of 27 /27
LAPORAN KASUS PSIKOTIK SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0) I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny.AA Umur : 35 Tahun Agama : Islam Suku : Bugis Status Pernikahan : Belum menikah Pendidikan Terakhir : D1 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jl. Hati Murni no. 2, Selayar II. RIWAYAT PSIKIATRI Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari : Nama : Ny. SN Umur : 58 Tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Status : Menikah Pendidikan Terakhir : S1 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Selayar Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung Pasien A. Keluhan Utama Skizofrenia Paranoid 21

Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

  • Author
    fahrul

  • View
    39

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lapsus psikiatri FKUH 2015

Text of Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

I

LAPORAN KASUS PSIKOTIKSKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

I. IDENTITAS PASIENNama: Ny.AAUmur: 35 TahunAgama: IslamSuku: BugisStatus Pernikahan: Belum menikahPendidikan Terakhir: D1Pekerjaan: Ibu Rumah TanggaAlamat: Jl. Hati Murni no. 2, Selayar

II.RIWAYAT PSIKIATRIDiperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari :Nama: Ny. SNUmur: 58 TahunJenis kelamin: PerempuanAgama : IslamStatus : MenikahPendidikan Terakhir: S1Pekerjaan: Ibu Rumah TanggaAlamat : SelayarHubungan dengan pasien: Ibu Kandung Pasien

A. Keluhan UtamaMengamukB. Riwayat Gangguan Sekarang Keluhan dan GejalaSeorang pasien perempuan datang ke RSKD pertama kali diantar oleh ibu kandung dengan keluhan utama mengamuk, sejak 1 tahun terakhir, memberat 10 hari yang lalu. Pasien selalu mengamuk jika keinginannya tidak diikuti. Saat mengamuk, pasien melempar makanan di depannya, serta perabot rumah lainnya. Selain mengamuk, pasien juga gelisah, sering bicara sendiri, mondar-mandir, dan pernah kabur dari rumah. Pasien selalu curiga dengan orang lain, dan menurut keluarga, pasien mengaku mwndengar suara-suara banyak orang yang berbicara, yang ingin membunuhnya. Pasien juga mengaku sering mendengar suara-suara bisikan dari tunangannya, dan mengaku banyak lelaki yang menyukainya. Pasien pun berkeyakinan dirinya merupakan titisan Nyi Roro Kidul. Perubahan perilaku diperhatikan sejak 16 tahun yang lalu saat pasien tamat SMA. Berobat di dokter spesialis saraf, sempat membaik, namun mulai memberat kembali beberapa tahun terakhir. Awal perubahan perilaku pasien terlihat gelisah. Pasien sulit tidur, berbicara sendiri dan sering mendengar bisikan-bisikan dari seorang laki-laki yang merupakan tunangan pasien. Menurut keluarga, penyebab saat itu adalah pernikahan ayah pasien dengan istri keduanya. Pasien sangat dekat dengan ibunya, dan tidak menerima saat ayahnya menikah lagi. Saat keadaanya membaik, pasien sempat menyelesaikan kuliah D1nya di bidang administrasi.. Riwayat penyakit jiwa sebelumnya tidak ada, Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama yaitu nenek pasien. Sebelum memgalami perubahan perilaku, pasien dikenal sebagai seseorang yang pendiam dan tertutup. Hendaya/ disfungsi Hendaya Sosial (+) Hendaya Pekerjaan (+) Hendaya Waktu Senggang (+) Faktor stressor psikososialAyah pasien menikah lagi dengan istri keduanyaPasien belum menikah Hubungan gangguan sekarang, dengan riwayat penyakit fisik dan psikis sebelumnya : Trauma (-) Infeksi (-) Kejang (-) NAPZA (-)

