28
Laporan Pratikum IMTKG LAPORAN PRATIKUM ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI GYPSUM TIPE II,III IV DAN ALGINAT Disusun oleh: MAULIDENIL GEBI WINANDA (121 007 0110 047) DOSEN Drg.Citra Lestari,MDSc,Sp.Perio Drg.Okmes Fadriyanti,Sp.Pros Drg.Widyawati,M.Kes,Sp.KG Fakultas Kedokteran Gigi Page 1

Laporan Pratikum GYPSUM TIPE II,III IV DAN ALGINAT.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan Pratikum IMTKG

LAPORAN PRATIKUM

ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI

GYPSUM TIPE II,III IV DAN ALGINAT

Disusun oleh:

MAULIDENIL GEBI WINANDA

(121 007 0110 047)

DOSEN

Drg.Citra Lestari,MDSc,Sp.Perio

Drg.Okmes Fadriyanti,Sp.Pros

Drg.Widyawati,M.Kes,Sp.KG

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Baiturahmah

2014/2015

Page 1

Laporan Pratikum IMTKG

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………..

BAB III HASIL PRATIKUM……………………………………………………..

BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………………….

BAB V KESIMPULAN……………………………………………………………

Page 2

Laporan Pratikum IMTKG

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bidang ilmu material kedokteran gigi kita banyak menemuai

aplikasi penggunaan gips, baik untuk keperluan klinik maupun pekerjaan

laboratorium.Material gips ini banyak dipergunakan antara lain dalam pembuatan

model dan die, articulating cast, mould, refractory investment dan lain-lain.

Karena banyaknya pengunaan gips dalam Kedokteran Gigi ini maka perlu untuk

mengetahui segala aspek dalam gips terutama sifat sifatnya sehingga akan

memudahkan dalam memanipulasi, dan menghasilkan suatu hasil manipulasi yang

maksimal. Dan untuk lebih memahaminya maka perlu dilakukan suatu percobaan

yang akan memperlihatkan cara manipulasi gips yang benar serta pengaruh sifat

sifatnya terhadap hasil manipulasi.

Bahan-bahan yang dipakai di bidang Kedokteran Gigi kebanyakan

mempunyai berbagai fungsi berdasarkan kegunaannya atau pemakaianya. Salah

satunya adalah penggunaan Gips. Gips dalam bidang ilmu material kedokteran

gigi aplikasi bahan ini banyak sekali dijumpai, baik untuk keperluan klinik

maupun pekerjaan laboratorium.

Bahan yang berasal dari Gips dapat digunakan sebagai :

Model dan die

Bahan cetak

Mounting

Packing

Bahan tanam

Gipsum merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Gypsum

yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat

( CaSO4.2H2O ) murni. Produk gypsum dalam kedokteran gigi digunakan untuk

membuat model studi dari rongga mulut serta struktur maksilo fasial dan sebagai

piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan

pembuatan protesa gigi.

Page 3

Laporan Pratikum IMTKG

Saat ini penggunaan gypsum dalam kedokteran gigi telah meluas.

Penggunaan tersebut dapat diperlihatkan dalam pembuatan model gig tiruan.

Selain itu kegunaan klinis maupun laboratories yang lain yaitu untuk membuat

model kerja maupun model studi sehingga bahan gypsum ini harus mempunyai

kekuatan tekan yang kuat agar tidak rusak dalam pembuatan restorasi gigi tiruan.

Di alam gypsum merupakan massa yang padat dan berwarna abu-abu, merah atau

coklat. Warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi,

anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2 atau oksida lain.

Intial setting dan final setting pada gipsum sangat begantung dengan

komposisi powder dan liquid yang digunakan. Jika powder yang digunakan lebih

banyak dalam artian tidak seimbang dengan liquidnya maka gypsum tersebut akan

dapat mencapai tahapan initial setting yang lebih cepat.

Alginat adalah bahan cetak yang mengandung air, digunakan untuk

mencetak detail minimal, seperti yang diperlukan untuk membuat model studi.

