Upload
thiaftrn
View
712
Download
102
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Teknologi Sediaan Farmasi Liquida Dan Semi-solida - Emulsi oleh Tia Fitriani Kusuma POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA
“Sediaan Emulsi Minyak Jarak 30%”
Dosen Pembimbing:
Patihul Husni, M.Si., Apt.
Disusun oleh:
Tia Fitriani Kusuma
P17335114008
Kelompok 1
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
JURUSAN D-III FARMASI
2015
Sediaan Emulsi Minyak Jarak 30%
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan formula yang tepat dalam pembuatan Emulsi Minyak Jarak 30%
2. Mampu mengidentifikasi permasalahan pada pembuatan Emulsi Minyak
Jarak 30% dan menemukan penyelesaiannya.
3. Mampu mengevaluasi sediaan Emulsi Minyak Jarak 30%.
II. LATAR BELAKANG
Sumber obat dapat berasal dari sumber tanaman atau hewan, produk
samping pertumbuhan mikroba, sintesis kimia, modifikasi molekular, atau secara
bioteknologi. Substansi obat jarang diberikan secara tersendiri dalam
bentuk/keadaan murni, tetapi biasanya diberikan sebagai bagian dari formulasi.
Obat dikombinasikan dengan satu atau lebih agen non obat yang memiliki fungsi
yang bermacam-macam dengan fungsi farmasetik sebagai fungsi khusus.
Pemilihan agen non obat secara selektif dikenal sebagai pharmaceutical
ingredients atau eksipien untuk menghasilkan berbagai bentuk sendiaan (dosage
form) dengan berbagai tipe dan bentuk (Agoes, 2012).
Komponen tambahan dalam formulasi sediaan memiliki aneka fungsi,
seperti pensolubilisasi, penemulsi, pengental, pengencer, pengemulsi, penstabil,
pewarna, dan peningkat cita rasa (flavour) untuk menigkatkan tampilan agat obat
menjadi bentuk sediaan yang bermanfaat (effecacious). Setiap tipe bentuk sediaan
bersifat unik ditinjau dari karakteristik fisika dan farmasetik.Dalam pengertian
farmasi, larutan adalah sediaan cair (likuida) yang mengandung sau atau lebih
bahan kimia yang melarut dalam suatu pelarut yang sesuai atau campuran dari
sistem pelarut yang tercampur (mutually miscible). Karena sediaan farmasi
berbentuk larutan untuk penggunaan oral, otik (telinga), oftalmik (mata), atau
topikal (Agoes, 2012).
Zat aktif yaitu Oleum Ricini merupakan minyak yang praktis tidak
bercampur dengan air (Rowe,dkk., 2009). Sehingga sediaan dibuat emulsi. Oleum
Ricini dan air memisah karena adanya perbedaan tegangan permukaan antara
permukaan air dan minyak, sehingga dibutuhkan suatu agen pengemulsi yang
menurunkan tegangan permukaan antara minyak dan air. Digunakan emulgator
surfaktan non-ionik (Tween 80 dan Span 80) sebagai penurun tegangan
permukaan antara minyak dan air. Tipe emulsi minyak dalam air lebih dinginkan
karena dapat meningkatkan akseptabilitas pasien, sehingga sediaan dibuat emulsi
dengan tipe minyak dalam air dengan komposisi minyak 30% sehingga air lebih
mendominan dan terbentuk emulsi minyak dalam air. Umumnya minyak
memiliki rasa yang tidak menyenangkan yang dapat menurunkan akseptabilitas
pasien sehingga perlu ditambahkan pemanis untuk menutupi rasa dari Oleum
Ricini dan akseptabilitas pasien meningkat. Sediaan disimpan dalam wadah
multiple doses sehingga sangat rentan terkontaminasi oleh mikroorganisme dalam
sediaan juga mengandung sukrosa sebagai pemanis yang menjadi nutrisi bagi
mikroorganisme. Sediaan juga mengandung air sebagai fasa luar yang merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme sediaan ditambahkan pengawet yang sesuai.
Emulgator yang digunakan yaitu Tween 80 dan Span 80, merupakan
emulgator golongan surfaktan non-ionik. Sedangkan, metilparaben dan
propilparaben akan aktifitas antimikroba akan menurun dengan adanya surfaktan
non-ionik, hal ini dapat dicegah dengan melarutakn metilparaben dan
propilparaben dalam propilenglikol (Rowe, dkk., 2009). Sehingga propilenglikol
ditambahkan sebagai pelarut metilparaben dan propilparaben. Emulsi merpakan
sediaan yang mengandung minyak dan air, minyak umumnya mudah teroksidasi
dan terurai, hasil oksidasi minyak ini memliki bau yang tidak menyenangkan dan
memungkinkan stabilitas minyak terganggu, sehingga ditambahkan suatu
antioksidan yaitu BHT. Oleum Ricini harus dikemas dalam wadah terlindung
dari cahaya (Rowe, dkk., 2009)., sehingga kemasan primer digunakan botol
terlindung cahaya. Sediaan emulsi Oleum Ricini kali ini diperuntukan untuk
anak-anak sehingga perlu ditambahkan pengaroma agar aroma minyak tertutupi
dan menarik bagi anak-anak.
Fasa luar yang digunakan pada sediaan emulsi Oleum Ricini adalah
Aquadest, dalam pembuatan digunakan Aquadest bebas CO2 untuk menghindari
perubahan pH yang diakibatkan oleh ion CO2-. Dalam pembuatan sediaan sediaan
berbagai kemungkinan dapat terjadi seperti, menguapnya Aquadest saat
pemanasan atau beberapa yang terjatuh saat pembuatan sehingga dapat
mengurangi volume keseluruhan sediaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut
volume total pembuatan ditambahkan sebanyak 10%. Tiap botol dari emulsi
Oleum Ricini volumenya dilebihkan sebanyak 3 % untuk terpenuhinya syarat
volume terpindahkan yang tidak satupun volume sediaan yang kurang dari 95%
(95 ml) dan volume rata-rata tidak kurang dari 100% (100 ml) dari volume yang
tertera pada etiket.
III. TINJAUAN PUSTAKA
1. Oleum Ricini
Zat Aktif Oleum Ricini (Minyak Jarak)
Struktur Tidak ditemukan dalam pustaka (FI V, Martindale, HOPE,
USP, BP, JP)
Rumus
molekul
Tidak ditemukan dalam pustaka (FI V, Martindale, HOPE,
USP, BP, JP)
Titik lebur Tidak ditemukan dalam pustaka (FI V, Martindale, HOPE,
USP, BP, JP)
Pemerian Cairan kental, transparan, kuning pucat atau hampir tidak
berwarna; bau lemah, bebas dari bau asing dan tengik; rasa
khas. (FI V, hlm. 868)
Kelarutan Larut dalam etanol; dapat bercampur dengan etanol mutlak,
dengan asam asetat glasial, dengan kloroform dan dengan eter.
(FI V, hlm. 868)
Dapat bercampur dengan kloroform, dietil eter, etanol,asam
asetat glacial, dan methanol. Mudah larut dalam etanol 95%
dan petroleum eter. Praktis tidak larut dalam air, praktis tidak
larut dalam minyak mineral kecuali dicampur dengan minyak
nabati. (HOPE 6th ed., p. 127)
Stabilita Minyak jarak stabil dan tidak menjadi tengik kecuali
mengalami panas yang berlebihan. Pada pemanasan dengan
suhu 300oC selama beberapa jam, minyak jarak terpolimerisasi
dan menjadi larut dalam minyak mineral. Ketika didinginkan
sampai 0oC menjadi lebih kental. (HOPE 6th ed., p. 127)
Inkompabilitas Minyak jarak tidak stabil dengan zat pengoksidasi kuat.
