Upload
riccamahatmapurti
View
267
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.
Citation preview
LAPORAN PRATIKUM KIMIA DASAR I
KOMPLEKSOMETRI
I GUSTI AYU RICCA MAHATMA PUTRI
1 3 1 4 5 1 1 0 4 0
KELOMPOK 19
9 DESEMBER 2013
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2013
A. TUJUAN
1. Dapat menenukan normalitas EDTA pada percobaan I dan II
2. Dapat menentukan normalitas rata-rata EDTA
3. Dapat menentukan kesadahan total sampel air (kadar CaCO3 dalam g/100 Ml ) pada percobaan I dan II
4. Dapat kesadahan total sampel air rata-rata (kadar CaCO3 dalam g/100 mL)
B. DASAR TEORI
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara
bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks
senyawa ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat
yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komonen yang membentuk ligan dan tergantung
pada titran serta titrat yang hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari
dua komponen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak
diamati.
EDTA Sebagai Titran
Kelatometri dalam perkembangan analisis kimia sempat mengalami kemunduran karena
kelemahan-kelemahannya serta karena adanya cara-cara baru yang lebih baik. Akan tetapi hal
ini diperbaiki dengan berkembangnya penelitian-penelitian tentang pengkelat polidentat.
Perhatian baru terhadap kompleksiometri ini diawali oleh Schawazenbach tahun 1954, ia
menyadari bahwa potensi pengkelat dalam analisis volumetrik sangat baik. Ahli kimia asal
Swiss in mengkhususkan perhatiannya pada penggunaan asam-asam aminopolikarboksilat,
salah satunya Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA). Faktor-faktor yang mempbuat EDTA
ampuh sebagai pereaksi titrimetri antara lain:
1. Selalu membentuk kompleks ketika direaksikan dengan ion logam
2. Kestabilannya dalam membentuk kelat sangat konstan sehingga reaksi berjalan
sempurna (kecuali dengan logam alkali),
3. Dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam,
4. telah dikembangkan indikatornya secara khusus,
5. mudah diperoleh bahan baku primernya,
6. dapat digunakan baik sebagai bahan yang dianalisis maupun sebagai bahan untuk
standardisasi.
Faktor-faktor inilah yang membuat syarat-syarat untuk titrasi telah terpenuhi dengan baik
jika menggunakan EDTA.
Air sadah adalah air yang mengandung ion Ca2+ dan Mg2+ biasanya terbentuk dari
garam karbonat atau sulfat. Air sadah mempunyai sifat yaitu menyebabkan sabun sukar
berbuih dan timbulnya sejenis karang dan kerak . Sabun sukar berbuih karena ion Ca2+ dan
Mg2+ mengendapkan sabun.
Contoh reaksinya :
Ca2+ + 2CH3 (CH2)16 COO- (ag) --> Ca (CH3 (CH2)16 COO2) (s)
Ion stearat pada sabun --> Endapan sabun
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila
dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa
apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk
busa. Disamping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya
dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Alat dan bahan :
2. Cara kerja :
a. Penentuan normalitas larutan EDTA
Ambil 10 Ml larutan baku ZnSO4
Masukan ke dalam erlenmeyer
b. Penentuan kasadahan total air
Tambahkan 1-2 ml larutan buffer salmiak dan 3 tetes indicator EBT
Kemudian titrasi sampai berubah warna
Catat volume kemudian ulangi kembali dan hitung normalitas rata-rata EDTA
Ambil 10 ml larutan sampel (air ledeng)
Masukan kedalam erlenmeyer
Masukan kedalam erlenmeyer
Titrasi sampai berubah warna
catat volume kemudian ulangin kembali dan kesadahan total rata-rata dari sampel
D. HASIL PENGAMATAN
Menentukan normalitas larutan baku primer ZnSO4
Berat ZnSO4 : 28,75 gram
Volume ZnSO4 : 1 L
1. Menentukan normlitas larutan baku sekunder EDTA
Indikator yang digunakan : EBT (ERIOT)
Perubahan warna yang terjadi : biru (merah anggur biru)
Data pentuan normalitas larutan baku sekunder EDTA :
Percobaan Volume ZnSO4 Volume EDTA
I 10 ml 6,25
II 10 ml 6,15
2. Menentukan kesadahan total sampel air
Indikator yang digunakan : EBT (ERIOT)
Perubahan warna yang terjadi : merah anggur merah anggur
Data penentuan kesadahaan total sampel :
Percobaan Volume sampel air Volume EDTA
I 10 ml 2,35
II 10 ml 2,45
E. PERHITUNGAN
1. Penentuan normalitas larutan baku primer ZnSO4
Diketahui : Berat ZnSO4 = 28,75 gram
Volume ZnSO4 = 1 L
Mr. ZnSO4 = 287,56 gr/mol
Ditanya : Normalitas ZnSO4= ...?
