21
 1 A. PENDAHULUAN Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta dengan  jumlah penduduk yang mencapai hampir 3 juta jiwa. Dalam perkembangannya, Kota Surabaya tumbuh dan berkembang sebagai kota perdagangan dan jasa dengan tingkat pelayanan regional, nasional, dan internasional. Oleh karena itu, banyak kawasan perdagangan dan jasa yang tumbuh di Kota Surabaya, salah satunya adalah kawasan perdagangan dan jasa di sekitar kawasan Jembatan Merah yang terletak di sepanjang koridor Jalan Rajawali. Kawasan Jembatan Mera h ini merupak an salah satu pusa t perdagangan dan jasa terbesar di Surabaya dan merupakan kawasan kota lama. Oleh karena itu, pembangunan berwawasan lingkungan di kawasan ini lebih kompleks dibandingkan dengan kawasan lain sebab harus memperhatikan konservasi lingkungan dan konservasi cagar budaya. B. KONSEP PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN, STRATEGI GLOBAL (AGENDA 21), DAN STRATEGI LOKAL DI LOKASI STUDI  Pembangunan Berwawasan Lingkungan Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upaya sadar dan terencana dalam menggunakan dan mengelola sumber daya alam secara bijaksana dalam pembangunan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan menurut Kusnadi (2011), pembangunan berwawasan lingkungan adalah pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara menyerasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya. Pembangunan berkelanjutan sendiri didefinisikan oleh Frick dan Suskiyatno (2007) sebagai suatu pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai kebutuhan pada saat ini tanpa mengabaikan kebutuhan yang harus dipenuhi Gambar 1 : ruang lingkup wilayah studi (kawasan perdagangan dan jasa sepanjang koridor Jalan Rajawali).

PBL - publikasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 1/21

1

A.  PENDAHULUAN

Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta dengan

  jumlah penduduk yang mencapai hampir 3 juta jiwa. Dalam perkembangannya, Kota

Surabaya tumbuh dan berkembang sebagai kota perdagangan dan jasa dengan tingkat

pelayanan regional, nasional, dan internasional. Oleh karena itu, banyak kawasan

perdagangan dan jasa yang tumbuh di Kota Surabaya, salah satunya adalah kawasan

perdagangan dan jasa di sekitar kawasan Jembatan Merah yang terletak di sepanjang

koridor Jalan Rajawali. Kawasan Jembatan Merah ini merupakan salah satu pusat

perdagangan dan jasa terbesar di Surabaya dan merupakan kawasan kota lama. Oleh

karena itu, pembangunan berwawasan lingkungan di kawasan ini lebih kompleks

dibandingkan dengan kawasan lain sebab harus memperhatikan konservasi lingkungan

dan konservasi cagar budaya.

B.  KONSEP PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN, STRATEGI

GLOBAL (AGENDA 21), DAN STRATEGI LOKAL DI LOKASI STUDI

 Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upaya sadar dan terencana

dalam menggunakan dan mengelola sumber daya alam secara bijaksana dalam

pembangunan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan

menurut Kusnadi (2011), pembangunan berwawasan lingkungan adalah pembangunan

berkelanjutan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya

manusia dengan cara menyerasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya

alam untuk menopangnya. Pembangunan berkelanjutan sendiri didefinisikan oleh Frick 

dan Suskiyatno (2007) sebagai suatu pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi

berbagai kebutuhan pada saat ini tanpa mengabaikan kebutuhan yang harus dipenuhi

Gambar 1 : ruang lingkup wilayah

studi (kawasan

perdagangan dan jasa

sepanjang koridor Jalan

Rajawali).

Page 2: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 2/21

2

pada masa mendatang. Oleh karena itu, pembangunan yang berwawasan lingkungan

harus berorientasi pada kebutuhan pokok hidup manusia, pemerataan sosial,

peningkatan kualitas hidup, dan pembangunan berkelanjutan. Konsep pembangunan

berwawasan lingkungan ini mencakup 4 hal pokok, yakni konservasi terkait

kelangsungan hidup bio-fisik, perdamaian dan pemerataan, pembangunan ekonomi

yang tepat, serta demokrasi terkait partisipasi masyarakat dalam melaksanakan

kekuasaan, kebijaksanaan, dan pengambilan keputusan. Adapun strategi dalam

pembangunan berwawasan lingkungan, antara lain:

  Menggunakan teknologi yang berwawasan lingkungan dengan segala perencanaan

yang baik dan layak.

  Melakukan rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna dalam

menghasilkan barang dan jasa yang unggul, tangguh, dan berkualitas tinggi agar

mampu memberikan dampak positif bagi kelangsungan hidup pembangunan itu

sendiri.

  Melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap jalannya pembangunan sehingga

dapat sesuai dengan rencana dan tujuannya.

 Agenda 21

Agenda 21 adalah suatu rencana aksi dari PBB terkait dengan pembangunan

berkelanjutan dan merupakan hasil dari Konferensi PBB mengenai Lingkungan dan

Pembangunan yang diselenggarakan di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Terdapat 40

bab dalam Agenda 21 yang mana dibagi menjadi 4 bagian utama, sebagai berikut:

  Bagian I :  Dimensi Sosial dan Ekonomi, yang mana berkaitan dengan

memerangi kemiskinan, perubahan pola konsumsi, mempromosikan

kesehatan, perubahan penduduk, dan permukiman yangberkelanjutan.

  Bagian II : Konservasi dan Pengelolaan Sumber Daya Pembangunan, yang

mana termasuk di dalamnya adalah perlindungan atmosfer,

memerangi deforestasi, melindungi lingkungan rapuh, konservasi

keanekaragaman hayati, dan pengendalian pencemaran.