(HOPE 6th ed., p.127)
Keterangan
lain
Sinonim : EmCon CO; Lipovol CO; oleum ricini; ricini oleum
virginale; ricinoleum; ricinus communis; ricinus oil;
tangantangan. (HOPE 6th ed., p.126)
Penyimpanan Wadah kedap udara, terlindung cahaya. Simpan pada suhu
tidak lebih dari 25oC. (HOPE 6th ed., p.127)
Kadar
penggunaan
30 %
2. Sukrosa
Zat Sukrosa / Sirupus Simpleks
Sinonim Gula bit; tebu, aD-glucopyranosyl-bD-fructofuranoside; gula
halus; sakarosa; saccharum; gula pasir.(HOPE 6th ed, p. 703)
Struktur
(HOPE 6th ed, p. 703)
Rumus
molekul
C12H22O11(HOPE 6th ed, p. 703)
Titik lebur 160–186oC (dengan dekomposisi) (HOPE 6th ed, p. 704)
Pemerian Gula yang diperoleh dari Tebu (Saccharum officinarum Linnè
(Fam. Graminae)), bit (Beta vulgaris Linnè (Fam.
Chenopodiaceae)) dan sumber lainnya. Tidak mengandung zat
tambahan. Sukrosa merupakan kristal yang tidak berwarna,
massa kristal atau blok, bubuk kristal putih, tidak berbau dan
memiliki rasa manis.(HOPE 6th ed, p. 704)
Kelarutan Dalam air suhu 1000C 1:0,2, suhu 200C 1:0,5. Dalam propan-2-
ol suhu 200C 1:400. Dalam etanol (95%) suhu 200C 1:170,
etanol suhu 200C 1:400. Praktis tidak larut dalam Kloroform.
(HOPE 6th ed, p. 704)
Stabilita Sukrosa stabil pada suhu kamar dan pada kelembaban yang
rendah. Sukrosa akan menyerap sampai 1% kelebaban yang
akan melepaskan panas pada suhu 900C. Sukrosa akan menjadi
karamel pada suhu 1600C. Larutan sukrosa encer cenderung
mudah terfermentasi oleh mikroorganisme, tahan
terdekomposisi dalam konstentrasi yang lebih tinggi. (HOPE
6th ed, p. 704)
Inkompabilitas Bubuk sukrosa dapat terkontaminasi oleh logam berat yang
akan berpengaruh terhadap zat aktif, seperti asam askorbat.
Sukrosa juga dapat terkontaminasi oleh sulfit dari proses
pemurnian. Dalam kandungan sulfit yang tinggi, terjadi
perubahan warna dan dapat terjadi pada tablet salut
gula.karena warna-warna tertentu yang digunakan dalam
sugarcoating batas maksimum untuk konten sulfit , dihitung
sebagai sulfur , adalah 1 ppm . Di hadapan encer atau asam
pekat , sukrosa adalah dihidrolisis atau terbalik untuk
dekstrosa dan fruktosa (gula invert). Sukrosa dapat bereaksi
dengan tutup aluminium. (HOPE 6th ed, p.706)
Keterangan
lain
Kegunaan: Pemanis (HOPE 6th ed, p. 703)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk dan kering. (HOPE
6th ed, p. 706)
Kadar
penggunaan
Formulasi sirup oral 67%
Pemanis 67%
Pengikat tablet (Granulasi Kering) 2–20 %
Pengikat tablet (Granulasi Basah) 50–67%
Salut tablet (Sirup) 50–67% (HOPE 6th ed, p.704)
3. Tween 80
Zat Polyoxyethilen Sorbitan Fatty Acid Ester (HOPE 6th Ed., p
550).
Sinonim Tween 80, polysorbate 80 (HOPE 6th Ed., p 550).
Struktur
(HOPE 6th Ed., p 550).
Rumus molekul C64H124O26 (HOPE 6th Ed., p 550).
Titik lebur 149°C (HOPE 6th Ed., p 550).
Pemerian Cairan berminyak, warna kuning, bau khas dan hangat, rasa
agak pahit (HOPE 6th Ed., p 550).
Kelarutan Larut dalam air dan etanol, tidak larut dalam minyak (HOPE
6th Ed., p 550).
Stabilitas Polisorbat stabil untuk elektrolit dan asam lemah dan basa
saponifikasi bertahap terjadi dengan asam kuat dan basa.
Ester asam oleat sensitive terhadap oksidasi. Polisorbat yang
higroskopis harus diperiksa untuk kadar air sebelum
digunakan dan dikeringkan jika diperlukan. Juga sama
dengan surfaktan polioksietilena lainnya, oenyimpanan lama
dapat menyebabkan pembentukkan peroksida (HOPE 6th Ed.,
p 550).
Inkompatibilitas Perubahan warna dan atau penggelapan terjadi dengan
berbagai zat, khususnya fenol, tannin, ter dan bahan tarlike.
Aktivitas antimikroba paraben berkurang dengan kehadiran
polisorbat (HOPE 6th Ed., p 550).
Keterangan lain Digunakan sebagai emulsifying agent/ emulgator (HOPE 6th
Ed., p 550).
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup baik, pada suhu sejuk, tepat
kering, terlindung dari cahaya (HOPE 6th Ed., p 550).
Kadar
penggunaan
1-15% sebagai emulgator tipe m/a (HOPE 6th Ed., p 550).
1,728 % dalam sediaan.
4. Span 80
Zat Sorbitan Fatty Acid Ester 80 (HOPE 6th Ed., p 676).
Sinonim Sorbitan Monooleat, Span 80 (HOPE 6th Ed., p 676).
Struktur
(HOPE 6th Ed., p 676).
Rumus molekul C24H44O6 (HOPE 6th Ed., p 676).
Titik lebur -
Pemerian Cairan kental, krim atau padatan berwarna kuning dengan
baud an rasa yang khas (HOPE 6th Ed., p 676).
Kelarutan Umunya larut atau terdispersi dalam minyak, larut dalma
sebagian besar pelarut organic, dalam air umumnya
terdispersi meskipun tidak larut (HOPE 6th Ed., p 676).
Stabilitas Pembentukkan sabun bertahap terjadi dengan asam kuat
atau basa. Sorbitan ester stabil dalam asam lemah atau
basa (HOPE 6th Ed., p 676).
Inkompatibilitas (HOPE 6th Ed., p 676).
Keterangan lain Digunakan sebagai emulsifying agent/ emulgator (HOPE
6th Ed., p 676).
Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup bail, pada suhu sejuk dan
tempat kering (HOPE 6th Ed., p 676).
Kadar penggunaan 1-10% sebagai emulgator tipe m/a (HOPE 6th Ed., p 676).
Dalam sediaan digunakan 3,272%
5. Natrium CMC
Zat Carboxymethylcellulose Sodium (HOPE 6th Ed., p.118 -
121)
Sinonim Akucell; Aqualon CMC; Aquasorb; Blanose; Carbose D;
carmellosum natricum; Cel-O-Brandt; cellulose gum;
Cethylose; CMC sodium; Carboxymethylcellulose
Sodium E466; Finnfix; Glykocellan; Nymcel ZSB;
SCMC; sodium carboxymethylcellulose; sodium
cellulose glycolate; Sunrose; Tylose CB; Tylose MGA;
Walocel C; Xylo-Mucine. (HOPE 6th Ed., p.118)
Struktur
(HOPE 6th Ed., p.118 - 121)
Rumus molekul C8H16NaO8 (cas.chemnet.com)
Titik lebur 300℃ (cas.chemnet.com)
Pemerian Berwarna putih atau hampir putih, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa, granul sebuk. Higroskopik setelah
pengeringan. (HOPE 6th Ed., p.118 - 121)
Kelarutan Praktis larut dalam aseton, etanol (95%), eter dan toluena.
