52
LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK PELATIHAN DAN WORKSHOP TENTANG EVALUASI PEMBELAJARAN KIMIA DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN K.13 DAN KTSP PADA GURU KIMIA DI KABUPATEN BANGLI OLEH: Dr. I Gusti Lanang Wiratma, M.Si. /NIDN. 0031126217 Prof. Drs. I Wayan Subagia, M.App.Sc., Ph.D /NIDN. 0020126201 Dra. Frieda Nurlita, M.Pd./NIDN. 0007065208 JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2016

LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK - …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196212311987031020... · Dari ketiga proses tersebut, penilaian dalam proses pembelajaran memiliki

  • Upload
    ngokhue

  • View
    230

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK

PELATIHAN DAN WORKSHOP TENTANG EVALUASI PEMBELAJARAN KIMIA DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN K.13 DAN KTSP

PADA GURU KIMIA DI KABUPATEN BANGLI

OLEH:

Dr. I Gusti Lanang Wiratma, M.Si. /NIDN. 0031126217 Prof. Drs. I Wayan Subagia, M.App.Sc., Ph.D /NIDN. 0020126201

Dra. Frieda Nurlita, M.Pd./NIDN. 0007065208

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

2016

3

Pelatihan dan Workshop tentang Evaluasi Pembelajaran Kimia dalam Mengimplementasikan K.13 dan KTSP pada

Guru Kimia di Kabupaten Bangli

Oleh: Dr. I Gusti Lanang Wiratma, M.Si. dkk.

Abstrak

Pengurus MGMP Kimia di Bangli Bapak Nengah Lancar S.Pd, menyatakan banyak hal yang belum dipahami tentang K.13 terutama pada kegiatan manajemen evaluasi. Beliau menyatakan kami perlu banyak penyegaran tentang teori, strategi dan teknik di lapangan untuk kegiatan pembelajaran, terutama dalam evaluasi pembelajaran. Hal ini dikemukakan ketika pada tanggal 17 Oktober 2015 di SMAN. 2 Bangli, dan diperkuat oleh beberapa guru lain. Permasalahan yang dihadapi tersebut dilanjutkan dengan membuat surat permohonan khusus dari MGMP Kimia Kabupaten Bangli kepada saya, agar membantu memberikan workshop tentang manajemen evaluasi pembelajaran kimia (surat ada pada Lampiran). Jadi, berdasarkan surat yang disampaikan tersebut dapat diinterpretasi bahwa masalah yang dihadapi guru kimia di Kabupaten Bangli adalah bagaimana melakukan evaluasi pembelajaran kimia yang benar yang meliputi tiga domain dan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai? Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan tersebut maka akan dilakukan pelatihan, bimbingan teknis, dan workshop tentang manajemen evaluasi pembelajaran kimia. Pemahaman manajemen evaluasi pembelajaran kimia ini akan dapat digunakan baik dalam penerapan KTSP, maupun K.13.

Kegiatan pelatihan dan workshop ini bertujuan untuk: meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru-guru kimia di kabupaten Bangli mengenai perencanaan, menyusun, pelaksanaan, dan melakukan penilaian dalam evaluasi pembelajaran kimia. Produk akhir yang diharapkan dari kegiatan ini adalah perangkat evaluasi pembelajaran kimia yang meliputi tiga ranah yaitu, kognitif, afektif dan psikomotor.

Metoda yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut adalah metoda ceramah, diskusi, workshop dan bimbingan teknis. Pendekatan dalam pelaksanaan kegiatan adalah partisipatif humanistik, artinya melibatkan secara aktif guru-guru kimia berlatih bersama dalam suasana saling menghargai, saling memberi dan menerima informasi ataupun pemahaman yang dimiliki oleh masing-masing peserta maupun tutor.

Hasil yang diperoleh bahwa guru sangat antusias dan semangat mengikuti pelatihan, menunjukkan aktifitas yang sangat baik, terjadi peningkatan tentang pemahaman dalam merencanakan evaluasi pembelajaran kimia. Guru berharap memeroleh pelatihan sejenis di tahun-tahun berikutnya secara rutin yang terkait dengan peningkatan kompetensi dan profesionalitasnya. Kehadiran guru 85 % dan dari semua yang hadir, meyatakan setuju dan menyatakan baik dengan perencanaan kegiatandan pelaksanaan kegiatan tersebut. Jadi kegiatan berjalan dengan sangat baik, dan memuaskan bagi guru. Kata-kata kunci: pelatihan, workshop, evaluasi pembelajaran kimia, guru kimia, Bangli

4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1 1.2 Analisis Situasi 3 1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah 4 1.4 Tujuan Kegiatan 5 1.5 Manfaat Kegiatan 5 BAB II METODE PELAKSANAAN 6 2.1 Khalayak Sasaran Strategis 6 2.2 Kerangka Pemecahan Masalah 6 2.3 Metode Pelaksaan Kegiatan 7 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 9 3.1 Hasil Kegiatan 9 3.2 Pembahasan 12 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 16 DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN-LAMPIRAN

5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan pembelajaran dalam suatu jenjang pendidikan tidak lepas dari perencanaan

pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Guru sebagai pendidik

harus mampu melakukan ketiga hal tersebut secara berkesinambungan agar diperoleh output

yang berkualitas. Dari ketiga proses tersebut, penilaian dalam proses pembelajaran memiliki

peranan yang sangat penting, hal ini karena penilaian dapat dipakai sebagai parameter

keberhasilan seorang peserta didik dalam kegiatan belajar disekolah. Hasil penilaian yang

diberikan oleh guru terhadap setiap siswa akan memberikan gambaran ketercapain

kompetensi pembelajaran dan keefektifan proses belajar mengajar. Dengan hasil penilaian

ini, guru juga akan mampu memberikan umpan balik kepada siswa dan merencanakan proses

pembelajaran selanjutnya.

Penilaian yang dilakukan oleh guru kepada siswa tidak hanya dilakukan sekali atau

dua kali dalam kegiatan pembelajaran tetapi harus dilakukan secara berkesinambungan, hal

ini sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan No. 66 tahun 2013 tentang

Standar Penilaian Pendidikan mengamanatkan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik

dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemampuan

belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran

(http://www.snapdrive.net/files/579300/standar_penilaian_pendidikan.pdf.).

Mutu pendidikan di Indonesia merupakan salah satu isu sentral dalam kerangka

wacana pedagogi kritis dewasa ini. Isu mutu pendidikan terkait dengan kualitas guru dan

tenaga kependidikan (kepala sekolah, pengawas), kurikulum, metode pembelajaran, bahan

ajar, alat bantu pembelajaran, dan manajemen sekolah. Keenam elemen ini saling berkait

dalam upaya meningkatkan kualitas belajar-mengajar yang berpuncak pada peningkatan

mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan tidak bisa lepas dari perencanaan

pembelajaran, strategi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Bapak Fuad Hasan (mantan Mendikbud RI) (dalam Kartono, 2009) menyebutkan bahwa

bagaimanapun hebatnya kurikulum, jika guru yang menerapkan tidak kompeten maka tidak

6

akan pernah mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian kualitas dan kompetensi

guru harus ditingkatkan agar menjadi guru yang profesional. Peningkatan kompetensi guru

dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuannya dalam perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi pembelajaran.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia sudah

dilakukan secara serius dengan berbagai strategi. Salah satu strategi yang dilakukan adalah

pengembangan kurikulum, yaitu dari kurikulum berbasis konten menuju kurikulum berbasis

kompetensi (KBK) yang diimplementasikan melalui kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP). Pada tahun 2013 kurikulum KTSP diubah dan dikembangkan menjadi kurikulum

2013.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir yaitu pola

pembelajaran berpusat pada peserta didik, pembelajaran interaktif, pembelajaran dengan

jejaring, pembelajaran aktif dengan pendekatan sains, belajar berbasis tim (kelompok),

berbasis multi media, memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki peserta

didik, pembelajaran multi disiplin, dan pembelajaran kritis. Penguatan tata kelola kurikulum

dengan cara tata kerja guru bersifat kolaboratif, penguatan manajemen sekolah yakni kepala

sekolah sebagai pimpinan kependidikan, dan penguatan sarana dan prasarana untuk proses

pembelajaran. Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi

yang relevan bagi peserta didik.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19, Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (SNP) menetapkan lingkup SNP meliputi standar isi, standar proses,

standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan

prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. SNP

adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia. SNP berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan,

dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.

SNP bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Pelaksanaan pembelajaran di kelas mesti mengacu pada standar nasional pendidikan.

Peran guru didalam melaksanakan standar nasional pendidikan lebih menitik beratkan pada

standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, dan standar penilaian pendidikan.

