47
1 LAPORAN KASUS ULKUS KORNEA Oleh: Putu Dian Pratita Lestari (1102005028) I Gusti Ayu Mardewi (110200104) Pembimbing: dr. Putu Budhiastra, Sp.M(K) DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

lapsus ulkus kornea

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ulkus kornea

Citation preview

Page 1: lapsus ulkus kornea

1

LAPORAN KASUS

ULKUS KORNEA

Oleh:

Putu Dian Pratita Lestari (1102005028)

I Gusti Ayu Mardewi (110200104)

Pembimbing:

dr. Putu Budhiastra, Sp.M(K)

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI BAGIAN / SMF PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA / RSUP SANGLAH DENPASAR

2015

Page 2: lapsus ulkus kornea

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan

dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini

dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini

dan diobati secara memadai.1

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui

berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya

yang uniform, avaskuler dan deturgenses. Deturgenses, atau keadaan dehidrasi

relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel

dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel

dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih

berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema

kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya

menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-

sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea berakibat

film air mata menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah

faktor-faktor yang menarik air dari stroma kornea superfisial untuk

mempertahankan keadaan dehidrasi.1

Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda asing, dan

dengan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke

dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea

merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri,

menurunkan kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi kornea.3

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya

infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea

dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan

penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya

komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan.

Page 3: lapsus ulkus kornea

3

Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan

penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.2

Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata

sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan.

Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa

bakteri, jamur, dan virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak

tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut

yang luas.2

Page 4: lapsus ulkus kornea

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kornea

Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal

sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung

melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata

mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar

11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-

beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris),

lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara

sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung

dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu

sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar

sehingga penderita akan melihat halo.1

Gambar 1. Anatomi Kornea

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:

1. Lapisan epitel

Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang

saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel

gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong

kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi

Page 5: lapsus ulkus kornea

5

sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan

sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden;

ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang

merupakan barrier.

Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat

kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membran Bowman

Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan

kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari

bagian depan stroma.

Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Jaringan Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar

satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang

teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang;

terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang

kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma

kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen

stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen

dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement

Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma

kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.

Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup,

mempunyai tebal 40 µm.

5. Endotel

Page 6: lapsus ulkus kornea

6

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-

40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui

hemidosom dan zonula okluden.3

Gambar 2. Corneal Cross Section

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar

longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid,

masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan

selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara.

Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3

bulan.3

Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour

aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar

dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,

avaskularitasnya dan deturgensinya.1

2.2 Definisi

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian

jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek

kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel

sampai stroma.3

Page 7: lapsus ulkus kornea

7

2.3 Patofisologi

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam

perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan

seratnya teratur dan tidak ada pembuluh darah. Biasanya cahaya terutama terjadi

di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan

kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh

karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan

penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 4

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak

segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.

Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma

kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi

pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.

Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit

polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak

sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan

permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah

ulkus kornea.4

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea

baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia.

Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra

superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif,

regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang

terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan

dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 1

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.

Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini

menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil

dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi

bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma

maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya

sikatrik.4

Page 8: lapsus ulkus kornea

8

2.4 Etiologi5,6

a. Infeksi

Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus

pneumonia dan spesies Moraxella merupakan penyebab paling sering.

Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak

dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat

khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.

Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida,

Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies mikosis

fungoides.

Infeksi virus

Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk

khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel

yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi

pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral.

Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).

Acanthamoeba

Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air

yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi

kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal

pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan

garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan

pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.

b. Noninfeksi

Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.

Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik,

organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka

akan terjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila

konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya

kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain

amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium

Page 9: lapsus ulkus kornea

9

hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen

kornea.

Radiasi atau suhu

Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang

akan merusak epitel kornea.

Sindrom Sjorgen

Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis

sicca yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat

disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid),

kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan

timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut

dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas

dengan flurosein.

Defisiensi vitamin A

Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan

vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan

ganggun pemanfaatan oleh tubuh.

Obat-obatan

Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya;

kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan

imunosupresif.

Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.

Pajanan (exposure)

Neurotropik

c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)

Granulomatosa wagener

Rheumathoid arthritis

2.5 Klasifikasi1,5

Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:

1. Ulkus kornea sentral

a. Ulkus kornea bakterialis

Page 10: lapsus ulkus kornea

10

b. Ulkus kornea fungi

c. Ulkus kornea virus

d. Ulkus kornea acanthamoeba

2. Ulkus kornea perifer

a. Ulkus marginal

b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)

c. Ulkus cincin (ring ulcer)

Ulkus Kornea Sentral

a. Ulkus Kornea Bakteri

Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke

arah tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan

berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat

menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena

eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.

Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik

kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.

Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang

disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat

hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.

Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral

kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam

kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea

dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu

dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang

bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat

hipopion yang banyak.

Page 11: lapsus ulkus kornea

11

Gambar 3.a Ulkus Kornea Bakterialis

Gambar 3.b Ulkus Kornea Pseudomonas

Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral

yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan

sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus

Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna

kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat

ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus

ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan

beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan

dakriosistitis.

b.. Ulkus Kornea Fungi

Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai

beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi

jamur ini.

Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan

yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat

penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu

daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat

satelit-satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak

yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong

dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat

rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.

Page 12: lapsus ulkus kornea

12

Gambar 4. Ulkus Kornea Fungi

c. Ulkus Kornea Virus

Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit

dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya

gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra,

konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat

subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya

berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna

abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi

dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai

dengan infeksi sekunder.

Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh

virus herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala

dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya

suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk

dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara

lokal kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel.

Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan

fluoresin dengan benjolan diujungnya

Page 13: lapsus ulkus kornea

13

Gambar 5.a Ulkus Kornea Dendritik

Gambar 5.b Ulkus Kornea Herpetik

d. Ulkus Kornea Acanthamoeba

Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya,

kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea

indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.

Gambar 6. Ulkus Kornea Acanthamoeba

Ulkus Kornea Perifer

a. Ulkus Marginal

Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk

ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi

stafilococcus, toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza

disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk

cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita

leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.

Page 14: lapsus ulkus kornea

14

Gambar 7. Ulkus Marginal

b. Ulkus Mooren

Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah

sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya

sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah

satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun.

Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang

seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang

sehat pada bagian yang sentral.

Gambar 8. Mooren's Ulcer

d. Ring Ulcer

Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang

berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau

dalam, kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak

kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring

ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral.

Perjalanan penyakitnya menahun.

2.6 Manifestasi Klinis2

Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :

Gejala Subjektif

Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva

Sekret mukopurulen

Page 15: lapsus ulkus kornea

15

Merasa ada benda asing di mata

Pandangan kabur

Mata berair

Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus

Silau

Nyeri

Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat

pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel

kornea.

Gejala Objektif

Injeksi siliar

Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat

Hipopion

Kornea edema

Infiltrat

2.7 Diagnosis1,4,5

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.

Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan

adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang

bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering

kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien

seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi,

virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat

penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi

imunosupresi khusus.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi

siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus

berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :

Ketajaman penglihatan

Tes refraksi

Page 16: lapsus ulkus kornea

16

Tes air mata

Pemeriksaan slit-lamp

Keratometri (pengukuran kornea)

Respon reflek pupil

Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

Gambar 12. Kornea ulcer dengan fluoresensi

Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau

KOH)

Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula

kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan

pewarnaan KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi

jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya

dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.

Gambar 9. Pewarnaan gram ulkus kornea fungi

Page 17: lapsus ulkus kornea

17

Gambar 10 a.Pewarnaan gram ulkus Gambar 10 b.Pewarnaan gram ulkus kornea herpes simplex herpes zoster

Gambar 11. a Pewarnaan gram ulkus kornea Gambar 11. b Pewarnaan

gram ulkus bacteria akantamoeba

2.8 Penatalaksanaan1,2,6

Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh

spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea.

Pengobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes

mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, dan sikloplegik.

Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat

sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.

a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah

1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya

2. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang

3. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering

mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih

4. Berikan analgetik jika nyeri

b. Penatalaksanaan medis

Pengobatan lokal

Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan.