(HOPE 6th Ed., p.118 - 121)
Stabilitas Carboxymethylcellulose Sodium stabil meskipun material
higroskopik. Dibawah kondisi kelmbapan yang tinggi
dapat menyerap air dalam jumlah besar (>50%). Larutan
stabil pada pH 2-10, endapan dapat terjadi pada pH
dibawah 2 dan kekentalan larutan menurun dengan cepat
di atas pH 10. Umumnya, larutan menunjukan kekentalan
maksimum dan stabil pada pH 7-9. (HOPE 6th Ed., p.118 -
121)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan
garam besi dan beberapa metal lainnya, seperti
alumunium, merkuri, dan zink. Inkompatibel juga dengan
xanthan gum. Endapan dapat terjadi pada pH <2, dan juga
ketika diaduk dengan etanol (95%0. CMC sodium
membentuk coacervative kompleks dengan gelatin dan
pectin. Juga membentuk kompleks dengan kolagen dan
mampu mengendapkan protein tertentu yang bermuatan
positif. (HOPE 6th Ed., p.118 - 121)
Kegunaan Kegunaan sebagai coating agent, stabilizing agent,
penemulsi, disintegran tablet dan kapsul, bahan pengikat
tablet, pengental, menyerap air (HOPE 6th Ed., p.118 -
121)
Penyimpanan Bahan berjumlah banyak harus disimpan dalam wadah
tertutup, ditempat yang sejuk dankering. (HOPE 6th Ed.,
p.118 - 121)
Kadar penggunaan Emulsifying agent 0.25–1.0 (HOPE 6th Ed., p.118 - 121)
Dalam sediaan digunakan 1%
6. Metilparaben
Zat Metilparaben
Sinonim Aseptoform M, CoSept M, 4-hydroxybenzoic acid methyl ester, metagin. (HOPE 6th ed., p. 441)
Struktur
(HOPE 6th ed., p. 441)
Rumus molekul
C8H8O3 , BM 152,15 (HOPE 6th ed., p. 441 )
Titik lebur 125 - 1280C. (HOPE 6th ed., p. 443)
Pemerian Berbentuk kristal, berwarna putih, tidak berbau, memiliki
sedikit rasa terbakar. (HOPE 6th ed., p. 442)
Kelarutan Dalam etanol (25 oC) 1 : 2
Dalam etanol 95 % (25 oC) 1 : 3
Dalam etanol 50 % (25 oC) 1 : 6
Dalam ether 1 : 10
Dalam gliserin 1 : 60
Dalam minyak mineral praktis tidak larut
Dalam minyak kacang 1 : 200
Dalam propilenglikol 1 : 5
Dalam air (25 oC) 1 ; 400
Dalam air (50 oC) 1 : 50
Dalam air (80 oC) 1 : 30
(HOPE 6th ed., p. 443)
Stabilitas Larut dalam air, disterilisasi oleh autoklaf pada suhu 120 oC
selama 20 menit, tanpa dekomposisi, larut pada air stabil
pada pH 3-6, larut air pada pH 8 hidrolisis cepat. (HOPE 6th
ed., p. 443)
Inkompabilitas Aktivitas antimikroba dari Metilparaben berkurang dengan
adanya surfaktan non ionik seperti polisorbat 80.
Propilenglikol terbukti mempotensiasi aktivitas mikroba dari
paraben di surfaktan non ionik dan mencegah interaksi antara
metilparaben dan polisorbat 80. Tidak kompatibel dengan
bentonit, magnesium trisilikat, sorbitol dan atropin.
Metilparaben berubah warna dengan adanya besi dan pada
hidrolisis oleh alkali lemah dan asam kuat. (HOPE 6th 2009
hal 443)
Keterangan lain
Kegunaan: Pengawet anti mikroba (HOPE 6th ed., p. 441)
Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan kering.
(HOPE 6th ed., p. 443)
Kadar penggunaan
Pemakaian larutan oral dan emulsi adalah 0,015 - 0,2 %
(HOPE 6th ed., p. 444)
7. Propilparaben
Zat Propil Paraben
Sinonim Aseptoform P,CoSept P, 4-hydroxybenzoic acid propyl ester,
Nipagin P,Nipasol M, propagin, Propyl Aseptoform.
(HOPE 6th ed., p. 596)Struktur
(HOPE 6th ed., p. 596)
Rumus molekul
C10H12O3 , BM 180,20 (HOPE 6th ed., p. 596)
Titik lebur 0C.
(HOPE 6th ed., p. )
Pemerian Berbentuk kristal, berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa.
(HOPE 6th ed., p. 596)
Kelarutan Dalam aceton (20 oC) larut
Dalam etanol 95 % (20 oC) 1 : 1,1
Dalam etanol 50 % (20 oC) 1 : 5,6
Dalam ether (20 oC) larut
Dalam gliserin (20 oC) 1 : 250
Dalam mineral oil (20 oC) 1 : 3330
Dalam peanut oil (20 oC) 1 : 70
Dalam propilenglikol (20 oC) 1 : 3,9
Dalam propilenglikol 50 % (20 oC) 1 : 110
Dalam air (20 oC) 1 : 2500
Dalam air (15 oC) 1 : 4350
Dalam air (80 oC) 1 : 225
(HOPE 6th ed., p. 597)
Stabilitas Propilparaben pada pH 3 – 6 dapat disterilisasi oleh autoklaf.
Pada pH 3 – 6 stabil (kurang dari 10 % dekomposisi),
hidrolisis cepat pada pH 8. (HOPE 6th ed., p. 597)
Inkompabilitas Aktivitas antimikroba berkurang karena adanya surfaktan
non ionik. Magnesium alumunium silikat, magnesium
trisilikat, oksida besi menyerap propilparaben sehingga
mengurangi efektivitas pengawet. Propilparaben berubah
warna dengan adanya besi dan dihidrolisis oleh alkali lemah
dan asam kuat. (HOPE 6th ed., p. 597)
Keterangan lain
Kegunaan: Pengawet antimikroba. (HOPE 6th ed., p. 596)
Penyimpanan Disimpan dalam suhu kamar. (HOPE 6th ed., p. 597)
Kadar penggunaan
Pemakaian larutan oral dan emulsi adalah 0,01 – 0,02 %.
(HOPE 6th ed., p. 596)
8. Propilenglikol
Zat Propylengycol
Sinonim 1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol; methyl
ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol;
propylenglycolum.(HOPE 6th , p. 592)
Struktur
( HOPE 6th , p. 592)
Rumus
molekul
H2O (HOPE 6th Ed, hal 766)
Titik lebur -590 C (HOPE 6th, p. 592)
Pemerian Jernih, tidak berwarna kental, praktis tidak berbau, rasa sedikit
tajam menyerupai gliserin. (HOPE 6th , p. 592)
Kelarutan Larut dalam aseton, kloroform, dan etanol (95%), gliserin dan
air, larut dalam 1:6 bagian eter, tidak larut dengan minyak atau
mineral, akan larut dalam beberapa minyak esensial (HOPE 6 th, p. 592)
Stabilitas Stabil saat dicampur dengan etanol (95%), gliserin,
higroskopis, terlindung dari cahaya (HOPE 6 th , p. 592)
Inkompabilit
as
Tidak kompatibel dengan reagen oksidator seperti Kalium
Permanganat. (HOPE 6 th , p. 593)
Keterangan
lain
Kegunaan: Anti-caplocking agent.(HOPE 6th, p. 592)
Penyimpanan Simpan dalam wadah terutup, di tempat dingin dan bila
terbuka cenderung teroksidasi. (HOPE 6th, p.593)
Kadar
penggunaan
10-25% sebagai kosolven dalam sediaan oral. (HOPE 6 th , p.
