106
8.Mengapa Plato,Socrates dianggap pioneer filsafat Yunani? Plato diperkirakan lahir sekitar tahun 427 SM. Ia adalah filosof yang menjembatani dunia menusia dengan dunia yang abstrak. Pemikiran Plato melampaui semua jenis ilmu pengetahuan, baik matematika hingga ilmu astronomi. Bahkan muncul pernyataan bahwa filsafat yang ada sekarang ini hanyalah catatan-catatan kaki terhadap pemikiran Plato. Plato adalah seorang yang jenius dalam banyak hal. Ia adalah murid dari Socrates. Oleh karena itu cara berpikir dan caranya memandang dunia kurang lebih mirip Socrates. Karya-karyanya yang kebanyakan berupa dialog ditulisnya dalam prosa Yunani yang sangat indah, dan merupakan karya seni di bidang filsafat. Plato dianggap sebagai profesor pertama di dunia. Tokoh filosof Yunani ini mendirikan sebuah sekolah tingkat tinggi bernama Akademi Platonik. Sekolah ini adalah yang pertama dalam sejarah dunia Barat. Ia banyak menulis buku, di antaranya yang paling terkenal adalah "Republik ". Tulisan-tulisan Plato memiliki karakteristiknya sendiri. Hampir semua tulisan Plato yang ditulis saat ia muda banyak berkiblat pada tulisan-tulisan gurunya, Socrates. Keunikan tulisan Plato terletak pada tulisannya yang bukan berbentuk narasi melainkan dialog. Ia merasa bahwa itulah bentuk tulisan yang cocok untuk menumpahkan pemikirannya. Terkadang Plato menggunakan mite untuk menjabarkan pemikirannya yang abstrak. Oleh karena itu karya-karya Plato lebih mirip karya sastra yang ringan dibaca tetapi berisi, bukan karya ilmiah yang berat, padat, dan ringkas. Pandangan sang tokoh filosof terhadap dunia ini cukup unik. Salah satu yang diakui dunia adalah gagasannya mengenai idea. Ide, menurut Plato, bukan sekadar gagasan yang dihasilkan melalui proses pemikiran seseorang. Menurutnya, ide tidaklah dihasilkan dari proses berpikir, justru proses berpikirlah yang tergantung pada ide. Ide adalah sesuatu yang independen.

Filsafat Albert Satria

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Filsafat Albert Satria

8.Mengapa Plato,Socrates dianggap pioneer filsafat Yunani?

Plato diperkirakan lahir sekitar tahun 427 SM. Ia adalah filosof yang menjembatani dunia menusia dengan dunia yang abstrak. Pemikiran Plato melampaui semua jenis ilmu pengetahuan, baik matematika hingga ilmu astronomi. Bahkan muncul pernyataan bahwa filsafat yang ada sekarang ini hanyalah catatan-catatan kaki terhadap pemikiran Plato.

Plato adalah seorang yang jenius dalam banyak hal. Ia adalah murid dari Socrates. Oleh karena itu cara berpikir dan caranya memandang dunia kurang lebih mirip Socrates. Karya-karyanya yang kebanyakan berupa dialog ditulisnya dalam prosa Yunani yang sangat indah, dan merupakan karya seni di bidang filsafat.

Plato dianggap sebagai profesor pertama di dunia. Tokoh filosof Yunani ini mendirikan sebuah sekolah tingkat tinggi bernama Akademi Platonik. Sekolah ini adalah yang pertama dalam sejarah dunia Barat. Ia banyak menulis buku, di antaranya yang paling terkenal adalah "Republik ". Tulisan-tulisan Plato memiliki karakteristiknya sendiri. Hampir semua tulisan Plato yang ditulis saat ia muda banyak berkiblat pada tulisan-tulisan gurunya, Socrates. Keunikan tulisan Plato terletak pada tulisannya yang bukan berbentuk narasi melainkan dialog. Ia merasa bahwa itulah bentuk tulisan yang cocok untuk menumpahkan pemikirannya.

Terkadang Plato menggunakan mite untuk menjabarkan pemikirannya yang abstrak. Oleh karena itu karya-karya Plato lebih mirip karya sastra yang ringan dibaca tetapi berisi, bukan karya ilmiah yang berat, padat, dan ringkas.

Pandangan sang tokoh filosof terhadap dunia ini cukup unik. Salah satu yang diakui dunia adalah gagasannya mengenai idea. Ide, menurut Plato, bukan sekadar gagasan yang dihasilkan melalui proses pemikiran seseorang. Menurutnya, ide tidaklah dihasilkan dari proses berpikir, justru proses berpikirlah yang tergantung pada ide. Ide adalah sesuatu yang independen.

Socrates adalah tokoh filosof Yunani yang terlahir di Athena. Ia hidup pada era kejayaan kota itu, sekitar 470 SM. Socrates adalah seorang penanya ulung. Dia selalu bertanya dan terus bertanya untuk mencari kebenaran atas sesuatu yang menjadi kegelisahannya.

Socrates selalu menghasilkan pertanyaan baru atas jawaban yang diberikan oleh orang-orang yang ditanyainya. Dengan demikian, orang yang menjawab itu seakan dipaksa untuk menarik kembali jawabannya. Socrates adalah filosof yang melahirkan fajar pemikiran rasional di dunia

Ciri khas pemikiran Socrates adalah bahwa adanya sebuah definisi absolut dalam satu permasalahan. Pengetahuan hakiki melalui penalaran dalam dialog-dialog merupakan

Page 2: Filsafat Albert Satria

pembuka jalan dasar-dasar ilmu filsafat Yunani. Socrates adalah tokoh filosof pertama yang ajaran-ajarannya menempatkan manusia sebagai objek filsafat.Para pemikir sebelumnya tidak memerhatikan hal ini. Pemikiran dan gagasan seputar manusia merupakan ide inti pemikiran Socrates yang dijadikan dasar filsafat sampai sekarang. Sampai kini, Socrates disebut sebagai bapak etika atau filsafat moral dan filsafat secara general

9.Apa yang dimaksud dengan Neoplatonisme,apa hubungan dengan Plato dan Plotinus?

Neoplatonisme Plotinus

Latar BelakangPermulaan Abad pertengahan terdapat beberapa tokoh utama seperti plotinus (204-270), augustinus (354-430), anselmus (1033-1109), thomas aquinas (1225-1274), dll. Barangkali plotinus lah yang menjadi pemula pada abad pertengahan ini dengan membawa paham neoplatonismenya. Dan pada makalah ini, pembahasan akan dikhususkan pada filsafat neoplatonisme sebagai bentuk lanjutan dari pembahasan sebelumnya (idealisme plato). Secara ringkas, plotinus adalah filsuf pertama yang mengajukan teori penciptaan alam semesta. Ia yang mengajukan teori emanasi yang terkenal itu. Teori tersebut merupakan jawaban terhadap pertanyaan thales kira-kira delapan abad sebelumnya: apa bahan alam semesta ini. Plotinus menjawab: bahannya adalah Tuhan. Teori plotinus tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam pembahasan makalah ini.

A. Pengertian NeoplatonismeKata neoplatonisme terdiri dari beberapa rangkaian kata yaitu, neo, plato dan isme. Kata neo memiliki arti baru, sedangkan Plato merujuk pada seorang filosof yang mencetuskan konsep realitas idea dalam teori filsafatnya, isme memiliki arti faham. Jadi apabila dirangkai memiliki pengertian ide-ide baru yang muncul dari ide-ide filsafat yang telah dimunculkan oleh Plato. Faham ini bertujuan menghidupkan kembali filsafat yang dikemukakan oleh Plato. Meskipun begitu tidak berarti bahwa pengikut-pengikutnya tidak terpengaruh dengan aliran yang dibawa oleh para filsuf selain Plato. Dapat disimpulkan juga bahwa aliran neoplatonisme merupakan sintesa dari semua aliran filsafat sampai saat itu, dimana Plato diberi tempat istimewa. Faham ini dicetuskan pertama kali oleh Plotinus dari Mesir. Faham neoplatonisme memiliki ciri-ciri umum, diantaranya :a. Aliran ini menggabungkan filsafat Platonis dengan tren-tren utama lain dari pemikiran kuno, kecuali epikuarisme. Bahkan sistem ini mencakup unsur-unsur relegius dan mistik.b. Menggunakan filsafat Plato dan menafsirkannya dengan cara khusus. Cara interpretasi itu cenderung mengaitkan Allah dengan prinsip kesatuan seperti yang tampak dalam proses emanasi.

B. Biografi Plotinos ( 205 – 270 )Plotinos dilahirkan pada tahun 204 M di Lykopolis di Mesir, yang pada waktu itu dikuasai oleh Roma. Pada tahun 232 M ia pergi ke Alexandria untuk belajar filsafat pada seorang guru yang bernama Animonius Saccas selama 11 tahun. Pada tahun 243M ia mengikuti Raja Gordianus III berperang melawan Persia. Pada usia 40 tahun ia pergi ke Roma. Di sana ia menjadi pemikir terkenal pada zaman itu. Ia meninggal di Minturnea pada 270 M di Minturnae, Campania, Italia. Ia bermula mempelajari filosofi dari ajaran Yunani, terutama dari buah tangan Plato. Plotinos mulai menulis karya-karyanya dalam usia 50 tahun. Pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam karya-karyanya itu adalah didasarkan pada filsafat Plato, terutama

Page 3: Filsafat Albert Satria

ajarannya tentang idea tertinggi, baik atau kebaikan. Oleh karena itu maka filsafat Plotinos disebut Platonisme. Muridnya yang bernama Porphyry mengumpulkan tulisannya yang berjumlah 54 karangan. Karangan itu dikelompokkan menjadi 6 set yang tiap set berisi 9 karangan. Masing-masing set itu disebut ennead,diantaranya: 1. Ennead pertama berisi tentang masalah etika, kebajikan, kebahagiaan, bentuk-bentuk kebaikan, kejahatan, dan masalah penacabutan dari kehidupan. 2. Ennead kedua berisi tentang fisik alam semesta, bintang-bintang, potensialitas dan aktualitas, sirkulasi gerakan, kualitas dan bentuk, dan kritik terhadap gnostisisme.3. Ennead ketiga berisi tentang implikasi filsafat tentang dunia, seperti masalah iman, kuasa Tuhan, kekekalan, waktu, dan tatanan alam.4. Ennead keempat berisi tentang sifat dan fungsi jiwa.5. Ennead kelima berisi tentang roh Ketuhanan (alam idea).6. Ennead keenam berisi tentang free will dan ada yang menjadi realitas.

C. Ajaran Plotinos1. Teori Metafisika PlotinusKesamaan antara Plato dan Plotinus terletak pada konsep realitas idea. Meskipun begitu terdapat pula perbedaan diantara keduanya. Pada Plato idea bersifat umum, sedangkan pada Plotinus idea bersifat partikular sama dengan dunia yang partikular. Sistem metafisika Plotinus ditandai oleh transendens. Menurut pendapatnya di dalam fikiran terdapat tiga realitas, The one, The Mind dan The Soul. The One (Yang Esa) adalah Tuhan dalam pandangan Philo. Yaitu realitas yang tidak mungkin difahami melalui metode sains, indera dan logika. Ia berada di luar eksisitensi, di luar segala nilai. Keberadaannya bersifat transenden dan hanya dapat dihayati. Ia dapat didekati dengan tanda-tanda dalam alam. Realitas kedua adalah nous (the mind). Ini adalah gambaran tentang yang Esa dan di dalamnya mengandung idea-idea Plato. Idea-idea itu merupakan bentuk asli objek-objek. Kandungan nous adalah benar-benar kesatuan. Untuk menghayatinya mesti malalui perenungan. Sedangkan the soul yang merupakan bagian ketiga dari filsafat Plotinus diartikan sebagai arsitek semua fenomena yang ada di alam ini. Soul mengandung satu jiwa dunia dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dalam dua aspek, ia adalah energi yang ada di belakang dunia dan pada waktu yang sama ia adalah bentuk-bentuk alam semesta. Dalam ajaran Plotinus, jiwa tidak bergantung pada materi, atau dengan kata lain jiwa aktif dan materi bersifat pasif. Oleh karena iru jiwa merupakan esensi tubuh material. Tubuh dengan segala keterbatasannya ini berisi prinsip-prinsip ketiadaan dan penuh kejahatan. Ia mempunyai jarak yang jauh dari yang Maha Esa. Meskipun Plotinus berpendapat demikian bukan lantas mengabaikan jasad seperti orang-orang gnostik. Tentang penciptaan, Plotinus berpendapat bahwa Yang Paling Awal merupakan Sebab yang Pertama. Disini mulailah Plotinus memulai teori emanasinya yang belum pernah diajukan oleh filosof lainnya. Tujuan dari teori ini untuk meniadakan anggapan keberadaan Tuhan sebanyak makhlukNya. Alam ini diciptakan melalui proses emanasi yang berlangsung tidak dalam waktu. Sebab ruang dan waktu terletak pada tingkat terbawah dari emanasi, ruang dan waktu adalah pengertian dalam dunia yang lahir. Dalam emanasi The One (Yang Esa) tidak mengalami perubahan. Yang Esa adalah semuanya, tetapi tidak mengandung di dalamnya satu pun dari barang yang banyak (makhluk). Dasar makhluk tidak mungkin kalau makhluk itu sendiri, akan tetapi Yang Esalah yang menjadi dasar semua makhluk. Di dalam filsafat klasik Yang Esa itu dikatakan sebagai penggerak yang pertama (al-muharrik al-awwal), yang berakibat Yang

Page 4: Filsafat Albert Satria

Esa didiskripsikan berada di luar alam nyata. Dalam emanasi Plotinus alam ini terjadi dari Yang Melimpah, yang mengalir itu tetap menjadi bagian Yang Melimpah. Sehingga dapat disimpulkan dari teori Plotinus bahwa alam berada dalam Tuhan. Hubungannya sama dengan hubungan suatu benda dengan bayangannya. Makin jauh yang mengalir dari Yang Asal, maka makin tidak sempurna ia. Alam ini merupakan bayangan yang asal akan tetapi tidak sempurna seperti halnya Yang Asal. Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa corak filsafat Plotinus berkisar pada konsep Yang Satu. Artinya, semua yang ada bersumber dan akan kembali kepada Yang Satu. Oleh karenanya dalam realitas seluruhnya terdapat dua gerakan, yaitu:a. Dari atas ke bawah.Teori yang pertama ini dapat digambarkan sebagaimana dalam emanasi. Pancaran dari Yang Satu memancar menjadi budi (nus). Akal Budi ini sama dengan ide-ide Plato yang dianggap Plotinus sebagai intelek yang memikirkan dirinya. Jadi akal budi sudah tidak satu lagi. Hal ini karena dalam akal budi terdapat dualisme (pemikiran dan yang difikirkan). Dari akal budi itu muncullah Jiwa Dunia (psykhe). Akhirnya dari jiwa dunia ini mengeluarkan materi (hyle) yang bersama dengan jiwa dunia merupakan jagat raya. Karena materi memiliki tingkatan paling rendah, maka ia berupa makhluk yang paling kurang sempurna dan sumber-sumber kejahatan.

b. Dari bawah ke atasTerma kedua ini dapat pula dikatakan dengan kebersatuan dengan Yang Satu. Inilah yang menjadi tujuan dari filsafat yang dikonsep oleh Plotinus. Pada bagian kedua ini jiwa manusia harus memusatkan diri kepada diri sendiri terlebih dahulu, meninggalkan kesenangan obyek-obyek panca indera serta menaikkan alam pemikirannya kepada alam pemikiran ke-Tuhan-nan. Dengan demikian jiwa bisa mencapai alam jiwa-akal Mutlak (spirit-Nous). Fase terakhir dari perjalanan menuju ketuhanan hanya bisa dicapai dengan mistik atau semedi (estatic-mystical experience) yang oleh Plotinus disebut dengan istilah terbang dari pribadi ke Pribadi (the flight of the alone to Alone) artinya menuju kepada Tuhan. Demikian corak mistik dan agama pemikiran Plotinus. Pemikiran tersebut kemudian oleh St. Agustinus dan Dyonisius ke dalam ajaran agama Masehi, dan dengan demikian Plotinus dianggap sebagai bapak mistik barat.

2. Ajaran tentang JiwaMenurutnya jiwa adalah suatu kekuatan ilahiyah dan merupakan sumber kekekalan. Alam semesta berada dalam satu jiwa dunia. Jiwa tidak dapat dibagi secara kuantitatif karena jiwa adalah sesuatu yang satu. Satu disini dapat diartikan dalam setiap individu terdapat jiwa, sehingga jiwa berjumlah sangat banyak. Dari jiwa dengan jumlah yang sangat banyak tadi, antara jiwa yang satu dan lainnya memiliki kesatuan. Dalam filsafat Plotinus dikemukakan pula adanya reinkarnasi sebagaimana dalam teori filsafat Plato. Selain itu jiwa telah ada sebelum keberadaan jasmani, sehingga jiwa bersifat kekal. Reinkarnasi ditentukan oleh perilaku manusia pada saat hidupnya dan hanya jiwa yang kotor sajalah yang mengalami reinkarnasi. hal ini dikarenakan jiwa yang bersih dan tidak ada ikatan dengan dunia ia akan bersatu dengan Tuhan. Menurutnya jiwa yang tinggi adalah jiwa yang tidak mengingat apa-apa kecuali Yang Tinggi. 3. Ajaran tentang Etika dan EstitikaDalam pembahasan etika, Plotinus mengawalinya dengan membahas kebebasan berkehendak yang dimiliki manusia. Pada dasarnya manusia memiliki kebebasan, akan tetapi kebebasan tidak dapat diartikan secara lahiriyah. Kebebasan yang dimaksud disini adalah manusia bebas memilih kepada kebaikan ataukah keburukan. Menurutnya jiwa manusia berada dalam jiwa ilahi (cenderung untuk baik) sehingga Plotinus

Page 5: Filsafat Albert Satria

menyimpulkan bahwa kebebasan yang dimiliki oleh jiwa manusia dikarenakan jiwa manusia sebagian dari jiwa Ilahi. Meskipun begitu manusiapun harus mempertanggungjawabkan perbuatannya karena ia telah diberi pikiran untuk memilih dan kebebasan untuk menentukan piihan. Kemampuan dalam memilih hal yang baik ini digerakkan oleh cinta yang disandarkan kepada Yang Esa. Menurut Plotinus esensi keindahan tidak terletak dalam bentuk yang kasat mata, akan tetapi esensinya terletak pada keintiman seorang hamba dengan Tuhannya Yang Maha Sempurna. Dari pernyataannya ini timbul semacam sekala menaik tentang keindahan, mulai dari keindahan yang inderawi naik ke emosi kemudian ke susunan alam semesta yang bersifat immaterial. Jadi keindahan itu bertingkat mulai dari keindahan inderawi hingga keindahan Ilahiah. Menurutnya pula, hal itu dikatakan indah apabila mengikuti bentuk ideal. Penciptaan keindahan harus melalui komunikasi pikiran yang mengair dari Tuhan. Selain membicarakan keindahan Plotinus juga membicarakan tentang kejahatan. Pada intinya kejahatan tidak memiliki realitas metafisis, merupakan perbuatan aku yang rendah dan bukan realitas pada manusia. Sedangkan realitas manusia merupakan realitas aku yang murni yang terdiri dari logos dan nous. Logos menerima dari nous (akal) idea-idea yang kekal. Dengan perantara logos (pikiran), jiwa hanya dapat melakukan tugas yang mulia yang tujuannya bersatu dengan Tuhan. Kejahatan bukan realitas, akan tetapi kejahatan ada sebagai pelengkap dalam kesempurnaan alam.

4. Ajaran tentang IlmuIdea keilmuan tidak begitu maju pada Plotinus, karena ia menganggap sains berada di bawah metafisik dan metafisika lebih rendah daripada keimanan. Surga lebih berarti daripada bumi sebab surga itu merupakan tempat peristirahatan jiwa yang mulia. Dari pendapatnya ini Plotinus mengekang kebebasan akal dengan doktrin-doktrin agamanya ini. Tidak hanya Plotinus, pengikutnya Simplicius bahkan tidak memberi ruang gerak kepada filsafat rasional. Menurutnya orang yang mempelajari filsafat rasional sama halnya melakukan kesia-siaan belaka bahkan mereka harus dimusuhi. Dari doktrin inilah akhirnya kaisar Justianus melarang pengajaran filsafat (apapun) di Athena dan menghukum berat orang-orang yang mempelajarinya. Begitu pula Agustinus yang mengganti akal dengan iman sehingga potensi rasional yang diakui pada zaman Yunani digantikan dengan kuasa Tuhan. Menurutnya tidak perlu dipimpin oleh pendapat yang memiliki kebenaran relatif, karena agama memiliki kebenaran yang mutlak. Dari kesemua isi filsafat neo-Platonisme berujung bahwa kehidupan pertapa adalah kehidupan yang terbaik.

D. Pengikut PlotinusSesudah Plotinus, neoplatonisme hanya menghasilkan sedikit saja filosof yang berbobot, antara lain:1. Parphyry (233-301). Dia adalah salah satu murid Plotinus yang mengumpulkan karya Plotinus dan menyebarkannya dalam bentuk ennead. Ia mengatakan bahwa setiap orang bijak tentu menghormati Tuhan sekalipun dengan cara diam. Orang bijak selalu melatih diri untuk mengenal Tuhan, berdoa dan bertaubat serta melakukan kebaikan. Sedangkan orang yang bodoh akan menodai Tuhan sekalipun sering berdoa dan bertaubat. 2. Lamblichus (w. 330). Ia berpendapat manusia tidak mungkin memahami Tuhan dan ajaranNya.3. Proclus, pendapatnya manusia tidak akan selamat tanpa iman. Setidaknya dari ketiga pendapat murid Plotinus dapat diketahui bahwa iman menang secara mutlak. Tidak ada lagi ruang bagi rasio untuk berfilsafat. Mereka memandang rendah keberadaan filsafat bahkan diakatakan bahwa filsafat tidak sesuai dengan penyelamatan. Tidak ada perkembangan penting dalam pemikiran ini, karena semuanya mengulang pemikiran Plotinus. Dengan lahirnya ajaran Plotinus ini, dapat

Page 6: Filsafat Albert Satria

dikatakan berakhirnya alam pikiran Yunani. Sebab corak pemikiran Yunani yang bercirikan intelektual dan rasional sudah tertutup oleh corak pikiran Plotinus yang bersifat mistik, irasional dan hanya dapat ditangkap oleh perasaan saja.

Kesimpulan 1. Neoplatonisme merupakan ide-ide baru yang muncul dari ide-ide filsafat yang telah dimunculkan oleh Plato. Aliran neoplatonisme juga merupakan sintesa dari semua aliran filsafat sampai saat itu, dimana plato diberi tempat istimewa. Faham ini dicetuskan pertama kali oleh plotinus dari mesir2. Teori emanasi yang diajukan plotinus merupakan teori tentang penciptaan yang belum pernah diungkapkan oleh filsuf sebelumnya3. Paham neoplatonisme ini mencakup dua gerakan, yaitu gerak kebawah yang merupakan emanasi dari tuhan dan gerak ke atas yang merupakan penyatuan hamba dengan tuhannya

10.Apa yang dimaksud dengan filsafat hellenisme ,parepatetik,patristic,skolastik dan filsafat perennial?

Hellenisme

Istilah Hellenisme adalah istilah modern yang diambil dari bahasa Yunani kuno Hellenizein, yang berarti berbicara atau berkelakuan seperti orang Yunani (Ahmad Tafsir, 1990:53).

Menurut Poerwantana, dkk (1994:68) membagi fase ini menjadi fase Hellenisme dan fase Hellenisme Romawi. Fase Hellenisme adalah fase yang pemikiran filsafatnya hanya dimiliki oleh orang-orang Yunani, sejak abad ke 4 SM. Sedangkan fase Hellenisme Romawi ialah yang datang sesudah masa tersebut meliputi kerajaan Romawi.

Istilah Hellenistik mulai digunakan abad ke 19 oleh sejarawan Jerman Droysen. Untuk memudahkan pengertian periode Hellenisme, Ahmad Tafsir (1990:53), memberikan definisi bahwa periode Hellenistik dapat dimulai sejak meninggalnya Aristoteles sampai mulai berkembangnya agama Kristen.

Adapun ciri-ciri filsafat Hellenisme diantaranya adalah :

1. Pemisahan antara filsafat dan sains terjadi pada zaman ini, belajar seperti pada abad ke 20 ini menjadi lebih terspesialisasi.

2. Sifat spekulasi mulai dijauhi, perhatian lebih terkonsentrasi pada aplikasi.3. Jiwa filsafat Hellenisme ialah aklektik, usaha-usaha diarahkan untuk mengharmoniskan

pendapat yang berlawanan.4. Etika dijadikan perhatian yang dominan.

Page 7: Filsafat Albert Satria

5. Pada zaman ini filsafat lebih lekat dengan agama dibandingkan dengan zaman Hellenis lama (Yunani).

6. Lama periode ini kurang lebih 300 tahun. Jatuhnya filsafat langsung disambung oleh neo-pythagorean dan neo-platonisme (Ahmad Tafsir, 1990:53).

Peripatetik sering disebut dengan logika formal yang menuntut kebenaran proposisi.[1]Artinya untuk mencapai suatu kebenaran diperlukan kesinambungan kausalitas terhadap setiap fenomena yang terjadi. Metode ini berawal dari filsafat yunani, khususnya filsafat Plato dan Aristoteles.[2]Mengenai konsep alam, perspektif peripatetik berupaya untuk memadukan kosmos ke dalam sebuah system rasional yang luas. Alam dipandang sebagai sebuah wilayah yang harus dianalisis dan dipahami. Pengetahuannya dicapai melalui metode rasiosinasi itu sendiri yang instrument utamanya adalah logika. Oleh karena itu, madzhab ini di dalam islam diidentikkan dengan rasionalisme, meskipun rasionalisme dalam Islam tidak pernah terlepas dari wahyu. Observasi dan eksperimen, yang berada di jantung empirisme modern bukanlah aspek khas madzhab ini.[3]

Aliran Paripatetik__1. A.     PENDAHULUAN

Aliran Peripatetic merupakan aliran yang pertama muncul di dunia

filsafat. Hal ini sangat menarik untuk di kaji mengingat dalam

Aliran-aliran ini terdapat berbagai masalah yang perlu di kritisi.

