Upload
satriaputraw
View
231
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
data tutorial
Citation preview
Nama : Satria Putra Wicaksana
NIM : 04011381320077
Kelas : PDU A 2013
Hal : LI dan Analisis skenario B blok X
Adakah hubungan tidak sadar dan kejang ? Jelaskan !
Jawab : Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah fokus
kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Kemudian
kejang juga dibagi menjadi parsial (kesadaran utuh walaupun mungkin dapat berubah) dan
generalisata (hilangnya kesadaran, tidak ada awitan fokal, bilateral dan simetrik, tidak ada aura).
Pada kasus ini kejang terjadi diawali oleh hilangnya kesadaran dengan cepat akibat kelainan
metabolik akibat Plasmodium falciparum pada sel darah merah. Pasien kehilangan posisi
berdirinya, mengalami gerakan tonik kemudian klonik, dan inkotntinensia urin atau alvi (atau
keduanya), disertai disfungsi autonom. Pada fase tonik, otot-otot berkontraksi dan posisi tubuh
mungkin berubah. Fase ini berlangsung beberapa detik. Fase klonik memperlihatkan kelompok-
kelompok otot yang berlawanan bergantian berkontraksi dan melemas sehingga terjadi gerakan
menyentak. Jumlah kontraksi secara bertahap berkurang tetapi kekuatannya tidak berubah.
Apa jenis demam pada kasus ini ?
Jawab : Pada umumnya demam yang terjadi pada malaria tergolong dalam tipe demam
intermitten
Bagaimana patofisiologi dari perut tidak nyaman pada perut ?
Jawab :
Pada infeksi Plasmodium falciparum muncul prominensia atau tonjolan membran pada
permukaan eritrosit 12-15 jam setelah invasi oarasit pada eritrosit. “Gumpalan-gumpala” ini
membentuk pelekat membran eritrosit strain spesifik dengan berat molekul yang besar, varian
secara antigenik (PfEMP1) yang berperan dalam penempelan dengan reseptor pada endothel vena
dan kapiler- proses yang dikenal dengan Cytoadherence.
Dengan demikian eritrosit yang terinfeksi menempel dan pada akhirnya menghalangi
permukaan dalam (obstruksi) vena dan kapiler. Keadaan ini dapat terjadi pada semua pembuluh
darah. Hal ini akan menyebabkan suplai darah yang tidak adekuat ke daerah yang diperdarahi
oleh pembuluh darah bersangkutan. Iskemia akan menyebabkan terbentuknya produk akhir
metabolik yang asam, seperti bradikinin, enzim proteolitik, atau bahan lain yang merangsang
ujung serabut saraf nyeri. Apabila obstruksi ini terjadi pada organ intraabdomen, maka akan
timbul rasa nyeri atau rasa tidak nyaman pada abdomen/perut.
Apa hubungan pergi ke Papua dengan penyakit yang di alaminya ?
Jawab : Papua merupakan wilayah endemic malaria yang berasal dari Plasmodium falciparum
dan Plasmodium vivax. Jadi kemungkinan besar ditemukannya Plasmodium falciparum pada
prerparat darah tipis akibat adanya paparan terhadap bakteri tersebut selama berada di Papua
(Irian Jaya)
LEARNING ISSUE
Malaria (epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, manifestasi klinis, diagnosis,
penatalaksanaan)
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk anopheles yang
mengadung parasit. Parasit malaria oleh Charles Louis Alphonse Laveran pada tahun
1880. Ada empat parasit yang menimbulkan gejala yang berbeda-beda. salah satunya
adalah plasmodium falciparum. P. Falciparum adalah malaria yang menyebabkan kasus
terbanyak dan paling ditakuti.
Siklus hidup malaria memerlukan dua hospes yaitu manusia dan nyamuk
anopheles betina. Pertama nyamuk akan menanamkan sporozoit yang berada di airliur
nyamuk. Sporozoit tersebut menuju sel hati yang pada akhirnya masuk ke dalam eritrosit
untuk memproduksi merozoite.
Gejala klinis yang muncul dapat berupa demam yang dikarenakan oleh eritrosit
yang mengeluarkan berbagai jenis antigen yang akan merangsang limposit. Limposit
akan mengeluarkan TNF yang akan merangsang hipotalamus. Gejalan lainnya adalah
anemia karena pecahnya sebagian sel darah merah.