592)
9. Butylated Hydroxytoluene (BHT)
Zat Butylated Hydroxytoluene (BHT)
Sinonim Agidol; BHT; 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol;
butylhydroxytoluene; butylhydroxytoluenum; Dalpac;
dibutylated hydroxytoluene; 2,6-di-tert-butyl-p-cresol; 3,5-di-
tert-butyl-4-hydroxytoluene; E321; Embanox BHT; Impruvol;
Ionol CP; Nipanox BHT; OHS28890; Sustane; Tenox BHT;
Topanol; Vianol (HOPE 6th ed, p.75).
Struktur
(HOPE 6th ed, p.75).
Rumus
molekul
C15H24O (HOPE 6th ed, p. 75)
Titik lebur 700 C(HOPE 6th ed, p. 76)
Pemerian Kristal padat putih atau kuning pucat dengan bau khas fenol
yang lemah (HOPE 6th ed, p. 75).
Kelarutan Tidak larut dalam air dan dalam propilenglikol; mudah larut
dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter (FI V,hlm. 259)
Stabilitas Paparan cahaya, kelembaban dan panas menyebabkan
perubahan warna dan hilangnya aktivitas. Disimpan di wadah
tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan
kering. (HOPE 6th ed, p. 76)
Inkompabilit
as
BHT mengalami reaksi karakteristik fenol. Tidak kompatibel
dengan oksidator kuat seperti peroksida dan permanganat.
Kontak dengan oksidator dapat menyebabkan pembakaran
spontan. Garam besi menyebabkan perubahan warna dengan
hilangnya aktivitas. Pemanasan dengan sejumlah katalis asam
menyebabkan dekomposisi yang cepat dengan pelepasan gas
isobutena yang mudah terbakar. (HOPE 6th ed, p. 77)
Keterangan
lain
Kegunaan: Antioksidan (HOPE 6th ed, p. 75)
Penyimpanan Wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk
dan kering (HOPE 6th ed, p. 77)
Kadar
penggunaan
0,10% (HOPE 6th ed, p. 75)
10. Aquadestilata
Zat Aquadest
Sinonim Aqua, hydrogen oxide (HOPE 6th ed, p.766)
Struktur
Rumus
molekul
H2O (HOPE 6th ed, p. 766)
Titik lebur 00 C(HOPE 6th ed, p. 766)
Pemerian Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
(HOPE 6th ed, p. 766)
Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya. (HOPE 6 th ed,
p. 766)
Stabilitas Stabil di semua keadaan fisik ( padat,cair dan gas) (HOPE 6 th
ed, p. 766)
Inkompabilit
as
Air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang
rentan akan hidrolisis (terjadi dekomposisi jika terdapat
air/kelembaban) pada peningkatan temperatur air beraksi
secara kuat dengan logam alkali dan bereaksi cepat dengan
logam alkali tanah dan oksidanya seperti kalsium oksida dan
magnesium oksida. Air juga bisa bereaksi dengan garam
anhidrat menjadi bentuk hidrat. (HOPE 6th ed, p. 770)
Keterangan
lain
Kegunaan: Pelarut (HOPE 6th ed, p. 770)
Penyimpanan Simpan dalam wadah yang kedap udara. (Japanese
Pharmacopeia15th, p. 1236)
Kadar
penggunaan
Konsentrasi yang digunakan hampir 100% (HOPE 6th ed, p.
766)
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase
terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi
minyak dalam air. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase
terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa,
sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan
penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetes
kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah.
Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar
permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik di
sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan
antar permukaan antara fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama
pencampuran (KEMENKES RI, 2014).
Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat digunakan bersama
surfaktan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar
permukaan dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi
kecepatan pembentukan agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan
pemisahan emulsi yang relatif cepat menjadi fase yang kaya akan butiran dan
yang miskin akan tetesan. Secara normal kerapatan minyak lebih rendah dari pada
kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat,
terbentuk krim. Makin besar kecepatan agregasi, makin besar ukuran tetesan dan
makin besar pula kecepatan pembentukan krim. Tetesan air dalam emulsi air
dalam minyak biasanya membentuk sedimen disebabkan oleh kerapatan yang
lebih besar (KEMENKES RI, 2014).
Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang
hingga krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu
tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan
menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak
diperlukan perbandingan volume fase internal terhadap volume fase eksternal
yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah padat, misalnya krim asam stearat
atau krim pembersih adalah setengah padat dengan fase internal hanya 15%. Sifat
setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh fase eksternal
setengah padat (KEMENKES RI, 2014).
Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air mempermudah
pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawet sangat penting dalam emulsi
minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur
dan ragi lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat
fungistatik dan bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahan
pengemulsi nonionik dan anionik, gliserin, dan sejumlah bahan penstabil alam
seperti tragakan dan gom guar (KEMENKES RI, 2014).
Kesulitan muncul pada pengawetan sistem emulsi, sebagai akibat memisahnya
bahan antimikroba dari fase air yang sangat memerlukannya, atau terjadinya
kompleksasi dengan bahan pengemulsi yang akan mengurangi efektivitas. Karena
itu, efektivitas system pengawetan harus selalu diuji pada sediaan akhir. Pengawet
yang biasa digunakan dalam emulsi adalah metil-, etil-, propil-, dan butil-paraben,
asam benzoat, dan senyawa amonium kuaterner (KEMENKES RI, 2014).
Menurut British Pharmacopoeia 2013, Cairan Oral selain Emulsi oral dapat
diberikan sebagai cairan atau sediaan yang dipersiapkan sebelum digunakan
dengan melarutkan atau mendispersikan butiran atau serbuk dalam cairan yang
tercantum pada label.
Emulsi adalah sistem (sediaan) heterogen yan terdiri atas 2 cairan tidak
tercampur (secara konvensi dinyatakan sebagai minyak dalam air), salah satunya
terdispersi sebagai tetesan halus secara uniform pada fasa lainnya. Emulsi yang
secara termodinamika tidak stabil akan kembali menjadi fasa air dan fasa minyak
bila dipanaskan atau mengalami koalensi tetesan, kecuali jika secara kinetika
distabilkan dengan komponen ketiga, yaitu agen pengemulsi. Fasa yang berada
dalam bentuk tetesan halus dinamakan fasa terdispersi atau fasa internal, dan
cairan di sekitar dikenal sebagai fasa kontinu atau fasa luar (Agoes, 2009).
Sifat Formulasi dari Emulsi dan Emulsi yang Baik (Aulton, 2002).
Produk harus tetap cukup homogen untuk setidaknya dalam waktu antara
pengocokan wadah dan mendispersikan jumlah yang diperlukan.
Endapan atau creaming terbentuk pada penyimpanan, jika ada, endapan
atau creaming harus mudah terdispersi kembali oleh moderat agitasi
wadah.
Produk mungkin diperlukan kekentalan yang cukup untuk mengurangi
pengaturan dari partikel atau tingkat creaming dari gelembung-
gelembung minyak. Viskositas yang dihasilkan tidak harus begitu tinggi
sehingga produk dapat terdispersi dari wadah dan transfer ke lokasi
aplikasi yang sulit.
Setiap partikel harus kecil dan berukuran seragam untuk memberikant
tekstur halus, produk yang elegan, bebas dari tekstur berpasir.