Bahan ini paling banyak dipakai dibidang kedokteran gigi. Tersedia dalam bentuk

bubuk dan bila dicampur dengan air akan membentuk adonan cair (fluid sol) yang

bersifat plastis. Pada keadaan plastis alginat ini diaplikasikan pada objek yang

dicetak, proses pengerasan (setting) terjadi beberapa menit akibat terbentuknya

kolloidal yang padat tapi fleksibel

1.2. Tujuan

Mampu mengukur waktu pengerasan gips kedokteran gigi tipe II,III dan

IV.

Mampu menjelaskan waktu pengadukan.

Mampu menjelaskan waktu kerja.

Mampu mengeraskan waktu pengerasan (initial dan final setting gips

kedokteran gigi tipe II,III dan IV)

Mampu menjelaskan pengendalian waktu pengerasan dengan 3 metode.

Mampu menjelaskan cara pengadukkan gips kedpkteran gigi tipe II,III dan

IV.

Menjelaskan pengertian Alginate

Mampu menjelaskan langkah-langkah pengadukkan Alginate

Page 4

Laporan Pratikum IMTKG

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gips

Gips adalah bentuk hemihidrat dari kalsium sulfat dihidrat, dengan rumus

kimia (CaSO4)2H2O. Di alam, gips merupakan masa yang padat dan berwarna

abu-abu, merah atau coklat. warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti

tanah liat, oksidasi besi, anhidrat, karbokhidrat, sedikit SiO2 atau oksida logam

lain (Anderson 1997)

Menurut Craig dkk (1987), sifat kimia gips adalah:

a. Solubility (daya larut) adalah banyaknya bagian dari suatu zat yang dilarutkan

dengan 100 bagian pelarut pada temperatur dan tekanan tertentu yang dinyatakan

dalam persen berat/volume.

b. Setting Time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan

dihitung sejak gips kontak dengan air.

Setting time terdapat dua tahap sebagai berikut :

1. Initial Setting Time: Permulaan setting time dimana pada waktu itu campuran

gips dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir ke dalam cetakan. secara

visual ditandai dengan loss of gloss (hilangnya kemengkilatan/ timbulnya

kemuraman). Keadaan dimana gips tidak dapat hancur tapi masih dapat dipotong

dengan pisau.

2. Final Setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi secara

lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya belum selesai.

Tandanya antara lain adalah kekerasan belum maksimum, kekuatannya belum

maksimum dan dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi atau patah.

Menurut Craig dkk (1987) gips keras mempunyai sifat mekanis, antara lain :

1. Compressive strength (kekuatan tekan hancur)

Adalah kekuatan gips berhubungan langsung dengan kepadatan atau masa

gips. Partikel dental stone lenih halus, maka air air yang diperlukan untuk

mencampur lebih sedikit jika dibanding dengan air yang dibutuhkan untuk

pencampuran plaster of paris.

Page 5

Laporan Pratikum IMTKG

2. Tensile strength (daya rentang)

Adalah aya rentang dari gips sangat penting pada saat gips dikeluarkan

dari bahan cetak. Karena tidak adanya sifat lentur pada gips, model akan

cenderung patah. Daya rentang gips keras dua kali lebih besar dari pada gips

lunak baik dalam keadaan basah maupun kering.

3. Surface hardness and abrassive ressistance (kekerasan permukaan dan

daya tahan abrasi.

Adalah kekerasan permukaan gips berhubungan dengan kekuatan tekan

hancur. daya tahan abrsai meningkat dan meningkatnya kekuatan tekan hancur.

Daya tahan terhadap abrasi maksimal didapat ada saat gips mencapai daya

strength. Gips keras merupakan gips yang memiliki daya tahan abrasi tinggi.

Faktor-faktor berikut ini dapat diamati selama berlangsungnya reaksi setting:

a. Campuran air dan hemyhidrat dapat dituang dengan seketika (bila digunakan

perbandingan yang benar antara air dengan puder)

b. Bahan menjadi kaku tetapi tidak keras (initial set); pada tahap ini bahan dapat

diukir tetapi sudah tidak dapat dibentuk/dicetak.

c. Terjadi apa yang disebut ‘final set’ dimana bahan menjadi keras dan kuat.

Walaupun demikian pada tahap ini reaksi hydrasi tidak berarti sudah sempurna,

juga tidak berarti bahwa kekuatan dan kekerasan optimum sudah tercapai.

d. Dihasilkan panas selama setting karena hydrasi hemyhidrat bersifat eksotermis

(Combe, 1992 : 319).