Lesi kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.

Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada

hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.

Infeksi pada mata harus diberikan :

Sulfas atropine sebagai salep atau larutan,

Page 18: lapsus ulkus kornea

18

Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.

Efek kerja sulfas atropine :

Sedatif, menghilangkan rasa sakit.

Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.

Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.

Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya

akomodsi sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan

lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga

sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah

pembentukan sinekia posterior yang baru.

Analgetik.

Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau

tetrakain tetapi jangan sering-sering.

Antibiotik

Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang

berspektrum luas diberikan sebagai salep, tetes atau injeksi

subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan

salep mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat

menimbulkan erosi kornea kembali.

Anti jamur

Terapi medikamentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya

preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang

dihadapi bisa dibagi :

1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya

: topikal amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml,

Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole

2. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B,

thiomerosal, Natamicin, Imidazol

3. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol

4. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan

sulfa, berbagai jenis anti biotik

Anti Viral

Page 19: lapsus ulkus kornea

19

Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan

sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi sekunder analgetik

bila terdapat indikasi.Untuk herpes simplex diberikan pengobatan

Acyclovir, Trifluridine, Idoxuridine.

Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena

dapat menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan

media yang baik terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya.

Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih tanpa sekret guna

mengurangi rangsangan.

Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :

1. Kauterisasi

a) Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik,

larutan murni trikloralasetat

b) Dengan panas (heat cauterisasion): memakai elektrokauter atau

termophore. Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang

mengandung panas disentuhkan pada pinggir ulkus sampai

berwarna keputih-putihan.

2. Pengerokan epitel yang sakit

Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak

menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan COA

yang lama dengan yang baru yang banyak mengandung antibodi

dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap

konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus

yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan tujuan memberi

perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat

penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat

dilepaskan kembali.

Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan

berikan sulfas atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera

berbaring dan jangan melakukan gerakan-gerakan. Bila

perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka

dapat dilakukan :

Page 20: lapsus ulkus kornea

20

Iridektomi dari iris yang prolaps

Iris reposisi

Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva

Beri sulfas atropin, antibiotik dan balut yang kuat

Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah

berlangsung lama, kita obati seperti ulkus biasa tetapi prolas

irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi

leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.

Gambar 7.Ulkus kornea perforasi (jaringan iris keluar dan menonjol,

infiltrat pada kornea ditepi perforasi)

3. Keratoplasti

Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan

diatas tidak berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut

yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang

menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi

beberapa kriteria yaitu :

1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita

2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

Gambar 14. Keratoplasti

Page 21: lapsus ulkus kornea

21

2.9 Pencegahan

Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi

kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak

kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek

yang sangat buruk bagi mata.

Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata

Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa

menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan

basah

Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan

merawat lensa tersebut.

2.10 Komplikasi6

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat

Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan

panopthalmitis

Prolaps iris

Sikatrik kornea

Katarak

Glaukoma sekunder

2.11 Prognosis6

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat

lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan

ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan

waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular.

Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta

timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan

yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal

ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan

antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi. Ulkus kornea harus membaik

Page 22: lapsus ulkus kornea

22

setiap harinya dan harus disembuhkan dengan pemberian terapi yang tepat.

Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi sekeliling sel epitel

yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah dari

konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui

metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah

agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian

sikatrik.

Page 23: lapsus ulkus kornea

23

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : KS

Umur : 40 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Bebandeng, Karangasem

Pekerjaan : Petani

Tanggal pemeriksaan : 14 April 2015

No RM : -

3.2 Anamnesa

Keluhan Utama : Mata kiri nyeri

Anamnesa :

Pasien dirujuk ke Poliklinik Mata RSUP Sanglah dari RSUD Karangasem

dengan keluhan utama mata kiri terasa nyeri. Gangguan mata terjadi pertama kali

2 bulan yang lalu. Saat itu, pasien mengalami demam dan disertai nyeri pada mata

kiri. Sejak 1 bulan yang lalu mata kiri mulai merah dan bengkak juga muncul

putih pada mata pasien dan penglihatan mulai kabur. Saat datang, pasien

mengeluhkan nyeri pada mata kiri nyeri dan perih. Saat mata kiri pasien nyeri,

nyeri merambat ke kepala bagian kiri dan ke bahu kiri. Nyeri akan membaik jika

pasien istirahat dan akan bertambah nyeri jika bola mata digerakkan. Pasien juga

mengeluhkan penglihatannya kabur dan silau, mual dan muntah disangkal pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan

Riwayat trauma maupun kemasukan benda asing sebelumnya disangkal.