7

Pemahaman guru tentang beberapa standar tersebut di atas dalam mengimplementasikan

kurikulum 2013 perlu dimatangkan, ditingkatkan, sehingga memiliki kepercayaan diri dalam

melaksanakan pembelajaran di kelas. Pengembangan KTSP menuju kurikulum 2013, diikuti

juga dengan perubahan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan dan standar

penilaian. Oleh karena itu penyamaan persepsi tentang standar isi dan standar kompetensi

lulusan serta peningkatan pemahaman guru-guru bidang studi kimia mengenai cara

mengimplementasikan standar proses dan standar penilaian terkait dengan kurikulum 2013

sangat dibutuhkan.

1.2 Analisis Situasi

Kabar tentang ganti kurikulum menghebohkan dunia pendidikan. Banyak guru yang cemas,

kecewa, jengkel, namun ada yang merespon dingin-dingin saja. Memang masih bagus jika

guru merasa cemas dan kecewa, sepanjang kecemasan dan kekecewaan itu dalam batas

ambang toleransi. Bagi guru yang cemas dan kecewa, setidaknya masih merespon dengan

sikap yang siap untuk mau berubah (Bedjo, 2007).

Guru kimia di kabupaten Bangli sebagian besar dalam kondisi belum percaya diri

secara penuh dengan diberlakukannya kurikulum 2013, yang sudah dimulai sejak tahun

ajaran baru 2014-2015. Kecemasan dan kegalauan yang terjadi dikarenakan, para guru kimia

belum memeroleh informasi atau penjelasan yang tuntas mengenai implementasi kurikulum

2013. Sosialisasi mengenai kurikulum 2013 yang didapatkan oleh beberapa guru di masing-

masing sekolah terbatas pada pimpinan-pimpinan sekolah. Sementara itu guru-guru yang lain

diharapkan memperoleh imbas atau desiminasi dari pimpinan di sekolah. Kondisi seperti

tersebut tidak mampu memberikan informasi yang optimum tentang apa yang diperoleh oleh

pimpinan sekolah untuk disampaikan kepada para guru. Pimpinan di sekolah akan cenderung

menginformasikan kebijakan tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan wajib dilakukan

oleh sekolah, dan guru. Sementara itu implementasi kurikulum yang menyangkut teknis

untuk kepentingan guru mata pelajaran tertentu belum disosialisasikan secara detail.

Perkembangan berikutnya ada beberapa sekolah yang kembali menerapkan kurikulum

KTSP, namun demikian tidak serta merta menghilangkan kecemasan guru. Hal ini terjadi

karena tuntutan kompetensi yang diharapkan oleh kurikulum menyangkut tiga domain yaitu:

kognitif, afektif, dan psikomotor mulai disadari memang perlu diberikan secara seimbang.

8

Kesadaran seperti ini adalah suatu perkembangan yang bagus, karena mulai memahami

begitu penting keseimbangan kecerdasan pada siswa, yang sebelumnya para guru lebih

cenderung mengasah siswa pada domain kognitif.

Situasi yang sesungguhnya positif ini menjadikan guru memiliki rasa ingin tahu lebih

dalam mengenai cara melakukan evaluasi yang benar menyangkut ketiga ranah tersebut

(kognitif, afektif dan psikomotor) sebagai inti dari kompetensi. Prinsip evaluasi tersebut

senantiasa diberlakukan baik pada penerapan KTSP maupun Kurikulum 2013. Hal ini yang

mendorong beberapa guru kimia ingin mendapatkan penyegaran kembali tentang teknik

penilaian yang berkaitan dengan pembelajaran kimia.

1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Kebijakan pemerintah menyatakan pada tahun ajaran 2014-2015, kurikulum 2013 harus

diimplementasikan, sementara itu secara konseptual sesungguhnya guru belum memiliki

pemahaman yang benar tentang kurikulum tersebut. Pengakuan guru kimia di beberapa

sekolah menyatakan sampai saat ini guru kimia belum pernah memperoleh pelatihan

mengenai kurikulum 2013. Pernyataan tersebut didukung oleh ketua MGMP kimia

kabupaten Karangasem, Bapak Nengah Ady Suwirta (guru kimia SMAN 1 Karangasem)

menyatakan belum memahami secara baik tentang kurikulum 2013 terutama dalam

penyusunan perangkat pembelajanran, dan penilaian pembelajaran. Hal senada juga

disampaikan oleh suadara Eka Pratiwi guru kimia di SMAN 1 Karangasem menyatakan

belum memahami bagaimana menerapkan standar penilaian terkait kurikulum 2013.

Demikian juga salah satu Pengurus MGMP Kimia di Bangli Bapak Nengah Lancar

S.Pd, menyatakan banyak hal yang belum dipahami tentang K.13 terutama pada kegiatan

manajemen evaluasi. Beliau menyatakan kami perlu banyak penyegaran tentang teori,

strategi dan teknik di lapangan untuk kegiatan pembelajaran, terutama dalam evaluasi

pembelajaran. Hal ini dikemukakan ketika pada tanggal 17 Oktober 2015 di SMAN. 2

Bangli, dan diperkuat oleh beberapa guru lain. Permasalahan yang dihadapi tersebut

dilanjutkan dengan membuat surat khusus dari MGMP Kimia Kabupaten Bangli kepada

saya, agar membantu memberikan workshop tentang manajemen evaluasi pembelajaran

kimia (surat ada pada Lampiran). Jadi berdasarkan surat yang disampaikan tersebut, dapat

diinterpretasi bahwa masalah yang dihadapi guru kimia di Kabupaten Bangli adalah

9

bagaimana melakukan evaluasi pembelajaran kimia yang benar yang meliputi tiga domain

dan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai?

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan tersebut maka akan dilakukan

pelatihan, bimbingan teknis, dan workshop tentang manajemen evaluasi pembelajaran kimia.

Teknik evaluasi pembelajaran kimia ini akan dapat digunakan baik dalam penerapan KTSP,

maupun K.13. Oleh karena itu masalah yang akan diatasi dalam kegiatan ini adalah:

1) Bagaimana merencanakan evaluasi pembelajaran kimia yang menyangkut tiga

domain ?

2) Bagaimana melaksanakan evaluasi pembelajaran kimia yang menyangkut tiga

domain ?

3) Bagaimana melakukan penilaian dari hasil evaluasi yang diperoleh?

Dalam upaya mengatasi masalah tersebut akan dilakukan kegiatan dalam bentuk

ceramah penyegaran teori, latihan terbimbing dan tanya jawab, kemudian dilanjutkan dengan

work shop, sampai dihasilkan perangkat evaluasi yang siap digunakan.

1.4 Tujuan Kegiatan

Kegiatan pelatihan dan workshop tersebut di atas bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan pemahaman guru kimia di kabupaten Bangli mengenai evaluasi

pembelajaran kimia.

2. Untuk meningkatkan keterampilan guru kimia di kabupaten Bangli dalam

merencanakan dan melaksanakan ealuasi pembelajaran kimia.

1.5 Manfaat kegiatan

Kegiatan pelatihan ini sangat bermanfaat bagi guru kimia, siswa dan sekolah.

Manfaat yang diperoleh adalah sebagaiberikut:

1. Bagi guru kimia memiliki kesiapan dan kepercayaan diri dalam melakukan asesment

kepada siswanya.

2. Bagi siswa akan memeroleh pembelajaran dan evaluasi yang meliputi tiga ranah,

kognitif, afektif dan psikomotorik.

3. Bagi sekolah memeroleh kepastian dilaksanakan evaluasi sesuai harapan kurikulum.

10

BAB II

METODE PELAKSANAAN

2.1 Khalayak Sasaran Strategis

Khalayak sasaran yang dituju adalah guru-guru kimia yang bertugas di sekolah

menengah atas, di kabupaten Bangli. Sasaran kepada guru-guru kimia ini dengan beberapa

pertimbangan diantaranya: pertama sesuai dengan informasi yang disampaikan ketua MGMP

kimia di kabupaten Karangasem, bahwa sampai saat ini belum memperoleh pelatihan

mengenai teknik evaluasi yang berkaitan dengan kurikulum 2013. Kedua, guru-guru kimia di

kabupaten Bangli belum biasa melaksanakan penilaian pada domain afektif dan psikomotor,

sesuai dengan yang ada dalam kompetensi inti pada K.13. Ketiga para guru kimia belum

memiliki kepercayaan diri untuk menerapkan evaluasi untuk kompetensi spiritual, sosial, dan

keterampilan. Guru-guru kimia mengalami kesulitan melaksanakan penilaian dalam tiga

ranah kompetensi, dan berharap memperoleh bimbingan teknis dan pelatihan agar dapat

melaksanakan tugas pengimplementasian K.13 maupun KTSP dengan mantap.

Kondisi tersebut sejalan dengan temuan penelitian Bara (2014) yang menyatakan

sebagai berikut. Penilaian yang sudah mampu dilaksanakan oleh guru yang sesuai dengan

Standar Penilaian Pendidikan No. 66 tahun 2013 yaitu untuk aspek pengetahuan melalui

teknik tes tulis dan penugasan. Untuk tes tulis dan penugasan ini guru belum sepenuhnya

mampu membuat rubric penilaian dengan tepat. Penilaian untuk aspek sikap hanya dinilai

dengan menggunakan teknik jurnal/catatan harian. Dimana guru akan membuat tanda-tanda

tertentu didalam absen siswa untuk penilaian sikap siswa dalam kegiatan pembelajaran. Guru

belum mampu untuk membuat rubrik yang sesuai dengan standar untuk jurnal dalam

melaksanakan penilaian. Dari nilai yang diperoleh dari jurnal ini, nilai ini dapat juga

digunakan oleh guru sebagai nilai tambahan untuk siswa. Penilaian untuk aspek keterampilan

belum dapat dilaksanakan oleh guru sepenuhnya.

