14
LO KATA ISTILAH 1. Crossbite = a. Crossbite anterior Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi anterior mandibula. b. Crossbite posterior Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior mandibula. 2. Palatoversi= Gigi lebih ke palatinal dari normal (buku ajar orto I th 2008 ) 3. Over bite= Overlap anatara insisivus atas degan insisivus bawah dalam bidang vertical (Narlan Sumawinata, 2013). = jarak vertical antara gigi insisivus atas dan bawah. Dipengaruhi oleh derajat perkembangan vertical dari segmen dento alveolar anterior. Idealnya gigi insisivus di bawah harus berkontak dengan sepertiga permukaan palatal dari insisivus atas pada keadaan oklusi, namun bisa juga terjadi overbite yang berlebihan atau tidak ada kontak insisal. Pada keadaan ini overbite disebut tidak sempurna jika insisivus bawah diatas ketinggian edge insisal atas atau gigitan terbuka anterior. Jika insisivus bawah lebih pendek dari edge insisal atas pada oklusi. 4. Deep bite= suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal gigi insisivus maksila terhadap insisal gigi insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm. Pada kasus deepbite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial dan insisivus mandibula sering berjejal, linguoversi, dan supra oklusi. Kondisi dimana terjadi kelebihan overlapping secara vertikal dinamakan deepbite. Ada dua jenis deep bite12 :

LO PBL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LO PBL UNSOED

Citation preview

LO

KATA ISTILAH

1. Crossbite = a. Crossbite anterior

Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi anterior mandibula. b. Crossbite posteriorHubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior mandibula.2. Palatoversi= Gigi lebih ke palatinal dari normal (buku ajar orto I th 2008 )3. Over bite= Overlap anatara insisivus atas degan insisivus bawah dalam bidang vertical (Narlan Sumawinata, 2013).= jarak vertical antara gigi insisivus atas dan bawah. Dipengaruhi oleh derajat perkembangan vertical dari segmen dento alveolar anterior. Idealnya gigi insisivus di bawah harus berkontak dengan sepertiga permukaan palatal dari insisivus atas pada keadaan oklusi, namun bisa juga terjadi overbite yang berlebihan atau tidak ada kontak insisal. Pada keadaan ini overbite disebut tidak sempurna jika insisivus bawah diatas ketinggian edge insisal atas atau gigitan terbuka anterior. Jika insisivus bawah lebih pendek dari edge insisal atas pada oklusi. 4. Deep bite= suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal gigi insisivus maksila terhadap insisal gigi insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm. Pada kasus deepbite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial dan insisivus mandibula sering berjejal, linguoversi, dan supra oklusi.Kondisi dimana terjadi kelebihan overlapping

secara vertikal dinamakan deepbite. Ada dua jenis deep bite12 :1. Incomplete Deep Bite : Bila hubungan insisivus mandibula tidak beroklusi

dengan insisivus maksila.

2. Complete Over Bite : Hubungan gigi insisivus mandibula berkontak dengan

permukaan palatal insisivus maksila atau jaringan palatal ketika gigi dalam oklusi

sentrik.

Klasifikasi Deep Bite digolongkan ke dalam dua jenis yaitu skeletal deep bite

dan dental deep bite. Pasien dengan skeletal deep bite memperlihatkan arah

pertumbuhan yang horizontal, tinggi wajah anterior berkurang, jarak interoklusal berkurang, pemeriksaan sefalometri seperti mandibula plane, F.H.