Pasien juga mengatakan tidak pernah sakit mata seperti ini sebelumnya. Saat

pasien demam dan sakit mata 2 bulan yang lalu pasien minum paracetamol dan

sempat menetesi matanya dengan Insto dan Rohto. Setelah ditetesi dengan Rohto

dan Insto mata pasien mulai merah, lalu pasien berobat ke Puskesmas Bebandeng.

Dari puskesmas pasien diberikan obat 1 jenis dan sejak 1 bulan yang lalu mata

Page 24: lapsus ulkus kornea

24

mulai merah, bengkak , muncul putih dan penglihatan mulai kabur. Lalu pasien di

rujuk ke RSUD Karangasem, disana pasien kontrol setiap minggu. Pasien

diberikan obat salep Cyprus dan beberapa obat tetes lainnya. Karena mata pasien

tidak membaik, jadi pasien dirujuk ke RSUP Sanglah. Pasien mengatakan tidak

memiliki riwayat tekanan darah tinggi maupun diabetes melitus.

Riwayat Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.

Riwayat Sosial

Pasien adalah seorang buruh tani yang menggarap sawah milik orang lain.

Pasien terkadang mengonsumsi kopi jika dia merasa mual. Riwayat

mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan lain disangkal.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Umum

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 16 x/menit

Temperatur axial : 36,5o C

Pemeriksaan Fisik Khusus (Lokal pada Mata)

Okuli Dekstra (OD) Okuli Sinistra (OS)

Visus

Refraksi/Pin Hole

6/6

-

2/60

-

Supra cilia

Madarosis

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Palpebra superior

Edema

Hiperemi

Tidak ada

Tidak ada

ada

Tidak ada

Page 25: lapsus ulkus kornea

25

Enteropion

Ekteropion

Benjolan

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Palpebra inferior

Edema

Hiperemi

Enteropion

Ekteropion

Benjolan

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Pungtum lakrimalis

Pungsi

Benjolan

Tidak dilakukan

Tidak ada

Tidak dilakukan

Tidak ada

Konjungtiva palpebra

superior

Hiperemi

Folikel

Sikatriks

Benjolan

Sekret

Papil

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Konjungtiva palpebra

inferior

Hipermi

Folikel

Sikatriks

Benjolan

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Konjungtiva bulbi

Kemosis

Hiperemi

- Konjungtiva

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Ada

Page 26: lapsus ulkus kornea

26

- Silier

Perdarahan di bawah

konjungtiva

Pterigium

Pingueculae

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Ada

Tidak ada

Ada

Tidak ada

Sklera

Warna

Pigmentasi

Putih

Tidak ada

Putih

Tidak ada

Limbus

Arkus senilis Tidak ada Tidak ada

Kornea

Odem

Infiltrat

Ulkus

Sikatriks

Keratik presifitat

Fluoresensi

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Ada

Tidak ada

Sentral, ukuran

3x3mm, tepi

meninggi.

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Bilik Mata Depan

Kejernihan

Kedalaman

Jernih

Normal

Jernih

Normal

Iris/Pupil

Warna

Bentuk

Refleks cahaya langsung

Refleks cahaya konsensuil

Coklat

Bulat, reguler

(+)

(+)

Coklat

Irregular, midilatasi,

sinekia anterior

Lambat

Lambat

Lensa

Page 27: lapsus ulkus kornea

27

Kejernihan

Dislokasi/subluksasi

Jernih

Tidak ada

Jernih

Tidak ada

Pemeriksaan Penunjang

Pergerakan bola mata

Funduskopi

Tekanan intra okular

Digital

Konfrontasi

Baik ke segala arah

Reflex fundus (+),

Retina baik, reflex

makula (+)