2.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Masalah utama yang dipecahkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah

mengatasi kekurang pahaman guru-guru kimia di Bangli mengenai mengelola evaluasi

11

pembelajaran kimia, baik dalam penerapan K.13 maupun KTSP. Untuk mengatasi masalah

tersebut akan dicarikan solusi dengan berbagai bentuk kegiatan seperti yang disajikan pada

tabel 1 berikut:

Tabel 1. Hubungan antara Masalah, Akar masalah dan Solusi.

NO PERMASALAHAN AKAR MASALAH SOLUSI

1 Guru-guru kimia di kabupaten Bangli belum memahami dengan baik dalam mengelola evaluasi belajar kimia yang menyangkut tiga domain

Kurangnya sosialisasi tentang teknik penilaian kurikulum 2013, maupun KTSP, yang menyangkut tiga domain, dan belum memeroleh pelatihan.

Memberikan informasi dan pemantapan konsep tentang evaluasi dan penilaian pembelajaran kimia. Latihan melakukan penilaian

2 Guru-guru kimia di kabupaten Bangli, belum memiliki perangkat evaluasi yang diyakini untuk diterapkan di sekolah.

Belum memperoleh pelatihan dan bimbingan teknis, mengenai cara melakukan evaluasi yang menyangkut tiga domain.

Memberikan pelatihan dan bimbingan teknis dalam bentuk kegiatan workshop membuat perangkat evaluasi belajar kimia yang menyangkut tiga domain

2.3 Metode Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan P2M yang akan dilakukan berupa pelatihan dan workshop teknik evaluasi untuk

penerapan kurikulum 2013 dan KTSP pada guru-guru kimia di kabupaten bangli. Pihak-

pihak yang terkait dengan kegiatan ini adalah guru-guru kimia yang berada dalam wadah

MGMP kimia, dan Sekolah. Keterkaitan yang ada dalam program ini adalah antara Undiksha

melalui Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA dengan MGMP Kimia, dan SMAN 2 Bangli

sebagai tempat dilaksanakan pelatihan.

Metoda yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut adalah metoda ceramah,

diskusi, workshop dan bimbingan teknis. Pendekatan dalam pelaksanaan kegiatan adalah

partisipatif humanistik, artinya melibatkan secara aktif guru-guru kimia berlatih bersama

dalam suasana saling menghargai, saling memberi dan menerima informasi ataupun

pemahaman yang dimiliki oleh masing-masing peserta maupun tutor. Hubungan tujuan

kegiatan, metoda dan bentuk kegiatan dapat dilukiskan seperti tabel 2 berikut.

12

Tabel 2. Hubungan antara Tujuan kegiatan, Metoda, dan Bentuk kegiatan

No Tujuan Kegiatan Metoda Bentuk Kegiatan

1 Untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru-guru kimia di kabupaten Bangli mengenai perencanaan evaluasi pembelajaran kimia.

Ceramah Tanya jawab Latihan melalui workshop

Memberikan informasi tentang teori evaluasi, dan merencanakan evaluasi dalam bentuk bahan ajar (kertas kerja). Dilanjutkan dengan latihan membuat perangkat evaluasi melalui workshop

2 Untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru-guru kimia di kabupaten Bangli dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran kimia.

Ceramah Tanya jawab Latihan melalui workshop

Memberikan informasi tentang teknik melaksanakan evaluasi pembelajaran kimia. Dilanjutkan dengan latihan membuat perangkat evaluasi melalui workshop

3 Untuk meningkatkan kemampuan melakukan penilaian dari data evaluasi pembelajaran kimia

Ceramah Tanya jawab Latihan melalui workshop

Memberikan informasi tentang teknik melaksanakan evaluasi pembelajaran kimia. Dilanjutkan dengan latihan membuat perangkat evaluasi melalui workshop

13

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Kegiatan

Hasil kegiatan di dicermati berdasarkan rancangan evaluasi yang telah ditetapkan

sebelumnya. Evaluasi dilakukan dengan melihat proses kegiatan dan produk kegiatan.

Evaluasi terhadap proses dilakukan dengan mengukur/menilai kehadiran peserta, aktivitas

dan antusiasme peserta, dan respon peserta terhadap kegiatan yang diikuti. Kehadiran peserta

diukur dengan prosentase presensi peserta, aktivitas/antusisme peserta diukur ketika proses

berlangsung dengan mengobservasi keadaan peserta dalam mengikuti pelatihan. Pengukuran

aktivitas dilakukan dengan pedoman observasi dengan jurnal, yang selanjutnya dianalisis dan

dilakukan justifikasi. Respon peserta diukur dengan cara memberikan quesioner tertutup

mengenai tanggapan peserta terhadap kegiatan dengan skala likert. Penilaian dilakukan

dengan menganalisis hasil quesioner selanjutnya dilakukan interpretasi dan justifikasi.

Penilaian produk dilakukan dengan mencermati produk yang dihasilkan ketika pelatihan dan

bimbingan teknis dilakukan, produk tersebut berupa perangkat pembelajaran, dan resume

terhadap kajian aspek-aspek kurikulum 2013.

Dalam kegiatan pelatihan tersebut diundang sebanyak 22 orang guru kimia di Kab.

Karangasem. Dari 22 orang guru di undang, yang hadir sebanyak 19 orang, dan dari 19 orang

guru yang hadir, sebanyak 19 orang yang mengikuti kegiatan sampai akhir kegiatan. Jika

dilihat dari presentase kehadiran dari yang direncanakan adalah sekitar 86 %, namun

demikian kalau dilihat dari intensitas keaktifan dalam mengikuti kegiatan yaitu sebanyak 100

% guru aktif dan antusias. Oleh karena itu jika dilihat dari kehadiran guru cukup baik dan

jika dilihat dari presentase guru yang aktif dalam kegiatan sangat baik.

Proses kegiatan di awali dengan ceramah dan tanya jawab tentang hakikat

kurikulum, tentang pembuatan perangkat dan media pembelajaran, selanjutnya tentang

standar proses pembelajaran, dan standar penilaian pembelajaran (materi terlampir). Dalam

proses tanya jawab ke tiga materi tersebut, peserta sangat antusias dilihat dari beberapa

pertanyaan yang disampaikan oleh guru-guru.

14

Di samping mengevaluasi dari sisi kehadiran dan proses yang terjadi dalam kegiatan

pelatihan untuk menilai hasil kegiatan, juga diberikan quesioner untuk meminta tanggapan

peserta terhadap kegiatan yang dilakukan. Quesioner yang diberikan ingin mengetahui

tentang pendapat guru mengenai pemahaman tentang kurikulum 2013, tentang penyampaian

materi, dan tentang pelaksanaan kegiatan. Rakapitulasi hasil penyebaran angket adalah

seperti Tabel 3. berikut

Tabel 3. Rekapitulasi hasil analisis quesioner peserta

Prosentase (%) No Indikator

STS TS TT S SS

1 Penyebaran informasi mengenai kegiatan P2M sudah bagus

0 0 0 48 52

2 Pembukaan kegiatan berjalan dengan baik 0 0 0 52 48

3 Moderator mengantar kegiatan P2M dengan baik 0 0 0 38 62

4 Penyampaian laporan ketua panitia singkat, jelas dan tepat sasaran

0 0 0 48 52

5 Narasumber menyampaikan materi “Hakikat Pendidikan” dengan menarik dan mudah dipahami

0 0 0 38 62

6 Narasumber menyampaikan materi “Inovasi pembelajaran” dengan menarik dan mudah dipahami

0 0 0 33 67

7 Narasumber menyampaikan materi “Assesmen Kurikulum 2013” dengan menarik dan mudah dipahami

0 0 0 43 57

8 Materi kegiatan P2M sesuai dengan yang saya butuhkan saat ini

0 0 0 38 62

9 Materi yang disampaikan dalam kegiatan P2M 0 0 0 29 71

15

Ket : STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju TT = Tidak Tahu S = Setuju SS = Sangat Setuju

Berdasarkan hasil rekapitualsi angket prosentase peserta terhadap 18 indikator

sebagai tolok ukur kegiatan dapat di interpretasi bahwa sekitar 40% peserta menyatakan

setuju dan 60 % menyatakan sangat setuju terhadap perencanaan kegiatan, pelaksanaan

kegiatan, dan hasil kegiatan yang diperoleh. Kalau melihat khusus indikator (pernyataan

no.18) ternyata 90 % peserta sangat setuju jika kegiatan ini dilakukan secara berkala. Hal ini

menandakan bahwa kegiatan yang dilakukan berhasil dengan baik.