Awal mula dikenalnya istilah filsafat peripatetik, adalah setelah

meninggalnya salah satu tokoh besar filsafat yunani kuno, yaitu

Aristoteles atau dengan kata lain orang-orang biasa menyebutnya

dengan pasca Aristoteles. Yang dimana setelah meninggalnya

Aristoteles yang meneruskan ajaran-ajarannya adalah para

muridnya, kemudian dinamakan kelompok peripatetik. Istilah

peirpatetik ini merujuk pada kebiasaan Aristoteles dalam

mengajarkan filsafatnya kepada murid-muridnya. Dalam bahasa

arab peripatetik disebut dengan istilah masya’i atau masya’iyin,

yang berarti ia yang berjalan memutar atau berkeliling. Adapun

yang mengatakan bahwa istilah peripatetik dalam nuansa

sejarahnya lebih menunjukan kepada pengertian tempat Aristoteles

mengajar, bukan kepada kebiasaan Aristoteles mengajar sambil

berjalan-jalan

Aliran Peripatetic ini  tidak hanya dikalangan barat saja, melainkan

di dunia Islam memiliki tokoh-tokoh yang sangat luar biasa yang

cukup berpengaruh di dunia, seperti Al-Kindi,  Al-Farobi, Ibnu Sina

Page 8: Filsafat Albert Satria

dan para-pemikir-pemikir yang lain yang termasuk dalam Aliran

filsafat peripatetic.

Ada berbagai masalah yang di kritisi Oleh Al-Ghazali mengenai

pemikiran Peripatetik yang memahami tentang Keabadian alam,

Tentang tuhan tidak mengetahui hal-hal yang juz’I atau yang

particular, dan juga pemahaman tentang kebangkitan kembali jasad

manusia di alam yang baru atau di Alam akhirat. Al-Gozali memiliki

banyak argument untuk menanggapi permasalahan ini.

Namun  Dalam makalah ini mungkin tidak banyak yang di bahas,

namun pemakalah berusaha untuk memunculkan ide-ide baru bagi

siapa yang membacanya sehingga timbul gagasan-gagasan baru

yang lebih baik. dan bisa termotifasi untuk mencari kembali yang

bisa menambah pengetahuan tentang peripatetic.

 

 

BAB II

1. A.    Sejarah Lahirnya Madzhab Peripatetik 

Pada masa awal peripatetik, khususnya ketika baru ditinggal oleh

Aristoteles, pandangan filsafat Yunani yang bercirikan Aristotelian

tidak banyak mengalami benturan-benturan yang berarti. Akan

tetapi, ketika semangat peripatetik atau semangat

mempertahankan corak berfikir Aristoteles masuk kedunia islam

pada abad pertengahan, dan bertemu dengan ortodoksi, batang

tubuh ajaran islam, maka munculah gesekan-gesekan untuk

menjelaskan ajaran “agama dengan logika.”

 

1. 1.      Awal Lahirnya Madzhab Peripatetik

Page 9: Filsafat Albert Satria

Awal mula dikenalnya istilah filsafat peripatetik, adalah setelah

meninggalnya salah satu tokoh besar filsafat yunani kuno, yaitu

Aristoteles atau dengan kata lain orang-orang biasa menyebutnya

dengan pasca Aristoteles. Yang dimana setelah meninggalnya

Aristoteles yang meneruskan ajaran-ajarannya adalah para

muridnya, kemudian dinamakan kelompok peripatetik. Istilah

peirpatetik ini merujuk pada kebiasaan Aristoteles dalam

mengajarkan filsafatnya kepada murid-muridnya. Dalam bahasa

arab peripatetik disebut dengan istilah masya’i atau masya’iyin,

yang berarti ia yang berjalan memutar atau berkeliling. Adapun

yang mengatakan bahwa istilah peripatetik dalam nuansa

sejarahnya lebih menunjukan kepada pengertian tempat Aristoteles

mengajar, bukan kepada kebiasaan Aristoteles mengajar sambil

berjalan-jalan.

Dr. Ahmad Fuad al-Ahnawi menjelaskan tentang interpretasi yang

sebenarnya atas peripatetikisme dan corak yang membedakannya

dengan Aristotelisme. Ia mengatakan bahwa: antara aliran

Aristotelisme dan Masyaiyyah (peripatetikisme) terdapat

perbedaan, walaupun kedua-duanya merupakan filsafat Aristoteles.

Aliran Aristotelisme mempunyai corak khusus (rujukannya) tidak

sampai keperguruannya, dan tidak sampai pula ketangan para

murid dan penafsirnya. Sedangkan Masyaiyyah merupakan suatu

aliran dari perguruan yang didirika oleh Aristoteles. Dimana tulisan-

tulisannya menjadi pelita yang menerangi jalan perguruannya yang

berlangsung sejak abad keempat sebelum masehi hingga zaman Ibn

Rusyd yakni abad ketiga belas Masehi.

Perkembangan peripatetik, secara sederhana dapat dikatakan

relatif sejajar dengan perkembangan akademia. Artinya, bahawa

pada awalnya peripatetik hanya meneruskan dari prinsif-prinsif

filsafat Aristoteles, sebagaimana akedemia meneruskan karya-karya

warisan Plato dengan terutama mementingkan ajaran tentang idea-

idea dan matematika. Demikian juga para murid Aristoteles

meneruskan usaha-usaha gurunya, khususnya melakukan

penyelidikan ilmiah yang sangat empiristik dan logis. Akan tetapi

Page 10: Filsafat Albert Satria

berbeda dengan Plato didalam mempengaruhi masa kuno yang akan

mendatang. Karena Plato tetap dikenal masa kuno Yunani dan

Romawi dekemudian hari. Sedangkan pengaruh filsafat Aristoteles

sempat mengalami masa jeda, baru pada abad pertengahan,

pengaruh Aristoteles atas pemikiran filsafat islam dan pada giliran

selanjutnya atas modern barat mulai menampakkan pengaruh yang

besar, bahkan melebihi pengaruh Plato sendiri. Sebagaimana Al-

Ahnawi mengatakan bahwa ”Filsafat Islam lebih banyak diwarnai

aliran mayaiyyah.”

Jadi madzhab peripatetik ini adalah aliran yang memiliki hubungan

“Benang Merah” dengan Aristoteles. Karena kelahiran ini

dilatarbelakangi oleh semangat meneruskan dan menghidupkan

filsafat Aristoteles. Sebagaimana dengan Akademia Plato yang

melahirkan Neo-Platonisme pada akhir abad keempat Masehi

Sekalipun filsafat peripatetik mengalami masa jeda yang lumayan

sangat lama, dan pengaruhnya yang dominan baru terjadi pada

abad pertengahan, namun sebelum menyebutkan tokoh-tokoh besar

peripatetik didunia islam, pada abad pertengahan masehi, karena

baik peripatetik awal maupun peripatetik islam, keduanya,

sebagaimana Aristoteles memiliki corak yang relatif sama, yaitu,

sama-sama menonjol dalam bidang filsafat alam. Adapun diantara

tokoh-tokoh awal itu adalah, Theophrastos, Dikaiarkhos, dan Strato.

Adapun beberapa beberapa filosof yang dikategorikan kapada aliran

peripatetik lainnya, diantaranya adalah al-Kindi (w. 866), al-Farabi

(w. 950), Ibn Sina (w. 1030), Ibn Rusyd (w. 1196), dan Nashir al-Din

Thusi (w. 1274). [1] Adapun ciri khas dari aliran peripatetik ini

dipandang dari sudut metodologis dan epistemologisnya dikenal

dengan beberapa hal: 1) modus ekspresi atau penjelasan dari para

filosof peripatetik bersifat sangat diskursif (bahtsi), yaitu

menggunakan logika formal yang didasarkan pada penalaran akal.

2) karena sifatnya yang diskursif, maka filsafat yang merka

kembangkan bersifat tak langsung. Dikatakan tak langsung karena

untuk menangkap objeknya mereka menggunakan symbol, baik

Page 11: Filsafat Albert Satria

berupa kat-kata atau konsep maupun representasi. 3) penekanan

yang sangat kuat dari rasio-rasio sehingga kurang memprioritaskan

pengenalan intuitif, yang sangat dikenal dalam aliran lain, seperti

Isyraqi (Iluminasionis) mauopun Irfani (gnostik). Adapun cirri khas

lain dari aliran peripatetik yang berkaitan dengan aspek ontologis.

Misalnya, dalam ajaran mereka yang biasa disebut hylomorfisme,

yaitu ajaran yang mengatakan bahwa apapun yang ada di dunia ini

terdiri atas dua unsur utamanya, yaitu materi dan bentuk.

Kelompok peripatetik ini merupakan aliran filsafat yang

menekankan kepada pembahasan tentang alam, atau bisa juga

disebut dengan filsafat alam. Menurut kesaksian masa kuno,

Aristoteles mengarang banyak karya, yang banyak memuat

dokumentasi ilmiah dan empiris. Dan sebagian karya-karyanya itu

adalah disusun oleh Aristoteles sendiri, dan sebagian yang lainnya

lagi oleh para murid-muridnya dibawah naungan peripatetik.

1. Tokoh- tokoh Peripatetik Awal

Sekalipun filsafat peripatetik ini mengalami jeda dan pengaruhnya

yang dominan baru terjadi pada abad pertengahan, namun kita

wajib mengetahui beberapa tokoh angkatan pertama dari madzhab

peripatetik sebelum disebut tokoh-tokoh besar peripatetik di dunia

islam pada abad pertengahan Masehi, karena baik peripatetik awal

maupun peripatetik islam. keduanya, sebagaimana Aristoteles,

memiliki corak yang relatif sama, yaitu sama-sama menonjol dalam

bidang filsafat alam. Adapun tokoh-tokoh awal filsuf peripatetik

yaitu sebagai berikut (ada dua kelompok, yang terkenal dan yang

kuraang terkenal).

1. Theophrastos

Ia berasal dari Eresos (tepatnya di pulau lesbos), yang

menggantikan Aristoteles sebagai kepala madzhab peripatetik pada

tahun 323-2 sebelum masehi. Menurut perkiraan ahli sejarah

filsafat, ia meninggal pada tahun 288-7 sebelum masehi, atau 287-6

sebelum masehi. Dibawah kepemimpinannya madzhab peripatetik

berkembang relatif pesat. Theophrastos telah mengerjakan segala

bidang keahlian yang dikuasi oleh gurunya, Aristoteles. Akan tetapi

Page 12: Filsafat Albert Satria

kebanyakan karangan yang ditulisnya saat ini sulit untuk dapat

dijumpai lagi. Sedikit yang masih tersimpan adalah dua karya

besarnya tentang ilmu tumbuh-tumbuhan di samping beberapa

karangan kecil lainnya.

Memang tidak banyak yang bisa diketahui tentang perjalanan

filsafatnya, hanya ada catatan yang perlu disampaikan disini, ialah

bahwa Theophrastos termasuk salah satu tokoh yang boleh

dianggap sebagai historigrafer filsafat yang pertama, karena ia

sempat menulis satu karya yang berisi kumpulan beberapa

pendapat filsuf, khususnya dalam bidang filsafat alam. Namun,

seperti biasanya, karya besar ini tidak dapat ditemukan lagi secara

utuh, kecuali hanya di temukan beberapa fragmen saja dari

karangannya yang masih ada.

1. Dikaiarkhos

Ia lahir dan dibesarkan di Messene. Tidak banyak yang dapat

diketahui tentangnya. Termasuk apakah ia satu murid langsung dari

Aristoteles, ataukah hidup sezaman dengan Aristoteles.

Mengingat tahun lahirnya dan meninggalnya tidak di ketahui secara

pasti. Sejarah filsafatnya bisa kita ketahui, karena ia meninggalkan

sebuah karangan besar yang banyak dikutip oleh beberapa filsuf

selanjutnya. Dan dari para pengutipnya itulah, ia dikelompokkan ke

dalam madzhab peripatetik sesudah Theophrastos. Karangan besar

dari Dikaiarkhos ini merupakan salah satu karya tentang

perkembangan kebudayaan Yunani, sejak masa mitologi yunani

kuno, sampai pada masa aristoteles.

1. Strato

Strato merupakan seorang tokoh filsuf peripatetik yang berasal dari

Lampsakos. Ia mengepalai madzhab peripatetik setelah

meninggalnya Theophrastos. Dalam karya-karyanya, Strato banyak

memusatkan perhatiannya pada fisika, dimana ia sangat

dipengaruhi oleh ajaran demokritos, seorang tokoh utama atomisme

dari zaman yunani kuno. Sekalipun ia menolak teologi dalam alam,

Page 13: Filsafat Albert Satria

dan tetap mencoba menerangkan kejadian alam secara mekanistis,

sebagaimana halnya demokritos, akan tetapi ia berbeda pendapat

dengan demokritos dan tidak menerima ajaran atomismenya,

karena Strato berkeyakinan bahwa materi dalam alam dapat dibagi-

bagi secara terus-menerus.

 

1. Tokoh- tokoh Lain

Dari masa kuno, kita telah banyak mewarisi karya-karya Aristoteles

atau diinstinbatkan kepada Aristoteles. Daftar karya-karya

Aristoteles yang tertua disusun oleh Diogenes Laertions. Dari daftar

yang disusun oleh diagones itulah, terlihat bahwa Aristoteles dan

para kelompok peripatetik, merupakan aliran filsafat yang

menekankan kepada pembahasan tentang alam inderawi, atau bisa

pula disebut dengan para filsuf alam. Menurut kesaksian kuno,

Aristoteles mengarang banyak karya, yang banyak memuat

dokumentasi ilmiah dan empiris. Kiranya dapat diandaikan bahwa

sebagian karya-karya itu memang disusun oleh Aristoteles sendiri,

dan sebagian lagi oleh murid-muridnya aristoteles dibawah naungan

madzhab peripatetik. Namun, kebanyakan dari karya-karya besar

itu, adalah berasal dari periode Aristoteles sewaktu ia mengajar

dalam Lykeion hampir semua karya-karya itu sekarang hampir tidak

ada lagi.

Yang perlu dicatat dari penuturan para historiografer tersebut

adalah bahwa materi bahasan filsafat peripatetik pada masa-masa

awal, tidak banyak mengalami perubahan yang berarti, yaitu lebih

menekankan pada materi pembahasan di dalam wilayah “filsafat

alam” sebagaimana yang lazim dilakukan oleh penadahulu mereka,

Aristoteles. Sekalipun Aristoteles sendiri tidak pernah

mengesampingkan sama sekali obyek-obyek di luar alam fisik, atau

yang di istilahkan oleh Aristoteles di dalam banyak karyanya

sebagai metafisika atau sesuatu yang “berada di luar yang fisik”.

Aristoteles tidak pernah secara khusus menulis satu buku pun

tentang metafisika, kecuali ia hanya pernah menyinggung bahwa

Page 14: Filsafat Albert Satria

ada sesuatu obyek bahasan di luar yang fisik, yang ia istilahkan

dengan metafisika itu.

1. Peripatetik di Dunia Islam

Para ilmuan arab, sebagaimana yang telah di singgung dalam

beberapa pertemuan yang lalu, para ilmuan arab sudah

mengadakan usaha yang berarti untuk menyelaraskan, bukan hanya

filsafat yunani dengan ajaran islam, akan tetapi juga dengan unsur-

unsur campuran yang terdapat di dalam filsafat yunani sendiri.

Walaupun tidak secara langsung semangat patriskisme berperan

untuk mendamaikan pertentangan yang terjadi antara ilmuwan

dengan agama, pada sisi lain terjadi peralihan besar-besaran dari

dunia filsafat yunani kedalam dunia islam dalam semangat

keilmuwan murni. Hal ini ditandai dengan penterjemahan buku-buku

yunani, yang berpusat di bait al hikmah khususnya, ke dalam

bahasa timur, terutama bahasa arab. Upaya penerjemahan ini

membawa pengaruh yang sangat besar dengan di tandai lahirnya

banyak tokoh filsuf di dunia islam.

Tanpa bermaksud mengurangi kebesaran tokoh yang lain, kami

hanya mengambil tiga tokoh saja, karena menurut kami ketiganya

ini sudah dapat mewakili yang memilki korelasi yang relevansi yang

baik.

1. Tokoh-tokoh Peripatetik Islam 

2. Al Kindi

Nama lengkap al-Kindi adalah Abu Yusuf Yaqub Ibn Ishaq ibn al-

Shabah Ibn Imran Ibn Ismail Ibn Muhammad Ibn al-Asy”ats Ibn Qeis

al-Kindi. Beliau di kenal sebagai filsuf muslim keturunan arab

pertama, atau meminjam istilah madjid fakhry dengan gelar “filosof

dari arab” .

Al-Kindi hidup pada masa kejayaan pemerintahan daulah Abbasiyah,

di mana dia hidup pada lima periode pemerintahan Abbasiyah yang

populer, di mulai sejak pemerintahan al-Amin (809-813 M), al-

Ma’mun (813-833 M), al-Mutashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847

Page 15: Filsafat Albert Satria

M), dan al-Mutawakkil (847-861 M). pada lima periode, dinasti

Abbasiyah ini dikenal suatu masa kejayaan dengan adanya minat

yang besar terhadap ilmu dan perkembangannya intelektual,

khususnya faham muktazillah sebagai pengajar di bait al

hikmah yang mengusai bahasa suryani dengan baik, ia banyak

menerjemahkan dan mengarang buku-buku ilmiah. Melalui lembaga

bait al hikmah, ia sangat di kenal dan berjasa dalam gerakan

penerjemahan, di samping dikenal sebagai pelopor yang

memperkenalkan tulisan-tulisan Yunani, Suriyah, dan India kepada

dunia islam. Pada saat al-Mutawakkil memerintah dinasti abbasiyah,

al-Kindi sempat dicurigai sebagai orang yang kurang memiliki

hormat kepada agama. Karena ia mengajarkan filsafat Aristoteles

dari Yunani, bahkan perpustakaan miliknya, Kindiyah sempat

ditutup. Namun akhirnya kindiyah di buka kembali, setelah al-

Mutawakkil mengetahui bahwa tuduhan terhadap al-Kindi hanyalah

fitnah dan hasutan yang dilakukan oleh dua putra Ibn Syakir,

Muhammad dan Ahmad.

Al-Kindi merupakan orang pertama yang merintis jalan upaya

penyesuaian filsuf yunani dengan prinsip-prinsip ajaran Islam

(ortodoksi), sementara filsuf Arab atau Islam selanjutnya bisa

disebut hanya meneruskan apa yang telah di lakukan al -Kindi. Jalan

pertama yang di rintis al-Kindi ini merupakan titik awal lahirnya

filsafat Islam, sekalipun filsafat islam masih dalam “tanda petik “.

Mengingat al -Kkindi sendiri kurang jelas dan tegas memilih, ketika

menghadapi lebih-lebih saat menginplementasikan aliran filsafat

Aristoteles (baca masyaiyah peripatetik) dan aliran filsafat

neoplatinus (aliran platinus). Kerancuan ini terjadi akibat

beredarnya revisi yang dilakukan Proclus terhadap karya tulis

Platinus, yang terkenal dengan nama Enneade (tasu’at) atau

Rububiyah (ketuhanan). Sebagaimana yang di jelaskan oleh al-

Ahwani, ketika al-Kindi mengulas masalah-masalah tentang

kecakapan jiwa, banyak pengamat menilai bahwa ia sedikit

menyimpang dari tradisi Aristoteles sendiri. Karena ia membedakan

antara kecakapan-kecakapan vegetatif, sensitif, rasional dan motif.

Dengan demikian, konsep tiga bagian platonik tentang jiwa sering

Page 16: Filsafat Albert Satria

kali disatukan tanpa pemilihan sebagaimana mestinya.[2] Ia

menggambarkan penginderaan sebagai tindakan memisahkan

bentuk indera dari obyek indera, dengan bantuan indera.

Sementara akal, menurut al-Kindi mempunyai analogi tertentu

dengan sensai (penginderaan). Dengan syarat bahwa:

1. Akal melepaskan bentuk obyek-obyek spestes dan genera.

2. Akal menjadi identik dengan obyeknya dalam tindakan berfikir.

Dalam risalahnya tentang akal, al kindi mengembangkan

pandangan Aristotelian tentang akal, yang ia yakini sama

hakikatnya dengan pandangan Plato. Dengan demikianlah,

menurut Madjid Fakhry, letak perbedaan antara al -kindi denga

Aristoteles, Nampak dalam pengantarnya tentang akal.

Menurut al-Kindi, realitas itu di bangun di atas dasar pengetahuan

manusia yang berbeda. Pertama adalah saluran pengalaman indera,

yang berkaitan erat dengan saluran penangkapan manusia terhadap

obyek-obyek lahir dengan cara yang mudah dan langsung melalui

indera manusia. Kedua, pengalaman saluran rasional, yaitu

pengenalan secara intuitif dengan cara mengambil kesimpulan

secara logis dan niscaya dari obyek pertama pengenalan. Obyek

pengenalan seperti itu bersifat universal, juga immaterial, lagi pula

baik pembayangan (representasi) maupun bayang-bayang inderawi

tidak pernah di bentuk, karena penginderaan maupun pembayangan

keduanya berkaitan erat dengan hal-hal yang partikular.

Sekalipun al kindi tidak menyetujui pendapat plato yang

mengatakan bahwa jiwa berasal dari alam idea, akan tetapi

argumennya tentang pemilihan jiwa dari tubuh, dan jiwalah yang

mengatur tubuh, lebih dekat kepada pemikiran plato dari pada

aristoteles. Dimana aristoteles menyebut bahwa jiwa adalah baharu

dan berubah, karena ia merupakan form (bentuk) bagi tubuh

(materi). Bentuk tidak bisa tinggal. Tanpa materi, keduanya

membentuk kesatuan sensual, dan kemusnahan badan berbanding

lurus dengan kemusnahan jiwa. Sementara Plato mengatakan

bahwa kesatuan antara jiwa dan badan adalah kesatuan accidental

dan bersifat temporal. Binasanya badan tidak mengakibatkan

lenyapnya jiwa. Menurut al-Kindi, jiwa adalah prinsip kehidupan

Page 17: Filsafat Albert Satria

yang mempengaruhi tubuh organik untuk beberapa saat lamanya,

kemudian melepaskannya tanpa mempengaruhi kejasmaniannya.

Menurutnya, jiwa disertai oleh tiga daya.

1. Al-Quwwah al-Ayahwaniyah adalah daya nafsu

2. Al-Quwwah al-Ghadabiyah adalah daya marah

3. AlQuwwah al’-Aqilah adalah daya fikir

4. Al Farabi

Nama lengkapnya adalah Abu Nashr Muhammad Ibn Muhammad Ibn

Tarkhan Ibn Auzalagh. Sebutan “al-Farabi” diambil dari nam Kota

“Farab”, tempat di mana ia dilahirkan pada tahun 257 H/870 M.

atau tepatnya di daerah Wasij, termasuk wilayah distrik atrar. Oleh

karena itu, al-Farabi di kalangan orang-orang Latinabad tengah,

sering disebut dengan nama Abu Nashr (abunaser, diambil dari

nama aslinya). Ayahnya, seorang jenderal ternama di Persia dan

ibunya seorang berkebangsaan Turki.

Sejak kecil, al-Farabi memiliki kecakapan yang luar biasa di dalam

bahasa, ia telah mengusai bahasa Persia, Turkistan dan Kurdistan

dengan baik kecuali bahasa Yunani dan Suryani[3], yaitu bahasa –

bahasa ilmu pengetahuan dan filsafat, ia kurang menguasainya. Ia

memperdalami semua ilmu yang telah diselidiki al-Kindi. Tidak

mengherankan apabila pandangan filsafatnya tidak jauh berbeda

dengannya,[4] karena ia mempelajari dan mengenal filsafat dari

buku-buku al-Kindi, baik buku terjemahan-terjemahan dan

komentar-komentar al-Kindi atas filsafat yunani maupun faham-

faham al-Kindi sendiri. Untuk ilmu tata bahasa dan sastra arab, ia

pelajari dari Abu Bakar al-Saraj, seorang ilmuan Baghdad yang

kemudian juga berguru pada al-Farabi dalam bidang logika.

Sementara untuk ilmu logika, al-Farabi memperoleh dari ilmuan

Baghdad lainnya, yaitu Abu Bisyr mattinus Ibn Yunus, yang juga

memberikan pelajaran tentang filsafat. Abu bisyr ini adalah seorang

Kristen Nestorian yang banyak menterjemahkan karya-karya filsafat

yunani, di samping itu al-Farabi juga belajar filsafat kepada Yuhana

Ibn Hailan.[5]

Page 18: Filsafat Albert Satria

Para ahli sepakat untuk memberikan pujian setinggi-tingginya

kepada al-Farabi, terutama sebagai ahli logika yang mashyur dan

juru bicara Plato serta Aristoteles pada masanya, karena ia dengan

tekun telah berusaha memperbaiki studi logika, meluaskan dan

melengkapi aspek-aspek yang lebih rumit yang telah diabaikan oleh

al-Kindi, dimana al-Kindi memang dalam bidang logika (manthiq)

agak lemah dan sering melakukan telaah yang cenderung, asal saja

terhadap logika. Kelebihan al -Farabi di bidang logika dapat di ukur

dari jumlah dan kelengkapan-kelengkapan komentar dan para

phrase-phrasenya tentang logika Aristoteles.

Di dalam karya pertamanya tentang filsafat Plato, al-Farabi

memperlihatkan pengetahuannya yang luas tentang kumpulan

tulisan (corpus) platonic. Mengenai kumpulan tulisan tersebut, ia

bukan saja memaparkan semua dialog, akan tetapi juga surat-surat

(epistles) Plato, dan memberikan suatu penjabaran yamg singkat

tentang materi pokok filsafatnya. Kadar pengetahuannya tentang

pemikiran filsafat Plato, diperlihatkan saat ia memberikan ringkasan

terhadap salah satu karya Plato tentang hukum (the laws), yang

menunjukan apresiasi dan minatnya yang besar terhadap filsafat

moral dan politik dari seoarng filsuf besar, Plato.

Sedangkan karya keduanya al-Farabi, yang memuat pemikiran

Aristoteles (dalam edisi bahasa inggris M. Mahdi

menterjemahkan: al farabi’s philosophy of Aristoteles), dimana

konon Aristoteles menyatakan bahwa “pengetahuan ilmiah”

merupakan cara untuk mencapai “kebahagiaan” manusia dan

bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan yang baik, yang harus

manusia usahakan. Karya ini memuat penelitian al farabi terhadap

seluruh bidang filsafat Aristotelian, dimulai dengan logika dan

diakhiri dengan metafisika yang memuat teori-teori tentang

“kebahagiaan”.