Gips adalah kalsium sulfat dihidrat,CaSO4.2H2O. Saat mengeras, dimana

suhunya cukup tinggi untuk menghilangkan kadar airnya, gips berubah menjadi

kalsium sulfat hemihidrat, (CaSO4)2.H2O,dan pada temperatur lebih tinggi,

anhidrat dibentuk sebagaimana bertikut;

Gips sampai 130o CaSO4.2H2O

Hemihidrat sampai 200o (CaSO4)2.H2O

Anhidrat CaSo4

(Richard dkk, 2002)

Page 6

Laporan Pratikum IMTKG

Klasifikasi gips (ADA) spesifikasi nomor 25 yaitu :

1. Impression plaster (tipe I)

Impression plaster sekarang jarang digunakan dalam bidang kedokteran

gigi dan bahan ini digantikan dengan bahan yang tidak terlalu kaku dan material

elastik impression

2. Model plaster (tipe II)

Model plaster biasanya digunakan untuk diagnostik cast dan artikulasi dari

stone cast. Produk ini secara tardisional diproduksi dalam warna putih untuk

membedakannya dengan dental stone.

3. Dental stone (tipe III)

Dental stone ideal untuk pembuatan model dari full atau partial denture,

model ortodonsi dan lain lain.Dental stone secara tradisional berwarana kuning

atau putih

4. Dental stone, high strength (tipe IV)

Material tipe IV ini sering digunakan sebagai die stones karena cocok

untuk pembuatan pola dari malam dalam cast restoration

5. High strength, high expansion dental stone (tipe V)

Tambahan dalam klasifikasi ADA untuk material ini berkembang atas

respon untuk memenuhi kebutuhan akan kekuatan dan ekspansi gips yang lebih

tinggi dibanding dental stone. Material ini berwarna biru atau hijau dan paling

banyak membutuhkan biaya dibandingkan semua produk gips.

(Hatrick dkk, 2003)

Sifat-Sifat

a. Ketepatan

Plaster sangat baik dalam mencatat detil detil halus

Perubahan dimensi sewaktu setting sangat kecil

Bila terdapat undercut,cetakan gips akan pecah sewaktu dikeluarkan dari

mulut

Perubahan dimensi selama penyimpanan cetakan gips adalah kecil

meskipun ada sedikit kontraksi karena pengeringan

Sebelum diisi dengan model gips cetakan harus diberi bahan separasi

Page 7

Laporan Pratikum IMTKG

b. Sifat sifat lainnya

Bahan cetak gips bersifat nontoksis

Waktu setting bisa dikontrol dengan menggunakan bahan tambahan yang

tepat

(Combe, 1992)

2.2 Alginate

Alginate merupakan Irreversible hidrocolloid tidak dapat kembali

kebentuk semula atau kembali menjadi wujud dasarnya setelah bereaksi dan

membentuk sol. Sol adalah semua penghamburan koloid.

Alginat adalah bahan cetak yang mengandung air, digunakan untuk

mencetak detail minimal, seperti yang diperlukan untuk membuat model studi.

Bahan ini paling banyak dipakai dibidang kedokteran gigi. Tersedia dalam bentuk

bubuk dan bila dicampur dengan air akan membentuk adonan cair (fluid sol) yang

bersifat plastis. Pada keadaan plastis alginat ini diaplikasikan pada objek yang

dicetak, proses pengerasan (setting) terjadi beberapa menit akibat terbentuknya

kolloidal yang padat tapi fleksibel. Perbandingan pemakaian volume air dengan

bubuk yang normal yaitu 1:1. Kalau kita menginginkan adonan yang encer maka

harus ditambahkan air. Adonan yang lebih encer akan lebih mudah mengalir (flow

tinggi) ke tempat-tempat yang lebih sempit, dan pengerasan berjalan lebih lama.

Kalium alginat yang tersisa setelah proses pengerasan mempunyai sifat

mengeluarkan air (sinersis), atau dapat mengambil air (ambibisi). Hal ini

mempengaruhi kekerasan permukaan model dari gips, atau bila hasil cetakan

negatif tidak segera dicor akan mengalami distorsi bentuk. Pengaplikasian alginat

ini umumnya tidak digunakan untuk mencetak in lay, mahkota dan jembatan.