  Bagian III : Penguatan Peran Kelompok Utama, yang mana termasuk di

dalamnya adalah peran anak-anak dan pemuda, perempuan, LSM,

pemerintah khususnya pemerintah daerah, bisnis, dan pekerja.

Page 3: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 3/21

3

  Bagian IV : Sarana Implementasi, yang meliputi ilmu pengetahuan, transfer

teknologi, pendidikan, lembaga-lembaga internasional, dan

mekanisme finansial.

Terkait dengan pembangunan kawasan perdagangan berwawasan lingkungan, maka

strategi global di dalam Agenda 21 yang dapat dijadikan dasar adalah bagian II, yakni

terkait konservasi dan pengelolaan sumber daya pembangunan. Adapun kebijakan

nasional terkait hal tersebut yang mengacu pada Agenda 21 adalah sebagai berikut:

1.  Minimasi Limbah

  Menetapkan minimasi limbah sebagai salah satu tujuan utama pengelolaan

limbah.

  Menyusun dan menetapkan target untuk minimasi limbah pada sektor industri

komersil, pengemasan, dan rumah tangga.

  Mengurangi dan/atau memusnahkan limbah yang masih perlu dibuang.

  Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam usaha minimasi

limbah.

  Mengubah perilaku konsumsi masyarakat luas secara fundamental guna

mencapai usaha minimasi limbah.

2.  Maksimasi Daur Ulang dan Pengkomposan Limbah Ramah Lingkungan

  Memperkuat komitmen pemerintah, khususnya departemen terkait seperti

Departemen PU untuk mengikutsertakan daur ulang dan pengkomposan dalam

strategi pengelolaan limbah.

  Tercapainya tingkat daur ulang dan pengkomposan yang berarti di kota-kota

terpilih. Beberapa perkiraan akan tingkat daur ulang dan pengkomposan yang

layak secara teknologi maupun ekonomis memberikan angka masing-masing 15- 25 % dan 20 - 40 % dari total sampah.

3.  Peningkatan Tingkat Layanan Umum

  Meningkatkan tingkat pelayanan umum sampan menjadi 70 - 80 % untuk kota

sedang dan kecil serta 90 - 100 % untuk kota metropolitan dan besar.

  Meningkatkan pelayanan umum sanitasi menjadi 85 - 95 % untuk kota

metropolitan, kota besar, dan kota sedang serta 75 % untuk kota kecil dan

pedesaan.

Page 4: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 4/21

4

4.  Promosi Pembuangan dan Pengolahan Limbah yang Akrab Lingkungan

  Untuk limbah industri, pada tahun 2005 semua limbah harus sudah diolah

sampai ke tingkat yang memenuhi baku mutu limbah.

  Untuk persampahan, semua sampah harus dibuang dengan cara yang akrab

lingkungan, TPA yang ada sudah harus mulai diperbaiki kondisi dan sistem

operasinya.

  Semua limbah padat, limbah cair, maupun limbah industri harus diolah dan

dibuang sedemikian rupa sehingga memenuhi baku mutu limbah dan baku mutu

lingkungan, dengan memperhatikan daya dukung lingkungan dari semua badan

penerima, baik air, tanah, maupun udara.

5.  Pengendalian Atmosfer 

  Mengontrol penggunaan energi seperti pengontrolan emisi gas rumah kaca di

atmosfer, transmisi produksi, distribusi dan konsumsi, penggunaan sistem

energi ramah lingkungan untuk kepentingan kesehatan masyarakat sekitar.

  Mengelola transportasi sebagai penghasil gas emisi berbahaya ke atmosfer.

  Mengurangi bahan-bahan yang dapat menimbulkan penipisan lapisan ozon pada

atmosfer.

Strategi Kota Surabaya

Strategi lokal dalam rangka pembangunan berwawasan lingkungan di Kota

Surabaya adalah  Ecocity. Konsep  Ecocity meruapkan suatu gabungan antara prinsip

pembangunan hijau (Green Building) dengan memanfaatkan teknologi informasi (ICT)

untuk mengurangi dan menghilangkan dampak negatif pembangunan terhadap

lingkungan. Secara teknis, penerapan konsep ecocity di Surabaya ini tercantum dalam

RTRW Kota Surabaya 2007-2027, RPJPD Surabaya 2005-2025, dan RPJMD KotaSurabaya 2006-2010 sebagai berikut:

  Kawasan perdagangan dan jasa direncanakan secara terpadu dengan kawasan

sekitarnya dan harus memperhatikan kepentingan semua pelaku sektor perdagangan

dan jasa, termasuk pedagang informal atau pedagang sejenis lainnya.

  Pelaksana pembangunan wajib menyediakan prasarana lingkungan, utilitas umum,

area untuk pedagang informal, dan fasilitas sosial dengan proporsi 40% dari luas

keseluruhan.

Page 5: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 5/21

5

  Pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa harus memperhatikan kebutuhan luas

lahan, jenis-jenis ruang dan fasilitas pelayanan publik, kemudahan pencapaian, dan

kelancaran sirkulasi lalu lintas dari dan menuju lokasi.

  Pewujudan Surabaya kota perdagangan dan jasa nasional didukung dengan

ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang berwawasan lingkungan,

meliputi sistem jaringan transportasi terpadu serta transportasi massal yang aman,

murah, dan terjangkau.

  Pengembangan sistem drainase yang terintegrasi hulu, tengah, dan hilir untuk 

menciptakan Surabaya bebas banjir.

  Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa yang berorientasi pada kelestarian

lingkungan.

  Peningkatan pemanfaatan energi yang ramah lingkungan.

