31
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah berasal sagala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu. Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas memungkinkan makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah kemampuan menanggapi rangsangan. 1

LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SISTEM TUBUH 2

Citation preview

Page 1: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang kompleks,

sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf

mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan

lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan

aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka

terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh

berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah berasal sagala

fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi

kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu

rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya

dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.

Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas

memungkinkan makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi

perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah

kemampuan menanggapi rangsangan.

Tubuh manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang masing-masing

mempunyai fungsi tertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan

baik, diperlukan adanya koordinasi (pengaturan). Pada manusia dan sebagian

besar hewan, koordinasi dilakukan oleh sistem saraf, sistem indra, dan sistem

hormon. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang sistem saraf.

1.2. Skenario

Bu Joko berusia 37 tahun tidak dating di arisan dasawisma karena dibawa

keluarganya ke klinik, ibu ini mengeluh nyeri kepala karena baru saja mengalami

kecelakaan lalu lintas. Bu Joko menabrak pohon yang ada di pinggir jalan karena

secara reflex menghindari penyebrang jalan yang tiba-tiba melintas di depannya.

Pada pemeriksaanpasien dalam keadaan sadar, tidak demam tetapi kesakitan.

1

Page 2: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

Tidak ada kelainan neurologis lain yang ditemukan saat pemeriksaan. Bu Joko

dipulangkan setelah diberi obat.

1.3. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan scenario diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah,

antara lain sebagai berikut:

Bagaimana sistem saraf secara anatomis, fisiologis, dan histologis?

Bagaimana mekanisme gerak refleks?

Bagaimana mekanisme nyeri?

Apa saja gangguan dari sistem saraf?

1.4. Tujuan Pembelajaran

Dari beberapa hal diatas, tujuan pembelajaran yang ingin kami capai, antara

lain sebagai berikut:

1. Menjelaskan sistem saraf secara anatomis, fisiologis, dan histologis

2. Menjelaskan mekanisme gerak refleks

3. Menjelaskan mekanisme nyeri

4. Menjelaskan beberapa gangguan dari sistem saraf

2

Page 3: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem saraf tersebar secara luas di seluruh tubuh dan mengandung paling

tidak 10 bilion sel saraf yang merupakan komponen dasar sistem saraf. Pada

dasarnya sistem saraf, menghimpun rangsangan dari lingkungan, mengubah

rangsangan-rangsangan demikian menjadi impuls saraf dan meneruskan impuls

ini ke suatu daerah penerimaan dan korelasi yang terorganisasi baik, disini

impuls-impuls ditafsirkan, dan seterusnya disusul ke organ-organ efektor untuk

memberikan jawaban atau respons yang tepat.

Fungsi-fungsi ini dilakukan oleh sel-sel yang sangat terspesialisasi yaitu

neuron, yang bersama sel-sel penyokongnya neuroglia. Secara anatomis sistem

saraf terbagi menjadi sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan sumsum tulang

belakang yang berkontraksi di kranium dan kanalis vertebralis dan sistem saraf

tepi yang terdiri dari 12 nervi kranialis dan 31 nervi spinalis. Secara fungsional

sistem saraf terbagi menjadi sistem saraf somatik yang terutama mengontrol

aktivitas secara sadar dan sistem saraf viseral yang terutama mengontrol aktivitas

secara tidak sadar. Sistem saraf dibangun oleh komponen- komponen sel saraf

atau neuron, sel- sel glia (sel schwan, oligodendrosit, mikroglia, ependim, astrosit

dan sel- sel satelit), dan jaringan ikatsejati. Sel saraf terdiri atas tiga bagian utama

yaitu diantaranya adalah:

1. Dendrit, merupakan uluran pendek danbercabang- cabang dan berperan

menerima rangsang dari lingkungan dan menghantarkan impuls ke arah

badan sel,

2. Badan sel yang terdiri atas sitoplasma dan inti, berperan sebagai pusat

pengaturan sel saraf,

3. Akson, merupakan uluran yang panjang dan berfungsiuntuk

menghantarkan impuls saraf ke sel- sel lain.

