Upload
mahardika-rahmawati
View
193
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
SISTEM TUBUH 2
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang kompleks,
sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan
aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka
terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh
berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah berasal sagala
fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi
kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu
rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya
dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas
memungkinkan makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah
kemampuan menanggapi rangsangan.
Tubuh manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang masing-masing
mempunyai fungsi tertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan
baik, diperlukan adanya koordinasi (pengaturan). Pada manusia dan sebagian
besar hewan, koordinasi dilakukan oleh sistem saraf, sistem indra, dan sistem
hormon. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang sistem saraf.
1.2. Skenario
Bu Joko berusia 37 tahun tidak dating di arisan dasawisma karena dibawa
keluarganya ke klinik, ibu ini mengeluh nyeri kepala karena baru saja mengalami
kecelakaan lalu lintas. Bu Joko menabrak pohon yang ada di pinggir jalan karena
secara reflex menghindari penyebrang jalan yang tiba-tiba melintas di depannya.
Pada pemeriksaanpasien dalam keadaan sadar, tidak demam tetapi kesakitan.
1
Tidak ada kelainan neurologis lain yang ditemukan saat pemeriksaan. Bu Joko
dipulangkan setelah diberi obat.
1.3. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan scenario diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah,
antara lain sebagai berikut:
Bagaimana sistem saraf secara anatomis, fisiologis, dan histologis?
Bagaimana mekanisme gerak refleks?
Bagaimana mekanisme nyeri?
Apa saja gangguan dari sistem saraf?
1.4. Tujuan Pembelajaran
Dari beberapa hal diatas, tujuan pembelajaran yang ingin kami capai, antara
lain sebagai berikut:
1. Menjelaskan sistem saraf secara anatomis, fisiologis, dan histologis
2. Menjelaskan mekanisme gerak refleks
3. Menjelaskan mekanisme nyeri
4. Menjelaskan beberapa gangguan dari sistem saraf
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem saraf tersebar secara luas di seluruh tubuh dan mengandung paling
tidak 10 bilion sel saraf yang merupakan komponen dasar sistem saraf. Pada
dasarnya sistem saraf, menghimpun rangsangan dari lingkungan, mengubah
rangsangan-rangsangan demikian menjadi impuls saraf dan meneruskan impuls
ini ke suatu daerah penerimaan dan korelasi yang terorganisasi baik, disini
impuls-impuls ditafsirkan, dan seterusnya disusul ke organ-organ efektor untuk
memberikan jawaban atau respons yang tepat.
Fungsi-fungsi ini dilakukan oleh sel-sel yang sangat terspesialisasi yaitu
neuron, yang bersama sel-sel penyokongnya neuroglia. Secara anatomis sistem
saraf terbagi menjadi sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan sumsum tulang
belakang yang berkontraksi di kranium dan kanalis vertebralis dan sistem saraf
tepi yang terdiri dari 12 nervi kranialis dan 31 nervi spinalis. Secara fungsional
sistem saraf terbagi menjadi sistem saraf somatik yang terutama mengontrol
aktivitas secara sadar dan sistem saraf viseral yang terutama mengontrol aktivitas
secara tidak sadar. Sistem saraf dibangun oleh komponen- komponen sel saraf
atau neuron, sel- sel glia (sel schwan, oligodendrosit, mikroglia, ependim, astrosit
dan sel- sel satelit), dan jaringan ikatsejati. Sel saraf terdiri atas tiga bagian utama
yaitu diantaranya adalah:
1. Dendrit, merupakan uluran pendek danbercabang- cabang dan berperan
menerima rangsang dari lingkungan dan menghantarkan impuls ke arah
badan sel,
2. Badan sel yang terdiri atas sitoplasma dan inti, berperan sebagai pusat
pengaturan sel saraf,
3. Akson, merupakan uluran yang panjang dan berfungsiuntuk
menghantarkan impuls saraf ke sel- sel lain.
Pada neuron, ada dua sifat protoplasma yang berkembang tinggi yakni
iritabilitas yang merupakan kapasitas untuk memberikan jawaban atau respons
3
terhadap rangsang fisik dan zat-zat kimia dengan permulaan suatu impuls, sifat
yang lain yaitu konduktivitas yaitu kemampuan untuk impuls-impuls saraf
tersebut. Jadi neuron mudah terangsang dan bereaksi terhadap rangsangan.
