79
8.Mengapa Plato,Socrat es dianggap pioneer filsafat Yunani?  Plato diperkirakan lahir sekitar tahun 427 SM. Ia adalah filosof yang menjembatani dunia menusia dengan dunia yang abstrak. Pemikiran Plato melampaui semua jenis ilmu pengetahuan, baik matematika hingga ilmu astronomi. Bahkan muncul pernyataan bahwa filsafat yang ada sekarang ini hanyalah catatan-catatan kaki terhadap pemikiran Plato. Plato adalah seorang yang jenius dalam banyak hal. Ia adalah murid dari Socrates. Oleh karena itu cara berpikir dan caranya memandang dunia kurang lebih mirip Socrates. Karya- karyanya yang kebanyakan berupa dialog ditulisnya dalam prosa Yunani yang sangat indah, dan merupakan karya seni di bidang filsafat. Plato dianggap sebagai profesor pertama di dunia. Tokoh filosof Yunani ini mendirikan sebuah sekolah tingkat tinggi bernama Akademi Platonik. Sekolah ini adalah yang pertama dalam sejarah dunia Barat. Ia banyak menulis buku, di antaranya yang paling terkenal adalah "Republik ". Tulisan-tulisan Plato memiliki karakteristiknya sendiri. Hampir semua tulisan Plato yang ditulis saat ia muda banyak berkiblat pada tulisan-tulisan gurunya, Socrates. Keunikan tulisan Plato terletak pada tulisannya yang bukan berbentuk narasi melainkan dialog. Ia merasa bahwa itulah bentuk tulisan yang cocok untuk menumpahkan pemikirannya. Terkadang Plato menggunakan mite untuk menjabarkan pemikirannya yang abstrak. Oleh karena itu karya-karya Plato lebih mirip karya sastra yang ringan dibaca tetapi berisi, bukan karya ilmiah yang berat, padat, dan ringkas. Pandangan sang tokoh filosof terhadap dunia ini cukup unik. Salah satu yang diakui dunia adalah gagasannya mengenai idea. Ide, menurut Plato, bukan sekadar gagasan yang dihasilkan melalui proses pemikiran seseorang. Menurutnya, ide tidaklah dihasilkan dari proses berpikir, justru proses berpikirlah yang tergantung pada ide. Ide adalah sesuatu yang independen.  Socrates adalah tokoh filosof Yunani yang terlahir di Athena. Ia hidup pada era kejayaan kota itu, sekitar 470 SM. Socrates adalah seorang penanya ulung. Dia selalu bertanya dan terus bertanya untuk mencari kebenaran atas sesuatu yang menjadi kegelisahannya.  Socrates selalu menghasilkan pertanyaan baru atas jawaban yang diberikan oleh orang-orang yang ditanyainya. Dengan demikian, orang yang menjawab itu seakan dipaksa untuk menarik kembali jawabannya. Socrates adalah filosof yang melahirkan fajar pemikiran rasional di dunia Ciri khas pemikiran Socrates adalah bahwa adanya sebuah definisi absolut dalam satu permasalahan. Pengetahuan hakiki melalui penalaran dalam dialog-dialog merupakan

Filsafat Albert Satria

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    1/79

    8.Mengapa Plato,Socrates dianggap pioneer filsafat Yunani?

    Plato diperkirakan lahir sekitar tahun 427 SM. Ia adalah filosof yang menjembatani dunia

    menusia dengan dunia yang abstrak. Pemikiran Plato melampaui semua jenis ilmu

    pengetahuan, baik matematika hingga ilmu astronomi. Bahkan muncul pernyataan bahwa

    filsafat yang ada sekarang ini hanyalah catatan-catatan kaki terhadap pemikiran Plato.

    Plato adalah seorang yang jenius dalam banyak hal. Ia adalah murid dari Socrates. Oleh

    karena itu cara berpikir dan caranya memandang dunia kurang lebih mirip Socrates. Karya-

    karyanya yang kebanyakan berupa dialog ditulisnya dalam prosa Yunani yang sangat indah,

    dan merupakan karya seni di bidang filsafat.

    Plato dianggap sebagai profesor pertama di dunia. Tokoh filosof Yunani ini mendirikan sebuah

    sekolah tingkat tinggi bernama Akademi Platonik. Sekolah ini adalah yang pertama dalam

    sejarah dunia Barat. Ia banyak menulis buku, di antaranya yang paling terkenal adalah

    "Republik ". Tulisan-tulisan Plato memiliki karakteristiknya sendiri. Hampir semua tulisanPlato yang ditulis saat ia muda banyak berkiblat pada tulisan-tulisan gurunya, Socrates.

    Keunikan tulisan Plato terletak pada tulisannya yang bukan berbentuk narasi melainkan

    dialog. Ia merasa bahwa itulah bentuk tulisan yang cocok untuk menumpahkan pemikirannya.

    Terkadang Plato menggunakan mite untuk menjabarkan pemikirannya yang abstrak. Oleh

    karena itu karya-karya Plato lebih mirip karya sastra yang ringan dibaca tetapi berisi, bukan

    karya ilmiah yang berat, padat, dan ringkas.

    Pandangan sang tokoh filosof terhadap dunia ini cukup unik. Salah satu yang diakui dunia

    adalah gagasannya mengenai idea. Ide, menurut Plato, bukan sekadar gagasan yang

    dihasilkan melalui proses pemikiran seseorang. Menurutnya, ide tidaklah dihasilkan dari

    proses berpikir, justru proses berpikirlah yang tergantung pada ide. Ide adalah sesuatu yang

    independen.

    Socrates adalah tokoh filosof Yunani yang terlahir di Athena. Ia hidup pada era kejayaan kota

    itu, sekitar 470 SM. Socrates adalah seorang penanya ulung. Dia selalu bertanya dan terus

    bertanya untuk mencari kebenaran atas sesuatu yang menjadi kegelisahannya.

    Socrates selalu menghasilkan pertanyaan baru atas jawaban yang diberikan oleh orang-orang

    yang ditanyainya. Dengan demikian, orang yang menjawab itu seakan dipaksa untuk menarik

    kembali jawabannya. Socrates adalah filosof yang melahirkan fajar pemikiran rasional di

    dunia

    Ciri khas pemikiran Socrates adalah bahwa adanya sebuah definisi absolut dalam satu

    permasalahan. Pengetahuan hakiki melalui penalaran dalam dialog-dialog merupakan

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    2/79

    pembuka jalan dasar-dasar ilmu filsafat Yunani. Socrates adalah tokoh filosof pertama yang

    ajaran-ajarannya menempatkan manusia sebagai objek filsafat.

    Para pemikir sebelumnya tidak memerhatikan hal ini. Pemikiran dan gagasan seputar manusia

    merupakan ide inti pemikiran Socrates yang dijadikan dasar filsafat sampai sekarang. Sampai

    kini, Socrates disebut sebagai bapak etika atau filsafat moral dan filsafat secara general

    9.Apa yang dimaksud dengan Neoplatonisme,apa hubungan dengan Plato dan Plotinus?

    Neoplatonisme Plotinus

    Latar Belakang

    Permulaan Abad pertengahan terdapat beberapa tokoh utama seperti plotinus (204-270), augustinus (354-

    430), anselmus (1033-1109), thomas aquinas (1225-1274), dll. Barangkali plotinus lah yang menjadi pemula

    pada abad pertengahan ini dengan membawa paham neoplatonismenya. Dan pada makalah ini,

    pembahasan akan dikhususkan pada filsafat neoplatonisme sebagai bentuk lanjutan dari pembahasan

    sebelumnya (idealisme plato).

    Secara ringkas, plotinus adalah filsuf pertama yang mengajukan teori penciptaan alam semesta. Ia yang

    mengajukan teori emanasi yang terkenal itu. Teori tersebut merupakan jawaban terhadap pertanyaan

    thales kira-kira delapan abad sebelumnya: apa bahan alam semesta ini. Plotinus menjawab: bahannya

    adalah Tuhan. Teori plotinus tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam pembahasan makalah ini.

    A. Pengertian Neoplatonisme

    Kata neoplatonisme terdiri dari beberapa rangkaian kata yaitu, neo, plato dan isme. Kata neo memiliki arti

    baru, sedangkan Plato merujuk pada seorang filosof yang mencetuskan konsep realitas idea dalam teori

    filsafatnya, isme memiliki arti faham. Jadi apabila dirangkai memiliki pengertian ide-ide baru yang muncul

    dari ide-ide filsafat yang telah dimunculkan oleh Plato. Faham ini bertujuan menghidupkan kembali filsafat

    yang dikemukakan oleh Plato. Meskipun begitu tidak berarti bahwa pengikut-pengikutnya tidakterpengaruh dengan aliran yang dibawa oleh para filsuf selain Plato. Dapat disimpulkan juga bahwa aliran

    neoplatonisme merupakan sintesa dari semua aliran filsafat sampai saat itu, dimana Plato diberi tempat

    istimewa. Faham ini dicetuskan pertama kali oleh Plotinus dari Mesir. Faham neoplatonisme memiliki ciri-

    ciri umum, diantaranya :

    a. Aliran ini menggabungkan filsafat Platonis dengan tren-tren utama lain dari pemikiran kuno, kecuali

    epikuarisme. Bahkan sistem ini mencakup unsur-unsur relegius dan mistik.

    b. Menggunakan filsafat Plato dan menafsirkannya dengan cara khusus. Cara interpretasi itu cenderung

    mengaitkan Allah dengan prinsip kesatuan seperti yang tampak dalam proses emanasi.

    B. Biografi Plotinos ( 205270 )Plotinos dilahirkan pada tahun 204 M di Lykopolis di Mesir, yang pada waktu itu dikuasai oleh Roma. Pada

    tahun 232 M ia pergi ke Alexandria untuk belajar filsafat pada seorang guru yang bernama Animonius

    Saccas selama 11 tahun. Pada tahun 243M ia mengikuti Raja Gordianus III berperang melawan Persia. Pada

    usia 40 tahun ia pergi ke Roma. Di sana ia menjadi pemikir terkenal pada zaman itu. Ia meninggal di

    Minturnea pada 270 M di Minturnae, Campania, Italia. Ia bermula mempelajari filosofi dari ajaran Yunani,

    terutama dari buah tangan Plato. Plotinos mulai menulis karya-karyanya dalam usia 50 tahun. Pendapat-

    pendapat yang dikemukakan dalam karya-karyanya itu adalah didasarkan pada filsafat Plato, terutama

    http://aminfuadi99.blogspot.com/2011/04/neoplatonisme-plotinus.htmlhttp://aminfuadi99.blogspot.com/2011/04/neoplatonisme-plotinus.html
  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    3/79

    ajarannya tentang idea tertinggi, baik atau kebaikan. Oleh karena itu maka filsafat Plotinos disebut

    Platonisme.

    Muridnya yang bernama Porphyry mengumpulkan tulisannya yang berjumlah 54 karangan. Karangan itu

    dikelompokkan menjadi 6 set yang tiap set berisi 9 karangan. Masing-masing set itu disebut

    ennead,diantaranya:

    1. Ennead pertama berisi tentang masalah etika, kebajikan, kebahagiaan, bentuk-bentuk kebaikan,kejahatan, dan masalah penacabutan dari kehidupan.

    2. Ennead kedua berisi tentang fisik alam semesta, bintang-bintang, potensialitas dan aktualitas, sirkulasi

    gerakan, kualitas dan bentuk, dan kritik terhadap gnostisisme.

    3. Ennead ketiga berisi tentang implikasi filsafat tentang dunia, seperti masalah iman, kuasa Tuhan,

    kekekalan, waktu, dan tatanan alam.