Pada neuron, ada dua sifat protoplasma yang berkembang tinggi yakni

iritabilitas yang merupakan kapasitas untuk memberikan jawaban atau respons

3

Page 4: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

terhadap rangsang fisik dan zat-zat kimia dengan permulaan suatu impuls, sifat

yang lain yaitu konduktivitas yaitu kemampuan untuk impuls-impuls saraf

tersebut. Jadi neuron mudah terangsang dan bereaksi terhadap rangsangan.

Jika unit dasar susunan saraf adalah neuron, maka unit integratif adalah

lengkung refleks. Setiap aktivitas saraf melibatkan sejumlah neuron dengan

banyak penghubung yang potensial dengan sinaps-sinapsnya. Kebanyakan

gerakan manusia, melibatkan lengkung refleks yang paling sederhana hanya

melibatkan dua neuron. Kegiatan di lengkung refleks dimulai di reseptor sensorik,

berupa potensial reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang.

Potensial reseptor membangkitkan potensi aksi yang bersifat “gagal atau tuntas”

di saraf aferen.

Frekuensi potensial aksi sebanding dengan besarnya potensial generator. Di

sistem saraf pusat, terjadi lagi respon yang bertahap berupa potensial pascasinap

eksitasi dan potensial postsinap inhibisi di hubungan-hubungan sinaptik. Di

efektor yang berupa otot polos, responnya akan tergabung untuk kemudian

mencetuskan potensial aksi di otot polos. Tetapi bila efektornya berupa otot

rangka, respon bertahap tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan potensial

aksi yang mampu menimbulkan kontraksi otot.

Kegiatan di lengkung refleks merupakan kegiatan yang termodifikasi oleh

berbagai rangsang yang terkumpul di neuron-neuron eferen. Lengkung refleks

yang paling sederhana adalah lengkung refleks yang mempunyai sinaps tunggal

anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung refleks semacam itu dinamakan

monosinaptik, dan refleks yang terjadi disitu dinamakan refleks monosinaptik.

Lengkung refleks yang mempunyai lebih dari satu inter neuron diantara neuron

aferen dan eferen dinamakan polisinaptik, dan jumlah sinapsnya beragam antara

dua sampai beberapa ratus. Pada kedua jenis lengkung refleks, terutama pada

lengkung refleks polisinaptik kegiatannya termodifikasi oleh adanya fasilitasi

spasial dan temporal, oklusi, efek penggabungan daerah-daerah bawah ambang

dan berbagai efek lain.

Sistem saraf mempunyai beberapa gangguan, salah satu gangguan yang

terjadi pada sistem saraf adalah nyeri. Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang

4

Page 5: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu

keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila

seseorang pernah mengalaminya. Menurut International Association for Study of

Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak

menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau

menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri sebagai suatu dasar sensasi

ketidaknyamanan yang berhubungan dengan tubuh dimanifestasikan sebagai

penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman atau fantasi

luka. Nyeri adalah apa yang dikatakan oleh orang yang mengalami nyeri dan bila

yang mengalaminya mengatakan bahwa rasa itu ada. Definisi ini tidak berarti

bahwa anak harus mengatakan bila sakit. Nyeri dapat diekspresikan melalui

menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku.

Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi

pengalaman seseorang terhadap nyeri misalnya usia, jenis kelamin, budaya,

ansietas, pengalaman masa lalu dengan nyeri, efek plasebo, keluarga dan support

sosial, pola koping.

Nyeri dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut

biasanya datang tiba-tiba, umumnya berkaitan dengan cidera spesifik, jika

kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya

menurun sejalan dengan penyembuhan. Nyeri akut didefinisikan sebagai nyeri

yang berlangsung beberapa detik hingga enam bulan. Nyeri kronik adalah nyeri

konstan atau intermiten yang menetap sepanjang satu periode waktu. Nyeri kronis

dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dan sering sulit untuk diobati

karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang

diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronis sering didefenisikan sebagai nyeri

yang berlangsung selama enam bulan atau lebih.

Ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri yaitu sel syaraf

aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau interneuron dan sel saraf eferen

atau neuron motorik. Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor pada ujungnya yang

menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum tulang belakang dan otak.

Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls yang merespon

5

Page 6: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

perubahan fisik dan kimia tubuh. Reseptor-reseptor yang berespon terhadap

stimulus nyeri disebut nosiseptor. Stimulus pada jaringan akan merangsang

nosiseptor melepaskan zat-zat kimia, yang terdiri dari prostaglandin, histamin,

bradikinin, leukotrien, substansi p, dan enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan

mensensitasi ujung syaraf dan menyampaikan impuls ke otak. Kornu dorsalis dari

medula spinalis dapat dianggap sebagai tempat memproses sensori. Serabut

perifer berakhir disini dan serabut traktus sensori asenden berawal disini. Juga

terdapat interkoneksi antara sistem neural desenden dan traktus sensori asenden.

Traktus asenden berakhir pada otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-

impuls dipancarkan ke korteks serebri.

Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem asenden harus

diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak

dalam kulit dan organ internal. Terdapat interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis

yang ketika diaktifkan, menghambat atau memutuskan taransmisi informasi yang

menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras asenden. Seringkali area

ini disebut “gerbang”. Kecendrungan alamiah gerbang adalah membiarkan semua

input yang menyakitkan dari perifer untuk mengaktifkan jaras asenden dan

mengaktifkan nyeri. Namun demikian, jika kecendrungan ini berlalu tanpa

perlawanan, akibatnya sistem yang ada akan menutup gerbang. Stimulasi dari

neuron inhibitor sistem asenden menutup gerbang untuk input nyeri dan

mencegah transmisi sensasi nyeri.

Teori gerbang kendali nyeri merupakan proses dimana terjadi interaksi

antara stimulus nyeri dan sensasi lain dan stimulasi serabut yang mengirim sensasi

tidak nyeri memblok transmisi impuls nyeri melalui sirkuit gerbang penghambat.

Sel-sel inhibitor dalam kornu dorsalis medula spinalis mengandung eukafalin

yang menghambat transmisi nyeri.

6

Page 7: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Mapping

3.2. Sistem Saraf

Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks,

sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf

mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan

lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan

aktivitas system – system tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka

terjalin komunikasi antara berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh

berfungsi sebagai unit yang harmonis.

Secara anatomik sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat yang terdiri

dari otak dan sumsum tulang belakang serta sistem saraf tepi yang terdiri dari 12

pasang nervi kranialis dan 31 pasang nervi spinalis sedangkan secara fungsional

dibagi menjadi sistem saraf somatik yang terutama mengontrol aktivitas secara

7

Page 8: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

sadar dan sistem saraf viseral yang terutama mengontrol aktivitas secara tidak

sadar.

3.2.1. Sistem Saraf Pusat ( Central Nervous System)

Sistem saraf pusat tersusun atas encephalon dan medulla spinalis.

Jaringan saraf membentuk salah satu dari empat kelompok jaringan

utama pada tubuh. Sel-sel saraf berpadu dan membentuk substancia gricea

yang berwarna abu-abu dalam sistem ini seperti yang dijumpai dalam

korteks otak, dan pada bagian dalam medula spinalis.Serabut saraf atau

akson membentuk substansia alba yang berwarna putih. Perbedaan warna ini

terjadi keran akson atau serabut penghantar diselimuti sejenis sarung yang

terbentuk dari bahan seperti lemak, yang mempunyai fungsi melindungi,

memberi makan dan memisahkan serabut-serabut saraf yang satu dari yang

lainnya.(Pearce, 2004)

1. Otak (Encephalon)

Encephalon dilindungi oleh selaput yang bernama Meninges. Meninges

sendiri terdiri dari 3 bagian yaitu duramater, arachnoidea, dan piamater.

Pembagian encephalon menjadi cortex cerebri, ganglia basalis,thalamus

serta hipothalamus, mesencephalon, truncus cerebri dan cerebellum. Pada

cortex cerebri terdiri atas dua buah hemispherium cerebri. Kedua

hemispherium cerebri dipisahkan oleh fissura longitudinalis cerebri. Falx

cerebri suatu perluasan duramater yang menonjol ke dalamnya. Pembatas

penting yang berada pada hemispherium yaitu corpus callosum, sulcus

carporis callosi (cekungan tepat di atas corpus callosum), sulcuscinguli

(terdapat di dorsal sulcus corporis callosi), fissura lateralis cerebrisylvii

(memisahkan lobus temporalis dan lobus frontalis), sulcus central rolandi

(memisahkan lobus frontalis dan parietalis), sulcus prietoocipitalis

(memisahkan lobus parietalis dan lobus occipitalis, berhubungan dengan

fissure calcarina), fissure calcarin, sulcus chinguli, sulcus cirularis, fissure

circuminsularis, incisura preocipitalis. Pada cortex erebri terdapat lobus

frontalis, lobus parietalis, lobus temporalis, lobus occipitalis. (Ganong,

2008).