Jika unit dasar susunan saraf adalah neuron, maka unit integratif adalah
lengkung refleks. Setiap aktivitas saraf melibatkan sejumlah neuron dengan
banyak penghubung yang potensial dengan sinaps-sinapsnya. Kebanyakan
gerakan manusia, melibatkan lengkung refleks yang paling sederhana hanya
melibatkan dua neuron. Kegiatan di lengkung refleks dimulai di reseptor sensorik,
berupa potensial reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang.
Potensial reseptor membangkitkan potensi aksi yang bersifat “gagal atau tuntas”
di saraf aferen.
Frekuensi potensial aksi sebanding dengan besarnya potensial generator. Di
sistem saraf pusat, terjadi lagi respon yang bertahap berupa potensial pascasinap
eksitasi dan potensial postsinap inhibisi di hubungan-hubungan sinaptik. Di
efektor yang berupa otot polos, responnya akan tergabung untuk kemudian
mencetuskan potensial aksi di otot polos. Tetapi bila efektornya berupa otot
rangka, respon bertahap tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan potensial
aksi yang mampu menimbulkan kontraksi otot.
Kegiatan di lengkung refleks merupakan kegiatan yang termodifikasi oleh
berbagai rangsang yang terkumpul di neuron-neuron eferen. Lengkung refleks
yang paling sederhana adalah lengkung refleks yang mempunyai sinaps tunggal
anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung refleks semacam itu dinamakan
monosinaptik, dan refleks yang terjadi disitu dinamakan refleks monosinaptik.
Lengkung refleks yang mempunyai lebih dari satu inter neuron diantara neuron
aferen dan eferen dinamakan polisinaptik, dan jumlah sinapsnya beragam antara
dua sampai beberapa ratus. Pada kedua jenis lengkung refleks, terutama pada
lengkung refleks polisinaptik kegiatannya termodifikasi oleh adanya fasilitasi
spasial dan temporal, oklusi, efek penggabungan daerah-daerah bawah ambang
dan berbagai efek lain.
Sistem saraf mempunyai beberapa gangguan, salah satu gangguan yang
terjadi pada sistem saraf adalah nyeri. Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang
4
tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu
keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila
seseorang pernah mengalaminya. Menurut International Association for Study of
Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri sebagai suatu dasar sensasi
ketidaknyamanan yang berhubungan dengan tubuh dimanifestasikan sebagai
penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman atau fantasi
luka. Nyeri adalah apa yang dikatakan oleh orang yang mengalami nyeri dan bila
yang mengalaminya mengatakan bahwa rasa itu ada. Definisi ini tidak berarti
bahwa anak harus mengatakan bila sakit. Nyeri dapat diekspresikan melalui
menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku.
Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi
pengalaman seseorang terhadap nyeri misalnya usia, jenis kelamin, budaya,
ansietas, pengalaman masa lalu dengan nyeri, efek plasebo, keluarga dan support
sosial, pola koping.
Nyeri dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut
biasanya datang tiba-tiba, umumnya berkaitan dengan cidera spesifik, jika
kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya
menurun sejalan dengan penyembuhan. Nyeri akut didefinisikan sebagai nyeri
yang berlangsung beberapa detik hingga enam bulan. Nyeri kronik adalah nyeri
konstan atau intermiten yang menetap sepanjang satu periode waktu. Nyeri kronis
dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dan sering sulit untuk diobati
karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang
diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronis sering didefenisikan sebagai nyeri
yang berlangsung selama enam bulan atau lebih.
Ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri yaitu sel syaraf
aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau interneuron dan sel saraf eferen
atau neuron motorik. Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor pada ujungnya yang
menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum tulang belakang dan otak.
Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls yang merespon
5
perubahan fisik dan kimia tubuh. Reseptor-reseptor yang berespon terhadap
stimulus nyeri disebut nosiseptor. Stimulus pada jaringan akan merangsang
nosiseptor melepaskan zat-zat kimia, yang terdiri dari prostaglandin, histamin,
bradikinin, leukotrien, substansi p, dan enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan
mensensitasi ujung syaraf dan menyampaikan impuls ke otak. Kornu dorsalis dari
medula spinalis dapat dianggap sebagai tempat memproses sensori. Serabut
perifer berakhir disini dan serabut traktus sensori asenden berawal disini. Juga
terdapat interkoneksi antara sistem neural desenden dan traktus sensori asenden.
Traktus asenden berakhir pada otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-
impuls dipancarkan ke korteks serebri.
Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem asenden harus
diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak
dalam kulit dan organ internal. Terdapat interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis
yang ketika diaktifkan, menghambat atau memutuskan taransmisi informasi yang
menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras asenden. Seringkali area
ini disebut “gerbang”. Kecendrungan alamiah gerbang adalah membiarkan semua
input yang menyakitkan dari perifer untuk mengaktifkan jaras asenden dan
mengaktifkan nyeri. Namun demikian, jika kecendrungan ini berlalu tanpa
perlawanan, akibatnya sistem yang ada akan menutup gerbang. Stimulasi dari
neuron inhibitor sistem asenden menutup gerbang untuk input nyeri dan
mencegah transmisi sensasi nyeri.
Teori gerbang kendali nyeri merupakan proses dimana terjadi interaksi
antara stimulus nyeri dan sensasi lain dan stimulasi serabut yang mengirim sensasi
tidak nyeri memblok transmisi impuls nyeri melalui sirkuit gerbang penghambat.
Sel-sel inhibitor dalam kornu dorsalis medula spinalis mengandung eukafalin
yang menghambat transmisi nyeri.
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Mapping
3.2. Sistem Saraf
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks,
sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan
aktivitas system – system tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka
terjalin komunikasi antara berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh
berfungsi sebagai unit yang harmonis.
Secara anatomik sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat yang terdiri
dari otak dan sumsum tulang belakang serta sistem saraf tepi yang terdiri dari 12
pasang nervi kranialis dan 31 pasang nervi spinalis sedangkan secara fungsional
dibagi menjadi sistem saraf somatik yang terutama mengontrol aktivitas secara
7
sadar dan sistem saraf viseral yang terutama mengontrol aktivitas secara tidak
sadar.
3.2.1. Sistem Saraf Pusat ( Central Nervous System)
Sistem saraf pusat tersusun atas encephalon dan medulla spinalis.
Jaringan saraf membentuk salah satu dari empat kelompok jaringan
utama pada tubuh. Sel-sel saraf berpadu dan membentuk substancia gricea
yang berwarna abu-abu dalam sistem ini seperti yang dijumpai dalam
korteks otak, dan pada bagian dalam medula spinalis.Serabut saraf atau
akson membentuk substansia alba yang berwarna putih. Perbedaan warna ini
terjadi keran akson atau serabut penghantar diselimuti sejenis sarung yang
terbentuk dari bahan seperti lemak, yang mempunyai fungsi melindungi,
memberi makan dan memisahkan serabut-serabut saraf yang satu dari yang
lainnya.(Pearce, 2004)
1. Otak (Encephalon)
Encephalon dilindungi oleh selaput yang bernama Meninges. Meninges
sendiri terdiri dari 3 bagian yaitu duramater, arachnoidea, dan piamater.
Pembagian encephalon menjadi cortex cerebri, ganglia basalis,thalamus
serta hipothalamus, mesencephalon, truncus cerebri dan cerebellum. Pada
cortex cerebri terdiri atas dua buah hemispherium cerebri. Kedua
hemispherium cerebri dipisahkan oleh fissura longitudinalis cerebri. Falx
cerebri suatu perluasan duramater yang menonjol ke dalamnya. Pembatas
penting yang berada pada hemispherium yaitu corpus callosum, sulcus
carporis callosi (cekungan tepat di atas corpus callosum), sulcuscinguli
(terdapat di dorsal sulcus corporis callosi), fissura lateralis cerebrisylvii
(memisahkan lobus temporalis dan lobus frontalis), sulcus central rolandi
(memisahkan lobus frontalis dan parietalis), sulcus prietoocipitalis
(memisahkan lobus parietalis dan lobus occipitalis, berhubungan dengan
fissure calcarina), fissure calcarin, sulcus chinguli, sulcus cirularis, fissure
circuminsularis, incisura preocipitalis. Pada cortex erebri terdapat lobus
frontalis, lobus parietalis, lobus temporalis, lobus occipitalis. (Ganong,
2008).