PEMBAHASAN
2.1. Etiologi
Parasit malaria ditemukan oleh Charles Louis Alphonse Laveran pada tahun
1880. Adalah seorang dokter bedah dari Perancis yang awalnya menemukan parasit
berbentuk pisang, yang sekarang dikenal sebagai bentuk gametosit dari P.falciparum,
dalam darah penderita malaria di bawah lensa mikroskop. Parasit malaria digolongkan
dalam genus Plasmodium dan mempunyai 4 spesies yaitu P. falciparum, P. vivax, P.
malaria, dan P. ovale. [1]
Dari keempat spesies itu, P. falciparium paling ditakuti karena menjadi penyebab
sebagian besar kematian akibat malaria. Hal itu dikarenakan eritrosit yang terinfeksi
oleh P. falciparum akan berikatan dengan endotel pembuluh darah. Ikatan itu
membentuk gumpalan (sludge) yang dapat menghambat aliran darah ke beberapa organ
termasuk organ vital seperti otak, jantung, hati dan ginjal. Selanjutnya, organ-organ
tersebut akan mengalami anoksia dan edema.[1]
Di sisi lain, P. vivax dan P. malariae adalah spesies yang dapat menyebabkan
relaps dan rekrudesensi. Rekrudesensi adalah berulangnya gejala klinik dan parasitemia
dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer. Rekrudesensi dapat
terjadi sesudah periode laten dari serangan primer. Relaps dinyatakan sebagai
berulangnya gejala klinik setelah periode yang lama dari masa laten, sampai 5 tahun.
Hal itu disebabkan kedua spesies itu mempunyai bentuk hipnozoit yang dapat bertahan
dalam hati cukup lama, dalam hitungan bulan bahkan tahun. [1]
Epidemiologi
Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 Negara di benua Afrika, Asia,
Amerika Selatan dan daerah Oceania dan kep. Caribia.
Di Indonesia kawasan Timur mulai dari Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai Utara,
Maluku, Irian Jaya dan dari Lombok sampai NTT serta Timor Timur merupakan daerah
endemis malaria dengan P. falciparum dan P. vivax.
Beberapa daerah di Sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi dan Batam kasus
malaria cenderung meningkat.
Peningkatan insidens malaria dan terjadi KLB di berbagai daerah di Indonesia antara
lain diakibatkan: perubahan lingkungan, pembangunan tidak berwawasan kesehatan, mobilitas
penduduk yang tinggi, pemantuan dan analisis data malaria yang kurang optimal di berbagai
jenjang.
Siklus Hidup
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan
nyamuk anopheles betina.
1. Siklus pada manusia
Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia,
sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk kedalam peredaran
darah selama lebih kurang satu setengan jam. Setelah itu sporozit akan
masuk kedalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang
menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000-
30.000 merozoit hati. [2]
Siklus ini disebit ekso-eritrosier yang berlangsung selama kurang lebih dua
minggu. Berbeda dengan Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, sebagian
tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang
menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal
didalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat
bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapan
menimbulkan relaps atau kambuh kembali.[2]
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke
peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah,
parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30
merozoit). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya
eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan
menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.[2]
Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi
sel darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan
betina).
Gambar 1.1 siklus hidup plasmodium falciparum
2. Siklus pada nyamuk anopheles betina
Apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan
pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar nyamuk ookinet
akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini
bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.[2]
Masa inkubasi
Adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinis
yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies
plasmodium.
Masa prepaten
Adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai parasit dapat
dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.
Jenis Plasmodium Masa inkubasi (hari)
P. Falciparum 9 – 14 (12)
P. Vivax 12 – 17 (15)
P. Ovale 16 – 18 (17)
P. Malariae 18 – 40 (28)
2.2 Patogenesis
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang
mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel
makrofag, monosit, atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin antara lain
TNF (tumor nekrosis faktor). TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang
merupakan pusat pengaturan suhu tubuh dan terjadi demam. Pada malaria falciparum,
diperlukan waktu 36-48 jam dan demam dapat terjadi setiap hari.[3]
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Pada malaria falciparum, plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah
merah, sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis. Sedangkan plasmodium
vivax dan ovale hanya menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari
seluruh jumlah sel darah merah. Plasmodium malariae menginfeksi hanya sel darah merah tua
yang jumlahnya hanya 1% dari seluruh jumlah sel darah merah. Sehingga pada P. Vivax, P.