IV. PENDEKATAN FORMULA
No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1. Minyak Jarak 30 % b/v Zat aktif
2. Span 80 1,5 % b/v Emulsifying Agent
3. Tween 80 3,5 % b/v Emulsifying Agent
4. Sirupus Simpleks 20 % b/v Pemanis
5. Propilenglikol 2 % b/v Anti-caplocking agent
6. Metilparaben 0,2 % b/v Pengawet antimikroba
7. Propilparaben 0,02 % b/v Pengawet antimikroba
8. BHT 0,10 % b/v Antioksidan
9. Natrium CMC 0,5% v/v Peningkat Kekentalan
10. Ester Vanilla 2% v/v Penaroma
11. Aquadestilata ad 100% v/v Pelarut
V. PENIMBANGAN
Dibuat sediaan 5 botol (@ 100 ml) Tiap botol dilebihkan 3%
100 ml + (3
100 x 100 ml) = 103 ml
Volume total Dilebihkan 10%
103 ml X 4 = 412 ml X (10
100 x 412 ml) = 453 ml ~ 500 ml
No. Bahan Scale Up (100 ml @ 5) Optimasi (100 ml @ 1)
1. Minyak Jarak 30 g100 ml
x 500 ml = 150 g30 g
100 ml x 100 ml = 30 g
2. Span 80 5 g100 ml
x 500 ml = 25 g;
90,650 g100 ml
x 25 g = 22,662
g
5 g100 ml
x 100 ml = 5 g;
90,650 g100 ml
x 5 g = 4,533 g
3. Tween 80 5 g100 ml
x 500 ml = 25 g;
9 ,350 g100 ml
x 25 g = 2,335 g
5 g100 ml
x 100 ml = 5 g;
9 ,350 g100 ml
x 5 g = 0,467 g
4. Sirupus Simpleks (65%
Sukrosa)
20 g100 ml
x 500 ml = 100 g;
65 g100 ml
x 100 g = 65 g
20 g100 ml
x 100 ml = 20 g;
65 g100 ml
x 20 g = 13 g
5. Propilenglikol 2 g100 ml
x 500 ml = 10 g2 g
100 ml x 100 ml = 2 g
6. Metilparaben 0,20 g100 ml
x 500 ml = 1 g0,20 g100 ml
x 100 ml = 0,200
g
7. Propilparaben 0,02 g100 ml
x 500 ml = 0,100
g
0,02 g100 ml
x 100 ml = 0,020
g
8. BHT 0,10 g100 ml
x 500 ml = 0,500
g
0,10 g100 ml
x 100 ml = 0,100
g
9. Natrium CMC 0,5 g100 ml
x 500 ml = 2,500
g
0,5 g100 ml
x 100 ml = 0,500 g
10. Ester Vanila 10 ml 2 ml
11. Aquadestilata 200,903 ml 67,18 ml
Spesifikasi Sediaan
a. Bentuk Sediaan : Emulsi
b. Warna : Putih Susu
c. Rasa : Manis
d. pH sediaan : 6 - 8
e. Kadar Sediaan : Mengandung Minyak Jarak 30%
f. Volume Sediaan : 100 ml
g. Viskositas Sediaan : 300 – 600 cps
DosisDewasa, 15 – 30 ml; Anak-anak (usia 2-11 tahun), 4 – 15 ml
Sediaan digunakan untuk anak-anak dengan konsentrasi 30%, sehingga dalam
100 ml mengandung 30 g
100 ml x 100 ml = 30 g ; BJ Minyak Jarak = 0,954
gml
Dosis anak 4 – 15 ml 4 ml1 ml
x 0,954 g = 3,816 g ; 15 ml1ml
x 0,954 g = 14,310 g
Tiap 5 ml sediaan mengandung minyak jarak 30 g
100 ml x 5 ml = 1,500 g
Dosis sediaan menjadi
3,816g1,500g
x 1 = 2,544 ~ 3 sendok takar ; 14,310 g1,500 g
x 1 = 9,54 ~ 10 sendok takar
Kesimpulan, dosis 3 – 10 sendok takar (5 ml)
HLB
HLBButuh = 14 ; HLBTween80 = 15 ; HLBSpan80 = 4,3
(HLBButuh x BobotEmulgator) = (HLBTween80 x BobotTween80) – (HLBSpan80 x BobotSpan80)
(14 x 100) = (15 x X) – (4,3 x (100-X))
1400 = (15X) – (430 - 4,3X)
970 = 15X - 4,3X
970 = 10,7X
X = 90,65% dari bobot emulgator
% Span 80 = 100% – X
= 100% – 90,65%
= 9,35% dari bobot emulgator
Perhitungan Acceptable Daily Intake (ADI)
(Obat-Obat Penting Edisi Keenam,
hlm. 904)
1. Span 80 25 mg / kg BB (HOPE 6th ed., p. 678)
2 tahun = 10,43 kg x 25 mg/kg = 260,75 mg
Umur Berat Badan
2 – 5 tahun 10,43 – 16,00 kg
6 – 9 tahun 17,91 – 22,36 kg
10 – 11 tahun 24,50 – 27,14 kg
5 tahun = 16,00 kg x 25 mg/kg = 400 mg
6 tahun = 17,91 kg x25 mg/kg = 447,75 mg
9 tahun = 22,36 kg x 25 mg/kg = 559 mg
10 tahun = 24,50 kg x25 mg/kg = 612,5 mg
11 tahun = 27,14 kg x 25 mg/kg = 678,5 mg
Tiap 5 ml mengandung Span 80 = 22,62 g500 ml
x 5 ml = 0,226 g = 226 mg
Dosis 1 hari 3 – 10 sendok takar (5 ml)
3 x 226 mg = 678 mg
Pemakaian Span 80 dalam formula melebihi ADI.
2. Tween 80 25 mg / kg BB (HOPE 6th ed., p. 553)
2 tahun = 10,43 kg x 25 mg/kg = 260,75 mg
5 tahun = 16,00 kg x 25 mg/kg = 400 mg
6 tahun = 17,91 kg x25 mg/kg = 447,75 mg
9 tahun = 22,36 kg x 25 mg/kg = 559 mg
10 tahun = 24,50 kg x25 mg/kg = 612,5 mg
11 tahun = 27,14 kg x 25 mg/kg = 678,5 mg
Tiap 5 ml mengandung Span 80 = 2,337 g500 ml
x 5 ml = 0,023 g = 23 mg
Dosis 1 hari 3 – 10 sendok takar (5 ml)
3 x 23 mg = 69 mg
Pemakaian Tween 80 dalam formula tidak melebihi ADI.
3. BHT 125 µg / kg = 0,125 mg/kg BB (HOPE 6th ed., p. 76)
2 tahun = 10,43 kg x 0,125 mg/kg = 1,303 mg
5 tahun = 16,00 kg x 0,125 mg/kg = 2 mg
6 tahun = 17,91 kg x 0,125 mg/kg = 2,238 mg
9 tahun = 22,36 kg x 0,125 mg/kg = 2,795 mg
10 tahun = 24,50 kg x 0,125 mg/kg = 3,062 mg
11 tahun = 27,14 kg x 0,125 mg/kg = 3,392 mg
Tiap 5 ml mengandung BHT = 0,05 g500 ml
x 5 ml = 0,0005 g = 0,5 mg
Dosis 1 hari 3 – 10 sendok takar (5 ml)
3 x 0,5 mg = 1,5 mg
Pemakaian BHT dalam formula untuk umur 2 tahun melebihi ADI .
