25
LAPORAN PRAKTIKUM STERIL PEMBUATAN SEDIAAN INFUS RINGER Disusun Oleh : Kelompok 8B Delvina Ginting Deisy Indayanti Nirmala Kasih 1110102000058 1110102000080 1110102000042 PROGRAM STUDI FARMASI SEMESTER 6 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA MEI 2013

LAPORAN PRAKTIKUM STERIL INFUS RINGER.docx

  • Upload
    dias

  • View
    3.115

  • Download
    408

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM STERIL INFUS RINGER.docx

LAPORAN PRAKTIKUM STERILPEMBUATAN SEDIAAN INFUS RINGER

Disusun Oleh :Kelompok 8B

Delvina Ginting

Deisy Indayanti

Nirmala Kasih

1110102000058

1110102000080

1110102000042

PROGRAM STUDI FARMASI SEMESTER 6FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAMEI 2013

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM STERIL INFUS RINGER.docx

Pembuatan Sediaan Infus Ringer

PEMBUATAN SEDIAAN INFUS RINGERDelvina Ginting, Deisy Indayanti, Nirmala Kasih

Program Studi FarmasiFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Obat suntik didefinisikan secara

luas sebagai sediaan steril bebas pirogen

yang dimaksudkan unutk diberikan secara

parenteral. Istilah parenteral seperti yang

umum digunakan, menunjukkan

pemberian lewat suntuikkan seperti

berbagai sediaan yang diberikan dengan

disuntikkan.

Obat–obat dapat disuntikkan ke dalam

hampir seluruh organ atau bagian tubuh

termasuk sendi (intaarticular), ruang cairan

sendi (intrasynovial), tulang punggung

(intraspinal) ke dalam cairan

spinal(intrathecal), arteri (intraarterial),

dan dalam keadaan gawat bahkan ke dalam

jantung (intracardiac). Tetapi yang paling

umum obat suntik dimaksudkan untuk

dimasukkan ke dalam vena (intravena), ke

dalm otot (intramuskular), ke dalam kulit

(intradermal) atau di bawah kulit

(subkutan).

II. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari parktikum ini

adalah :

1. Mengetahui praformulasi suatu

zat obat serta membuat dan

mengevaluasi hasil dari sediaan

yang dibuat.

2. Mengetahui mengenai pengertian,

pembagian, cara pembuatan,

perhitungan dosis, sterilisasi dan

penyerahan suatu sediaan obat

parenteral, khususnya injeksi.

III. Dasar Teori

Sterilisasi adalah proses yang

dirancang untuk menciptakan keadaan

steril. Secara tradisional keadaan steril

adalah kondisi mutlak yang tercipta

sebagai akibat penghancuran dan

penghilangan semua mikroorganisme

hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril

adalah istilah yang mempunyai kondisi

konotasi relatif, dan kemungkinan

menciptakan kondisi mutlak bebas dari

mikrorganisme hanya dapat diduga atas

dapat proyeksi kinetis angka kematian

mikroba.          

            Injeksi adalah sediaan steril berupa

larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang

harus dilarutkan atau disuspensikan lebih

dahulu sebelum digunakan secara

parenteral, suntikkan dengan cara

menembus atau merobek jaringan ke

dalam atau melalui kulit atau selaput lendir

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM STERIL INFUS RINGER.docx

Pembuatan Sediaan Infus Ringer

(Lukas, hal 36). Injeksi diracik dengan

melarutkan, mengemulsi atau

mensuspensikan sejumlah obat dalam

sejumlah pelarut atau dengan mengisikan

sejumlah obat ke dalam wadah dosis

tunggal atau wadah dosis ganda (Anief, hal

190).