Ovale dan P. Malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis.[3]
Imunitas
Splenomegali, limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana plasmodium
dihancurkan oleh sel makrofag dan sel limposit. Penambahan sel-sel radang ini akan
menyebabkan limpa membesar [4]
Imunitas alamiah non-imunologis berupa kelainan-kelainan genetic polimofirmes
yang dikaitkan dengan resistensi terhadap malaria. Misalnya hemoglobin S, def. G6PD
Imunitas didapat non-spesifik
- Imunitas pada stadium eksoeritrositer:
Eksoeritrositer ekstrahepatal: a). Antibodi yang menghambat masuknya
sporozoit ke hepatosit. b). Antibodi yang membunuh sporozoit melalui opsonisasi.
Eksoeritrositer intrahepatik: limfosit T sitotoksik CD8+, antigen/antibody
pada stadium hepatik.
- Imunitas pada stadium aseksual eritrositer berupa: antibody yang
mengaglutinasi merozoit, antibody yang menghambat sitoadherensi, antibody yang
menghambat pelepasan dan menetralkan toksin-toksin parasite.
- Imunitas pada stadium seksual berupa: antibody yang membunuh gametosit,
antibody yang menghambat fertilisasi, antibody yang menghambat transformasi zigot
menjadi ookinase.
Malaria berat
Plasmodium falciparum mempunyai patogenesis yang khusus. Eritrosit yang
terinfeksi P. Falciparum akan mengalami proses sekuestrasi yaitu tersebarnya
eritrosit yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler alat dalam tubuh. Selain itu
pada permukaan eritrosityang terinfeksi akan membentuk knob yang berisi berbagai
antigen P. Falciparum. Pada saat proses sitoadherasi, knob tersebut akan berikatan dengan
reseptor sel endotel kapiler. Akibat dari proses ini terjadilah obstruksi (penyumbatan)
dalam pembuluh kapiler yang menyebabkan iskemia jaringan. terjadinya sumbatan ini
juga didukung oleh terbentuknya “rosette” yaitu bergelombolnya sel darah merah yang
berparasit dengan sel darah merah lainnya.[3]
Pada proses sitoaderensi ini diduga terjadi proses imunologik, yaitu terbentuknya mediator-
mediator antara lain sitokin (NTF, interleukin) dimana mediator tersebut mempunya peranan
dalam gangguan fungsi pada jaringan tertentu.[3]
Diagnosis
Pemeriksaan tetes darah: tetesan darah tebal dan tetesan darah
tipis. Tes Antigen: P-F test
Tes Serologi
Pemeriksaan PCR
Diagnosis Banding
Infeksi virus pada system respiratorius
Influenza Bruselosis Demam
tifoid DD
Infeksi bacterial lainnya
Penatalaksanan
Secara global WHO telah menetapkan dipakainya pengobatan malaria dengan
memakai obat ACT.
Kombinasi dosis tetap:
- Co-Arterm, kombinasi artemeter (20 mg)+lumefantrine (120mg). Dosis 4 tab 2 x 1
sehari selama 3 hari.
- Artekin, dihidroartemisinin (40mg)+piperakuin (320mg). Dosis dewasa: dosis awal 2
tab, 8 jam kemudian 2 tab, 24 jam dan 32 jam, masing-masing 2 tab. Kombinasi dosis tidak
tetap:
- Artesunat+meflokuin
- Artesunat+amodiakin
- Artesunat+klorokuin
- Artesunat+sulfadoksin-pirimetamin
- Artesunat+pironaridin
--- Artesunat+chlorproguanil-dapson
- Dihidroartemisinin+piperakuin+trimethoprim
- Artecom+primakuin
- Dihidroartemisinin+naptokuin
Yang tersedia di Indonesia adalah kombinasi artesunat+amodiakuin, “Artesumoon”.
Dosis dewasa yaitu artesunat (50mg/tab) 200 mg pada hari I-III (4 tab).
Untuk amodiakuin (200mg/tab) yaitu 3 tab hari I dan II dan 1,5 tab hari III.
Sediaan dalam blister dengan aturan pakai tiap blister/hari diminum selama 3 hari.