menambah pemahaman saya mengenai K.13

10 Setelah mengikuti kegiatan P2M ini saya termotivasi untuk menerapkannya dalam pembelajaran.

0 0 0 29 67

11 Secara keseluruhan materi yang disampaikan telah sesuai dengan tema kegiatan

0 0 0 38 62

12 Kegiatan/sesi workshop berjalan dengan lancar dan menarik

0 0 0 29 71

13 Kegiatan/sesi diskusi berjalan dengan lancar dan menarik

0 0 0 43 57

14 Durasi waktu kegiatan untuk setiap sesi sudah tepat 0 0 0 10 76

15 Sarana dan prasarana yang digunakan sangat mendukung kegiatan P2M

0 0 0 62 38

16 Saya puas dengan konsumsi yang disajikan 0 0 0 24 76

17 Secara keseluruhan saya puas dengan pelaksanaan kegiatan P2M ini.

0 0 0 38 62

18 Kegiatan seperti ini perlu diadakan secara berkala 0 0 0 10 90

16

Di samping pernyataan dengan angket tertutup, panitya juga memberikan pertanyaan

terbuka agar peserta memberikan kesan dan saran terhadap kegiatan yang diikuti. Hasil yang

diperoleh bahwa semua peserta menyatakan kesan bahwa kegiatan tersebut memberikan

informasi, memberikan wawasan, menambah pemahaman mengenai perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang berbasis Kurikulum 2013. Kesan lain secara

umum menyatakan sangat menarik dan inovatif, sangat bermanfaat. Tidak satupun dari

peserta yang memiliki kesan negatif.

Pesan terbuka yang disampaikan bahwa semua peserta mengharapkan kegiatan

sejenis agar dilakukan secara periodik (berkala). Peserta juga berharap agar materi yang

diberikan lebih banyak dan lebih dalam, dan waktu pelatihan diperpanjang. Pesan lain yang

muncul adalah agar dalam pelatihan seperti ini agar melibatkan/menghadirkan pihak terkait

seperti pengawas, kepala sekolah, dan dinas pendidikan, agar kebijakan yang dibuat

sinkron/terjadi sinkronisasi.

Jadi berdasarkan data yang diperoleh, pertama dari kehadiran peserta, kemudian dari

proses pelatihan, aktifitas peserta, dan hasil analisis angket dapat disimpulkan bahwa

kegiatan pengabdian pada masyarakat tentang pemantapan kurikulum 2013, melalui

pendidikan dan pelatihan berhasil dengan kategori baik, dan sangat bermanfaat.

3.2 Pembahasan

Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum

mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan

tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan (Sukmadinata, 2004).

Setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, apakah

berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial,

ataupun kemampuan bekerja. Untuk menyampaikan bahan pelajaran, ataupun

mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian serta

alat-alat bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses pendidikan, juga diperlukan cara-cara

dan alat penilaian tertentu juga. Ke empat hal tersebut, yaitu tujuan, bahan ajar, metode, alat

dan penilaian merupakan komponen-komponen utama dalam kurikulum.

17

Evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah

dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat

perubahan dalam pribadi siswa. Pada hakikatnya evaluasi adalah suatu proses yang sistematis

dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan

pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan. Evaluasi adalah suatu

proses bukan hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas

sesuatu siswa (Fatmawati, Zainul Akhyar & Mariatul Kiptiah, 2012).

Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari istilah assessment, bukan dari istilah

evaluation. Depdikbud (1992) mengemukakan “penilaian adalah suatu kegiatan untuk

memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses

dan hasil yang telah dicapai siswa”. Kata “menyeluruh” mengandung arti bahwa penilain

tidak hanya ditujukan kepada penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup

aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. (Arifin, 2009). Secara khusus untuk

dunia pendidikan, Gronlund dan Linn (1990), dalam Kusaeri (2012:8) mendefinisikan

penilaian sebagai suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan,

menganalisis, serta menginterpretasikan informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang

siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik

aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan.

Penilaian pendidikan adalah proses untuk mendapatkan informasi tentang prestasi

atau kinerja peserta didik. Hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap

ketuntasan belajar peserta didik dan efektivitas proses pembelajaran. Fokus penilaian

pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi

yang ditentukan (Tite Juliantine, 2012).

Beberapa hal yang menjadi prinsip dalam penilaian adalah: (1) proses penilaian harus

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari

proses pembelajaran (a part of, not a part from instruction); (2) penilaian harus mencermikan

masalah dunia nyata (real world problem), bukan dunia sekolah (school work-kind of

problems); (3)penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang

sesuai dengan karakteristik dan ensensi pengalaman belajar; dan (4) penilaian harus bersifat

18

holistic yang mencakup semua aspek tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-

motorik). (Depdiknas, 2009:3 dalam Kusaeri, 2012:8-9)

Dalam Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses dinyatakan bahwa

Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic

assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan

penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan

belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect)

dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.

Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program

perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil

penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran

sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat

proses pembelajaran dengan menggunakan alat: angket, observasi, catatan anekdot, dan

refleksi.

Dalam Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses dinyatakan bahwa

Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic

assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan

penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan

belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect)

dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 66

Tahun 2013 tentang standar penilaian, prinsip penilaian jenjang pendidikan dasar dan

menengah yaitu:

1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor

subjektivitas penilai.

2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan

kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan,

dan pelaporannya.

19

4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan

keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal

sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.

6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK

merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan

minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh

satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang akan

dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik. Ruang lingkup penilaian hasil belajar

mencakup domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang.

Secara teknis cara melakukan inovasi di dalam perencanaan pembelajaran, proses

pembelajaran, dan penilaian pembelajaran, para guru berharap diberikan contoh riil yang

dapat diterapkan langsung di sekolah. Pengembangan inovasi terjadi apabila diberikan lebih

banyak latihan, dan motivasi keberanian untuk mencoba sesuatu yang diyakini bagus dan

dengan rasionalisasi yang logis. Jika dilihat dari kompetensi guru kimia yang ada di Bali

khususnya sudah cukup baik. Dalam upaya meningkatkan profesionalismenya perlu

membangkitkan keberanian untuk melakukan inovasi-inovasi yang mendukung kualitas

pembelajaran. Persoalan sering terjadi adalah pengingkaran terhadap kurikulum, dalam hal

ini ada beberapa kegiatan yang semestinya dilakukan oleh guru, namun tidak dilakukan,

karena ada perubahan orientasi pemikiran, pengawasan belum maksimal, karena cenderung

sampai pada tingkat administrasi. Kalau saja pihak pemerintah (diknas) menginstruksikan

agar kurikulum yang sudah dituangkan dalam bentuk silabus dan RPP, harus dilaksanakan

dengan sebenarnya, maka pasti guru akan melaksanakan dengan sungguh-sungguh. Hal ini

terjadi karena masyarakat Indonesia masih menganut budaya partneralistik, mengikuti

penguasa, mengikuti atasan.

20

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap kegiatan pelatihan yang dilakukan ada beberapa

kesimpulan yang diperoleh yaitu sebagai berikut.

1. Pemahaman guru tentang kurikulum 2013 berkaitan dengan filosofi dan hakikat serta

evaluasi yang diharapkan mengalami peningkatan.

2. Pemahaman guru untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 khususnya dalam

evaluasi mata pelajaran kimia SMA lebih mantap.

3. Pemahaman guru-guru dalam membuat perangkat pembelajaran yang meliputi RPP,

instrumen penilaian yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor, serta rubrik

penilaian semakin mantap.

4. Guru memiliki motivasi untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran

khususnya dalam penerapan pendekatan saintific.

5. Guru memiliki kepercayaan diri untuk melakukan asesmen dalam

mengimplementasikan kurikulum 2013.

4.2 Saran-saran

Berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan beberapa saran disampaikan dalam

laporan ini, diambil dari saran yang disampaikan oleh peserta dan juga dari tim pelaksana.

Adapun saran-saran dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Pelatihan sejenis perlu lebih intensif dilakukan, bila memungkinkan setiap semester

ada pelatihan.

2. Kegiatan sejenis perlu dilakukan yang berkaitan dengan PTK dan penulisan artikel

untuk peningkatan profesionalitas.

3. Guru disarankan jika menghadapi perubahan kurikulum harus memahami hakikat dan

filosofinya, dilanjutkan dengan pendalaman silabus.

21

4. Kegiatan diharapkan melibatkan pihak terkait seperti pengawas, kepala sekolah, dan

diknas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bedjo Sujanto, 2007. Guru Indonesia dan Perubahan Kurikulum. Jakarta: Sagung

Seto.

