26

Click here to load reader

Lapres4 Arus Densitas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan pasang surut modul arus densitas tahun 2016.

Citation preview

Page 1: Lapres4 Arus Densitas

I. PENDAHULUANI.1. Latar Belakang

Arus laut merupakan pergerakan massa air laut secara horizontal maupun

vertikal dari satu lokasi ke lokasi lain untuk mencapai kesetimbangan dan

terjadi secara kontinu. Gerakan massa air laut tersebut timbul akibat pengaruh

dari resultan gaya-gaya yang bekerja dan faktor yang mempengaruhinya.

Berdasarkan gaya-gaya yang mempengaruhinya, arus laut terdiri dari : arus

geostropik, arus termohalin, arus pasang surut, arus ekman dan arus bentukan

angin.

Arus densitas merupakan arus karena adanya gradien densitas dalam arah

horizontal. Gradien ini terbentuk oleh variasi salinitas, suhu, atau kandungan

sedimen. Umunya arus gradien terjadi di estuary dimana terdapat fluks air

tawar ke arah laut. Fluks air tawar menyebabkan adanya variasi densitas

dalam arah horizontal yang akan bertambah semakin besar kearah laut.

Pemahaman mengenai arus densitas, penting karena berkaitan dengan profil

salinitas dan temperature pada estuary.

I.2. Tujuan

1. Mahasiswa dapat memahami profil salinitas dan Temperatur terhadap

kedalaman di Estuari

2. Mahasiswa dapat memahami profil distribusi kecepatan arus terhadap

kedalaman di Estuari

I.3. Manfaat

1. Mengetahui profil salinitas dan temperatur pada estuary

2. Mengetahui profil distribusi kecepatan arus pada estuary

Page 2: Lapres4 Arus Densitas

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Arus Densitas

Arus densitas merupakan arus yang timbul akibat adanya gradien densitas

dalam arah horizontal. Gradien densitas horizontal terbentuk oleh variasi salinitas,

suhu atau kandungan sedimen. Arus densitas ini umumnya terjadi didaerah pantai

dan estuari dimana terdapat fluks air tawar ke arah laut. Fluks air tawar ini akan

mengakibatkan adanya variasi atau gradien densitas dalam arah horizontal yang

bertambah besar ke arah laut (Poerbandono,2005).

Gradien densitas horizontal ini mengakibatkan gradien tekanan horizonal

yang akhirnya menimbulkan arus densitas. Didalam arus densitas di estuari terjadi

keseimbangan antara gradien tekanan dan gesekan internal (gesekan viskos),

sementara didalam arus densitas di daerah pantai terjadi keseimbangan antara

gradien tekanan, gesekan internal, dan gaya coriolis atau hanya keseimbangan

antara gradien tekanan dan coriolis (gesekan internal diabaikan)

(Poerbandono,2005).

2.2. Salinitas

Salinitas menurut Nybakken (1992) adalah garam-garam terlarut dalam satu

kilogram air laut dan dinyatakan dalam satuan perseribu. Selanjutnya dinyatakan

bahwa dalam air laut terlarut macam-macam garam terutama NaCl, selain itu

terdapat pula garam-garam magnesium, kalium dan sebagainya (Nontji, 1993).

Salinitas didefinisikan sebagai berat dalam gram dari semua zat padat yang

terlarut dalam 1 kilo gram air laut. Peranan pengukuran salinitas pada air laut atau

manfaatnya adalah dapat digunakan untuk mengetahui percampuran air sungai

dan air laut, percampuran antar air laut. Selain itu dapat juga berguna untuk

mengetahui alisan massa air, studi ekologi laut dan sebagai data dasar menghitung

besaran lainnya (Arief, 1984).

2.3. Temperatur

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur

proses fisiologis dan penyebaran organisme laut (Nybakken, 1992; Tait and

Page 3: Lapres4 Arus Densitas

Dipper 1998). Suhu perairan bervariasi secara horizontal sesuai dengan garis

lintang dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman perairan (Lobban and

Harrison, 1997).