    4. Ennead keempat berisi tentang sifat dan fungsi jiwa.

    5. Ennead kelima berisi tentang roh Ketuhanan (alam idea).

    6. Ennead keenam berisi tentang free will dan ada yang menjadi realitas.

    C. Ajaran Plotinos1. Teori Metafisika Plotinus

    Kesamaan antara Plato dan Plotinus terletak pada konsep realitas idea. Meskipun begitu terdapat pula

    perbedaan diantara keduanya. Pada Plato idea bersifat umum, sedangkan pada Plotinus idea bersifat

    partikular sama dengan dunia yang partikular. Sistem metafisika Plotinus ditandai oleh transendens.

    Menurut pendapatnya di dalam fikiran terdapat tiga realitas, The one, The Mind dan The Soul.

    The One (Yang Esa) adalah Tuhan dalam pandangan Philo. Yaitu realitas yang tidak mungkin difahami

    melalui metode sains, indera dan logika. Ia berada di luar eksisitensi, di luar segala nilai. Keberadaannya

    bersifat transenden dan hanya dapat dihayati. Ia dapat didekati dengan tanda-tanda dalam alam. Realitas

    kedua adalah nous (the mind). Ini adalah gambaran tentang yang Esa dan di dalamnya mengandung idea-

    idea Plato. Idea-idea itu merupakan bentuk asli objek-objek. Kandungan nous adalah benar-benar

    kesatuan. Untuk menghayatinya mesti malalui perenungan. Sedangkan the soul yang merupakan bagian

    ketiga dari filsafat Plotinus diartikan sebagai arsitek semua fenomena yang ada di alam ini. Soul

    mengandung satu jiwa dunia dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dalam dua aspek, ia adalah

    energi yang ada di belakang dunia dan pada waktu yang sama ia adalah bentuk-bentuk alam semesta.

    Dalam ajaran Plotinus, jiwa tidak bergantung pada materi, atau dengan kata lain jiwa aktif dan materi

    bersifat pasif. Oleh karena iru jiwa merupakan esensi tubuh material. Tubuh dengan segala

    keterbatasannya ini berisi prinsip-prinsip ketiadaan dan penuh kejahatan. Ia mempunyai jarak yang jauh

    dari yang Maha Esa. Meskipun Plotinus berpendapat demikian bukan lantas mengabaikan jasad seperti

    orang-orang gnostik. Tentang penciptaan, Plotinus berpendapat bahwa Yang Paling Awal merupakan

    Sebab yang Pertama. Disini mulailah Plotinus memulai teori emanasinya yang belum pernah diajukan oleh

    filosof lainnya. Tujuan dari teori ini untuk meniadakan anggapan keberadaan Tuhan sebanyakmakhlukNya.

    Alam ini diciptakan melalui proses emanasi yang berlangsung tidak dalam waktu. Sebab ruang dan waktu

    terletak pada tingkat terbawah dari emanasi, ruang dan waktu adalah pengertian dalam dunia yang lahir.

    Dalam emanasi The One (Yang Esa) tidak mengalami perubahan. Yang Esa adalah semuanya, tetapi tidak

    mengandung di dalamnya satu pun dari barang yang banyak (makhluk). Dasar makhluk tidak mungkin

    kalau makhluk itu sendiri, akan tetapi Yang Esalah yang menjadi dasar semua makhluk. Di dalam filsafat

    klasik Yang Esa itu dikatakan sebagai penggerak yang pertama (al-muharrik al-awwal), yang berakibat Yang

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    4/79

    Esa didiskripsikan berada di luar alam nyata. Dalam emanasi Plotinus alam ini terjadi dari Yang Melimpah,

    yang mengalir itu tetap menjadi bagian Yang Melimpah. Sehingga dapat disimpulkan dari teori Plotinus

    bahwa alam berada dalam Tuhan. Hubungannya sama dengan hubungan suatu benda dengan

    bayangannya. Makin jauh yang mengalir dari Yang Asal, maka makin tidak sempurna ia. Alam ini

    merupakan bayangan yang asal akan tetapi tidak sempurna seperti halnya Yang Asal.

    Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa corak filsafat Plotinus berkisar pada konsep YangSatu. Artinya, semua yang ada bersumber dan akan kembali kepada Yang Satu. Oleh karenanya dalam

    realitas seluruhnya terdapat dua gerakan, yaitu:

    a. Dari atas ke bawah.

    Teori yang pertama ini dapat digambarkan sebagaimana dalam emanasi. Pancaran dari Yang Satu

    memancar menjadi budi (nus). Akal Budi ini sama dengan ide-ide Plato yang dianggap Plotinus sebagai

    intelek yang memikirkan dirinya. Jadi akal budi sudah tidak satu lagi. Hal ini karena dalam akal budi

    terdapat dualisme (pemikiran dan yang difikirkan). Dari akal budi itu muncullah Jiwa Dunia (psykhe).

    Akhirnya dari jiwa dunia ini mengeluarkan materi (hyle) yang bersama dengan jiwa dunia merupakan jagat

    raya. Karena materi memiliki tingkatan paling rendah, maka ia berupa makhluk yang paling kurang

    sempurna dan sumber-sumber kejahatan.

    b. Dari bawah ke atas

    Terma kedua ini dapat pula dikatakan dengan kebersatuan dengan Yang Satu. Inilah yang menjadi tujuan

    dari filsafat yang dikonsep oleh Plotinus. Pada bagian kedua ini jiwa manusia harus memusatkan diri

    kepada diri sendiri terlebih dahulu, meninggalkan kesenangan obyek-obyek panca indera serta menaikkan

    alam pemikirannya kepada alam pemikiran ke-Tuhan-nan. Dengan demikian jiwa bisa mencapai alam jiwa-

    akal Mutlak (spirit-Nous). Fase terakhir dari perjalanan menuju ketuhanan hanya bisa dicapai dengan

    mistik atau semedi (estatic-mystical experience) yang oleh Plotinus disebut dengan istilah terbang dari

    pribadi ke Pribadi (the flight of the alone to Alone) artinya menuju kepada Tuhan. Demikian corak mistik

    dan agama pemikiran Plotinus. Pemikiran tersebut kemudian oleh St. Agustinus dan Dyonisius ke dalam

    ajaran agama Masehi, dan dengan demikian Plotinus dianggap sebagai bapak mistik barat.

    2. Ajaran tentang Jiwa

    Menurutnya jiwa adalah suatu kekuatan ilahiyah dan merupakan sumber kekekalan. Alam semesta berada

    dalam satu jiwa dunia. Jiwa tidak dapat dibagi secara kuantitatif karena jiwa adalah sesuatu yang satu.

    Satu disini dapat diartikan dalam setiap individu terdapat jiwa, sehingga jiwa berjumlah sangat banyak.

    Dari jiwa dengan jumlah yang sangat banyak tadi, antara jiwa yang satu dan lainnya memiliki kesatuan.

    Dalam filsafat Plotinus dikemukakan pula adanya reinkarnasi sebagaimana dalam teori filsafat Plato. Selain

    itu jiwa telah ada sebelum keberadaan jasmani, sehingga jiwa bersifat kekal. Reinkarnasi ditentukan oleh

    perilaku manusia pada saat hidupnya dan hanya jiwa yang kotor sajalah yang mengalami reinkarnasi. halini dikarenakan jiwa yang bersih dan tidak ada ikatan dengan dunia ia akan bersatu dengan Tuhan.

    Menurutnya jiwa yang tinggi adalah jiwa yang tidak mengingat apa-apa kecuali Yang Tinggi.

    3. Ajaran tentang Etika dan Estitika

    Dalam pembahasan etika, Plotinus mengawalinya dengan membahas kebebasan berkehendak yang

    dimiliki manusia. Pada dasarnya manusia memiliki kebebasan, akan tetapi kebebasan tidak dapat diartikan

    secara lahiriyah. Kebebasan yang dimaksud disini adalah manusia bebas memilih kepada kebaikan ataukah

    keburukan. Menurutnya jiwa manusia berada dalam jiwa ilahi (cenderung untuk baik) sehingga Plotinus

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    5/79

    menyimpulkan bahwa kebebasan yang dimiliki oleh jiwa manusia dikarenakan jiwa manusia sebagian dari

    jiwa Ilahi. Meskipun begitu manusiapun harus mempertanggungjawabkan perbuatannya karena ia telah

    diberi pikiran untuk memilih dan kebebasan untuk menentukan piihan. Kemampuan dalam memilih hal

    yang baik ini digerakkan oleh cinta yang disandarkan kepada Yang Esa.

    Menurut Plotinus esensi keindahan tidak terletak dalam bentuk yang kasat mata, akan tetapi esensinya

    terletak pada keintiman seorang hamba dengan Tuhannya Yang Maha Sempurna. Dari pernyataannya initimbul semacam sekala menaik tentang keindahan, mulai dari keindahan yang inderawi naik ke emosi

    kemudian ke susunan alam semesta yang bersifat immaterial. Jadi keindahan itu bertingkat mulai dari

    keindahan inderawi hingga keindahan Ilahiah. Menurutnya pula, hal itu dikatakan indah apabila mengikuti

    bentuk ideal. Penciptaan keindahan harus melalui komunikasi pikiran yang mengair dari Tuhan.

    Selain membicarakan keindahan Plotinus juga membicarakan tentang kejahatan. Pada intinya kejahatan

    tidak memiliki realitas metafisis, merupakan perbuatan aku yang rendah dan bukan realitas pada manusia.

    Sedangkan realitas manusia merupakan realitas aku yang murni yang terdiri dari logos dan nous. Logos

    menerima dari nous (akal) idea-idea yang kekal. Dengan perantara logos (pikiran), jiwa hanya dapat

    melakukan tugas yang mulia yang tujuannya bersatu dengan Tuhan. Kejahatan bukan realitas, akan tetapi

    kejahatan ada sebagai pelengkap dalam kesempurnaan alam.

    4. Ajaran tentang Ilmu

    Idea keilmuan tidak begitu maju pada Plotinus, karena ia menganggap sains berada di bawah metafisik dan

    metafisika lebih rendah daripada keimanan. Surga lebih berarti daripada bumi sebab surga itu merupakan

    tempat peristirahatan jiwa yang mulia. Dari pendapatnya ini Plotinus mengekang kebebasan akal dengan

    doktrin-doktrin agamanya ini. Tidak hanya Plotinus, pengikutnya Simplicius bahkan tidak memberi ruang

    gerak kepada filsafat rasional. Menurutnya orang yang mempelajari filsafat rasional sama halnya

    melakukan kesia-siaan belaka bahkan mereka harus dimusuhi. Dari doktrin inilah akhirnya kaisar Justianus

    melarang pengajaran filsafat (apapun) di Athena dan menghukum berat orang-orang yang

    mempelajarinya.

    Begitu pula Agustinus yang mengganti akal dengan iman sehingga potensi rasional yang diakui pada zaman

    Yunani digantikan dengan kuasa Tuhan. Menurutnya tidak perlu dipimpin oleh pendapat yang memiliki

    kebenaran relatif, karena agama memiliki kebenaran yang mutlak. Dari kesemua isi filsafat neo-Platonisme

    berujung bahwa kehidupan pertapa adalah kehidupan yang terbaik.

    D. Pengikut Plotinus

    Sesudah Plotinus, neoplatonisme hanya menghasilkan sedikit saja filosof yang berbobot, antara lain:

    1. Parphyry (233-301). Dia adalah salah satu murid Plotinus yang mengumpulkan karya Plotinus dan

    menyebarkannya dalam bentuk ennead. Ia mengatakan bahwa setiap orang bijak tentu menghormati

    Tuhan sekalipun dengan cara diam. Orang bijak selalu melatih diri untuk mengenal Tuhan, berdoa dan

    bertaubat serta melakukan kebaikan. Sedangkan orang yang bodoh akan menodai Tuhan sekalipun seringberdoa dan bertaubat.