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya1. Riwayat Penyakit DahuluTidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik seperti infeksi, trauma kapitis, dan kejang.2. Riwayat Penggunaan Zat PsikoaktifPasien tidak pernah merokok, mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, 3. Riwayat Gangguan Psikiatri SebelumnyaPasien tidak pernah mengalami gangguan psikiatri sebelumnya.D. Riwayat Kehidupan Pribadi1. Riwayat Prenatal dan PerinatalPasien lahir normal di rumah, ditolong oleh bidan, cukup bulan, spontan, langsung menangis dan tidak terdapat kelainan. Berat badan lahir tidak diketahui. Ibu pasien cukup menjaga kesehatannya dengan baik serta teratur memeriksakan kandungannnya di dokter spesialis kandungan. Pada saat bayi, pasien tidak pernah mengalami panas tinggi dan kejang serta minum ASI cukup. 2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)Pasien diasuh oleh kedua orangtua pasien. ASI diberikan sampai umur 2 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan pasien pada masa anak-anak awal sesuai dengan perkembangan anak seusianya. Tidak ada masalah perilaku yang menonjol. Waktu kecil mampu bermain bersama kakak, adik dan teman sebayanya. 3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 tahun)Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan cukup mendapat perhatian dan kasih sayang. Pasien mendapatkan didikan keras dari kedua orang tuanya. Pada usia 7 tahun pasien mulai masuk SD. Selama sekolah, pasien dapat bersosialisasi dengan teman sebayanya, prestasi pasien biasa-biasa saja.4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (Usia 12-18 tahun)Tamat dari SD pasien melanjutkan ke SMP. Dan setelah lulus dari SMP, pasien melanjutkan ke SMA. Tamat SMA, gejala mulai muncul, namun setelah membaik, pasien melanjutkan pendidikan D-1 Administrasi.

5. Riwayat Masa Dewasa a. Riwayat PekerjaanSetelah lulus dari perguruan tinggi, gejala-gejala mengamuk dan sulitnya bersosialisasi membuat pasien sulit untuk mendapatkan pekerjaan, dan saat ini tinggal di rumah mengerjakan pekerjaan rumah tangga. b. Riwayat PernikahanPasien belum menikah c. Riwayat Agama Pasien memeluk agama Islam dan menjalankan kewajiban agama dengan cukup baik, sebelum sakit dan saat keadaannya membaik setelah berobat ke dokter saraf. d. Riwayat MiliterPasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer. e. Riwayat Pelanggaran HukumSelama ini pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum. f. Aktivitas Sosial Pasien bergaul dengan teman sebaya, tetangga dan rekan kerjanya di kantor serta aktif mengikuti kegiatan sosial di lingkungan sekitar rumah. 6. Riwayat KeluargaPasien anak pertama dari tiga bersaudara (, , ). Jarak usia pasien dengan saudara-saudaranya tidak berbeda jauh. Kedua adik laki-laki pasien sudah menikah dan tinggal di Makassar. Kedua orang tua pasien masih hidup, namun telah bercerai, ayah pasien telah menikah lagi dengan istri keduanya, sedangkan ibu pasien sakit-sakitan. Terdapat riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien, yaitu nenek pasien, namun telah meninggal akibat penyakit stroke. 7. Situasi Kehidupan Sekarang Sebelum dibawa ke RSKD pasien tinggal dengan ibu kandungnya di sebuah rumah yang cukup layak di selayar. Sehari-harinya pasien hanya bekerja membantu mengurus rumah tangga.