2.3 Manifestasi Klinik
Trias Malaria
Masa inkubasi malaria berkisar antara 9- 30 hari. Gejala kliniknya dikenal
sebagai trias malaria yang terdiri dari demam, anemia dan splenomegali. Demam khas
pada malaria adalah menggigil selama 15-60 menit karena pecahnya skizon eritrosit, lalu
demam selama 2-6 jam kemudian berkeringat selama 2-4 jam. Keringat yang dihasilkan
dapat sangat banyak hingga membasahi tempat tidur. Setelah berkeringat biasanya
penderita justru akan merasa lebih enakan tapi lemas. Gejala ini terus berulang
dengan periode tertentu sesuai dengan jenis plasmodiumnya. Di daerah endemis, gejala
khas ini seringkali tidak ditemukan karena sebagian besar sudah memiliki imunitas di
dalam tubuhnya. Gejala klinik mungkin didahului dengan sakit kepala, lemah, nyeri otot
dan nyeri tulang.[1]
. Penyakit malaria ini khas ditandai dengan nyeri kepala yang hebat
dengan suhu badan yang sangat tinggi 390 C – 420 C, untuk gejala menggigil lebih
tampak pada malaria tertiana (plasmodium vivax). Hal ini menyebabkan penderita bisa
mengalami tingkat kesadaran delirium, dimana pasien kadang akan mengalami kesulitan
dalam orientasi, dan terkadang halusinasi. Plasmodium falcifarum ini bisa menyerang
saraf – saraf otak dan menyebabkan komplikasi yang dinamakan “Malaria Cerebral”,
dimana pasien akan mengalami perubahan tingkah laku hingga hilang kewarasannya, gila
red. Bila hal ini terjadi pastikan lingkungan perawatan aman dan pakaikan “restriction
stripe” bila memang pasien tidak bisa terkontrol tingkah lakunya.[2]
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Malaria falciparum / malaria tropika adalah penyakit yang disebabkan oleh
plasmodium falciparum. Penyakit ini paling sering ditemukan di daerah tropis. Gigitan
nyamuk yang mengadung P. Falciparum akan merusak eritrosit. Gejala dari malaria
tropika adalah demam yang disertai demam yang mengigil. Gejala yang paling
mematikan ketika P. Falciraum sampai pada otak dan menyebabkan malaria cerebral.
3.2 Saran
Pasien dengan Malaria falciparum akan sangat rentan kekurangan cairan karena mual dan
muntah yang sering, Rasa mual ini timbul karena demam dan juga nyeri ulu hati. Perawatan
yang harus diberikan adalah edukasi untuk sebanyak mungkin mengkonsumsi air minum.
Indikator kurangnya asupan cairan bisa dilihat dari warna air kencing yang bisa menjadi sangat
keruh hingga merah yang dikenal dengan istilah Black Water Fever. Bila ini terjadi sudah bisa
dipastikan bahwa fungsi ginjal mengalami kerusakan dan harus diperiksakan fungsinya
sekaligus juga fungsi hati. Memasang jalur intravena untuk cairan adalah cara yang tepat
dan suatu keharusan untuk malaria dengan hiperparasitemia.
Daftar Pustaka
1. Felix. 2006. Penyakit Rawa-Rawa Yang Mendunia Majalah Farmacia. Fifth
Edition. Jakarta.
2. Wijanarko A, Wibowo B, Wartomo A, et all. 2008. Pedoman Penatalaksaan
Kasus Malaria di Indonesia.
3. Adegbaju, A. 2008. Malaria. Available at
h tt p : / / www . i nd o ne s i a i ndo n e si a .co m / k e s eha t an / m a l a r i a . A ccessed on 1 Februari
2012.
4. Bupa medical team. 2010. Malaria, the disease. Available at
www .bupa.co.u k /i n d i v i du a l s / h e a l t h - i n f o r m a ti o n / d i r ec t o r y / m / m a l a r i a / m a l a ri a -
d i s e a se . Accessed on 1 Februari 2012.
5. Larry Moran. 2007. Plasmodium falciparumcauses malaria. Available
at www .h tt p : / / s a nd w a l k .b l o gs po t .co m / 200 7 / 0 7 / p l a s m od i u m - f a l c i pa r u m - caus es -
m a l a ri a. h t m l . Accessed on 1 Februari 2012
Plasmodium (klasifikasi)
A. PLASMODIUM
Morfologi
1. P.vivax
Sel darah merah berparasit : membesar, pucat dengan perbintikan halus berwarna
merah yang bentuk dan besarnya sama (titik Schuffner).