C.  MASALAH LINGKUNGAN DAN USAHA PENANGANAN DI LOKASI

STUDI

  Sampah

Umumnya sampah tidak menjadi masalah yang cukup besar karena pengelolaan

telah dilakukan secara mandiri oleh para pedagang dan pengelola mall/toko

sehingga jarang ditemui sampah di sekitar jalan. Meskipun ada, namun jumlahnya

sangat minim. Akan tetapi, hal yang menjadi masalah adalah pembuangan akhir

sampah yang cenderung masih tidak berwawasan lingkungan yakni ditumpuk di

tepi jembatan merah. Padahal, jembatan merah ini merupakan bangunan sejarah

yang menjadi ciri khas kawasan ini sehingga seharusnya perlu dilakukan konservasi

dan perawatan.

Gambar 2 : perbandingan kondisi jembatan merah antara di lukisan yang menggambarkan

keasrian dan berwawasan lingkungan (kiri) dengan kondisi jembatan merah yang tidak 

terawat dengan pudarnya warna cat dan tumpukan sampah di tepinya (kanan).

Page 6: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 6/21

6

  Transportasi

Masalah transportasi yang terjadi di kawasan perdagangan dan jasa di sekitar

Jembatan Merah ini adalah kesemrawutan lalu lintas dan kurang terintegrasinya

moda transportasi. Hal ini menyebabkan aksesibilitas dari dan menuju lokasi

perdagangan dan jasa menjadi tidak lancar. Selain itu, kurang terintegrasinya moda

transportasi massal menyebabkan masyarakat cenderung memilih menggunakan

moda transportasi pribadi seperti mobil dan motor yang mana hal ini akan

berpengaruh pada penggunaan energi yang tidak hemat.

  Keruangan

Secara umum bangunan di wilayah Jalan Rajawali sudah memenuhi syarat dan

peraturan RTRW di wilayah tersebut tetapi terdapat juga beberapa bangunan yang

melewati batas arahan KLB dan KDB yang dapat mempengaruhi keteraturan

bangunan. 

Selain itu, masalah keruangan lain yang ada di kawasan perdagangan dan jasa di

sekitar Jembatan Merah  –  Koridor Jalan Rajawali Surabaya adalah masih

Gambar 3 : kesemrawutan moda

transportasi publik di depan

Jembatan Merah Plaza

yang tentunya mengganggu

kelancaran sirkulasi

pergerakan dan lalu lintas.

Gambar 4: prosentase bangunan

sesuai dengan KDB.

Gambar 5: prosentase bangunan sesuai

dengan KLB.

Page 7: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 7/21

7

kurangnya RTH yang mendukung keseimbangan kota dan masih adanya kawasan

perdagangan yang tidak menyediakan ruang bagi pedagang informal sehingga

banyak pedagang informal yang menempati ruang bagi pedestrian ataupun

memakai tepi jalan.

Gambar 6 : ketidakseimbangan antara pembangunan dengan keseimbangan ekologi dimana lebih

banyak lahan yang terbangun dari RTH.

  Energi

Masalah energi yang terjadi di kawasan perdagangan dan jasa di kawasan Jembatan

Merah adalah masih kurang hematnya energi yang digunakan, terutama listrik dan

BBM dimana hampir semua karyawan maupun pedagang menggunakan kendaraan

yang ber-BBM ataupun menggunakan teknologi yang dapat membuang emisi gas

ke atmosfer (AC, Lemari Es, dan lain sebagainya).

  Kekumuhan Bangunan

Masalah kekumuhan bangunan yang tampak di lokasi perdagangan dan jasa di

kawasan Jembatan Merah adalah kurang terawatnya bangunan khususnya

bangunan-bangunan kolonial bersejarah, begitu juga dengan jembatan merahnya

sendiri. Selain itu, kurang tertatanya PKL yang ada disana memberikan kesankumuh pada lingkungan perkotaan secara keseluruhan.

Gambar 7 : salah satu contoh penggunaan

energi (AC) di lokasi studi.

Page 8: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 8/21

8

  Pelestarian Arsitektur Heritage

Masalah pada kawasan Jalan Rajawali adalah kurangnya keselarasan antara

bangunan modern dengan bangunan lama yang termasuk dalam bangunan Cagar

Budaya.

Adapun solusi-solusi yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang

terdapat di kawasan perdagangan dan jasa di sekitar kawasan Jembatan Merah adalah:

  Pengelolaan sampah secara mandiri dan pengangkutan sampah oleh petugas

kebersihan.

Pengelolaan sampah dikerjakan secara mandiri oleh masyarakat terutama dalam hal

ini adalah pedagang dan setiap pagi juga sore akan diangkut oleh petugas

kebersihan. Namun pengelolaan sampah secara terpadu perlu tetap dilakukan agar

tidak terjadi penumpukan sampah di lokasi-lokasi konservasi.

  Penggunaan AC Sentral untuk meminimalkan penggunaan energi.

Penggunaan AC Sentral pada beberapa pertokoan dan mall telah cukup sedikit

membantu dalam mengurangi pengeluaran emisi gas di atmosfer dibandingkan

penggunaan AC pada setiap stan. Tetapi perlu teknologi untuk menghemat energi

listrik untuk lampu dan minyak bumi untuk BBM.

  Pembuatan jalur hijau di sepanjang koridor Jalan Rajawali dan pembuatan

taman kecil di depan JMP.

Pembuatan jalur hijau dan taman kecil telah dilakukan di lokasi, namun hal ini

masih kurang dibandingkan tuntutan kebutuhan RTH sebesar 40%.

D.  PEMBANGUNAN KOTA EKOLOGIS KAWASAN PERDAGANGAN DI

LOKASI STUDI

Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik 

antara makhluk hidup (tumbuhan, binatang, manusia) dengan lingkungannya (cahaya,

suhu, curah hujan, kelembapan, topografi, dan lain sebagainya) (Frick dan Suskiyatno,

Gambar 8 : petugas kebersihan di lokasi studi.