Syarat-syarat obat suntik :

1. Aman, tidak boleh memyebabkan

iritasi jaringan atau efek toksik

2. Harus jernih, tidak terdapat partikel

padat kecuali berbentuk suspense

3. Tidak berwarna kecuali bila obatnya

berwarna

4. Sedapat mungkin isohidri

5. Sedapat mungkin isotonis

6. Harus steril

7. Bebas pirogen

Metode pembuatan suatu sediaan steril ada

dua jenis yaitu :

1. Sterilisasi akhir

Metode sterilisasi akhir merupakan

proses sterilisasi yang dilakukan setelah

sediaan selesai dikemas, untuk selanjutnya

dilakukan sterilisasi, jenis metode

sterilisasi yang sering digunakan adalah

metode sterilisasi panas lembab

menggunakan autoklaf, namun sterilisasi

akhir dapat dilakukan dengan berbagai

metode (panas kering, filterisasi, EM,

pengion, gas, dsb), hal ini tergantung

pertimbangan keefektifan, efisiensi, dan

ketepatan serta kesesuaian dengan zat-zat

dalam sediaan.

2. Cara aseptik

Cara aseptik bukan termasuk

metode sterilisasi. Cara aseptik hanya bisa

dilakukan khusus untuk zat aktif yang

tidak tahan/rusak terhadap suhu tinggi,

antibiotik dan beberapa hormon

merupakan contoh sediaan dengan

perlakuan metode aseptik.

Cara aseptik pada prinsipnya adalah cara

kerja untuk memperoleh sediaan steril

dengan cara mencegh kontaminasi jasad

renik/partikel asing kedalam sediaan.

Proses cara aseptiknya adalah melakukan

sterilisasi pada semua bahan sediaan (pada

awal sebelum pembuatan sediaan) sesuai

dengan sifat dari bahan yang digunakan.

kemudian dilanjutkan pada proses

pembuatan dan pengemasan dalam ruang

steril atau didalam laminar air flow untuk

mencegah kontaminasi. Pada proses

aseptik masih terdapat celah terjadinya

kontaminasi, sehingga apabila metode

sterilisasi akhir bisa dilakukan maka

metode aseptik tidak perlu dilakukan.

Sediaan Parenteral Volume Besar

Sediaan parenteral volume besar

(SPVB) dapat diartikan sebagai obat steril

yang dikemas dalam wadah dengan ukuran

minimal 100 ml dan ditujukan untuk

manusia. untuk mendapatkan sediaan

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM STERIL INFUS RINGER.docx

Pembuatan Sediaan Infus Ringer

parenteral yang baik maka perlu dilakukan

praformulasi sehingga didapatkan :

1. Pembawa yang sesuai

2. Zat eksipien yang dibutuhkan

3. Wadah dan jenis wadah yang

sesuai

Untuk sediaan parenteran volume besar

tidak termasuk intravena, larutan enguras,

dialisat peritoneal, atau darah dengan

penambahan anti koagulan.

Pada sediaan SPVB ini tidak termasuk

obat-obatan yang ditujukan untuk

pemakaian hewan. Keperluan untuk SPVB

meningkat karena:

1. Kebutuhan tubuh akan air,

elektrolit dan karbohidrat yang

kurang harus ceoat diganti

2. Obat banyak yang diberikan

melalui infuse, mengingat beberpa

keuntungan, misalnya tidak perlu

menyuntik pasien berkali-kali

3. Mudah mengatur keseimbangan

antara keasaman dan kebasaan obat

dalam darah

4. Sebagai penambah zat makanan

bila pasien tidak dapat makan

5. Larutan penambah zat parenteral

volume besar berfungsi sebagai

dialisa pada pasien gagal ginjal.

Untuk infuse atau SPVB harus

dilakukan perhitungan isotonis. Karena

tekanan osmosa tersebut sangat penting

terhadap factor fisiologis yang

berpengaruh terhadap formulasi. Tekanan

osmosa adalah perpindahan pelarut dari zat

terlarut melalui membrane semipermeabel

yang memisahkan dua komponen. Satuan

tekanan osmosa adalah osmols per

kilogram atau osmolaritas :

M osmole/ liter =

gramliter zat terlarut

x1000 x jumalhion

BM zat terlarut

Dalam praktikum kali ini kami

akan membuat sediaan SPVB yaitu infus

ringer atau yang biasa dikenal infus

natrium klorida majemuk. Dengan recipe

sebagai berikut :

R /

NaCl 2,15 gr

KCl 75 mg

CaCl2 82,5 mg

Api ad 250 mL

Mf. Inf. Da in 250 mL no 1 S im.m

Adapun proses sterilisasi yang kami

gunakan yaitu sterilisasi akhir dengan

autoklaf dengan suhu 121 C selama kurang

lebih 15menit.