    2. Lamblichus (w. 330). Ia berpendapat manusia tidak mungkin memahami Tuhan dan ajaranNya.

    3. Proclus, pendapatnya manusia tidak akan selamat tanpa iman.

    Setidaknya dari ketiga pendapat murid Plotinus dapat diketahui bahwa iman menang secara mutlak. Tidak

    ada lagi ruang bagi rasio untuk berfilsafat. Mereka memandang rendah keberadaan filsafat bahkan

    diakatakan bahwa filsafat tidak sesuai dengan penyelamatan. Tidak ada perkembangan penting dalam

    pemikiran ini, karena semuanya mengulang pemikiran Plotinus. Dengan lahirnya ajaran Plotinus ini, dapat

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    6/79

    dikatakan berakhirnya alam pikiran Yunani. Sebab corak pemikiran Yunani yang bercirikan intelektual dan

    rasional sudah tertutup oleh corak pikiran Plotinus yang bersifat mistik, irasional dan hanya dapat

    ditangkap oleh perasaan saja.

    Kesimpulan

    1. Neoplatonisme merupakan ide-ide baru yang muncul dari ide-ide filsafat yang telah dimunculkan olehPlato. Aliran neoplatonisme juga merupakan sintesa dari semua aliran filsafat sampai saat itu, dimana

    plato diberi tempat istimewa. Faham ini dicetuskan pertama kali oleh plotinus dari mesir

    2. Teori emanasi yang diajukan plotinus merupakan teori tentang penciptaan yang belum pernah

    diungkapkan oleh filsuf sebelumnya

    3. Paham neoplatonisme ini mencakup dua gerakan, yaitu gerak kebawah yang merupakan emanasi dari

    tuhan dan gerak ke atas yang merupakan penyatuan hamba dengan tuhannya

    10.Apa yang dimaksud dengan filsafat hellenisme ,parepatetik,patristic,skolastik dan filsafat perennial?

    Hellenisme

    Istilah Hellenisme adalah istilah modern yang diambil dari bahasa Yunani kuno Hellenizein,

    yang berarti berbicara atau berkelakuan seperti orang Yunani (Ahmad Tafsir, 1990:53).

    Menurut Poerwantana, dkk (1994:68) membagi fase ini menjadi fase Hellenisme dan fase

    Hellenisme Romawi. Fase Hellenisme adalah fase yang pemikiran filsafatnya hanya dimiliki

    oleh orang-orang Yunani, sejak abad ke 4 SM. Sedangkan fase Hellenisme Romawi ialah yang

    datang sesudah masa tersebut meliputi kerajaan Romawi.

    Istilah Hellenistik mulai digunakan abad ke 19 oleh sejarawan Jerman Droysen. Untuk

    memudahkan pengertian periode Hellenisme, Ahmad Tafsir (1990:53), memberikan definisi

    bahwa periode Hellenistik dapat dimulai sejak meninggalnya Aristoteles sampai mulai

    berkembangnya agama Kristen.

    Adapun ciri-ciri filsafat Hellenisme diantaranya adalah :

    1. Pemisahan antara filsafat dan sains terjadi pada zaman ini, belajar seperti pada abad ke 20 ini

    menjadi lebih terspesialisasi.

    2. Sifat spekulasi mulai dijauhi, perhatian lebih terkonsentrasi pada aplikasi.

    3. Jiwa filsafat Hellenisme ialah aklektik, usaha-usaha diarahkan untuk mengharmoniskan

    pendapat yang berlawanan.

    4. Etika dijadikan perhatian yang dominan.

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    7/79

    5. Pada zaman ini filsafat lebih lekat dengan agama dibandingkan dengan zaman Hellenis lama

    (Yunani).

    6. Lama periode ini kurang lebih 300 tahun. Jatuhnya filsafat langsung disambung oleh neo-

    pythagorean dan neo-platonisme (Ahmad Tafsir, 1990:53).

    Peripatetik sering disebut dengan logika formal yang menuntut kebenaran

    proposisi.[1]Artinya untuk mencapai suatu kebenaran diperlukan kesinambungan kausalitas

    terhadap setiap fenomena yang terjadi. Metode ini berawal dari filsafat yunani, khususnya

    filsafat Plato dan Aristoteles.[2]Mengenai konsep alam, perspektif peripatetik berupaya untuk

    memadukan kosmos ke dalam sebuah system rasional yang luas. Alam dipandang sebagai

    sebuah wilayah yang harus dianalisis dan dipahami. Pengetahuannya dicapai melalui metode

    rasiosinasi itu sendiri yang instrument utamanya adalah logika. Oleh karena itu, madzhab ini

    di dalam islam diidentikkan dengan rasionalisme, meskipun rasionalisme dalam Islam tidak

    pernah terlepas dari wahyu. Observasi dan eksperimen, yang berada di jantung empirisme

    modern bukanlah aspek khas madzhab ini.[3]

    AliranParipatetik__1. A. PENDAHULUAN

    Aliran Peripatetic merupakan aliran yang pertama muncul di dunia filsafat. Hal ini sangat

    menarik untuk di kaji mengingat dalam Aliran-aliran ini terdapat berbagai masalah yang

    perlu di kritisi. Awal mula dikenalnya istilah filsafat peripatetik, adalah setelah

    meninggalnya salah satu tokoh besar filsafat yunani kuno, yaitu Aristoteles atau dengan

    kata lain orang-orang biasa menyebutnya dengan pasca Aristoteles. Yang dimana setelah

    meninggalnya Aristoteles yang meneruskan ajaran-ajarannya adalah para muridnya,

    kemudian dinamakan kelompok peripatetik. Istilah peirpatetik ini merujuk pada

    kebiasaan Aristoteles dalam mengajarkan filsafatnya kepada murid-muridnya. Dalam

    bahasa arab peripatetik disebut dengan istilah masyaiatau masyaiyin, yang berarti ia

    yang berjalan memutar atau berkeliling. Adapun yang mengatakan bahwa istilah

    peripatetik dalam nuansa sejarahnya lebih menunjukan kepada pengertian tempat

    Aristoteles mengajar, bukan kepada kebiasaan Aristoteles mengajar sambil berjalan-jalan

    Aliran Peripatetic ini tidak hanya dikalangan barat saja, melainkan di dunia Islam

    memiliki tokoh-tokoh yang sangat luar biasa yang cukup berpengaruh di dunia, seperti Al-Kindi, Al-Farobi, Ibnu Sina dan para-pemikir-pemikir yang lain yang termasuk dalam

    Aliran filsafat peripatetic.

    Ada berbagai masalah yang di kritisi Oleh Al-Ghazali mengenai pemikiran Peripatetik

    yang memahami tentang Keabadian alam, Tentang tuhan tidak mengetahui hal-hal yang

    juzI atau yang particular, dan juga pemahamantentang kebangkitan kembali jasad

    http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn1http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn1http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn2http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn2http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn3http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn3http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn3http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn3http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn2http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn1
  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    8/79

    manusia di alam yang baru atau di Alam akhirat. Al-Gozali memiliki banyak argument

    untuk menanggapi permasalahan ini.

    Namun Dalam makalah ini mungkin tidak banyak yang di bahas, namun pemakalah

    berusaha untuk memunculkan ide-ide baru bagi siapa yang membacanya sehingga timbul

    gagasan-gagasan baru yang lebih baik. dan bisa termotifasi untuk mencari kembali yang

    bisa menambah pengetahuan tentang peripatetic.

    BAB II

    1. A. Sejarah Lahirnya Madzhab Peripatetik

    Pada masa awal peripatetik, khususnya ketika baru ditinggal oleh Aristoteles, pandangan

    filsafat Yunani yang bercirikan Aristotelian tidak banyak mengalami benturan-benturan

    yang berarti. Akan tetapi, ketika semangat peripatetik atau semangat mempertahankan

    corak berfikir Aristoteles masuk kedunia islam pada abad pertengahan, dan bertemu

    dengan ortodoksi, batang tubuh ajaran islam, maka munculah gesekan-gesekan untuk

    menjelaskan ajaran agama dengan logika.

    1. 1. Awal Lahirnya Madzhab Peripatetik

    Awal mula dikenalnya istilah filsafat peripatetik, adalah setelah meninggalnya salah satu

    tokoh besar filsafat yunani kuno, yaitu Aristoteles atau dengan kata lain orang-orang biasa

    menyebutnya dengan pasca Aristoteles. Yang dimana setelah meninggalnya Aristoteles

    yang meneruskan ajaran-ajarannya adalah para muridnya, kemudian dinamakan

    kelompok peripatetik. Istilah peirpatetik ini merujuk pada kebiasaan Aristoteles dalammengajarkan filsafatnya kepada murid-muridnya. Dalam bahasa arab peripatetik disebut

    dengan istilah masyaiatau masyaiyin, yang berarti ia yang berjalan memutar atau

    berkeliling. Adapun yang mengatakan bahwa istilah peripatetik dalam nuansa sejarahnya

    lebih menunjukan kepada pengertian tempat Aristoteles mengajar, bukan kepada

    kebiasaan Aristoteles mengajar sambil berjalan-jalan.

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    9/79

    Dr. Ahmad Fuad al-Ahnawi menjelaskan tentang interpretasi yang sebenarnya atas

    peripatetikisme dan corak yang membedakannya dengan Aristotelisme. Ia mengatakan

    bahwa: antara aliran Aristotelisme dan Masyaiyyah (peripatetikisme) terdapat perbedaan,

    walaupun kedua-duanya merupakan filsafat Aristoteles. Aliran Aristotelisme mempunyai

    corak khusus (rujukannya) tidak sampai keperguruannya, dan tidak sampai pula

    ketangan para murid dan penafsirnya. Sedangkan Masyaiyyah merupakan suatu aliran

    dari perguruan yang didirika oleh Aristoteles. Dimana tulisan-tulisannya menjadi pelita

    yang menerangi jalan perguruannya yang berlangsung sejak abad keempat sebelum

    masehi hingga zaman Ibn Rusyd yakni abad ketiga belas Masehi.

    Perkembangan peripatetik, secara sederhana dapat dikatakan relatif sejajar dengan

    perkembangan akademia. Artinya, bahawa pada awalnya peripatetik hanya meneruskan

    dari prinsif-prinsif filsafat Aristoteles, sebagaimana akedemia meneruskan karya-karyawarisan Plato dengan terutama mementingkan ajaran tentangidea-idea dan matematika.

    Demikian juga para murid Aristoteles meneruskan usaha-usaha gurunya, khususnya

    melakukan penyelidikan ilmiah yang sangat empiristik dan logis. Akan tetapi berbeda

    dengan Plato didalam mempengaruhi masa kuno yang akan mendatang. Karena Plato

    tetap dikenal masa kuno Yunani dan Romawi dekemudian hari. Sedangkan pengaruh

    filsafat Aristoteles sempat mengalami masa jeda, baru pada abad pertengahan, pengaruh

    Aristoteles atas pemikiran filsafat islam dan pada giliran selanjutnya atas modern barat

    mulai menampakkan pengaruh yang besar, bahkan melebihi pengaruh Plato sendiri.

    Sebagaimana Al-Ahnawi mengatakan bahwa Filsafat Islam lebih banyak diwarnai

    aliran mayaiyyah.