Page 9: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 9/21

9

2007). Suatu kota yang ekologis akan menerapkan prinsip-prinsip ekologi yang holistik 

dalam penataan dan pengaturan kotanya. Minimal ada 4 prinsip yang harus diterapkan

pada suatu kota yang ekologis, yakni kota yang bertanggung jawab atas penggunaan

energi, kota yang bertanggung jawab atas pencemaran, kota yang bertanggung jawab

terhadap air, dan kota yang bertanggung jawab atas sampah. Oleh karena itu, aspek-

aspek yang harus ada pada kawasan perdagangan sesuai dengan prinsip-prinsip kota

ekologis, antara lain:

   Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Keberadaan RTH pada suatu kota khususnya kawasan perdagangan dan jasa adalah

untuk menyeimbangkan pengembangan antara kawasan terbangun dan kawasan

terbuka yang mana memiliki fungsi sebagai kawasan serapan hujan, penyeimbang

iklim/suhu yang berkaitan dengan sifat peneduh dari tanamannya, pengontrol polusi

dan sebisingan kota.

   Penanganan Sampah Perkotaan

Sampah memiliki hubungan yang erat dengan pola konsumsi dan penyediaan

fasilitas perdagangan dan jasa. Hal ini dikarenakan konsumsi yang meningkat

meningkatkan fasilitas perdagangan dan jasa serta produksi sampah sehingga

dengan kata lain, fasilitas perdagangan dan jasa yang meningkat juga akan diiringi

oleh peningkatan sampah. Oleh karena itu penanganan sampah perkotaan

khususnya di kawasan perdagangan dan jasa harus menerapkan prinsip kota

ekologis terkait sampah yakni dengan menerapkan minimal 3R (  Reduce, Reuse,

 Recycle).

   Pengembangan Jaringan Air Bersih dan Sanitasi yang Memperhatikan Prinsip-

 Prinsip Lingkungan

− Meningkatkan kapasitas penyediaan air bersih melalui jaringan air pipa (PAM).

−  Adanya keterpaduan antara perencanaan dan pembangunan jaringan air bersih,

sanitasi, dan drainase dengan jaringan jalan dan tata hijau kota sehingga kualitas

air tetap terjaga.

−  Pemakaian teknologi lebih maju dalam sistem pembuangan air kotor, seperti

pemakaian kakus (WC) yang hemat air; pemakaian kakus yang memisahkan

antara urin dan kotoran; sistem pembuangan yang memungkinkan air kotor

dipakai untuk kegiatan lain; pengolahan air kotor yang memungkinkan air dapat

Page 10: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 10/21

10

dikategorikan sebagai air bersih kembali; pengolahan kotoran manusia menjadi

biogas yang bermanfaat untuk bahan bakar.

−  Penggunaan prinsip 3R (mengurangi pemakaian air, pemakaian kembali air

kotor untuk keperluan tertentu, pendaur ulangan air).

   Pengembangan Energi Terbarukan dan Transportasi Terpadu

Hal ini dilakukan dalam kaitannya untuk menghemat penggunaan energi yang tidak 

dapat diperbaharui dan yang akan menyebabkan dampak cukup besar terhadap

lingkungan dan atmosfer seperti pencemaran dan pemanasan global yang mana bisa

dilakukan dengan penggunakan sumber tenaga matahari untuk pengganti lampu

yang mana bisa dilakukan secara sentral, penggunaan tenaga angin dengan

melibatkan teknologi ramah lingkungan untuk menggantikan fungsi AC, atau

pengintegrasian kawasan perdagangan dengan sistem transportasi yang juga terpadu

sehingga masyarakat tidak perlu harus membawa kendaraan pribadi untuk datang

ke kawasan-kawasan perdagangan.

Namun pada studi kasus yang diambil yaitu di jalan Rajawali, terdapat

permasalahan yang berkaitan dengan ekologi suatu kota, yaitu:

  Belum adanya penggunaan energi yang efisien dan ramah lingkungan seperti

penggunaan energi dari tata surya dan lain sebagainya karena pada tiap bangunan

yang dominan bangunan komersial dan jasa rata-rata telah menggunakan genset

untuk penyimpanan listrik. Hal ini terkait dengan fungsi tiap bangunan sebagai

bangunan komersial dan jasa sehingga aktivitas di dalamnya membutuhkan energi

listrik yang juga besar.

  Pengelolaan sampah dengan menggunakan 3R yaitu reduce, reuse, dan recycle 

belum terlaksana karena pengelolaannya bertumpu pada proses pengumpulan,

pengangkutan, dan pembuangan akhir yang mengakibatkan tingginya biaya

pengelolaan, disamping ketergantungan pada pelayanan pengangkutan sampah

Gambar 9 dan 10 : petugas kebersihan

di lokasi studi.

Page 11: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 11/21

11

(pengangkut sampah). Selain itu juga kurangnya fasilitas tempat sampah di

sepanjang trotoar.

  Penempatan tiap pohon yang berjarak sekitar 3 meter dan tidak adanya RTH pada

median jalan. Hal ini membuktikan kurangnya RTH pada koridor jalan tersebut.

Untuk lingkup kawasan, kawasan perdagangan sekitar jalan rajawali tidak dapat

memenuhi sepertiga dari luas lahan.