2. Fatmawati, Zainul Akhyar dan Mariatul Kiptiah. Kemampuan Guru Melakukan

Penilaian dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMA Negeri 1

Banjarmasin. Diunduh : www.google.com

3. Kartono, ST, 2009. Sekolah Bukan Pasar. Jakarta: Kompas

4. Kepmendiknas RI. No. 232/U/2000, Jakarta.

5. Permendikbud RI No. 65 Tahun 2013. Standar Penilaian Pendidikan, Jakarta.

6. Permendikbud RI No. 66 Tahun 2013. Standar Proses Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta.

7. Permendikbud RI No. 69 Tahun 2013. kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum

Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta.

8. Sukmadinata, N.S. 2004. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

22

Gambar 1. Dokumen Kegiatan Pelatihan

Gambar 2. Dokumen Kegiatan Pelatihan

23

Gambar 3. Dokumen peserta pelatihan

Gambar 4. Dokumen kegiatan pelatihan

24

IMPLEMENTASI

PENILAIAN PEMBELAJARAN KIMIA SMA

OLEH; Dr. I Gusti Lanang Wiratma, M.Si

[email protected]

Disampaikan dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dengan judul:

Pelatihan dan Work Shop Evaluasi pembelajaran Kimia dalam Mengimplementasikan K13 dan KTSP pada Guru Kimia di Kabupaten Bangli

Pada tanggal: 1-2 Oktober 2016

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MIPA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

1. PENDAHULUAN

25

Kebijakan diberlakukan kurikulum 2013, mengharuskan para guru untuk dapat

memahami dan mampu melaksanakannya. Guru diwajibkan untuk melaksanakan beberapa

standar yang berkaitan dengan kurikulum 2013, sebagai perubahan dari standar sebelumnya.

Salah satu standar nasional pendidikan yang wajib dilakukan oleh satuan pendidikan dalam

upaya meningkatkan kualitas pendidikan adalah standar penilaian. Penilaian dalam koteks

pembelajaran tercantum di dalam standar proses meliputi perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.

Guru sebagai pendidik diharapkan secara profesional mampu melakukan ketiga hal

tersebut secara berkesinambungan agar diperoleh output yang berkualitas. Dari ketiga proses

tersebut, penilaian dalam proses pembelajaran memiliki peranan penting, hal ini karena

penilaian dapat dipakai sebagai parameter keberhasilan seorang peserta didik dalam kegiatan

belajar di sekolah. Hasil penilaian yang diberikan oleh guru terhadap setiap siswa akan

memberikan gambaran ketercapain kompetensi pembelajaran dan keefektifan proses belajar

mengajar. Dengan hasil penilaian ini, guru juga akan mampu memberikan umpan balik

kepada siswa dan merencanakan proses pembelajaran selanjutnya.

Permendikbud No. 66 tahun 2013 menyebutkan bahwa standar penilaian bertujuan

untuk menjamin:

a. perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai

berdasarkan prinsip-prinsip penilaian,

b. pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif,

efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya, dan

c. pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif.

Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

Secara ringkas beberapa hal yang tercantum di dalam standar penilaian adalah cakupan

penilaian, prinsip, pendekatan, ruang lingkup, teknik dan instrumen penilaian, mekanisme

dan prosedur penilaian.

A. Prinsip prinsip Penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut:

26

1. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang

diukur.

2. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak

dipengaruhi subjektivitas penilai.

3. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena

berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat,

status sosial ekonomi, dan gender.

4. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari

kegiatan pembelajaran.

5. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan

dapat diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

6. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi

dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau

perkembangan kemampuan peserta didik.

7. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara terencana dan bertahap dengan mengikuti

langkah-langkah baku.

8. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang

ditetapkan. dan

9. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur,

maupun hasilnya.

B. Penilaian oleh Pendidik

Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/data

tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek

keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, untuk memantau proses,

kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil

belajar.Penilaian hasil belajar oleh pendidik di SMA berfungsi untuk memantau kemajuan

belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta

didik secara berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan untuk

memenuhi fungsi formatif dan sumatif dalam penilaian, dan bertujuan untuk:

1. mengetahui tingkat penguasaan kompetensi.

27

2. menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi.

3. menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan

kompetensi. dan

4. memperbaiki proses pembelajaran.

C. Penilaian oleh Satuan Pendidikan

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan adalah proses pengumpulan

informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek pengetahuan dan

aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis dalam bentuk penilaian

akhir dan ujian sekolah. Penilaian akhir adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur

pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester dan/atau akhir tahun, sedangkan

ujian sekolah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi

peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan

pendidikan.

2. PENILAIAN SIKAP, PENGETAHUAN, DAN KETERAMPILAN

Hubungan ranah kompetensi, teknik dan instrumen penilaian yang dapat digunakan

dalam proses penilaian dilhat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Hubungan antara ranah kompetensi, teknik, dan instrumen

No Ranah

Kompetensi

Teknik Instrumen

Observasi Daftar cek/ skala penilaian disertai rubrik

Penilaian diri

Lembar penilaian diri

Penilaian antar peserta didik

Lembar penilaian antar peserta didik

1 Sikap

Jurnal Catatan guru

28

Tes tulis Soal pilihan ganda, isian, jawab singkat, benar salah, menjodohkan, dan uraian (dilengkapi dengan pedoman penskoran/rubrik)

Tes Lisan Daftar pertanyaan

2 Pengetahuan

Penugasan PR atau projek, secara individu atau kelompok

3 Keterampilan Penilaian kinerja (praktik, projek, dan portofolio)

Daftar cek/ skala penilaian disertai rubrik

Pelaksanaan penilaian dilakukan secara berkesinambungan yang bertujuan untuk

memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta meningkatkan efektivitas

pembelajaran.

Pelaporan penilaian disampaikan kepada kepala sekolah dan pihak lain yang terkait

(misal wali kelas, guru BK dan orang tua/wali pada periode yang ditentukan. Bentuk

pelaporan hasil penilaian adalah:

a) nilai dan / atau deskripsi pencapaian kompetensi (pengetahuan dan keterampilan)

b) deskripsi sikap, untuk hasil penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial.

A. Penilaian Sikap

1. Pengertian

Penilaian sikap adalah penilaian terhadap kecenderungan perilaku peserta didik

sebagai hasil pendidikan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Penilaian sikap memiliki

karakteristik yang berbeda dengan penilaian pengetahuan dan keterampilan, sehingga teknik

penilaian yang digunakan juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap ditujukan untuk

29

mengetahui capaian dan membina perilaku serta budi pekerti peserta didik sesuai butir-butir

sikap dalam Kompetensi Dasar (KD) pada Kompetensi Inti Sikap Spiritual (KI-1) dan

Kompetensi Inti Sikap Sosial (KI-2).

Pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, dan mata pelajaran

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), KD pada KI-1 dan KD pada KI-2

disusun secara koheren dan linier dengan KD pada KI-3 dan KD pada KI-4. Sedangkan

untuk mata pelajaran lain, KD pada KI-1 dan KD pada KI-2 dirumuskan secara umum dan

terakumulasi menjadi satu KD pada KI-1 dan satu KD pada KI-2.

Penilaian sikap spiritual dan sikap sosial dilakukan secara berkelanjutan oleh

pendidik mata pelajaran, dan informasi lain yang valid dan relevan dari berbagai sumber.

Penilaian sikap merupakan bagian dari pembinaan dan penanaman/pembentukan sikap

spiritual dan sikap sosial peserta didik yang menjadi tugas dari setiap pendidik. Penanaman

sikap diintegrasikan pada setiap pembelajaran KD dari KI-3 dan KI-4. Selain itu, dapat

dilakukan penilaian diri (self assessment) dan penilaian antar teman (peer assessment) dalam

rangka pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik, yang hasilnya dapat dijadikan

sebagai salah satu data untuk konfirmasi hasil penilaian sikap oleh pendidik. Hasil penilaian

sikap selama periode satu semester ditulis dalam bentuk deskripsi yang menggambarkan

perilaku peserta didik.

2. Teknik Penilaian Sikap

Penilaian sikap dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru bimbingan konseling (BK),

dan wali kelas, melalui observasi yang dicatat dalam jurnal.

a. Observasi

Observasi dalam penilaian sikap peserta didik merupakan teknik yang dilakukan

secara berkesinambungan melalui pengamatan perilaku. Asumsinya setiap peserta didik pada

dasarnya berperilaku baik sehingga yang perlu dicatat hanya perilaku yang sangat baik

(positif) atau kurang baik (negatif) yang berkaitan dengan indikator sikap spiritual dan sikap

sosial. Catatan hal-hal positif dan menonjol digunakan untuk menguatkan perilaku positif,

sedangkan perilaku negatif digunakan untuk pembinaan.

Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah lembar observasi atau jurnal. Hasil

observasi dicatat dalam jurnal yang dibuat selama satu semester oleh guru mata pelajaran,

30

guru BK, dan wali kelas. Jurnal memuat catatan sikap atau perilaku peserta didik yang sangat

baik atau kurang baik, dilengkapi dengan waktu terjadinya perilaku tersebut, dan butir-butir

sikap. Berdasarkan catatan tersebut pendidik membuat deskripsi penilaian sikap peserta didik

selama satu semester. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan penilaian

sikap dengan teknik observasi:

(1) Jurnal digunakan oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas selama periode satu

semester.