    Jadi madzhab peripatetik ini adalah aliran yang memiliki hubungan Benang Merah

    dengan Aristoteles. Karena kelahiran ini dilatarbelakangi oleh semangat meneruskan dan

    menghidupkan filsafat Aristoteles. Sebagaimana dengan Akademia Plato yang melahirkan

    Neo-Platonisme pada akhir abad keempat Masehi

    Sekalipun filsafat peripatetik mengalami masa jeda yang lumayan sangat lama, danpengaruhnya yang dominan baru terjadi pada abad pertengahan, namun sebelum

    menyebutkan tokoh-tokoh besar peripatetik didunia islam, pada abad pertengahan

    masehi, karena baik peripatetik awal maupun peripatetik islam, keduanya, sebagaimana

    Aristoteles memiliki corak yang relatif sama, yaitu, sama-sama menonjol dalam bidang

    filsafat alam. Adapun diantara tokoh-tokoh awal itu adalah, Theophrastos, Dikaiarkhos,

    dan Strato.

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    10/79

    Adapun beberapa beberapa filosof yang dikategorikan kapada aliran peripatetik lainnya,

    diantaranya adalah al-Kindi (w. 866), al-Farabi (w. 950), Ibn Sina (w. 1030), Ibn Rusyd (w.

    1196), dan Nashir al-Din Thusi (w. 1274).[1]Adapun ciri khas dari aliran peripatetik ini

    dipandang dari sudut metodologis dan epistemologisnya dikenal dengan beberapa hal: 1)

    modus ekspresi atau penjelasan dari para filosof peripatetik bersifat sangat diskursif

    (bahtsi), yaitu menggunakan logika formal yang didasarkan pada penalaran akal. 2)

    karena sifatnya yang diskursif, maka filsafat yang merka kembangkan bersifat tak

    langsung. Dikatakan tak langsung karena untuk menangkap objeknya mereka

    menggunakan symbol, baik berupa kat-kata atau konsep maupun representasi. 3)

    penekanan yang sangat kuat dari rasio-rasio sehingga kurang memprioritaskan

    pengenalan intuitif, yang sangat dikenal dalam aliran lain, seperti Isyraqi (Iluminasionis)

    mauopun Irfani (gnostik). Adapun cirri khas lain dari aliran peripatetik yang berkaitan

    dengan aspek ontologis. Misalnya, dalam ajaran mereka yang biasa disebut hylomorfisme,yaitu ajaran yang mengatakan bahwa apapun yang ada di dunia ini terdiri atas dua unsur

    utamanya, yaitu materi dan bentuk.

    Kelompok peripatetik ini merupakan aliran filsafat yang menekankan kepada

    pembahasan tentang alam, atau bisa juga disebut dengan filsafat alam. Menurut kesaksian

    masa kuno, Aristoteles mengarang banyak karya, yang banyak memuat dokumentasi

    ilmiah dan empiris. Dan sebagian karya-karyanya itu adalah disusun oleh Aristoteles

    sendiri, dan sebagian yang lainnya lagi oleh para murid-muridnya dibawah naungan

    peripatetik.

    1. Tokoh- tokoh Peripatetik Awal

    Sekalipun filsafat peripatetik ini mengalami jeda dan pengaruhnya yang dominan baru

    terjadi pada abad pertengahan, namun kita wajib mengetahui beberapa tokoh angkatan

    pertama dari madzhab peripatetik sebelum disebut tokoh-tokoh besar peripatetik di dunia

    islam pada abad pertengahan Masehi, karena baik peripatetik awal maupun peripatetik

    islam. keduanya, sebagaimana Aristoteles, memiliki corak yang relatif sama, yaitu sama-

    sama menonjol dalam bidang filsafat alam. Adapun tokoh-tokoh awal filsuf peripatetik

    yaitu sebagai berikut (ada dua kelompok, yang terkenal dan yang kuraang terkenal).

    1. Theophrastos

    Ia berasal dari Eresos (tepatnya di pulau lesbos), yang menggantikan Aristoteles sebagai

    kepala madzhab peripatetik pada tahun 323-2 sebelum masehi. Menurut perkiraan ahli

    sejarah filsafat, ia meninggal pada tahun 288-7 sebelum masehi, atau 287-6 sebelum

    masehi. Dibawah kepemimpinannya madzhab peripatetik berkembang relatif pesat.

    http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn1http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn1http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn1http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn1
  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    11/79

    Theophrastos telah mengerjakan segala bidang keahlian yang dikuasi oleh gurunya,

    Aristoteles. Akan tetapi kebanyakan karangan yang ditulisnya saat ini sulit untuk dapat

    dijumpai lagi. Sedikit yang masih tersimpan adalah dua karya besarnya tentang ilmu

    tumbuh-tumbuhan di samping beberapa karangan kecil lainnya.

    Memang tidak banyak yang bisa diketahui tentang perjalanan filsafatnya, hanya ada

    catatan yang perlu disampaikan disini, ialah bahwa Theophrastos termasuk salah satu

    tokoh yang boleh dianggap sebagai historigrafer filsafat yang pertama, karena ia sempat

    menulis satu karya yang berisi kumpulan beberapa pendapat filsuf, khususnya dalam

    bidang filsafat alam. Namun, seperti biasanya, karya besar ini tidak dapat ditemukan lagi

    secara utuh, kecuali hanya di temukan beberapa fragmen saja dari karangannya yang

    masih ada.

    1. Dikaiarkhos

    Ia lahir dan dibesarkan di Messene. Tidak banyak yang dapat diketahui tentangnya.

    Termasuk apakah ia satu murid langsung dari Aristoteles, ataukah hidup sezaman dengan

    Aristoteles.

    Mengingat tahun lahirnya dan meninggalnya tidak di ketahui secara pasti. Sejarah

    filsafatnya bisa kita ketahui, karena ia meninggalkan sebuah karangan besar yang banyak

    dikutip oleh beberapa filsuf selanjutnya. Dan dari para pengutipnya itulah, ia

    dikelompokkan ke dalam madzhab peripatetik sesudah Theophrastos. Karangan besar

    dari Dikaiarkhos ini merupakan salah satu karya tentang perkembangan kebudayaan

    Yunani, sejak masa mitologi yunani kuno, sampai pada masa aristoteles.

    1. Strato

    Strato merupakan seorang tokoh filsuf peripatetik yang berasal dari Lampsakos. Ia

    mengepalai madzhab peripatetik setelah meninggalnya Theophrastos. Dalam karya-

    karyanya, Strato banyak memusatkan perhatiannya pada fisika, dimana ia sangat

    dipengaruhi oleh ajaran demokritos, seorang tokoh utama atomisme dari zaman yunanikuno. Sekalipun ia menolak teologi dalam alam, dan tetap mencoba menerangkan kejadian

    alam secara mekanistis, sebagaimana halnya demokritos, akan tetapi ia berbeda pendapat

    dengan demokritos dan tidak menerima ajaran atomismenya, karena Strato berkeyakinan

    bahwa materi dalam alam dapat dibagi-bagi secara terus-menerus.

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    12/79

    1. Tokoh- tokoh Lain

    Dari masa kuno, kita telah banyak mewarisi karya-karya Aristoteles atau diinstinbatkan

    kepada Aristoteles. Daftar karya-karya Aristoteles yang tertua disusun oleh Diogenes

    Laertions. Dari daftar yang disusun oleh diagones itulah, terlihat bahwa Aristoteles dan

    para kelompok peripatetik, merupakan aliran filsafat yang menekankan kepada

    pembahasan tentang alam inderawi, atau bisa pula disebut dengan para filsuf alam.

    Menurut kesaksian kuno, Aristoteles mengarang banyak karya, yang banyak memuat

    dokumentasi ilmiah dan empiris. Kiranya dapat diandaikan bahwa sebagian karya-karya

    itu memang disusun oleh Aristoteles sendiri, dan sebagian lagi oleh murid-muridnya

    aristoteles dibawah naungan madzhab peripatetik. Namun, kebanyakan dari karya-karya

    besar itu, adalah berasal dari periode Aristoteles sewaktu ia mengajar dalam Lykeion

    hampir semua karya-karya itu sekarang hampir tidak ada lagi.

    Yang perlu dicatat dari penuturan para historiografer tersebut adalah bahwa materi

    bahasan filsafat peripatetik pada masa-masa awal, tidak banyak mengalami perubahan

    yang berarti, yaitu lebih menekankan pada materi pembahasan di dalam wilayah filsafat

    alam sebagaimana yang lazim dilakukan oleh penadahulu mereka, Aristoteles. Sekalipun

    Aristoteles sendiri tidak pernah mengesampingkan sama sekali obyek-obyek di luar alam

    fisik, atau yang di istilahkan oleh Aristoteles di dalam banyak karyanya sebagai metafisika

    atau sesuatu yang berada di luar yang fisik. Aristoteles tidak pernah secara khusus

    menulis satu buku pun tentang metafisika, kecuali ia hanya pernah menyinggung bahwa

    ada sesuatu obyek bahasan di luar yang fisik, yang ia istilahkan dengan metafisika itu.

    1. Peripatetik di Dunia Islam

    Para ilmuan arab, sebagaimana yang telah di singgung dalam beberapa pertemuan yang

    lalu, para ilmuan arab sudah mengadakan usaha yang berarti untuk menyelaraskan,

    bukan hanya filsafat yunani dengan ajaran islam, akan tetapi juga dengan unsur-unsur

    campuran yang terdapat di dalam filsafat yunani sendiri. Walaupun tidak secara langsung

    semangat patriskisme berperan untuk mendamaikan pertentangan yang terjadi antara

    ilmuwan dengan agama, pada sisi lain terjadi peralihan besar-besaran dari dunia filsafatyunani kedalam dunia islam dalam semangat keilmuwan murni. Hal ini ditandai dengan

    penterjemahan buku-buku yunani, yang berpusat di bait al hikmahkhususnya, ke dalam

    bahasa timur, terutama bahasa arab. Upaya penerjemahan ini membawa pengaruh yang

    sangat besar dengan di tandai lahirnya banyak tokoh filsuf di dunia islam.

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    13/79

    Tanpa bermaksud mengurangi kebesaran tokoh yang lain, kami hanya mengambil tiga

    tokoh saja, karena menurut kami ketiganya ini sudah dapat mewakili yang memilki

    korelasi yang relevansi yang baik.

    1. Tokoh-tokoh Peripatetik Islam

    2. Al Kindi

    Nama lengkap al-Kindi adalah Abu Yusuf Yaqub Ibn Ishaq ibn al-Shabah Ibn Imran Ibn

    Ismail Ibn Muhammad Ibn al-Asyats Ibn Qeis al-Kindi. Beliau di kenal sebagai filsuf

    muslim keturunan arab pertama, atau meminjam istilah madjid fakhry dengan gelar

    filosof dariarab .

    Al-Kindi hidup pada masa kejayaan pemerintahan daulah Abbasiyah, di mana dia hidup

    pada lima periode pemerintahan Abbasiyah yang populer, di mulai sejak pemerintahan al-Amin (809-813 M), al-Mamun (813-833 M), al-Mutashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847

    M), dan al-Mutawakkil (847-861 M). pada lima periode, dinasti Abbasiyah ini dikenal

    suatu masa kejayaan dengan adanya minat yang besar terhadap ilmu dan

    perkembangannya intelektual, khususnya faham muktazillah sebagai pengajar di bait al

    hikmahyang mengusai bahasa suryani dengan baik, ia banyak menerjemahkan dan

    mengarang buku-buku ilmiah. Melalui lembaga bait al hikmah, ia sangat di kenal dan

    berjasa dalam gerakan penerjemahan, di samping dikenal sebagai pelopor yang

    memperkenalkan tulisan-tulisan Yunani, Suriyah, dan India kepada dunia islam. Pada

    saat al-Mutawakkil memerintah dinasti abbasiyah, al-Kindi sempat dicurigai sebagai

    orang yang kurang memiliki hormat kepada agama. Karena ia mengajarkan filsafat

    Aristoteles dari Yunani, bahkan perpustakaan miliknya, Kindiyah sempat ditutup. Namun

    akhirnya kindiyah di buka kembali, setelah al-Mutawakkil mengetahui bahwa tuduhan

    terhadap al-Kindi hanyalah fitnah dan hasutan yang dilakukan oleh dua putra Ibn Syakir,

    Muhammad dan Ahmad.