  Terjadi konflik kepentingan antara para operator kendaraan umum dan pengguna

 jalan lainnya. Beberapa titik yang sering terjadi tundaan adalah di depan bangunan

PT. Arina Multikarya dan di depan bangunan Dinas Komunikasi dan Informatika

dimana banyak berhentinya moda angkutan umum seperti bus kota dalam jangka

waktu 15-20 menit. Arus pergerakan kendaraan terlihat padat sekitar pukul 6.30

pagi sampai pukul 8.30 pagi dan pada pukul 16.00 sampai pukul 17.00 sore hari.  Terdapat masalah pada pedestrian, yaitu:

−  Masih terdapat bagian wilayah studi yang belum memiliki jalur pedestrian

dengan perkerasan, yaitu di koridor bagian barat sebelah selatan.

−  Penyalahgunaan fungsi jalur pedestrian sebagai lahan parkir kendaraan roda dua

dan tempat berjualan PKL.

−  Belum difungsikan secara optimal sebagai jalur pejalan kaki.

  Terdapat masalah pada perparkiran, yaitu:

−  Konflik antara kebutuhan parkir secara on street  dengan keberadaan tanda

larangan parkir. Dimana pada kondisi ini bangunan tidak memiliki lahan parkir

khusus.

−  Konflik antara pejalan kaki dengan pemilik kendaraan roda dua yang memarkir

kendaraannya di atas trotoar.

−  Belum adanya kantong-kantong parkir off street  yang tersebar di sepanjang

koridor guna mengurangi konflik pada poin nomor 1 dan nomor 2.

Gambar 11 : TPS di lokasi studi.

Page 12: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 12/21

12

  Material yang digunakan pada jalan raya adalah aspal dan trotoar yang

menggunakan material yang tidak memungkinkan adanya resapan air ke tanah.

Pada daerah jalan Rajawali juga rata-rata berupa gedung dan kurang adanya RTH

sehingga resapan air ke tanah terganggu.

  Ketimpangan proporsi antara isu tentang ekonomi yang lebih dipentingkan

dibanding dengan ekologi. Hal ini didasari oleh penggunaan energi yang besar

yang tidak ramah lingkungan, penggunaan lahan yang sebagian besar

diperuntukkan bagi kepentingan perdagangan dan jasa beserta penggunanya.

E.  PEMBANGUNAN EKONOMI BERWAWASAN LINGKUNGAN DI

LOKASI STUDI

Pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan di lokasi studi yakni di kawasan

perdagangan di sepanjang Jalan Rajawali Surabaya, sebagaimana diatur dalam RTRW

Kota Surabaya yang juga tercantum dalam RPJPD Kota Surabaya dan RPJMD Kota

Surabaya, adalah dengan Integrasi atau Keterpaduan Pengembangan Sektor Ekonomi

 Formal dan Sektor Ekonomi Informal . Dalam kebijakan Pemerintah Kota Surabaya

tersebut dijelaskan bahwa kawasan perdagangan dan jasa harus direncanakan secara

terpadu dengan kawasan sekitarnya dan harus memperhatikan kepentingan semua

pelaku sektor perdagangan dan jasa, termasuk pedagang informal atau pedagang sejenis

lainnya. Dengan keterpaduan di seluruh pelaku sektor ekonomi, baik sektor formal

maupun non formal, maka bisa diupayakan pemerataan pertumbuhan ekonomi bukan

hanya pada sektor formal saja melainkan juga sektor informal. Hal ini dikarenakan

sektor informal juga memiliki pengaruh dan potensi yang sangat besar terhadap

pembangunan ekonomi, hanya yang menjadi masalah seringkali menyangkut pada

pengelolaan dan pengaturannya (manajemen). Namun, pengelolaan dan pengaturansektor informal ini kemudian dijelaskan pula pada kebijakan tersebut adalah bahwa

pelaksana pembangunan (perdagangan dan jasa) wajib menyediakan prasarana

lingkungan, utilitas umum, area untuk pedagang informal, dan fasilitas sosial dengan

proporsi 40% dari luas keseluruhan sehingga dengan hal ini maka sektor informal dapat

diwadahi keberadaannya.

Page 13: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 13/21

13

F.  ARSITEKTUR BERWAWASAN LINGKUNGAN DI LOKASI STUDI

 Arsitektur Heritage

Bangunan  Heritage merupakan salah satu karakter arsitektur yang menjadi

kekayaan tersendiri bagi suatu kota dan mencerminkan perjalanan sejarah dan budaya

yang pernah berlangsung. Di lokasi studi, yakni di kawasan perdagangan dan jasa

sepanjang Jalan Rajawali Surabaya, terdapat bangunan-bangunan yang dapat

dimasukkan dalam kategori bangunan cagar budaya atau heritage. Hal ini terkait dengan

umur bangunan yang relatif tua, keaslian bangunan Surabaya, nilai sejarah yang

dikandung, kelangkaan bangunan, dan ilmu pengetahuan terutama tentang sejarah yang

ada dalam bangunan tersebut. Kerusakan yang terjadi pad bangunan cagar budaya

berupa pemudaran cat dan berjamurnya fasade bangunan, terkelupasnya lapisan semen

pada dinding bangunan, plafon triplek yang berlubang dan kaca jendela yang pecah dan

digantinya beberapa ornamen asli bangunan dengan desain yang baru. Kerusakan ini

mengakibatkan kaburnya citra bangunan-bangunan ini sebagai bangunan kuno yang

memiliki sejarah sehingga mempengaruhi kualitas identitas kawasan berupa landmark  

sehingga berakibat buruk pada citra kawasan di Jalan Rajawali.