Tetapi baik untuk pekerjaan prostetik dan ortodontik. Kestabilan dimensi alginat

ini kurang jika dibandingkan dengan elastomer.

Kelebihan dan kekurangan

Alginat ini tidak memerlukan perlakuan khusus serta mudah digunakan

dan harganya yang murah sehingga popular digunakan untuk mencetak yang

tingkat kesulitannya tidak tinggi. Kelebihan dan kekurangan alginat (dikutip dari

Page 8

Laporan Pratikum IMTKG

Phillips: Buku Ajar ilmu Bahan Kedokteran Gigi). Kelebihan alginat antara lain:

dapat digunakan pada lingkungan lembab, bersih dan menyenangkan, bersifat

hidrofilik, waktu penyimpanan lama, harganya murah. Sementara kekurangan dari

alginat ini antara lain adalah kurang akurat, kasar, mudah sobek, langsung diisi,

dapat memperlambat pengerasan stone.

Reaksi Setting

Reaksi khas sol-gel dapat digambarkan secara sederhana sebagai reaksi

alginat larut air dengan kalsium sulfat dan pembentukan gel kalsium alginat yang

tidak larut. Kalsium sulfat bereaksi dengan cepat untuk membentuk kalsium

alginat tidak larut dari kalium atau natrium alginat dalam suatu larutan cair.

Produksi kalium alginat ini begitu cepat sehingga tidak menyediakan cukup waktu

kerja. Jadi, suatu garam larut air ketiga seperti trinatrium fosfat di tambahkan

pada larutan untuk memperpanjang waktu kerja. Strateginya adalah kalsium sulfat

akan lebih suka bereaksi dengan garam lain di banding alginat larut air. Jadi,

reaksi antara kalsium sulfat dan alginat larut air dapat dicegah asalkan ada

trinatrium fosfat yang tidak bereaksi.

Jika jumlah kalium sulfat, sodium alginat, dan trishodium fosfat sesuai

dimana sebagaian ataupun seluruh bagian bahan ini larut dengan ukuran tepat

dalam air, maka reaksi yang tejadi adalah :

2Na3PO4 + 3 CaSO4 ---> Ca3(PO4)2 + 3Na2SO4 ....... (1)

Ion kalsium dari kalsium sulfat yang soluble akan bereaksi dengan ion

phospat dari Sodium phospat akan menghasilkan insoluable (tidak dapat larut)

kalsium Phosphat. dimana kalsium phosphat dibentuk lebih cepat dari kalsium

alginat karena kalsium phosphat memiliki solubilitas (daya larut) yang rendah

(0,2%), dan karena alasan inilah maka sodium phosphat disebut sebagai retarder

(penghambat).

Setelah reaksi ini, Trisodium phosphat perlahan-lahan akan habis,

sehingga ion kalsium dari kalsium sulfat mulai beraksi dengan Potassium alginat

yang larut untuk menghasilkan kalsium alginat gel. dengan reaksi seperti dibawah

ini :

K2nAlg + nCaSO4 --> n K2SO4 + CanAg .... (2)

Page 9

Laporan Pratikum IMTKG

Reaksi yang terjadi belakangan ini tidak memperbesar sifat elastis bahan

gel kalsium alginat yang terbentuk sampai seluruh trisodium phosphat terpakai.

dengan demikian pabrik dapat mengontrol waktu pengerasan produknya dengan

mengatur jumlah ketentuan produknya.

Manipulasi

Untuk dapat memperoleh hasil cetakan yang baik, perlu duperhatikan hal-

hal berikut ini :

Kontainer hendaknya dikocok terlebih dahulu sebelum dipakai, agar

diperoleh distribusi konstitusi yang merata.

Bubuk dan air hendaknya diukur sesuai dengan yang dianjurkan oleh

pabrik. Salah satu merk bubuk tersedia dalam kantong yang larut dalam

air, sehingga dapat diperoleh konsistensi yang sama setiap kali

mencampur.

Biasanya dipergunakan air dengan suhu kamar; apabila dikehendaki dapat

diperoleh waktu setting yang lebih cepat atau lebih lambat dengan

mempergunakan air hangat atau dingin.