    Al-Kindi merupakan orang pertama yang merintis jalan upaya penyesuaian filsuf yunani

    dengan prinsip-prinsip ajaran Islam (ortodoksi), sementara filsuf Arab atau Islamselanjutnya bisa disebut hanya meneruskan apa yang telah di lakukan al -Kindi. Jalan

    pertama yang di rintis al-Kindi ini merupakan titik awal lahirnya filsafat Islam, sekalipun

    filsafat islam masih dalam tanda petik . Mengingat al -Kkindi sendiri kurang jelas dan

    tegas memilih, ketika menghadapi lebih-lebih saat menginplementasikan aliran filsafat

    Aristoteles (baca masyaiyah peripatetik) dan aliran filsafat neoplatinus (aliran platinus).

    Kerancuan ini terjadi akibat beredarnya revisi yang dilakukan Proclus terhadap karya

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    14/79

    tulis Platinus, yang terkenal dengan nama Enneade (tasuat) atau Rububiyah (ketuhanan).

    Sebagaimana yang di jelaskan oleh al-Ahwani, ketika al-Kindi mengulas masalah-masalah

    tentang kecakapan jiwa, banyak pengamat menilai bahwa ia sedikit menyimpang dari

    tradisi Aristoteles sendiri. Karena ia membedakan antara kecakapan-kecakapan vegetatif,

    sensitif, rasional dan motif. Dengan demikian, konsep tiga bagian platonik tentang jiwa

    sering kali disatukan tanpa pemilihan sebagaimana mestinya.[2]Ia menggambarkan

    penginderaan sebagai tindakan memisahkan bentuk indera dari obyek indera, dengan

    bantuan indera. Sementara akal, menurut al-Kindi mempunyai analogi tertentu dengan

    sensai (penginderaan). Dengan syarat bahwa:

    1. Akal melepaskan bentuk obyek-obyek spestes dan genera.

    2. Akal menjadi identik dengan obyeknya dalam tindakan berfikir. Dalam risalahnya

    tentang akal, al kindi mengembangkan pandangan Aristotelian tentang akal, yang ia

    yakini sama hakikatnya dengan pandangan Plato. Dengan demikianlah, menurutMadjid Fakhry, letak perbedaan antara al -kindi denga Aristoteles, Nampak dalam

    pengantarnya tentang akal.

    Menurut al-Kindi, realitas itu di bangun di atas dasar pengetahuan manusia yang berbeda.

    Pertama adalah saluran pengalaman indera, yang berkaitan erat dengan saluran

    penangkapan manusia terhadap obyek-obyek lahir dengan cara yang mudah dan langsung

    melalui indera manusia. Kedua, pengalaman saluran rasional, yaitu pengenalan secara

    intuitif dengan cara mengambil kesimpulan secara logis dan niscaya dari obyek pertama

    pengenalan. Obyek pengenalan seperti itu bersifat universal, juga immaterial, lagi pula

    baik pembayangan (representasi) maupun bayang-bayang inderawi tidak pernah di

    bentuk, karena penginderaan maupun pembayangan keduanya berkaitan erat dengan hal-

    hal yang partikular.

    Sekalipun al kindi tidak menyetujui pendapat plato yang mengatakan bahwa jiwa berasal

    dari alam idea, akan tetapi argumennya tentang pemilihan jiwa dari tubuh, dan jiwalah

    yang mengatur tubuh, lebih dekat kepada pemikiran plato dari pada aristoteles. Dimana

    aristoteles menyebut bahwa jiwa adalah baharu dan berubah, karena ia merupakan form

    (bentuk) bagi tubuh (materi). Bentuk tidak bisa tinggal. Tanpa materi, keduanyamembentuk kesatuan sensual, dan kemusnahan badan berbanding lurus dengan

    kemusnahan jiwa. Sementara Plato mengatakan bahwa kesatuan antara jiwa dan badan

    adalah kesatuan accidental dan bersifat temporal. Binasanya badan tidak mengakibatkan

    lenyapnya jiwa. Menurut al-Kindi, jiwa adalah prinsip kehidupan yang mempengaruhi

    tubuh organik untuk beberapa saat lamanya, kemudian melepaskannya tanpa

    mempengaruhi kejasmaniannya. Menurutnya, jiwa disertai oleh tiga daya.

    http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn2http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn2http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn2http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn2
  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    15/79

    1. Al-Quwwah al-Ayahwaniyah adalah daya nafsu

    2. Al-Quwwah al-Ghadabiyah adalah daya marah

    3. AlQuwwah al-Aqilah adalah daya fikir

    4. Al Farabi

    Nama lengkapnya adalah Abu Nashr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn

    Auzalagh. Sebutan al-Farabi diambil dari nam Kota Farab, tempat di mana ia

    dilahirkan pada tahun 257 H/870 M. atau tepatnya di daerah Wasij, termasuk wilayah

    distrik atrar. Oleh karena itu, al-Farabi di kalangan orang-orang Latinabad tengah, sering

    disebut dengan nama Abu Nashr (abunaser, diambil dari nama aslinya). Ayahnya, seorang

    jenderal ternama di Persia dan ibunya seorang berkebangsaan Turki.

    Sejak kecil, al-Farabi memiliki kecakapan yang luar biasa di dalam bahasa, ia telah

    mengusai bahasa Persia, Turkistan dan Kurdistan dengan baik kecuali bahasa Yunani danSuryani[3],yaitu bahasabahasa ilmu pengetahuan dan filsafat, ia kurang menguasainya.

    Ia memperdalami semua ilmu yang telah diselidiki al-Kindi. Tidak mengherankan apabila

    pandangan filsafatnya tidak jauh berbeda dengannya,[4]karena ia mempelajari dan

    mengenal filsafat dari buku-buku al-Kindi, baik buku terjemahan-terjemahan dan

    komentar-komentar al-Kindi atas filsafat yunani maupun faham-faham al-Kindi sendiri.

    Untuk ilmu tata bahasa dan sastra arab, ia pelajari dari Abu Bakar al-Saraj, seorang

    ilmuan Baghdad yang kemudian juga berguru pada al-Farabi dalam bidang logika.

    Sementara untuk ilmu logika, al-Farabi memperoleh dari ilmuan Baghdad lainnya, yaitu

    Abu Bisyr mattinus Ibn Yunus, yang juga memberikan pelajaran tentang filsafat. Abu

    bisyr ini adalah seorang Kristen Nestorian yang banyak menterjemahkan karya-karya

    filsafat yunani, di samping itu al-Farabi juga belajar filsafat kepada Yuhana Ibn Hailan.[5]

    Para ahli sepakat untuk memberikan pujian setinggi-tingginya kepada al-Farabi, terutama

    sebagai ahli logika yang mashyur dan juru bicara Plato serta Aristoteles pada masanya,

    karena ia dengan tekun telah berusaha memperbaiki studi logika, meluaskan dan

    melengkapi aspek-aspek yang lebih rumit yang telah diabaikan oleh al-Kindi, dimana al-

    Kindi memang dalam bidang logika (manthiq) agak lemah dan sering melakukan telaah

    yang cenderung, asal saja terhadap logika. Kelebihan al -Farabi di bidang logika dapat diukur dari jumlah dan kelengkapan-kelengkapan komentar dan para phrase-phrasenya

    tentang logika Aristoteles.

    Di dalam karya pertamanya tentang filsafat Plato, al-Farabi memperlihatkan

    pengetahuannya yang luas tentang kumpulan tulisan (corpus) platonic. Mengenai

    kumpulan tulisan tersebut, ia bukan saja memaparkan semua dialog, akan tetapi juga

    http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn3http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn3http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn3http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn4http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn4http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn4http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn5http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn5http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn5http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn5http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn4http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn3
  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    16/79

    surat-surat (epistles) Plato, dan memberikan suatu penjabaran yamg singkat tentang

    materi pokok filsafatnya. Kadar pengetahuannya tentang pemikiran filsafat Plato,

    diperlihatkan saat ia memberikan ringkasan terhadap salah satu karya Plato tentang

    hukum (the laws), yang menunjukan apresiasi dan minatnya yang besar terhadap filsafat

    moral dan politik dari seoarng filsuf besar, Plato.

    Sedangkan karya keduanya al-Farabi, yang memuat pemikiran Aristoteles (dalam edisi

    bahasa inggris M. Mahdi menterjemahkan: al farabis philosophy of Aristoteles),dimana

    konon Aristoteles menyatakan bahwa pengetahuan ilmiah merupakan cara untuk

    mencapai kebahagiaan manusia dan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan yang

    baik, yang harus manusia usahakan. Karya ini memuat penelitian al farabi terhadap

    seluruh bidang filsafat Aristotelian, dimulai dengan logika dan diakhiri dengan metafisika

    yang memuat teori-teori tentang kebahagiaan.

    1. Ibnu Sina

    Nama lengkapnya adalah Abu Ali al-Husain Ibn Abdillah Ibn Hasan Ibn Ali Ibn Sina, atau

    di kenal dengan seoarng filsuf islam terbesar dengan sebutan syek al rais di lahirkan di

    desa Afsyanah (Efshene), dekat Bukhora, transoxiana/Persia pada tahun 370 H/980 M.

    Ayahnya berasal dari kota balakh dan pindah ke Bukhara, sedangkan ibunya berasal dari

    kota Khairmatsu, satu wilayah dengan kota Bukhara. Di Khairmaitsu ayah Ibnu Sina

    pernah diangkat oleh Nuh Ibn Manshur sebagai penguasa di Kota itu. Hasil perkawinan

    dengan sattara, ia di karuniai tiga orang anak: yaitu Ali, Husein (ibn sina) dan

    Muhammad.[6]

    Pada usia dua puluh tahun, ayahnya meninggal dunia. Kemudian ia meninggalkan

    Bukhara menuju Jurjan. Di Kota ini, ia mengajar dan mengarang, dan seorang muridnya

    yang bernama Abu Ubaid al-Juzajani telah menulis sejarah hidup Ibnu Sina. Karena

    adanya kekacauan politik, Ibnu Sina pindah ke Khawarazan dan bertemu dengan

    penguasa setempat, Syamsuddaulah, yang kemudian mengangkatnya menjadi menteri

    karena jasa-jasa mengobati penyakit yang di derita oleh penguasa itu. Di kota ini, Ibnu

    Sina menulis suatu buku yang lengkap mengenai masalah-masalah filsafat Aristotelestentang bagian alam yaitu dalam kitabnyaAl Syifa, di samping melanjutkan tulisannya

    tentang ilmu kedokteran, dalam Al Qanun F i al Thibb,yang bagian pertamanya telah

    ditulis di Jurjan.

    Sebagaimana al farabi dan pendahulunya yang lain, semisal al-Kindi, maka Ibnu Sina

    sekalipun banyak dipengaruhi Aristoteles, namun tak urung dalam teori emanasinya

    http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn6http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn6http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn6http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn6
  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    17/79

    sempat diwarnai neoplatonisme, unsur yang berasal dari filsafat Aristoteles dan Platonik

    berusaha di padukan, untuk tidak mengatakan dicampur baurkan, atau menurut istilah

    Nurkholis Madjid; Ibn Sina telah menegakkan bangunan neoplatonis di atas dasar

    kosmologi Aristoteles-ptolemi, yang di dalam bangunan itu di gabungkan konsep menurut

    paham emanasi. Hal ini bisa di lihat dari pandangannya tentang akal. Ibnu Sina, para

    filsuf peripatetik lainnya, mengatakan bahwa tuhan itu adalah akal (Al-Aql). Akal ini

    samping memikirkan dirinya, ia juga memikirkan sesuatu hal di luar sebab timbulnya akal

    lain yang disebut akal pertama.