4. Metilparaben 10 mg / kg BB (HOPE 6th ed., p. 444)
2 tahun = 10,43 kg x 10 mg/kg = 104,3 mg
5 tahun = 16,00 kg x 10 mg/kg = 160 mg
6 tahun = 17,91 kg x 10 mg/kg = 179,1 mg
9 tahun = 22,36 kg x 10 mg/kg = 223,6 mg
10 tahun = 24,50 kg x 10 mg/kg = 245,0 mg
11 tahun = 27,14 kg x 10 mg/kg = 271,4 mg
Tiap 5 ml mengandung Span 80 = 1 g
500 ml x 5 ml = 0,01 g = 10 mg
Dosis 1 hari 3 – 10 sendok takar (5 ml)
3 x 10 mg = 30 mg
Pemakaian Metilparaben dalam formula tidak melebihi ADI.
5. Propilparaben 10 mg / kg BB (HOPE 6th ed., p. 598)
2 tahun = 10,43 kg x 10 mg/kg = 104,3 mg
5 tahun = 16,00 kg x 10 mg/kg = 160 mg
6 tahun = 17,91 kg x 10 mg/kg = 179,1 mg
9 tahun = 22,36 kg x 10 mg/kg = 223,6 mg
10 tahun = 24,50 kg x 10 mg/kg = 245,0 mg
11 tahun = 27,14 kg x 10 mg/kg = 271,4 mg
Tiap 5 ml mengandung Propilparaben = 0,1 g
500 ml x 5 ml = 0,01 g = 0,001 g
=0,1mg
Dosis 1 hari 3 – 10 sendok takar (5 ml)
3 x 0,1 mg = 0,3 mg
Pemakaian Propilparaben dalam formula tidak melebihi ADI.
6. Propilenglikol 25 mg / kg BB (HOPE 6th ed., p. 593)
2 tahun = 10,43 kg x 25 mg/kg = 260,75 mg
5 tahun = 16,00 kg x 25 mg/kg = 400 mg
6 tahun = 17,91 kg x25 mg/kg = 447,75 mg
9 tahun = 22,36 kg x 25 mg/kg = 559 mg
10 tahun = 24,50 kg x25 mg/kg = 612,5 mg
11 tahun = 27,14 kg x 25 mg/kg = 678,5 mg
Tiap 5 ml mengandung Span 80 = 10 g
500 ml x 5 ml = 0,1 g = 100 mg
Dosis 1 hari 3 – 10 sendok takar (5 ml)
3 x 100 mg = 300 mg
Pemakaian Propilenglikol dalam formula untuk umur 2 tahun melebihi ADI
VI. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Kalibrasi
a. Botol Kemasan
1) Sebanyak 103 ml Aquadest dimasukkan pada gelas ukur 100 ml dan 10
ml.
2) Kemudian dituangkan pada wadah botol.
3) Batas kalibrasi ditandai, Aquadest yang ada dalam botol dibuang dan
dikeringkan. Botol siap dipakai.
b. Beaker Glass Utama
1) Sebanyak 500 mL Aquadest dimasukkan pada gelas ukur 1000 mL.
2) Kemudian dituangkan pada beaker glass 500 mL.
3) Batas kalibrasi ditandai, Aquadest yang ada dalam beaker glass
dibuang dan dikeringkan. Botol siap dipakai.
2. Pembuatan Aquadest bebas CO2
a. Air diambil ±1 Liter ke dalam beaker glass 1 Liter
b. Air dimasukkan kedalam erlenmeyer 1 Liter lalu dipanaskan diatas hot
plate hingga mendidih.
c. Tunggu selama 30 menit atau lebih, erlenmeyer 1 Liter ditutup
menggunakan gumpalan kapas.
d. Jika sudah tutup rapat, hot plate dimatikan, air dinginkan.
3. Pembuatan Sirupus Simpleks
a. Sukrosa yang telah ditimbang diberi penambahan air sehingga berat total
campuran mencapai 100 gram.
b. Campuran tersebut dipanaskan di atas hot plate sampai seluruh sukrosa
melarut sempurna.
c. Saring selagi panas.
d. Filtrat yang diperoleh kemudiaan ditimbang seberat 60 gram dengan
menggunakan beaker glass 100 mL, diatas menimbangan analitik.
4. Penimbangan Bahan
a. Menimbang 22,662 gram span 80 dengan menggunakan cawan diatas
timbangan analitik.
b. Menimbang 2,337 gram tween 80 dengan menggunakan cawan diatas
timbangan analitik.
c. Menimbang 1 gram metilparaben dengan menggunakan kertas perkamen
di timbangan analitik.
d. Menimbang 0,1 gram propil paraben dengan menggunakan kertas
perkamen di timbangan analitik.
e. Menimbang 0,05 gram BHT dengan menggunakan kertas perkamen di
timbangan analitik.
f. Menimbang 2,5 gram Na CMC dengan menggunakan kertas perkamen di
timbangan analitik.
g. Menimbang 100 gram sirupus simplex dengan menggunakan beaker glass
50 ml di timbangan analitik.
h. Menimbang 150 gram Oleum Ricini dengan menggunakan beaker glass
250 ml di timbangan analitik.
5. Pembuatan Sediaan Emulsi
a. Melarutkan tween 80 dengan 90 ml aquadest di dalam beaker glass 100 ml,
aduk, Panaskan pada suhu 60-700C.
b. Masukkan span 80 ke dalam oleum ricini, aduk, panaskan pada suhu 60-700C.
c. Masukkan campuran tween 80 dan campuran span 80 tsb selagi panas ke
dalam mortir panas, gerus ad corpus emulsi.
d. Larutkan BHT di dalam cawan ke dalam 1 gram propilen glikol. Aduk ad
larut. Masukkan ke dalam mortir, bilas cawan dengan 2 ml aquadest sebanyak
2 kali, masukkan hasil bilasan ke dalam mortir, gerus ad homogen.
e. Larutkan metil paraben ke dalam 4 gram propilen glikol di dalam cawan.
Aduk ad larut.Masukkan ke dalam mortir, bilas cawan dengan 2 ml aquadest
sebanyak 2 kali, masukkan hasil bilasan ke dalam mortir, gerus ad homogen.
f. Larutkan propil paraben ke dalam 1 gram propilen glikol di dalam cawan.
Aduk ad larut.Masukkan ke dalam mortir, bilas cawan dengan 2 ml aquadest
sebanyak 2 kali, masukkan hasil bilasan ke dalam mortir, gerus ad homogen
g. Mengencerkan sirupus simplex dengan ± 10 ml aquadest di dalam beaker
glass 50 ml, aduk ad larut. Masukkan ke dalam mortir gerus ad homogen.
h. Larutkan Na CMC ke dalam aquadest sebanyak 7 kalinya. Masukkan ke dalam
mortir gerus ad homogen.
i. Masukkkan aquadest sedikit demi sedikit ke dalam mortir. Aduk ad homogen.
j. Masukkan sediaan ke dalam beaker glass utama, bilas mortir dengan 2 ml
aquadest sebanyak 2 kali, masukkan hasil bilasan ke dalam beaker glass utama
aduk ad homogen.
k. Cek pH sediaan dengan menggunakan ph indikator universal. pH sediaan telah
memenuhi spesifikasi sehingga tidak dibutuhkan adjust pH dengan HCl 0,1 N
atau NaOH 0,1 N.
l. Tambahkan aquadest hingga batas kalibrasi, aduk ad homogen.
m. Masukkan ke dalam masing-masing botol hingga batas kalibrasi. tutup botol
rapat rapat.
n. Beri etiket, sendok takar, dan masukkan ke dalam kemasan sekunder.
VII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN
No. Jenis Evaluasi Prinsip Evaluasi Jumlah
Sampel
Hasil
Pengamatan
Syarat
A. Evaluasi Fisika
1. Organoleptis
Pengujian rasa, bau
dan warna
1 botol Rasa manis,
warna putih
susu, aroma
vanilla.