1. Ibnu Sina

Nama lengkapnya adalah Abu Ali al-Husain Ibn Abdillah Ibn Hasan

Ibn Ali Ibn Sina, atau di kenal dengan seoarng filsuf islam terbesar

Page 19: Filsafat Albert Satria

dengan sebutan “syek al rais” di lahirkan di desa Afsyanah

(Efshene), dekat Bukhora, transoxiana/Persia pada tahun 370 H/980

M. Ayahnya berasal dari kota balakh dan pindah ke Bukhara,

sedangkan ibunya berasal dari kota Khairmatsu, satu wilayah

dengan kota Bukhara. Di Khairmaitsu ayah Ibnu Sina pernah

diangkat oleh Nuh Ibn Manshur sebagai penguasa di Kota itu. Hasil

perkawinan dengan sattara, ia di karuniai tiga orang anak: yaitu Ali,

Husein (ibn sina) dan Muhammad.[6]

Pada usia dua puluh tahun, ayahnya meninggal dunia. Kemudian ia

meninggalkan Bukhara menuju Jurjan. Di Kota ini, ia mengajar dan

mengarang, dan seorang muridnya yang bernama Abu Ubaid al-

Juzajani telah menulis sejarah hidup Ibnu Sina. Karena adanya

kekacauan politik, Ibnu Sina pindah ke Khawarazan dan bertemu

dengan penguasa setempat, Syamsuddaulah, yang kemudian

mengangkatnya menjadi menteri karena jasa-jasa mengobati

penyakit yang di derita oleh penguasa itu. Di kota ini, Ibnu Sina

menulis suatu buku yang lengkap mengenai masalah-masalah

filsafat Aristoteles tentang “bagian alam” yaitu dalam kitabnya Al

Syifa, di samping melanjutkan tulisannya tentang ilmu kedokteran,

dalam Al Qanun Fi al Thibb, yang bagian pertamanya telah ditulis di

Jurjan.

Sebagaimana al farabi dan pendahulunya yang lain, semisal al-

Kindi, maka Ibnu Sina sekalipun banyak dipengaruhi Aristoteles,

namun tak urung dalam teori “emanasi”nya sempat diwarnai

neoplatonisme, unsur yang berasal dari filsafat Aristoteles dan

Platonik berusaha di padukan, untuk tidak mengatakan dicampur

baurkan, atau menurut istilah Nurkholis Madjid; Ibn Sina telah

menegakkan bangunan neoplatonis di atas dasar kosmologi

Aristoteles-ptolemi, yang di dalam bangunan itu di gabungkan

konsep menurut paham emanasi. Hal ini bisa di lihat dari

pandangannya tentang “akal”. Ibnu Sina, para filsuf peripatetik

lainnya, mengatakan bahwa tuhan itu adalah akal (Al-Aql). Akal ini

samping memikirkan dirinya, ia juga memikirkan sesuatu hal di luar

sebab timbulnya akal lain yang disebut akal pertama.

Page 20: Filsafat Albert Satria

1. B.     Karakteristik Aliran Peripatetik 

Istilah “peripatetik” merujuk kepada kebiasaan Aristoteles dalam

mengajar murid-muridnya. Peripatetik yaitu “ia yang berjalan

memutar”, ini menunjukkan pada kebiasaan Aristoteles yang biasa

mengajar muridnya sambil berkeliling berjalan ketika ia sedang

mengajarkan filsafat, maka istilah peripatetik ditujukan kepada

pengikut setia Aristoteles.

Yang membedakan aliran peripatetic dengan aliran lainnya yaitu

dari sudut metodologis atau epistemologis, ontologis, dan emanasi.

Berikut diantaran beberapa cirri dari segi metodologisnya; a).

Modus penjelasan para filosof peripatetic yang bersifat diskursif

yang menggunakan logika formal yang didasarkan pada penalaran

akal. Metode yang mereka gunakan adalah metode penarikan

kesimpulan dari pengetahuan yang telah diketahui dengan baik dan

mereka biasa menyebutnya dengan premis mayor dan minor, dan

jika telah ditemukan term dari kedua premis tersebut biasa disebut

dengan “middle term”. Dalam filsafat istilah seprti itu biasa disebut

dengan “silogisme”. b). Dikarenakan sifat aliran ini yang diskursif,

maka filsafat yang mereka kembangkan bersifat tidak langsung

karena dalam menangkap objeknya mereka biasanya menggunakan

symbol, baik yang berupa kata-kata atau konsep maupun

representative. Modus perolehan ini biasa disebut dengan

istilahhushuli (perolehan) yang diperoleh secara tidak langsung

atau melalui perantara yang biasa disebut dengan “inferensial” dan

buiasanya dikontraskan dengan modus pengenalan lain yang

disebut debngan istilah hudhuri yang menangkap objeknya secara

langasung. c). penekanan yang sangat kuat pada pengenalan rasio

sehingga kurang memprioritaskan pengenalan intuitif yang biasa

dilakukan pada aliran filsafat lain. Karena terlalu mengggunakan

penekanan yang kuat terhadap penalaran daya akliah, maka aliran

ini sering dikatakan sebagai aliran yang tidak mendapatkan

pengetahuan yang otentik namun hanya bergantung kepada

pendahulu mereka saja, namun dengan demikian tidak berarti

bahwa mereka tidak mengakui adanya intuisi suci, tetapi bagi

mereka itu hanya dapat dimiliki oleh para Nabi atau Wali. Dengan

Page 21: Filsafat Albert Satria

demikian mereka sendiri lebih menggantungkan pada daya-daya

atau kekuatan semata.

Cirri lain dari aliran ini dari segi ontologism bisa dilihat dari ajaran

mereka yang biasa disebut dengan istilah hylomorfysme yang

mengatakan bahwa apa pun yang ada di dunia ini terdiri dari dua

bentuk utama yang materi dan bentuk. Dalam sejarahnya, ajaran ini

dirumuskan dengan jelas oleh Aristoteles dari ajaran gurunya Plato

yang mengatakan bahwa apa yang ada di dunia ini tidak lain hanya

bayang-bayang dari ide-ide yang ada di dunuia atas yang kemudian

biasa disebut dengan Platonic Ideas. Yang dimaksud bentuk disini

bukanlah bentuk fisiknya melainkan semacam esensi (hakikat) dari

sesuatu sedangkan yang disebut materi adalah bahan yang tidak

akan mewujud kecuali setelah bergabung dengan bentuk tadi.

Dalam dunia Islam, hampir seluruh filosof yang beraliran peripatetic

seperti al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd memiliki

pandangan hylomorfysme yang dengan demikian para filosif

tersebut dapat disebut filosof peripatetic.

Cirri yang kuat dari hylomorfysme ini dapat kita lihat dari ajaran

para filosof peripatetic seperti al-Farabi dan Ibn Sina yang

menyebut bahwa akal aktif sebagai pemberi bentuk. Ajaran ini

mengatakan bahwa alam fisik ini terdiri atas materi dan bentuk dan

materi yang disebut disini harus dipahami sebagai bahan yang

memiliki potensial dalam menerima bentuk apa pun, namun tidak

dapat atau belum berbentuk fisik dan Ibn Sina menyebut meteri ini

sebagai mumkin al-wujud, yaitu suatu kemungkinan atau potensi

dari sesuatu untuk mewujud namun belum mewujud. Agar potensi

ini dapat mewujud maka pelu ditambahkan kepadanya bentuk.

Seperti yang kita ketahui bahwa semua benda yang dapat kita lihat

di alam semesta ini tentunya telah mendapat bentuk masing-

masing, dan menurut keyakinan mereka akal aktiflah yang telah

memberikan mereka bentuk- bentuk tertentu kepada benda-benda

tersebut.

Page 22: Filsafat Albert Satria

Kemudiaan cirri lainnya yaitu dari teori emanasi yang dimana cirri

ini agak menyimpang dari Aristotelianisme murni. Kelahiran teori ini

dikarenakan al-Farabi yang merasa kecewa terhadap

bukuMetafisika Aristoteles yang berisi bahwa kitab metafisik

tersebut tidak banyak membahas tentang Tuhan yang dalam Islam

merupakan tema pokok dalam metafisika. Dan dikatakan pula

bahwa hanya dalam kitab Lambda dari bukunya itu Aristoteles

berbicara tentang Tuhan, namun tidak ada keterangan yang

memuaskan tentang bagaimana Tuhan menciptakan alam.

Setelah al-Farabi, kemudian Ibn Sina dalam aspek lain dari teologi

Aristoteles merasa kecewa. Kemudian al-Farabi mencari keterangan

yang kiranya dapat memuaskan rasa ingin tahunya tersebut. Maka

dengan demikian, ketika al-Farabi mengenal teori emanasi Plotinus,

pendiri aliran Neo-Platonik ini, ia menjadikannya solusi dari

persoalannya tersebut. Karena menurut al-Farabi, teori emanasi ini

telah dapat menjawab pertanyaan yang mendasar yaitu bagaimana

dari Tuhan Yang Esa muncul dunia yang beraneka. Dan disesuaikan

juga dengan teori astronomis yang berkambang saat itu yang

didominasi oleh teori Ptolemius, seprti yang diajarkannya dalam

kitab Almagest, maka al-Farabi menghasilkan teori emanasi yang

lebih canggih dari teori asli Plotinus.

Seperti yang telah diceritakan tadi bahwa persoalan utama yang

melandasi munculnya teori emanasi adalah bagaimana dari Tuhan

yang satu muncul alam semesta yang beraneka, padahal ada dictum

filosofis yang telah diterima secara umum yangmenyatakan bahwa

bahwa dari yang satu akan muncul yang satu juga. Misalnya sebuah

planet tidak akan muncul jika tidak memiliki “sufficient reason”

untuk keberadaanya. Karena itulah al-Farabi Dan Ibn Sina berusaha

keras dalam menjelaskan sebab efisiensi dari apa pun yang muncul

di alam semesta.

Berikut akan kami jelaskan sedikit tentang perbadaan antara teori

emanasi al-Farabi dan Ibn Sina.

Page 23: Filsafat Albert Satria

a)      Teori emanasi al-Farabi

Menurut al-Farabi, yang pertama muncul tentunya yaitu Tuhan Yang

Maha Esa. Al-farabi menggambarkan Tuhan sebagai “akal” yang

tugasnya adalah berpikir, dan dari konsekuensi pemikiran-Nya ini

adalah munculnya akal pertama yang dari sudut wujud dan sifatnya

sangat dekat dengan Tuhan. Karena Tuhan itu Esa maka dari-Nya

hanya akan muncul satu akal saja dan sebagai akibatnya yang

kemudian disebut dengan akal pertama. Sampai sini belum terjadi

adanya keanekaragaman alam, tetapi ketika alam pertama

terbentuk maka potensi keanekaraan pada selain Tuhan (yang

disebut alam) sudah terbentuk karena akal pertama menurut al-

Farabi telah bisa berpikir bukan hanya tentang Tuhan melainkan

juga tentang dirinya sendiri.sementara Tuhan hanya memiliki satu

objek pemikiran yaitu dirin-Nya sendiri. Dari sinilah kita dapat

melihat bahwa akal pertama memiliki dua jenis prinsip, yaitu yang

pertama adalah prinsip keesaan, yang bisa menghasilkan akal

berikutnya, dan yang kedua prinsip keanekaan, karena memikirkan

dirinya muncullah benda-benda samawi. Hal ini juga terjadi pada

akal-akal berikutnya yang dari akal kedua sampai akal kesepuluh.

Dengan demikian al-Farabi telah dapat menjelaskan bagaimana dati

Tuhan Yang Esa muncul alam yang semesta.

b)     Teori emanasi Ibn Sina

Teori emanasi Ibn Sina memiliki dasar yang sama denga teori

emanasi al-Farabi, hanya saja di sini ada penjelasan yang lebih

lengkap berkenaan dengan beberapa hal,

diantaranya; Pertama , tentang pemilihan wujud yang menjadi tiga

macam yaitu, wajib al-wujud, mumtani’ al-wujud, dan mumkin al-

wujud.

Mumtani’ al-wujud tentunya tidak merujuk pada apa pun karena

kemustahilannya, sedangkan mumkin al-wujud merujuk kepada

alam semesta yaitu alam ssemesta ketika berbentuk potensi

daninilah yang dimaksud oleh Arisstoteles dengan materi awal.

Page 24: Filsafat Albert Satria

Tetapi ketika alam semesta telah mewujud maka Ibn Sina tidak lagi

menyebutnya sebagai mumkin al-wujud tetapi wajib al-

wujud. Namun untuk membedakannya dengan wajib al-wujud yang

pertama (Tuhan) maka Ibn Sina menyebutnya denganwajib al-wujud

lighairihi (wujud actual karena yang lain) sementara Tuhan disebut

oleh Ibn Sina Sebaga wajib al-wujud lidzatihi (actual selalu karena

diri-Nya sendiri).

Kedua, karena akal pertama dan juga akal-akal selanjutnya dapat

berpikir tentang tiga objek yaitu Tuhan sebagai wajib al-wujud

linafsihi, atau wujud niscaya karena diri-Nya sendiri, kemudian alam

sebagai mumkin al-wujud linafsihi, dan alam sebagai wajib al-wujud

lighairihi (yang actual karena sebab yang lain) maka, akibat yang

muncul dari pemikiran akal-akal tersebut adalah juga tiga macam.

Tiga hal yang muncul dari akal pertama tersebut ialah: 1. Akal

kedua, 2. Jiwa (Malaikat) Langit Pertama, 3. Tubuh Langit Pertama,

dan seterusnya.  Namun kekecualian terjadi pada akal kesepuluh

karena ia tidak mampu lagi memikirkan akal yang kesebelas, tetapi

justru dengan memberikan bentuk pada materi menimbulkan alam

yang fana’ yang dalam istilah Aristoteles disebut dunia generasi dan

korupsi, yaitu duinia yang kita kenal dimana tempat munculnya

batu-batuan, hewan dan kita manusia, atau yang biasa disebut

dengan Dunia Bawah Bulan (The Sublunar World).

1. C.    Kritik Al-Ghazali Terhadap  Peripatetic

Pada dasarnya kritik yang dilakukan oleh Al-Ghazali yang terdapat

dalam buku tahafut al-falasifah terdapat 20 permasalahan yang di

soroti, namun Al-ghazali mengatakan bahwa 17 diantara

permasalahan tersebut hanyalah menambahkan, dan 3 hal penting

yang sangat dan paling disoroti adalah yang pertma, sanggahan Al-

Ghazali tentang Keabadian Alam, kedua sanggahan terhadap hal

yang particular ataupun juz’I, dan ketiga adalah mengenai

kemunculan kembali adanya kebangkitan jasmani.

Berikut ini penjelasan masing-masing.

Page 25: Filsafat Albert Satria

1. Untuk menjelaskan keabadian

Untuk menjelaskan ini, Al-Gshazali terlebih dahulu menjelaskan

perbedaannya dengan peripatetic, mengenai maslah waktu dan

gerak. Dimana menurut para pilusuf peripatetic, ala mini azali tanpa

adanya permulaan waktu bagi wujudnya dan tanpa ada batas

akhirnya. Berarti dari pernyataan tersebut adanya kehancuran alam

semesta (fana’) adalah suatu hal ketidak mungkinan. Serta ala mini

akan tetap begini adanya.

Selain itu juga, jikalau kita lihat dari pendapat peripatetic ini,

menurut akal kita secara rasional sendiripun, jikalau tidak ada

penghancuran, atau tidak adanya fana atau kemusnahan, mana

mungkin kita bisa menyaksikan bagaimana pohon-pohon roboh dan

mati, daun-daun berjatuhan atau berguguran, serta ketika api

melalap atau membakar hutan-hutan kayu-kayu kering, maka itupun

merupakan sebuah tanda kemusnahan atau ke fana’an alam

semesta.

Tapi dari kalangan peripatetic ini tetap mengatakan bahwasanya

alam sebagai akibat, dan sebabnya adalah azali dan abadi. Oleh

karena itu jikalau sebab abadi atau azali, maka akibatpun akan

azali. Pendapat tersebut dipengaruhi oleh hal yang priora dan

pasteriora. Alasan lain adalah bahwa apabila alam fana, maka

ketiadaan akan terjadi sesudah wujudnya. Dengan demikian, kata

sesudah akan melekat pada alam. Ini berarti mengafirmasi waktu.

Alasan selanjutnya, masalah wujud tidak akan pernah berhenti,

karena wujud yang mungkin harus.

Menurut Al-Ghazali, alasan ketiga bisa dijawab dengan setiap yang

baru (hadits) dan perbuatan (fi’il) meski tercipta dan berpermulaan

waktunya, dan semua masa mendatang tidak termasuk wujud bagi

kita meskipun datangnya berturut ataupun secara bersamaan,

namun masa lalu adalah wujud yang nyata dan datangnya berturut-

turut meskipun tidak scara bersama-sama.

Page 26: Filsafat Albert Satria

Pada proses penciptaan, dari ketiadaan, dimana dari ketiadaan itu

sendiri tidak dapat diandaikan “akan tiada”, “sedang tiada”, dan

“telah tiada”, karena pengandaian tersebut sekaligus bersamaan

dan sekaligus penciptaan dengan waktu. Apabila hal ini dilihat dari

sudut pandang rasional semata, maka tidak memustahilkan

mengandaikan pada keabadian alam, namun brikutnya bisa diterima

tentang kebakaannya, beserta dengan ketiadaannya. Karena

menurut mereka, apabila alam lenyap, kemungkinan wujud harus

tetap ada, dan yang mungkin tidak pernah berubah menjadi

mustahil. Akan tetapi harus di ingat, bahwa kemungkinan itu adalah

sangat relative. Mereka sangat dipengaruhi bahwa segala Sesutu

yang ada di pengaruhi oleh materi, demikian juga Sesutu yang

lenyap juga memerlukan suatu materi. Dan yang karena materi

itu,iya akan lenyap.argumen ini muncul dan adanya karena muncul

prinsip bentuk dan materi. Dimana suatu bentuk materi-materi dan

mnyatakan bahwa setiap yang berbentuk fisik tidak akan lenyap.

Tapi yang lenyap adalah bentuk-bentuk dan aksiden-aksiden

(arra’dah). Jadi bentuk silogis dari argument tersebut adalah:

1. Apabila materi rusak, maka keruskan harus terjadi

2. Tapi konsekwensi itu mustahil.

3. Oleh sebab itu, kata yang pertama (1) itu mustahil.

Menurut Alghazali, disinilah adanya kesimpulan yang tidak lazim,

karena kata-kata yang pertama menjadi tidak benar, kecuali apabila

disusul dengan kata “apabila materi rusak”, maka kerusakan tak

dapat dihindarkan. Alasan ini disebabkan oleh adanya

kemustahilan, bahwa kerusakan itu adalah satu-satunya cara yang

mana Sesutu merusak. Sebaliknya kerusakan adalah sutu keadaan

dimana kehancuran terjadi. Dan tidak diragukan bahwa sesutau bisa

rusak ketika Sesutu tersebut dalam keadaan sempurna.

Sebenarnya argument tentang keabadian alam hanyalah

kekhawairan yang ada dalam madzhab peripatetic akan adanya

sebuah kekosongan waktu. Yang mana ketika alam sebelum dicipta

dan sesudah dicipta maka ada sebuah kekosongan waktu, namun

hal ini tidak mungkin, mengingat tuhan adalah sang pencipta. Dan

Page 27: Filsafat Albert Satria

bahkan seperti yang kita ketahui bhwa tuhan pula lah yang

menciptakan waktu.

Jadi kesimpulannya adalah alam ini azali sebagaiman wujud tuhan

yang tidak berpermulaan dan tidak berpenghabisan serta begitu

seterusnya. Jelas bisa dilihat bahwa teori peripatetic ini sangat di

pengaruhi teori emanasi Plotinus.

1. 2.      Sanggahan Al- Ghazali Mengenai Tuhan tidak Memiliki

Pengetahuan yang Juz’i

Mengenai hal ini Al-Ghazali masih menganggap bahwa pemikiran

dari madzhab peripatetic ini masih dipengaruhi oleh tentang

berjalannya waktu dari ‘telah’, ‘sedang’, dan ‘akan’. Pengetahuan

juz’iah didapat dan harus diketahui dari waktu yang lampau atau

telah, sekarang atau masa akan datang secara masing-masing.

Sementara menurut penganut faham peripatetic, bahwa tuhan tidak

pernah berubah dengan keadaannya. Sedangkan seperti kita

ketahui bahwa pengetahuan kita berubah jika objek yang kita

ketahui berubah.

Jadi menurut pendapat madzhab ini, kesimpulannya adalah, tuhan

tidak pernah berubah, sehingga Dia tidak mengetahui hal yang

terperinci dan hanya mengetahui yang general saja.

Urutan-urutan analogi dan logika mereka sangat bersifat empiris,

karena mereka tidak bisa membedakan yang diciptakan dan yang

menciptakan.

1. 3.      Sanggahan Al-Ghazali Terhadap Kebangkitan Kembali

Jasad Tubuh

Banyak argument-argument rasional yang telah membuktikan

tentang kemustahilan adanya kebangkitan kembali tubuh-tubuh,

bahkan mereka telah berhasil membuktikannya dengan adanya sifat

antromorfis yng dimiliki oleh tuhan. Mereka telah menguraikan dari

berbagai segi entang teori mereka. Pertama, kebangkitan kembali,

berarti adanya perbaikan tubuh yang dilakukan oleh tuhan terhadap

Page 28: Filsafat Albert Satria

suatu hal yang sudah lenyap eksistensinya, dan bahkan

kebangkitan kembali terhadap kehidupan yang telah tiada. Dengan

kaa lain menurut mereka, bahwa material tubuh tetap sebagia

tanah, dan jika adanya konsep dibangkitkan kembali, maka manusia

diciptakan kembali dan disusun seperti manusia pertama kembali

diciptakan.

Kedua, jiwa adalah maujud yang tetap hidup, meskipun tubuh telah

mati, sedangkan yang ketiga adalah manusia hidup bukan karena

tubuh manusia itu sendiri, melainkan karena jiwa yang bersemayam

dalam tubuh.

Namun menurut peripatetic ketiga kemungkinan diatas tidak dapat

diterima, karena itu bertentangan dengan prinsip-prinsip umum

teori penciptaan, yaitu terdiri dari bentuk dan wujud.

Al-ghazali menyatakan bahwa jika ada suatu kemungkinan kembali

bangkitnya tubuh yang telah hidup didunia, maka bagaimana

dengan manusia yang dilahirkan atau dengan manusia yang cacat,

jika ketika mereka dimasukan ke surge, apakah mereka akan

ditampilkan dengan keadaan seperti semula. Bukan hal yang

mustahil menurut al-Ghazali bahwa tuhan menciptakan materi-

materi yang lain yang lebih sempurna.

Patristik merupakan sebuah zaman yang berlangsung setelah zaman Perjanjian Baru

sampai abad ke-8.[1] Ada juga beberapa yang mengatakan bahwa zaman ini masih

berlangsung sampai zaman Thomas Aquinas.[1] Istilah Patristik ini pertama kali digunakan

oleh bapa-bapa gereja setelah zaman para rasul hingga abad ke-8.[1] Bapa-bapak gereja di zaman ini dikenal dengan banyaknya hasil karya, seperti menghasilkan tulisan-tulisan

yang berguna dan penting bagi kekristenan.[1] Selain itu, bapa-bapa gereja ini juga sangat kuat mempertahankan kebenaran iman Kristen dalam menghadapi bidaah-bidaah atau

ajaran sesat yang melanda kekristenan pada saat itu.[1]Tokoh-tokoh atau yang dikenal bapa-bapa gereja pada zaman Patristik adalah Yustinus Martir, Athanasius, Clement dari Aleksandria, Gregorius dari Nyssa, Tertulianus, Origenes, Iranaeus dari Lyons, Cyprianus,

Basilius, Agustinus dari Hippo, Cyrillus dari Aleksandria, Pelagius, dan Nestorius.[2] Selain tokoh-tokoh yang dikenal sebagai bapa-bapa gereja, Patristik juga dikenal dengan ibadah tahunan yang dirayakan oleh gereja di zaman Patristik, yaitu Paskah, Pentakosta, dan

Pondok Daun.[3] Ketiga perayaan tahunan ini merupakan perayaan yang langsung berakar

pada tradisi Yahudi dan dirayakan setiap hari minggu.[3]

Page 29: Filsafat Albert Satria

Skolastisisme adalah nama sebuah periode di Abad Pertengahan yang dimulai sejak abad

ke-9 hingga abad ke-15.[1] Masa ini ditandai dengan munculnya banyak sekolah (dalam

bahasa Latinschola) dan banyak pengajar ulung.[1] Selain itu, skolastik juga menunjuk pada metode tertentu, yakni metode yang mempertanyakan dan menguji berbagai hal

secara kritis dan rasional, diperdebatkan, lalu diambil pemecahannya.[1] Ciri dari metode skolastik adalah kerasionalan dari apa yang dihasilkan

Filsafat Umum Masa Skolastik

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Filsafat skolastik sangat erat kaitannya dengan filsafat patristik yang mana filsafat skolastik muncul setelah filsafat patristik. Filsafat skolastik membicarakan pemikiran tentang sesuatu yang berkaitan dengan sekolah.

Tentunya kita semua sangat dekat dengan masalah sekolah atau pendidikan sebelum jenjang di perguruan tinggi. Dalam pembahasan kali ini kami akan sedikit menguraikan tentang filsafat skolastik.

2. Rumusan Masalah

1. Apa yag dimaksud dengan filsafat skolastik?

2. Kapan munculnya masa skolastik?

3. Faktor apa saja yang mendorong lahirnya masa skolastik?

3. Tujuan Penulisan

Page 30: Filsafat Albert Satria

1. Mengetahui pengertian flsafat skolastik.

2. Mengetahui waktu munculnya masa skolastik.

3. Mengetahui penyebab munculnya masa skolastik.

1

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Masa Skolastik

Istilah skolastik adalah sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau kaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.

Istilah skolastik pun berasal dari bahasa latin “scholasticus” yang berarti murid, sebagai suatu gerakan filsafat dan keagamaan yang berupaya mengadakan sintesa antara akal budi manusia dengan keimanan. Atau menerapkan metafisika Yunani ke dalam keyakinan Kristiani. Metode yang digunakan ialah disputatio, yaitu membandingkan argumentasi diantara yang pro dan kontra.

Istilah ini pertama kali muncul di Ghalia degan tokohnya Abaelardus, Anselmus dan Petrus Lombardus, dan mengalami kejayaan pada abad 12 dengan tokohnya Thomas Aquinas, Beraventura, Dun Scotus dan Ockham.[1]

Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut.

a. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama.

b. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir,sifat ada, kejasmanian, baik buruk.

c. Filsafat skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukan kedalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.

d. Filsafat skolastik adalah filsafat nasrani karena bannyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.[2]

Filsafat Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor berikut.

Faktor Religius

Page 31: Filsafat Albert Satria

Maksud faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berkehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ke tanah suci Yerussalem, dunia ini bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata saja (tempat kesedihan). Sebagai Dunia yang menjadi tanah airnya adalah surga. Manusia tidak dapat sampai ke tanah airmya (Surga) dengan kemampuan sendiri, sehingga harus ditolong. Karena manusia itu menurut sifat kodratnya mempunyai cela atau kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh Adam, mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan pemberi bahagia. Ia akan memberi pengampunan sekaligus menolongnya. Maka, hanya dengan jalan pengampunan inilah manusia dapat tertolong agar dapat mencapai tanah airnya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya.[3]

Faktor Ilmu Pengetahuan

Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambilkan dari para penulis latin, Arab (Islam), dan Yunani.