Jenis Cairan Infus

• Cairan hipotonik: osmolaritasnya

lebih rendah dibandingkan serum

(konsentrasi ion Na+ lebih rendah

dibandingkan serum), sehingga larut

dalam serum, dan menurunkan

osmolaritas serum. Maka cairan

“ditarik” dari dalam pembuluh darah

keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM STERIL INFUS RINGER.docx

Pembuatan Sediaan Infus Ringer

cairan berpindah dari osmolaritas

rendah ke osmolaritas tinggi), sampai

akhirnya mengisi sel-sel yang dituju.

Digunakan pada keadaan sel

“mengalami” dehidrasi, misalnya pada

pasien cuci darah (dialisis) dalam

terapi diuretik, juga pada pasien

hiperglikemia (kadar gula darah

tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.

Komplikasi yang membahayakan

adalah perpindahan tiba-tiba cairan

dari dalam pembuluh darah ke sel,

menyebabkan kolaps kardiovaskular

dan peningkatan tekanan intrakranial

(dalam otak) pada beberapa orang.

Contohnya adalah NaCl 45% dan

Dekstrosa 2,5%.

• Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat

kepekatan) cairannya mendekati

serum (bagian cair dari komponen

darah), sehingga terus berada di dalam

pembuluh darah. Bermanfaat pada

pasien yang mengalami hipovolemi

(kekurangan cairan tubuh, sehingga

tekanan darah terus menurun).

Memiliki risiko terjadinya overload

(kelebihan cairan), khususnya pada

penyakit gagal jantung kongestif dan

hipertensi. Contohnya adalah cairan

Ringer-Laktat (RL), dan normal

saline/larutan garam fisiologis (NaCl

0,9%).

• Cairan hipertonik: osmolaritasnya

lebih tinggi dibandingkan serum,

sehingga menarik cairan dan elektrolit

dari jaringan dan sel ke dalam

pembuluh darah. Mampu

menstabilkan tekanan darah,

meningkatkan produksi urin, dan

mengurangi edema (bengkak).

Penggunaannya kontradiktif dengan

cairan hipotonik. Misalnya Dextrose

5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose

5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%

+NaCl 0,9%, produk darah (darah),

dan albumin.

Cairan infus intravena dikemas dalam

bentuk dosis tunggal, dalam wadah plastik

atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas

partikel-partikel lain. Oleh karena

volumenya yang besar, pengawet tidak

pernah digunakan dalam infus intravena

untuk menghindari toksisitas yang

mungkin disebabkan oleh pengawet itu

sendiri. Cairan infus intravena.

Walaupun cairan infus intravena yang

diinginkan adalah larutan yang isotonis

untuk meminimalisasi trauma pada

pembuluh darah, namun cairan hipotonis

maupun hipertonis dapat digunakan. Untuk

meminimalisasi iritasi pembuluh darah,

larutan hipertonis diberikan dalam

kecepatan yang lambat.

Persyaratan infus intravena menurut FI III

antara lain :

1. Sediaan steril berupa larutan

2. Bebas pirogen

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM STERIL INFUS RINGER.docx

Pembuatan Sediaan Infus Ringer

3. Sedapat mungkin dibuat isotonis

terhadap darah

4. Infus emulsi dibuat dengan air

sebagai fase luar, diameter fase

dalam tidak lebih dari 5 µm

5. Infus intravena tidak mengandung

bakterisida dan zat dapar

6. Larutan untuk infus intravena harus

jernih dan praktis bebas partikel

7. Emulsi untuk infus intravena

setelah dikocok harus homogen dan

tidak menunjukkan pemisahan fase,

diameter globul fase terdispersi

untuk infus intravena harus

dinyatakan

8. Volume netto/volume terukur tidak

kurang dari nominal

9. Penyimpanan dalam wadah dosis

tunggal

10. 10. Memenuhi syarat injeksi

Keuntungan pemberian infus intravena

adalah menghasilkan kerja obat yang cepat

dibandingkan cara-cara pemberian lain dan

tidak menyebabkan masalah terhadap

absorbsi obat. Sedangkan kerugiannya

yaitu obat yang diberikan sekali lewat

intravena maka obat tidak dapat

dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat

dilakukan untuk obat bila diberikan per

oral, misalnya dengan cara dimuntahkan.