Jawab :
Molaritas ZnSO4 =
=
= 0,0999 mol/L = 0,1 mol/L
Jadi molaritas ZnSO4 adalah 0,1 mol/L
Reaksi : ZnSO4 Zn2+ + SO42-
Zn2+ + 2e Zn, jadi 1 mol ZnSO4 = 2 ekivalen
Normalitas ZnSO4 = Molaritas ZnSO4 × ekivalen= 0,1 mol/L × 2= 0,2 N
Jadi normalitas ZnSO4 adalah 0,2 N
2. Penentuan normalitas larutan baku skunder EDTADiketahui : V1. EDTA = 6,25 mL
V2. EDTA = 6,15 mLV. EDTA = 10 mL = 0,01 LM. EDTA = 0,1 mol/LN. EDTA = 0,2 N
Ditanya : a. Normalitas EDTA pada percobaan I dan IIb. Normalitas rata-rata EDTA
Jawab :a. Normalitas EDTA pada percobaan I dan II
1. Normalitas EDTA pada percobaan I
mol ZnSO4 = Molaritas ZnSO4 × Volume ZnSO4
= 0,1 mol/L × 0,01 L= 0,001 mol = 1 mmol
Reaksi: Zn2+ + H2Y2- ZnY2- + 2H+
Jadi valensi ZnSO4 = 2 dan valensi EDTA = 2
mmol EDTA = × mol ZnSO4
= × 1 mmol
= 1 mmol
Molaritas EDTA =
=
= 0,16 mmol/mL = 0,16 mol/L
Reaksi: H2Y2- 2H2- + Y4-, jadi 1 mol EDTA = 2 ekivalen
Normalitas EDTA = Molaritas EDTA × Ekivalen= 0,16 mol/L × 2= 0,32 N
Jadi Normalitas EDTA pada percobaan I adalah 0,32 N
2. Normalitas EDTA pada percobaan II
Dari perhitungan pada percobaan I di ketahui mmol EDTA = 1 mmol
mmol EDTA = × mol ZnSO4
= × 1 mmol
= 1 mmol
Molaritas EDTA =
=
= 0,1626 mmol/mL = 0,1626 mol/L
Reaksi: H2Y2- 2H2- + Y4-, jadi 1 mol EDTA = 2 ekivalen
Normalitas EDTA = Molaritas EDTA × Ekivalen= 0,1626 mol/L × 2= 0,3252 N
Jadi Normalitas EDTA pada percobaan II adalah 0,3252 N
b. Normalitas rata-rata EDTA
Normalitas rata-rata EDTA =
=
= 0, N
3. Penentuan kesadahan total sampel air
Diketahui : Mr. CaCO3 = 100,08 gr/molV. CaCO3 = 10 mLV1. EDTA = 2,35 mLV2. EDTA = 2,45 mL
Ditanya : a. Kesadahan total sampel air (kadar CaCO3 dalam g/100 mL) pada percobaan I dan IIb. Kesadahan total sampel air rata-rata (kadar rata-rata CaCO3 dalam g/100 mL)
Jawab :
a. Kesadahan total sampel air (kadar CaCO3 dalam g/100 mL) pada percobaan I dan II
Molaritas rata-rata EDTA =
=
= 0,1613 M
1. Kesadahan total sampel air (kadar CaCO3 dalam g/100 mL) pada percobaan I
mmol EDTA = V1. EDTA × Molaritas rata-rata EDTA= 2,35 mL × 0,1613 M= 0,3790 mmol
Reaksi: Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H2+Jadi valensi CaCO3 = 2 dan valensi EDTA = 2
mmol CaCO3 = × mmol EDTA
= × 0,3790 mmol
= 0,3790 mmol
Molaritas CaCO3 =
=
= 0,0 M
Kadar CaCO3 = Molaritas CaCO3 × Mr. CaCO3
= 0,0379 M × 100,08 g/mol= 3,79 g/L
Kadar CaCO3 dalam satuan g/100 mL
Kadar CaCO3 = 3,79 g/L ×
= 0,37 g/100 mL = 0,37%
Jadi kesadahan total sampel air (kadar CaCO3 dalam g/100 mL) pada percobaan I adalah 0,37%
2. Kesadahan total sampel air (kadar CaCO3 dalam g/100 mL) pada percobaan II
mmol EDTA = V1. EDTA × Molaritas rata-rata EDTA= 2,45 mL × 0,1613 M= 0,3951 mmol
Reaksi: Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H2+Jadi valensi CaCO3 = 2 dan valensi EDTA = 2
mmol CaCO3 = × mmol EDTA
= × 0,3951 mmol
= 0,3951 mmol
Molaritas CaCO3 =
=
= 0,0395 M
Kadar CaCO3 = Molaritas CaCO3 × Mr. CaCO3
= 0,0395 M × 100,08 g/mol= 3,95 g/L
Kadar CaCO3 dalam satuan g/100 mL
Kadar CaCO3 = 3,95 g/L ×
= 0,39 g/100 mL = 0,39%
Jadi kesadahan total sampel air (kadar CaCO3 dalam g/100 mL) pada percobaan II adalah 0,39%
b. Kesadahan total sampel air rata-rata (kadar rata-rata CaCO3 dalam g/100 mL)
Kadar rata-rata =
=
= 0,38%Jadi kesadahan total sampel air rata-rata (kadar rata-rata CaCO3 dalam g/100 mL)adalah 0,38%
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, kami melakukan proses titrasi kompleksometri. Titrasi
kompleksometri adalah titrasi yang melibatkan reaksi ion logam dengan zat pengompleks/zat
ligand. Dimana zat pengompleks yang digunakan pada praktikum ini yaitu EDTA (Ethylene
Diamine Tetra Acetate) dan ion logamnya yaitu Ca2+. Sebelum melakukan proses titrasi ini,
kami melakukan proses pembakuan larutan EDTA. Dan sebelum melakukan proses
pembakuan larutan, kami pun membuat larutan yang diperlukan terlebih dahulu. Larutan
EDTA 0,01 M, larutan dapar pH 10 dan larutan indikator EBT (Eriochrome Black T) sudah
tersedia. Maka, kami pun membuat larutan baku kalsium.