8
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum),otak
tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung(medulla
oblongata), dan jembatan varol.
a. Otak besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitasmental,
yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan(memori),
kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua
kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga
beberapa gerakan refleksotak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna
kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di
sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau
merespon rangsangan.Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan
area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan
ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua
area tersebut adalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih
tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu
mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan
terdapat di bagian belakang.
b. Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Didepan
otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja
kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengahmerupakan lobus
optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan
juga merupakan pusat pendengaran.
c. Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang
terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan
yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak
mungkin dilaksanakan.
9
d. Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil
bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang.
e. Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari
medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga
mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan
darah,volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi
kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak
reflex yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
2. Sumsum Tulang Belakang
Secara anatomis , sumsum tulang belakang memiliki cirri-ciri sebagai
berikut :
Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Diameter
struktur ini biasanya sekitar ukuran jari kelingking. Panjang rata-rata 42
cm.
Mempunyai pelebaran servikal dan lumbal untuk mensuplai saraf masing-
masing anggota gerak atas dan bawah.
Zat kelabunya terletak lebih ke sentral, zat putih terletak di perife.
Sebaliknya pada hemisfer serebri.
Mempunyai suatu ujung berbentuk konus sebagai konus medularis.
Median anterior (ventral) dalam dan fisura posteriol (dorsal) yang lebih
dangkal menjalar disepanjang korda dan membaginya menjadi bagian
kanan dan kiri
Dibungkus dan dilindungi oleh meningen. Meningen terdiri dari tiga
lapisan membran jaringan ikat yan mengelilingi dan melindungi otak dan
10
medula spinalis, yaitu: Piameter, Arachnoid, Durameter, dan Cairan
Serebrospinal
3.2.2. Sistem Saraf Tepi/Perifer
Sistem saraf perifer atau tepi secara anatomis dibagi menjadi dua
yaitu nervi spinalis dan nervi cranialis.
1. Nervi Spinalis
Nervi spinalis tersusun atas beberapa segmen yaitu :
a. Nervi cervicalis : 8 segmen
b. Nervi Thoracalis: 12 segmen
c. Nervi lumbalis : 5 segmen
d. Nervi sacralis : 5 segmen
e. Nervi coccygeus : 1 segmen
2. Nervi Cranialis
Nervi cranialis terdiri dari 12 pasang nervi cranialis yang meninggalkan
otak dan berjalan melalui foramen-foramen dalam tengkorak. Semua
saraf cranial ini tersebar daalam kepala dan leher kecuali N. vagus.
Nervus kesepuluh ini juga mempersarafi struktur dalam thorax dan
abdomen. Nervi cranialis ini terdiri dari :
Nervus olfactorius, opticus, vestibulocochlearis seluruhnya adalah saraf
sensorik. Nervus trigeminus, facialis, glossopharingeus, dan vagus
adalah saraf motoris dan sensoris. Sedangkan nervus oculomotorius,
trochlearis, abducens, accesorius, dan hypoglossus termasuk saraf
motoris. (Budianto, 2003)
11
3.2.2.1. Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf otonom terdiri atas neuron motorik yang
mengatur otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Selain itu, sistem
saraf otonom bertugas untuk memantau organ dan pembuluh darah
degan neuron yang memberikan masukan nformasi untuk sistem saraf
pusat. Sistem saraf otonom dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Sistem saraf simpatetik
Sistem saraf simpatetik ini menyiapkan tubuh untuk situasi yang
meerlukan kewaspadaan, kekuatan, dan menimbulkanketakutan,
kemarahan, ketertarikan, dan rasa malu. Sistem saraf simpatetik
merangsang otot jantung untuk meningkatkan denyut jantung,
pembesaran bronkiolus paru-paru (meningkatkan pasokan O2), dan
menyebabkan pembesaran pembuluh darah yang memasok otot-
otot jantungdan rangka.
b. Sistem saraf parasimpatetik
Sistem saraf parasimpatetik merangsang produksi enzim
pencernaan dan merangsang proses pencernaan, buang air kecil dan
buang air besar. Sistem saraf parasimpatetik berfungsi unntuk
mengurangi tekanan darah dan denyut jantung, serta frekuensi
pernapasan dan menyimpan energi saat relaksasi atau istirahat.