2. Masa Skolastik

Masa skolastik terbagi menjadi tiga periode,yaitu:

1. skolastik awal belangsung dari tahun 800-1200;

2. skolastik puncak, berlangsung dari tahun 1200-1300;

3. skolastik akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450.

1. Skolastik awal

Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabanya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.[4]

Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada dibawah Karel Agung (742-814)[5]dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan manusia dan pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan, dimana arah pemikirannya berbeda sekali dengan sebelumnya.

Saat ini merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa. Hal ini di tandai dengan skolastik yang didalamnya banyak diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya di Biar Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda.

Page 32: Filsafat Albert Satria

Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau Artes liberals, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika( seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik.

Peter Abaelardus ( 1079-1180 )

Ia dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantic sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat menundukan kekuatan iman.Iman harus mau didahului akal. yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal.

Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus sejalan dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berpikir itu ada di luar iman( di luar kepercayaan). Karena itu sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukan dalam teologi, yatiu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti.

2. Skolastik Puncak.

Masa ini merupakan masa kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200-1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya Universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, disamping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Berikut ini pendapat factor mengapa masa skolastik mencapai puncaknya.

a. Adanaya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang lurus.

5

b. Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis. Universitas ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah.

c. Beridirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13.

Albertus Magnus (1203-1280)

Disamping sebagai biarawan, Albertus Magnus[6] juga terkenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Ia mempunyai kepandaian yang luar biasa. Di Universitas Padua ia belajar artes liberals, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, Filsafat Aristoteles, belajar teologi diBologna, dan masuk ordo domican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.

Page 33: Filsafat Albert Satria

Terakhir dia diangkat sebagai Uskup Agung. Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam menulis tentang Aritoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu kimia.[7]

Thomas Aquinas (1225-1274)

Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas. Yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Disamping sebagai ahli pikir, ia juga seoarang dokter gereja bangsa Italia. Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang berbeda-beda, sedangkan ilmu berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia mengimbau bahwa agar orang-orang untuk mengetahui hukum alamiah ( pengetahuan ) yang terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walaupun iman di ungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada diluar kekuatan pikiran.

Upaya Kristenisasi Ajaran Aristoteles

Pada mulanya hanya sebagian ahli pikir yang membawa dan meneruskan ajaran Aristoteles, akan tetapi upaya ini mendapatkan perlawanan dari Augustinus, hal ini di sebabkan oleh adanya suatu anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai di kenal pada abad ke-12 telah diolah dan tercemar oleh ahli pikir Arab (Islam). Hal ini dianggap sangat membahayakan ajaran Kristen. Keadaan ini bertolak belakang bahwa ajaran Aristoteles masih diajarkan di fakultas-fakultas, bahkan dianggpnya sebagai pelajaran penting yang harus di pelajari.

Untuk menghindari adanya pencemaran tersebut diatas (dari ahli pikir Arab atau Islam), Albertus Magnus dan Thoman Aquinas sengaja menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusyd, denga menerjemahkan langsung dari bahasa Latinnya. Juga, bagian-bagian ajaran Aristoteles yang bertentangan dengan ajaran Kristen. Langkah terakhir, dari ajaran Aristoteles telah diselaraskan dengan ajaran iliah (suatu sintesis antara kepercayaan dan akal).

Upaya Thomas Aquinas ini sangat berhasil dengan terbitnya sebuah buku Summa theologiae dan sekaligus merupakan bukti bahwa ajaran Aristoteles telah mendapatkn kemenangan dan sangat mempengaruhi seluuh perkembangan skolastik.

3. Skolastik Akhir

Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi( kemandegan)

7

Page 34: Filsafat Albert Satria

William Ockham(1285-1349)

pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang dan kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan unmum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan logika.

Nicolas causasus ( 1401-1464)

Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pergertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan ituisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi.

4. Skolasti Arab (Islam)

Dalam bukunya, Hasbullah Bakry menerangkan bahwa istilah Skolastik Islam jarang dipakai dikalangan umat islam. Istilah yang biasa dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat islam. Dalam pembahasan antara ilmu kalam dan filsafat islam biasanya dipisahkan.

Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli pikir islam (Pemikir Arab atau islam pada masa Skolastik) yaitu Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Kindi, Ibnu Rusyd. Peranan para ahli pikir tersebut besar sekali, yaitu sebagai berikut:

A. Sampai pertengahan abad ke-12 orang-orang Barat belum pernah mengenal filsafat Ariestoteles sehingga yang dikenal hanya buku logika Ariestoteles.

8

B. Orang-orang Barat itu mengenal Ariestoteles berkat tulisan dari para ahli pikir islam, terutama dari Ibnu Rusyd sehingga Ibnu Rusyd dikatakan sebagai ahli pikir Skolastik latin.

C. Skolastik Islam yang membawakan perkembangan Skolastik latin.

Tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, tetapi para ahli pikir islam tersebut memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Sebagian para ahli pikir islam menganggap bahwa filsafat Ariestoteles dan Plato benar, mereka mengadakan perpaduan dan

Page 35: Filsafat Albert Satria

singkretisme antara agama dan filsafat. Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian masuk ke Eropa yang merupakan sumbangan islam paling besar.

Dengan demikian, dalam pembahasan Skolastik islam terbagi menjadi dua periode, yaitu:

a. Periode Mutakallimin (700-900)

b. Periode filsafat islam (850-1200)

Banyak buku filsafat dan sejenisnya mengenai peranan para ahli pikir islam atas kemajuan dan peradaban Barat sengaja disembunyikan karena mereka (Barat) tidak mengakui secara terus terang jasa para ahli pikir islam itu dalam mengantarkan kemoderenan Barat.

9

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Maka dapat kami simpulkan bahwa filsafat Skolastik adalah filsafat yang mendominasikan kepada ilmu pengetahuan, berfikir dan yang dipengaruhi oleh ajaran gereja. Filsafat Skolastik muncul pada abad ke-8 Masehi setelah pemikiran filsafat patristik mulai merosot pada abad ke-5 hingga ke-7. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya filsafat Skolastik adalah faktor religius dan faktor ilmu pengetahuan.

Filsafat perenial (Latin: philosophia perennis), [note 1] yang juga disebut Perenialisme, adalah

sebuah sudut pandang dalam filsafat agama yang meyakini bahwa setiap agama di dunia

memiliki suatu kebenaran yang tunggal dan universal yang merupakan dasar bagi semua

pengetahuan dan doktrin religius.

Gagasan perenialisme sudah ada sejak zaman kuno dan dapat ditemui dalam berbagai agama

dan filsafat dunia. Istilah philosophia perennis pertama kali digunakan oleh Agostino

Page 36: Filsafat Albert Satria

Steuco (1497–1548),[1] yang mendasarkannya dari tradisi filosofis yang sebelumnya sudah ada,

yaitu dari Marsilio Ficino (1433–1499) dan Giovanni Pico della Mirandola (1463–94).

Pada akhir abad ke-19, gagasan ini dipopulerkan oleh pemimpin Masyarakat Teosofis seperti H.

P. Blavatsky dan Annie Besant dengan nama "Kebijaksanaan-Agama" atau "Kebijaksanaan

Kuno".[2] Pada abad ke-20, gagasan ini dipopulerkan di negara-negara berbahasa Inggris

oleh Aldous Huxley dengan bukunya The Perennial Philosophy, dan juga tulisan dari sekelompok

pemikir yang kini dikenal dengan nama Mazhab Tradisionalis.

Sudut pandang ini bertentangan dengan saintisme dalam masyarakat sekuler modern.

11.apakah filsafat helenisme dipelajari juga oleh filsuf Muslim?Siapa tokoh-tokohya dan bagaimana pokok-pokok pikirannya?

Gelombang Hellenisme

Gelombang Pertama (tahun 130 H/750 M - tahun 340 H/950 M)

Pada gelombang pertama ini, ada dua tokoh filosof Islam yang lahir, yaitu; Al-Kindi (801 M -873 M) dan Al-Farabi (870 M – 950 M).

Pada tahap awal pertemuan ini, unsur-unsur Neoplatonisme yang menyusup ke dalam alam pikiran Islam, baik yang sejalan ataupun tidak dengan Alquran berkisar pada:

1. Penegasan akan transendensi Asal Pertama ( االول االصل ) atau Tuhan;2. Emanasi segala yang ada daripadaNya;3. Peranan Akal sebagai perantara penciptaan oleh-Nya dan merupakan letak bentuk benda-benda serta sebagai sumber penerangan jiwa manusia;4. Kedudukan Jiwa pada perbatasan dunia intelek dan sebagai sambungan atau cakrawala antara dunia intelek dan dunia indera; dan5. Sikap merendahkan materi sebagai ciptaan atau emanasi paling hina dari Yang Maha Esa dan tingkat paling bawah dalam susunan kosmis. (Majid Fakhry:Sejarah Filsafat Islam)

Gelombang Kedua (tahun 340 H/950 M - tahun 660 H/1260 M)

Jika gelombang pertama Hellenisme terjadi pada saat-saat kemunduran rezim Umayyah di Damaskus dan permulaan kebangkitan kaum ‘Abbasiyyah, maka gelombang kedua ini berlangsung ketika kekuasaan Baghdad itu mulai merosot dan situasi politik intern Dunia Islam menjadi tidak menentu.

Pada tahap ini muncullah tokoh-tokoh falsafah seperti; Ibn Sina (980 M – 1037 M) hingga Quthb al-Din al-Syirazi (1236 M – 1311 M)

Page 37: Filsafat Albert Satria

Aliran-Aliran Filsafat Islam

Terdapat, sedikitnya, lima aliran dalam filsafat Islam:1. Teologi Dialektik (‘ilm al-Kalam)2. Peripatetisme (Masysya’iyyah)3. Iluminisme (Isyraqiyyah)4. Sufisme/Teosofi (Tashawwuf atau ‘Irfan), khususnya yang dikembangkan Ibn ‘Arabi5. Filsafat Hikmah (al-Hikmah al-Muta’aliyah)

Penjelasan:Metode epistemologi yang digunakan oleh Teologi Dialektik hampir sama dengan metode Peripatetisme, yaitu bersifat deduktif-silogistik. Yakni, prosedur untuk mendapatkan kesimpulan (silogisme) dari mempersandingkan dua premis. Dalam silogisme Aristotelian, dua premis itu masing-masingnya adalah premis mayor dan premis minor.

Perbedaan silogistik antara peripatetisme dan Teologi Dialektik adalah sebagai berikut:

Penjelasan:Sementara metode epistemologi yang digunakan oleh iluminisme dan sufisme atau Teosofi (‘irfan) adalah metode intuitif atau eksperiensial. Intuisi ini, dalam khazanah Islam, diidentikkan dengan hati (qalb atau fu’ad) atau bahkan dengan ruh, dan sebagainya.

Prinsip dasar iluminisme, seperti juga Sufisme, adalah bahwa : “mengetahui sesuatu adalah untuk memperoleh suatu pengalaman tentangnya, yang berarti intuisi langsung atas hakikat sesuatu.”

Perbedaan Iluminisme dengan Sufisme –dalam hal ini ‘irfan (teosofi)– antara lain bahwa, meskipun sama-sama mengandalkan pada pengalaman langsung, iluminisme percaya pada kemungkinan pengungkapan pengalaman tersebut melalui bahasa-bahasa diskursif-logis.

Dalam ranah ontologi.Peripatetisme Islam tak secara khusus memberikan perhatian pada aspek ontologi. Di luar aspek epistemologi, aliran peripatetisme banyak membahas tentang kosmologi.Sementara aliran ‘irfan, iluminisme, dan filsafat hikmah memberikann perhatian yang cukup jelas pada wilayah ontologi.1. ‘irfan :Menekankan pada prinsip kesatuan wujud segala sesuatu dan tingkatan-tingkatan (hierarkhi) nya.2. IluminismeMenekankan pada filsafat cahaya (nur), yakni pengidentikkan wujud dengan cahaya, dan non-wujud/nirwujud dengan kegelapan. Di antara keduanya terdapat lapisan-lapisan wujud antara cahaya dan kegelapan.

Page 38: Filsafat Albert Satria

3. Filsafat HikmahMenekankan prinsipialitas (fundamentalitas) eksistensi terhadap esensi. Yakni bahwa yang real –yang memiliki korespondensi dengan realitas– adalah eksistensi. Sedangkan esensi –penampakan atau atribut-atribut lahiriyah dan mental– sebenarnya tidak real dan hanya merupakan bentukan (keterbatasan) persepsi manusia (I’tibari).Mengembangkankan juga prinsip ambiguitas (tasykik) wujud. Yakni bahwa wujud bersifat tidak tetap, melainkan berpindah-pindah dalam hierarki wujud sejalan dengan gerak substansial.

1. Al-Kindi ( 801-865 M )

Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq Al-Kindi. Lahir di Kuffah pada tahun 796 M dan meninggal di Baghdad tahun 873 M. Ia adalah pertama yang memasukkan filsafat sebagai salah satu ilmu ke islaman, seteelah ia menyesuaikannya dengan Islam.

Pokok-pokok filsafatnya adalah sebagai berikut:

a. Tentang Filsafat

Agama dan filsafat masing-masing mencari kebenaran, filsafat yang paling tinggi dan paling mulia adalah filsafat utama ( metafisika ), yakni mengetahui kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran.

b. Filsafat metafisika

Dalam metafisika, Al-Kindi pada umumnya menyetujui pendapat Aristoteles dan Neo-Platonisme. Menurut Al-Kindi, tuhan tidak mempunyai hakikat dalam arti aniah dan mahiyah. Tuhan tidak aniahkarena tuhan tidak termasuk dalam benda-benda yang ada dalam alam, ia adalah pencipta alam. Al-Kindi tetap pada prinsip teologi islam bahwa semua diciptakan oleh Tuhan dan Tuhan di atas ketntuan hukum alam.

c. Tentang jiwa

Al-kindi berpendapat bahwa akal terbagi ke dalam tiga kategori. Yaitu akal yang bersifat potensial, akal yang telah keluar dari sifat potensial menjadi aktual.

d. Tentang moral

Menurut Al-Kindi, filsafat harus memperdalam pengetahuan manusia tentang diri dan bahwa filsuf wajib menempuh hidup susila. Kebijaksanaan tidak dicari untuk diri sendiri ( Aristoteles ), melainkan untuk hidup bahagia ( stoa ).

2. Al-Farabi ( 870-950 M )

Page 39: Filsafat Albert Satria

Nama lengkapnya Abu Nasr Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzlagh al Farabi, lahir di Farab, Transoxania pada tahun 872 dan meninggal pada tahun 950 M di Damsyik. Pokok-pokok filsafatnya adalah sebagai berikut:

a. Metafisika Al-Farabi

Al-Farabi sependapat dengan Plato, yang menyatakan bahwa alam ini baharu, terjadi dari tiada. Tuhan sebagai akal murni adalah wujud pertama, berfikir tentang dirinya sendiri. Maka lahirlah wujud kedua yang disebut akal pertama. Tingkat wujudnya adalah wujud yang terendah adalah materi abstrak, tingkat yang lebih tinggi dari itu adalah ketika materi itu menerima bentuk. Pertama yang berupa unsure-unsur seperti api, air, tanah, wujud mineral yaitu seperti emas perak, besi, tembaga, dll.

b. Filsafat kenegaraan

Al-Farabi dalam bukunya Ara’ al-madinatul al-fadilah,menjelaskan pendapat tentang Negara utama, ia membagi masyarakat kedalam dua macam. Pertama, masyarakat sempurna yaitu masyarakat yang mengandung keseimbangan antara unsur-unsurnya, seeperti kesemibangan yang ada dalam tubuh manusia. Kedua, masyarakat yang tidak sempurna adalah masyarakat yang bodoh dan fasik serta hanya mencari kesenangan jasmaninya saja.

Mengenai etika kenegaraan, Al-Farabi mengemukakan teori bahwa setiap keadaan pasti ada pertentangan. Seperti dalam alam hewani, yang kuat menindas yang lemah.

3. Ibnu Sina ( 980-1037 M )

Abu Ali Husein Ibn bdillah Ibn Sina pada tahun 980 M di Afshanah, dekat Bukhara dan meninggal di Isfahan pada tahun 1037 M. di dunia barat ia dikenal dengan nama Avisena dan kemasyurannya di dunia barat sebagai dokter melampaui kemasyurannya segagai filosof.

Di bidang keddokteran ia menulis bukunya al-qanun yang meliputi semua yang bertalian dengan ilmu kedokteran, seperti fisiologi, anatomi dan pengobatan. Ia mengatakan bahwa Tuhan itu adalah Al’Aqlu (akal).

4. Al-Ghazali ( 1058-1111 M )

Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali lahir di Ghazelah, Khurasan (Persia) pada tahun 1058 M. di dunia barat abad pertengahan, ia dikenal dengan nama Abu Hamed dan Al-Ghazalel.

a. Epistemology Al-Ghazali

Page 40: Filsafat Albert Satria

Awalnya ia berpendapat bahwa pengetahuan adalah hal-hal yang ditangkap oleh panca indra. Ternyata menurutnya panca indra juga berdusta, kemudia ia meletakkan kepercayaan pada akal. Namun ia juga tetap ragu pada akal. Tiga bulan kemudian Allah memerikan nur yang disebut juga sebagai kunci ma’rifat kedalam hatinya. Dengan demikian Al-Ghazali percaya bahwa intuisi lebih tinggi dan lebih dipercaya daripada akal untuk menangkap pengetahuan yang betul-betul diyakini.

b. Metafisika Al-Ghazali

Menurut Al-Ghazali ilmu tuhan adalah suatu tambahan atau pertalian dengan zat, artinya lain dari zat, kalau terjadi tambahan atau prtalian dengan zat, zat tuhan tetap dalam keadaannya. Al-Ghazali membagi manusia kepada tiga golongan, yaitu kaum awam, cara berfikir mereka sangat sederhana. Kaum pilihan, cara berfikir mereka mendalam dan akal mereka tajam. Dan kaum pengingkar

c. Jiwa dalam pandangan Al-Ghazali

Menurut Al-Ghazali, setiap perbuatan akan menimbulkanpengaruh pada jiwa, yakni membentuk kualitas jiwa, asalkan perbuatan itu dilakukan dengan sadar.

d. Kritikannya terhadap filosof

Al-Ghazali menentang menentang argument filsafat para filosof yunani dan filosof islam dalam banyak masalah. Ia menentang dalil filsafat Aristoteles tentang azalinya alam. Dengan tegas ia katakan bahwa alam berasal dari tidak ada menjadi ada ( creotio ex nihilo), sebab diciptakan oleh tuhan.

5. Ibn Rusyd ( 1126-1198 M )

Ibn Al-Whalid Muhammad Ibn Muhammad Ibn Rusyd lahir di cordova pada tahun 1126 M. ia di kenal dengan sebutan averroes , di dunia islam ia di kenal dengan ahli hukum dan filosof. Aliran filsafat Ibn Rusyd adalah rasional. Ia menjunjung tinggi akal pikiran daan menghargai peranan akal.

a. Metafisika Ibn Rusyd

Dalam masalah ketuhanan, ia berpendapat bahwa Allah penggerak pertama. Sifat positif kepada Allah adalah akal dan ma’qul. Wujud Allah adalah Esa-Nya. Wujud dan ke Esaan-Nya tidak berbeda dari zat-Nya. Ia menafsirkan agamapun dengan penafsiran rasional. Namun, ia tetap berpegang pada sumber agama, yakni Al-Quran.[3]

b. Tingkat kemampuan manusia menurut Rusyd

Pembuktian sesuatu memang dipengaruhi oleh kapasitas individual. Diantaranya ada yang melakukan pembutian dengan cara demonstrasi , ada juga lewat dialektik, dan ada lagi melalui dalil reterik.

c. Tentang qadimnya alam semesta

Page 41: Filsafat Albert Satria

Ibn Rusyd berpendapat bbahwa alam adalah azali. Jadi, ada dua yang azali yaitu Tuhan dan alam. Namun keazalian Tuhan lebih lama dari keazalian alam. Argument yang dikemukakan ialah seandainya alam tidak azali, maka ada permulaannya, maka habislah alam ini (baru).

III.PERIODESASSI PERKEMBANGAN FILSAFAT

12.Periodisasi filsafat dibagi menajdi empat yakni masa klasik,masa pertengahan,masa modern, dan masa kontemporer.Jelaskan rentang waktu masing-masing periode itu dan jelaskan ciri-ciri spesifik filsafat sains untuk setiap periode itu.

Periodesasi Filsafat Barat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ditinjau dari sudut sejarah, filsafat Barat memiliki empat periodisasi. Periodisasi ini didasarkan atas corak pemikiran yang dominan pada waktu itu.

Pertama, adalah zaman Yunani Kuno, ciri yang menonjol dari filsafat Yunani kuno adalah ditujukannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala. Para filosof pada masa ini mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya, sehingga ciri pemikiran filsafat pada zaman ini disebut kosmosentris.

Kedua, adalah zaman Abad Pertengahan, ciri pemikiran filsafat pada zaman ini di sebut teosentris. Para filosof pada masa ini memakai pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama Kristiani, akibatnya perkembangan alam pemikiran Eropa pada abad pertengahan sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama, sehingga pemikiran filsafat terlalu seragam bahkan dipandang seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran filsafat sebenarnya.

Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris. Filsafat Barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan filsafat Abad Pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang mengikat itu adalah agama dengan gerejanya serta Raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut.

Page 42: Filsafat Albert Satria

Keempat, adalah Abad Kontemporer dengan ciri pokok pemikiranlogosentris, artinya teks menjadi tema sentral diskursus filsafat.

BAB II

PEMBAHASAN

1. ABAD KLASIK

A. Masa Pra-Sokrates

Filsafat di masa Pra-Sokrates merupakan tahap pertama dalam filsafat Yunani. Meskipun bukan merupakan filsafat murni, tetapi ia merupakan filsafat yang sesungguhnya. Sebaliknya, filsafat Pra-Sokrates bukannya merupakan unit tertutup yang tidak berhubungan dengan pemikiran filosofis sesudahnya, tapi merupakan persiapan bagi periode sesudahnya.

Meskipun Plato dan Aristoteles mengemukakan filsafat yang brilian, keduanya tidak terlepas dari pengaruh filsafat pra-Sokrates. Plato misalnya, sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Heracleitos, para filsuf Elea dan Pythagoreanisme. Adapun filsuf-filsuf yang hidup sebelum masa Sokrates adalah:

1. Thales (625-545 SM)

Dalam sejarah filsafat Thales dijuluki sebagai filsuf Yunani pertama. Dia dalah satu dari tujuh orang bijak di zamannya (bersama Bias dari Priene, Pittakos dari Mytilene, Soloon dari Athena, Kleouboulous dari Lindos, Khilon dari Sparta, dan Priandros dari Korinthos). Thales adalah filsuf dan ilmuwan praktis.

Sebagai filsuf Thales dan Miletus berusaha menjawab pertanyaan: apa sala usul segala sesuatu? Menurut Thales, bahan dasar dari segala sesuatu adalah air. Itu merupakan kesimpulan setelah ia mengamati dominasi peran air di alam dan kehidupan manusia. Seperti dikatakan Aristoteles, Thales dari hari ke hari mengamati bahwa kabut memberi kehidupan bagi segala sesuatu. Bahkan panas itu sendiri berasal dari kelembaban.

Dia juga mengamati bahwa segala macam benih mempunyai kodrat kelembaban, dan air merupakan asal dari hakekat benda-benda yang lembab. Thales mungkin juga dipengaruhi oleh teologi-teologi kuno, di mana air merupakan obyek komando di kalangan dewa-dewi.

2. Anaximandros (611-545 SM)

Menurut Theophrastus, Anaximander adalah rekan sejawat Thales, dan nampaknya lebih muda. Di samping kegiatan ilmiahnya, dia juga mencari jawaban atas pertanyaan sama yang menggugah Thales. Tapi menurut dia, prinsip pertama dan utama itu tidak mungkin air seperti yang dikatakan Thales.

Page 43: Filsafat Albert Satria

Kalau perubahan, kelahiran dan kematian, pertumbuhan dan kehancuran disebabkan oleh konflik, maka tak dapat dijelaskan mengapa ada benda-benda lain yang tidak dapat melebur menjadi air. Maka menurut dia, prinsip pertama dari segala benda adalah To apeiron (yang berarti substansi yang tak terbatas). To apeiron itu kekal dan tak dimakan usia, itulah yang merangkum seluruh jagad.

Anaximander mengajarkan bahwa bumi bukan berbentuk piringan (disc) tapi silinder pendek. Kehidupan berasal dari laut, dan melalui adaptasi dengan lingkunagn bentuk-bentuk hewan yang sekarang berevolusi.

Tentang asal usul manusia Anaximander mengatakan bahwa pada mulanya manusia dilahirkan dari hewan-hewan spesies lain. Hewan-hewan lain, katanya, cepat menemukan makanan bagi diri mereka sendiri, tapi manusia sendiri membutuhkan waktu yang panjang untuk menjadi dewasa. Tapi dia tak dapat menjelaskan bagaimana manusia bisa hidup dalam tahap transisi.

Jadi, doktrin Anaximander merupakan suatu langkah maju dibandingkan Thales. Dia tidak menunjuk unsur tertentu, tapi konsep to apeiron, yakni substansi tak terbatas.

3. Anaximenes (588-524 SM)

Menurut Anaximenes, prinsip dasar segala sesuatu adalah udara. Kesimpulan ini mungkin sekali didasarkan pada fakta bahwa manusia hanya bisa hidup kalau bernafas. Jadi, udara adalah prinsip kehidupan. “Sebagaimana halnya dengan jiwa kita, yakni udara, mempersatukan kita, demikian juga nafas dan udara merangkul seluruh dunia,” kata Anaximenes. Jadi udara adalah prinsip dasar (urstoff) dari dunia.

Udara tak dapat dibagi, tapi dapat kelihatan dalam proses kondensasi dan perengangan. Ketika udara menjadi renggang (rarefaction), ia menjadi lebih panas, dan cenderung terbakar menjadi api. Sebaliknya, kalau terjadi kondensasi, ia menjadi lebih dingin dan menjadi keras. Maka udara berada di antara cincin nyala dan kedinginan, dengan massa kelembaban di dalamnya.