plane, S.N. plane, paralel satu sama lain. Dentoalveolar deep bite terjadi

disebabkan oleh over erupsi gigi anterior atau infra oklusi gigi-gigi molar5. Over retaned deciduous teeth= (Galuh,2007)maloklusi dapat terjadi karena persisten dari gigi sulung. Dampak negative: gigi sulung tidak dapat teresorbsi dan tereksfoliasi sedangkan gigi permanennya tumbuh ke arah lingual sehingga gigi geligi posisinya tidak sesuai dengan susunan morfologi normal.6. Maloklusi angle kl 1 tipe 3=

anterior dari mandibula terhadap maksila.Tonjol mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada lebih distal dari bukal groove gigi molar pertama permanen mandibula dan terdapat anterior crossbite (gigitan silang anterior).Tipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang; linguoversi dari gigi anterior maksila; lengkung gigi mandibula baik.7. Overjet= Jarak horizontal anatara gigi-gigi insisivus atas dan bawah pada keadaan oklusi, diukur pada ujung isisvus atas. Overjet tergantung pada inklinasi dari gigi-gigi insisivus dan hubungan antero-posterior dari lengkung gigi. Pada sebagian besar individu, ada overjet positif misalnya sewaktu insisivus atas terletak didepan insisivus bawah pada keadann oklusi namun overjet juga edge to edge.bisa kebalikan at8. Molar relation= Hubungan antar gigi molar rahang atas dan bawah.9. Dilaserasi= Penyimpangan yang terjadi saat perkembangan dan pertumbuhan gigi yang menyebabkan berubahnya hubungan aksial anatara mahakota dan akar (Narlan, 2013). Akar dan mahkota gigi yang sangat bengkok . disebakan karena trauma atau kekurangan tempat untuk berkembang seperti yang sering pada M3.10. Malposisi gigi= Setiap bagian yang mempunyai posisi abnormal pada gigi. Malposisi adalah posisi organ atau bagian yang abnormal (Dorland,2012) dimana dalam lingkup maloklusi, malposisi ini dapat diartikan keabnormalan posisi gigi yang terjadi pada 1 rahang seperti mesioversi, torsoversi (Foster,1997).11. Crowding= Gigi berjejal adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal. Penyebab gigi berjejal adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada lengkung koronal. Lengkung basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris tempat dari apeks gigi itu tertanam, lengkung koronal adalah lengkung yang paling lebar dari mahkota gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar dari mahkota gigi geligi.16 Faktor keturunan merupakan salah satu penyebab gigi bejejal, misalnya ayah mempunyai struktur rahang besar dengan gigi yang besar-besar, ibu mempunyai struktur rahang kecil dengan gigi yang kecil. Kombinasi genetik antara rahang kecil dan gigi yang besar membuat rahang tidak cukup dan gigi menjadi berjejal. Kasus gigi berjejal dibagi berdasarkan derajat keparahannya, yaitu

a. Gigi berjejal kasus ringan

Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan mandibula, dianggap suatu variasi yang normal dan dianggap tidak memerlukan perawatan. b. Gigi berjejal kasus berat .Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan oral hygiene yang buruk.a. Primary crowding penyebabnya adalah genetik yang terjadi oleh karenadisproporsi ukuran gigi dan rahang.b. Secondary crowding adalah anomali yang didapat oleh karena pergeseran gigi posterior ke mesial setelah premature loss gigi desidui dalam segmen lateral.

c. Tertiary crowding penyebabnya masih diperdebatkan karena terjadi padaumur 18 dan 20 tahun yang berhubungan dengan erupsi gigi molar ketiga2. Klasifikasi Maloklusi Menurut Angle yang dikutip oleh Rahardjo, mendasarkan klasifikasinya atas asumsi bahwa gigi molar pertama hampir tidak pernah berubah posisinya. Angle mengelompokkan maloklusi menjadi tiga kelompok, yaitu maloklusi Klas I, Klas II, dan Klas III. 121. Maloklusi Klas I : relasi normal anteroposterior dari mandibula dan maksila. 12 Tonjol mesiobukal cusp molar pertama permanen berada pada bukal groove molar pertama permanen mandibula. Seperti yang terlihat pada gambar (Gambar 2.1) 13, 14 Terdapat relasi lengkung anteroposterior yang normal dilihat dari relasi molar pertama permanen (netrooklusi). Kelainan yang menyertai maloklusi klas I yakni: gigi berjejal, rotasi dan protrusi. Tipe 1 : Klas I dengan gigi anterior letaknya berdesakan atau crowded atau gigi C ektostemTipe 2 : Klas I dengan gigi anterior letaknya labioversi atau protrusi