Suhu air permukaan perairan di Indonesia umumnya berkisar antara 28 – 31

0C. Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi seperti curah

hujan, penguapan, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas cahaya

matahari. Oleh karena itu suhu di permukaan biasanya mengikuti pola arus

musiman (Nontji, 1993).

2.4. Distribusi Densitas terhadap Kedalaman

Kedalaman suatu perairan berhubungan erat dengan produktivitas, suhu

vertikal, penetrasi cahaya, densitas, kandungan oksigen, serta unsur hara

(Hutabarat dan Evans, 2008). Secara umum menurut Purwandana (2013), densitas

massa air akan meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman. Dalam

kondisi tidak adanya gangguan, massa air yang memiliki densitas rendah akan

selalu berada di atas massa air yang berdensitas tinggi.

Fluida dikatakan tidak stabil apabila terjadi kecenderungan pergerakan

atau perubahan posisi massa air secara vertikal dari kedudukan awalnya tanpa

kembali lagi ke posisi awalnya. Jika fluida tidak memberikan hambatan

secara berarti terhadap gerakan secara vertikal maka fluida dikatakan tetap netral.

Fluida akan dikatakan stabil jika fluida tersebut memberikan perlawanan gerak

secara vertikal (Pond dan Pickard, 1983 dalam Purwandana, 2013).

2.5. Klasifikasi Estuari Berdasarkan Distribusi Densitas

Perbedaan pada profil hidrologis perairan, seperti dalam pembagian berikut

(Rositasari dan Rahayu, 1994):

1. Profil hidrografis berlapis (Highly stratified).

Profil perairan ini disebabkan karena terdapatnya dominasi aliran sungai

dibandingkan dengan pasang-surut, sebagaimana yang biasa terjadi di muara.

2. Profil hidrografis teraduk sebagian (Partially mixed).

Pada profil seperti ini, input air tawar dan pasang-surut lebih seimbang

pengaruhnya. Media pengadukkan yang bekerja secara dominan pada tipe

Page 4: Lapres4 Arus Densitas

perairan ini adalah efek pasang-surut yang berlangsung secara periodik. Profil

salinitas secara vertikal lebih tergradasi karena terdapatnya pengadukan secara

vertikal yang kemudian membentuk pola pelapisan yang kompleks pada masa air.

3. Profil hidrografis tercampur sempurna (Vertically homogenous estuary).

Tipe estuari ini didominasi oleh efek pasang-surut yang kuat. Air cenderung

teraduk dengan sangat baik mulai dan permukaan hingga dasar perairan.

Kandungan salinitas relatif tinggi, hampir mendekati salinitas air laut. Variasi

utama yang terjadi pada tipe estuari ini lebih banyak terdapat secara horizontal

dan pada secara vertikal. Estuari yang memiliki pasir penghalang (bar-built

estuary) atau estuari yang tidak memiliki sungai besar merupakan contoh dan tipe

perairan

Page 5: Lapres4 Arus Densitas

III. MATERI DAN METODE

3.1 Materi

Hari / tanggal : Rabu, 23 Maret 2016

Waktu : 15.30-17.45 WIB

Tempat : Ruangan B 301 Gedung B Lantai 3. Fakultas Perikanan

dan Ilmu. Kelautan. Universitas Diponegoro.