Rasa manis,
warna putih
susu, aroma
vanilla.
2. Homogenitas Emulsi yang telah
dikocok diteteskan
pada kaca arloji,
ratakan menggunakan
sudip. Persebaran
partikel yang
1 botol Homogen,
persebaran
ukuran partikel
merata.
Homogen,
persebaran
ukuran partikel
merata.
homogen akan sama
besar.
3. Penentuan
Ukuran Globul
Emulsi yang telah
dikocok diteteskan
pada object glass.
Diamati dengan
mikroskop cahaya.
1 botol Dispensasi Ukuran globul
seragam
4. Penentuan Bobot
Jenis (FI V,
hlm.1553)
Gunakan piknometer
bersih, kering dan
telah dikalibrasi
dengan menetapkan
bobot piknometer dan
bobot air yang baru
di didihkan pada suhu
25o C
1 botol 1,04 g/ml ≥ 1 g/ml
5.
Penentuan pH
larutan
(FI V, hlm.
1562)
Dilakukan
menggunakan
indikator universal
dengan mencelupkan
indikator ke dalam
emulsi dan hasil yang
didapatkan di
cocokkan dengan
trayek pH.
1 botol 6 6
6. Volume
Terpindahkan
Tuang isi perlahan-
lahan dari tiap wadah
ke dalam gelas ukur
kering terpisah
dengan kapasitas
gelas ukur tidak lebih
dari dua setengah kali
volume yang diukur
dan telah dikalibrasi,
secara hati-hati untuk
3 botol 101,2 ml Tidak satupun
volume
sediaan yang
kurang dari
95% (95 ml)
dan volume
rata-rata tidak
kurang dari
100% (100 ml)
dari volume
menghindarkan
pembentukan
gelembung udara
pada waktu
penuangan dan
diamkan selama tidak
lebih dari 30 menit.
Jika telah bebas dari
gelembung udara,
ukur volume dari tiap
campuran
yang tertera
pada etiket.
(FI V,
hlm.1614)
7. Uji Pemisahan
Fase
Emulsi dituangkan ke
dalam gelas ukur,
amati pada sesudah
pembuatan, 1 hari
sesudah pembuatan,
dan 5 hari sesudah
pembuatan.
1 botol Hari ke-1:
Tidak terjadi
creaming,
emulsi stabil.
Hari ke-2:
Tidak terjadi
creaming,
emulsi stabil.
Hari ke-5: Pada
bagian bawa
gelas ukur
terdapat air
yang memisah
dari emulsi
dengan volume
7 ml.
Emulsi tidak
mengalami
creaming.
8. Viskositas Viskositas emulsi
diukur dengan
Viskometer Stormer,
menggunakan spindle
yang sesuai.
2 botol 600 cps 250 - 600 cps
9. Uji tipe emulsi Dilakukan dengan
melakukan “Dye
Solubility Test”
dengan meneteskan
sediaan dengan
methylen blue.
1 botol Methylen Blue
menyebar, tipe
emulsi minyak
dalam air.
Methylen Blue
menyebar, tipe
emulsi minyak
dalam air.
B. Evaluasi Kimia
1. Penetapan Kadar
(FI V, hlm.92)
Lakukan penetapan
dengan cara
Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti
tertera pada
Kromatografi <931>
1 botol Dispensasi 95 – 105 %
2. Identifikasi (FI
V, hlm. 92)
Larutkan dalam
heksan P, oleum
ricini hanya larut
sebagian.
Larutkan oleum ricini
dalam etanol
menghasilkan larutan
jernih
1 botol Dispensasi Positif
C. Evaluasi Biologi
1. Uji efektivitas
pengawet (FI V,
hlm.1356)
Pengujian dilakukan
dalam tiap lima
wadah asli,bila
volume mencukupi
dan wadah dapat
ditusuk secara aseptic
atau dalam lima
wadah bakteriologi
tertutup steril
berukurann
mencukupi untuk
volume sediaan yang
Dispensasi Sesuai dengan
yang tercantum
pada tabel 3
kriteria untuk
uji mikroba.
dipindahkan.
VIII. PEMBAHASAN
Minyak Jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dari biji Ricinus communis
Linné (Familia Euphorbiaceae) (KEMENKES RI, 2014). Yang memiliki efek
farmakologi sebagai pencahar (Tjay, T.H. Rahardja, Kirana., 2007) Pencahar atau
laksansia adalah zat-zat yang dapat menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai
refleks dari rangsangan langsung terhadap dinding usus dan demikian
menyebabkan atau mempermudah buang air besar (defekasi) dan meredakan
sembelit (Tjay, Tan Hoan. Rahardja, Kirana., 2007). Minyak jarak merupakan
laksansia kontak, dengan mekanisme kerja merangsang secara langsung dinding
usus dengan peningkatan peristaltic dan pengeluaran isi usus dengan cepat (Tjay,
Tan Hoan. Rahardja, Kirana., 2007). Dosis minyak jarak sebagai pencahar untuk
anak-anak adalah 4 -15 ml (Tjay, Tan Hoan. Rahardja, Kirana., 2007). Namun
dosis yang tercantum dengan volume dikonfersikan ke dalam bobot,
diperhitungkan terhadap bobot jenis Oleum Ricini yang terdapat pada
labolatorium teknologi farmasi Poltekkes KEMENKES Bandung. Bobot jenis
yang didapatkan sebesar 0,954 g
ml. Sehingga dosis 4 ml minyak jarak setara
dengan 3,816 g minyak jarak, dan 15 ml minyak jarak setara dengan 14,310 g
minyak jarak.
Minyak jarak tidak dapat bercampur dengan air sehingga sediaan dibuat
emulsi. Sediaan berbentuk emulsi merupakan pendekatan yang efektif untuk
mengatasi banyak masalah dalam sistem penghantaran obat. Sediaan berbentuk
emulsi sering menunjukan manfaat dan keuntungan yang berbeda dari bentuk
sediaan lain melalui peningkatan ketersediaan hayati dan/atau mengurangi efek
samping yang merugikan. Di samping keuntungan dan manfaaat sediaan
berbentuk emulsi tersebut, bentuk sediaan emulsi tidak digunakan secara luas
untuk sediaan oral atau parenteral karena masalah yang mendasar, yaitu kestabilan
emulsi yang dapat menimbulkan masalah dalam profil pelepasasan obat dan
masalah terkait toksisitas. Potensi pengembangan sediaan farmasi berbentuk
emulsi ini sudah harus dipertimbangkan sampai diperoleh sediaan berbentuk
emulsi yang stabil secara fisika dan kimia (Agoes, et. al., 2012).
Emulsi oral tipe minyak dalam ait secara eksklusif akan menimbulkan
penutupan rasa minyak yang berada sebagai fasa dalam, dengan fasa luar air yang
secara efektif mengisolasi minyak dari kontak langsung dengan lidah. Minyak
mineral dan minyak kastor (Oleum Ricini) diemulsikan dalam air dan diberikan
secara oral untuk pengobatan lokal konstipasi (emulsi minyak mineral menurut
USP). Penggunaan emulsi minyak dalam air sebagai pembawa obat lipofilik dapat
meningkatkan ketersediaan hayati secara oral dan efikasi obat (Agoes, et. al.,
2012).