Retensi pada sendok cetak diperoleh dengan salah satu atau kedua cara

berikut;

1. Mempergunakan sendok yang berlubang-lubang;

2. Memakai bahan adhesive seperti sticky wax yang dicairkan atau

methyl cellulosa

Pencampuran hendaknya dilakukan dengan rata dengan cara menyebar

bahan ke sekeliling dinding mangkuk karet selama waktu tertentu

(biasanya satu menit).

Bahan cetak alginate hendaknya dikeluarkan dengan tiba-tiba/cepat dari

jaringan, pelepasan secara mendadak ini menjamin keadaan elastis yang

paling baik. Cetakan dikeluarkan setelah kira-kira dua menit sejak bahan

mulai kelihatan elastis.

Setelah dikeluarkan dari dalam mulut, cetakan hendaknya:

1. Disiram dengan air dingin untuk menghilangkan saliva,

2. Ditutup dengan kain kasa lembab untuk mencegah syneresis, dan

Page 10

Laporan Pratikum IMTKG

3. Diisi sesegera mungkin, sebaiknya tidak lebih dari 15 menit setelah

pengambian cetakan.

Dalam pemanipulasian bahan cetak alginat dilakukan pencampuran,

pencetakan, dan pengeluaran cetakan dari dalam mulut yang memerlukan

tenggang waktu yang disebut dengan mixing time, working time dan setting

time.

Mixing Time

Waktu pencampuran adalah waktu yang diperlukan untuk pengadukan

bubuk alginat dengan air. Pada alginat tipe pengerasan normal waktu pengadukan

adalah satu menit dan untuk tipe pengerasan cepat adalah 45 detik.

Waktu pencampuran ini penting karena pengadukan yang tidak sempurna dapat

mengurangi kekuatan gel hingga 50 %. Pengadukan yang baik akan menghasilkan

campuran yang halus, dengan konsistensi seperti krim serta tidak menetes dari

spatula apabila spatula diangkat dari bowl.

Working Time

Pada alginat tipe pengerasan normal watu kerja adalah tidak kurang dari

dua menit dan untuk tipe cepat tidak kurang dari satu menit 15 detik.

Setting Time

Waktu pengerasan alginat ditentukan oleh pabrik. Dalam hal ini pabrik

akan memberikan batas waktu pengerasan dan perlu untuk memilih sebuah

produk dengan waktu pengerasan yang sesuai. Waktu pengerasan untuk tipe

normal adalah 2 – 4,5menit.

Page 11

Laporan Pratikum IMTKG

BAB III

HASIL PRATIKUM

3.1 ALAT DAN BAHAN UNTUK GYPSUM

Alat :

Rubber Bowl (mangkok karet) dan spatula

Neraca (timbangan)

Gelas ukur

Cetakan balok (kubus dengan atas terbuka ukuran 4x3x3 cm)

Stopwatch

Vibrator

Pisau gips

Alas kerja kain warna putih dengan ukuran 40 x 40 cm

Bahan :

Gips tipe II (Gips Putih / Plaster Of Paris)

Gips tipe III (Gips Biru / Dental Stone)

Gips tipe IV (Gips Kuning / Improved Stone)

Vaselin

Aquades

Kertas amplas

3.2 CARA KERJA UNTUK GYPSUM

1. Timbang gips II sebanyak 25 gram dan gips III dan IV sebanyak 35 gram.

2. Mengolesi seluruh bagian dalam kotak kubus dengan vaselin secara tipis dan

merata.

3. Siapkan aquades dengan perbandinga 1: 2 untuk gips tipe II dan 1:3 untuk gips

tipe III dan IV.

4. Masukan aquades kedalam mangkok karet sebanyak 23 ml

5. Masukan bubuk gips kedalam mangkok karet yang telah berisi aquades dalam

waktu 10 detik dna dalam waktu 20 detik bubuk gips sudah terandam dalam

aquades.

Page 12

Laporan Pratikum IMTKG

6. Catat waktu awal dari mulai pencampuran gips dengan aquades menggunakan

stopwatch.

7. Aduk gips hingga homegen dengan menggunakan spatula sebanyak 60 kali

putaran selama 1 menit. Bersamaan dengan mangkok karet diputar perlahan-

lahan.

8. Gunakan vibrator untuk mengeluarkan gelembung.

9. Tuangkan adonan gips ke dalam cetakkan kubus, kemudian ratakan adonan

setinggi cetakan.