(2) Jurnal oleh guru mata pelajaran dibuat untuk seluruh peserta didik yang mengikuti mata

pelajarannya. Jurnal oleh guru BK dibuat untuk semua peserta didik yang menjadi

tanggung jawab bimbingannya, dan jurnal oleh wali kelas digunakan untuk satu kelas

yang menjadi tanggung jawabnya.

(3) Hasil observasi guru mata pelajaran dan guru BK diserahkan kepada wali kelas untuk

diolah lebih lanjut.

(4) Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dicatat dalam jurnal tidak terbatas pada butir-

butir sikap (perilaku) yang hendak ditumbuhkan melalui pembelajaran yang saat itu

sedang berlangsung sebagaimana dirancang dalam RPP, tetapi dapat mencakup butir-

butir sikap lainnya yang ditanamkan dalam semester itu, jika butir butir sikap tersebut

muncul/ditunjukkan oleh peserta didik melalui perilakunya.

(5) Catatan dalam jurnal dilakukan selama satu semester sehingga ada kemungkinan dalam

satu hari perilaku yang sangat baik dan/atau kurang baik muncul lebih dari satu kali atau

tidak muncul sama sekali.

(6) Perilaku peserta didik yang tidak menonjol (sangat baik atau kurang baik) tidak perlu

dicatat dan dianggap peserta didik tersebut menunjukkan perilaku baik atau sesuai

dengan norma yang diharapkan.

Jika seorang peserta didik menunjukkan perilaku yang kurang baik, pendidik harus segera

menindak lanjuti dengan melakukan pendekatan dan pembinaan, secara bertahap peserta

didik tersebut dapat menyadari dan memperbaiki sendiri perilakunya sehingga menjadi lebih

baik.

Contoh format dan pengisian jurnal guru mata pelajaran Nama Satuan pendidikan : SMA …..

31

Tahun pelajaran : 2015/2016 Kelas/Semester : X / Semester I Mata Pelajaran : Kimia

Wa

ktu

Nama Kejadia

n

Perilaku

But

ir

Sik

ap

Tindak

Lanjut

1

Sep

201

6

Putu Meninggalkan

laboratorium tanpa

membersihkan meja

dan alat bahan yang

sudah

Tanggung

jaw

ab

Dipanggil untuk

membersihkan

meja dan alat

bahan yang sudah

dipakai.Dilakukan

pembinaan.

32

dipakai

12

Sep

t

201

6

Adi Melapor kepada

pendidik bahwa dia

memecahkan gelas

kimia tanpa sengaja

ketika sedang

melakukan

praktikum

Jujur

Diberi apresiasi/

pujian atas

kejujurannya.

Diingatkan agar

lain kali lebih

berhati-hati

b. Penilaian diri

Penilaian diri dilakukan dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan

kelebihan dan kekurangan dirinya dalam berperilaku. Selain itu penilaian diri juga dapat

digunakan untuk membentuk sikap peserta didik terhadap mata pelajaran. Hasil penilaian diri

peserta didik dapat digunakan sebagai data konfirmasi. Penilaian diri dapat memberi dampak

positif terhadap perkembangan kepribadian peserta didik, antara lain:

(1) dapat menumbuhkan rasa percaya diri, karena diberi kepercayaan untuk menilai diri

sendiri.

(2) peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan diri, karena ketika melakukan penilaian

harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

33

(3) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena

dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian. dan

(4) membentuk sikap terhadap mata pelajaran/pengetahuan.

Instrumen yang digunakan untuk penilaian diri berupa lembar penilaian diri yang

dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak bermakna ganda, dengan bahasa lugas

yang dapat dipahami peserta didik, dan menggunakan format sederhana yang mudah diisi

peserta didik. Lembar penilaian diri dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan

sikap peserta didik dalam situasi yang nyata/sebenarnya, bermakna, dan mengarahkan peserta

didik mengidentifikasi kekuatan atau kelemahannya. Hal ini untuk menghilangkan

kecenderungan peserta didik menilai dirinya secara subjektif.

Penilaian diri oleh peserta didik dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.

(1) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri.

(2) Menentukan indikator yang akan dinilai.

(3) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.

(4) Merumuskan format penilaian, berupa daftar cek (checklist) atau skala penilaian

(rating scale), atau dalam bentuk esai untuk mendorong peserta didik mengenali diri dan

potensinya.

Contoh Lembar Penilaian Diri menggunakan daftar cek (checklist) pada waktu kegiatan

kelompok.

Nama : ...............................................

Kelas/Semester : ..................../..........................

Petunjuk:

1. Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda pada kolom yang sesuai dengan

keadaan dirimu yang sebenarnya.

2. Serahkan kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/ibu guru.

No Pernyataan Ya Tidak

Selama kegiatan kelompok, saya:

34

1 Mengusulkan ide kepada

kelompok

2 Sibuk mengerjakan tugas saya

sendiri

3 Tidak berani bertanya karena

malu ditertawakan

4 Menertawakan pendapat teman

5 Aktif mengajukan pertanyaan

dengan sopan

6 Melaksanakan kesepakatan kelompok, meskipun tidak sesuai dengan pendapat saya

Penilain diri tidak hanya digunakan untuk menilai sikap tetapi juga dapat digunakan

untuk menilai sikap terhadap pengetahuan dan keterampilan serta kesulitan belajar peserta

didik.

c. Penilaian antar teman

Penilaian antarteman adalah penilaian de dengan cara peserta didik saling menilai

perilaku temannya. Penilaian antarteman dapat mendorong: (a). objektifitas peserta didik,

(b).empati, (c). mengapresiasi keragaman/perbedaan, dan (d) refleksi diri. Sebagaimana

penilaian diri, hasil penilaian antar teman dapat digunakan sebagai data konfirmasi.

Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar teman. Kriteria penyusunan

instrumen penilaian antarteman sebagai berikut.

(1) Sesuai dengan indikator yang akan diukur.

(2) Indikator dapat diukur melalui pengamatan peserta didik.

(3) Kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak berpotensi

munculnya penafsiran makna ganda/berbeda.

(4) Menggunakan bahasa lugas yang dapat dipahami peserta didik.

35

(5) Menggunakan format sederhana dan mudah digunakan oleh peserta didik.

(6) Indikator menunjukkan sikap/perilaku peserta didik dalam situasi yang nyata atau

sebenarnya dan dapat diukur.

Penilaian antar teman paling cocok dilakukan pada saat peserta didik melakukan kegiatan

kelompok, misalnya setiap peserta didik diminta mengamati/menilai dua orang temannya,

dan dia juga dinilai oleh dua orang teman lainnya dalam kelompoknya.

Contoh instrumen penilaian (lembar pengamatan) antarteman (peer assessment)

menggunakan daftar cek (checklist)pada waktu kerja kelompok.

Petunjuk

1. Amati perilaku 2 orang temanmu selama mengikuti kegiatan kelompok.

2. Isilah kolom yang tersedia dengan tanda cek (√) jika temanmu menunjukkan perilaku yang

sesuai dengan pernyataan untuk indikator yang kamu amati atau tanda strip (-) jika

temanmu tidak menunjukkan perilaku tersebut.

3. Serahkan hasil pengamatan kepada bapak/ibu pendidik.

Nama Teman : 1. …………………. 2. ……………….

Nama Penilai : ………………………………….

Kelas/Semester : ………………………………….

Pernyataan/Indikator Pengamatan

Teman saya mengajukan pertanyaan dengan

sopan

Teman saya mengerjakan kegiatan sesuai pembagian tugas dalam kelompok

36

Teman saya mengemukakan ide untuk menyelesaikan masalah

Teman saya memaksa kelompok untuk menerima usulnya

Teman saya menyela pembicaraan teman kelompok

Teman saya menjawab pertanyaan yang diajukan teman lain

Teman saya menertawakan pendapat teman yang aneh

Teman saya melaksanakan kesepakatan kelompok meskipun

tidak sesuai dengan pendapatnya

Pernyataan-pernyataan untuk indikator yang diamati pada format di atas merupakan contoh.

Pernyataan tersebut bersifat positif (nomor 1, 2, 3, 6, 8) dan bersifat negatif (nomor 4, 5, dan

7). Pendidik dapat berkreasi membuat sendiri pernyataan atau pertanyaan dengan

memperhatikan kriteria instrumen penilaian antar teman.

B. Penilaian Pengetahuan

1. Pengertian

Penilaian pengetahuan merupakan penilaian untuk mengukur kemampuan peserta

didik berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, serta kecakapan

berpikir tingkat rendah sampai tinggi. Penilaian ini berkaitan dengan ketercapaian

Kompetensi Dasar pada KI-3 yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Penilaian

pengetahuan dilakukan dengan berbagai teknik penilaian. Pendidik menetapkan teknik

penilaian sesuai dengan karakteristik kompetensi yang akan dinilai. Penilaian dimulai dengan

37

perencanaan pada saat menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

mengacu pada silabus.