Berdasarkan hasil survei, terdapat beberapa bangunan arsitektur heritage yang

dilindungi. Bangunan tersebut digolongkan sesuai dengan tipe dan upaya pelestarian

yang cocok untuk bangunan tersebut dan semuanya diatur menurut  Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010. Bangunan Golongan A dengan nilai

potensial tinggi, Bangunan Golongan B dengan nilai potensial sedang dan Bangunan

Golongan C dengan nilai potensial rendah. Dari hasil perhitungan di dapat hasil sebagai

berikut:

  1 bangunan yaitu bangunan Korps Cacat Veteran termasuk Bangunan Golongan A,

dengan tindakan pelestarian Preservasi.  10 bangunan yaitu adalah Kantor Cabang Tjiwi Kimia,GPIB,Kantor PTPN VII-

XIII / Korwil II, PT. Arina, SLTPN 5 Kota Surabaya, Bank milik Negara (Jl.

Rajawali No.10), Kantor PTPN XII, Hotel Ibis, Kantor PT. Pantja Niaga dan

Gedung Cerutu termasuk Bangunan Golongan B dengan tindakan pelestarian

Rehabilitasi.

  4 bangunan yaitu Bank milik negara (Jl. Rajawali No. 16), Toko dan foto kopi

(Jl.Rajawali No. 19-21), Ex gedung Aneka Kimia dan Rajawali Motor termasuk 

Bangunan Golongan C dengan tindakan pelestarian Adaptasi.

Page 14: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 14/21

14

Bangunan Cagar Budaya

Bangunan Modern

Gambar 12 : peta lokasi bangunan cagar budaya dan bangunan modern di lokasi studi.

 Arsitektur Hijau

Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha

untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan

lingkungan. Tujuan pokok arsitektur hijau adalah menciptakan eco-design, arsitektur

ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan. Selain itu,

arsitektur hijau diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan

pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan.

Arsitektur hijau juga dapat direncanakan melalui tata letak, konstruksi, operasi dan

pemeliharaan bangunan.  Namun, fakta di lokasi studi yakni di kawasan perdagangan

dan jasa Jalan Rajawali Surabaya memperlihatkan hal yang cukup berbeda dari sisi

arsitektur hijaunya, antara lain: 1.  Kendaraan Bermotor Pribadi yang Padat

Jalan Rajawali merupakan salah satu jalan utama di Kota Surabaya yang padat lalu

lintas. Hal ini dikarenakan oleh terdapatnya terminal “bayangan” pada depan

perdagangan jembatan merah dimana fungsi kawasan tersebut merupakan kawasan

perdagangan dan jasa. Terminal bayangan yang terjadi akibat adanya pusat grosir

Page 15: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 15/21

15

tersebut. Dengan adanya terminal bayangan ini terlihat bahwa perencanaan kota

terkait transportasi publik yang ada masih belum digunakan secara optimal,

khususnya pada jalan rajawali tersebut. Terminal bayangan merupakan terminal

angkutan umum seperti bemo dan bis kota. kendaraan-kendaraan umum tersebut

sering berhenti di tengah jalan sehingga meinibulkan kemacetan. Penanganan dari

pemerintah sudah berjalan dengan adanya polisi yang mengatur lalu lintas jalan

tersebut pada siang sampai sore hari, namun belum memadai. Dengan terjadinya

kemacetan tersebut banyak energi yang terbuang dan banyak emisi gas yang

dilepaskan ke atmosfer.

Gambar 13 dan 14: kepadatan lalu lintas akibat banyaknya kendaraan pribadi dan terlihat

angkutan umum tidak digunakan secara optimal untuk menjangkau

khususnya kawasan di sepanjang koridor Jalan Rajawali (sepi penumpang).

2. Tuntutan Penggunaan Listrik yang TinggiSebagai kawasan komersial, maka otomatis memiliki tuntutan yang sangat besar

untuk dapat melakukan aktivitasnya antara lain sangat bergantung pada penggunaan

listrik. Padahal jika dilihat dan disandingkan dengan prinsip arsitektur hijau, maka

sebuah bangunan harus bisa menerapkan conserve energy dan mengupayakan

penggunaan sumber daya baru. Dengan kata lain, konsep arsitektur hijau terkait

penghematan energi di lokasi studi ini masih belum diterapkan.

Gambar 15 dan 16: kebutuhan listrik yang sangat tinggi di kawasan perdagangan dan jasa

sepanjang koridor Jalan Rajawali yang direfleksikan dengan banyaknya

  jaringan listrik bertegangan tinggi untuk menyuplai kebutuhan listrik yang

menunjang kegiatan perdagangan dan jasa.

Page 16: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 16/21

16

3.  Pengelolaan Sampah Secara Mandiri - Tradisional

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa semakin banyak fasilitas

perdagangan dan jasa maka akan semakin banyak pula produksi sampah yang

dihasilkan, maka setiap kawasan perdagangan dan jasa harus melakukan

pengelolaan sampah secara mandiri, minimal dengan penerapan sistem 3R. Namun,

pada lokasi studi, pengelolaan sampahnya sudah cukup baik karena sudah dikelola

secara mandiri dengan mengumpulkan sampah-sampah yang diproduksi dan

dibungkus menjadi satu untuk nantinya dibuang ke TPA. Meskipun masih

dilakukan secara tradisional dan belum menggunakan sistem 3R, namun ini

merupakan awal dari pengelolaan sampah yang berkelanjutan karena masyarakat

telah berkenan untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan berwawasan

lingkungan.

4.  Minimnya Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Dari gambar citra satelit dapat dilihat bahwa pada lingkup kawasan hanya terdapat

sebuah luasan lahan terbuka yang menjadi RTH, selebihnya tutupan lahan yang

terdapat di lokasi studi hanya berupa jalur hijau jalan sebagai peneduh jalur

pedestrian. Namun ruang terbuka hijau yang terdapat pada lokasi studi tersebut

bukan merupakan ruang terbuka hijau yang dibentuk oleh pemerintah kota

Surabaya, melainkan lahan kosong yang tidak dihuni sehingga ketersediaan lahan

hijau pada wilayah studi belum dapat dikatakan memadai karena dibutuhkan ruangterbuka hijau semacam taman atau dari masing-masing sektor perdagangan

memberikan taman kecil pada lahannya karena apa yang terjadi saat ini adalah

minimnya space untuk membuat RTH.