Agar terbentuk suatu sediaan emulsi dibutuhkan agen pengemulsi. Agen
pengemulsi digunakan, baik untuk meningkatkan emulsifikasi pada saat
manufaktur maupun untuk mengontrol stabilitas selama usia guna. Dalam
kenyataannya agen pengemulsi yang banyak digunakan adalah kombinasi agen
pengemulsi dari agen pengemulsi tunggal. Secara farmasetik agen pengemulsi
yang digunakan terbagi dalam 3 kelompok (Agoes, 2009).:
a. Agen aktif permukaan (surfaktan)
b. Polimer alam (makromolekul) dan
c. Padatan halus
Pada formula ini digunakan Tween 80 dan Span 80 sebagai agen pengemulsi,
yang merupakan golongan surfaktan (Surface Active Agent). Sehingga cara
pembuatan emulsi dengan menggunakan emulgator surfaktan dengan
memperhitungan HLB (Hidrophyl Lipophyl Balance) surfaktan dengan HLB
butuh dari Oleum Ricini. Melarutkan bahan yang larut minyak dicampurkan
dengan fase minyak dan yang larut dalam air dicampurkan dengan fase air.
Masing-masing fase dipanaskan pada suhu 60o – 70o C yang kemudian
dicampurkan kedua fasa dengan pengadukan kecepatan tinggi selama waktu
tertentu. Namun pada fasa minyak pemanasan diperhatikan agar suhu tidak terlalu
tinggi, dikarenakan oleum ricini akan menjadi tengik dengan pemanasan berlebih
(Rowe, dkk., 2009).
Emulsi oleum ricini dirancang untuk menggunaan berulang (multiple doses)
dan dalam formulasi terdapat eksipien yang menjadi nutrisi bagi mikroorganisme
yaitu sukrosa dan air yang merupakan media pertumbuhan yang baik untuk
mikroorganisme sehingga sangat rentan terkontaminasi oleh bakteri, ragi, jamur
dan mikroorganisme lainnya. Kontaminasi oleh mikroorganisme ini
mempengaruhi stabilitas sediaan. Umunya penggunaan pengawet secara
kombinasi dapat meningkatkan kemampuan spektrum antimikroba, efek sinergis
memungkinkan pengawet dalam kadar yang leibh kecil, semakin kecil kadar maka
efek toksisitas pada tubuh juga menurun. Kombinasi pengawet juga dapat
menurunkan resiko terjadinya resistensi. Pengawet yang umunya dikombinasi
adalah metil paraben dan propilparaben (Agoes, 2012). Pada formula kali ini
menggunakan pengawet kombinasi metilparaben dan propilparaben. Karena,
metil paraben pH aktivitasnya luas, kompatibel dengan pH sediaan yang
ditentukan yaitu 6.
Minyak umumya mudah teroksidasi dengan udara dan menghasilkan bau
tengik, sehingga pada sediaan ditambahkan BHT sebagai antioksidan. BHT tidak
larut dalam air dan dalam minyak, BHT juga tidak tahan terhadap pemanasan
(Rowe,dkk.,2009) sehingga BHT tidak ditambahkan pada fasa minyak maupun
fasa air. BHT ditambahkan ke dalam emulsi yang telah jadi dan dingin.
Pada proses pembuatan pengenceran emulsi yang telah terbentuk dengan air
sempat terjadi pemisahan yang kemungkinan disebabkan volume air yang
ditambahkan ke dalam emulsi terlalu banyak dan pengadukan kurang cepat. Untuk
mengembalikan globul-globul minyak yang terlepas dari sistem emulsi,
ditambahkan Natrium CMC sebanyak 0,5% sebagai peningkat viskositas. Setelah
ditambahkan Natrium CMC emulsi kembali terbentuk baik.
Upaya stabilisasi dari emulsi ini dilakukan untuk mencegh atau menunda
berbagai proses destabilisasi. Agen pengemulsi membentuk lapis tipis (film)
anatarmuka pada antarmuka minyak – air, dan atau mengentalkjan struktur fasa
kontinu. Lapis tipis antarmuka juga merupakan suatu penghalang terhadap
koalensi tetesan yang berdekatan (close proximity), terutama jika lapis tipis
tersebut dekat dan bersifat elastik (Agoes, et. al., 2009). Dari hal ini disimpulkan
bahwa pengenceran air ke dalam sistem emulsi harus dilakukan dengan hati-hati
dan pengadukan kecepatan tinggi.
Hasil evaluasi terhadap produk jadi untuk uji tipe emulsi dengan metode “Dye
Solubility Test” menunjukan warna methylen blue menyebar dalam sediaan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tipe emulsi yang terbentuk adalah minyak
dalam air, sesuai dengan maksud penggunaan emulsi oral yang umumnya
memiliki tipe minyak dalam air.
Uji pemisahan fase pada sehari setelah pembuatan emulsi dalam gelas ukur
terlihat baik, tidak menunjukan periwtiwa creaming, dimana creaming merupakan
ketidakstabilan fisika dari emulsi. Creaming atau sedimentasi terjadi bila tetesan
terdispersi atau flokul yang memisah akibat pengaruh gravitasi membentuk satu
lapisan emulsi yang lebih pekat atau krem. Umumnya emulsi yang membentuk
krem dapat direstorasi ke keadaan awal (asli) melalui pengocokan intensif (Agoes,
et., al, 2009). Dari evaluasi yang telah dilakukan sediaan dinyatakan telah
memenuhi syarat yang ditentukan.
IX. KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut.
No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1. Minyak Jarak 30 % b/v Zat aktif
2. Span 80 1,5 % b/v Emulsifying Agent
3. Tween 80 3,5 % b/v Emulsifying Agent
4. Sirupus Simpleks 20 % b/v Pemanis
5. Propilenglikol 2 % b/v Anti-caplocking agent
6. Metilparaben 0,2 % b/v Pengawet antimikroba
7. Propilparaben 0,02 % b/v Pengawet antimikroba
8. BHT 0,10 % b/v Antioksidan
9. Natrium CMC 0,5% v/v Peningkat Kekentalan
10. Ester Vanilla 2% v/v Penaroma
11. Aquadestilata ad 100% v/v Pelarut
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan sediaan dinyatakan memenuhi syarat
yang ditentukan, karena hasil evaluasi yang memenuhi syarat.
X. DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida. Bandung: Penerbit ITB
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia,edisi V, Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia,edisi IV, Jakarta: Departemen Kesehatan.
Rowe, Raymond C.2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,London : Pharmaceutical Press.
Sweetman, S.C. 2009. Martindale 36 The Complete Drug Reference. London: The Pharmaceutical Press.
Syarif, Amir, dkk. 2012. Famakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
The Minister and Health. 2006. The Japanese Pharmacopoeia fifteenth. Japan : Ministry of Health.
Tjay Tan Hoan, Tahardja Kirana. 2007. Obat-obat Penting (Khasiat, Cara Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya) Edisi keenam. Jakarta: PT. ELEX MEDIA KOMPUTINDO.
Aulton, M.E. 2002. Pharmaceutics : The Science of Dosage Forms Design. London: Churchill Living Stone
The Council of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. The Pharmaceutical Codex, 12th ed., Principles and Practice of Pharmaceutics.1994. London: The Pharmaceutical Press.
Jenkins, G.L. 2002. Scoville's:The Art of Compounding. USA: Burgess PublishingCo.
XI. LAMPIRAN
Kemasan Sekunder
Etiket
Brosur
RICINOL®
Emulsi Minyak Jarak
KomposisiTiap 5 ml mengandung :Oleum Ricini (Minyak Jarak)......................... 30 %
IndikasiPencahar (Melancarkan Buang Air Besar)
Efek Samping Diare
Dosis Untuk anak-anak (2 - 11 tahun): 3 – 10 sendok takar (5 ml)
PerhatianKocok dahulu!Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya
No. Reg : DBL 1510110632 A1
Diproduksi oleh:PT. Pharafam FarmaBandung - Indonesia