Tipe 3 : Klas I dengan gigi anterior palatoversi sehingga terjadi gigitan terbalik (anterior crossbite).Tipe 4 : Klas I dengan gigi posterior yang crossbite.Tipe 5 : Klas I dimana terjadi pegeseran gigi molar permanen ke arah mesial akibat prematur ekstraksi. 15 Gambar 2.1 Maloklusi Klas I2. Maloklusi Klas II : relasi posterior dari mandibula terhadap maksila. 12 Tonjol mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada lebih mesial dari bukal groove gigi molar pertama permanen mandibula. Seperti yang terlihat pada gambar (Gambar 2.2). 13, 14

Gambar 2.2 Maloklusi Klas II

Divisi 1: insisivus sentral atas proklinasi sehingga didapatkan jarak gigit besar (overjet), insisivus lateral atas juga proklinasi, tumpang gigit besar (overbite), dan curve of spee positif. 12

Divisi 2: insisivus sentral atas retroklinasi, insisivus lateral atas proklinasi, tumpang gigit besar (gigitan dalam). Jarak gigit bisa normal atau sedikit bertambah. 12, 14

Pada penelitian di New York Amerika Serikat diperoleh 23,8% mempunyai maloklusi Klas II. Peneliti lain mengatakan bahwa 55% dari populasi Amerika Serikat mempunyai maloklusi Klas II Divisi I. 14

3. Maloklusi klas III : relasi anterior dari mandibula terhadap maksila. 12 Tonjol mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada lebih distal dari bukal groove gigi molar pertama permanen mandibula dan terdapat anterior crossbite (gigitan silang anterior). Seperti yang terlihat pada gambar (Gambar 2.3). 13, 14

Gambar 2.3 Maloklusi Klas IIITipe 1 : adanya lengkung gigi yang baik tetapi relasi lengkungnya tidak normal.

Tipe 2: adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila tetapi ada linguoversi dari gigi anterior mandibula.

Tipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang; linguoversi dari gigi anterior maksila; lengkung gigi mandibula baik. .Modifikasi Lischer dari Klasifikasi Angle.Lischer memberikan istilah neutrocclusion, distocclusion, dan mesiocclusion pada Klas I, Klas II, dan Klas III Angle. Sebagai tambahan, Lischer juga memberikan beberapa istilah lain, yaitu :Neutrocclusion: sama dengan maloklusi Klas I Angle.Distocclusion: sama dengan maloklusi Klas II Angle.Mesiocclusion: sama dengan maloklusi Klas III Angle.Buccocclusion: sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke buccal.Linguocclusion: sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke lingual.Supraocclusion: ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi diatas batas normal.Infraocclusion: ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi dibawah batas normal.Mesioversion: lebih ke mesial daripada posisi normal.Distoversion: lebih ke distal daripada posisi normal.Transversion: transposisi dari dua gigi.Axiversion: inklinasi aksial yang abnormal dari sebuah gigi.Torsiversion: rotasi gigi pada sumbu panjang. 4.Klasifikasi Bennet.Norman Bennet mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan etiologinya.Klas I: posisi abnormal satu gigi atau lebih dikarenakan faktor lokal.Klas II: formasi abnormal baik satu maupun kedua rahang dikarenakan defek perkembangan pada tulang.Klas III: hubungan abnormal antara lengkung rahang atas dan bawah, dan antar kedua rahang dengan kontur facial dan berhubungan dengan formasi abnorla dari kedua rahang.1Sumber :1. Bhalaji Sundaresa Iyyer.Orthodontics The Art and Science. New Delhi : Arya (MEDI) Publishing House. 2006. P.69-78Jenisnya Maulani (2005) membagi maloklusi berdasarkan letak kelainannya, yaitu:

1) Tipe DentalApabila perkembangan rahang atas maupun rahang bawah terhadap

tulang kepala normal tetapi terdapat kelainan pada gigi-giginya.

2) Tipe Skeletal

Apabila terdapat kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan dari

rahang, sehingga hubungan rahang atas dan rahang bawah tidak

harmonisi terhadap tulang kepala.