8

Page 9: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum),otak

tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung(medulla

oblongata), dan jembatan varol.

a. Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitasmental,

yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan(memori),

kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua

kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga

beberapa gerakan refleksotak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna

kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di

sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau

merespon rangsangan.Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan

area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan

ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua

area tersebut adalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih

tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu

mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan

terdapat di bagian belakang. 

b. Otak tengah (mesensefalon)

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Didepan

otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja

kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengahmerupakan lobus

optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan

juga merupakan pusat pendengaran. 

c. Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang

terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan

yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak

mungkin dilaksanakan.

9

Page 10: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

d. Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil

bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang

belakang.

e. Sumsum sambung (medulla oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari

medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga

mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan

darah,volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi

kelenjar  pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak

reflex yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.

2. Sumsum Tulang Belakang

Secara anatomis , sumsum tulang belakang memiliki cirri-ciri sebagai

berikut :

Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Diameter

struktur ini biasanya sekitar ukuran jari kelingking. Panjang rata-rata 42

cm.

Mempunyai pelebaran servikal dan lumbal untuk mensuplai saraf masing-

masing anggota gerak atas dan bawah.

Zat kelabunya terletak lebih ke sentral, zat putih terletak di perife.

Sebaliknya pada hemisfer serebri.

Mempunyai suatu ujung berbentuk konus sebagai konus medularis.

Median anterior (ventral) dalam dan fisura posteriol (dorsal) yang lebih

dangkal menjalar disepanjang korda dan membaginya menjadi bagian

kanan dan kiri

Dibungkus dan dilindungi oleh meningen. Meningen terdiri dari tiga

lapisan membran jaringan ikat yan mengelilingi dan melindungi otak dan

10

Page 11: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

medula spinalis, yaitu: Piameter, Arachnoid, Durameter, dan Cairan

Serebrospinal

3.2.2. Sistem Saraf Tepi/Perifer

Sistem saraf perifer atau tepi secara anatomis dibagi menjadi dua

yaitu nervi spinalis dan nervi cranialis.

1. Nervi Spinalis

Nervi spinalis tersusun atas beberapa segmen yaitu :

a. Nervi cervicalis : 8 segmen

b. Nervi Thoracalis: 12 segmen

c. Nervi lumbalis : 5 segmen

d. Nervi sacralis : 5 segmen

e. Nervi coccygeus : 1 segmen

2. Nervi Cranialis

Nervi cranialis terdiri dari 12 pasang nervi cranialis yang meninggalkan

otak dan berjalan melalui foramen-foramen dalam tengkorak. Semua

saraf cranial ini tersebar daalam kepala dan leher kecuali N. vagus.

Nervus kesepuluh ini juga mempersarafi struktur dalam thorax dan

abdomen. Nervi cranialis ini terdiri dari :

Nervus olfactorius, opticus, vestibulocochlearis seluruhnya adalah saraf

sensorik. Nervus trigeminus, facialis, glossopharingeus, dan vagus

adalah saraf motoris dan sensoris. Sedangkan nervus   oculomotorius,

trochlearis, abducens, accesorius, dan hypoglossus termasuk saraf

motoris. (Budianto, 2003)

11

Page 12: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

3.2.2.1. Sistem Saraf Otonom

Sistem saraf otonom terdiri atas neuron motorik yang

mengatur otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Selain itu, sistem

saraf otonom bertugas untuk memantau organ dan pembuluh darah

degan neuron yang memberikan masukan nformasi untuk sistem saraf

pusat. Sistem saraf otonom dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Sistem saraf simpatetik

Sistem saraf simpatetik ini menyiapkan tubuh untuk situasi yang

meerlukan kewaspadaan, kekuatan, dan menimbulkanketakutan,

kemarahan, ketertarikan, dan rasa malu. Sistem saraf simpatetik

merangsang otot jantung untuk meningkatkan denyut jantung,

pembesaran bronkiolus paru-paru (meningkatkan pasokan O2), dan

menyebabkan pembesaran pembuluh darah yang memasok otot-

otot jantungdan rangka.

b. Sistem saraf parasimpatetik

Sistem saraf parasimpatetik merangsang produksi enzim

pencernaan dan merangsang proses pencernaan, buang air kecil dan

buang air besar. Sistem saraf parasimpatetik berfungsi unntuk

mengurangi tekanan darah dan denyut jantung, serta frekuensi

pernapasan dan menyimpan energi saat relaksasi atau istirahat.