10. Ukur waktu pengerasan adonan gips menggunakan stopwatch.

11. Satu atau dua menit waktu pengerasan (umumnya ditandai dengan hilangnya

permungkaan yang mengkilat atau hilangnya kelebihan air) dan perhatikan adonan

dengan interval waktu 30 detik.

12. Waktu pengerasan dihitung sejak awal pengadukan sampai mengeras.

13. Setelah gips mencapai final setting membuka kotak kubus kemudian

merapikan gips dengan pisau gips menjadi ukuran 3,4 x 2,5 x 2,5 cm terakhir

menghaluskan dengan kertas amplas.

14. Hasil maksimal adalah didapatkan balok gips dengan ukuran tepat, permukaan

yang halus dan tidak poros.

3.3 ALAT DAN BAHAN UNTUK GYPSUM

Alat:

Rubber Bowl (mangkok karet) dan spatula

Cetakkan Balok

Alas kerja

Stopwatch

Timbangan

Hardnesh

Bahan

Air 20 ml

8,4 gr (alginate) untuk rahang bawah kalau untuk rahang atas 2 kalinya

Page 13

Laporan Pratikum IMTKG

3.4 CARA KERJA UNTUK ALGINATE

1. Timbang alginate sesuai dengan yang sudah di anjurkan

2. Ambil air juga sesuia dengan yang dianjurrkan

3. Air dahulu dimasukkan ke dalam wadah baru di ikuti dengan pauder

4. Langkah

Step 1 : Masukkan pauder dan liquid aduk pelan

Step 2 : Aduk membentuk angka 8 dengan gerakkan di tekan sebanyak 20

kali

Step 3 : Aduk dengan lebih cepat sehingga tekturnya homogeny dan

mengkilat

Page 14

Laporan Pratikum IMTKG

BAB IV

PEMBAHASAN

Dari hasil praktikum diatas dapat dilihat beberapa tanda dari gipsum seperti

berikut :

1. Warna

Terlihat bahwa warna gips menjadi agak keruh. Hal ini terjadi karena pada

konsistensi normal perbandingan powdernya lebih besar sehingga akan lebih

memperkeruh campuran.

2. Porositas

Porositas ini terjadi karena pengadukan dan lama waktu diatas vibrator

belum mencapai 1 menit sehingga udara masih terjebak dalam adonan. Porsentasi

kemungkinan terjadinya porositas dalam manipulasi gips lebih besar untuk

adonan yang lebih encer, karena semakin banyak air berarti semakin banyak H2O

yang menimbulkan gelembung udara dan dapat mengakibatkan porositas. Namun

hal ini sebenarnya bisa dihindari jika dalam pengerjaannya operator (praktikan)

lebih teliti dan hati hati dalam melakukan pengadukan.

3. Kekerasan

Pada saat merapikan gips dapat dirasakan adanya perbedaan kekuatan dan

kekerasan pada gips setelah setting. Hal ini terjadi karena powder (mineral gips)

merupakan senyawa yang mempunyai rumus kimia CaSO4, unsur kalsium (Ca)

ini yang menunjukkan kekerasan dan kekuatan dari gips.

4. Initial setting

Initial setting bisa diketahui saat campuran bahan menjadi kaku tetapi

tidak keras dan tidak dapat dibentuk serta terjadi ekspansi termis atau adanya

panas. Hal ini terjadi karena ketika partikel calcium sulfat dalam powder

dicampur dengan air akan terjadi massa padat dari dihydrat. Sehingga semakin

banyak air akan semakin lama terjadinya reaksi dan membutuhkan waktu yang

lebih lama untuk menjadi setting.

5. Final Setting

Final setting dapat diketahui dengan menurunnya suhu campuran dan pada

akhirnya menjadi dingin. Pada final setting gips sudah bisa dilepas dari cetakan

Page 15

Laporan Pratikum IMTKG

dan bisa dibentuk. Hal ini terjadi karena semakin banyak air akan semakin

memperlambat berakhirnya reaksi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk

menjadi setting.