Pembuatan infus ini mengacu pada

penggunaannya sebagai cairan infus yang

dapat menstabilkan jumlah elektrolit-

elektrolit yang sama kadarnya dalam

cairan fisiologis normal, sehingga

diharapkan pasien dapat mempertahankan

kondisi elektrolitnya agar sesuai dengan

batas-batas atau jumlah elektrolit yang

normal pada plasma. Selain itu, digunakan

pengisotonis dekstrosa yang diharapkan

mampu menambah kalori bagi pasien serta

meningkatkan stamina karena biasanya

kondisi pasien yang kekurangan elektrolit

dalam keadaan lemas (sehingga perlu

diinfus).

Infus ringer digunakan untuk untuk

mengatasi kondisi kekurangan volume

darah, larutan natrium klorida 0,9% - 1,0%

menjadi kehilangan maka secara terapeutik

sebaiknya digunakan larutan ringer,

larutan ini mengandung KCl dan CaCl2

disamping NaCl.

Hubungan antara Osmolaritas dan tonisitas

:

Osmolaritas

(M osmole/liter)Tonisitas

>350 Hipertonis

329-350 Sedikit hipertonis

270-328 Isotonis

250-269 Sedikit hipotonis

0-249 Hipotonis

Data Preformulasi

a. NaCl (natrium klorida )

Bobot molekul : 58,44

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM STERIL INFUS RINGER.docx

Pembuatan Sediaan Infus Ringer

Pemerian : Kristal tidak berbau tidak

berwarna atau serbuk Kristal putih, tiap 1g

setara dengan 17,1 mmol NaCl.

Kelarutan : 1bagian larut dalam3 bagian

air, 10 bagian gliserol, sedikit larut dalam

etanol, larut dalam 250 bagian etanol 95%,

larut dalam 2,8 air dan dalam 2,6 bagian

air pada suu 100˚ C.

Sterilisasi : autoklaf atau filtrasi

Stabilitas : stabil dalam bentuk larutan.

Larutan stabil dapat menyebabkan

pengguratan partikel dari tipe gelas.

pH : 4,5-7

OTT : logam Ag, Hg, Fe

E NaCl : 1

Kosentrasi/ dosis : lebih dari 0.9%.

injeksi iv 3-5% dalam 100 ml selama 1

jam. Injeksi NaCl mengandung 2,5-4

mEq/ml. Na⁺ dalam plasma = 135-145

mEq/ml.

Khasiat : pengganti ion Na⁺,Cl⁻ dalam

tubuh dan agen tonisitas.

Farmakologi : berfungsi untuk mengatur

distribusi air, cairan dan keseimbangan

elektrolit dan tekanan osmotic cairan

tubuh.

b. KCl (Kalium klorida)

Pemerian : Kristal atau serbuk putih atau

tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

atau berasa asin.

Kelarutan : larut dalam air, sangat mudah

larut dalam air panas, larut dalam air

panas, larut dalam 14 bagian gliswerin,

praktis tidak larut dalam eter, aceton,

etanol dan alcohol.

pH : 4-8, 7 untuk larutan pada suhu 15˚C.

dosis : konsentrasi kalium pada ryte iv tidk

lebih dari 40 mEq/L dengan kecepatan 20

mEq/jam (untuk hipokalemia). Untuk

mempertahankan konsentrasi kalium pada

plasma 4 mEq/L. K⁺ dalam plasma = 3,5-5

mEq/L.

stabilitas : stabil dan harus disimpan

dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk

dan kering.