3.3. Jaringan Saraf

Jaringan saraf terdiri dari neuron dan neuroglia. Neuron sebagai penghantar

impuls dan neuroglia sebagai penyokong dan penyedia nutrisi. Neuron terdiri atas

badan sel (soma), processus photpharmatis yang terdiri dari dendrit sebagai aferen

(reseptor) dan neurit sebagai eferen (efektor),dan serabut-serabut saraf. Hubungan

antar neuron disebut dengan sinaps. Di dalam sinaps tedapat cairan

neurotransmiter yang di dalamnya terdapat asetilkolin yang digunakan dalam

kelistrikan sistem saraf.(Pearce, 2004)

12

Page 13: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

3.3.1. Neuroglia

Neuroglia (berasal dari nerve glue) mengandung berbagai macam

sel yang secara keseluruhan menyokong, melindungi dan sumber nutrisi sel

saraf (Neuron ) pada otak dan Medulla spinalis; sedangkan sel Schwann

merupakan pelindung dan penyokong neuron – neuron di luar system saraf

pusat. Neuroglia menyusun 40 % volume otak dan medulla spinalis.

Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel – sel neuron dengan

perbandingan sekitar sepuluh banding satu.

Ada empat sel Neuroglia yang berhasil diidentifikasi yaitu :

Oligodendroglia, Ependima, Astroglia dan Microglia. Masing – masing

mempunyai fungsi yang khusus.

1) Oligodendroglia merupakan sel glia yang bertanggungjawab

menghasilkan myelin dalam susunan saraf pusat. Sel ini mempunyai

lapisan dengan substansi lemak mengelilingi penonjolan atau sepanjang

sel saraf sehingga terbentuk selubung mielin. Mielin pada susunan saraf

tepi dibentuk oleh sel Schwann. Sel Schwann membentuk myelin

maupun neurolemma saraf tepi. Tidak semua neuron ssusunan saraf tepi

bermielin.

2) Ependima berperanan dalam produksi Cerebro Spinal Fluid. Ependima

adalah neuroglia yang membatasi system ventrikel SSP. Sel - sel inilah

yang merupakan epithel dari Plexus Coroideus ventrikel otak.

3) Microglia mempunyai sifat - sifat phagocyte yang menyingkirkan debris

– debris yang dapat berasal dari sel – sel otak yang mati, bakteri dan lain

– lain. Sel jenis ini ditemukan di seluruh SSP dan dianggap berperanan

penting dalam proses melawan infeksi.

4) Astrocytes atau Astroglia berfungsi sebagai “ sel pemberi makan “ bagi

neuron yang halus. Badan sel Astroglia berbentuk bintang dengan

banyak tonjolandan kebanyakan berakhir pada pembuluh darah sebagai

kaki perivaskular atau “foot processes “ .Bagian ini juga membentuk

dinding perintang antara aliran kapiler darah dengan neuron, sekaligus

mengadakan pertukaran zat diantara keduanya. Dengan kata lain

13

Page 14: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

membantu neuron mempertahankan potensial bioelektris yang sesuai

untuk konduksi impuls dan transmisi sinaptik.

3.3.2. Neuron

Neuron terdiri dari bermacam-macam jenis, berikut ini adalah

klasifikasi neuron, antara lain:

Berdasarkan fungsinya, neuron terbagi menjadi:

a. Neuron sensorik , menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada

kulit, organ indera atau suatu organ internal ke SSP.

b. Neuron motorik, menyampaikan impuls dari SSP ke efektor.

c. Interneuron, menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau

menyampaikan informasi ke interneuron lain.

Berdasarkan strukturnya, neuron terbagi menjadi:

a. Neuron multipolar, memiliki satu akson dan dua dendrit atau lebih.

b. Neuron bipolar, memiliki satu akson dan satu dendrit.

c. Neuron unipolar, memiliki prosesus tunggal.