4. Pythagoras (580-500 SM)

Tentang Pythagoras tidak banyak diketahui. Yang pasti adalah bahwa Pythagoras mendirikan sebuah tarekat keagamaan di Kroton, Italia selatan, pada paruh kedua abad 6 SM. Pythagoras sendiri dilahirkan di Samos, masih daerah Ionia. Iamblicus, salah satu sumber untuk mengetahui Pythagoras, menyebut Pythagoras antara lain sebagai “pemimpin dan bapak filsafat Ilahi”. Tapi kisah kehidupan Pythagoras seperti yang ditulis Iamblicus, porphyries, dan Diogenes Laertius dinilai sebagai roman dan bukan catatan sejarah.

Ajaran tentang bilangan merupakan ajaran Pythagoras yang penting. Tapi, di pihak lain filsafat methematico-metafisik ini sngat sulit dipahami. Yang penting, Pythagoras dan para pengikutnya sangat terobsesi dengan matematika. Sampai-sampai dikatakan bahwa Tuhan itu seorang ahli matematika.

Page 44: Filsafat Albert Satria

Menurut Pythagoras, prinsip dari segala-galanya adalah matematika. Semua benda dapat dihitung dengan angka, dan kita dapat mengekspresikan banyak hal dengan angka-angka. Mereka terpesona oleh kenyataan bahwa interval-interval music antara dua not pada lyra dapat dinyatakan secara numerik. Seperti halnya harmoni musik bergantung pada angka, maka harmoni jagad raya juga bergantung pada angka. Bahkan menurut Pythagoras, benda-benda adalah angka-angka (things are numbers).

Menurut Pythagoreanisme, pusat jagad raya adalah api (Hestia). Di sekeliling api itu beredar kontra bumi (antikhton), bumi, bulan, matahari dan planet lainnya dan akhirnya langit dengan bintang-bintang tetap. Pythagoreanisme berpandangan bahwa seluruh langit merupakan suatu tangga nada musik serta bilangan. Ketika mengelilingi api sentral tiap benda langit mengeluarkan bunyi yang sesuai dengan tangga nada. Telinga kita sudah terbiasa dengan musik itu, sehinga kita tak mendengarnya lagi. Dikisahkan bahwa Pythagoras sendiri telah mendengar music jagad raya itu.

Filsuf-filsuf lain yang hidup sebelum masa Sokrates, di antaranya:

1. Xenophanes (570-480 SM)

2. Heracleitos

3. Parmenides dan Melissus

4. Zeno

5. Empedocles

6. Leocippus

7. Para filsuf Atomisme

B. Masa Sokrates

Perhatian masa Pra-Sokrates adalah alam atau kosmos. Pada masa sesudahnya, yakni sokrates, perhatian bergeser pada manusia itu sendiri, faktor-faktor penyebabnya anatara lain:

a. Timbulnya sikap skeptic terhadap filsafat Yunani yang tidak dapat menjelaskan pertanyaan tentang asala usul alam semesta. Filsafat Pra-Sokrates juga tidak mampu menjelaskan fenomena kesatuan (unity) dan kejamakan (diversity)

b. Semakin besar minat terhadap fenomena kebudayaan dan peradaban. Ini disebabkan pergaulan yang makin gencar antara orang Yunani dan peradaban asing seperti Persia, Babylonia dan Mesir. Menhadapi kenyataan ini, para pemikr Yunani mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah beragam kebudayaan nasional dan local, norma agama dan etis, hanyalah konvensi atau tidak?

1. Kaum Sofis

Page 45: Filsafat Albert Satria

Ada perbedaan antara filsafat Pra-Sokrates dengan filsafat sesudahnya, perbedaan itu ialah:

a. Pusat perhatian filsafat masa sokrates adalah manusia, peradaban dan kebiasaab manusia. Sofisme menaruh perhatian pada mikrokosmos, bukan makrokosmos. Manusia mencapai kesadaran diri. Seperti kata Sophocles: “Ada banyak mikjizat di dunia, tapi tak ada mukjizat yang lebih besar dari manusia”.

b. Sofisme dan filsafat Yunani sebelumnya juga berbeda dalam hal metode. Filsafat Yunani Pra-Sokrates memiliki metode deduktif, sedangkan kaum sofis menggunakan metode empirico-induktif.

Pada masa Pra-Sokrates, filsuf menetapkan prinsip umum, kemudian menjelaskan fenomena fenomena khusus berdasarkan prinsip tersebut. Sebaliknya, kaum sofis adalah ensiklopedis karena mereka menghimpun banyak observasi dan fakta, lalu menarik kesimpulan-kesimpulan, baik teoritis maupun praktis. Kesimpulan-kesimpulan itu sangat banyak dan berbeda sehingga orang bias jadi bingung. Atau, setelah banyak tahu tentang berbagi negara dan kebudayaan, mereka membuat teori tentang asal-usul peradaban atau asal bahasa.

c. Perbedaan juga terletak pada tujuan. Filsafat Pra-Sokrates ingin mencari kebenaran obyektif tentang dunia. Kaum sofis mencari kebenaran praktis, bukan kebenaran spekulatif. Tujuan utama filsafat Pra-Sokrates adalah menemukan kebenaran ,sedangkan kaum sofis justru pada mengajar. Itulah sebabnya kaum sofis mempunyai massa murid. Mereka memberikan kursus-kursus, dan latihan. Mereka adalah professor yang mengembara dari kota ke kota, mengumpulkan pengetahuan lalu mengajarkan pada orang lain (umpama tentang tata bahasa, interpretasi penyair, filsafat mitologi, agam dll).

Kaum sofis sangat menonjol dalam berpidato, yang merupakan factor sangat penting dalam kehidupan politik di Yunani kala itu. Di Yunani, agar bias berkecimpung dala politik, orang harus pintar berpidato.

Adapun tokoh-tokoh kaum filsuf sofis ialah Protagoras (481-411 SM), Prodicus, Hippias, Gorgias (480-380 atau 483-375 SM), Thrasymachus, Chalderon, dan Anthipon.

2. Socrates

Ajaran-ajaran Socrates adalah sebagai berikut:

1. Socrates mengajarkan tentang definisi atau hal-hal yang umum (universals) yng bersifat tetap. Menurut Socrates konsep universal tetap sama. Hanya hal-hal partikular dapat beragam, tapi defenisi tetap sama.

2. Socrates mengajarkan tentang argumen-argumen induktif. Argumen induktif yang dikembangkan Socrates bukan diperoleh melalui logika, melainkan melalui wawancara atau dialektik. Untuk membuat definisi tentang sesuatu, Socrates bertanya pada orang lain, sementara ia sendiri memperlihatkan ketaktahuan. Dialektik Socrates dimulai dari defenisi-definisi kurang lengkap sampai akhrnya mencapai definisi yang lebih lengkap.

Page 46: Filsafat Albert Satria

3. Tujuan dialektik bukan untuk mempermalukan orang, tapi untuk memperoleh kebenaran. Kebenaran itu bukan sekedar spekulasi murni, melainkan dalam kehidupan yang baik. Menurut Socrates, agar bertindak dengan benar, orang harus tahu apakah kehidupan yang baik itu. Socrates percaya akan jiwa yang hanya dapat dipelihara semestinya lewat pengetahuan, yakni kebijaksanaan yang benar. Pengetahuan yang jelas akan kebenaran sangat penting bagi kehidupan yang benar. Untuk ini adalah tugasnya untuk membidani lahirnya ide-ide yang benar dalam bentuk definisi yang jelas. Metode ini dinamakan mayetika.

4. Socrates menaruh perhatian besar pada etika. Dia menganggap misi yang ditetapkan dewa padanya adalah menyadarkan orang-orang agar memelihara harta paling agung yakni jiwa lewat upaya memperoleh kebijaksanaan dan kabajikan. Kehidupan politikpun tak dapat dilepaskan dari etika.

5. Etika Socrates memilki ciri pengetahuan dan kebajikan. Menurut dia, pengetahuan dan kebajikan adalah satu, dalam arti bahwa seorang bijaksana, yakni orang yang tahu apa yang baik, juga akan melakukan apa yang benar.

6. Socrates mengajarkan bahwa hanya ada satu kebajikan, yakni pengetahuan akan apa yang betul-betuk baik bagi manusia, apa yang betul-betul dapat menghasilkan kesehatan dan harmoni jiwa.

7. Dalam ajaran tentang agama, Socrates mengakui adanya allah-allah, pengetahuan akan allah-allah tidak terbatas. Terkadang Socrates memang percaya akan adanya Allah yang tunggal, tapi nampaknya Socrates tidak memberi perhatian besar untuk masalah monoteisme dan polyteisme. Menurut Socrates sebagaimana tubuh manusia berasal dari bahan-bahan yang dikumpulkan dari dunia materi, akal budinya juga merupakan bagian dari akal budi universal.

Pada tahun 400 atau 399 Socrates diadili oleh para pemimpin demokrasi baru. Tuduhan yang dibacakan di depan pengadilan raja Archon adalah bahwa:

1. Socrates tidak menyembah allah-allah yang disembah negara, tapi memperkenalkan praktik-praktik agama yang baru, dan

2. Socrates merusak kaum muda. Atas kesalahan-kesalahan tersebut Socrates dituntut hukuman mati.

3. Plato

Plato adalah salah satu filsuf terbesar di dunia. Lahir di Athena dari keluarga terpandang, ayahnya Arston dan ibunya Perictione. Menurut sejumlah sumber, nama aslinya adalah Aristocles. Nama Plato baru diberikan sesudahnya karena ia memiliki sosok fisik yang kokoh kuat.

Plato menjadi murid Socrates ketika ia berusia 20 tahun. Tapi perkenalan Socrates pasti lebih awal. Plato pernah mengunjungi Italia dan Sisilia ketika berusia 40 tahun. Konon ia juga pernah mengunjungi Mesir, tapi cerita ini belum bisa diterima oleh sebagian pengamat. Plato pernah dijual sebagai budak kepada Aegina atas perintah Dionysius I, Tiran dari Syracuse.

Page 47: Filsafat Albert Satria

Adapun ajaran-ajaran terpenting dari Plato adalah:

1. Dua Dunia

Plato mengajarkan tentang dua dunia, yakni dunia idea dan dunia materi. Dunia idea bersifat tunggal, permanen/tidak berubah, kekal. Dunia jasmani bersifat jamak, berubah-ubah dan tidak kekal.

2. Jiwa

Jiwa adalah suatu adikodrati, berasal dari dunia idea, tidak dapat mati, kekal. Jiwa terdiri dari tiga bagian (fungsi), yakni rasional (dihubungkan dengan kebijaksaan), kehendak (dihubungkan denag keberanian), dan bagian keinginan atau nafsu (dihubungkan dengan bagian pengendalian diri.

3. Negara

Ajaran tentang negara merupakan puncak filsafat Plato. Menurut Plato tujuan hidup manusia adalah eudaemonia(hidup yang baik). Agar supaya hidup baik, orang harus mendapatkan pendidikan. Pendidikan itu bukan soal akal semata-mata, tapi seluruh diri manusia. Akal harus mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya dan harus didukung perasaan-perasaan yang lebih tinggi. Jalan kea rah sini adalah kesenian, sajak, music dan sebagainya. Tujuan pendidikan tercapai kalau ada negara yang baik. Sebab manusia adalah makhluk social yang memerlukan negara.

Dalam satu negara ada tiga golongan, yakni:

1. Para penjaga, yakni orang bijak (filsuf) yang mengetahui apa yang baik. Kebajikan mereka adalah kebijaksanaan.

2. Para prajurit yang menjamin keamanan. Kebajikan mereka adalah keberanian.

3. Rakyat jelata seperti petani, tukang dan pedagang. Kebajikan mereka adalah pengendalian diri.

4. Aristoteles

Aristoteles lahir di Stageira, Yunani Utara. Ayahnya seorang dokter pribadi raja Macedonia. Ketika berusia 18 tahun ia belejar filsafat pada Plato di Athena. Setelah Plato meninggal, ia mendirikan sekolah Assos. Ia kemudian kembali ke Macedonia dan menjadi pendidik pangeran Alexander Agung. Ketika Alexander Agung meninggal pada thun 323, timbullah huru hara. Aristoteles dituduh sebagai penghianat. Dia lari ke Khalkes dan meninggal dunia di situ pada tahun 322.

Adapun ajaran-ajaran Aristoteles ialah logika, filsafat alam, psikologi, biologi, metafisika, etika, politik dan ekonomi.

Tentang logika, ia mengajarkan proses pengambilan kesimpulan yang disebut silogisme, yang terdiri dari pernyataan dalam bagian mayor (dalil umum), minor (dalil khusus), kesimpulan.

Aristoteles menyebut jiwa dengan psykhe. Menurut Aristoteles, bukan hanya manusia yang mempunyai jiwa, tapi semua yang hidup mempunyai jiwa.

Page 48: Filsafat Albert Satria

Aristoteles menolak dualisme Plato. Karena menurut dia, jiwa dan tubuh adalah dua aspek berbeda dari substansi yang sama yakni manusia. Pada manusia tidak ada dua substansi seperti pada ajaran Plato.

Menurut Aristoteles, jiwa akan binasa pada saat kematian badan. Jiwa manusia, seperti jiwa tumbuhan dan hewan, tidak bersifat kekal.

5. Masa hellenisme dan Romawi

Di masa ini muncul beberapa aliran, terpenting di antaranya adalah:

1. Stoisisme didirikan oleh Zeno dari Kition. Menurut Stoisisme, jagad raya ditentukan oleh logos atau rasio. Maka segala sesuatu yang terjadi di alam semesta berlangsung menurut ketetapan yang tak dapat dihindarkan. Etika Stoisisme bersifat kejam, karena manusia tidak dapat menghindarkan segala malapetaka.

2. Epikurisme didirikan oleh Epikuros. Inti ajarannya adalah bahwa manusia harus menggunakan kehendak bebas dengan mencari kesenangan sedapat mungkin. Tapi agar keadaan batin seimbang dan tenang, orang harus menjadi bijaksana. Bersikap bijaksana adalah bersikap membatasi diri dan mengusahakan kesenangan rohani.

3. Skeptisisme dipelopori oleh pyrrho. Tapi ini bukan suatu aliran dengan pengikut-pengikut tertentu, melainkan hanya merupakan tendensi umum dalam masyarakat.

4. Eklektisisme adalah kecenderungan mendamaikan berbagi unsur yang berbeda. Ini juga merupakan kecenderungan umum pada masyarakat, khususnya kaum elit. Seorang yang dikenal denagn eklektis adalah ahli pidato Cicero dan Philo.

2. ABAD PERTENGAHAN

A. Masa Patristik

Istilah Patristik berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yang menerimanya.

Bagi mereka yang menolak, alasannya karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang menerima sebagai alasannya ber anggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara berpikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, memakai/menerima filsafat Yunani diperbolehkanselama dalam hal-hal tertentu tidak bertentangan dengan agama.

Page 49: Filsafat Albert Satria

Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang menerima filsafat Yunani menuduh bahwa mereka (orang-orang Kristen yang menolak filsafat Yunani) itu munafik. Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut menyangkal, bahwatuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang-orang yang menolak filsafat Yunani mengatakan bahwa dirinyalah yang benar-benar hidup sejalan dengan Tuhan.

Akibatnya, muncul upaya untuk membela agama Kristen, yaitupara apologis (pembela iman Kristen) dengan kesadarannya membela iman Kristen dari serangan filsafat Yunani. Parapembela iman Kristen tersebut adalah Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius Nissa, Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus

B. Masa Skolastik

Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kataschool, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah.filsafat abad pertengahan.

Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut.

a. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata- mata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.

b. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tsb kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dll.

c. Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.

d. Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipe ngaruhi oleh ajaran gereja.

Filsafat Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena be berapa faktor berikut :

1. Faktor religious

Faktor religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berperikehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ke tanah suci Yerussalem, dunia ini bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata saja (tempat kesedihan). Sebagai dunia yang menjadi tanah airnya adalah surga. Manusia tidak dapat sampai ke tanah airnya (surga) dengan kemampuannya sendiri, sehingga harus ditolong. Karena manusia itu menurut sifat kodratnya mempunyai cela atau kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh Adam, mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan pemberi bahagia. la akan memberi pengampunan sekaligus meno longnya. Maka, hanya dengan jalan pengampunan inilah

Page 50: Filsafat Albert Satria

manusia dapat tertolong agar dapat mencapai tanah airnya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya.

2. Faktor ilmu pengetahuan

Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambilkan dari para penulis Latin, Arab (Islam), dan Yunani.

Masa Skolastik terbagi menjadi empat periode, yaitu:

1. Skolastik Awal

Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadapRomawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.

Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742 - 814) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan, di mana arah pemikirannya berbeda sekali dengan sebelumnya.

Saat ini merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa. Hal ini ditan dai dengan skolastik yang di dalamnya banyak diupayakan pengem bangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda.

Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atauarses liberales, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (Seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik. Di antara tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735-805), Johannes Scoter Eriugena (815 - 870), Peter Lombard (1100 - 1160), John Salis bury (1115 - 1180), Peter Abaelardus (1079 - 1180).

2. Skolastik Puncak

Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200 - 1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo,yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, juga peranan universitas sebagai sumber/pusat ilmu dan kebudayaan.

Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai pada puncaknya.

a. Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.

Page 51: Filsafat Albert Satria

b. Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis. Universitas ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.

c. Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehinggamenimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pads abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.

3. Skolastik Akhir

Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Di antara tokoh-tokohnya adalah William Ockharn (1285 - 1349), Nicolas Cusasus (1401-1464).

4. Skolastik Arab (Islam)

Dalam bukunya, Hasbullah Bakry menerangkan bahwa istilah skolastik Islam jarang dipakai di kalangan umat Islam. Istilah yang biasa dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat Islam. Dalam pembahasan antara ilmu kalam dan filsafat Islam biasanya dipisahkan.

Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli pikir Islam (pemikir Arab atau Islam pada masa skolastik), yaitu Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Kindi, Ibnu Rusyd. Peranan para ahli pikir tersebut besar sekali, yaitu sebagai berikut.

a. Sampai pertengahan abad ke-12 orang-orang Barat belum pernah mengenal filsafat Aristoteles sehingga yang dikenal hanya buku Logika Aristoteles.

b. Orang-orang Barat itu mengenal Aristoteles berkat tulisan dari para ahli pikir Islam, terutama dari Ibnu Rusydsehingga Ibnu Rusyd dikatakan sebagai guru terbesarPara ahli pikir Skolastik Latin.

c. Skolastik Islamlah yang membawakan perkembangan Skolastik Latin.

Tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, tetapi para ahli pikir Islam tersebut memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Para ahli pikir Islam sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles benar, Plato dan Al-Qur’an benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat.

Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian masuk ke Eropa yang merupakan sumbangan Islam paling besar.

Dengan demikian, dalam pembahasan skolastik Islam terbagi menjadi dua periode, yaitu:

a. Periode Mutakallimin (700 - 900);

b. Periode Filsafat Islam (850 - 1200).

Page 52: Filsafat Albert Satria

3. ABAD MODERN

A. IDEALISME

Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan Itu. Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu. Adapun tokoh-tokoh Idealisme adalah :

1. Plato (477 -347 Sb.M)

2. B. Spinoza (1632 -1677)

3. Liebniz (1685 -1753)

4. Berkeley (1685 -1753)

5. Immanuel Kant (1724 -1881)

6. J. Fichte (1762 -1814)

7. F. Schelling (1755 -1854)

8. G. Hegel (1770 -1831)

B. MATERIALISME

Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu. Pada abad pertama masehi faham Materialisme tidak mendapat tanggapan yang serius, bahkan pada abad pertengahan, orang menganggap asing terhadap faham Materialisme ini. Baru pada jaman Aufklarung (pencerahan), Materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropah Barat. Pada abad ke-19 pertengahan, aliran Materialisme tumbuh subur di Barat. Faktor yang menyebabkannya adalah bahwa orang merasa dengan faham Materialisme mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan alam. Selain itu, faham Materialisme ini praktis tidak memerlukan dali dalil yang muluk-muluk dan abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataan kenyataan yang jelas dan mudah dimengerti. Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama dimana-mana. Hal ini disebabkan bahwa faham Materialisme ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (atheis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat. Adapun tokoh-tokoh Materialisme adalah :

1. Anaximenes ( 585 -528)

2. Anaximandros ( 610 -545 SM)

Page 53: Filsafat Albert Satria

3. Thales ( 625 -545 SM)

4. Demokritos (kl.460 -545 SM)

5. Thomas Hobbes ( 1588 -1679)

6. Lamettrie (1709 -1715)

7. Feuerbach (1804 -1877)

8. H. Spencer (1820 -1903)

9. Karl Marx (1818 -1883)

C. DUALISME

Dualisme adalah ajaran atau aliran/faham yang memandang alam ini terdiri atas dua macam hakekat yaitu hakekat materi dan hakekat rohani.Kedua macam hakekat itu masing-masing bebas berdiri sendiri, sama azazi dan abadi. Perhubungan antara keduanya itu menciptakan kehidupan dalam alam. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakekat ini adalah terdapat dalam diri manusia. Adapun tokoh-tokoh Dualisme adalah :

1. Plato (427 -347 Sb.H)

2. Aristoteles (384 -322 Sb.H)

3. Descartes (1596 -1650)

4. Fechner (1802 -1887)

5. Arnold Gealinex

6 .Leukippos

7. Anaxagoras

8. Hc. Daugall

9. A. Schopenhauer (1788 -1860)

D. EMPIRISME

Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu “empiris” yang berarti pengalaman inderawi. Oleh karena itu empirisme dinisbatkan kepada faham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan dan yang dimaksudkan dengannya adalah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia.

Pada dasarnya Empirisme sangat bertentangan dengan Rasionalisme. Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal dari ratio, sehingga pengenalan inderawi merupakan suatu

Page 54: Filsafat Albert Satria

bentuk pengenalan yang kabur. sebaliknya Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Adapun tokoh-tokoh Empirisme adalah :

1. Francis Bacon (1210 -1292)

2. Thomas Hobbes ( 1588 -1679)

3. John Locke ( 1632 -1704)

4. George Berkeley ( 1665 -1753)

5. David Hume ( 1711 -1776)

6. Roger Bacon ( 1214 -1294)

E. RASIONALISME.

Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal. Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki. Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampai akhir abad ke XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran. Ternyata, penggunaan akal budi yang demikian tidak sia-sia, melihat tambahan ilmu pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan yang pesat dari ilmu-ilmu alam. Maka tidak mengherankan bahwa pada abad-abad berikut orang-orang yang Terpelajar Makin percaya pada akal budi mereka sebagai sumber kebenaran tentang hidup dan dunia. Hal ini menjadi menampak lagi pada bagian kedua abad ke XVII dan lebih lagi selama abad XVIII antara lain karena pandangan baru terhadap dunia yang diberikan oleh Isaac Newton (1643 -1727). Adapun tokoh-tokoh Rasionalisme adalah :

1. Rene Descartes (1596 -1650)

2. Nicholas Malerbranche (1638 -1775)

3. B. De Spinoza (1632 -1677 M)

4. G.W.Leibniz (1946-1716)

5. Christian Wolff (1679 -1754)

6. Blaise Pascal (1623 -1662 M)

F. FENOMENALISME

Secara harfiah Fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa Fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Seorang Fenomenalisme suka melihat gejala. Dia berbeda dengan seorang ahli ilmu positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta

Page 55: Filsafat Albert Satria

membuat hukum-hukum dan teori. Fenomenalisme bergerak di bidang yang pasti. Fenomenalisme adalah suatu metode pemikiran, “a way of looking at things”.

Inti dari Fenomenalisme adalah tesis dari “intensionalisme” yaitu hal yang disebut konstitusi. Menurut Intensionalisme (Brentano) manusia menampakkan dirinya sebagai hal yang transenden, sintesa dari objek dan subjek. Manusia sebagai entre au monde (mengada pada alam) menjadi satu dengan alam itu. Adapun tokoh-tokoh Fenomenalisme adalah :

1. Edmund Husserl (1859 -1938)

2. Max Scheler (1874 -1928)

3. Hartman (1882 -1950)

4. Martin Heidegger (1889 -1976)

5. Maurice Merleau-Ponty (1908 -1961)

6. Jean Paul Sartre (1905 -1980)

7. Soren Kierkegaard (1813 -1855)

G. INTUSIONALISME

Intusionalisme adalah suatu aliran atau faham yang menganggap bahwa intuisi (naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran.Intuisi termasuk salah satu kegiatan berfikir yang tidak didasarkan pada penalaran.Jadi Intuisi adalah non-analitik dan tidak didasarkan atau suatu pola berfikir tertentu dan sering bercampur aduk dengan perasaan. Adapun tokoh-tokoh Intusionalisme adalah :

1. Plotinos (205 -270)

2. Henri Bergson (1859 -1994)

13.Pada masa klasik,filsfat sains masih diwarnai oleh mitos>betulkah?Berikan contoh sebgai bukti! Siapa tokoh-tokohnya?

Masa KlasikSejarah filsafat Yunani dimulai sekitar abad ke-6 SM. Zaman ini sering disebut juga sebagai zaman peralihan dari mitos ke logos. Sebelum masa ini, banyak orang yang bercerita tentang alam semesta dan kejadian di dalamnya terjadi berkat kuasa gaib dan adikodrati, seperti adanya kuasa para dewa-dewi. Mitos-mitos seperti ini kerap sekali ditemukan di dalam sastra-sastra Yunani (Anonim, 2012).Ada tiga filsuf dari kota Miletos yaitu Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Ketiganya secara khusus menaruh perhatian pada alam dan kejadian-kejadian alamiah, terutama tertarik pada adanya perubahan yang terus menerus di alam.