Penilaian pengetahuan, selain untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai

ketuntasan belajar, juga untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan penguasaan

pengetahuan peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostic). Oleh karena itu,

pemberian umpan balik (feedback) kepada peserta didik oleh pendidik merupakan hal yang

sangat penting, sehingga hasil penilaian dapat segera digunakan untuk perbaikan mutu

pembelajaran. Ketuntasan belajar untuk pengetahuan ditentukan oleh satuan pendidikan

dengan mempertimbangkan batas standar minimal nilai Ujian Nasional yang ditetapkan oleh

Pemerintah. Secara bertahap satuan pendidikan terus meningkatkan kriteria ketuntasan

belajar dengan mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing satuan

pendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.

2. Teknik Penilaian Pengetahuan

Berbagai teknik penilaian pengetahuan dapat digunakan sesuai dengan karakteristik

masing-masing KD. Teknik yang biasa digunakan adalah tes tertulis, tes lisan, dan

penugasan. Namun tidak menutup kemungkinan digunakan teknik lain yang sesuai, misalnya

portofolio dan observasi.

a. Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes dengan soal dan jawaban disajikan secara tertulis untuk

mengukur atau memeroleh informasi tentang kemampuan peserta tes. Tes tertulis menuntut

respons dari peserta tes yang dapat dijadikan sebagai representasi dari kemampuan

yangdimiliki. Instrumen tes tertulis dapat berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,

benar-salah, menjodohkan, dan uraian.

Pengembangan instrumen tes tertulis mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.

(1) Menetapkan tujuan tes, yaitu untuk seleksi, penempatan, diagnostik, formatif, atau

sumatif.

(2) Menyusun kisi-kisi, yaitu spesifikasi yang digunakan sebagai acuan menulis soal.

Kisi-kisi memuat rambu-rambu tentang kriteria soal yang akan ditulis, meliputi KD yang

akan diukur, materi, indikator soal, bentuk soal, dan nomor soal. Dengan adanya kisi-kisi,

38

penulisan soal lebih terarah sesuai dengan tujuan tes dan proporsi soal per KD atau materi

yang hendak diukur lebih tepat.

(3) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan soal.

(4) Menyusun pedoman penskoran sesuai dengan bentuk soal yang digunakan. Pada soal

pilihan ganda, isian, menjodohkan, dan jawaban singkat disediakan kunci jawaban karena

jawaban dapat diskor dengan objektif. Sedangkan untuk soal uraian disediakan pedoman

penskoran yang berisi alternatif jawaban dan rubrik dengan rentang skor.

(5) Melakukan analisis kualitatif (telaah soal) sebelum soal diujikan.

Setelah menyusun kisi–kisi, selanjutnya mengembangkan butir soal dengan

memerhatikan kaidah penulisan butir soal meliputi substansi/materi, konstruksi, dan bahasa.

Contoh Kisi-Kisi Nama Satuan pendidikan : SMA X, Jakarta Kelas/Semester : X/Semester 2 Tahun pelajaran : 2014/2015 Mata Pelajaran : Kimia

N

o

Kompete

nsi Dasar

Mate

ri

Indikato

r Soal

No

So

al

Bentuk

Soal

1 3.8 Menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya.

Sifat

laruta

n

Disajikan tabel hasil percobaan uji larutan, peserta didik dapat menentukan senyawa yang merupakan larutan elektrolit

1 PG

39

dan non

elektrolit

dengan

tepat.

….. ..

… … 20 PG

2 3.5 Membandingkan ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam serta sifat zatnya

Ikatan

Kimia

Disajikan hasil uji kepolaran senyawa, peserta didik dapat

menyimpul-kan kepolaran senyawa dengan benar

21 Uraia

n

d

st

Contoh butir soal pilihan ganda mata pelajaran kimia berdasarkan contoh kisi-kisi di atas. Rumusan butir soal: Perhatikan data percobaan uji larutan berikut! ..

Pengamatan pada Larutan No

Elektroda Lampu

(1) Tidak ada gelembung

Padam

40

(2) Sedikit gelembung

Padam

(3) Sedikit gelembung

Redup

(4) Banyak gelembung

Redup

(5) Banyak gelembung

Menyala

Pasangan senyawa yang merupakan larutan elektrolit kuat dan non elektrolit berturut-turut ditunjukkan oleh larutan nomor …. A. (1) dan (2) B. (2) dan (3) C. (3) dan (5) D. (4) dan (5) E. (5) dan (1) Kunci: E

C. Penilaian Keterampilan

1. Pengertian

Penilaian keterampilan adalah penilaian untuk mengukur pencapaian kompetensi

peserta didik terhadap kompetensi dasar pada KI-4. Penilaian keterampilan menuntut peserta

didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu. Penilaian ini dimaksudkan untuk

mengetahui apakah pengetahuan yang sudah dikuasai peserta didik dapat digunakan untuk

mengenal dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sesungguhnya (real life). Ketuntasan

belajar untuk keterampilan ditentukan oleh satuan pendidikan, secara bertahap satuan

pendidikan terus meningkatkan kriteria ketuntasan belajar dengan mempertimbangkan

potensi dan karakteristik masing-masing satuan pendidikan sebagai bentuk peningkatan

kualitas hasil belajar.

2. Teknik Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain penilaian

praktik/kinerja, proyek, dan portofolio. Teknik penilaian lain dapat digunakan sesuai dengan

karakteristik KD pada KI-4 pada mata pelajaran yang akan diukur. Instrumen yang

digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

41

a. Penilaian Unjuk kerja/kinerja/praktik

Penilaian unjuk kerja/kinerja/praktik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik

dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi

yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktikum di laboratorium, praktik

ibadah, praktik olahraga, presentasi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, dan membaca

puisi/deklamasi. Penilaian unjuk kerja/kinerja/praktik perlu mempertimbangkan hal-hal berikut.

(1) Langkah-langkah kinerja yang perlu dilakukan peserta didik untukmenunjukkan kinerja dari

suatu kompetensi.

(2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.

(3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

(4) Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga dapat diamati.

(5) Kemampuan yang akan dinilai selanjutnya diurutkan berdasarkan langkah-langkah pekerjaan yang

akan diamati.

Pengamatan unjuk kerja/kinerja/praktik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk

menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Misalnya untuk menilai kemampuan berbicara

yang beragam dilakukan pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan seperti: diskusi dalam kelompok

kecil, berpidato, bercerita, dan wawancara. Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik

akan lebih utuh.

Contoh untuk menilai unjuk kerja/kinerja/praktik di laboratorium dilakukan pengamatan terhadap

penggunaan alat dan bahan praktikum. Untuk menilai praktik olahraga, seni dan budaya dilakukan

pengamatan gerak dan penggunaan alat olahraga, seni dan budaya.

Dalam pelaksanaan penilaian kinerja perlu disiapkan format observasi dan rubrik penilaian untuk

mengamati perilaku peserta didik dalam melakukan praktik atau produk yang dihasilkan.

Contoh Deskriptor Keterampilan Praktikum

1. Keterampilan menggunakan alat

2. Keterampilan mengambil bahan kimia

3. Keterampilan mengamati gejala

4. Keterampilan mencatat hasil pengamatan

5. Keterampilan membersihkan alat

6. Keterampilan mengkomunikasikan hasil praktikum (jika ada kegiatan

tersebut)

42

Contoh Lembar Penilaian

Kelas :

Aspek yang dinilai

Rasa ingin tahu

Diskusi kelompok

Ketekunan

Komunikasi

No Nama Siswa

3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1

Total skor

Kriteria

Ket

1

2

3

4

5

6

7

8

9

n

Rubrik Penilaian Sikap No Aspek yang di nilai Rubrik 1 Rasa ingin tahu (curiosity) Skor 3: menunjukan rasa ingin tahu yang besar,

antusias, aktif dalam kegiatan kelompok Skor 2: menunjukan rasa ingin tahu yang besar, namun tidak terlalu antusias, sedikit terlibat keg. kelompok Skor 1: tidak menunjukan antusias dalam pengamatan, sulit terlibat aktif dalam kegiatan kelompok walaupun telah didorong untuk terlibat.

2 Diskusi Kelompok (Aktivitas) Skor 3: mengikuti diskusi kelompok dengan tertib, menanggapi dengan baik semua pertanyaan

43

dan pendapat setiap siswa, dalam diskusi kelompok Skor 2: mengikuti diskusi kelompok dengan tertib, kurang menanggapi semua pertanyaan dan pendapat setiap siswa, dalam diskusi kelompok Skor 1: tidak mengikuti diskusi kelompok dengan tertib,dan tidak menanggapi semua pertanyaan serta pendapat setiap siswa dalam diskusi kelompok.