3.2. Metode

3.2.1. Perhitungan Kecepatan Arus dengan Berbagai Nilai P

1. Sebelum menghitung kecepatan arus Longshore kita melakukan

hitungan awal, antara lain :

a. Panjang Gelombang di laut dalam

Lo = g T 2

2 π

b. Tinggi gelombang pecah

Ωb=H b

H o

Ωb=0,5( Lo

H o)

1 /5

H b=H b

H oH o

c. Kedalaman pantai saat gelombang pecah

Db=H b

0,8

d. Jarak antara pantai ke posisi gelombang pecah

X b=Db

M

2. Kemudian kita menghitung parameter arus Longshore sebagai

berikut :

a. K=H o

Do

b. ζ = 1

1+( 3k2

8)

Page 6: Lapres4 Arus Densitas

c. A= 1

(1−52

ζ P)

d. P1=−34

+( 916

+ 1p )

12

e. P2=−34

−( 916

+ 1p )

12

f. B1=P2−1P1−P2

A

g. B2=P1−1P1−P2

A

h. mCd

=0,58( 325 π

k12 f 2 )B1((1

2 )P1

+ 12

A )3. Kemudian menghitung kecepatan arus Longshore di Breaker

V o=5 π32

k12 mC d

√g Hb sin 2 α

4. Kecepatan arus Longshore di daerah x

x=x xb

V=B1 xP1+ A x Jika0<x<1

V=B1 xP2 Jika 1<x<2

5. Kecepatan arus Longshore di Midsurf Zone berdasarkan rumus :

a. Putman

V=0,58√g H b sin 2 αb

b. Komar dan Ehman

V=0,49√g H b sin 2α b

c. Shore Protection Manual

V=20,7 m√g H bsin 2 α b

3.2.2. Perhitungan Variasi Nilai Sudut Datang Gelombang

1. Menghitung v0 dengan variasi ∝

v0=5 π32 √k m

Cdg Hb sin2 α x ζ 2

2. Mencari nilai v berdasarkan variasi α

Page 7: Lapres4 Arus Densitas

v=V v0

V=B1 xP1+ Ax Jika0<x<1

V=B2 xP2 Jika 1< x<2

3. Kecepatan arus Longshore di Midsurf Zone berdasarkan variasi α

Vm1=0,58√g H b sin 2α b

Vm 2=0,49√g H b sin 2α b

Vm3=20,7m√ g H bsin 2α b

3.2.3. Perhitungan Variasi Nilai Tinggi Gelombang di Laut Dalam

1. Perhitungan dilakukan untuk nilai H0, 0.5H0, dan 2H0. Sebelum

melakukan perhitungan lebih lanjut, ada perhitungan awal sebagai

berikut.