Page 56: Filsafat Albert Satria

Mereka mencari suatu asas atau prinsip yang tetap tinggal sama di belakang perubahan-perubahan yang tak henti-hentinya itu. Thales mengatakan bahwa prinsip itu adalah air, Anaximandros berpendapat to apeiron atau yang tak terbatas sedangkan Anaximenes menunjuk udara (Sunny, 2009).Setelah kemunculan tiga tokoh filsafat tersebut, muncullah Phytagoras dengan beberapa hasil pemikiran terkenalnya. Pertama, jiwa tidak dapat mati. Sesudah kematian manusia, jiwa pindah ke dalam hewan, dan setelah hewan itu mati jiwa itu pindah lagi dan seterusnya,tetapi dengan mensucikan dirinya, jiwa dapat selamat dari reinkarnasi itu. Kedua, pertemuannya tentang interval-interval utama dari tangga nada yang diekspresikan dengan perbandingan dengan bilangan-bilangan, Pythagoras menyatakan bahwa suatu gejala fisis dikusai oleh hukum matematis. Bahkan katanya segala-galanya adalah bilangan. Ketiga, mengenai kosmos, Pythagoras menyatakan untuk pertama kalinya, bahwa jagat raya bukanlah bumi melainkan Hestia (Api), sebagaimana perapian merupakan pusat dari sebuah rumah (Sunny, 2009).Masih pada jaman Pythagoras ada seorang filsuf terkenal, Herakleitos. Herakleitos menyatakan bahwa api sebagai dasar segala sesuatu. Api adalah lambang perubahan, karena api menyebabkan kayu atau bahan apa saja berubah menjadi abu, sementara apinya sendiri tetap menjadi api. Herakleitos juga berpandangan bahwa di dalam dunia alamiah tidak sesuatu pun yang tetap. Segala sesuatu yang ada sedang menjadi. Pernyataannya yang terkenal adalah ‘Pantarhei kai uden menei’ yang artinya semuanya mengalir dan tidak ada sesuatu pun yang tinggal tetap.Parmenides (540 SM - 470 SM) adalah seorang filsuf yang pemikiran filsafatnya bertentangan dengan Herakleitos. Parmenides berpendapat bahwa segala sesuatu "yang ada" tidak berubah. Ia merupakan filsuf pertama yang disebut sebagai peletak dasar metafisika. Parmenides berpendapat bahwa ‘yang ada’ ada, ‘yang tidak ada’ tidak ada. Konsekuensi dari pernyataan ini adalah yang ada 1) satu dan tidak terbagi, 2) kekal, tidak mungkin ada perubahan, 3) sempurna, tidak bisa ditambah atau diambil darinya, 4) mengisi segala tempat, akibatnya tidak mungkin ada gerak sebagaimana klaim Herakleitos. Para filsuf ini dikenal sebagai filsuf monism, karena mereka berpendirian bahwa realitas seluruhnya bersifat satu, terdiri atas satu unsur saja.Berikut ini para filsuf yang dikenal sebagai filsuf pluralis, karena pandangannya yang menyatakan bahwa realitasterdiri atas banyak unsur. Empedokles menyatakan bahwa realitas terdiri dari empat rizomata (akar) yaitu api, udara, tanah dan air. Perubahan-perubahan yang terjadi di alam dikendalikan oleh dua prinsip yaitu cinta (Philotes) dan benci (Neikos). Empedokles juga menerangkan bahwa pengenalan (manusia) berdasarkan prinsip yang sama mengenal yang sama. Pluralis yang berikutnya adalah Anaxagoras, yang mengatakan bahwa realitas adalah terdiri dari sejumlah tak terhingga spermata (benih). Perubahan yang

Page 57: Filsafat Albert Satria

membuat benih-benih menjadi kosmos hanya berupa satu prinsip yaitu Nusyang berarti roh atau rasio. Nus tidak tercampur dalam benih-benih dan Nus mengenal serta mengusai segala sesuatu. Karena itu, Anaxagoras dikatakan sebagai filsuf pertama yang membedakan antara "yang ruhani" dan "yang jasmani".Pluralis Leukippos dan Demokritos juga disebut sebagai filsuf atomis. Atomisme mengatakan bahwa realitas terdiri atas banyak unsur yang tak dapat dibagi-bagi lagi, karenanya unsur-unsur terakhir ini disebut atomos. Jumlah atom tidak berhingga dan tidak mempunyai kualitas, sebagaimana pandangan Parmenides atom-atom tidak dijadikan dan kekal. Tetapi Leukippos dan Demokritos menerima ruang kosong sehingga memungkinkan adanya gerak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa realitas seluruhnya terdiri dari dua hal: yang penuh yaitu atom-atom dan yang kosong.Plato dikenal sebagai filsuf yang beraliran idealis karena ia memiliki pandangan terhadap idea-idea. Pandangan Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja. Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung padaidea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita. Idea-ideaini saling berkaitan satu dengan yang lainnya (Anonim, 2012).Aristoteles (384 SM - 322 SM) adalah seorang filsuf Yunani kuno yang memasukkan teologi ke dalam cabang metafisika. Dia juga mengatakan bahwa teologi sebagai pusat dalam filsafat. Pada abad kedua puluh, para filsuf berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan teologis tersebut (Anonim, 2012). Aristoteles mengembangkan cara berpikir deduktif dan induktif. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk memperoleh pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.Pemikiran-pemikiran Aristoteles dipengaruhi oleh tokoh-tokoh filsafat sebelumnya, antara lain: Parmenides, Socrates, Plato, Herakleitos, Democritos. Selain dipengaruhi oleh filsuf lain, hasil pemikiran Aristoteles juga turut mempengaruhi hasil pemikiran filsuf setelahnya. Filsuf yang karyanya turut dipengaruhi oleh hasil karya Aristoteles antara lain: Alexander Agung, Avicenna, Averroes, Maimonides, Albertus Magnus, Thomas Aquinas, Duns Scotus, Ptolemy, Copernicus, Galileo.Pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198) (Anonim, 2012).

Page 58: Filsafat Albert Satria

Neoplatonisme dibangun oleh Plotinus (204-70 SM) yang merupakan filosof besar fase terakhir Yunani. Neoplatonisme merupakan rangkaian terakhir dari fase Helenisme Romawi, yaitu suatu fase pengulangan ajaran Yunani yang lama, jadi aliran ini masih berkisar pada filsafat Yunani, yang teramu dalam mistik (tasawuf Timur), dan juga digabung dengan berbagai aliran lain yang mendukung. Akibatnya, di dalamnya kadang terjadi tabrakan antara filsafat Yunani dengan agama-agama samawi. Dalam neoplatonisme ini terdapat unsur-unsur Platonisme, Phytagoras, Aristoteles, Stoa, dan mistik Timur, jadi, berpadu antara unsur-unsur kemanusiaan, keagamaan dan mistik. Plotinus percaya bahwa ciptaan melimpah (atau mengalir) dari Yang Esa yang adalah Yang Baik. Segala sesuatu yang ada pasti baik, atau memuat kebaikan, kalau tidak ia tidak dapat ada sama sekali (Anonim, 2012).

14.Pada masa abad pertengahan,perkembangan sains dikungkung oleh dogma gereja.Benarkah?Berikan sebuah contoh yang bisa menjadi bukti !Sebutkan lima orang filosof terkenal pada periode ini dan apa pokok-pokok pikirannya!

1. PLOTINUS ( 204-270 )

Plotinus adalah filosof pertama yang mengajukan teori penciptaan alam semesta. Ia mengajukan teori emanasi yang terkenal itu. Teori ini diikuti oleh banyak filosof Islam. Teori itu merupakan jawaban terhadap pertanyaan Thales kira-kira delapan bad sebelumnya: apa bahan alam semesta ini. Plotinus menjawab: bahannya Tuhan. Filsafat Plotinus kebanyakan bernapas mistik, bahkan tujuan filsafat menurut pendapatnya adalah mencapai pemahaman mistik. Permulaan abad pertengahan barangkali dapat dikatakan dimulai sejak Plotinus. Karena pengaruh agama Kristen kelihatannya sangat besar; filsafatnya berwatak spiritual. Secara umum ajaran plotinus di sebut Plotinisme atau neoplatonisme. Jadi, ajaran plotinus tentulah berkaitan erat dengan ajaran PLATO. Pengaruhya jelas sangat besar, pengaruh itu ada pada teologi kristen, juga pada renaissance. Kosmologi Plotinus cukup tinggi, terutama dalam kedalaman spekulasinya dan daya imajinasinya. Dan pandangan mistis merupakan ciri filsafatnya. Ada beberapa point yang akan di bahas mengenai Filsafat Plotinus ini :

a. Kehidupan Plotinus

Plotinus dilahirkan pada tahun 204 di Mesir, mungkin di daerah Lycopolis. Pada tahun 232 ia pergi ke alexandria untuk belajar filsafat, pada seorang guru bernama Animonius Saccas, selama 11 tahun. Pada tahun 243 ia mengikuti Raja Gordianus III berperang melawan Persia, ia ingin menggunakan kesempatan itu untuk mempelajari kebudayaan parsi dan india. Akan tetapi, sebelum sempat mempelajarinya, raja Gordianus terbunuh pada tahun 244. Plotinus dengan susah payah dapat melarikan diri ke Antakya ( Antioch ). Pada umur 40 tahun, ia pergi ke Roma. Disana ia menjadi pemikir terkenal pada zaman itu. Lalu tahun 270 ia meninggal di Munturnae, Campania, Italia.

Page 59: Filsafat Albert Satria

b. Metafisika Plotinus

Dalam berbagai hal Plotinus memang bersandar pada doktrin-doktrin Plato. Sama dengan Plato, ia menganut realitas idea,. Pada Plato idea itu umum: artinya setiap jemis objek hanya ada satu idenya. Pada Plotinus idea itu partikular, sama dengan dunia partikular. Perbedaan mereka yang pokok ialah pada titik tekan ajaran mereka masing-masing.

Sistem metafisika Plotinus di tandai dengan konsep transendens. Menurut pendapatnya dalam pikiran terdapat tiga realitas : The One, The Mind, The Soul.

The One ( Yang Esa ) adalah Tuhan dalam pandangan philo(Avey: 49), yaitu suatu realitas yang tidak mungkin dapat di pahani melalui metode sains dan logika. ia berada di luar eksistensi, diluar segala nilai. Yang Esa itu adalah puncak semua yang ada; Ia itu cahaya di atas cahaya. Kita tidak mungkin mengetahui esensinya; kita hanya mengetahui bahwa ia itu pokok atau prinsip yang berada di belakang akal dan jiwa. Ia adalah pencipta semua yang ada. Mereka merasa memiliki pengetahuan keilahian juga tidak akan dapat merumuskan apa Ia itu sebenarnya (lihat Mayer: 323).

The Mind ( Nous ) (lihat Runes: 215) adalah gambaran tentang Yang Esa dan di dalamnya mengandung idea-idea Plato. Idea-idea itu merupakan bentuk asli objek-objek. Kandungan Nouns adalah benar-benar kesatuan. Untuk menghayatinya kita harus melaui perenungan.

The Soul ( psykhe ) merupakan arsitek dari semua fenomena yang ada di alam, soul itu mengandung satu jiwa dunia dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dalam dua aspek, ia adalah energi di belakang dunia, dan pada waktu yang sama ia adalah bentuk-bentuk alam semesta. Jiwa manusia juga mempunyai dua aspek: yang pertama intelek yang tunduk pada reinkarnasi, dan yang kedua adalah irasional.

c. Tentang Ilmu

Idea keilmuan tidak begitu maju pada Plotinus; ia menganggap sains lebih rendah dari metafisika, metafisika lebih rendah dari pada keimanan. Surga lebih berarti dari pada bumi, sebab syurga itu tempat peristirahatan jiwa yang mulia. Bintang-bintang adalah tempat tinggal dewa-dewa. Ia juga mengakui adanya hantu-hantu yang bertempat diantara bumi dan bintang-bintang. Semua ini memperlihatkan rendahnya mutu sains Plotinus.

Plotinus dapat dikatakan sebagai musush naturalisme. Ia membedakan dengan tegas tubuh dan jiwa; jiwa bagi Plotinus tidak dapat diterjemahkan ke dalam ukuran-ukuran badaniah; fakta alam harus dipahami sesuai dengan tendensi spiritualnya.

d. Tentang Jiwa

Menurut Plotinus jiwa adalah kekuatan Ilahiah, jiwa merupakan sumber kekuatan. Alam semesta berada didalam jiwa dunia. Jiwa tidak dapat di bagi secara kuantitatif karena jiwa itu adalah sesuatu

Page 60: Filsafat Albert Satria

yang satu tanpa dapat di bagi. Alam semesta ini merupakan unit-unit yang juga tidak dapat di bagi. Jiwa setiap individu adalah satu, itu di ketahui dari kenyataan bahwa jiwa itu ada di setiap tempat di badan. Bukan sebagian di sana dan sebagian disini pada badan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa jiwa anda sama dengan jiwa saya, berarti jiwa hanya satu, jiwa itu individual.

e. Etika dan Estetika Plotinus

Etika Plotinus dimulai dengan pandangannya tentang politik. Ia mengatakan bahwa seseorang adalah wajar memenuhi tugas-tugasnya sebagai warga negara sekalipun ia tidak tertarik pada masalah politik.

Keindahan bagi Plotinus adalah memiliki arti spritual, karena itu estetika dekat sekali dengan kehidupan moral. Esensi keindahan tidak terletak pada harmoni dan simetri. Keindahan itu menyajikan keintiman dengan Tuhan yang Maha Sempurna.

f. Bersatu Dengan Tuhan

Tujuan filsafat Plotinus ialah terciptanya kebersatuan dengan Tuhan. Caranya ialah pertama-tama dengan mengenal alam melalui alat indra, dengan ini kita mengenal keagungan Tuhan, kemudian kita menuju jiwa dunia, setelah itu menuju jiwa ilahi. Jadi perenuangan itu dimulai dari perenungan tentang alam menuju jiwa ilahi, objeknya dari yang jamak kemudian kepada Yang Satu. Dalam perenungan terakhir itu terjadi keintiman, tidak terpisah lagi antara yang merenung dengan yang direnungkan (Mayer: 332).

g. Kedudukan Plotinus

Sebelum filsafat kuno mengakhiri zamannya, seorang filosof membangun sebuah sistem yang disebut neo-Plotonisme. Jelas ia adalah seorang metafisikawan yang besar. Orang itu adalah Plotinus. Nama ini sering tertukar dengan nama Plato, yang ajarannya diperbaharuinnya dengan menggunakan nama neo-Platonisme.

2. AUGUSTINUS ( 354 – 430 )

a. Riwayat Hidup Augustinus

Augustinus lahir pada tanggal 13 november 354 di Tagaska, Numidia (sekarang Algeria). Ayahnya Patricius adalah seorang pejabat pada kekaisaran Romawi, yang tetap kafir sampai kematiannya pada tahun 370. Ibunya Monica (Monnica), adalah penganut Kristen yang amat taat.

Pendidikan yang mula-mula diterimanya ialah dalam bidang Gramatika dan Aritmatika. Tatkala berumur sebelas tahun, ia dikirim kesekolah Madaurus, suatu tempat orang kafir (lingkungan kafir). Lingkungan itu telah mempengaruhi perkembangan moral dan agamanya sementara ibunya selalu mendo’akan agar anaknya menerima ajaran Kristen.

Pada tahun 370, karena bantuan kawannya ( Romanius ), ia pergi ke Kartago. Disana ia tinggal bersama guru wanita yang melahirkan anak untuknya yang bernama Adeodatus pada tahun 371.

Page 61: Filsafat Albert Satria

Disana ia menjadi seorang manichean, yaitu suatu ajaran agama yang mengajarkan bahwa Mani adalah Nabi yang terakhir. Benar-banar yang di jadikan juru selamat yang di janjikan oleh yesus Kristus.

Pada tahun 373-374 ia mengajar di Tagaska, dan sembilan tahun berikutnya ia mengajar di Kartago. Kemudian ia pindah ke Roma, dan ia mendirikan sekolah retorika, dan ia meninggalkan ajaran Mani lalu menjadi skeptis. Lalu setahun kemudian ia mendirikan sekolah di Milan.

Ada beberapa pengaruh yang di terimanya, diantaranya ialah dari Saint Ambrose, temannya Simplicianus, dan Neo-Platonisme. Dan semuanya itu mengiringnya untuk menerima gereja kristen. Tobatlah ia pada hari Paskah ( 25 april 378 ) beserta anaknya ( adeodatus ) dibaptiskan. Segera setelah itu ia dan keluarganya kembali ke Afrika. Dan di Ostia, pelabuhan Roma ibunya meninggal dunia setalah terjadi pembicaraan indah dengannya.

Setelah Augustinus mengalami konversi, ia mengabdikan seluruh hidupnya kepada Tuhan dan melayani pengikut-pengikutnya. Setelah kembali ke Tagasta pada tahun 388, ia menjual seluruh harta warisannya dan hasil penjualan itu di berikan semuanya kepada fakir miskin. Yang tertinggal hanyalah sebuah rumah yang di ubahnya menjadi suatu tempat masyarakat biarawan. Ia sebenarnya tidak berminat menjadi pendeta, tetapi pada tahun 391 ia di tahbiskan menjadi pendeta karena didesak oleh hampir semua orang di tempat tinggalnya didekat kota Hippo ( sekarang masuk wilayah Aljazair ).

Pada tahun 395-396 ia ditahbiskan lagi menjadi uskup di Hippo. Dan di tahun terakhir kehidupannya adalah tahun peperangan bagi Imperium Romawi. Di tengah penyerbuan Vandal yang mengepung Hippo pada tanggal 28 agustus 430, Augustinus meninggal dalam kesucian dan kemiskinan yang sudah lama dijalaninya. Setelah penaklukan itu orang Vandal menghancurkan semua yang di jumpai mereka kecuali Gereja dan perpustakaan Augustinus yang di biarkan tanpa di ganggu.

b. Tentang Tuhan dan Manusia

Ajaran Augustinus dapat dikatakan berpusat pada dua pool, Tuhan dan manusia. Akan tetapi dapat dikatakan bahwa seluruh ajaran Augustinus berpusat pada Tuhan. Kesimpulan ini di ambil karena ia mengatakan bahwa ia hanya ingin mengenal Tuhan dan Roh, tidak lebih dari itu (Encylopedia Americana: 2: 686).

Ia yakin benar bahwa pemikiran dapat mengenal kebenaran, karena itu ia menolak skeptisisme. Ia mengatakan bahwa setiap pengertian tentang kemungkinan pasti mengandung kesungguhan.

Ia sependapat dengan Plotinus yang mengatakn bahwa Tuhan itu diatas segala jenis (catagories). Sifat Tuhan yang paling penting ialah kekal, bijaksana, maha kuasa, tidak terbatas, maha tahu, maha sempurna dan tidak dapat diubah. Tuhan itu kuno tetapi selalu baru, Tuhan adalah suatu kebenaran yang abadi.

c. Teori Pengetahuan

Page 62: Filsafat Albert Satria

Agustinus menolak teori kemungkinan. Kita, katanya, tidak pernah dituntun oleh ukuran relatif. Tentang penolakannya terhadap teori kemungkinan dari septisisme, inilah argumennya. Saya tahu bahwa saya tahu dan mencinta. Bagaimana jika Anda bersalah? Saya bersalah, jadi saya ada. Kesalahan saya membuktikan adanya saya. Jika saya tahu bahwa saya tidak bersalah, saya pun tahu bahwa saya ada. Saya mencintai diri saya, baik tatkala saya bersalah maupun tatkala saya tidak bersalah, kedua-duanya tidaklah palsu. Bila kedua-duanya palsu, berarti saya mencintai objek yang palsu, jadi saya mencintai objek yang tidak ada. Akan tetapi, karena saya benar-benar ada, karena saya bersalah atau tidak bersalah, maka saya mencintai objek yang benar-benar ada, yaitu saya. Tidak ada orang yang tidak ingin bahagia; semua orang ingin bahagia, jadi tidak ada orang yang ingin tidak ada sebab bagaimana mungkin seseorang memiliki kebahagiaan sementara ia tidak ada (lihat Mayer: 358).

Teori pengetahuan pada Agustinus adalah dapat dikatakan teori pengetahuan yang memerlukan pencerahan ilahiah. Tuhan mencurahkan caha-Nya pada jiwa manusia menyebabkan jiwa itu mampu menangkap kebenaran terakhir, tetap, dan tidak berubah. Jadi, bagi Agustinus, dalam mencari kebenaran, Tuhan adalah guru.

d. Teori tentang Jiwa

Agustinus menentang ajaran yang mengatakan bahwa jiwa itu material. Menurut pendapatnya jiwa atau roh itu material. Agustinus membuktikan imaterialnya jiwa dengan mengatakan bahwa jiwa itu di dalam badan, ada di mana-mana dalam badan pada waktu yang sama. Bila jiwa itu material, ia akan terikat pada tempat tertentu dalam badan. Hanya dengan mengatakan bahwa jiwa itu imaterial kita dapat menjelaskan kegiatan jiwa di dalam badan (Mayer: 359).

Menurut Agustinus, jiwa tidak mempunyai bagian karena ia imaterial. Akan tetapi, jiwa mempunyai tiga kegiatan pokok: pertama; mengingat, kedua; mengerti, ketiga; mau. Oleh karena itu, memiliki atau menggambarkan ketritunggalan alam (the cosmic trinity).

e. Peran Penting Augustinus

Augustinus di anggap telah meletakan dasar-dasar pemikiran abad pertengahan, mengadaptasikan platonisme ke dalam idea-idea kristen, memberikan formulasi sistematis tentang filsafat kristen. filsafat Augustinus merupakan sumber atau asal usul reformasi yang dilakukan oleh protestan, khususnya pada Luther, Zwingli dan Calvin. Kutukannya kepada seks, pujiannya kepada kehidupan petapa, pandangannya tentang dosa asal, semuanya merupakan faktor yang memeberikan kondisi untuk wujud pandangan-pandangan Abad pertengahan.

Paham teosentris Augustinus menghasilkan suatu revolusi dalam pemikiran orang barat. Anggapanya yang meremehkan pengetahuan duniawi, kebenciannya kepada teori-teori kealaman dan imannya kepada Tuhan tetap merupakan bagian peradaban modern. Sejak zaman Augustinuslah orang barat lebih memiliki sifat instropektif. Karena Augustinuslah diri dalam hubungannya dengan Tuhan menjadi penting dalam filsafat.

Page 63: Filsafat Albert Satria

3. BOETHIUS

Boethius adalah philosof yang semasa dengan Augustinus dan memiliki gaya yang hampir serupa. Bukunya yang berjudul The Consolation of Philosophy, merupakan buku filsafat yang klasik. Selain buku itu ia juga menulis karya-karya yang berpengaruh pada abad pertengahan. Ia dikatakan sebagai penemu quadrium yang merupakan bidang studi poko pada abad pertangahan. Ia dianggap sebagai filosof skolastik yang pertama, karena ia berpandapat bahwa filsafat merupakan pendahulu kepada agama.

Abad Kegelapan

Sesudah boethius, eropa mulai mengalami depresi besar-besaran. Menurunnya kebudayaan latin, tumbuhnya materialisme agama, munculnya feodalisme, invasi besar-besaran, munculnya supranaturalisme baru, semuanya merupakan faktor yang dapat menghasilkan kekosongan intelektual. Semua para ilmuwan pada waktu itu lebih tertarik pada teologi daripada filsafat, dan mereka mempertahankan dogma-dogma kristen.

Asal istilah abad kegelapan adalah penggunaan untuk menunjukan periode pemikiran pada tahun 1000-an, yaitu antara masa jatuhnya imperium Romawi dan Renaissance abad ke-15. Seorang tokoh yang terkenal abad ini adalah St. Anselmus dialah yang mengeluarkan pernyataan credo ut intelligam yang dapat dianggap sebagai ciri utama abad pertengahan. Sekalipun pada umumnya filosof abad pertengahan berpendapat seperti itu (mengenai hubungan akal dan iman), Anselmulah yang diketahui mengeluarkan pernyataan itu.

4. ANSELMUS ( 1033-1109 )

Anselmus, Uskup Agung Canterbury, lahir di Alpen, Italia, sekitar tahun 1033. Ia menolak keinginan ayahnya agar ia meniti karier di bidang politik dan mengembara keliling Eropa untuk beberapa tahun lamanya. Seperti anak-anak muda lainnya yang cerdas dan bergejolak, ia bergabung ke biara. Di biara Bec, Normandia, di bawah asuhan seorang guru yang hebat, Lanfranc, Anselmus memulai karier yang patut dicatat.

a. Kehidupan Anselmus

Anselmus dilahirkan di Aosta Piemont, Italia sekitar tahun 1033. Ia adalah putera seorang bangsawan comberdia yang ditandai dengan banyak gejolak dan pancaroba. Ayahnya bernama Gundulph dan ibunya bernama Ermenberga. Seluruh kehidupannya di penuhi oleh kepatuhan kepada gereja. Pada tahun 1093 ia menjadi uskup agung Canterbury dan ikut ambil bagian dalam perselisihan antara golongan pendeta dan orang-orang sekular. Dalam seluruh hidupnya ia berusaha meningkatkan kondisi moral orang-orang suci. Dalam dirinya mengalir arus mistisisme, dan iman merupakan masalah utama baginya. Ada tiga karyanya, yaitu : Monologium (yang membicarakan kadaan Tuhan), Proslogium (yang membahas tentang adanya dalil-dalil adanya Tuhan), dan Cur Deus Homo (Why God

Page 64: Filsafat Albert Satria

Became Man) yang berisi ajaran tentang tobat dan petunjuk tentang cara penyelamatan melalui Kristus.

b. Pendapat Anselmus

Di dalam filsafat Anselmus kelihatan iman merupakan tema sentral pemikirannya. Iman kepada Kristus adalah yang paling penting sebelum yang lain. Dari sini dapatlah kita memahami pernyataannya, credo ut intelligam (believe in order to understand/percayalah agar mengerti). Ungkapan itu menggambarkan bahwa ia mendahulukan iman daripada akal. Iapun mengatakan wahyu harus diterima dulu sebelum kita mulai berfikir. Kesimpulannya akal hanyalah pembantu wahyu.

c. Tentang Iman

Anselmus adalah salah seorang "terpelajar", seorang ahli Kristen yang mencoba memasukkan logika dalam pelayanan iman. Meskipun Anselmus mengetahui Alkitab dengan baik, tetapi ia ingin menguji kekuatan logika manusia dalam upayanya membuktikan doktrinnya. Namun selalu imanlah yang mendasari semua itu. Dalam karyanya Proslogium, yang pada awalnya berjudul Iman Mencari Pengertian (Fides Quaerens Intellectum),

Anselmus berpegang pada motto yang juga dipegang Agustinus, "Saya percaya agar dapat mengerti." Yang ia maksudkan dengan pernyataan itu adalah bahwa tanpa wahyu, tidak ada kebenaran karena itu mereka yang mencari kebenaran harus beriman dahulu pada wahyu tersebut. Ia mengemukakan argumentasi ontologi (informasi yang dapat mengarah ke penemuan sesuatu yang penting) untuk percaya kepada Allah. Singkatnya, ia menyatakan bahwa rasio manusia membutuhkan ide mengenai suatu Pribadi yang sempurna (Allah), oleh sebab itu Pribadi tersebut harus ada. Ide ini telah menawan hati banyak filsuf dan teolog sepanjang masa.

d. Pembuktian Adanya Tuhan

Anselmus mencoba memberikan dua cara untuk membuktikan bahwa Allah/ Tuhan memang ada:

1. Melihat Adanya Hal-hal yang Terbatas, yang mengandaikan adanya hal-hal yang tidak terbatas. Dengan begitu ia hendak mengatakan bahwa, akal manusia hanya mampu untuk sampai kepada pemahaman yang biasa-biasa saja, tidak sepenuhnya mendalam dan sungguh-sungguh mendasar. ada banyak hal yang tidak mampu kita jelaskan begitu saja dengan pengetahuan yang kita miliki, karena itu ia mendasarkan adanya hal-hal yang tidak terbatas. Selain itu, Ia juga mengatakan adanya Yang baik secara relatif, dengan ini mengandaikan adanya sesuatu yang baik secara mutlak. Menurut dia, Seandainya tiada hal yang baik secara mutlak mustahil ada sesuatu yang baik secara relatif. Demikian juga halnya dengan yang besar secara relatif mengandaikan juga adanya hal-hal yang besar secara mutlak. Beradanya “yang ada” secara relatif mengandaikan beradanya “ yang ada secara mutlak, yakni Allah.