3 Ketekunan dan tanggung jawab

dalam belajar dan berkerja baik

secara individu dan kelompok

Skor 3: tekun dalam menyelesaikan tugas dengan hasil terbaik yang bisa dilakukan, berupaya tepat waktu. Skor 2: berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan tugas ,namun belum nenunjukan upaya terbaiknya Skor 1: tidak berupaya sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas, dan tugasnya tidak selesai

4 Keterampilan berkomunikasi pada

saat belajar

Skor 3: aktif dalam tanya jawab, dapat mengemukakan gagasan atau ide, menghargai pendapat siswa lain Skor 2: aktif dalam tanya jawab, tidak ikut mengemukakan gagasan atau ide, menghargai pendapat siswa lain Skor 1: aktif dalam tanya jawab, tidak ikut mengemukakan gagasan atau ide, kurang menghargai pendapat siswa lain.

Tabel 2. Contoh Deskriptor Sikap dan Indikator

Sikap dan pengertian Contoh Indikator

Sikap spiritual

Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut

Berdoa sebelum dan sesudah

menjalankan sesuatu.

Menjalankan ibadah tepat waktu.

Memberi salam pada saat awal dan

akhir presentasi sesuai agama yang dianut.

44

Bersyukur atas nikmat dan karunia

Tuhan Yang Maha Esa;

Mensyukuri kemampuan manusia

dalam mengendalikan diri

Mengucapkan syukur ketika berhasil

mengerjakan sesuatu.

Berserah diri (tawakal) kepada Tuhan

setelah berikhtiar atau melakukan

usaha.

Menjaga lingkungan hidup di sekitar

rumah tempat tinggal, sekolah dan

masyarakat

Memelihara hubungan baik dengan

sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa

Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

sebagai bangsa Indonesia.

Menghormati orang lain menjalankan

ibadah sesuai dengan agamanya.

Sikap dan pengertian Contoh Indikator

45

SIKAP SOSIAL

1. Jujur

adalah perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

Tidak menyontek dalam mengerjakan

ujian/ulangan

Tidak menjadi plagiat

(mengambil/menyalin karya orang lain

tanpa menyebutkan sumber)

Mengungkapkan perasaan apa adanya

Menyerahkan kepada yang berwenang

barang yang ditemukan

Membuat laporan berdasarkan data

atau informasi apa adanya

Mengakui kesalahan atau kekurangan

yang dimiliki

2. Disiplin adalah

tindakan yang menunjukkan

perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

Datang tepat waktu

Patuh pada tata tertib atau aturan

bersama/ sekolah

Mengerjakan/mengumpulkan tugas

sesuai dengan waktu yang ditentukan

Mengikuti kaidah berbahasa tulis yang

baik dan benar

3. Tanggungjawab

adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial

Melaksanakan tugas individu dengan

baik

Menerima resiko dari tindakan yang

dilakukan

Tidak menyalahkan/menuduh orang

46

dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa

lain tanpa bukti yang akurat

Mengembalikan barang yang dipinjam

Mengakui dan meminta maaf atas

kesalahan yang dilakukan

Menepati janji

Tidak menyalahkan orang lain utk

kesalahan tindakan kita sendiri

Melaksanakan apa yang pernah

dikatakan tanpa disuruh/diminta

4. Toleransi

adalah sikap dan tindakan yang

menghargai keberagaman latar

belakang, pandangan, dan keyakinan

Tidak mengganggu teman yang

berbeda pendapat

Menerima kesepakatan meskipun

berbeda dengan pendapatnya

Dapat menerima kekurangan orang lain

Dapat mememaafkan kesalahan orang

lain

Mampu dan mau bekerja sama dengan

siapa pun yang memiliki keberagaman

latar belakang, pandangan, dan

keyakinan

Tidak memaksakan pendapat atau

keyakinan diri pada orang lain

Kesediaan untuk belajar dari (terbuka

terhadap) keyakinan dan gagasan

47

orang

lain agar dapat memahami orang lain

lebih baik

Terbuka terhadap atau kesediaan untuk

menerima sesuatu yang baru

5. Gotong royong

adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas.

Terlibat aktif dalam bekerja bakti

membersihkan kelas atau sekolah

Kesediaan melakukan tugas sesuai

kesepakatan

Bersedia membantu orang lain tanpa

mengharap imbalan

Aktif dalam kerja kelompok

Memusatkan perhatian pada tujuan

kelompok

Tidak mendahulukan kepentingan

pribadi

Mencari jalan untuk mengatasi

perbedaan pendapat/pikiran antara diri

sendiri dengan orang lain

Mendorong orang lain untuk bekerja

sama demi mencapai tujuan bersama

48

6. Santun atau sopan

adalah sikap baik dalam pergaulan baik dalam berbahasa maupun bertingkah laku. Norma kesantunan bersifat relatif, artinya yang dianggap baik/santun pada tempat dan waktu tertentu bisa berbeda pada tempat dan waktu yang lain.

Menghormati orang yang lebih tua.

Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan

takabur.

Tidak meludah di sembarang tempat.

Tidak menyela pembicaraan pada

waktu yang tidak tepat

Mengucapkan terima kasih setelah

menerima bantuan orang lain

Bersikap 3S (salam, senyum, sapa)

Meminta ijin ketika akan memasuki

ruangan orang lain atau menggunakan

barang milik orang lain

Memperlakukan orang lain

sebagaimana diri sendiri ingin

diperlakukan

7. Percaya diri

adalah kondisi mental atau psikologis seseorang yang memberi keyakinan

kuat untuk berbuat atau bertindak

Berpendapat atau melakukan kegiatan

tanpa ragu-ragu.

Mampu membuat keputusan dengan cepat

Tidak mudah putus asa

Tidak canggung dalam bertindak

Berani presentasi di depan kelas

Berani berpendapat, bertanya, atau

menjawab pertanyaan

49

Contoh. 2 Pedoman Observasi Sikap Jujur Petunjuk : Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kejujuran. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap jujur yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut : 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan Nama Peserta Didik : …………………. Kelas : …………………. Tanggal Pengamatan : ………………….. Materi Pokok : …………………..

NO Aspek Pengamatan skor

1 2 3 4

1 Tidak nyontek dalam

mengerjakan

ujian/ulangan/tugas

2 Tidak melakukan plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam mengerjakan setiap tugas

3 Mengungkapkan perasaan

terhadap sesuatu apa adanya

4 Melaporkan data atau

informasi apa adanya

5 Mengakui kesalahan atau

50

kekurangan yang dimiliki

Petunjuk Penskoran :

Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4

Perhitungan skor akhir menggunakan rumus : Skor diperoleh/Skor maks x 4

Misalkan:

Skor diperoleh 18, skor tertinggi 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir : 18/20 x 4 = 3,6

Peserta didik memperoleh nilai :

Sangat Baik : apabila memperoleh skor 3,20 – 4,00 (80 – 100)

Baik : apabila memperoleh skor 2,80 – 3,19 (70 – 79)

Cukup : apabila memperoleh skor 2.40 – 2,79 (60 – 69)

Kurang : apabila memperoleh skor kurang 2.40 (kurang dari 60%)

Setelah memiliki pedoman penilaian seperti tersebut di atas, bagaimana cara melakukan, dan

bilamana dilakukan?

Untuk melakukan hal tersebut maka dituntut profesionalisme seorang guru (guru

memiliki kompetensi yang utuh), memiliki keyakinan diri, pengetahuan, keberanian, dan

bertanggung jawab. Dalam melakukan penilaian terhadap aspek-aspek sikap dan

keterampilan, menyesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan siswa.

III Penutup

Secara umum untuk mengimplementasikan penilaian pembelajaran, maka diwajibkan

guru memahami kompetensi dasar, yang akan dituju dalam pembelajaran. Kompetensi dasar

yang menyeluruh yaitu KD yang meliputi KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4. Penilaian semua itu

agar guru senantiasa berpikir mengembangkan siswa secara menyeluruh dan seimbang dalam

aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pengembangan yang seimbang dalam ke tiga

aspek tersebut diharapkan terbangun karakter pesereta didik yang baik.

Di dalam teknis penyusunan, pelaksanaan, dan pengembangan model, bentuk, atau

jenis penilaian diharapkan para guru yang melaksanakan berlandaskan profesionalisme yang

51

dimiliki. Oleh karena itu peningkatan kompetensi guru, sebagai sebuah keharusan untuk

dilakukan.

52

Daftar Bacaan

Bedjo Sujanto, 2007. Guru Indonesia dan Perubahan Kurikulum. Jakarta: Sagung Seto.

Chabib Thoha. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. 2015. Panduan Penilaian untuk Satuan Pendidikan Menengah Atas. Jakarta.

Kepmendiknas RI. No. 232/U/2000, Jakarta.

Permendikbud RI No. 65 Tahun 2013. Standar Penilaian Pendidikan, Jakarta.

Permendikbud RI No. 66 Tahun 2013. Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Permendikbud RI No. 69 Tahun 2013. kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta.

Rusdinal. 2007. Resistensi Guru terhadap Pembaruan Pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Vol,14 No.1, April: 4-44. Malang: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pengajaran Universitas Negeri Malang.

Sukmadinata, N.S. 2004. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tilaar, H.A.R 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: Rineka Cipta.