a. H b

H 0

- Pada H 0

H b

H 0=0,5

L0

H0

2

-Pada 0,5 H 0

H b

H 0=0,5

L0

0,5 H 0

2

−Pada2 H0

H b

H 0=0,5

L0

2 H 0

2

`

2. Menghitung nilai H b

H b=H b

H 0H 0

3. Menghitung nilai Db

Db=H b

0,8

4. Menghitung nilai X b

X b=D b

m

Page 8: Lapres4 Arus Densitas

5. Menghitung nilai v0 dengan variasi nilai H 0

v0=5 π32 √k B2 √g Hb sin 2α ζ 2

6. Mengghitung nilai v dalam variasi H 0

v=V v0

V=B1 xP1+ Ax Jika0<x<1

V=B2 xP2 Jika 1< x<2

7. Menghitung kecepatan arus Longshore di Midsurf Zone berdasarkan

variasi H 0

Vm 1=0,58√g H b sin 2α b

Vm2=0,49√g H b sin 2α b

Vm 3=20,7 m√ g H bsin 2 α b

Page 9: Lapres4 Arus Densitas

IV. HASILIV.1. Data Suhu, Salinitas dan Arus pada setiap stasiun

No. Sta Kedalaman Smax Smin Tmax Tamin Vmax Vmin1 0 10 10 19.6 19.6 10 401 2 10 10 19.6 19.6 20 351 4 22 10 17.9 19.5 28 281 6 33 10 16 19.4 30 202 0 10 10 18.9 19 10 402 2 10 10 18.8 18.9 18 352 4 10 10 18.7 18.8 24 302 6 26 34 16.2 16 26 262 8 34 34 15.4 15.9 34 202 10 35 35 15 15.8 40 103 0 10 10 18.6 18.8 10 423 2 10 10 18.6 18.8 15 403 4 16 10 17.6 17.4 20 353 6 22 14 16.4 16 25 253 8 28 18 15.4 14.5 35 203 10 35 21 14.2 14.3 36 213 12 35 25 14.2 14.5 38 263 14 35 28.5 14 14.5 38 283 16 35.2 32.5 14 14.8 40 304 0 15 12 18 18 12 424 2 15 12 18 18 13 414 4 21 12 16 18 20 384 6 28 12 14 18 26 344 8 35 22 14 16 32 304 10 35 32 14 14 40 245 0 26 13 15 17.5 8 355 2 35 13 14.5 17.5 10 305 4 35 13 14.5 17.5 14 225 6 35 20 14.5 16.5 20 105 8 35 27.5 14.5 15.25 20 105 10 35 35 14.5 14 26 05 12 35 35 14.5 14 30 105 14 35 35 14.5 14 36 186 0 32 13 15.5 15.6 42 266 2 33 13 15 15.6 8 486 4 35 22 14.8 14.9 14 406 6 35 29 14.8 14.9 24 307 0 35 13 15.5 15.6 32 227 2 35 24 15 15.6 7 427 4 35 35 14.8 14.9 10 347 6 35 35 14.8 14.9 16 247 8 35 35 15.4 15 24 128 0 13 13 15.7 19.8 30 08 2 18.5 13 15.6 19.7 6 508 4 24 20.5 15.5 18.5 10 448 6 29.5 27.5 15.5 18 15 408 8 35 35 15.4 16 20 308 10 35 35 15.3 15.9 30 308 12 35 35 15.3 15.9 40 209 0 10 11 18 17 20 429 2 22 11 16.6 17 15 409 4 34 11 15.2 17 20 39 6 35 11 14 17 25 2610 0 10 10 18 18 10 4010 2 10 10 18 18 18 3510 4 16 10 16.9 18 24 3010 6 22 10 15.9 17 26 2610 8 28 14 15 16 34 2010 10 34 18 14 15 38 2210 12 34 18 14 15 40 10

Salinitas Suhu Arus

Page 10: Lapres4 Arus Densitas

IV.2. Profil Variasi Temperatur terhadap KedalamanStasiun 1Z Smax Smin tamax tamin

0 10.9 10.9 20.5 20.5-2 10.9 10.9 20.5 20.5-4 22.9 10.9 18.8 20.4-6 33.9 10.9 16.9 20.3

Stasiun-2z smax Smin tmax tmin

0 10.9 10.9 19.8 19.9-2 10.9 10.9 19.7 19.8-4 10.9 10.9 19.6 19.7-6 26.9 34.9 17.1 16.9-8 34.9 34.9 16.3 16.8

-10 35.9 35.9 15.9 16.7

Stasiun-3z Smax Smin tmax tmin

0 10.9 10.9 19.5 19.7-2 10.9 10.9 19.5 19.7-4 16.9 10.9 18.5 18.3-6 22.9 14.9 17.3 16.9-8 28.9 18.9 16.3 15.4

-10 35.9 21.9 15.1 15.2-12 35.9 25.9 15.1 15.4-14 35.9 29.4 14.9 15.4-16 36.1 33.4 14.9 15.7

Stasiun-4z Smax smin tmax tmin

0 15.9 12.9 18.9 18.9-2 15.9 12.9 18.9 18.9-4 21.9 12.9 16.9 18.9-6 28.9 12.9 14.9 18.9-8 35.9 22.9 14.9 16.9

-10 35.9 32.9 14.9 14.9

stasiun-5z Smax Smin Tmax Tmin

0 26.9 13.9 15.9 18.4-2 35.9 13.9 15.4 18.4-4 35.9 13.9 15.4 18.4-6 35.9 20.9 15.4 17.4-8 35.9 28.4 15.4 16.15