Normal/palpasi

Tidak ada defek

lapang pandang

penglihatan

Baik ke segala arah

Reflek (+), detail

sulit dievaluasi

Normal/palpasi

Tidak ada defek

lapang pandang

penglihatan

3.4 Resume

Perempuan 40 tahun datang dengan keluhan mata kiri terasa sangat nyeri sejak

2 bulan yang lalu. Keluhan mata diawali dengan demam 2 bulan yang lalu. Sejak

1 bulan yang lalu mata kiri mulai merah, bengkak, muncul putih da pandangan

juga dikatakan buram. Dari pemeriksaan fisik ditemukan visus OD 6/6, OS 2/60.

Pada Okular sinistra didapatkan konjunctiva dengan CVI (+),PCVI (+), jaringan

fibrovascular (+) grade III, kornea didapatkan ulkus sentral dengan ukuran

3x3mm dan tepi meninggi, bilik mata depan dangkal, iris irreguar, sinekia

anterior, reflek pupil (-), lensa jernih, dan pada fundukopi didapatkan reflek

fundus positif, detail sulit dievaluasi.

Pemeriksaan lokal

OD Pemeriksaan OS

6/6 Visus 2/60 PH Ni

Normal Palpebra Oedema (+)

Page 28: lapsus ulkus kornea

28

Tenang Konjungtiva CVI (+), PCVI (+),

jaringan fibrovascular

(+)

Jernih Kornea Ulkus (+), sentral dan

tepi meninggi

Normal Bilik Mata Depan Normal

Bulat, reguler Iris Iregular, midilatasi (+),

sinekia anterior (+)

Refleks (+) Pupil Refleks lambat

Jernih Lensa Jernih

Jernih Vitreous Jernih

Reflek fundus (+), retina

baik, reflek makula(+)

Funduskopi Refek fundus (+), detail

sulit dievaluasi

3.5 Diagnosis Banding

- OS Ulkus Kornea e.c Suspek Jamur Impending Perforasi

- OS Ulkus Kornea e.c Suspek Bakteri Impending Perforasi

- OS Keratitis

- OS Endoptalmitis

3.6 Diagnosis

OS Ulkus Kornea e.c Suspek Jamur Impending Perforasi + Pterygium Grade 2

3.7 Planning

- Cendo Ulcory ed 6x1 tetes OS

- Cendo Lyters ed 6x1 tetes OS

- Atropin 1% ed 3x1 tetes OS

- Natrium Diclofenac 2x50mg

Page 29: lapsus ulkus kornea

29

3.8 Prognosis

Ad vitam : Dubius

Ad fungsionam : Dubius ad malam

Ad Sanationam : Dubius ad malam

Page 30: lapsus ulkus kornea

30

BAB IV

PEMBAHASAN

Perempuan 40 tahun datang dengan keluhan mata kiri terasa sangat nyeri

sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan mata diawali dengan demam 2 bulan yang lalu.

Sejak 1 bulan yang lalu mata kiri mulai merah, bengkak, muncul putih dan

pandangan juga dikatakan buram serta silau. Hal ini didukung dari hasil

pemeriksaan status oftalmologi, didapatkan visus mata kiri hitung jari pada jarak 2

meter, injeksi siliar dan perisiliar, serta dengan terlihat ulkus sentral dengan

ukuran 3x3mm dengan tepi meninggi. Selain itu didapatkan bentuk iris yang

iregular dan sinekia anterior. Reflek pupil pasien negatif.

Dari pemeriksaan yang dilakukan didapatkan gejala-gejala yang sesuai

dengan diagnosis ulkus kornea. Pasien mengeluh nyeri, silau, mata merah,

pandangan kabur, serta muncul bintik putih kornea sesuai dengan lokasi ulkus.

Pasien merasa nyeri dan silau dikarenakan kornea mempunyai banyak serabut

saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat

menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya

gesekan palpebra, terutama palbebra superior, pada kornea dan menetap sampai

sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat

menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea

merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada

pembuluh iris.