3.3. Jaringan Saraf
Jaringan saraf terdiri dari neuron dan neuroglia. Neuron sebagai penghantar
impuls dan neuroglia sebagai penyokong dan penyedia nutrisi. Neuron terdiri atas
badan sel (soma), processus photpharmatis yang terdiri dari dendrit sebagai aferen
(reseptor) dan neurit sebagai eferen (efektor),dan serabut-serabut saraf. Hubungan
antar neuron disebut dengan sinaps. Di dalam sinaps tedapat cairan
neurotransmiter yang di dalamnya terdapat asetilkolin yang digunakan dalam
kelistrikan sistem saraf.(Pearce, 2004)
12
3.3.1. Neuroglia
Neuroglia (berasal dari nerve glue) mengandung berbagai macam
sel yang secara keseluruhan menyokong, melindungi dan sumber nutrisi sel
saraf (Neuron ) pada otak dan Medulla spinalis; sedangkan sel Schwann
merupakan pelindung dan penyokong neuron – neuron di luar system saraf
pusat. Neuroglia menyusun 40 % volume otak dan medulla spinalis.
Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel – sel neuron dengan
perbandingan sekitar sepuluh banding satu.
Ada empat sel Neuroglia yang berhasil diidentifikasi yaitu :
Oligodendroglia, Ependima, Astroglia dan Microglia. Masing – masing
mempunyai fungsi yang khusus.
1) Oligodendroglia merupakan sel glia yang bertanggungjawab
menghasilkan myelin dalam susunan saraf pusat. Sel ini mempunyai
lapisan dengan substansi lemak mengelilingi penonjolan atau sepanjang
sel saraf sehingga terbentuk selubung mielin. Mielin pada susunan saraf
tepi dibentuk oleh sel Schwann. Sel Schwann membentuk myelin
maupun neurolemma saraf tepi. Tidak semua neuron ssusunan saraf tepi
bermielin.
2) Ependima berperanan dalam produksi Cerebro Spinal Fluid. Ependima
adalah neuroglia yang membatasi system ventrikel SSP. Sel - sel inilah
yang merupakan epithel dari Plexus Coroideus ventrikel otak.
3) Microglia mempunyai sifat - sifat phagocyte yang menyingkirkan debris
– debris yang dapat berasal dari sel – sel otak yang mati, bakteri dan lain
– lain. Sel jenis ini ditemukan di seluruh SSP dan dianggap berperanan
penting dalam proses melawan infeksi.
4) Astrocytes atau Astroglia berfungsi sebagai “ sel pemberi makan “ bagi
neuron yang halus. Badan sel Astroglia berbentuk bintang dengan
banyak tonjolandan kebanyakan berakhir pada pembuluh darah sebagai
kaki perivaskular atau “foot processes “ .Bagian ini juga membentuk
dinding perintang antara aliran kapiler darah dengan neuron, sekaligus
mengadakan pertukaran zat diantara keduanya. Dengan kata lain
13
membantu neuron mempertahankan potensial bioelektris yang sesuai
untuk konduksi impuls dan transmisi sinaptik.
3.3.2. Neuron
Neuron terdiri dari bermacam-macam jenis, berikut ini adalah
klasifikasi neuron, antara lain:
Berdasarkan fungsinya, neuron terbagi menjadi:
a. Neuron sensorik , menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada
kulit, organ indera atau suatu organ internal ke SSP.
b. Neuron motorik, menyampaikan impuls dari SSP ke efektor.
c. Interneuron, menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau
menyampaikan informasi ke interneuron lain.
Berdasarkan strukturnya, neuron terbagi menjadi:
a. Neuron multipolar, memiliki satu akson dan dua dendrit atau lebih.
b. Neuron bipolar, memiliki satu akson dan satu dendrit.
c. Neuron unipolar, memiliki prosesus tunggal.