-10 35.9 35.9 15.4 14.9-12 35.9 35.9 15.4 14.9-14 35.9 35.9 15.4 14.9

Stasiun- 6z Smax Smin tmax Tmin

0 32.9 13.9 16.4 16.5-2 33.9 13.9 15.9 16.5-4 35.9 22.9 15.7 15.8-6 35.9 29.9 15.7 15.8

Page 11: Lapres4 Arus Densitas

stasiun-7z smax smin tmax tmin

0 35.9 13.9 16.4 16.5-2 35.9 24.9 15.9 16.5-4 35.9 35.9 15.7 15.8-6 35.9 35.9 15.7 15.8-8 35.9 35.9 16.3 15.9

Stasiun-8z smax smin tmax tmin

0 13.9 13.9 16.6 20.7-2 19.4 13.9 16.5 20.6-4 24.9 21.4 16.4 19.4-6 30.4 28.4 16.4 18.9-8 35.9 35.9 16.3 16.9

-10 35.9 35.9 16.2 16.8-12 35.9 35.9 16.2 16.8

Stasiun-9z smax smin tmax tmin

0 10.9 11.9 18.9 17.9-2 22.9 11.9 17.5 17.9-4 34.9 11.9 16.1 17.9-6 35.9 11.9 14.9 17.9

Stasiun - 10z smax smin tmax tmin

0 10.9 10.9 18.9 18.9-2 10.9 10.9 18.9 18.9-4 16.9 10.9 17.8 18.9-6 22.9 10.9 16.8 17.9-8 28.9 14.9 15.9 16.9

-10 34.9 18.9 14.9 15.9-12 34.9 18.9 14.9 15.9

IV.3. Profil Variasi Salinitas terhadap Kedalaman

Stasiun 1Z Smax Smin tamax tamin

0 10.9 10.9 20.5 20.5-2 10.9 10.9 20.5 20.5-4 22.9 10.9 18.8 20.4-6 33.9 10.9 16.9 20.3

Stasiun-2z smax Smin tmax tmin

0 10.9 10.9 19.8 19.9-2 10.9 10.9 19.7 19.8-4 10.9 10.9 19.6 19.7-6 26.9 34.9 17.1 16.9-8 34.9 34.9 16.3 16.8

-10 35.9 35.9 15.9 16.7

Page 12: Lapres4 Arus Densitas

Stasiun-3z Smax Smin tmax tmin

0 10.9 10.9 19.5 19.7-2 10.9 10.9 19.5 19.7-4 16.9 10.9 18.5 18.3-6 22.9 14.9 17.3 16.9-8 28.9 18.9 16.3 15.4

-10 35.9 21.9 15.1 15.2-12 35.9 25.9 15.1 15.4-14 35.9 29.4 14.9 15.4-16 36.1 33.4 14.9 15.7

Stasiun-4z Smax smin tmax tmin

0 15.9 12.9 18.9 18.9-2 15.9 12.9 18.9 18.9-4 21.9 12.9 16.9 18.9-6 28.9 12.9 14.9 18.9-8 35.9 22.9 14.9 16.9

-10 35.9 32.9 14.9 14.9

stasiun-5z Smax Smin Tmax Tmin

0 26.9 13.9 15.9 18.4-2 35.9 13.9 15.4 18.4-4 35.9 13.9 15.4 18.4-6 35.9 20.9 15.4 17.4-8 35.9 28.4 15.4 16.15

