urine yang dikumpulkan dari seorang pasien dalam masa demam. Sel ginjal manusia atau limfoblastoid cukup optimal untuk digunakan dalam upaya isolasi. Uji kultur vial kerangka menggunakan pewarnaan antibodi fluoresens untuk mendeteksi antigen campak dalam kultur yang diinokulasi. Akan tetapi, isolasi virus secara teknis sulit dikerjakan.

SerologiKonfirmasi serologik infeksi campak bergantung pada peningkatan titer antibodi

sebanyak empat kali lipat antara sera fase akut dan fase konvalensens atau adanya antibodi IgM spesifik campak dalam satu spesimen serum yang diambil antara 1 dan 2 minggu setelah muncul ruam. Uji ELIsa, HI, dan Nt dapat dipergunakan untuk mengukur antibodi campak, meskipun ELISA merupakan metode paling praktis.Kebanyakan respon imun diarahkan terhadap nukleoprotein virus. Pederita SSPE memperlihatkan respons antibodi yang berlebihan, dengan titer sebanyak 10-100 kali lipat lebih tinggi yang terlihat dalam serum kovalesens yang khas.

Diagnosis banding penyakit campak yang perlu dipertimbangkan adalah campak jerman,infeksi enterovirus, eksantema subitum, meningokoksemia, demam skarlantina, penyakit riketsia dan ruam kulit akibat obat, dapat dibedakan dengan ruam kulit pada penyakit campak.

1. Campak jerman.Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga.

2. Eksantema subitum.Perbedaan dengan penyakit campak. Ruam akan timbul bila suhu badan menurun.

3. Infeksi enterovirusRuam kulit cenderung kurang jelas dibandingkan dengan campak. Sesuai dengan derajat demam dan berat penyakitnya.

4. Penyakit RiketsiaDisertai batuk tetapi ruam kulit yang timbul biasanya tidak mengenai wajah yang secara khas terlihat pada penyakit campak.

5. Meningokoksemia

Page 7: IPT - Campak.docx

Disertai ruam kulit yang mirip dengan campak, tetapi biasanya tidak dijumpai batuk dankonjungtivits.

6. Ruam kulit akibat obatRuam kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya ruam kulit timbul setelah ada riwayatpenyuntikan atau menelan obat.

7. Demam skarlantina.Ruam kulit difus dan makulopapuler halus, eritema yang menyatu dengan tekstur seperti kulit angsa secara jelas terdapat didaerah abdomen yang relatif mudah dibedakan dengan campak.

LO 2.7 Memahami dan Menjelaskan KomplikasiKebanyakan penyakit campak menjadi trigger atas penyakit sekunder lainnya

Komplikasi yang paling umum dijumpai adalah otitis media. Pneumonia merupakan komplikasi yang paling sering mengancam nyawa yang disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder. Pneumonia sel raksasa merupakan komplikasi serius pada anak dan orang dewasa dengan kekurangan imunitas berperantara sel. Penyakit ini dipercaya terjadi akibat replikasi virus yang tidak terkendali dan angka kematiannya tinggi.

Komplikasi yang melibatkan sistem saraf pusat merupakan komplikasi paling serius. Tidak ada hubungan jelas antara derajat keparahan campak dan munculnya komplikasi neurologik. Postinfectious encephalomyelitis (ensefalomielitis diseminata akut) merupakan penyakit autoimun akibat respon imun terhadap protein dasar mielin. Kebanyakan orang yang berhasil hidup menunjukan gejala sisa neurologik.

SSPE (Subacute sclerosing panencephalitis) komplikasi lanjut yang jarang dijumpai. Penyakit ini muncul secara samar 5-15 tahun setelah terjadi suatu kasus campak. Penyakit ini ditandai dengan kemunduran mental progresif, herakan tidak sadar, kaku otot =, dan koma. SSPE biasanya mematikan dalam waktu 1-3 tahun sejak kemunculannya. Penderita SSPE memperlihatkan titer antibodi campak yang tinggi dalam cairan serebrospinal dan serum serta virus campak yang rusak dalam sel otak.

LO 2.8 Memahami dan Menjelaskan TatalaksanaMeskipun tidak ada obat spesifik untuk campak, ada beberapa langkah yang dapat membuat penyakit ini lebih tertoleransi. Hal tersebut meliputi

Istirahat yang cukup di rumah Terapi vitamin A dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas Mandi dengan air hangat dapat mengurangi ketidaknyamanan terhadap demam Humidifier atau vasoprizer dapat meredakan batuk Penghilang rasa sakit dan pereda demam seperti acetaminophen dan ibuprofen dapat

mengurangi gejala jika digunakan sesuai petunjuk. Dilarang keras untuk menggunakan aspirin kepada anak atau remaja karena dapat menimbulkan Reye sindrom.

LO 2.9 Memahami dan Menjelaskan FarmakologiVirus campak rentan terhadap inhibisi ribavirin dan amantidin, tetapi manfaat klinisnya belum terbukti. Salah satu jalan yang dapat dilakukan adalah mencegah penyakit tersebut, yaitu dengan cara vaksinasi. Vaksin virus campak hidup (dilemahkan) sangat efektif dan aman telah tersedia sejak 1963. Vaksin campak tersedia dalam bentuk monovalen dan kombinasi dengan vaksin rubella, gondonngan dan varicella (MMRV). Imunisasi diberikan pada bayi berusia 9 bulan merupakan pencegahan paling efektif. Pemberian imunisasi campak satu kai akan memberikan kekebalan selama 14 tahun. Kegagalan program imunisasi dapat disebabkan oleh:

Page 8: IPT - Campak.docx

1.Terdapatnya kekebalan yang dibawa sejak lahir yang berasal dari antibodi ibu. Antibodi itu aka menetralisasi vaksin yang diberikan

2.Terjadi kerusakan vaksin akibat penyimpanan, pengangkutan, atau penggunaan di luar pedoman.

Page 9: IPT - Campak.docx

DAFTAR PUSTAKA

Fields, Bernard N., ed. Fields Virology 3rd edition. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers, 1996. 1: 1177-1313, 899-931.

Jawetz, et al. (2010). Mikrobiologi Kedokteran Ed.25. Jakarta, Buku Kedokteran EGC

Moss WJ, Griffin DE. Global measles elimination. Nat Rev Microbiol. 2006 Dec;4(12):900-8. Epub 2006 Nov 6.

Widoyon, MPH. (2011). Penyakit Tropik: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya Ed.2. Jakarta, Erlangga