Kegunaan : biasa digunakan dalam

sediaan parenteral sebagai senyawa

pengisotonis, dan juga sebagai sumber ion

Kalium.

OTT : larutan KCl iv inkompatibel

dengan protein hidrosilat, perak dan garam

merkuri.

Sterilisasi : dengan autoklaf atau filtrasi.

c. CaCl2 (kalsium dklorida)

Pemerian : granul atau serpihan, putih,

keras, tidak, berbau

Kelarutan : mudah larut dalam air (1,2

bagian), dalam etanol (4 bagian), dan

dalam etanol mendidih (2 bagian), sangat

mudah larut dalam air panas (0,7 bagian).

pH : 4,5-9,2

OTT : karbonat, fosfat, sulfat, tartrat,

sefalotin sodium, CTM dengan tetrasiklin

membentuk kompleks.

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM STERIL INFUS RINGER.docx

Pembuatan Sediaan Infus Ringer

Kegunaan : untuk mempertahankan

elektrolit tubuh, untuk hipokalemia,

sebagai elektrolit yang esensial bagi tubuh

untuk mencegah kekurangan ion kalsium

yang menyebabkan iritabilitas dan

konvulsi.

Sterilisasi : autoklaf

E CaCl2 : 0,53

Farmakologi : penting untuk fungsi

integritas dari saraf muscular, system

skeletal, membrane sel dan permeabilitas

kapiler.

Berdasarkan FI IV ; injeksi ringer

adalah larutan steril natrium klorida,

kalium klorida. Dan kalsium klorida dalam

air untuk injeksi tiap 100 mL mengandung

tidak kurang dari 323.0 mg dan tidak lebih

dari 354.0 mg natrium (Na, setara dengan

tidak kurang dari 820,0 mg dan tidak lebih

dari 900,0 mg NaCl). Tidak kurang dari

14,9 mgdan tidak lebih dari 16,5 mg

kalium (K,setara dengan tidak kurang dari

28,5 mg dan tidak lebih dari 31,5 mg KCl),

tidak kurang dari 8,20 mg dan tidak lebih

dari 9,80 mg kalskium (Ca, setara dengan

tidak kurang dari 30,0 mg dan tidak lebih

dari 36,0 mg CaCl2 2H2O ) dan tidak

kurang dari 523,0 mg dan tidak lebih dari

580,0 mg klorida (Cl, sebagai NaCl, KCL,

CaCl2.2H2O).

Pengemasan, Pemberian Etiket dan

Penyimpanan Obat Suntik

Wadah untuk injeksi termasuk

penutup tidak boleh berinteraksi melalui

berbagai cara baik secara fisik maupun

secara kimiawi dengan sediaan, yang dapat

membuat kekuatan, mutu atau kemurnian

di luar persyaratan resmi dalam kondisi

biasa pada waktu penanganan,

pengangkutan, penyimpanan, penjualan

dan penggunaan, wadah terbuat dari bahan

yang dapat mempermudah pengamatan

terhadap isi. Tipe kaca yang dianjurkan

untuk tiap sediaan umumnya tertera dalam

masing-masing monografi (Anonim,

1995).

Produk steril yang banyak

diproduksi di industri farmasi adalah

dalam bentuk larutan terbagi (ampul) dan

bentuk serbuk padat siap untuk digunakan

dengan diencerkan terlebih dahulu dengan

larutan pembawa (vial). Wadah obat

suntik, termasuk tutupnya harus tidak

berinteraksi dengan sediaan, baik secara

fisik maupun kimia sehingga akan

mengubah kekuatan dan efektivitasnya.

Bila wadah dibuat dari gelas, maka gelas

harus jernih dan tidak berwarna atau

berwarna kekuningan, untuk

memungkinkan pemeriksaan isinya. Jenis

gelas yang sesuai dan dipilih untuk tiap

sediaan parenteral biasanya dinyatakan

dalam masing-masing monograf. Obat

suntik ditempatkan di dalam wadah dosis

tunggal atau wadah dosis berganda.