-10 35.9 35.9 15.4 14.9-12 35.9 35.9 15.4 14.9-14 35.9 35.9 15.4 14.9

Stasiun- 6z Smax Smin tmax Tmin

0 32.9 13.9 16.4 16.5-2 33.9 13.9 15.9 16.5-4 35.9 22.9 15.7 15.8-6 35.9 29.9 15.7 15.8

stasiun-7z smax smin tmax tmin

0 35.9 13.9 16.4 16.5-2 35.9 24.9 15.9 16.5-4 35.9 35.9 15.7 15.8-6 35.9 35.9 15.7 15.8-8 35.9 35.9 16.3 15.9

Page 13: Lapres4 Arus Densitas

Stasiun-8z smax smin tmax tmin

0 13.9 13.9 16.6 20.7-2 19.4 13.9 16.5 20.6-4 24.9 21.4 16.4 19.4-6 30.4 28.4 16.4 18.9-8 35.9 35.9 16.3 16.9

-10 35.9 35.9 16.2 16.8-12 35.9 35.9 16.2 16.8

Stasiun-9z smax smin tmax tmin

0 10.9 11.9 18.9 17.9-2 22.9 11.9 17.5 17.9-4 34.9 11.9 16.1 17.9-6 35.9 11.9 14.9 17.9

Stasiun - 10z smax smin tmax tmin

0 10.9 10.9 18.9 18.9-2 10.9 10.9 18.9 18.9-4 16.9 10.9 17.8 18.9-6 22.9 10.9 16.8 17.9-8 28.9 14.9 15.9 16.9

-10 34.9 18.9 14.9 15.9-12 34.9 18.9 14.9 15.9

Page 14: Lapres4 Arus Densitas

IV.4. Profil Kecepatan Arus Total terhadap Kedalaman

Page 15: Lapres4 Arus Densitas

no sta kedalaman tamax tamin Vt1 0 20.5 20.5 301 2 20.5 20.5 151 4 18.8 20.4 01 6 16.9 20.3 -102 0 19.8 19.9 302 2 19.7 19.8 172 4 19.6 19.7 62 6 17.1 16.9 02 8 16.3 16.8 -142 10 15.9 16.7 -303 0 19.5 19.7 323 2 19.5 19.7 253 4 18.5 18.3 153 6 17.3 16.9 03 8 16.3 15.4 -153 10 15.1 15.2 -153 12 15.1 15.4 -123 14 14.9 15.4 -103 16 14.9 15.7 -104 0 18.9 18.9 304 2 18.9 18.9 284 4 16.9 18.9 184 6 14.9 18.9 84 8 14.9 16.9 -24 10 14.9 14.9 -165 0 15.9 18.4 275 2 15.4 18.4 205 4 15.4 18.4 85 6 15.4 17.4 -105 8 15.4 16.15 -105 10 15.4 14.9 -265 12 15.4 14.9 -205 14 15.4 14.9 -186 0 16.4 16.5 -166 2 15.9 16.5 406 4 15.7 15.8 266 6 15.7 15.8 67 0 16.4 16.5 -107 2 15.9 16.5 357 4 15.7 15.8 247 6 15.7 15.8 87 8 16.3 15.9 -128 0 16.6 20.7 -308 2 16.5 20.6 448 4 16.4 19.4 348 6 16.4 18.9 258 8 16.3 16.9 108 10 16.2 16.8 08 12 16.2 16.8 -209 0 18.9 17.9 229 2 17.5 17.9 259 4 16.1 17.9 -179 6 14.9 17.9 110 0 18.9 18.9 3010 2 18.9 18.9 1710 4 17.8 18.9 610 6 16.8 17.9 010 8 15.9 16.9 -1410 10 14.9 15.9 -1610 12 14.9 15.9 -30

arus

Page 16: Lapres4 Arus Densitas
Page 17: Lapres4 Arus Densitas

IV.5. Grafik Temperatur terhadap Kedalaman untuk Tmax pada Berbagai

Stasiun

Page 18: Lapres4 Arus Densitas

V. PEMBAHASAN5.1. Pengaruh arus densitas di daerah dekat sungai

Arus densitas pada area dekat sungai diakibatkan oleh debit sungai yang

terbentuk di wilayah estuari. Pada wilayah ini, terjadi pengenceran air laut

oleh air sungai. Aliran air dari hulu sungai membentuk gradien densitas

secara horizontal yang bertambah besar seiring dengan arah menuju laut.