3) Tipe Fungsional

Apabila terjadi kelainan perkembangan pada otot sehingga timbul

gangguan ketika mengunyah.

4) Tipe Dentoskeletal

Merupakan gabungan dari tipe dental dan tipe skeletal. Terjadi apabilaterdapat kelainan dari dental (gigi-giginya) serta skeletal (rahang).

3. Etiologi Maloklusi dapat disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan dentofasial yang tidak hanya disebabkan satu faktor, tetapi terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan, proses pertumbuhan dan perkembangan, ras, dan fungsional (Widodo, 2007). Penyebab maloklusi sulit ditentukan secara spesifik, karena dapat disebabkan beberapa faktor gabungan dari lingkungan dan genetik. Faktor genetik yang memungkinkan menjadi penyebab maloklusi diantaranya, terdapat ketidakseimbangan antara ukuran rahang yang mengakibatkan gigi berjejal maupun diastem dan ukuran gigi geligi yang tidak sesuai dengan ukuran rahang. Selain itu, adanya ketidakseimbangan ukuran antara rahang atas dan rahang bawah (Proffit, 2007).A. Herediter (keturunan)

B. Lingkungan

1. Trauma: Trauma prenatal dan Trauma postnatal

2. Agen fisis:

a. Prematur ekstraksi gigi susu (Bila gigi susu hilang sebelum gigi permanen pengganti mulai erupsi (mahkota terbentuk sempurna dan akar mulai terbentuk), tulang akan terbentuk diatas gigi permanen, menyebabkan erupsi terlambat, terlambatnya erupsi akan menyebabkan gigi yang lain bergeser ke arah ruang yang kosong) ,

b. Makanan

Pada masyarakat modern, diet berubah menjadi lunak dan kurang berserat, menyebabkan beberapa maloklusi dan kariogenik.Berkurang fungsi penguyahan dan menyebabkan kontraksi lengkung gigi, tidak terjadi atrisi, tidak terjadi penyesuaian oklusal seperti yang terjadi pada perkembangan normal.

3. Kebiasaan buruk: Mengisap jempol dan mengisap jari, Menjulurkan lidah, Mengisap dan menggigit bibir, Posture, Menggigit kuku, Kebiasaan buruk lain

4. Penyakit: Penyakit sistemik (tbc tulang: pertumbuhan tulang terganggu terutama pd mandibular), Penyakit endokrin (Hipoplasia gigi, menghambat atau mempercepat pertumbuhan muka tetapi tidak merubah arah pertumbuhan, menggangu osifikasi tulang, waktu menutupan sutura, waktu erupsi gigi, waktu resorpsi akar gigi susu, membrana periodontalis dan gingiva sensitif terhadap gangguan endokrin), Penyakit-penyakit lokal, Penyakit nasopharingeal dan gangguan pernapasan, Penyakit periodontal, Tumor, Karies

5. Premature loss gigi susu: Gigi sulung yang tanggal prematur dapat berdampak pada susunan gigi permanen. Semakin mudah umur pasien pada saat tanggal ,akibatnya akan semakin besar terhadap susunan gigi permanen. Misalnya jika molar kedua sulung tanggal secara prematur karena karies , kemidian gigi permanen akan bergeser ketempat diastema sehingga tempat untuk premolar kedua permanen berkurang dan premolar kedua akan tumbuh diluar dari tempatnya.6. Gangguan urutan erupsi gigi permanen

7. Hilangnya gigi permanen

8. Malnutrisi (Sulandjari, 2008)9. Sistem neuromuscular: memegang peranan penting dalam maloklusi karena adanya efek dari kontraksi refleks terhadap tulang rangka dan gigi geligi. Pola kontraksi yang tidak seimbang hamper terlihat di semua maloklusi. Kebiasaan buruk yang berhubungan dengan maloklusi antara lain:1. Menghisap ibu jari/jari lain

Menghisap jari biasa dilakukan pada anak-anak. Jika kebiasaan ini berlanjut sampai periode gigi tetap dapat menimbulkan:

Gigi insisif rahang atas protrusif dan gigi insisif rahang bawah linguoversi.