2. Penguraian. Menurut Anselmus, apa yang kita sebut Allah memiliki suatu pengertian yang lebih besar dari segala sesuatu yang bisa kita pikirkan. Apabila kita berbicara tentang Allah, yang kita

Page 65: Filsafat Albert Satria

maksudkan ialah suatu pengertian yang lebih besar dari pada apa saja yang dapat kita pikirkan. Dengan begitu pengertian “Allah” yang ada di dalam rumusan pemikiran kita adalah lebih besar daripada apa saja yang ada di dalam pikiran. Apa yang di dalam pikiran ada sebagai yang tertinggi atau yang lebih besar, tentu juga berada di dalam kenyataan sebagai yang tertinggi dan yang terbesar

5. THOMAS AQUINAS (1225-1274)

Hanya ada dua kekuatan yang menggerakkan gemuruhnya dunia: agama dan filsafat. Aquinas membicarakan kedua-duanya, hakikat masing-masing, serta hubungan kedua-duanya. Ketertarikan pemikirannya dengan Agustinus yang hidup hampir seribu tahun sebelumnya cukup jelas: Agustinus juga membicarakan agama dan filsafat, hakikat serta hubungan kedua-duanya.

a. Kehidupan Thomas Aquinas

Ia lahir dari keluarga bangasawan, pada tahun 1225 Roccasecca, italia. Pada masa mudanya dia hidup besama pamannya yang menjadi pimpinan ordo do Monte Casino. Ia berda disana pada tahun 1230-1239. Pada tahun 1239-1244 ia belajar di Universitas Napoli, tahun 1245-1248 di Universitas Paris di bawah bimbingan Albertus Magnus (St. Albert The Great). Sampai tahun 1252 ia dan Albertus tetap berada di cologne. Tahun 1256 ia di beri ijazah (licentia Docendi) dalam bidang teologi, dan ia mengajar disana sampai tahun 1259. Tahun 1269-1272 ia kembali ke Universitas Paris untuk menyusun tantangan kepada ibn Rusyd. Sejak tahun 1272 ia mulai mengajar di Universitas Napoli. Ia meninggal pada tahun 1274 di Lyons. Dan karyanya yang paling penting ialah Suma Contra Gentiles (1258-1264) dan Suma Theologica (1266-1273) (lihat Avey: 99).

b. Pemikiran Aquinas tentang teologi

Berdasarkan filsafatnya pada kepastian adanya Tuhan. Aquinas mengatahui banyak ahli teologi percaya pada adanya Tuhan hanya berdasarkan pendapat umum. Menurut Aquinas, eksestensi Tuhan dapat diketahui dengan akal. Untuk membuktikan. Ia mengajukan lima dalil (argumen) untuk membuktikan bahwa eksistensi Tuhan dapat diketahui dengan akal, seperti sebagai berikut ini :

1. Argumen Gerak

Diangkat dari sifat alam yang selalu bergerak. Setiap yang bergerak pasti di gerakan oleh yang lain, sebab tidak mungkin suatu perubahan dari potensialitas ke aktualitas bergerak tanpa ada penyebabnya, dari sini dapat dibuktikan bahwa Tuhan itu ada.

2. Sebab yang Mencukupi (efficient cause)

Sebab pasti menghasilkan musabab, tidak ada sesuatu yang mempunyai sebab pada dirinya sendiri sebab. Itu berarti membuang sebab sama dengan membuang musabab, olehkarena itu dapat disimpulkan bahwa Tuhanlah yang menjadi penyebab dari semua musabab.

3. Kemunginan dan Keharusan (possibility and necessity)

Page 66: Filsafat Albert Satria

Kita menyaksikan di dalam alam ini segala sesuatu bersifat mungkin ada dan mungkin tidak ada. Adanya alam ini bersifat mungkin. Kesimpulan itu kita ambil karena kenyataannya isi alam ini dimulai tidak ada, lalu muncul, lantas berkembang, akhirnya rusak atau menghilang. Kenyataan itu, yaitu alam berkembang menuju hilang, membawa kita kepada konsekuensi bahwa alam ini tidak mungkin selalu ada karena ada dan tidak ada tidak mungkin menjadi sifat sesuatu sekaligus dalam waktu yang sama. Bila sesuatu tidak mungkin ada, ia tidak akan ada. Nah, semestinya sekarang ini tidak ada sesuatu. Ini berlawanan kenyataannya.

Kalau demikian, harus ada Sesuatu Yang ada sebab tidak mungkin muncul yang ada bila ada Pertama itu tidak ada. Sebab, bila pada suatu waktu tidak ada sesuatu, maka tidak mungkin muncul sesuatu yang lain. Jadi, Ada Pertama itu harus ada karena adanya alam dan isinya ini. Akan tetapi, Ada Pertama itu, Ada yang harus ada itu, dari mana? Terjadi lagi rangkaian penyebab. Kita harus berhenti pada Penyebab yang harus ada; itulah Tuhan.

4. Memperhatikan Tingkatan yang Terdapat pada Alam

Isi alam ini masing-masing berkelebihan dan berkekurangan, misalnya ada yang indah, lebih indah dan terindah. Dengan demikian sebab tertinggi menjadi sebab tingkatan di bawahnya. Maha sempurna, Maha Benar adalah Tuhan sebagai tingkatan tertinggi.

5. Keteraturan Alam

Kita saksikan isi alam dari jenis yang tidak berakal bergerak atau bertindak menuju tujuan tertentu,dan pada umumnya berhasil menuju tujuan itu, sedangkan ia tidak mempunyai pengetahuan tentang tujuan itu. Dari situ kita mengetahui bahwa benda-benda itu diatur oleh sesuatu yang berakal dan berpengetahuan dalam bertindak mencapai tujuannya, itulah Tuhan.

c. Tentang Jiwa

Pandangan Aquinas tentang jiwa amat sederhana. Katanya, jiwa dan raga mempunyai hubungan yang pasti: raga menghadirkan matter dan jiwa menghadirkan form yaitu prinsip-prinsp hisup yang aktual. Kesatuan antara jiwa dan raga bukanlah terjadi secara kebetulan. Kesatuan itu diperlukan untuk terwujudnya kesempurnaan manusia. Yang dimaksud jia oleh Aquinas ialah kapasitas intelektual dan kegiatan vital kejiwaan lainnya. Oleh karena itu Aquinas mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal.

d. Etika Aquinas

Menurut Aquinas etika adalah:

Dasar kebaikan adalah kemurahan hati (charty) yang menurut Aquinas lebih dari kedermawanan atau belas kasihan.

Page 67: Filsafat Albert Satria

Kehidupan petapa (ascetic) memainkan peranan yang kuat didalam etikanya. Oleh karena itu ia setuju dengan pendapat St. Augustinus yang mengajarkan bahwa kehidupan membujang (celebacy) lebih baik dari pada kawin.

Mengenai kebebasan kemauan (free will) ia menyatakan bahwa manusia berada dalam kedudukan yang berbeda dari Tuhan. Tuhan selalu benar, sedangkan manusia kadang-kadang salah.

e. Teori Pengetahuan

Bagi Aqinas, semua objek yang tidak dapat diindera tidak akan dapat diketahui secara pasti oleh akal. Oleh karena itu, kebenaran ajaran Tuhan tidak mungkin dapat diketahui dan diukur dengan akal. Kebenaran ajaran Tuhan diterima dengan iman. Sesuatu yang tidak dapat diteliti dengan akal adalah objek iman. Pengetahuan yang diterima atas landasan iman tidaklah lebih rendah daripada pengetahuan yang diperoleh dengan akal. Paling tidak, kebenaran yang diperoleh dengan akal tidak akan bertentangan dengan ajaran wahyu (Randal: 236-276).

Berdasarkan uraian itu dapat diketahui dua jalur pengetahuan dalam filsafat Aquinas. Jalur itu ialah jalur akal yang dimulai dari manusia dan berakhir pada Tuhan, dan yang kedua ialah jalur iman yang dimulai dari Tuhan (wahyu), didukung oleh akal.

f. Teori politi Aquinas

Menurut Aquinas hukuman itu ada empat :

Hukman abadi yaitu suatu rencana (blue print) yang menatur penciptaan dan pengaturaan alam semesta. Esensi hukum ini tidak dapat dipahami oleh manusia.

Hukum alam yaitu hukum yang menyebabkan semua makhluk mendapatkan kesempurnaanya, mencari kebaikan dan menghindari kejahatan. Juga menyediakan kehidupan bagi manusia dengan segala haknya seperti hak untuk berketurunan dan hak untuk hidup didalam masyarakat.

Hukum Tuhan yaitu hukum Kristen yang mempunyai kedudukan hukum yang istimewa. Hukum ini dikenal melalui wahyu Tuhan yang diberikan karena kemurahan-Nya.

Hukum manusia dibagi menjadi jus gentium dan jus civile. Di dalam hukum manusia terdapat hukum alam dalam kasus-kasus tertentu. Misalnya, menurut hukum alam membunuh adalah salah, tapi terserah pada hukum manusia untuk menjatuhkan hukuman apa yang sesuai untuk pelanggar.

g. Tentang gereja

Di dalam filsafat gereja, Aquinas mengatakan bahwa manusia tidak akan selamat tanpa pelantara gereja. Sakramen-sakramen gereja itu perlu, sakramen itu mempunyai dua tujuan yaitu : Pertama, menyempurnakan manusia dalam penyembahan kepada Tuhan. Kedua, menjaga manusia dari dosa. Aquinas juga mengatakan bahwa Baptis mengatur permulaan hidup, penyesalan (confirmation) untuk keperluan pertumbuhan manusia dan sakramen maha kudus (eucharist) untuk menguatkan jiwa.

Page 68: Filsafat Albert Satria

15.Pada abad pertengahan itu muncul filsafat patristic dan Skolastik.Jelaskan apa yang dimaksud dengan kedua filsafat tersebut,siapa tokoh-tokohnya ,apa pokok-pokok pemikiran mereka?

ABAD PERTENGAHAN

A. Masa Patristik

Istilah Patristik berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yang menerimanya.

Bagi mereka yang menolak, alasannya karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang menerima sebagai alasannya ber anggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara berpikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, memakai/menerima filsafat Yunani diperbolehkanselama dalam hal-hal tertentu tidak bertentangan dengan agama.

Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang menerima filsafat Yunani menuduh bahwa mereka (orang-orang Kristen yang menolak filsafat Yunani) itu munafik. Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut menyangkal, bahwatuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang-orang yang menolak filsafat Yunani mengatakan bahwa dirinyalah yang benar-benar hidup sejalan dengan Tuhan.

Akibatnya, muncul upaya untuk membela agama Kristen, yaitupara apologis (pembela iman Kristen) dengan kesadarannya membela iman Kristen dari serangan filsafat Yunani. Parapembela iman Kristen tersebut adalah Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius Nissa, Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus

B. Masa Skolastik

Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kataschool, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah.filsafat abad pertengahan.

Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut.

a. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata- mata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.

Page 69: Filsafat Albert Satria

b. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tsb kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dll.

c. Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.

d. Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipe ngaruhi oleh ajaran gereja.

Filsafat Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena be berapa faktor berikut :

1. Faktor religious

Faktor religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berperikehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ke tanah suci Yerussalem, dunia ini bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata saja (tempat kesedihan). Sebagai dunia yang menjadi tanah airnya adalah surga. Manusia tidak dapat sampai ke tanah airnya (surga) dengan kemampuannya sendiri, sehingga harus ditolong. Karena manusia itu menurut sifat kodratnya mempunyai cela atau kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh Adam, mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan pemberi bahagia. la akan memberi pengampunan sekaligus meno longnya. Maka, hanya dengan jalan pengampunan inilah manusia dapat tertolong agar dapat mencapai tanah airnya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya.

2. Faktor ilmu pengetahuan

Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambilkan dari para penulis Latin, Arab (Islam), dan Yunani.

Masa Skolastik terbagi menjadi empat periode, yaitu:

1. Skolastik Awal

Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadapRomawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.

Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742 - 814) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan, di mana arah pemikirannya berbeda sekali dengan sebelumnya.

Page 70: Filsafat Albert Satria

Saat ini merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa. Hal ini ditan dai dengan skolastik yang di dalamnya banyak diupayakan pengem bangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda.

Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atauarses liberales, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (Seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik. Di antara tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735-805), Johannes Scoter Eriugena (815 - 870), Peter Lombard (1100 - 1160), John Salis bury (1115 - 1180), Peter Abaelardus (1079 - 1180).

2. Skolastik Puncak

Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200 - 1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo,yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, juga peranan universitas sebagai sumber/pusat ilmu dan kebudayaan.

Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai pada puncaknya.

a. Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.

b. Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis. Universitas ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.

c. Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehinggamenimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pads abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.

3. Skolastik Akhir

Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Di antara tokoh-tokohnya adalah William Ockharn (1285 - 1349), Nicolas Cusasus (1401-1464).

4. Skolastik Arab (Islam)

Dalam bukunya, Hasbullah Bakry menerangkan bahwa istilah skolastik Islam jarang dipakai di kalangan umat Islam. Istilah yang biasa dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat Islam. Dalam pembahasan antara ilmu kalam dan filsafat Islam biasanya dipisahkan.

Page 71: Filsafat Albert Satria

Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli pikir Islam (pemikir Arab atau Islam pada masa skolastik), yaitu Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Kindi, Ibnu Rusyd. Peranan para ahli pikir tersebut besar sekali, yaitu sebagai berikut.

a. Sampai pertengahan abad ke-12 orang-orang Barat belum pernah mengenal filsafat Aristoteles sehingga yang dikenal hanya buku Logika Aristoteles.

b. Orang-orang Barat itu mengenal Aristoteles berkat tulisan dari para ahli pikir Islam, terutama dari Ibnu Rusydsehingga Ibnu Rusyd dikatakan sebagai guru terbesarPara ahli pikir Skolastik Latin.

c. Skolastik Islamlah yang membawakan perkembangan Skolastik Latin.

Tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, tetapi para ahli pikir Islam tersebut memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Para ahli pikir Islam sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles benar, Plato dan Al-Qur’an benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat.

Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian masuk ke Eropa yang merupakan sumbangan Islam paling besar.

Dengan demikian, dalam pembahasan skolastik Islam terbagi menjadi dua periode, yaitu:

a. Periode Mutakallimin (700 - 900);

b. Periode Filsafat Islam (850 - 1200).

16.Pada masa modern,filsfat sains melepaskan diri dari dogma agama sehingga filsafat sains benar-benar liberal,apa buktinya?Siapa tokohnya?

Masa ModernFilsafat Modern adalah pembagian dalam sejarah Filsafat Barat yang menjadi tanda berakhirnya era skolastisisme. Waktu munculnya filsafat modern adalah abad ke-17 hingga awal abad ke-20 di Eropa Barat dan Amerika Utara. Filsafat Modern ini pun dimulai sejak munculnya rasionalisme lewat pemikiran Descartes.

Hal-hal yang menandai masa modern, yaitu berkembang pesatnya berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi. Usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Pada masa ini suasana kristiani berpengaruh terhadap hasil-hasil pemikiran para tokoh filsafat.

Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampai akhir abad ke XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran. Ternyata, penggunaan akal budi yang demikian tidak sia-sia, melihat tambahan ilmu pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan yang

Page 72: Filsafat Albert Satria

pesat dari ilmu-ilmu alam. Maka tidak mengherankan bahwa pada abad-abad berikut orang-orang yang terpelajar makin percaya pada akal budi mereka sebagai sumber kebenaran tentang hidup dan dunia.

Hal ini menjadi menampak lagi pada bagian kedua abad ke XVII dan lebih lagi selama abad XVIII antara lain karena pandangan baru terhadap dunia yang diberikan oleh Isaac Newton (1643 -1727). Berkat sarjana geniaal Fisika Inggris ini yaitu menurutnya Fisika itu terdiri dari bagian-bagian kecil (atom) yang berhubungan satu sama lain menurut hukum sebab akibat. Semua gejala alam harus diterangkan menurut jalan mekanis ini. Harus diakui bahwa Newton sendiri memiliki suatu keinsyafan yang mendalam tentang batas akal budi dalam mengejar kebenaran melalui ilmu pengetahuan. Berdasarkan kepercayaan yang makin kuat akan kekuasaan akal budi lama kelamaan orang-orang abad itu berpandangan dalam kegelapan. Baru dalam abad mereka menaikkan obor terang yang menciptakan manusia dan masyarakat modern yang telah dirindukan, karena kepercayaan itu pada abad XVIII disebut juga zaman Aufklarung (pencerahan).

Tokoh-tokohnya

1. Rene Descartes (1596 -1650)

2. Nicholas Malerbranche (1638 -1775)

3. B. De Spinoza (1632 -1677 M)

4. G.W.Leibniz (1946-1716)

5. Christian Wolff (1679 -1754)

6. Blaise Pascal (1623 -1662 M)

Rene Descartes merupakan filsuf yang paling terkenal pada masa filsafat modern ini. Rene Descartes (1596-1650) diberikan gelar sebagai bapa filsafat modern. Dia adalah seorang filsuf Perancis. Descartes belajar filsafat pada Kolese yang dipimpin Pater-pater Yesuit di desa La Fleche. Descartes menulis sebuah buku yang terkenal, yaituDiscours de la method pada tahun 1637. Bukunya tersebut berisi tentang uraian tentang metode perkembangan intelektuilnya. Dia dengan lantang menyatakan bahwa tidak merasa puas dengan filsafat dan ilmu pengetahuan yang menjadi bahan pendidikannya. Dia juga menjelaskan bahwa di dalam dunia ilmiah tidak ada sesuatu pun yang dianggapnya pasti. Segala sesuatu dapat dipersoalkan dan pada kenyataannya memang dipersoalkan juga (Anonim, 2012).

Karya filsafat Descrates dapat dipahami dalam bingkai konteks pemikiran pada masanya, yakni adanya pertentangan antara scholasticism dengan keilmuan baru galilean-copernican. Atas dasar tersebut ia dengan misi filsafatnya berusaha mendapatkan pengetahuan yang tidak dapat diragukan. Metodenya ialah dengan meragukan semua pengetahuan yang ada, yang kemudian mengantarkannya pada kesimpulan bahwa pengetahuan yang ia kategorikan ke dalam tiga

Page 73: Filsafat Albert Satria

bagian dapat diragukan (Anonim, 2012). Descartes adalah seorang filsuf rasionalisme yang kemudian menginspirasi pemikiran Spinoza dan Leibniz. Rasionalismenya ditentang oleh para filsuf empirisme seperti Hobbes, Locke, Berkeley, Rousseau dan Hume.

Filsuf rasionalis selanjutnya adalah Leibniz. Gotfried Wilhem Leibniz (1 Juli 1646 - 14 November 1716) adalah seorang filsuf Jerman keturunan Sorbia dan berasal dari Sachsen. Leibniz meyakini bahwa ilmu pengetahuan adalah proses pencarian kebenaran ini, bukan sekedar pengumpulan fakta, tetapi sebuah proses mengerucut yang semakin mendekati kebenaran. Seluruh kebenaran empiris bisa direduksi menjadi prinsip-prinsip umum yang universal. Ia bahkan melampaui batas-batas ilmu alam, dengan juga menerapkan prinsip-prinsip universal ini pada ranah lain yaitu masalah politik, sosial dan religius.

Filsuf empiris yang pertama dan terkenal adalah John Locke. John Locke (lahir 29 Agustus 1632 - meninggal 28 Oktober 1704 pada umur 72 tahun) adalah seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari pendekatan empirisme. Selain itu, di dalam bidang filsafat politik, Locke juga dikenal sebagai filsuf negara liberal. Bersama dengan rekannya, Isaac Newton, Locke dipandang sebagai salah satu figur terpenting di era Pencerahan Selain itu, Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era pasca-Descartes (post-Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi menjadi satu-satunya pendekatan yang dominan di dalam pendekatan filsafat waktu itu Kemudian Locke juga menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya eksperimen-eksperimen di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

Filsuf empiris yang kedua adalah David Hume. David Hume (26 April, 1711 - 25 Agustus, 1776) adalah filsuf Skotlandia, ekonom, dan sejarawan. Dia dimasukan sebagai salah satu figur paling penting dalam filosofi barat dan Pencerahan Skotlandia.

Hume memulai filsafat dengan menyatakan bahwa manusia mempunyai dua persepsi, yaitu kesan dan gagasan. Kesan adalah pengindraan langsung atas realitas lahiriah sedangkan gagasan adalah ingatan akan kesan-kesan semacam itu.

Hume mengajukan tiga argumen untuk menganalisis sesuatu, pertama, ada ide tentang sebab akibat (kausalitas). Kedua, karena kita percaya kausalitas dan penerapannya secara universal, kita dapat memperkirakan masa lalu dan masa depan kejadian. Ketiga, dunia luar diri memang ada, yaitu dunia bebas dari pengalaman kita. Dari tiga dasar kepercayaan Hume tersebut, ia sebenarnya mengambil kausalitas sebagai pusat utama seluruh pemikirannya. Ia menolak prinsip kausalitas universal dan menolak prinsip induksi dengan memperlihatkan bahwa tidak ada yang dipertahankan. Jadi, Hume menolak pengetahuan apriori, lalu ia juga menolak sebab-akibat, menolak pula induksi yang berdasarkan pengalaman. Segala macam cara memperoleh pengetahuan, semuanya ditolak. Inilah skeptis tingkat tinggi. Sehingga Solomon menyebut Hume sebagai ultimate skeptic. Dikarenakan sifat skeptisnya yang berlebihan Hume juga tidak mengakui adanya Tuhan.

Dari berbagai penjelasan yan disimpulkan oleh Hume sebenarnya merupakan bentuk dari penentangannya terhadap paham rasionalisme. Ia mengatakan bahwa hanya dengan berpikir,

Page 74: Filsafat Albert Satria

tanpa informasi dari pengalaman indera, kita tidak mengetahui apa - apa tentang dunia. Tapi dengan bantuan pengalaman juga kita tidak dapat mengetahui hakikat sesuatu. Ini jelas menunjukkan sikap skeptis yang ada pada Hume. Karena ilmu pengetahuan dan filsafat sama sekali berdasarkan kausalitas, Hume harus menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dan filsafat tidak mampu mencapai kepastian dan tidak pernah melebihi taraf probabilitas. Kebenaran yang bersifat apriori seperti ditemukan dalam matematika, logika dan geometri memang ada, namun menurut Hume, itu tidak menambah pengetahuan kita tentang dunia. Pengetahuan kita hanya bisa bertambah lewat pengamatan empiris atau secara a posteriori.

Ada beberapa tokoh yang menjadi perintis yang membuka jalan baru menuju perkembangan ilmiah yang modern. Salah satunya adalah Francis Bacon (1561-1623) merupakan filsuf yang meletakkan dasar filosofisnya untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Dia merupakan bangsawan Inggris yang terkenal dengan karyanya yang bermaksud untuk menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru.

Pada masa filsafat modern ini terdapat beberapa aliran yang berkembang pada masa itu, diantaranya yaitu:

a. Idealisme

Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. Ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu. Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia.

b. Materialisme

Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu. Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama dimana-mana. Hal ini disebabkan bahwa faham materialisme ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (atheis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat. Pada masa ini, kritikpun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang menentang Materialisme.

c. Dualisme

Dualisme adalah ajaran atau aliran/faham yang memandang alam ini terdiri atas dua macam hakekat yaitu hakekat materi dan hakekat rohani. Kedua macam hakekat itu masing-masing bebas berdiri sendiri, sama azazi dan abadi. Perhubungan antara keduanya itu menciptakan kehidupan dalam alam.

d. Empirisme

Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peran akal. Istilah

Page 75: Filsafat Albert Satria

empirisme diambil dari bahasa yunaniempeiria yang berarti pengalaman. Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme.

Metode yang digunakan adalah metode induktif. Empirisme berpandangan bahwa pernyataan yang tidak dapat dibuktikan melalui pengalaman adalah tidak berarti atau tanpa arti. Ilmu harus dapat diuji melalui pengalaman, dengan demikian kebenaran yang diperoleh bersifat aposteriori yang berarti setelah pengalaman (post to experience).

e. Rasionalisme

Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal. Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki. Aliran ini mengembangkan pengetahuan dengan bersumber pada akal pikiran manusia.

Semua pemikiran yang dilakukan berdasarkan deduksi, yaitu suatu pembuktian dengan menggunakan logika. Kesimpulan mengenai suatu hal diperoleh dengan cara menurunkannya dari pernyataan-pernyataan lain yang disebut premis (alasan) yang m mendasari argument (bahan perbedaan pendapat) (Nasoetion, 1988).

f. Fenomenalisme

Secara harfiah fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa fenomena (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Seorang fenomenalis suka melihat gejala. Dia berbeda dengan seorang ahli ilmu positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta membuat hukum-hukum dan teori. fenomenalisme bergerak di bidang yang pasti. Hal yang menampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang evidensi yang langsung. Fenomenalisme adalah suatu metode pemikiran, "a way of looking at things".

g. Intusionalisme

Intusionalisme adalah suatu aliran atau faham yang menganggap bahwa intuisi (naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Intuisi termasuk salah satu kegiatan berfikir yang tidak didasarkan pada penalaran. Jadi Intuisi adalah non-analitik dan tidak didasarkan atau suatu pola berfikir tertentu dan sering bercampur aduk dengan perasaan.

Rasionalisme dan empirisme adalah dua aliran dalam bidang filsafat yang berpengaruh dalam perkembangan filsafat abad ke-17. Rasionalisme adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma atau ajaran agama. Rasionalisme mempunyai kemiripan dari segi ideologi dan tujuan dengan humanisme dan atheisme, dalam hal bahwa mereka bertujuan untuk menyediakan sebuah wahana bagi diskursus sosial dan filsafat di luar kepercayaan keagamaan atau takhayul.

Page 76: Filsafat Albert Satria

Immanuel Kant (22 April 1724 - 12 Februari 1804) adalah seorang filsuf asal Jerman pada abad ke-18. Kant menciptakan sebuah perspektif baru dalam filsafat yang berpengaruh luas pada filsafat dan terus berlanjut sampai ke abad ke-21.