Terutama menyerat retikulosit
Derajat parasitemia maksimum pada umumnya : hingga 30.000/µL
Trofozoit stadium cincin : cincin besar (1/3-1/2 diameter eritrosit). Biasanya
mengandung satu granula kromatin, cincin halus
Pigmen dalam trofozoit yang sedang berkembang : kuning tengguli
Trofozoit tua : sitoplasma tampak berbentuk ameboid
Skizon tua (segmenter) : lebih dari 12 merozoit (14-24)
Gametosit : bulat atau oval, masih tampak titik Schuffner.
Makrogametosit (betina) mempunyai sitoplasma biru dengan inti kecil padat dan
berwarna merah. Mikrogametosit (jantan) biasanya bulat, sitoplasma berwarna pucat, biru
kelabu dengan inti yang besar, pucat, dan difus.
2. P.falciparum
Sel darah merah berparasit : terdapat titik-titik kasar yang tampak jels (titik Maurer)
Derajat parasitemia maksimum pada umumnya : dapat melebihi 200.000/µL
umumnya 50.000/µL
Trofozoit stadium cincin : cincin halus dan kecil (1/5 diameter eritrosit). Sering
mengandung dua granula
Pigmen dalam trofozoit yang sedang berkembang : kasar, hitam, dan beberapa
berkumpul
Trofozoit tua : padat dan bulat
Skizon tua (segmenter) : rata-rata 16 merozoit (8-24)
Gametosit : gametosit muda mempunyai bentuk agak lonjong,
kemudian menjadi lebih panjang atau berbentuk elips
akhirnya mencapai bentuk khas seperti sabit atau pisang
sebagai gametosit matang. Makrogametosit biasanya lebih
langsing dan lebih panjang dan sitoplasmanya lebih biru
dengan pulasan Romanowsky/Giemsa. Intinya lebih kecil
dan padat, berwarna merah tua dan butir-butir pigmen
tersebar disekitar inti. Mikrogametosit berbentuk lebih
lebar dan seperti sosis. Sitoplasmanya biru pucat atau agak
kemerah-merahan dan intinya berwarna merah muda,
besar, dan tidak padat serta butir-butir pigmen tersebar di
sitoplasma sekitar inti.
3. P.malariae
Sel darah merah berparasit : tidak membesar dan tampak titik-titik yang disebut titik
Ziemann
Derajat parasitemia maksimum pada umumnya : kurang dari 10.000/µL
Trofozoit stadium cincin : cincin tebal dan besar (1/3 diameter eritrosit) biasanya
mengandung satu granula kromatin
Pigmen dalam trofozoit yang sedang berkembang : besar, kasar, dan berwarna
gelap
Trofozoit tua : terkadang berbentuk pita
Skizon tua : 8 merozoit yang mempunyai susunan teratur seperti
bunga daisy atau disebut juga rosette
Gametosit : makrogametosit mempunyai sitoplasma yang berwarna
biru tua berinti kecil dan padat. Mikrogametosit
sitoplasmanya berwarna biru pucat, berinti difus dan lebih
besar
4. P.ovale
Sel darah merah berparasit : agak membesar dan sebagian besar berbentuk lonjong
(oval) daninggir eritrosit bergerigi pada salah satu
ujungnya dengan titik Schuffner yang banyak
Derajat parasitemia maksimum pada umumnya : kurang dari 10.000/µL
Trofozoit stadium cincin : cincin tebal dan besar (1/3 diameter eritrosit) biasanya
mengandung satu granula kromatin
Pigmen dalam trofozoit yang sedang berkembang : coklat atau tengguli tua, kasar
dan tersebar
Trofozoit tua : padat dan bulat
Skizon tua : 8-10 merozoit yang letaknya teratur di tepi
Gametosit : makrogametosit berbentuk bulat, inti kecil, kompak, dan sitoplasmanya
betwarna biru. Mikrogametosit mempunyai inti difus, sitoplasma berwarna pucat kemerah-
merahan, berbentuk bulat.
Daur hidup
Daur Hidup Plasmodium
Daur hidup keempat spesies Plasmodium pada manusia umumnya sama.
Proses tersebut terdiri atas fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebrata
dan fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles.