III.PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI ( 12 JUNI 2015 ) A. Status InternusKeadaan umum tidak tampak sakit, kesadaran komposmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, frekuensi pernafasan 22 kali/menit, suhu tubuh 36,6 C. BB: 44 kg TB: 157 cm, IMT: 17,8 kg/m2. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru dan abdomen dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan. Kesimpulan, tidak terdapat kelainan bermakna pada status internus pasien.B. Status NeurologiGCS 15 (E4M6V5), gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), Kernigs sign (-)/(-), pupil bulat dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), nervus cranialis lain normal, fungsi motorik dan sensorik keempat ekstremitas serta system saraf otonom dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis. Kesimpulan, tidak terdapat kelainan bermakna pada status neurologis pasien.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL ( 12 JUNI 2015 )A. Deskripsi Umum 1.Penampilan Seorang perempuan, rambut hitam lurus sampai leher, wajah sesuai umur, perawakan sedang, kulit sawo matang, memakai baju warna merah jambu, celana panjang merah jambu, perawatan diri cukup, sikap tubuh biasa.2. KesadaranBerubah3. Perilaku dan Aktivitas PsikomotorPasien tampak cukup tenang duduk di hadapan pemeriksa.4. PembicaraanPasien menjawab pertanyaan dengan spontan, lancar, dan intonasi biasa.5. Sikap terhadap pemeriksaKooperatif

B. Keadaan Afektif1.Mood: Senang (Eutimia)2.Afek: Terbatas3.Keserasian: Tidak serasi4.Empati: Tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)1. Taraf PendidikanPengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat pendidikannya. 2.Orientasia. Waktu: Baik b. Tempat: Baikc. Orang: Baik3.Daya Ingata. Jangka Panjang: Baikb. Jangka Sedang: Baikc. Jangka Pendek: Baikd. Jangka Segera: Baik4. Konsentrasi dan Perhatian: Tidak terganggu5.Pikiran Abstrak: Tidak terganggu6.Bakat Kreatif: Tidak ditemukan7. Kemampuan Menolong Diri Sendiri: Cukup

D.Gangguan Persepsi1.HalusinasiHalusinasi auditorik : Suara laki-laki (satu orang/tunangan pasien) yang mengajak pasien berbicara, dan sering menanyakan kondisi pasien. Selain itu, pasien juga mendengar suara banyak orang yang berdiskusi dan ingin membunuh pasien.2. Ilusi Tidak ada3. Depersonalisasi Pasien merasa bahwa wajah dan kulitnya sekarang bukan merupakan wajah dan kulit aslinya.4. DerealisasiTidak ada

E.Proses Berpikir1.Arus PikiranProduktivitas cukup, kontinuitas relevan, koheren dan tidak ada hendaya dalam berbahasa.2. Isi Pikiran Terdapat gangguan isi pikiran berupa : Waham kebesaran (Grandiose) (+) : pasien yakin dirinya merupakan titisan Nyi Roro Kidul Erotomania (+) : pasien yakin dirinya sangat cantik, dan banyak lelaki yang menyukainya.

F.Pengendalian ImpulsBaik

G.Daya Nilai dan Tilikan1.Norma Sosial: Terganggu2.Uji Daya Nilai: Terganggu3.Penilaian Realitas: Terganggu4.Tilikan: Pasien merasa dirinya tidak sakit (Derajat I)