Gambar 17: pengelolaan sampah sepanjang Jalan

Rajawali yang masih dilakukan secara

tradisional namun mandiri.

Gambar 18 dan 19: 

Kondisi jalur hijau pada jalur

pedestrian menggambarkan

minimnya ketersediaan RTH dilokasi studi.

Page 17: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 17/21

17

5.  Sebagian Besar Merupakan Bangunan Lama (Kawasan Konservasi) sehingga

belum banyak memperhatikan arsitektur hijau

Bangunan yang terdapat pada kawasan ini mayoritas merupakan bangunan-

bangunan yang sudah dibangun sejak lama sehingga perencanaan arsitektur hijau

kurang di perhatikan. GSB bangunan yang mepet dengan trotoar, sehingga

penggunaan lahan tidak maksimal untuk memberikan ruang hijau. Selain itu,

performa bangunan yang masih merupakan bangunan dengan tipe mementingkan

fungsionalitas kawasan yakni kawasan perdagangan hanya mementingkan

pendapatan pada masing-masing sektor. Sehingga penerapan green architecture 

belum sepenuhnya diterapkan meski dari pemerintah sudah memberikan fasilitas

 jalur hijau pada jalan, ataupun pengolahan sampah dan kebersihan jalan.

G.  PERAN MASYARAKAT SETEMPAT DALAM PEMBANGUNAN

BERWAWASAN LINGKUNGAN DI LOKASI STUDI

Dari 4 hal pokok yang ditekankan oleh baik pembangunan berwawasan lingkungan

maupun kota ekologis, yakni hemat energi, pengelolaan sampah (pencemaran),

pengelolaan sumber daya air, dan ketersediaan RTH, partisipasi masyarakat di lokasi

studi yang bisa diidentifikasi adalah pada pengelolaan sampah secara mandiri walaupun

masih menggunakan teknik yang sangat tradisional. Selain itu, ketersediaan RTH

meskipun masih sangat minim tetapi terdapat upaya-upaya untuk menghijaukan

kawasan dengan menanam jalur hijau pada jalur pedestrian yang mana hal ini

diharapkan mampu menurunkan suhu atau iklim mikro kawasan menjadi cukup teduh

serta menyerap gas karbon yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor yang mana

menjadi penyebab polusi udara dan salah satu gas emisi rumah kaca. Sedangkan untuk 

hemat energi dan pengelolaan sumber daya air masih belum diterapkan olehmasyarakat. Hal ini juga berkaitan dengan fungsi kawasan itu sendiri sebagai kawasan

perdagangan dan jasa yang mana secara otomatis akan sangat memerlukan kebutuhan

listrik dan air untuk menunjang aktivitas perdagangan dan jasanya.

H.  SOLUSI

  Hemat Energi dan Penggunaan Energi Terbarukan

Penggunaan energi yang hemat ataupun penggunaan energi terbarukan pada

kawasan perdagangan dan jasa khususnya di lokasi studi kawasan perdagangan dan

Page 18: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 18/21

18

  jasa koridor Jalan Rajawali, akan sangat berkontribusi besar pada pembangunan

berwawasan lingkungan ataupun membentuk kota yang ekologis. Penggunaan

energi yang hemat ini bisa dilakukan dengan pemakaian pencahayaan secara alami

ataupun menggunakan tenaga surya untuk menggantikan fungsi listrik (lampu).

Selain itu, penggunaan transportasi publik untuk menghemat energi migas sebagai

bahan bakar juga perlu dilakukan secara terpadu. Apalagi Kota Surabaya memiliki

rencana untuk mengembangkan integrasi moda transportasi publik, maka salah satu

konsep atau skenario integrasi moda tersebut adalah dengan integrasi moda

transportasi publik yang melalui kawasan perdagangan dan jasa yang mana juga

harus ditingkatkan pelayanannya terutama dari segi manajemennya.

  Pengelolaan Sampah

Sebagai kawasan perdagangan dan jasa, maka terdapat banyak aktivitas-aktivitas

sejenis yang dilakukan di kawasan tersebut sehingga pengelolaan sampah bisa

dilakukan secara terpadu dengan menerapkan sistem 3R (Reduce, Reuse, dan

 Recycle). Misalnya, restoran,   fast food , ataupun warung-warung PKL yang semula

menggunakan banyak bungkus plastik, kertas, dan lain sebagainya mulai diarahkan

untuk beralih menggunakan bahan-bahan yang tidak sekali pakai, seperti piring dan

sejenisnya. Sedangkan untuk sampah-sampah yang tidak bisa direduksi ataupun

dipakai kembali, maka pengelolaannya bisa dilakukan secara terpadu misalnya

dengan bekerja sama membuat TPA terpadu untuk membuang hasil produksi

sampah yang mana selanjutnya berkoordinasi dengan pemulung dan lain

sebagainya untuk me-recycle sampah tersebut menjadi hal yang lebih bernilai

ekonomis daripada hanya sekedar dibuang.

  Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Penyediaan RTH pada kawasan perdagangan dan jasa khususnya di lokasi studidiharapkan tidak hanya sekedar jalur hijau, namun setiap pelaku sektor ekonomi

yang terdapat di kawasan tersebut bisa diarahkan untuk menyediakan RTH privat,

baik dengan membuat taman kecil namun rindang, penanaman pohon dalam pot

namun dalam jumlah banyak, ataupun dengan menerapkan roof garden. Hal ini

dilakukan untuk menunjang ketersediaan RTH atau tutupan lahan pada kawasan

tersebut mengingat fungsi ekologi/lingkungannya yang sangat penting.