    1. B. Karakteristik Aliran Peripatetik

    Istilah peripatetik merujuk kepada kebiasaan Aristoteles dalam mengajar murid-

    muridnya. Peripatetik yaitu ia yang berjalan memutar, ini menunjukkan pada

    kebiasaan Aristoteles yang biasa mengajar muridnya sambil berkeliling berjalan ketika iasedang mengajarkan filsafat, maka istilah peripatetik ditujukan kepada pengikut setia

    Aristoteles.

    Yang membedakan aliran peripatetic dengan aliran lainnya yaitu dari sudut metodologis

    atau epistemologis, ontologis, dan emanasi. Berikut diantaran beberapa cirri dari segi

    metodologisnya; a). Modus penjelasan para filosof peripatetic yang bersifat diskursif yang

    menggunakan logika formal yang didasarkan pada penalaran akal. Metode yang mereka

    gunakan adalah metode penarikan kesimpulan dari pengetahuan yang telah diketahui

    dengan baik dan mereka biasa menyebutnya dengan premis mayor dan minor, dan jika

    telah ditemukan term dari kedua premis tersebut biasa disebut dengan middle term.

    Dalam filsafat istilah seprti itu biasa disebut dengan silogisme. b). Dikarenakan sifat

    aliran ini yang diskursif, maka filsafat yang mereka kembangkan bersifat tidak langsung

    karena dalam menangkap objeknya mereka biasanya menggunakan symbol, baik yang

    berupa kata-kata atau konsep maupun representative. Modus perolehan ini biasa disebut

    dengan istilahhushuli(perolehan) yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui

    perantara yang biasa disebut dengan inferensial dan buiasanya dikontraskan dengan

    modus pengenalan lain yang disebut debngan istilah hudhuriyang menangkap objeknyasecara langasung. c). penekanan yang sangat kuat pada pengenalan rasio sehingga kurang

    memprioritaskan pengenalan intuitif yang biasa dilakukan pada aliran filsafat lain.

    Karena terlalu mengggunakan penekanan yang kuat terhadap penalaran daya akliah,

    maka aliran ini sering dikatakan sebagai aliran yang tidak mendapatkan pengetahuan

    yang otentik namun hanya bergantung kepada pendahulu mereka saja, namun dengan

    demikian tidak berarti bahwa mereka tidak mengakui adanya intuisi suci, tetapi bagi

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    18/79

    mereka itu hanya dapat dimiliki oleh para Nabi atau Wali. Dengan demikian mereka

    sendiri lebih menggantungkan pada daya-daya atau kekuatan semata.

    Cirri lain dari aliran ini dari segi ontologism bisa dilihat dari ajaran mereka yang biasa

    disebut dengan istilah hylomorfysmeyang mengatakan bahwa apa pun yang ada di dunia

    ini terdiri dari dua bentuk utama yang materi dan bentuk. Dalam sejarahnya, ajaran ini

    dirumuskan dengan jelas oleh Aristoteles dari ajaran gurunya Plato yang mengatakan

    bahwa apa yang ada di dunia ini tidak lain hanya bayang-bayang dari ide-ide yang ada di

    dunuia atas yang kemudian biasa disebut dengan Platonic I deas. Yang dimaksud bentuk

    disini bukanlah bentuk fisiknya melainkan semacam esensi (hakikat) dari sesuatu

    sedangkan yang disebut materi adalah bahan yang tidak akan mewujud kecuali setelah

    bergabung dengan bentuk tadi.

    Dalam dunia Islam, hampir seluruh filosof yang beraliran peripatetic seperti al-Kindi, al-

    Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd memiliki pandangan hylomorfysme yang dengan demikian

    para filosif tersebut dapat disebut filosof peripatetic.

    Cirri yang kuat dari hylomorfysme ini dapat kita lihat dari ajaran para filosof peripatetic

    seperti al-Farabi dan Ibn Sina yang menyebut bahwa akal aktif sebagai pemberi bentuk.

    Ajaran ini mengatakan bahwa alam fisik ini terdiri atas materi dan bentuk dan materi

    yang disebut disini harus dipahami sebagai bahan yang memiliki potensial dalam

    menerima bentuk apa pun, namun tidak dapat atau belum berbentuk fisik dan Ibn Sina

    menyebut meteri ini sebagai mumkin al-wujud, yaitu suatu kemungkinan atau potensi dari

    sesuatu untuk mewujud namun belum mewujud. Agar potensi ini dapat mewujud maka

    pelu ditambahkan kepadanya bentuk. Seperti yang kita ketahui bahwa semua benda yang

    dapat kita lihat di alam semesta ini tentunya telah mendapat bentuk masing-masing, dan

    menurut keyakinan mereka akal aktiflah yang telah memberikan mereka bentuk- bentuk

    tertentu kepada benda-benda tersebut.

    Kemudiaan cirri lainnya yaitu dari teori emanasi yang dimana cirri ini agak menyimpangdari Aristotelianisme murni. Kelahiran teori ini dikarenakan al-Farabi yang merasa

    kecewa terhadap bukuMetafisika Aristoteles yang berisi bahwa kitab metafisik tersebut

    tidak banyak membahas tentang Tuhan yang dalam Islam merupakan tema pokok dalam

    metafisika. Dan dikatakan pula bahwa hanya dalam kitab Lambdadari bukunya itu

    Aristoteles berbicara tentang Tuhan, namun tidak ada keterangan yang memuaskan

    tentang bagaimana Tuhan menciptakan alam.

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    19/79

    Setelah al-Farabi, kemudian Ibn Sina dalam aspek lain dari teologi Aristoteles merasa

    kecewa. Kemudian al-Farabi mencari keterangan yang kiranya dapat memuaskan rasa

    ingin tahunya tersebut. Maka dengan demikian, ketika al-Farabi mengenal teori emanasi

    Plotinus, pendiri aliran Neo-Platonik ini, ia menjadikannya solusi dari persoalannya

    tersebut. Karena menurut al-Farabi, teori emanasi ini telah dapat menjawab pertanyaan

    yang mendasar yaitu bagaimana dari Tuhan Yang Esa muncul dunia yang beraneka. Dan

    disesuaikan juga dengan teori astronomis yang berkambang saat itu yang didominasi oleh

    teori Ptolemius, seprti yang diajarkannya dalam kitab Almagest, maka al-Farabi

    menghasilkan teori emanasi yang lebih canggih dari teori asli Plotinus.

    Seperti yang telah diceritakan tadi bahwa persoalan utama yang melandasi munculnya

    teori emanasi adalah bagaimana dari Tuhan yang satu muncul alam semesta yang

    beraneka, padahal ada dictum filosofis yang telah diterima secara umum yangmenyatakanbahwa bahwa dari yang satu akan muncul yang satu juga. Misalnya sebuah planet tidak

    akan muncul jika tidak memiliki sufficient reason untuk keberadaanya. Karena itulah

    al-Farabi Dan Ibn Sina berusaha keras dalam menjelaskan sebab efisiensi dari apa pun

    yang muncul di alam semesta.

    Berikut akan kami jelaskan sedikit tentang perbadaan antara teori emanasi al-Farabi dan

    Ibn Sina.

    a) Teori emanasi al-Farabi

    Menurut al-Farabi, yang pertama muncul tentunya yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Al-

    farabi menggambarkan Tuhan sebagai akal yang tugasnya adalah berpikir, dan dari

    konsekuensi pemikiran-Nya ini adalah munculnya akal pertama yang dari sudut wujud

    dan sifatnya sangat dekat dengan Tuhan. Karena Tuhan itu Esa maka dari-Nya hanya

    akan muncul satu akal saja dan sebagai akibatnya yang kemudian disebut dengan akal

    pertama. Sampai sini belum terjadi adanya keanekaragaman alam, tetapi ketika alam

    pertama terbentuk maka potensi keanekaraan pada selain Tuhan (yang disebut alam)sudah terbentuk karena akal pertama menurut al-Farabi telah bisa berpikir bukan hanya

    tentang Tuhan melainkan juga tentang dirinya sendiri.sementara Tuhan hanya memiliki

    satu objek pemikiran yaitu dirin-Nya sendiri. Dari sinilah kita dapat melihat bahwa akal

    pertama memiliki dua jenis prinsip, yaitu yang pertama adalah prinsip keesaan, yang bisa

    menghasilkan akal berikutnya, dan yang kedua prinsip keanekaan, karena memikirkan

    dirinya muncullah benda-benda samawi. Hal ini juga terjadi pada akal-akal berikutnya

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    20/79

    yang dari akal kedua sampai akal kesepuluh. Dengan demikian al-Farabi telah dapat

    menjelaskan bagaimana dati Tuhan Yang Esa muncul alam yang semesta.

    b) Teori emanasi Ibn Sina

    Teori emanasi Ibn Sina memiliki dasar yang sama denga teori emanasi al-Farabi, hanya

    saja di sini ada penjelasan yang lebih lengkap berkenaan dengan beberapa hal,

    diantaranya; Pertama ,tentang pemilihan wujud yang menjadi tiga macam yaitu, wajib al-

    wujud, mumtani al-wujud, dan mumkin al-wujud.

    Mumtani al-wujud tentunya tidak merujuk pada apa pun karena kemustahilannya,

    sedangkan mumkin al-wujud merujuk kepada alam semesta yaitu alam ssemesta ketika

    berbentuk potensi daninilah yang dimaksud oleh Arisstoteles dengan materi awal. Tetapiketika alam semesta telah mewujud maka Ibn Sina tidak lagi menyebutnya

    sebagai mumkin al-wujud tetapi wajib al-wujud. Namun untuk membedakannya

    dengan wajib al-wujud yang pertama (Tuhan) maka Ibn Sina menyebutnya denganwaji b al-

    wujud lighairihi (wujud actual karena yang lain) sementara Tuhan disebut oleh Ibn Sina

    Sebaga wajib al-wujud lidzatihi (actual selalu karena diri-Nya sendiri).

    Kedua, karena akal pertama dan juga akal-akal selanjutnya dapat berpikir tentang tiga

    objek yaitu Tuhan sebagai wajib al-wujud linafsihi ,atau wujud niscaya karena diri-Nya

    sendiri, kemudian alam sebagai mumkin al-wujud li nafsihi , dan alam sebagai wajib al-

    wujud lighairihi(yang actual karena sebab yang lain) maka, akibat yang muncul dari

    pemikiran akal-akal tersebut adalah juga tiga macam. Tiga hal yang muncul dari akal

    pertama tersebut ialah: 1. Akal kedua, 2. Jiwa (Malaikat) Langit Pertama, 3. Tubuh

    Langit Pertama, dan seterusnya. Namun kekecualian terjadi pada akal kesepuluh karena

    ia tidak mampu lagi memikirkan akal yang kesebelas, tetapi justru dengan memberikan

    bentuk pada materi menimbulkan alam yang fana yang dalam istilah Aristoteles disebut

    dunia generasi dan korupsi, yaitu duinia yang kita kenal dimana tempat munculnya batu-

    batuan, hewan dan kita manusia, atau yang biasa disebut dengan Dunia Bawah Bulan (TheSublunar Worl d).