H.Taraf Dapat DipercayaDapat dipercaya

V.IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNASeorang pasien perempuan 35 tahun diantar ke RSKD oleh ibu kandungnya untuk pertama kalinya dengan keluhan utama mengamuk pertama kalinya dengan keluhan utama mengamuk, dialami sejak 1 tahun yang lalu, dan memberat 10 hari terakhir. Pasien selalu mengamuk jika keinginannya tidak diikuti. Saat mengamuk, pasien melempar makanan di depannya, serta perabot rumah lainnya. Selain mengamuk, pasien juga gelisah, sering bicara sendiri, mondar-mandir, dan pernah kabur dari rumah. Pasien selalu curiga dengan orang lain, dan menurut keluarga, pasien mengaku mendengar suara-suara banyak orang yang berbicara, yang ingin membunuhnya. Pasien juga mengaku sering mendengar suara-suara bisikan dari tunangannya, dan mengaku banyak lelaki yang menyukainya. Pasien pun berkeyakinan dirinya merupakan titisan Nyi Roro Kidul. Pasien mengalami gangguan tidur dan makan.Pada pemeriksaan status mental pasien, didapatkan mood senang, afek terbatas, terdapat halusinasi auditorik di mana pasien sering mendengar suara tunangannya yang berbicara kepada pasien. Selain itu, didapatkan depersonalisasi berupa pasien merasa wajah dan rambutnya saat ini bukan merupakan wajah dan rambut aslinya. Terdapat waham kebesaran, di mana pasien meyakini dirinya adalah titisan Nyi Roro Kidul, dan erotomania berupa keyakinan pasien disukai oleh banyak pria atas kecantikannya. Pasien merasa dirinya tidak sakit (tilikan 1).VI.EVALUASI MULTI AKSIALAksis IBerdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu sering mengamuk, pola perilaku gelisah, mondar-mandir, mendengar suara, dan keyakinan yang salah pada dirinya. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien dan keluarga serta terdapat hendaya (disability) pada fungsi psikososial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita gangguan jiwa.Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam menilai realita berupa waham dan halusinasi sehingga didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik.Pada pemeriksaan status internus dan neurologik tidak ditemukan adanya kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat disingkirkan dan didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan keserasian mood afektif yang inappropriate, gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik yang terus menerus, serta gangguan isi pikir berupa waham kebesaran dan erotomania dimana perlangsungan gejala-gejala ini berlangsung sudah lebih dari 1 bulan, sehingga memenuhi diagnosis Skizofrenia (ICD-10/PPDGJ III: F 20). Pada pasien ini sangat menonjol halusinasi dan wahamnya, dan tidak didapatkan pembicaraan yang kacau maupun perilaku yang kacau atau katatonik, sehingga berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) maupun menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth EditionText Revision (DSM IV-TR) diagnosis dapat diarahkan pada Skizofrenia Paranoid (ICD-10/PPDGJ III: F 20.0; DSM IV-TR: 295.30).Aksis IIDari informasi yang didapatkan, belum cukup untuk mengarahkan pasien ke salah satu ciri kepribadian. .Aksis IIIDari status internus dan neurologi, sampai saat ini pasien tidak mengalami gangguan organikAksis IVStressor psikososial gangguan saat ini adalah ayah pasien menikah lagi dengan istri keduanya, sedangkan pasien tidak dapat menerima kenyataan tersebut.Aksis VGAF Scale saat ini : 50-41, Gejala berat, disabilitas berat.

VII. DAFTAR MASALAHOrganobiologikTidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi karena terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien memerlukan psikofarmakoterapi.PsikologikDitemukan adanya hendaya berat dalam menilai realitas berupa halusinasi dan waham yang menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan psikoterapi. SosiologikDitemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.

VIII.PROGNOSISFaktor pendukung : Usia pasien masih muda Gambaran klinis adalah simptom positif Ada faktor pencetus yang jelas Adanya dukungan dari keluarga untuk membantu proses kesembuhan pasienFaktor penghambat, berupa : Onset sudah lama (kurang lebih 16 tahun) Adanya riwayat keluarga dengan penyakit yang sama (nenek pasien) Pasien belum menikah Kesulitan pasien meminum obat karena pasien merasa tidak sakitBerdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa prognosis pasien terhadap penyakitnya yaitu dubia (ragu-ragu).

IX.RENCANA TERAPIA. Psikofarmakoterapi : Risperidon 2 mg 2 x 1/2 Diazepam 2mg 1x1 (0-0-1)B.PsikoterapiVentilasi :Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hatinya kepada pemeriksa, terkait masalah yang dialaminya.Suportif :Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien sehingga dapat membantu pasien dalam memahami dan cara menghadapi penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau minum obat secara teratur. Sosioterapi : Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga bisa menerima keadaan pasien dan memberikan dukungan moral serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses penyembuhan dan keteraturan pengobatan.

X.FOLLOW UPMemantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, selain itu menilai efektivitas dan kemungkinan efek samping.