Fase aseksual mempunyai dua daur, yaitu daur eritrosit dalam darah (skizogoni
eritrosit) dan daur dalam sel parenkim hati (skizogoni eksoeritrosit).
a. Siklus Aseksual Dalam Tubuh Manusia
1) Siklus di luar sel darah merah
Siklus di luar sel darah merah (skizogoni eksoeritrosit) berlangsung dalam
hati. Stadium ini dimulai saat nyamuk Anopheles betina menggigit manusia dan
memasukan sporozoit yang terdapat pada air liurnya ke dalam darah manusia.
Beberapa menit kemudian (0,5-1 jam) sporozoit tiba di hati dan menginfeksi hati.
Di hati sporozoit mengalami reproduksi aseksual (skizogoni) atau proses
pemisahan dan menghasilkan parasit anak (merozoit) yang kemudian akan di
keluarkan dari sel hati. Pada plasmodium vivax dan plasmodium ovale
ditemukan dalam bentuk laten dalam hati yang disebut hipnozoit, yang
merupakan suatu fase hidup parasit malaria yang nantinya dapat menyebabkan
kumat/kambuh/rekurensi (long term relapse). P.vivax dapat kambuh berkali-kali
sampai jangka waktu 3-4 tahun sedangkan P.ovale sampai bertahun-tahun jika
tidak di obati dengan baik. Pada P.falciparum dan P.malariae hanya terdapat satu
generasi aseksual dalam hati sebelum daur dalam darah dimulai.
2) Siklus dalam sel darah merah
Siklus dalam darah dimulai dengan keluarnya merozoit dari skizon matang di
hati ke sirkulasi. Siklus dalam sel darah merah (skizogoni eritrosit) ini terbagi
menjadi siklus sisogoni yang menimbulkan demam dan siklus gametogoni yang
menyebabkan seseorang menjadi sumber penularan bagi nyamuk (Depkes RI,1999).
Stadium termuda dalam darah berbentuk bulat kecil dan beberapa diantaranya
mengandung vakuol sehingga sitoplasma terdorong ke tepi dan inti berada di
kutubnya. Oleh karena sitoplasma mempunyai bentuk lingkaran, maka parasit muda
disebut bentuk cincin. Selama pertumbuhan bentuknya berubah menjadi tidak
teratur. Stadium muda ini disebut trofozoit. Setelah masa pertumbuhan, parasit
berkembangbiak secara aseksual. Inti parasit membelah diri menjadi sejumlah inti
yang lebih kecil. Kemudia dilanjutkan dengan pembelahan sitoplasma untuk
membentuk skizon. Skizon matang mengandung bentuk-bentuk bulat kecil terdiri
atas inti dan sitoplasma yang disebut merozoit. Kemudian eritrosit pecah dan
merozot dilepaskan dalam aliran darah (sporulasi). Lalu merozoit memasuki eritrosit
baru dan generasi lain dibentuk dengan cara yang sama. Daur ini berlangsung
berulang-ulang selama infeksi dan menimbulkan parasitemia.
Setelah 2 atau 3 generasi (3-15 hari) merozoit dibentuk, merozot tumbuh
menjadi stadium seksual. Proses ini disebut gametogoni atau gametositogenesis.
Stadium seksual tumbuh tetapi intinya tidak membelah.
3) Siklus Seksual Dalam Tubuh Nyamuk
Gametosit matang dalam darah penderita yang terhisap oleh nyamuk akan
mengalami pematangan menjadi gamet (gametogenesis) sedangkan parasit malaria
yang berbentuk trofozoit, skizon, merozoit dicerna dalam lambung nyamuk bersama
eritrosit. Mikrogametosit membelah menjadi 4-8 mikrogamet (gamet jantan) dan
makrogametosit mengalami kematangan menjadi makrogamet (gamet betina).
Kemudian pembuahan terjadi antara mikrogamet dan makrogamet yang disebut
zigot. Pada mulanya berbentuk bulat kemudian berubah menjadi memanjang (8-24
mikron) dan dapat bergerak dan disebut ookinet. Ookinet menembus dinding
lambung dan menjadi bentuk bulat disebut ookista. Ookista makin lama makin besar
dan di dalamnya intinya membelah-belah dan masing-masing inti diliputi
protoplasma dan mempunyai bentuk memanjang (10-15 mikron) di sebut sporozoit.
Ookista akan pecah dan ribuan sporozoit akan dibebaskan dalam rongga nyamuk
yang kemudian akan mencapai kelenjar liur. Nyamuk Anopheles betina menjadi siap
menularkan penyakit malaria.