3.4. Fisiologi Susunan Sistem Saraf

Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti kontraksi otot

peristiwa viceral yang berubah dengan cepat, menerima ribuan informasi dan

berbagai organ sensoris dan kemudian mengintrogasikannya untuk menentukan

reaksi yg harus di lakukan oleh tubuh. Membran sel bekerja sebagai suatu sekat

pemisah yang amat efektif dan selektif antara cairan ekstraseluler dan cairan intra

seluler.

Di dalam ruangan ekstraseluler, di sekitar neuron, terdapat cairan dengan

kadar ion natrium dan klorida. Sedangkan dalam cairan intraseluler terdapat

kalium dan protein yang lebih tinggi. Perbedaan komposisi dan kadar ion ion di

dalam dan di luar sel mengakibatkan timbulnya suatu potensial membran. Dalam

keadaan istirahat cairan ekstraseluler adalah elektropositif dan cairan intraseluler

adalah elektro negatif.

14

Page 15: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

Bila suatu akson disusun untuk rekaman dengan menempatkan elektroda

perekam pada jarak yang cukup jauh dari elktroda perangsang, dapat ditentukan

kekuatan minimal arus perangsang (kekuatan ambang), yang dalam waktu tertentu

hanya akan menghasilkan potensial aksi. Kekuatan ambang bervariasi sesuai

dengan waktu. Pada rangsang lemah, waktu akan memanjang dan pada rangsang

kuat waktu akan memendek. Hubungan antara kekuatan dan lama rangsang

ambang dinamakan kurva kekuatan waktu. Arus yang meningkat dengan lambat

tidak berhasil merangsang saraf karena saraf beradaptasi kepada rangsang yang

diberikan, suatu proses yang dinamakan akomodasi.

Peningkatan selanjutnya pada intensitas rangsang tidak menghasilkan

peningkatan atau perubahan lain pada potensial aksi selama faktor-faktor lain

pada percobaan ini tidak berubah. Potensial aksi tidak terjadi bila kuat rangsang

dibawah ambang, dan akan timbul dengan amplitudo dan bentuk yang menetap

tanpa terpengaruh kekuatan rangsang, bila kuat rangsang sebesar ambang atau

diatas intensitas ambang. Karena itu potensial aksi bersifat “gagal atau tuntas”

dan dikatakan mengikuti hukum “gagal atau tuntas”.

3.5. Mekanisme Gerak Reflek

Untuk terjadinya gerak reflek, maka dibutuhkan stuktur-stuktur sebagai

berikut :

1. Organ sensorik : yakni yang menerima impuls , contohnya kulit

2. Serabut saraf sensorik , yang mengantarkan impuls-impuls diatas menuju

sel-sel dalam ganglion radix posterior dan selanjutnya serabut sel-sel

tersebut akan meneruskan impuls-impuls itu menuju substansi kelabu pada

kornu posterior medulla spinalis

3. Sumsum tulang belakang, dimana serabut-serabut saraf penghubung yang

ada di dalamnya menghantarkan impuls-impuls menuju kornu anterior

medulla spinalis

4. Sel saraf motorik, yang berada pada kornu anterior medula spinalis

menerima dan mengalihkan impul-impuls tersebut melalui serabut saraf

motorik

15

Page 16: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

5. Organ motorik, yang melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh

impuls saraf motorik.

Refleks dapat di kelompokkan dalam berbagai tujuan yang di kelompokkan

berdasarkan :

1. Jenis refleks

refleks spinal.

refleks cranial.

refleks otonom.

2. Letak reseptor yang menerima rangsangan :

refleks ekstroseptif yaitu timbul karena rangsangan pada reseptor

permukaan tubuh.

refleks interoreseptif (viseroreseptif yaitu timbul karena

rangsangan pada alat alat dalam atau pembuluh darah.

refleks proreseftif yaitu timbul rangsangan pada reseptor otot

rangka, tendon, dan sendi untuk keseimbangan sikap

3. Bagian saraf pusat yang terlibat:

refleks spinal melibatkan neuron di medula spinalis

refleks bulbar melibatkan neuron medula oblongata

refleks kortikal melibatkan neuron korteks serebri

4. Jumlah neuron yang terlibat :

refleks monosinaps melalui 2 sinaps dan 2 neuron yang langsung

berhubungan dengan saraf pusat

refleks polisinaps melalui banyak sinaps dan terdapat beberapa

interneuron

3.6. Mekanisme Nyeri

Teori mengenai mekanisme nyeri kepala :