XI. DISKUSISkizofrenia adalah suatu sindrom klinis yang beragam dan berubah-ubah dan sangat mengganggu, sebuah kumpulan gejala psikopatologi yang melibatkan fungsi kognitif, emosi, persepsi, dan aspek perilaku lainnya. Skizofrenia, yang menyerang kurang lebih 1 persen populasi, biasanya bermula di bawah usia 25 tahun, berlangsung seumur hidup, dan mengenai orang dari semua kelas sosial. Meski didiskusikan seolah-olah sebagai suatu penyakit tunggal, skizofrenia mungkin terdiri dari sekumpulan gangguan dengan etiologi yang heterogen dan mencakup pasien dengan presentasi klinis, respons terhadap terapi, dan perjalanan penyakit yang bervariasi. Umumnya ditandai oleh adanya penyimpangan dari pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan adanya afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tidak terganggu, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1,2Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV edisi Text Revision (DSM IV-TR) diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan dengan Kriteria A yaitu ditemukan dua atau lebih gejala karakteristik berupa waham, halusinasi, bicara kacau, perilaku yang sangat kacau atau katatonik, serta gejala negatif, yang masing-masing terjadi dalam porsi waktu yang signifikan selama periode 1 bulan. Subtipe paranoid dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria berikut : 1,3 Preokupasi terhadap satu atau lebih waham, atau halusinasi auditorik yang sering Tidak ada hal berikut yang prominen: bicara kacau, perilaku kacau atau katatonik, atau afek datar atau tidak sesuai.Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III), skizofrenia paranoid dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia, ditambah dengan : 4,5 Halusinasi atau waham harus menonjol, berupa suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal, atau halusinasi penciuman atau pengecapan rasa atau bersifat seksual, halusinasi visual mungkin ada namun jarang menonjol; dan waham dapat berupa hampir setiap jenis tapi waham dikendalikan, dipengaruhi, passivity, atau kejar adalah yang paling khas. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.Pasien saat masuk rumah sakit ditemukan mengalami halusinasi auditorik yaitu mendengar suara tunangannya yang berbicara kepada pasien dan juga suara banyak orang yang ingin membunuhnya dan dialami terus-menerus. Terdapat gangguan isi pikir berupa adanya waham kebesaran berupa pasien yakin dirinya merupakan titisan Nyi Roro Kidul, dan erotomania berupa pasien yakin dirinya sangat cantik dan banyak laki-laki yang mengejarnya. Gejala-gejala ini sudah berlangsung lebih dari satu bulan sehingga diagnosis diarahkan ke skizofrenia paranoid.Pasien diterima di Unit Gawat Darurat Psikiatri dalam keadaan gelisah akibat pengaruh waham dan halusinasinya serta sulit tidur, sehingga diperlukan intervensi cepat dengan pemberian antipsikotik, pasien juga masih berusia 35 tahun, maka dalam hal ini dipilih antipsikotik generasi kedua yang potensial tinggi, namun rendah efek samping, yakni risperidon dalam bentuk oral. Obat antipsikotik generasi kedua (atypical) bekerja dengan memblok reseptor D2 di jalur mesolimbik dopamin pathways sehingga menurunkan hiperaktivitas dopamin, selain itu memblok reseptor serotonin (5-HT2A) terutama di jalur mesokortikal, nigrostriatal, dan tuberoinfundibular, sehingga efektif untuk gejala positif seperti halusinasi dan waham, namun rendah efek samping dalam hal penurunan kognitif, gejala ekstrapiramidal, dan hiperprolaktinemia. Efek primernya (anti-psikotik) baru terlihat dalam 2-4 minggu setelah pemberian pertama kali. Waktu paruhnya antara 10-12 jam. Pasien baru pertama kali berobat, maka dapat diberikan risperidon dosis 2 mg/hari (2 x1/2 tablet), dengan dosis anjuran 2-6 mg/hari. Selain itu, pasien juga mengalami kesulitan tidur, maka dapat diberikan diazepam 2 mg 1x1 pada malam hari, diharapkan efek sedasi timbul dalam waktu 1-2 jam setelah pengobatan.6Medikasi dengan antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia, tetapi intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikan klinis. Penatalaksanaan psikososial umumnya lebih efektif pada saat penderita berada dalam fase kronis. Terapi berorientasi keluarga dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan tentang gangguan yang dialami pasien dan menciptakan suasana yang baik agar dapat mendukung proses pemulihan pasien. 1,5Prognosis pasien ini adalah dubia adinilai dengan melihat faktor-faktor pendukung dan penghambat penyembuhannya. Faktor pendukung berupa : Usia pasien masih muda Gambaran klinis adalah simptom positif Ada faktor pencetus yang jelas Adanya dukungan dari keluarga untuk membantu proses kesembuhan pasienFaktor penghambat, berupa : Adanya riwayat keluarga dengan penyakit yang sama (nenek pasien) Kesulitan pasien meminum obat karena pasien merasa tidak sakit