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM STERIL INFUS RINGER.docx

Pembuatan Sediaan Infus Ringer

Menurut definisi wadah dosis tunggal

(Ansel,1989).

Wadah dosis tunggal umumnya

disebut ampul, tertutup rapat dengan

melebur wadah gelas dalam kondisi

aseptis. Wadah gelas dibuat mempunyai

leher agar dapat dengan mudah dipisahkan

dari bagian badan wadah tanpa terjadi

serpihan-serpihan gelas. Sesudah dibuka,

isi sampul dapat dihisap ke dalam alat

suntik dengan jarum hipodermis. Sekali

dibuka, ampul tidak dapat ditutup kembali

dan digunakan lagi untuk suatu waktu

kemudian, karena sterilitas isinya tidak

dapat dipertanggung jawabkan lagi.

Beberapa produk yang dapat disuntikkan

dikemas dalam alat suntik yang diisi

sebelumnya dengan atau tanpa cara

pemberian khusus. Jenis gelas untuk

wadah produk parenteral telah ditentukan

di Bab 5 dan sebaliknya diingat kembali.

Jenis I, II, III adalah jenis yang untuk

produk parenteral. Jenis yang paling tahan

terhadap zat kimia adalah jenis I. Jenis

gelas yang akan digunakan sebagai wadah

obat suntik tertentu dinyatakan dalam

masing-masing monograf sediaan (Ansel,

1989).

Satu persyaratan utama dari larutan

yang diberikan secara parenteral ialah

kejernihan. Sediaan itu harus jernih

berkilauan dan bebas dari semua zat-zat

khusus yaitu semua yang bergerak,

senyawa yang tidak larut, yang tanpa

disengaja ada. Termasuk pengotoran-

pengotoran seperti debu, serat-serat baju,

serpihan-serpihan gelas, kelupasan dari

wadah gelas atau plastik atau tutup atau zat

lain yang mungkin ditemui, yang masuk ke

dalam produk selama proses pembuatan,

penyimpanan dan pemberian (Ansel,1989).

Untuk mencegah masuknya

partikel yang tidak diinginkan ke dalam

produk parenteral, sejumlah tindakan

pencegahan harus dilakukan selama

pembuatan dan penyimpanan. Misalnya,

larutan parenteral umumnya pada akhirnya

disaring sebelum dimasukkan ke dalam

wadah. Wadah harus dipilih dengan teliti,

yang secara kimia tahan terhadap larutan

yang akan dimasukkan dan mempunyai

kualitas yang paling baik untuk

memperkecil kemungkinan terkelupasnya

wadah dan kelupasan masuk ke dalam

larutan. Telah diakui, kadang-kadang

ditemui beberapa zat tertentu dalam

produk parenteral yang berasal dari

kelupasan wadah gelas atau plastik. Bila

wadah telah dipilih untuk dipakai, wadah

harus dicuci dengan seksama agar bebas

dari semua zat asing. Selama pengisian

wadah, harus diperhatikan dengan

sungguh-sungguh proses pengisian untuk

mencegah masuknya debu yang dikandung

udara, serat kain, atau pengotoran-

pengotoran lain ke dalam wadah.

Persyaratan penyaringan dan petunjuk

aliran udara pada daerah produksi berguna

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM STERIL INFUS RINGER.docx

Pembuatan Sediaan Infus Ringer

dalam menurunkan kemungkinan

pengotoran (Ansel, 1989).

METODE PENELITIAN

Alat-alat yang digunakan dalam

pembuatan Infus Ringer ini adalah botol

infus, tutup karet botol infus, kertas saring,

pH meter, waterbath, termometer, corong,

mortar dan alu, beacker glass, erlenmeyer,

cawan penguap, kaca arloji, spatula,

batang pengaduk, pinset, gelas ukur, pipet

tetes, dan autoklaf. Bahan-bahan yang

digunakan dalam pembuatan Infus Ringer

ini adalah Natrium Klorida, Kalium

Klorida, Kalsium Klorida, Karbon Aktif,

dan Aqua pro Injection. Tahapan kerjanya

adalah sebagai berikut:

1. Penyiapan Alat dan Bahan

Menyiapkan seluruh alat dan bahan

yang akan digunakan dan

menempatkannya dalam satu keranjang

agar mudah untuk dibawa kemanapun.