Page 19: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 19/21

19

  Pengelolaan Sumber Daya Air

Hampir serupa dengan pengelolaan sampah, jadi pengelolaan sumber daya air juga

menerapkan sistem 3R yang mana mereduksi atau mengurangi pemakaian jumlah

air, memakai kembali air-air yang kotor untuk keperluan tertentu, dan mengolah

kembali air dengan menggunakan teknologi-teknologi yang mana prinsipnya

hampir sama dengan pengolahan limbah sehingga nantinya air kotor tersebut dapat

diolah kembali menjadi air bersih.

  Arahan Lingkungan

−  Bagi bangunan-bangunan yang sudah melewati batas arahan di arahkan agar

tidak melakukan pembangunan ke arah sempadan muka bangunan lagi.

Diarahkan pembangunan ke arah vertikal dengan memperhatikan arahan KLB

dan ketinggian bangunan.

−  Untuk bangunan-bangunan kuno yang didominasi dengan jarak sempadan

sebesar 0 meter, diarahkan agar mempertahankan kondisi eksistingnya.

−  Untuk bangunan-bangunan kuno, nilai KLB harus dipertahankan sesuai dengan

kondisi eksistingnya

−  Bangunan baru yang akan dikembangkan di Jalan Rajawali harus mengikuti

arahan berdasarkan RTRK UD Krembangan Perak Tahun 2006.

−  Arahan di Jalan Rajawali diciptakan agar tidak terjadi klimaks di tengah-tengah

koridor yang akhirnya dapat memperkecil dominasi bangunan-bangunan kuno

secara dimensi, dimana pada umumnya bangunan kuno kuno di Jalan Rajawali

memiliki ketinggian rata-rata 2 sampai 3 lantai.

−  Arahan tampilan bangunan yang diperlukan adalah penciptaan irama tampilan

yang harmonis antara bangunan baru dengan bangunan kuno. Penciptaan

tampilan yang harmonis dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranyaadalah penciptaan pedoman desain (Design Guidelines) dengan acuan eksisting

bangunan kuno berarsitektur kolonial di Jalan Rajawali.

I.  KESIMPULAN

Secara umum terdapat 4 hal pokok dalam pembangunan berwawasan lingkungan,

kota ekologis, maupun arsitektur lingkungan yaitu hemat energi, pengelolaan sampah,

penyediaan RTH, dan pengelolaan sumber daya air yang mana 4 hal pokok tersebut

pada lokasi studi mengalami cukup masalah dalam penerapannya sehingga menjadi

Page 20: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 20/21

20

kendala dalam penerapan pembangunan berwawasan lingkungan di lokasi tersebut. Hal

ini juga berkaitan erat dengan fungsi kawasan itu sendiri sebagai kawasan perdagangan

dan jasa yang tentu saja akan sangat membutuhkan banyak energi dan sirkulasi

kendaraan, membutuhkan banyak sumber daya air, menghasilkan produksi sampah yang

cukup banyak, dan pembangunan kawasan yang padat hingga tidak tersedia RTH. Oleh

karena itu, solusi yang bisa dilakukan di kawasan perdagangan dan jasa khususnya di

sepanjang koridor Jalan Rajawali, adalah:

  Penghematan energi listrik dengan menggunakan tenaga surya atau pencahayaan

alami.

  Penggunaan tenaga angin (alami) untuk menggantikan fungsi AC.

  Arahan transportasi massal.

  Penyediaan RTH privat oleh masing-masing pelaku sektor ekonomi di kawasan

tersebut.

  Pengelolaan sampah secara terpadu.

  Pengelolaan sumber daya air dengan penerapan sistem 3R.

  Arahan penataan lingkungan secara teknis maupun non teknis.

Page 21: PBL - publikasi

5/13/2018 PBL - publikasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-publikasi 21/21

21

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011.   Jembatan Merah. http://indonesiasketchers-

surabayasidoarjo.blogspot.com/2011/10/merah-jembatan-yang-menghubungkan-

 jalan.html (diakses tanggal 20 Oktober 2011).

Budihardjo, Eko. 2003. Kota dan Lingkungan. Jakarta: LP3ES.

Buku Informasi Pariwisata Nusantara Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik 

Indonesia. 2011. Surabaya. http://www.fatawisata.com/jawa-timur/1122-

surabaya (diakses tanggal 20 Oktober 2011).

Brenda and Robert Vale. 1991. Green Architecture Design for a Sustainable Future.

London: Thames and Hudson Ltd.

Frick, Heinz dan FX. Bambang Suskiyatno. 2007.   Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis.

Bandung: Kanisius.

Kompas. 2003. Jembatan Merah Nasibmu Kini. http://www.arsitekturindis.com/?p=261

(diakses tanggal 20 Oktober 2011).

Kompas. 2002.   Jembatan Merah Kini Tak Lagi Gagah. http://www.pda-

id.org/library/index.php?menu=library&act=detail&Dkm_ID=20020110 (diakses

tanggal 20 Oktober 2011).

Pemerintah Kota Surabaya. 2005.   RPJPD Surabaya 2005-2025. http://rpjpd2005-

2025.surabaya.go.id/rpjpd/sekilas_ranwal.php (diakses tanggal 20 Oktober 2011).

Pemerintah Kota Surabaya. 2007. Perda RTRW Kota Surabaya.

Surabaya Post Online. 2011. Selamatkan Cagar Budaya Surabaya! 

http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=564a6e98c9232aaaba

2322825450b3ac&jenis=1f0e3dad99908345f7439f8ffabdffc4 (diakses tanggal 20

Oktober 2011).