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJS, Virginia Alcott. Schizophrenia. In: Greb Jea, editor. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.2. Puri B, Laking, PJ., Treasaden, IH. Textbook of Psychiatry. 2 ed: Churchill-Livingstone; 2005.RI, 19933. (APA) APA. Diagnostic and statistical manual of mental disorders, DSM-IV(4th ed., text revision). Washington, DC: American Psychiatric; 2005.4. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika-Atma Jaya Jakarta; 2013. 5. Sylvia D. Elvira, Gitayanti Hadisukanto, Skizofrenia dalam Buku Ajar Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010

6. Maslim, R.Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Ed3. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika-Atma Jaya Jakarta, 2007.

AUTOANAMNESA I (TANGGAL 12 Juni 2015)

Seorang perempuan, wajah sesuai umur, perawakan sedang, kulit sawo matang, rambut hingga leher, baju warna pink, dan celana warna pink perawatan diri cukup, sikap tubuh biasa DM:Selamat pagi Bu,P: Selamat pagiDM:Perkenalkan ibu, saya tri kurniawan, dokter muda yang bertugas di sini, ibu dengan siapa namanya?P:A ADM:Berapa umurnya Ibu AA?P:35 tahun.DM:Tinggal di mana ibu ?P:Saya tinggal di selayarDM: Sama siapa ki tinggal ?P: Dulunya sama ayahku, sekarang sama ibukuDM:Apa pekerjaan ta ibu?P:Tidak bekerja ka, di rumah ja bantu-bantuDM:Pendidikan terakhir ta apa ibu?P:Saya D-1 .DM:Ibu AA, apa ibu tau sekarang ada dimana? Dan siapa yang antar ki kesini?Y:Ini di rumah sakit Dadi toh, rumah sakit jiwa. Ibu ku yang antarka ke sini.DM:Kenapa kira-kira Ibu sampai dibawa sama mama ke rumah sakit? Apa ada sakitnya?Y:saya juga tidak tau dok kenapa saya diantar ke sini. Tidak adaji sakit ku, sehat-sehat ja. Perasaan ku baik-baik jiDM:Apa ibu bikin dirumah? mengamukki?P:Tidak ji dok,DM:Ah, Masa, keluarga ta bilang mengamuk ki bede?P: Satu kaliji dok, itu sebelum saya dibawa kesini, karena dikuncikan ka di kamar, itu ji, pas mauka dibawa ke rumah sakit, dipegang tangan dan kaki ku jadi mengamukkaDM:Kalau yang sebelum-sebelumnya, biasa ki mengamuk?P:Tidak terlalu dok, jarang sekali ji, sehat-sehat ja iniDM:Ooh begitu, seringki dengar-dengar suara-suara padahal tidak ada orang bicara di sekeliling ta?P: Iye dok, biasa, kayak ada suara lagi menelepon dok ditelingakuDM:Suaranya siapa itu kita dengar?P: Suaranya tunangan ku dok, DM:Apa itu bisikannya kita dengar?P:Aiih, rahasia dok, intinya Tanya kabar dan bicara-bicara lain juga, kadang juga tertawa atau sekedar memanggil-manggilDM:Masih sering kita dengar suara itu? Dan kapan biasanya muncul?P: Iya biasa, muncul kapan saja, terutama kalau tidak ada saya kerja dokDM:Di mana mi sekarang tunangan ta?P: Aih pergi mi dok, tidak