Pandangan kabur pada pasien disebakan karena kornea merupakan salah

satu media refraksi yang memiliki kekuatan lensa terbesar. Kornea merupakan

bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan

pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya

tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di

permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea,

segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya

kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan

yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. Pada pasien ini ulkus terletak di

sentral sehingga sangat menganggu pengelihatan pasien.

Page 31: lapsus ulkus kornea

31

Penatalaksanaan dari ulkus kornea pada pasien ini adalah Cendo Ulcory

yang mengandung ciprofloxacin. Ciprofloxacin merupakan antibiotik spektrum

luas yang aktif pada bakteri gram positif dan negatif. Pemberian obat ini bertujuan

untuk mengatasi infeksi pada ulkus. Cendo Lyteers merupakan air mata buatan.

Pemberian tetes ini bertujuan untuk menjaga mata agar tetap lembab sehingga

mencegah perlukaan yang lebih dalam lagi. Atropin merupakan sikloplegik.

Sikloplegik memiliki fungsi untuk mengistirahatkan otot badan siliaris sehingga

mata tidak mempunyai daya akomodsi untuk mencegah sinekia posterior. Pasien

diberikan sikloplegik untuk mencegah perluasan dan melepas sinekia anterior.

Natrium diclofenac diberikan untuk mengatasi nyeri yang dirasakan pasien.

Prognosi ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat

lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada

tidaknya komplikasi yang timbul. Pasien ini memiliki ulkus yang luas dengan tepi

yang meninggi bersifat kronis, sehingga memerlukan waktu penyembuhan yang

lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Ulkus pasien terletak di sentral

sehingga sangat menganggu kemampuan pengelihatan pasien sehari-hari. Proses

penyembuhan dipengaruhi oleh kepatuhan pasien dalam berobat. Apabila tidak

ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat

menimbulkan resistensi. Selain itu pada mata kiri pasien juga ada pterygium grade

3. Hal ini juga dapat memperburuk pandangan pasien.

Page 32: lapsus ulkus kornea

32

BAB V

SIMPULAN

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat

kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai

defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari

epitel sampai stroma.Etiologi dari ulkus kornea adalah infeksi dan non infeksi.

Infeksi dapat disebabkan oleh baktero, jamur, virus, dan Acanthamoeba.

Sedangkan non infeksi dapat disebabkan oleh bahan kimia, radiasi atau suhu,

obat-obatan, trauma. Berdasarkan lokasi ulkus dibedakan menjadi ulkus sentral

dan perifer.Gejala subjektif berupa eritema pada kelopak mata dan konjungtiva,

sekret mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, mata

berair, bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus, silau, nyeri, injeksi siliar,

hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat, hipopion. Ulkus kornea

dapat didiagnosis berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

laboratorium.Pengobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan

obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, dan

sikloplegik. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi

obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik. Pencegahan

terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli mata

setiap ada keluhan pada mata, melindungi mata dari segala benda yang mungkin

bisa masuk kedalam mata, dan gunakan tetes mata agar mata selalu dalam

keadaan basah. Komplikasi yang paling sering timbul adalah kebutaan,

endoptalmitis, prolaps iris, sikatrik kornea, glaukoma sekunder. Prognosis ulkus

kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat

pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi

yang timbul.

Page 33: lapsus ulkus kornea

33

DAFTAR PUSTAKA

1. Paul, R.E. John, P.W. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi

17.2012. Penerbit Buku Kedokteran ECG:Jakarta

2. Sidarta,I. Yuliantini,R. Ilmu Penyakit Mata.2014. Fakultas Kedokteran

Indonesia:Jakarta

3. Coaster, J.D. Fundamental of Clinical Ophthalmology Cornea. 2002.

London: BMJ:41-64

4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Ulkus Kornea dalam : Ilmu

Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran Edisi 2.

2002. Penerbit Sagung Seto, Jakarta.

5. Tovee, J.M. An Introduction to The Visual System Second Edition. 2008.

UK:Cambridge University Press

6. Crick, R.P. Textbook of Clinical Ophthalmology 3rd Edition.2003. USA:

World Scientific Publishing.