3.4. Fisiologi Susunan Sistem Saraf
Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti kontraksi otot
peristiwa viceral yang berubah dengan cepat, menerima ribuan informasi dan
berbagai organ sensoris dan kemudian mengintrogasikannya untuk menentukan
reaksi yg harus di lakukan oleh tubuh. Membran sel bekerja sebagai suatu sekat
pemisah yang amat efektif dan selektif antara cairan ekstraseluler dan cairan intra
seluler.
Di dalam ruangan ekstraseluler, di sekitar neuron, terdapat cairan dengan
kadar ion natrium dan klorida. Sedangkan dalam cairan intraseluler terdapat
kalium dan protein yang lebih tinggi. Perbedaan komposisi dan kadar ion ion di
dalam dan di luar sel mengakibatkan timbulnya suatu potensial membran. Dalam
keadaan istirahat cairan ekstraseluler adalah elektropositif dan cairan intraseluler
adalah elektro negatif.
14
Bila suatu akson disusun untuk rekaman dengan menempatkan elektroda
perekam pada jarak yang cukup jauh dari elktroda perangsang, dapat ditentukan
kekuatan minimal arus perangsang (kekuatan ambang), yang dalam waktu tertentu
hanya akan menghasilkan potensial aksi. Kekuatan ambang bervariasi sesuai
dengan waktu. Pada rangsang lemah, waktu akan memanjang dan pada rangsang
kuat waktu akan memendek. Hubungan antara kekuatan dan lama rangsang
ambang dinamakan kurva kekuatan waktu. Arus yang meningkat dengan lambat
tidak berhasil merangsang saraf karena saraf beradaptasi kepada rangsang yang
diberikan, suatu proses yang dinamakan akomodasi.
Peningkatan selanjutnya pada intensitas rangsang tidak menghasilkan
peningkatan atau perubahan lain pada potensial aksi selama faktor-faktor lain
pada percobaan ini tidak berubah. Potensial aksi tidak terjadi bila kuat rangsang
dibawah ambang, dan akan timbul dengan amplitudo dan bentuk yang menetap
tanpa terpengaruh kekuatan rangsang, bila kuat rangsang sebesar ambang atau
diatas intensitas ambang. Karena itu potensial aksi bersifat “gagal atau tuntas”
dan dikatakan mengikuti hukum “gagal atau tuntas”.
3.5. Mekanisme Gerak Reflek
Untuk terjadinya gerak reflek, maka dibutuhkan stuktur-stuktur sebagai
berikut :
1. Organ sensorik : yakni yang menerima impuls , contohnya kulit
2. Serabut saraf sensorik , yang mengantarkan impuls-impuls diatas menuju
sel-sel dalam ganglion radix posterior dan selanjutnya serabut sel-sel
tersebut akan meneruskan impuls-impuls itu menuju substansi kelabu pada
kornu posterior medulla spinalis
3. Sumsum tulang belakang, dimana serabut-serabut saraf penghubung yang
ada di dalamnya menghantarkan impuls-impuls menuju kornu anterior
medulla spinalis
4. Sel saraf motorik, yang berada pada kornu anterior medula spinalis
menerima dan mengalihkan impul-impuls tersebut melalui serabut saraf
motorik
15
5. Organ motorik, yang melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh
impuls saraf motorik.
Refleks dapat di kelompokkan dalam berbagai tujuan yang di kelompokkan
berdasarkan :
1. Jenis refleks
refleks spinal.
refleks cranial.
refleks otonom.
2. Letak reseptor yang menerima rangsangan :
refleks ekstroseptif yaitu timbul karena rangsangan pada reseptor
permukaan tubuh.
refleks interoreseptif (viseroreseptif yaitu timbul karena
rangsangan pada alat alat dalam atau pembuluh darah.