tau ke mana, waktu dulu mauka menikah, dia tidak dating-datang, dia lupakaDM:Maksudnya ibu? Kenapa tidak datang?P:Dia kan orang sunda, waktu acara pernikahanku tidak datang ki ke siniDM:Ooh kalau kita orang apaki? P: Saya juga orang sunda, campur keturunan Belanda jugaDM:Iiih, kenapa bias orang sunda ki? Na ibuta orang selayar?P:Tidak dok, itu bukan ibu asli ku, ibu asliku orang Sunda, itu mi saya titisannya Nyi Roro Kidul.DM: Wuih, hebatnya itu ibu. Kenapa pade tidak tinggal ki dalam laut? Kenapa adaki di sini?P:Ini saya lagi menyamar ji dok jadi manusia, ini bukan wajah dan rambut asli ku.DM:Ah masa? Tunjukkan bede wajah dan rambut asli ta?P:Tidak bisadi sini dok, harus pi di rumahku di selayar. Takutka juga nanti banyak yang terpesona dengan kecantikan ku.DM:Ooh begitu, kita merasa memang banyak yang sukaki ?P:Iye dok, banyak. Waktu ku SMA, ada dari Manado, ada juga dari Jawa, ada dari cowo dari Singapura, dan ada juga artis korea suka ka.DM:Kenapa bisa kita tau dia sukaki? Dia kejar-kejar ki? P:Pernah dia bilang sama saya, seringka juga ditelpon, padahal adami suami kuDM: Iih, saya kira baru ki tunangan ? kenapa adami suami ta?P:Iya, yang tadi saya cerita itu tunangan ku, kalau suamiku adamiDM:Iih, kenapa keluarga ta bilang belum ki menikah. Di mana pade suami ta sekarang?P:Dia tidak tau itu keluargaku, lagi sekolah kedokteran ki di Jogja, ilmu penyakit dalamDM:Ooh dokter juga ? siapa namanya? Bisa saya hubungi?P:Tidak bisa ki diganggu, jangan mki hubungiDM:Eh, ibu tauki apa artinya ada udang di balik batu?P:Iya, itu maksudnya kalau ada orang lakukan sesuatu kebaikan, ada sesuatu balik itu, ada maunyaDM:Kalau panjang tangan, kita tau apa artinya?P:Itu orang yang suka ambil milik orang lainDM:Hmm iya di..ibu bagaimana perasaan ta sekarang?P:Baik-baik ji dok, santai ja sekarang (sambil tersenyum)DM:Mau jki minum obat kalau dikasih kit oh? Minum ki nah..P:Sebenarnya nda tau kenapa saya minum obat dok, karena baik-baik ji perasaan ku, tidak sakit ja.DM:Ooh begitu, ibu. Iya, saya tensi ki pade dulu ibuDM:Oke ibu, sudah mi dulu di, istirahat mki, P:Iye dokDM:Iya ibu, terima kasihP:Sama-sama dok.

BAGIAN PSIKIATRIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUSSKIZOFRENIA PARANOID

Muhammad FudailC111 11 122

Pembimbing Residen :dr. Balgis

Supervisior:dr.Agus Japari,M.Kes, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR 2015

BAGIAN PSIKIATRIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUSEPISODE DEPRESI BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK

Sri Wahyuni R.C111 11 897

Pembimbing Residen :dr. Balgis

Supervisior:dr.Agus Japari,M.Kes, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR 2015

Skizofrenia Paranoid 34