No Nama Alat Jumla

h

Cara

Sterilisas

i

1. Kaca arloji 4 Oven

170oC,

30 menit

2 Beacker

glass

2 Oven

170oC,

30 menit

3. Gelas ukur

25 ml

1 Autoklaf

115-

116oC,

30 menit

4. Gelas ukur

500 ml

1 Autoklaf

115-

116oC,

30 menit

5. Spatula 1 Oven

170oC,

30 menit

6. Batang

pengaduk

1 Oven

170oC,

30 menit

7. Erlenmeye

r

3 Oven

170oC,

30 menit

8. Pipet tetes

tanpa karet

2 Autoklaf

115-

116oC,

30 menit

9. Karet pipet 2 Direbus

selama

30 menit

10

.

Pinset 1 Oven

170oC,

30 menit

11

.

Vial 2 Oven

170oC,

30 menit

12

.

Cawan

penguap

1 Oven

170oC,

30 menit

13

.

Mortar dan

Alu

1 Oven,

170oC,

30 menit

14 Botol Infus 1 Oven

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM STERIL INFUS RINGER.docx

Pembuatan Sediaan Infus Ringer

. 250oC,

30 menit

15

.

Tutup

karet botol

infus

1 Rebus

100oC,

30 menit

16

.

Kertas

saring

2 Autoklaf

115-

116oC,

30 menit

17

.

Corong 1 Oven

170oC,

30 menit

2. Formulasi

Sediaan yang dibuat pada praktikum

ini adalah Infus Ringer. Infus Ringer

dibuat sendiri di laboratorium dengan

menggunakan formula berdasarkan

Formularium Nasional edisi II tahun

1978 dimana tiap 500 mL mengandung

: Natrii Chloridum 4,3 g, Kalii

Chloridum 150 mg, Calcii Chloridum

2,4 g, dan Aqua pro Injectione hingga

500 ml.

3. Pembuatan Infus Ringer

Infus Ringer yang dibuat ini

menggunakan pelarut berupa Aqua pro

Injection. Volume yang dibuat adalah

sebanyak 275 ml. Aqua pro injection

dibuat sesuai dengan kebutuhan.

Karbon Aktif digerus hingga halus lalu

ditimbang sebanyak 0,275 g. Natrium

Klorida ditimbang sebanyak 2,48325

g. Kalium Klorida ditimbang sebanyak

0,0866 g. Kalsium Klorida ditimbang

sebanyak 0,0953 gr. Semua alat-alat

dan bahan-bahan yang telah siap

dibawa ke white area melalui pass box.

Gelas ukur dikalibrasi dengan volume

sebanyak 275 ml. Botol infus

dikalibrasi dengan volume sebanyak

255 ml. Semua zat aktif dilarutkan

dengan sedikit Aqua pro Injeksi dari

volume 275 ml tersebut pada masing-

masing erlenmeyer. Semua zat aktif

dicampur ke dalam gelas ukur lalu

ditambahkan dengan Aqua pro Injeksi

hingga volumenya 265 ml. Larutan

dicek pHnya. Sisa Aqua pro Injeksi

ditambahkan sehingga volumenya

menjadi 275 ml. Karbon Aktif

dimasukkan ke dalam larutan. Larutan

dipanaskan selama 15 menit sambil

ditutup dengan kaca arloji yang

diselipkan batang pengaduk dan sambil

terus diukur suhunya hingga mencapai

60-70oC. Kertas saring dibasahi

sebelum larutannya disaring. Larutan

disaring dengan corong yang dilapisi

kertas saring dobel yang telah dibasahi

sebelumnya. Larutan yang telah

disaring dipindahkan ke dalam botol

infus yang telah dikalibrasi

sebelumnya yaitu volumenya sebanyak

255 ml. Tutup karet botol infus

dipasang lalu diikat dengan tali kasur

dengan simpul champagne. Sediaan

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM STERIL INFUS RINGER.docx

Pembuatan Sediaan Infus Ringer

infus yang telah dibuat disterilkan

dengan autoklaf pada suhu 121oC.