Open bite anterior.

Penyempitan lengkung rahang atas.

Crossbite posterior.

Protusif maksila.

2. Mendorong lidah

Tongue trust atau kebiasaan mendorong lidah adalah kebiasaan menempatkan ujung lidah di antara gigi insisif, baik pada waktu istirahat ataupun pada waktu menelan. Hal ini menyebabkan open bite anterior dan protusif maksila.

3. Bernafas melalui mulut

Bernafas melalui mulut biasanya akibat gangguan kronis pada nasopalatinus, misalnya rhinitis kronis, deviasi septum nasal, pembesaran kelenjar adenoid, dan polip hidung. Akibatnya:

Penyempitan lengkung rahang.

Palaum tinggi dan sempit.

Gigi berjejal.

Openbite anterior.4. Menggigit bibir

Kebiasaan menggigit bibir dapat berdiri sendiri atau bersama-sama dengan kebiasaan menghisap jari. Akibatnya:

Gigi insisif rahang atas labioversi.

Gigi insisif rahang bawah linguoversi.

5. Menggigit kuku

Menyebabkan:

Openbite anterior.

Protisif maksila.

Etiologi dalam kasus maloklusi disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan, diantaranya faktor herediter, lingkungan, dan beberapa faktor pendukung lainnya. Perkawinan antar ras merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan maloklusi, ketika hasil perkawinan tersebut melahirkan seorang anak yang memiliki rahang kecil dan ukuran gigi yang besar, maupun rahang besar dan ukuran gigi yang kecil, sehingga gigi anak tersebut mengalami maloklusi.

Kebiasaan buruk seperti menggigit jari, bibir, dan menjulurkan lidah juga menyebabkan maloklusi pada gigi. Faktor lingkungan lainnya bisa disebabkan oleh trauma, penyakit pada jaringan penyangga gigi, dan kurangnya asupan nutrisi yang mengakibatkan gangguan pada tumbuh dan kembang pada gigi. Faktor lain yang menyebabkan maloklusi yaitu gangguan perkembangan embrio pada saat masa kehamilan.

4. Over bite dan Over jet

Overjet

Besar overjet ditentukan oleh posisi gigi anterior maksila dan mandibula.

Iregularitas pada overjet dikaitkan dengan fungsi lidah dan bibir yang

abnormal atau ada diskrepansi ukuran gigi antara lengkung maksila dan

mandibula anterior.18 Menurut Rakossi (1993), overjet adalah jarak antara tepi

insisal bagian lingual gigi insisivus sentralis maksila ke tepi insisal bagian

labial gigi insisivus sentralis mandibula.

Overbite

Lengkung gigi maksila lebih besar dibandingkan lengkung mandibula sehingga

memungkinkan anterior maksila overlapping dengan anterior mandibula.

Derajat overlapping dalam arah vertikal disebut overbite, dengan nilai normal

berkisar 2-4 mm6. Apakah anomaly bisa menyebabkan maloklusi

Hal yang termasuk faktor dalam adalah anomali jumlah gigi seperti adanya gigi berlebihan (dens supernumeralis) atau tidak adanya gigi (anodontis), anomali ukuran gigi, anomali bentuk gigi, frenulum labii yang abnormal, kehilangan dini gigi desidui, persistensi gigi desidui, jalan erupsi abnormal, ankylosis dan karies gigi. Maloklusi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada pengunyahan, bicara serta estetik. Gangguan pengunyahan yang terjadi yaitu dapat berupa rasa tidak nyaman saat mengunyah,8 terjadinya rasa nyeri pada TMJ dan juga mengakibatkan nyeri kepala dan leher.16 Pada gigi yang berjejal dapat mengakibatkan kesulitan dalam pembersihan.17 Tanggalnya gigi-gigi akan mempengaruhi pola pengunyahan misalnya pengunyahan pada satu sisi, dan pengunyahan pada satu sisi ini juga dapat mengakibatkan rasa sakit pada TMJ.6. Perkawinan RAS

Pengaruh genetika sangat kuat pada pembentukan wajah yaitu pembentukan hidung, rahang, dan tampilan senyum. Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga yang terjadi maloklusi.

a. Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang dengan ukuran gigi yang menghasilkan crowded atau diastema.

b. Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang atas dengan ukuran rahang bawah yang menyebabkan tidak adanya hubungan oklusi.