refleks proreseftif yaitu timbul rangsangan pada reseptor otot
rangka, tendon, dan sendi untuk keseimbangan sikap
3. Bagian saraf pusat yang terlibat:
refleks spinal melibatkan neuron di medula spinalis
refleks bulbar melibatkan neuron medula oblongata
refleks kortikal melibatkan neuron korteks serebri
4. Jumlah neuron yang terlibat :
refleks monosinaps melalui 2 sinaps dan 2 neuron yang langsung
berhubungan dengan saraf pusat
refleks polisinaps melalui banyak sinaps dan terdapat beberapa
interneuron
3.6. Mekanisme Nyeri
Teori mengenai mekanisme nyeri kepala :
1. Teori Melzack & Wall (1985) : “ Teori gerbang nyeri “ bahwa : Nyeri
diteruskan dari perifer melalui saraf kecil A delta dan C rasa raba, mekanik
dan termal melalui A delta A beta dan C ( serabut besar, kecepatan hantar
serabut besar lebih tinggi dari serabut kecil ). Di Substamtia Gelatinosa
16
(SG) ada sel-sel gerbang yang dapat bekerja menutup dan membuka sel T
(targaet). Serabut besar aktif merangsang sel gerbang di SG, sel gerbang
aktif dan sel T tertutup, maka nyeri tidak dirasa. Serabut kecil aktif, sel SG
tidak aktif, dan sel T terbuka maka nyeri dirasa. Bila dirangsang bersama-
sama, misal antara rasa raba, mekanik,vibrasi,dll dengan rangsang nyeri
maka nyeri tidak dirasa (seperti pada teknik tens, DCS, koyo-koyo, dll.)
2. Tranduksi, merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri dirubah menjadi
suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini
dapat berupa stimuli fisik ( tekanan), suhu ( panas) atau kimia ( substansi
nyeri). Terjadi perubahan patofisiologi karena mediator-mediator nyeri
mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran
nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu
menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-
mediator tersebut diatas dan penurunan PH jaringan. Akibatnya nyeri
dapat timbul karena rangsangan yang sebelumnya tidak mnenimbulkan
nyeri misalnya rabaan. Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula
terjadinya sensititasi sentral yaitu hipereksi tabilitas neuron pada spinalis,
terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intra seluler yang
menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama.
3.7. Gangguan pada Sistem Saraf
Contoh gangguan sistem saraf:
1. Epilepsy : merupakan salah satu gangguan pada sistem saraf. Pada
serangan epilepsy terjadi penglepasan mendadak energy listrik secara
berrlebihan oleh neuron dalam SSP di dalam korteks atau diensefalon yang
secara structural normal atau berpenyakit. Penglepasan itu memicu
terjadinya gerakan kejang, interupsi sensasi,dan perubahan kesadaran .
Serangan dapat berasal dari beberapa factor diantaranya metabolic, toksik
degenerative, genetic, infeksi atau traumatic.
2. Meningitis
17
Meningitis adalah gangguan pada sistem saraf dimana terjadi peradangan
pada lapisan atau selaput otak (meningen) karena infeksi jamur, bakteri,
maupun virus. Beberapa jenis golongan penyakit meningitis adalah :
a) Meningitis kriptokokus
Meningitis ini disebabkan oleh jamur kriptokokus.
b) Viral meningitis
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus.
c) Bakterial mengitis
Bacterial meningitis terjadi karena disebabkan oleh infeksi bakteri.
18
BAB IV
KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat kami tarik kesimpulan bahwa
neurologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang sistem saraf. Sistem
saraf secara structural terbagi menjadi sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan
sum-sum tulang belakang, serta sistem saraf tepi yang terdiri dari cranialis dan
spinalis, unit structural terkecil dari sistem saraf adalah neuron yang berperan
dalam menghantarkan impuls atau rangsangan pada sel tubuh. Jika sistem saraf
bekerja tidak normal, maka dapat menimbulkan berbagai macam gangguan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Makalah Gerak Refleks
Budianto , A. 2003. Guidance to Anatomy II dan III. Surakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret
E., Sukardi. 1984. Fisiologi Susunan Sistem Saraf. Jakarta : Universitas Indonesia
(UI-Press)
Fakultas Kedokteran UI. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius
Ganong, William F., 2008. Buku ajar Fisologi kedokteran. Jakarta : EGC
Guyton, Arthur C, MD. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.
Jakarta : EGC
Kuntarti. 2012. Anatomi Sistem Saraf. repository.ui.ac.id
Pack, Philip E. 2007. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC
Silvia, Price A. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta : EGC
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.
20