Larutan baku kalsium dibuat dari padatan CaCO3 pa, larutan HCl dan air. Padatan CaCO3
yang digunakan itu pa (pro analys), karena salah satu syarat larutan standar primer yaitu
tingkat kemurniannya pa. Sebelum dilakukan titrasi Ca dilakukan terlebih dahulu pembakuan
larutan EDTA. Proses pembakuan dilakukan karena EDTA merupakan larutan standar
primer, maka harus distandarisasi terlebih dahulu dengan larutan standar primer (larutan baku
kalsium) sebelum melakukan proses titrasi.
Setelah proses pembuatan larutan baku kalsium, dilakukanlah proses pembakuan larutan
EDTA. Larutan baku kalsium dipipet, kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer.
Karena, dengan labu erlenmeyer akan lebih memudahkan dalam proses titrasi, terutama
dalam proses pengocokkan. Setelah itu, ditambah larutan dapar pH 10. Penambahan larutan
dapar pH 10 berfungsi supaya suasana dalam keadaan basa ketika melakukan proses titrasi
dan untuk mempertahankan nilai pH. Lalu, ditambahkan aquades. Sebelum melakukan proses
titrasi, ditambahkan indikator EBT. Penambahan indicator EBT berfungsi sebagai indikator
pH. Dengan ditambahkannya indikator EBT, maka terbentuk CaIn- yang berwarna merah
anggur (pink). Jika sudah terbentuk larutan berwarna merah anggur (pink), maka proses
titrasi antara larutan EDTA dan larutan baku kalsium dapat langsung dilakukan.
Setelah didapat larutan berwarna biru langit, proses titrasi dihentikan. Saat itulah, mol
CaCO3 sama dengan mol EDTA, dan hal ini dinamakan titik akhir titrasi. Dimana reaksi yang
terjadi selama proses titrasi yaitu
Ca2+ + HIn2- → CaIn- + H+
CaIn- + H2Y2- → CaY2- + HIn2- + H+
(merah anggur) + (biru)
Kemudian, kami melakukan titrasi Ca. Langkah kerja yang dilakukan sama dengan
proses pembakuan larutan EDTA. Hanya terdapat perbedaan ketika ditambahkannya larutan
dapat pH 10. Dimana pada proses ini, larutan dapar pH 10 yang digunakan lebih banyak 1
mL.
Dalam praktikum juga dilakukan titrasi kesadahan total dari sampel air. Kesadahan air
adalah adanya kandungan mineral-mineral tertentu yang terdapat di dalam air, pada
umumnya mineral itu adalah ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam
karbonat. Proses titrasi dilakukan mirip dengan titrasi pembakuan larutan EDTA yaitu
menggunakan indicator EBT dan larutan dapar pH 10. Hanya saja sampel yang digunakan
adalah air. Setelah dilakukan titrasi dan didapatkan titik ekuivalennya. Selain menghitung
kesadahan total, juga dilakukan praktikum untuk menentukan kesadahan tetap air . Dalam
percobaan ini sampel air dipanaskan terlebih dahulu dan disaring untuk menghilangkan
bakteri atau pengotor air lainnya dalam air.
G. KESIMPULAN
1. Normalitas ZnSO4 adalah 0,2 N
2. Normalitas EDTA pada percobaan I adalah 0,32 N
Normalitas EDTA pada percobaan II adalah 0,3252 N
Jadi Normalitas rata-rata EDTA adalah 0,3252 N
3. kesadahan total sampel air (kadar CaCO3 dalam g/100 mL) pada percobaan I adalah 0,37%
kesadahan total sampel air (kadar CaCO3 dalam g/100 mL) pada percobaan II adalah 0,39%
Jadi kesadahan total sampel air rata-rata (kadar rata-rata CaCO3 dalam g/100 mL)adalah 0,38%
H. DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi_kompleksometri
(Diakses tanggal 13 Desember 2013)
http://chemistry35.blogspot.com/2011/12/air-sadah.html
(Diakses tanggal 14 Desember 2013)
http:// materi_kimia/instrumen_analisis/kompleksometri/rangkuman-kompleksometri
(Diakses tanggal 14 Desember 2013)