Hal ini terjadi karena adanya persilangan genetic dari individu satu dengan yang lain sehingga menghasilkan individu baru yang mewarisi sebagian dari individu induk.

Penyebab:

Faktor postnatal dibagi menjadi tiga yaitu faktor intrinsik, faktor

sistemik dan faktor lingkungan. Faktor intrinsik merupakan faktor yang

berasal dari tubuh penderita, misalnya gigi sulung yang tanggal prematur,

tanggalnya gigi tetap, retensi gigi sulung, erupsi gigi permanen yang

terlambat, dan frenulum yang abnormal. Faktor sistemik yang meliputi

malnutrisi, penyakit sistemik, dan fungsi abnormal dari sistem endokrin.

Faktor lingkungan yang meliputi oral habit. Oral habit ini meliputi :

1) Digiti Sucking

Digiti sucking merupakan jenis kebiasaan oral yang berupa

memasukan dan menghisap jari. Kebiasaan ini jika dibiarkan terus

menerus akan menyebabkan open bite, diastem pada gigi anterior

maksila, gigi insisive bawah mengalami linguoversi, rahang

menjadi bentuk V

2) Tongue Thrusting

Tongue thrusting adalah kebiasaan lidah untuk mempertahankan

posisi lidah dalam posisi menelan. Kebiasaan tongue thrusting

11

dapat menyebabkan rahang atas protusi, rahang bawah mengalami

protusi dan diastem. Bentuk gigitan dari kebiasaan ini adalah open

bite.

3) Mouth Breathing

Kebiasaan bernafas dengan mulut diklasifikasikan menjadi tiga

yaitu obstruktif, habitual, anatomical. Obstruktif terjadi pada anak

yang mengalami gangguan dalam menghirup udara melalui

hidung, habitual disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan

telah dihilangkan, anatomical terjadi apabila bibir atas dan bawah

pendek sehingga menyebabkan tidak bisa menutup sempurna.

Kebiasaan ini menyebabkan rahang atas menjadi V dan palatum

tinggi yang membuat wajah penderita terlihat panjang dan sempit.

4) Bruxism

Kebiasaan ini menyebabkan erupsi dari insisive menjadi

terhambat dan terjadi atrisi pada gigi anterior.

5) Lip Sucking

Kebiasaan dari mengigit bibir akan menyebabkan gigi anterior

rahang atas menjadi protusi, gigi rahang bawah menjadi retrusi,

peningkatan overjet, dan crowding gigi anterior.

6) Nail Biting

Nail biting merupakan kebiasaan oral yaitu mengigit-gitit kuku.

Kebiasaan ini dapat menyebabkan rotasinya gigi, atrisi pada ujung

incisal gigi, dan protusi gigi pada gigi yang sering digunakan

untuk mengigit.

(Singh, 2007), (Germec dan Taner, 2005)

Maloklusi juga dapat disebabkan karena postural habit. Postural habit

yang berpengaruh terhadap terjadinya maloklusi meliputi:

1) Chin propping

Chin propping adalah kebiasaan yang tidak disengaja, berupa

tekanan instrinsik yang dapat menyebabkan deep bite anterior.

12

Berat dari keseluruhan kepala tertumpu pada dagu, anterior dari

mandibula menerima tekanan reaksi hal ini menyebabkan

terganggunya pertumbuhan dari mandibula. Penderita akan

memiliki wajah yang asimetris.

2) Face Leaning

Face leaning dapat menyebabkan maloklusi unilateral rahang atas.

Hal ini disebabkan karena berat keseluruhan kepala ditransfer ke

rahang atas dan terpusat pada benda-benda yang menekan.

(Singh, 2007)