    1. C. Kritik Al-Ghazali Terhadap Peripatetic

    Pada dasarnya kritik yang dilakukan oleh Al-Ghazali yang terdapat dalam buku tahafut

    al-falasifah terdapat 20 permasalahan yang di soroti, namun Al-ghazali mengatakan

    bahwa 17 diantara permasalahan tersebut hanyalah menambahkan, dan 3 hal penting

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    21/79

    yang sangat dan paling disoroti adalah yang pertma, sanggahan Al-Ghazali tentang

    Keabadian Alam, kedua sanggahan terhadap hal yang particular ataupun juzI, dan ketiga

    adalah mengenai kemunculan kembali adanya kebangkitan jasmani.

    Berikut ini penjelasan masing-masing.

    1. Untuk menjelaskan keabadian

    Untuk menjelaskan ini, Al-Gshazali terlebih dahulu menjelaskan perbedaannya dengan

    peripatetic, mengenai maslah waktu dan gerak. Dimana menurut para pilusuf peripatetic,

    ala mini azali tanpa adanya permulaan waktu bagi wujudnya dan tanpa ada batas

    akhirnya. Berarti dari pernyataan tersebut adanya kehancuran alam semesta (fana)

    adalah suatu hal ketidak mungkinan. Serta ala mini akan tetap begini adanya.

    Selain itu juga, jikalau kita lihat dari pendapat peripatetic ini, menurut akal kita secara

    rasional sendiripun, jikalau tidak ada penghancuran, atau tidak adanya fana atau

    kemusnahan, mana mungkin kita bisa menyaksikan bagaimana pohon-pohon roboh dan

    mati, daun-daun berjatuhan atau berguguran, serta ketika api melalap atau membakar

    hutan-hutan kayu-kayu kering, maka itupun merupakan sebuah tanda kemusnahan atau

    ke fanaan alam semesta.

    Tapi dari kalangan peripatetic ini tetap mengatakan bahwasanya alam sebagai akibat, dan

    sebabnya adalah azali dan abadi. Oleh karena itu jikalau sebab abadi atau azali, maka

    akibatpun akan azali. Pendapat tersebut dipengaruhi oleh hal yang priora dan pasteriora.

    Alasan lain adalah bahwa apabila alam fana, maka ketiadaan akan terjadi sesudah

    wujudnya. Dengan demikian, kata sesudah akan melekat pada alam. Ini berarti

    mengafirmasi waktu. Alasan selanjutnya, masalah wujud tidak akan pernah berhenti,

    karena wujud yang mungkin harus.

    Menurut Al-Ghazali, alasan ketiga bisa dijawab dengan setiap yang baru (hadits) dan

    perbuatan (fiil) meski tercipta dan berpermulaan waktunya, dan semua masa mendatangtidak termasuk wujud bagi kita meskipun datangnya berturut ataupun secara bersamaan,

    namun masa lalu adalah wujud yang nyata dan datangnya berturut-turut meskipun tidak

    scara bersama-sama.

    Pada proses penciptaan, dari ketiadaan, dimana dari ketiadaan itu sendiri tidak dapat

    diandaikan akan tiada, sedang tiada, dan telah tiada, karena pengandaian tersebut

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    22/79

    sekaligus bersamaan dan sekaligus penciptaan dengan waktu. Apabila hal ini dilihat dari

    sudut pandang rasional semata, maka tidak memustahilkan mengandaikan pada

    keabadian alam, namun brikutnya bisa diterima tentang kebakaannya, beserta dengan

    ketiadaannya. Karena menurut mereka, apabila alam lenyap, kemungkinan wujud harus

    tetap ada, dan yang mungkin tidak pernah berubah menjadi mustahil. Akan tetapi harus

    di ingat, bahwa kemungkinan itu adalah sangat relative. Mereka sangat dipengaruhi

    bahwa segala Sesutu yang ada di pengaruhi oleh materi, demikian juga Sesutu yang lenyap

    juga memerlukan suatu materi. Dan yang karena materi itu,iya akan lenyap.argumen ini

    muncul dan adanya karena muncul prinsip bentuk dan materi. Dimana suatu bentuk

    materi-materi dan mnyatakan bahwa setiap yang berbentuk fisik tidak akan lenyap. Tapi

    yang lenyap adalah bentuk-bentuk dan aksiden-aksiden (arradah). Jadi bentuk silogis

    dari argument tersebut adalah:

    1. Apabila materi rusak, maka keruskan harus terjadi

    2. Tapi konsekwensi itu mustahil.

    3. Oleh sebab itu, kata yang pertama (1) itu mustahil.

    Menurut Alghazali, disinilah adanya kesimpulan yang tidak lazim, karena kata-kata yang

    pertama menjadi tidak benar, kecuali apabila disusul dengan kata apabila materi rusak,

    maka kerusakan tak dapat dihindarkan. Alasan ini disebabkan oleh adanya kemustahilan,

    bahwa kerusakan itu adalah satu-satunya cara yang mana Sesutu merusak. Sebaliknya

    kerusakan adalah sutu keadaan dimana kehancuran terjadi. Dan tidak diragukan bahwa

    sesutau bisa rusak ketika Sesutu tersebut dalam keadaan sempurna.

    Sebenarnya argument tentang keabadian alam hanyalah kekhawairan yang ada dalam

    madzhab peripatetic akan adanya sebuah kekosongan waktu. Yang mana ketika alam

    sebelum dicipta dan sesudah dicipta maka ada sebuah kekosongan waktu, namun hal ini

    tidak mungkin, mengingat tuhan adalah sang pencipta. Dan bahkan seperti yang kita

    ketahui bhwa tuhan pula lah yang menciptakan waktu.

    Jadi kesimpulannya adalah alam ini azali sebagaiman wujud tuhan yang tidakberpermulaan dan tidak berpenghabisan serta begitu seterusnya. Jelas bisa dilihat bahwa

    teori peripatetic ini sangat di pengaruhi teori emanasi Plotinus.

    1. 2. Sanggahan Al- Ghazali Mengenai Tuhan tidak Memiliki Pengetahuan yang Juzi

    Mengenai hal ini Al-Ghazali masih menganggap bahwa pemikiran dari madzhab

    peripatetic ini masih dipengaruhi oleh tentang berjalannya waktu dari telah, sedang,

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    23/79

    dan akan. Pengetahuan juziah didapat dan harus diketahui dari waktu yang lampau

    atau telah, sekarang atau masa akan datang secara masing-masing. Sementara menurut

    penganut faham peripatetic, bahwa tuhan tidak pernah berubah dengan keadaannya.

    Sedangkan seperti kita ketahui bahwa pengetahuan kita berubah jika objek yang kita

    ketahui berubah.

    Jadi menurut pendapat madzhab ini, kesimpulannya adalah, tuhan tidak pernah berubah,

    sehingga Dia tidak mengetahui hal yang terperinci dan hanya mengetahui yang general

    saja.

    Urutan-urutan analogi dan logika mereka sangat bersifat empiris, karena mereka tidak

    bisa membedakan yang diciptakan dan yang menciptakan.

    1. 3. Sanggahan Al-Ghazali Terhadap Kebangkitan Kembali Jasad Tubuh

    Banyak argument-argument rasional yang telah membuktikan tentang kemustahilan

    adanya kebangkitan kembali tubuh-tubuh, bahkan mereka telah berhasil

    membuktikannya dengan adanya sifat antromorfis yng dimiliki oleh tuhan. Mereka telah

    menguraikan dari berbagai segi entang teori mereka. Pertama, kebangkitan kembali,

    berarti adanya perbaikan tubuh yang dilakukan oleh tuhan terhadap suatu hal yang sudah

    lenyap eksistensinya, dan bahkan kebangkitan kembali terhadap kehidupan yang telah

    tiada. Dengan kaa lain menurut mereka, bahwa material tubuh tetap sebagia tanah, dan

    jika adanya konsep dibangkitkan kembali, maka manusia diciptakan kembali dan disusun

    seperti manusia pertama kembali diciptakan.

    Kedua, jiwa adalah maujud yang tetap hidup, meskipun tubuh telah mati, sedangkan yang

    ketiga adalah manusia hidup bukan karena tubuh manusia itu sendiri, melainkan karena

    jiwa yang bersemayam dalam tubuh.

    Namun menurut peripatetic ketiga kemungkinan diatas tidak dapat diterima, karena itu

    bertentangan dengan prinsip-prinsip umum teori penciptaan, yaitu terdiri dari bentuk danwujud.

    Al-ghazali menyatakan bahwa jika ada suatu kemungkinan kembali bangkitnya tubuh

    yang telah hidup didunia, maka bagaimana dengan manusia yang dilahirkan atau dengan

    manusia yang cacat, jika ketika mereka dimasukan ke surge, apakah mereka akan

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    24/79

    ditampilkan dengan keadaan seperti semula. Bukan hal yang mustahil menurut al-Ghazali

    bahwa tuhan menciptakan materi-materi yang lain yang lebih sempurna.

    Patristik merupakan sebuah zaman yang berlangsung setelah zaman Perjanjian Baru

    sampai abad ke-8.[1]

    Ada juga beberapa yang mengatakan bahwa zaman ini masih

    berlangsung sampai zamanThomas Aquinas.[1]

    Istilah Patristik ini pertama kali digunakan

    oleh bapa-bapa gereja setelah zaman para rasul hingga abad ke-8.[1]

    Bapa-bapak gereja di

    zaman ini dikenal dengan banyaknya hasil karya, seperti menghasilkan tulisan-tulisan

    yang berguna dan penting bagi kekristenan.[1]

    Selain itu, bapa-bapa gereja ini juga sangat

    kuat mempertahankan kebenaran iman Kristen dalam menghadapi bidaah-bidaah atau

    ajaran sesat yang melanda kekristenan pada saat itu.[1]

    Tokoh-tokoh atau yang dikenal

    bapa-bapa gereja pada zaman Patristik adalahYustinus Martir,Athanasius, Clement dari

    Aleksandria, Gregorius dari Nyssa, Tertulianus, Origenes, Iranaeus dari Lyons, Cyprianus,

    Basilius, Agustinus dari Hippo, Cyrillus dari Aleksandria, Pelagius, dan Nestorius.[2]

    Selain

    tokoh-tokoh yang dikenal sebagai bapa-bapa gereja, Patristik juga dikenal dengan ibadah

    tahunan yang dirayakan oleh gereja di zaman Patristik, yaitu Paskah, Pentakosta, danPondok Daun.

    [3]Ketiga perayaan tahunan ini merupakan perayaan yang langsung berakar

    pada tradisi Yahudi dan dirayakan setiap hari minggu.[3]

    Skolastisisme adalah nama sebuah periode diAbad Pertengahanyang dimulai sejak abad

    ke-9 hingga abad ke-15.[1]

    Masa ini ditandai dengan munculnya banyak sekolah (dalam

    bahasa Latinschola ) dan banyak pengajar ulung.[1]

    Selain itu, skolastik juga menunjuk

    pada metode tertentu, yakni metode yang mempertanyakan dan menguji berbagai hal

    secara kritis danrasional,diperdebatkan, lalu diambil pemecahannya.[1]

    Ciri dari metode

    skolastik adalah kerasionalan dari apa yang dihasilkan

    Filsafat Umum Masa Skolastik

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Filsafat skolastik sangat erat kaitannya dengan filsafat patristik yang mana filsafat skolastik muncul

    setelah filsafat patristik. Filsafat skolastik membicarakan pemikiran tentang sesuatu yang berkaitan

    dengan sekolah.