Setelah semuanya dingin panas sudah tidak teraba dengan tangan, balok

boleh dibuka. Faktor kesalahan dari praktikum yang telah dilakukan yaitu

terbentuknya lubang-lubang kecil atau porus pada gypsum. Hal ini disebabkan

oleh tidak sempurnanya dalam proses penuangan dan kesalahan praktikan pada

saat menggunakan vibrator yang tidak sempurna. Kemudian ketiga gypsum

tersebut dibentuk lagi dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 3,5 dengan menggunaan pisau

gips. Supaya gypsum halus, maka dihaluskan dengan menggunakan kertas gosok.

Pada gypsum tipe II yakni plaster of paris mengalami porositas pada

bagian sisi nya. Hal ini diakibatkan karna pengadukkan yang terlalu sebentar dan

jumlah air yang kurang serta dapat diperrparah dengan tidak menambahkan

vaselin pada badan lempengan tersebut .

Waktu Hasil Pencatatan

1. Plaster Of Paris (Gips Tipe II)

Working Time : 2 menit

Inisial Time : 9 menit 32 detik

Final Setting : 18 menit 46 detik

2. Dental Stone (Gips Tipe III)

Working Time : 2 menit 56 detik

Inisial Time : 18 menit

Final Setting : 25 menit

3. Improved Stone (Gips Tipe IV)

Working Time : 3 menit

Inisial Time : 20 menit

Final Setting : 27 menit

4. Alginate

Mixxing Time : 27 detik

Total Setting : 88 detik

Setting Time : 2 menit 23 detik

Page 16

Laporan Pratikum IMTKG

Gambar

Semua komponen

Plaster Of Paris (Gips Tipe II)

Dental Stone (Gips Tipe III)

Improved Stone (Gips Tipe IV)

Alginate

Page 17

Laporan Pratikum IMTKG

BAB V

KESIMPULAN

Dari praktikum Gips kali ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa:

1. Dalam melakukan manipulasi gips perlu diperhatikan atara lain adalah:

Penyimpanan

Kebersihan alat untuk manipulasi

Rasio atau perbandingan air dan powder

Waktu Pengadukan

Initial setting-working time

Final setting

Pemberian bahan separator

Hindari terjebaknya udara bias dengan menggunakan vibrator

2. Gips mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

Menghasilkan detail yang halus

Dimensionalnya akurat

Sifat mekanis yang kuat

Dari data hasil pratikum dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan

bahwa waktu setting dari gypsum dipengaruhi oleh W/P rasio dan komposisinya.

Semakin banyak powdernya, semakin kental pula campuran tersebut. Semakin

kental gypsum maka semakin cepat pula waktu settingnya. Semakin encer

gypsum tersebut maka semakin lambat pula waktu settingnya.

Alginat adalah contoh dari Irreversible Hydrocolloid. Tidak dapat kembali

ke semula dan membentuk sol. Baik digunakan untuk bahan prostetik dan

ortodontik. Alginat mempunyai beberapa sifat fisik dan mekanik. Terdapat

working time, setting time dan mixing time dalam manipulasi pengerjaannya.

Alginat juga mempunyai beberapa kelebihan yaitu tak perlu perlakuan khusus,

murah, lingkungan lembab, bersih, hidrofilik, serta waktu penyimpanan lama.

Alginat bisa diaplikasikan sebagai produk alternatif pembalut luka primer yang

berdaya absorpsi tinggi, berpori, memiliki sifat fisik yang memadai, dan dapat

mempercepat penyembuhan luka yang terinfeksi.

Page 18

Laporan Pratikum IMTKG

DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran

Gigi. Jakarta: EGC.

Combe, EGC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan.

Jakarta : Balai Pustaka

Craig, Robert G, and John M. Power. 2002. Restorative Dental Material:

11th edition. United State of America : Mosby.

Hatrick, Carol Dixon. 2003. Dental Material : Clinical Application for

Dental Assistants and Dental Hygienist. Philadelphia : Saunders.

Van Noorth, Richard. 2002. Dental Material second edition. London :

Mosby.

(http://eprints.undip.ac.id/3753/1/

makalah_penelitian_Rizki__dan_Marita.pdf)

McCabe, John F., Walls, Angus W.G. and Munksguard, Blackwell., 2008.

Applied Dental Materials.

HASIL PRATIKUM

ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI

GYPSUM TIPE II,III IV DAN ALGINAT

MAULIDENIL GEBI WINANDA

(121 007 0110 047)

Page 19