1. Teori Melzack & Wall (1985) : “ Teori gerbang nyeri “ bahwa : Nyeri

diteruskan dari perifer melalui saraf kecil A delta dan C rasa raba, mekanik

dan termal melalui A delta A beta dan C ( serabut besar, kecepatan hantar

serabut besar lebih tinggi dari serabut kecil ). Di Substamtia Gelatinosa

16

Page 17: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

(SG) ada sel-sel gerbang yang dapat bekerja menutup dan membuka sel T

(targaet). Serabut besar aktif merangsang sel gerbang di SG, sel gerbang

aktif dan sel T tertutup, maka nyeri tidak dirasa. Serabut kecil aktif, sel SG

tidak aktif, dan sel T terbuka maka nyeri dirasa. Bila dirangsang bersama-

sama, misal antara rasa raba, mekanik,vibrasi,dll dengan rangsang nyeri

maka nyeri tidak dirasa (seperti pada teknik tens, DCS, koyo-koyo, dll.)

2. Tranduksi, merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri dirubah menjadi

suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini

dapat berupa stimuli fisik ( tekanan), suhu ( panas) atau kimia ( substansi

nyeri). Terjadi perubahan patofisiologi karena mediator-mediator nyeri

mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran

nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu

menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-

mediator tersebut diatas dan penurunan PH jaringan. Akibatnya nyeri

dapat timbul karena rangsangan yang sebelumnya tidak mnenimbulkan

nyeri misalnya rabaan. Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula

terjadinya sensititasi sentral yaitu hipereksi tabilitas neuron pada spinalis,

terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intra seluler yang

menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama.

3.7. Gangguan pada Sistem Saraf

Contoh gangguan sistem saraf:

1. Epilepsy : merupakan salah satu gangguan pada sistem saraf. Pada

serangan epilepsy terjadi penglepasan mendadak energy listrik secara

berrlebihan oleh neuron dalam SSP di dalam korteks atau diensefalon yang

secara structural normal atau berpenyakit. Penglepasan itu memicu

terjadinya gerakan kejang, interupsi sensasi,dan perubahan kesadaran .

Serangan dapat berasal dari beberapa factor diantaranya metabolic, toksik

degenerative, genetic, infeksi atau traumatic.

2. Meningitis

17

Page 18: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

Meningitis adalah gangguan pada sistem saraf dimana terjadi peradangan

pada lapisan atau selaput otak (meningen) karena infeksi jamur, bakteri,

maupun virus. Beberapa jenis golongan penyakit meningitis adalah :

a) Meningitis kriptokokus

Meningitis ini disebabkan oleh jamur kriptokokus.

b) Viral meningitis

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus.

c) Bakterial mengitis

Bacterial meningitis terjadi karena disebabkan oleh infeksi bakteri.

18

Page 19: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

BAB IV

KESIMPULAN

Dari beberapa penjelasan diatas, dapat kami tarik kesimpulan bahwa

neurologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang sistem saraf. Sistem

saraf secara structural terbagi menjadi sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan

sum-sum tulang belakang, serta sistem saraf tepi yang terdiri dari cranialis dan

spinalis, unit structural terkecil dari sistem saraf adalah neuron yang berperan

dalam menghantarkan impuls atau rangsangan pada sel tubuh. Jika sistem saraf

bekerja tidak normal, maka dapat menimbulkan berbagai macam gangguan.

19

Page 20: LAPORAN SKENARIO 3 SISTEM SARAF

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Makalah Gerak Refleks

Budianto , A. 2003. Guidance to Anatomy II dan III. Surakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret

E., Sukardi. 1984. Fisiologi Susunan Sistem Saraf. Jakarta : Universitas Indonesia

(UI-Press)

Fakultas Kedokteran UI. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media

Aesculapius

Ganong, William F., 2008. Buku ajar Fisologi kedokteran. Jakarta : EGC

Guyton, Arthur C, MD. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.

Jakarta : EGC

Kuntarti. 2012. Anatomi Sistem Saraf. repository.ui.ac.id

Pack, Philip E. 2007. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC

Silvia, Price A. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.

Jakarta : EGC

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.

20