    Tentunya kita semua sangat dekat dengan masalah sekolah atau pendidikan sebelum jenjang di

    perguruan tinggi. Dalam pembahasan kali ini kami akan sedikit menguraikan tentang filsafat

    skolastik.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Aquinashttp://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Aquinashttp://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Yustinus_Martirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yustinus_Martirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yustinus_Martirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Patristics-2http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Patristics-2http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Patristics-2http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Rasid-3http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Rasid-3http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Rasid-3http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Rasid-3http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Rasid-3http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Rasid-3http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_Pertengahanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Abad_Pertengahanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Abad_Pertengahanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Rasionalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rasionalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rasionalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Rasionalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_Pertengahanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Rasid-3http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Rasid-3http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Patristics-2http://id.wikipedia.org/wiki/Yustinus_Martirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Aquinashttp://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1
  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    25/79

    2. Rumusan Masalah

    1. Apa yag dimaksud dengan filsafat skolastik?

    2. Kapan munculnya masa skolastik?

    3. Faktor apa saja yang mendorong lahirnya masa skolastik?

    3. Tujuan Penulisan

    1. Mengetahui pengertian flsafat skolastik.

    2. Mengetahui waktu munculnya masa skolastik.

    3. Mengetahui penyebab munculnya masa skolastik.

    1

    BAB II

    PEMBAHASAN

    1. Pengertian Masa Skolastik

    Istilah skolastik adalah sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti

    aliran atau kaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat

    abad pertengahan.

    Istilah skolastik pun berasal dari bahasa latin scholasticus yang berarti murid, sebagai suatu gerakan

    filsafat dan keagamaan yang berupaya mengadakan sintesa antara akal budi manusia dengan

    keimanan. Atau menerapkan metafisika Yunani ke dalam keyakinan Kristiani. Metode yang digunakan

    ialah disputatio, yaitu membandingkan argumentasi diantara yang pro dan kontra.

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    26/79

    Istilah ini pertama kali muncul di Ghalia degan tokohnya Abaelardus, Anselmus dan Petrus

    Lombardus, dan mengalami kejayaan pada abad 12 dengan tokohnya Thomas Aquinas, Beraventura,

    Dun Scotus dan Ockham.[1]

    Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut.

    a. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama.

    b. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional

    memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir,sifat ada, kejasmanian, baik buruk.

    c. Filsafat skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan

    dimasukan kedalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.

    d. Filsafat skolastik adalah filsafat nasrani karena bannyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.[2]

    Filsafat Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor berikut.

    Faktor Religius

    Maksud faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berkehidupan religius. Mereka

    beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ke tanah suci Yerussalem, dunia ini

    bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata saja (tempat kesedihan).

    Sebagai Dunia yang menjadi tanah airnya adalah surga. Manusia tidak dapat sampai ke tanah airmya

    (Surga) dengan kemampuan sendiri, sehingga harus ditolong. Karena manusia itu menurut sifat

    kodratnya mempunyai cela atau kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh Adam, mereka juga

    berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan pemberi bahagia. Ia akan

    memberi pengampunan sekaligus menolongnya. Maka, hanya dengan jalan pengampunan inilahmanusia dapat tertolong agar dapat mencapai tanah airnya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah

    yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya.[3]

    Faktor Ilmu Pengetahuan

    Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara-biara, gereja,

    ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambilkan dari para penulis latin, Arab (Islam), dan

    Yunani.

    2. Masa Skolastik

    Masa skolastik terbagi menjadi tiga periode,yaitu:

    1. skolastik awal belangsung dari tahun 800-1200;

    2. skolastik puncak, berlangsung dari tahun 1200-1300;

    3. skolastik akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450.

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn1http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn1http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn1http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn2http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn2http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn2http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn2http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn1
  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    27/79

    1. Skolastik awal

    Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada

    abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap

    Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabanya ikut runtuh yang telah dibangun selama

    berabad-abad.[4]

    Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada dibawah Karel Agung (742-814)[5]dapat memberikan

    suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan

    manusia dan pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan.

    Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan, dimana arah pemikirannya

    berbeda sekali dengan sebelumnya.

    Saat ini merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa. Hal ini di tandai dengan skolastik yang didalamnya

    banyak diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada mulanya skolastik initimbul pertama kalinya di Biar Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman

    dan Belanda.

    Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau Artes liberals, meliputi tata bahasa, retorika,

    dialektika( seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik.

    Peter Abaelardus ( 1079-1180 )

    Ia dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat

    tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang

    konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantic sekaligus sebagai rasionalistik, artinyaperanan akal dapat menundukan kekuatan iman.Iman harus mau didahului akal. yang harus

    dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal.

    Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus sejalan dengan iman, Abaelardus

    memberikan alasan bahwa berpikir itu ada di luar iman( di luar kepercayaan). Karena itu sesuai

    dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukan dalam teologi, yatiu bahwa teologi harus

    memberikan tempat bagi semua bukti-bukti.

    2. Skolastik Puncak.

    Masa ini merupakan masa kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200-1300 dan masa ini

    juga disebut masa berbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya Universitas-universitas dan ordo-

    ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan,

    disamping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

    Berikut ini pendapat factor mengapa masa skolastik mencapai puncaknya.

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn4http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn4http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn4http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn5http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn5http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn5http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn4
  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    28/79

    a. Adanaya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai

    abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang lurus.

    5

    b. Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis. Universitas ini merupakan gabungan dari

    beberapa sekolah.

    c. Beridirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap

    ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang

    semarak pada abad ke-13.

    Albertus Magnus (1203-1280)

    Disamping sebagai biarawan, Albertus Magnus[6]juga terkenal sebagai cendikiawan abad

    pertengahan. Ia mempunyai kepandaian yang luar biasa. Di Universitas Padua ia belajar artes liberals,

    ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, Filsafat Aristoteles, belajar teologi diBologna, dan masuk

    ordo domican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.

    Terakhir dia diangkat sebagai Uskup Agung. Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam menulis

    tentang Aritoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan

    ilmu kimia.[7]

    Thomas Aquinas (1225-1274)

    Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas. Yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas.

    Disamping sebagai ahli pikir, ia juga seoarang dokter gereja bangsa Italia. Menurut pendapatnya,

    semua kebenaran asalnya dari tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang berbeda-beda,

    sedangkan ilmu berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia mengimbau bahwa agar orang-orang untuk

    mengetahui hukum alamiah ( pengetahuan ) yang terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada

    kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walaupun

    iman di ungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada diluar kekuatan pikiran.

    Upaya Kristenisasi Ajaran Aristoteles

    Pada mulanya hanya sebagian ahli pikir yang membawa dan meneruskan ajaran Aristoteles, akan

    tetapi upaya ini mendapatkan perlawanan dari Augustinus, hal ini di sebabkan oleh adanya suatu

    anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai di kenal pada abad ke-12 telah diolah dan tercemar

    oleh ahli pikir Arab (Islam). Hal ini dianggap sangat membahayakan ajaran Kristen. Keadaan ini

    bertolak belakang bahwa ajaran Aristoteles masih diajarkan di fakultas-fakultas, bahkan dianggpnya

    sebagai pelajaran penting yang harus di pelajari.

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn6http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn6http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn6http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn7http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn7http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn7http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn7http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn6
  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    29/79

    Untuk menghindari adanya pencemaran tersebut diatas (dari ahli pikir Arab atau Islam), Albertus

    Magnus dan Thoman Aquinas sengaja menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusyd,

    denga menerjemahkan langsung dari bahasa Latinnya. Juga, bagian-bagian ajaran Aristoteles yang

    bertentangan dengan ajaran Kristen. Langkah terakhir, dari ajaran Aristoteles telah diselaraskan

    dengan ajaran iliah (suatu sintesis antara kepercayaan dan akal).

    Upaya Thomas Aquinas ini sangat berhasil dengan terbitnya sebuah buku Summa theologiae dan

    sekaligus merupakan bukti bahwa ajaran Aristoteles telah mendapatkn kemenangan dan sangat

    mempengaruhi seluuh perkembangan skolastik.

    3. Skolastik Akhir

    Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi

    kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi( kemandegan)

    7

    William Ockham(1285-1349)

    pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang dan kejadian-kejadian

    individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan unmum tentang alam hanya merupakan

    abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi,

    bukan logika.

    Nicolas causasus ( 1401-1464)

    Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan

    indra kita akan mendapatkan pengetahuan benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna.

    Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pergertian yang abstrak berdasar pada sajian

    atau tangkapan indra. Dengan ituisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi.

    4. Skolasti Arab (Islam)

    Dalam bukunya, Hasbullah Bakry menerangkan bahwa istilah Skolastik Islam jarang dipakai

    dikalangan umat islam. Istilah yang biasa dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat islam. Dalam

    pembahasan antara ilmu kalam dan filsafat islam biasanya dipisahkan.

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    30/79

    Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli pikir islam (Pemikir Arab atau islam pada masa Skolastik) yaitu

    Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Kindi, Ibnu Rusyd. Peranan para ahli pikir tersebut besar sekali, yaitu sebagai

    berikut:

    A. Sampai pertengahan abad ke-12 orang-orang Barat belum pernah mengenal filsafat Ariestoteles

    sehingga yang dikenal hanya buku logika Ariestoteles.

    8

    B. Orang-orang Barat itu mengenal Ariestoteles berkat tulisan dari para ahli pikir islam, terutama

    dari Ibnu Rusyd sehingga Ibnu Rusyd dikatakan sebagai ahli pikir Skolastik latin.

    C. Skolastik Islam yang membawakan perkembangan Skolastik latin.

    Tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, tetapi para ahli pikir islam tersebut memberikan

    sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Sebagian para ahli pikir

    islam menganggap bahwa filsafat Ariestoteles dan Plato benar, mereka mengadakan perpaduan dan

    singkretisme antara agama dan filsafat. Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian masuk ke Eropa yang

    merupakan sumbangan islam paling besar.

    Dengan demikian, dalam pembahasan Skolastik islam terbagi menjadi dua periode, yaitu:

    a. Periode Mutakallimin (700-900)

    b. Periode filsafat islam (850-1200)

    Banyak buku filsafat dan sejenisnya mengenai peranan para ahli pikir islam atas kemajuan dan

    peradaban Barat sengaja disembunyikan karena mereka (Barat) tidak mengakui secara terus terang

    jasa para ahli pikir islam itu dalam mengantarkan kemoderenan Barat.

    9

  • 5/21/2018 Filsafat Albert Satria

    31/79

    BAB III

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Maka dapat kami simpulkan bahwa filsafat Skolastik adalah filsafat yang mendominasikan kepada

    ilmu pengetahuan, berfikir dan yang dipengaruhi oleh ajaran gereja. Filsafat Skolastik muncul pada

    abad ke-8 Masehi setelah pemikiran filsafat patristik mulai merosot pada abad ke-5 hingga ke-7.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya filsafat Skolastik adalah faktor religius dan faktor ilmu

    pengetahuan.

    Filsafat perenial(Latin:philosophia perennis),[note 1]

    yang juga disebut Perenialisme, adalah

    sebuah sudut pandang dalamfilsafat agamayang meyakini bahwa setiap agama di dunia

    memiliki suatu kebenaran yang tunggal dan universal yang merupakan dasar bagi semua

    pengetahuan dan doktrin religius.

    Gagasan perenialisme sudah ada sejak zaman kuno dan dapat ditemui dalam berbagai agama

    dan filsafat dunia. Istilahphilosophia perennispertama kali digunakan olehAgostino

    Steuco(14971548),[1]

    yang mendasarkannya dari tradisi filosofis yang sebelumnya sudah ada,

    yaitu dariMarsilio Ficino(14331499) danGiovanni Pico della Mirandola(146394).

    Pada akhir abad ke-19, gagasan ini dipopulerkan oleh pemimpinMasyarakat TeosofissepertiH.

    P. BlavatskydanAnnie Besantdengan nama "Kebijaksanaan-Agama" atau "Kebijaksanaan

    Kuno".[2]

    Pada abad ke-20, gagas