Tujuan utama dari filsafat kritis Kant adalah untuk menunjukkan, bahwa manusia bisa memahami realitas alam (natural) dan moral dengan menggunakan akal budinya. Pengetahuan tentang alam dan moralitas itu berpijak pada hukum-hukum yang bersifat apriori, yakni hukum-hukum yang sudah ada sebelum pengalaman inderawi. Pengetahuan teoritis tentang alam berasal dari hukum-hukum apriori yang digabungkan dengan hukum-hukum alam obyektif. Sementara pengetahuan moral diperoleh dari hukum moral yang sudah tertanam di dalam hati nurani manusia.

Kant membedakan jenis-jenis putusan menjadi dua jenis yang selama ini diterima umum. Kedua jenis putusan itu adalah (1) putusan analitis, dan (2) putusan sintetis. Pada putusan analitis, predikat sudah terkandung dalam subjek. Di sini predikat dalam putusan adalah analisis atas subjek, karena itu tidak ada unsur baru dalam putusan itu. Sifat putusan analitis adalah apriori murni, disebut juga pengetahuan murni. Disebut demikian karena konsep-konsep yang membangun pengetahuan tidak diturunkan dari pengalaman, melainkan berasal dari struktur-struktur pengetahuan subjek sendiri (kosong dari pengalaman empiris). Sementara dalam putusan sintetis, predikat tidak terkandung dalam subjek. Predikat memberikan informasi baru yang sifatnya aposteriori. Jenis putusan sintetis adalah aposteriori. Ilmu alam memiliki karakter putusan sintetis ini.

Ada jenis pengetahuan lain yang tidak bersifat apriori murni tetapi juga bukan sintetis aposteriori. Jenis putusan ketiga inilah yang diusulkan dan menjadi sumbangan terbesar Immanuel Kant, yakni putusan sintetis apriori. Menurut Kant, selalu ada dua unsur dalam setiap penampakan objek, yakni unsur materi (materia) dan unsur bentuk (forma). Unsur materi selalu berhubungan dengan isi pengindraan, sementara unsur bentuk memungkinkan berbagai penampakan tersusun dalam hubungan-hubungan tertentu. Di sini forma atau bentuk merupakan unsur apriori dari pengindraan sementara materi merupakan unsur aposteriori. Dalam setiap pengindraan, selalu beroperasi dua kategori ini dalam rasio manusia, yakni forma ruang (raum) dan forma waktu (Zeit). Kant menunjukkan adanya sintesis jenis pengetahuan rasionalisme dan pengetahuan empirisme. Sehingga dalam pemikiran Kant jelas diperlihatkan bagaimana unsur jenis pengetahuan analitis apriori (rasionalisme) dan sintetis aposteriori (empirisme) dapat didamaikan. Bagi Kant, putusan-putusan yang adalah pengetahuan tidak lain adalah sintesis antara aspek aposteriori (benda yang menampakan diri dan yang sudah melalui proses pengindraan internal) dengan aspek apriori.

Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David Hume. Tokoh dalam filsafat politik antara lain: Thomas Hobbes, John Locke, Jean-Jacques Rousseau, Karl Marx, Friedrich Engels, John Stuart Mill, Jeremy Bentham, James Mill. Tokoh dalam idealisme

Page 77: Filsafat Albert Satria

antara lain: Immanuel Kant, Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Arthur Schopenhauer, Francis Herbert Bradley.

17.Karena filsafat sains meninggalkan agama,maka sains yang berkembang bercorak sekuler.Betulkah?jelaskan

Menurut Sains Sekuler

Sains sekuler melihat ilmu dari dua sumber yaitu rasio dan pengalaman yang diperkenalkan aliran rasionalisme dan emperisme. Menurut rasionalisme dengan pendekatan deduktifnya menyatakan didapatkan ilmu itu dari ide, bukan ciptaan manusia. Faham ini biasa disebut idealisme dan faham ini menyatakan dengan penalaran yang rasional bisa mendapatkan satu kebenaran. Untuk kaum imperealis ilmu itu diketahui lewat satu pengalaman tetapi mereka tidak bisa membuktikan hahekat pengalaman itu, karena alat yang diperoleh manusia itu mempunyai keterbatasan yaitu panca indra yang sangat memiliki keterbatasan.Selain dua sumber di atas ada juga sumber lain yang berupa intuisi, yaitu suatu proses kebenaran tanpa melalui belajar lebih dahulu. Jadi sumber ilmu menurut sains sekuler diperoleh melalui hasil usaha maksimal manusia dengan melaui pengamatan dan hasil kerja rasio secara maksimal. Menurut Imanuel Kant perlu mengkritisi kedua aliran tersebut agar terdapat kenetralan jangan menjadi berat sebelah maka ia muncul dengan aliran kritisisme. Di samping itu Titus menekankan bahwa perlu digaris bawahi pertentangan filosof sains sekuler tentang sumber ilmu, ia menekankan kedua aliran di atas dinilai sebagai sumber pengetahuan yang mungkin. Menurut filsafat sains sekuler ada empat sumber pengetahuan.

1. Manusia yang memiliki otoritas. Filsafat sekuler menempatkan adanyamanusia yang mendapat otoritas sebagai sumber ilmu yaitu mereka yang karena otoritasnya tepat dan relefan dijadikan sebagai sumber pengetahuan tentang sesuatu hal. Otoritas tersebut didasarkan pada kesaksian yang bisa diberikannya.Pada zaman modern ini orang yang ditempatkan mendapat otoritas misalnya dengan pengakuan melalui gelar, ijazah, hasil publikasi resmi, namun penempatan otoritas sebagai sumber pengetahuan tidaklah dilakukan dengan penyandaran pendapat sepenuhnya. Dalam arti tidak dilakukan secara kritis untuk tetap bisa menilai.

2. Indra, Dalam pandangan filosof sains modern indra adalah peralatan pada diri manusia sebagai salah satu sumber internal pengetahuan. Untuk mengetahui kemampuan indra bisa diajukan pertanyaan, bagaimana bisa mengetahui besi dipanaskan bisa memuai atau air bisa membeku menjadi es, menurut filsafat sains sekuler terhadap pertanyaan seperti ini indra bisa menjawabnya. Ilmu sekuler mengembangkan prinsip tersebut secara metodis melalui pengamatan terarah dan eksperimen untuk mendapatkan data dari fakta emperik. Untuk mewujudkan hal itu, ilmu sekuler menggunakan peralatan teknologis untuk menjalankan prinsip presepsi indra dalam mempresepsi secara terarah terhadap data, fakta yang relefan.

Page 78: Filsafat Albert Satria

3. Akal, Dalam kenyataan ada pengetahuan tertentu yang bisa dibangun oleh manusia tanpa harus atau tidak bisa mempresepsinya dengan indra terlebih dahulu manusia bisa membangun pengetahuan. Bertitik tolak dari pandangan seperti ini, maka filsafat ilmu sekuler menempatkan akal adalah salah satu sumber ilmu pengetahuan. Pandangan ini merupakan representasi dari pandangan filsafat rasionalisme yang dalam pandangan moderatnya berpendirian bahwa manusia memiliki potensi mengetahui.

4. Intuisi, Bahwa suatu sumber pengetahuan yang mungkin adalah intuisi atau pemahaman yang langsung tentang pengetahuan yang tidak merupakan hasil pemikiran yang sadar atau presepsi rasa yang langsung. Memahami istilah intuisi dalam arti kesadaran tentang data-data yang langsung dirasakan. Jadi intuii merupakan pengetahuan tentang diri sendiri. Intuisi ada dalam pemahaman kita tentang hubungan antara kata-kata yang membentuk bermacam-macam langkah dan argumen.

Sistematika filsafat membicarakan masalah sains atau pengetahuan tentang apa yang telah diketahui dan sejauh mana kebenaran pengetahuan yang dimaksudkan. Hakikat tahu, mengetahui, dan pengetahuan dengan segala kaitannya meliputi hal-hal yang dimaksud dengan tahu atau mengetahui suatu hal. Kemudian, setiap tahu dan mengetahui akan melibatkan suatu gagasan dalam pikiran dan pengalaman indrawi, sehingga pengetahuan itu mengandung kriteria kebenaran filosofis.

Dalam hal ini tidak salah bahwa keduanya memiliki persamaan, dalam hal bahwa keduanya merupakan hasil ciptaan kegiatan pikiran manusia, yaitu berpikir filosofis spekulatif dan berpikir empiris ilmiah. Perbedaan antara keduanya, terutama untuk aliran filsafat pendidikan tradisional adalah bahwa filsafat menentukan tujuan dan sains memberikan alat sarana untuk hidup.

Islam menempatkan sains dengan segala aspeknya pada posisi yang sangat terhormat memandang sains pebagai sebuah keharusan bagi setiap umat manusia sebab dengannya manusia dapat bertahan hidup dan mengerti tujuan hidup.

Istilah sains dalam Islam, sebenarnya berbeda dengan sains dalam pengertian Barat modern saat ini, jika sains di Barat saat ini difahami sebagai satu-satunya ilmu, dan agama di sisi lain sebagai keyakinan, maka dalam Islam ilmu bukan hanya sains dalam pengertian Barat modern, sebab agama juga merupakan ilmu, artinya dalam Islam disiplin ilmu agama merupakan sains.

Pandangan Islam tentang sains, dan adanya keselarasan antara kitab yang diturunkan dengan kitab ciptaan akan memberikan dampak dan akibat, baik secara teoretis maupun praktis, terhadap tujuan utama pendidikan dan pembelajaran sains dalam suatu masyarakat Muslim. Inilah mengapa para saintis muslim, seperti yang sudah kita ulas di atas, menjadikan aktivitas ilmiahnya sebagai ibadah, bukan hanya suatu jargon dan basa-basi belaka, namun dilandasi suatu pemahaman mendalam.

18.Pada masa kontemporer agama dihampiri lagi oleh filsfat sains.Apa maksudnya?Siapa tokohnya?

Filsafat kontemporer muncul diawali sikap ingin mendobrak teori filsafat modern yang semakin menggunakan keuniversalitasan kebenaran tunggal dan bebas nilai. Oleh sebab itu salah satu ciri yang

Page 79: Filsafat Albert Satria

terdapat dalam filsafat ini mengagungkan nilai-nilai relatifitas dan mini narasi, dan lebih cenderung beragam dalam pemikiran. Ciri filsafat kontemporer adalah sebagai reaksi dari berkembangnya filsafat modern yang semakin melenceng, pemikiran kontemporer ini berusaha mengkritik logosentrisme filsafat modern yang berusaha menjadikan rasio sebagai instrument utama.

C. Tokoh-tokoh filsafat pada abad 19 – 20

1. Martin Heidegger

Lahir di Meßkirch, Jerman, 26 September 1889 – meninggal 26 Mei 1976 pada umur 86 tahun. Adalah seorang filsuf asal Jerman. Ia belajar di Universitas Freiburg di bawah Edmund Husserl, penggagas fenomenologi, dan kemudian menjadi profesor di sana 1928. Ia memengaruhi banyak filsuf lainnya, dan murid-muridnya termasuk Hans-Georg Gadamer, Hans Jonas, Emmanuel Levinas, Hannah Arendt, Leo Strauss, Xavier Zubiri dan Karl Löwith. Maurice Merleau-Ponty, Jean-Paul Sartre, Jacques Derrida,Michel Foucault, Jean-Luc Nancy, dan Philippe Lacoue-Labarthe juga mempelajari tulisan-tulisannya dengan mendalam. Selain hubungannya dengan fenomenologi, Heidegger dianggap mempunyai pengaruh yang besar atau tidak dapat diabaikan terhadap eksistensialisme, dekonstruksi, hermeneutika dan pasca-modernisme. Ia berusaha mengalihkan filsafat Barat dari pertanyaan-pertanyaan metafisis dan epistemologis ke arah pertanyaan-pertanyaan ontologis, artinya, pertanyaan-pertanyaan menyangkut makna keberadaan, atau apa artinya bagi manusia untuk berada. Heidegger juga merupakan anggota akademik yang penting dari Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei

Menurut martin Heidegger bahwa keberadaan hanya akan dapat dijawab melalui jalan antologi, artinya jika persoalan ini dihubungkan dengan manusia dan dicari artinya dalam hubungan itu. Metoda untuk ini adalah metoda fenomenologis. Jadi yang penting adalah menemukan arti keberadaan itu.

Satu-satunya yang berada dalam arti yang sesungguhnya adalah beradanya mausia. Keberadaan benda-benda terpisah dengan yang lain, sedang beradanya manusia, mengambil tepat ditengah-tengah dunia sekitarnya. Keberadaan manusia disebut Desein (berada disana, ditempat). Berada artinya menempati atau mengambil tempat. Untuk itu manusia harus keluar dari dirinya dan berdiri ditengah-tengah segala yang berada. Desein manusia disebut juga eksistensi.

Keberadaan manusia yaitu berada di dalam dunia maka ia dapat memberi tempat kepada benda-benda yang disekitarnya, ia dapat bertemu dengan benda-benda itu dan dengan manusia-manusia lain, dapat bergaul dan berkomunikasi dengan semuanya. Sebenarnya benda-benda pada dirinya tidak mewujudkan dunia. Sebab benda-benda itu tidak dapat saling menjamah. Karena manusia berada di dalam dunia, maka ia seibu dengan dunia, mengerjakan dunia, atau mengusahakan dunia dan sebagainya yang oleh Heidegger dirangkum dalam kata besorgen (memelihara).

Keberadaan manusia (desein) juga mitsein (berada bersama-sama). Karena itu manusia terbuka bagi dunianya dan bagi sesamanya. Keterbukaan ini bersandar kepada tiga hal asasi yaitu, Befindichkeit (kepekaan), Versthen (memahami), Rede (kata-kata, bicara).

Page 80: Filsafat Albert Satria

Manusia yang tidak memiliki eksistensi yang sebenarnya itu menghadapi hidup yang semu, hidupnya orang banyak. Ia tidak menyatukan hidupnya sebagai satu kesatuan. Dengan ketekunan mengikuti kata hatinya itulah cara bereksistensiyang sebenarnya guna mencapai eksistensi yang sebenarnya. Inilah cara menemukan diri sendiri. Disini orang akan mendapatkan pengertian atau pemikiran yang benar tentang manusia dan dunia.²

2. Jean Paul Sartre

Jean Paul Sartre lahir di Paris pada tahun 1905 M dan meninggal pada tahun 1980 M. ia belajar pada Ecole Normale Superieur pada tahun 1924-1928 M. setelah tamat dari sekolah tiu, pada tahun 1929 M ia mengajarkan filsafat di beberapa Lycees, baik di paris maupun ditempat lain. Dari tahun 1933 sampai tahun 1935 ia menjadi mahasiswa peneliti pada Institut Francais di Berlin dan di Universitas Freiburg. Tahun 1938 M terbit novelnya yang berjudul La Nausee dan Le Mur terbit pada tahun 1939 M. sejak saat itu munculah karya-karyanya yang lain dalam bidang filsafat.

Menurut Sartre eksistensi manusia mendahului esensinya. Pandangan ini amat janggal sebab biasanya sesuai harus ada esensinya lebih dulu sebelum keberadaanya. Bagaimana sebenarnya yang dimaksud oleh Sartre ? Filsafat eksistensialisme membicarakan cara berada di dunia ini, terutama cara berada manusia. Dengan kata lain, sentral pembahasanya. Cara itu hanya khusus ada pada manusia karena hanya manusia lah yang bereksistensi. Binatang, tetumbuhan, bebatuan memang ada, tetapi mereka tidak dapat disebut bereksistensi. Filsafat eksistensialisme mendamparkan manusia ke dunianya dan menghadapkan manusia kepada dirinya sendiri.

Menurut ajaran eksistensialisme , eksistensi manusa mendahului esensinya. Hal ini berbeda dari tetumbuhan, hewan dan bebatuan yang esensinya mendahului eksistensinya, seandainya mereka mempunyai eksistensi. Di dalam filsafat idealisme, wujud nyata (existence) dianggap mengikuti hakikat (essencenya). Jadi hakikat manusia mempunyai ciri khas tertentu, dan ciri itu menyebabkan manusia berbeda dari makhluk lain. Oleh karena itu, dikatakan bahwa manusia itu eksistensinya mendahului esensinya. Dan formula ini merupakan prinsip utama dan pertama didalam filsafat eksistensialisme.

3. Gabriel Marcel

Dalam filsafatnya ia menyatakan, bahwa manusia tidak hidup sendirian, tetapi bersama-sama dengan orang lain. Tetapi manusia memiliki kebebasan yang bersifat otonom. Dalam pada itu ia selalu dalam situasi yang ditentukan oleh kejasmaniannya. Dari luar ia dapat menguasai jasmaninya, tetapi dari dalam ia dikuasai oleh jasmaninya. Di dalam pertemuanya dengan manusia lain, manusia mungkin bersikap dua macam. Yang lain itu merupakan obyek baginya, jadi sebagai dia, mungkin juga merupakan yang ada bagi aku. Aku ini membentuk diri terutama dalam hubungan aku-engkau ini. Dalam hubungan ini kesetiaanlah yang menentukan segala-galanya. Jika aku, percaya pada orang lain, maka setialah aku terhadap orang lain itu, dan kepercayaan ini menciptakan diri aku itu. Setia itu hanya mungkin karena orang merupakan bagian dikau yang mutlak (Tuhan). Kesetiaan yang menciptakan aku ini pada akhirya berdasarkan atas partisipasi manusia kepada Tuhan.

Page 81: Filsafat Albert Satria

Manusia bukanlah makhluk yang statis, sebab ia senantiasa menjadi (berproses). Ia selalu menghadapi obyek yang harus diusahakan seperti yang tampak dalam hubungannya dengan orang lain.

Perjalanan manusia ternyata akan berakhir pada kematian, pada yang tidak ada. Perjuangan manusia sebenarnya terjadi di daerah perbatasan antara tidak berada. Oleh karena itu manusia menjadi gelisah, menjadi putus asa dan takut pada kematian. Namun sebenarnya kemenangan kematian itu hanyalah semu saja, sebab hanya cinta kasih dan kesetiaan itulah yang memberi harapan guna mengatasi kematian. Di dalam cinta kasih dan kesetiaan ada kepastian, bahwa ada engkau yang tidak dapat mati. Harapan itulah yang menerobos kematian. Adanya harapan menunjukan, bahwa kemenangan kematian adalah semu.

Ajaran tentang harapan ini menjadi puncak ajaran Marcel. Harapan ini menunjuk adanya Engkau Yang Tertinggi (Tci Supreme), yang tidak dapat dijadikan obyek manusia. Engkau tertinggi inilah Alloh, yang hanya dapat ditemukan di dalam penyerahan seperti halnya kita menemukan Engkau atau sesama kita dalam penyerahan dan dalam keterbukaan dan partisipasi dalam berada yang sejati.³

4. William James

Lahir di New York City pada tahun 1842 M, anak Henry James, Sr. ayahnya adalah seorang yang terkenal, berkebudayaan tinggi, pemikir yang kreatif. Selain kaya, keluarganya memang di bekali dengan kemampuan intelektual yang tinggi. Keluarganya juga menerapkan kemampuan Humanisme dalam kehidupan serta mengembangkannya.

Pandangan filsafatnya, diantaranya menyatakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri lepas dari akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena didalam praktek, apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.

Nilai konsep atau pertimbangan kita, bergantung pada akibatnya, kepada kerjanya. Artinya bergantung kepada keberhasilan perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan itu. Pertimbangan itu benar bila bermanfaat bagi pelakunya, memperkaya hidup dan kemungkinan-kemungkinannya.

Menurut James dunia tidak dapat diterangkan dengan berpangkal pada satu asas saja. Dunia adalah dunia yang terdiri dari banyak hal yang saling bertentangan. Tentang kepercayaan agama dikatakan, bagi orang- perorangan, kepercayaan adanya suatu realitas cosmis yang lebih tinggi itu merupaka nilai subyektif yang relative, sepanjang kepercayaan itu memberikan kepadanya suatu hiburan rohani, penguatan keberanian hidup, perasaan damai, keamanan dan sebagainya. Segala macam pengalaman keagamaan mempunyai nilai yang sama, jikalau akibatnya sama-sama memberikan kepuasan kepada kebutuhan keagamaan.

5. Jurgen Habermas

Page 82: Filsafat Albert Satria

Adalah seorang filsuf dan sosiolog dari Jerman. Ia adalah generasi kedua dari Mazhab Frankfurt. Jurgen Habermas adalah penerus dari Teori Kritis yang ditawarkan oleh para pendahulunya (Max Horkheimer, Theodor Adorno, dan Herbert Marcuse). Teori Kritis yang dipaparkan oleh para pendahulunya berakhir dengan kepesimisan atau kebuntuan. Akan tetapi, Teori Kritis tidak berhenti begitu saja, Jurgen Habermas telah membangkitkan kembali teori itu dengan paradigma baru.

Jurgen Habermas dilahirkan pada tanggal 18 Juni 1929 di kotaDusseldorf, Jerman. Dia dibesarkan di kota Gummersbach, kota kecil dekat dengan Dusseldorf. Ketika ia memasuki masa remaja diakhir Perang Dunia II, ia baru menyadari bersama bangsanya akan kejahatan rezimnasional-sosialis dibawah kepemimpinan Aldof Hitler. Mungkin hal ini yang mendorong pemikiran Habermas tentang pentingnya demokrasi di negaranya. Kemudian ia melanjutkan studinya di Universitas Gottingen, ia mempelajari kesusasteraan, sejarah, dan filsafat (Nicolai Hartmann) serta mengikuti kuliah psikologi dan ekonomi. Setelah itu, ia meneruskan studi filsafat di Universitas Bonn yang mana pada tahun 1954 ia meraih gelar “doktor filsafat” dengan sebuah disertasi berjudul Das Absolute und die Geshichte (Yang Absolut dan Sejarah).

Jurgen Habermas merupakan tokoh terakhir dari Mazhab Frankfurt dan juga yang masih hidup sampai sekarang. Ketika Mazhab Frankfurt secara resmi sudah tidak ada lagi dan teori yang ditawarkan kepada masyarakat berakhir dengan sikap yang pesimis. Namun, Jurgen Habermas telah menghidupkan kembali Mazhab Frankfurt dan melanjutkan kembali teori kritis yang menjadi proyek dari para pendahulunya (Max Horkheimer,Theodor Adorno, dan Herbert Marcuse). Bukan hanya teori krits yang dilanjutkan oleh Jurgen Habermas, ada banyak hal yang diberikan oleh Jurgen Habermas dalam dunia filsafat dewasa ini.

Menurut Jurgen Habermas, teori kritis bukanlah teori ilmiah, yang biasa dikenal dikalangan publik akademis dalam masyarakat kita. Jurgen Habermas menggambarkan Teori kritis sebagai suatu metodologi yang berdiri di dalam ketegangan dialektis antara filsafat dan ilmu pengetahuan (sosiologi). Teori Kritis tidak hanya berhenti pada fakta-fakta objektif, yang umumnya dianut oleh aliran positivistic. Teori krtis berusaha menembus realitas sosial sebagai fakta sosiologis, untuk menemukan kondisi yang bersifat trasendental yang melampaui data empiris. Dapat dikatakan, Teori kritis merupakan kritik ideology. Teori kitis ini dilahirkan oleh Mazhab Frankfurt memiliki maksud membuka seluruh selubung ideologis dan irasionalisme yang telah melenyapkan kebebasan dan kejernihan berpikir manusia modern. Akan tetapi, semua itu konsep Teori Kritis yang ditawarkan oleh para pendahulu Jurgen Habermas (Max Horkheimer, Theodor Adorno, dan Herbert Marcuse) mengalami sebuah kemacetan atau berakhir dengan kepesimisan. Akan tetapi, teori ini tidak berakhir begitu saja, Jurgen Habermas sebagai penerus Mazhab Frankfurt akan membangkitkan kembali teori tersebut dengan sebuah paradigma baru.

Jurgen Habermas menambahkan konsep komunikasi di dalam Teori Kritis tersebut. Menurut Jurgen Habermas, komunikasi dapat menyelesaikan kemacetan Teori kritis yang ditawarkan oleh pendahulunya. Jurgen Habermas membedakan antara pekerjaan dan komunikasi (interaksi). Pekerjaan merupakan tindakan instrumental, jadi sebuah tindakan yang bertujuan untuk mencapai sesuatu. Sedangkan komunikasi adalah tindakan saling pengertian.

Page 83: Filsafat Albert Satria

Kedua hal itulah yang membuat kemacetan dalam Teori Kritis menurut Jurgen Habermas. Pandangan ini telah membuat sudut pandang masyarakat tentang krtik dengan penaklukan itu sama dan praksis dengan penaklukan itu sama. Jurgen Habermas berpendirian kritik hanya dapat maju dengan rasio komunikatif yang dimengerti sebagai praksis komunikatif atau tindakan komunikatif. Masyarakat komunikatif bukanlah masyarakat yang melakukan kritik melalui revolusi atau kekerasan, tetapi melalui argumentasi.

6. Bertrand Arthur William Russell

Lahir pada 18 Mei 1872 – 2 Februari 1970 adalah seorang filsuf dan ahlimatematika ternama Britania Raya. Dia menulis banyak sekali buku dan brosur tentang berbagai masalah, antara lain filsafat, moral, pendidikan, sejarah, agama dan politik. Sumbangan terbesarnya di bidang ilmiah adalah di bidang logika matematika .

Bertrand Russell terlahir sebagai cucu Lord John Russell, Perdana Menteri Britania Raya di masa Ratu Victoria. Setelah meninggalnya ibu (pada tahun 1874) dan ayahnya (1876), Russell dan abangnya diasuh oleh kedua kakek-neneknya. Setelah meninggalnya John Russell pada tahun 1878, Russell kecil dibesarkan sepenuhnya oleh neneknya, Lady Russell. Bertrand Russell dididik secara privat di rumahnya, sebelum menempuh pendidikan di Trinity College, Universitas Cambridge. Di sana dia meraih gelar di bidang matematika dan ilmu-ilmu moral. Russell terpilih menjadi anggota Royal Society pada tahun 1908.

Russell dianugerahi Order of Merit pada tahun 1949, dan menerima hadiah Nobel Sastra pada tahun 1950. Selama dasawarsa 1950-an dan 1960-an dia menjadi inspirasi kaum muda karena aktivitas antiperang dan antinuklirnya. Bersama-sama dengan Albert Einstein, dia mengumumkan Manifesto Russell-Einstein pada tahun 1955, yang menghimbau pembatasan senjata nuklir. Dia juga merupakan pengatur utama Konferensi Pugwash Pertama, yang mengumpulkan para ilmuwan yang prihatin terhadap penyebaran senjata nuklir. Pada tahun 1961 dia kembali dipenjara akibat demonstrasi antinuklir, dan dihukum penjara selama dua bulan. Namun setelah banding hukumannya ini kemudian diperingan menjadi satu minggu di rumah sakit penjara. Dia tetap menjadi figur publik sampai saat wafatnya pada tahun 1970.