Dengan adanya gradien ini terjadi sirkulasi di estuari dimana air tawar

mengalir di bagian atas dan dan air asin mengalir di bagian bawah.

Berdasarkan grafik salinitas terhadap kedalaman, pada daerah dekat sungai,

gradien salinitas semakin dalam semakin tajam hingga pada kedalaman

tertentu.

5.2. Pengaruh arus densitas di tengah estuari

Arus densitas yang terjadi di estuari terjadi karena adanya gradien salinitas

yang besar karena adanya pertemuan air tawar dari sungai dan air asin dari

laut. Percampuran tersebut mengakibatkan terbentuknya gradien tekanan

secara horizontal sehingga terbentuk arus densitas. Gradien salinitas ini

menimbulkan sirkulasi estuari dimana air tawar yang berasal dari sungai

bergerak di lapisan permukaan dan air asin dari laut bergerak di lapisan

dalam.

5.3. Pengaruh arus densitas di daerah dekat laut

Pada perairan dekat pantai, densitas dapat lebih besar karena suhu air di

perairan pantai lebih rendah daripada di daerah dekat laut. Muka air di dekat

pantai lebih rendah daripada di dekat laut. Karena kondisi tersebut, terbentuk

slope muka air ke arah pantai. Dengan adanya keseimbangan gradien tekanan,

terbentuk arus yang sejajar garis pantai. Ketika gradien tekanan terganggu,

maka terjadi gerakan massa air yang hangat dan ringan dari daerah dekat laut

menuju pantai.

Page 19: Lapres4 Arus Densitas

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Profil salinitas dan temperatur terhadap kedalaman di daerah estuari adalah

temperatur akan berkurang dengan semakin dalam perairan dan salinitas

akan meningkat. Sedangkan salinita pada daerah estuari akan semakin

bertambah karena dekat dengan laut.

2. Profil distribusi kecepatan arus terhadap kedalaman di estuari pada daerah

yang dekat dengan sungai dimana densitas akan berbeda jauh dengan

daerah di laut maka arus densitasnya akan lebih besar dibanding yang

dekat dengan laut maupun yang berada di tengah estuari.

6.2 Saran

1. Diharapkan untuk kedepannya laporan 2 modul jangan dijadikan 1 waktu

pengumpulan sangat memberatkan praktikan dan praktikan juga butuh

istirahat.

2. Semoga kedepannya rumus yang diberikan sudah benar dan tidak diubah-

ubah lagi.

Page 20: Lapres4 Arus Densitas

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Dharma. 1984. Pengukuran Salinitas Air Laut dan Peranannya dalam Ilmu

Kelautan. Oseana. Volume IX(1). LIPI. Jakarta.

Hutabarat, S dan S.M. Evans. 2008. Pengantar Oseanografi. Universitas

Indonesia Press. Jakarta.

Lobban, C.S. and P.J. Harrison. 1997. Seaweed Ecology and Physiology.

Cambridge University Press. Cambridge.

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. Nybakken, J.W.

1992. Biologi Laut,Sesuatu Pendekatan Ekologis. Penerbit PT. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

Poerbandono dan E. Djunasjah. 2005. Survei Hidrogafi. Refika Aditama.

Bandung.

Purwandana, Adi. 2013. Kajian Percampuran Vertikal Massa Air dan Manfaatya.

Oseana, XXXVIII(3): 09 – 22.

Rositasari, Ricky dan Rahayu, Sri Kusdi. 1994. Sifat- sifat Estuari dan

Pengelolaannya. Oseana, Volume XIX, Nomor 3 : 21-31. ISSN 0216-1877.