4. Perhitungan Tonisitas

M osmol/liter = gramliter

x1000 x jumla hion

BM

KCl = 0,075 gram

0,25 literx1000 x 2

74,6

= 8,043 M osmol/liter

CaCl2 = 0 ,0825 gram

0,25 literx1000 x 3

111

= 8,919 M osmol/liter

NaCl = 2 ,15 gram0,25 liter

x1000 x 2

58,44

= 294,319 M osmole/liter

∑= 311.281 Mosmole/liter (Isotonis)

5. Perhitungan Meq

Massa ion = massa ion x Ar

Mr

mEq = massa ion x valensi

ArSetelah memasukkan data ke dalam

masing-masing rumus didapat data

mEq masing-masing ion sebagai

berikut :

Na+ : 147 mEq/l K+ : 4,02 mEq/l Ca2+ : 5,96 mEq/l Cl- : 156,98 mEq/l

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, akan

dibuat sediaan parenteral volume besar,

yaitu infus ringer. Infus Ringer

mengandung berbagai macam elektrolit,

sehingga digunakan untuk memenuhi

kebutuhan elektrolit ataupun cairan tubuh

secara fisiologis. Infus Ringer adalah

larutan steril Natrium klorida, Kalium

klorida, dan Kalsium klorida dalam air

untuk obat suntik yang diberikan melalui

intravena tetes demi tetes dengan bantuan

peralatan yang cocok. Larutan Ringer

sering digunakan untuk mengisi cairan

yang hilang setelah kehilangan darah

akibat trauma, operasi, atau cedera

kebakaran.

Hal yang pertama dilakukan dalam

membuat sediaan ini adalah mengecek

apakah larutan ini isotonis atau tidak. Pada

pemberian intravenus dalam volume kecil,

isotonis bukanlah suatu syarat yang

mutlak. Hal ini karena jumlah cairan tubuh

jauh lebih besar dibandingkan jumlah

cairan yang dimasukkan sehingga terjadi

pengenceran yang cepat. Tetapi tidak

demikian jika larutan intravenus volume

besar yang diberikan tidak isotonis. Jika

larutan hipertonis (tekanan osmotiknya

lebih besar daripada darah) maka dapat

terjadi plasmolisis yaitu hilangnya air dari

sel darah sehingga sel darah akan

mengkerut. Jika larutan hipotonis (tekanan

osmotik lebih kecil daripada darah) maka

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM STERIL INFUS RINGER.docx

Pembuatan Sediaan Infus Ringer

dapat terjadi hemolisis yaitu eritrosit akan

pecah.

Pengecekan isotonis larutan

dilakukan dengan perhitungan

menggunakan rumus sebagai berikut :

M osmole/liter = gramliter

x1000 x jumla hion

BM

Sehingga didapat bahwa larutan infus

ringer yang akan dibuat bersifat isotonis

yang bernilai 311.281 M osmole/liter.

Pada sediaan Infus, tidak perlu

pengawet karena volume sediaan besar.

Jika ditambahkan pengawet maka jumlah

pengawet yang dibutuhkan besar sehingga

dapat memberikan efek toksik yang

mungkin disebabkan oleh pengawet itu

sendiri. Sediaan infus diberikan secara

intravena untuk segera dapat memberikan

efek. Pelarut yang digunakan adalah Air

Pro Injection bebas pirogen. Sediaan infus

yang kami buat sebanyak 250 ml dengan

penambahan volume pada saat pembuatan

sediaan sebanyak 10% sehingga menjadi

275 ml. Sedangkan untuk sediaannya

volume ditambahkan sebangak 2%

sehingga volume yang akan dimasukkan

ke wadah menjadi 255 ml.

Selanjutnya, bahan-bahan yang ada

dalam formula dilarutkan didalam

aquadest bebas pirogen. Ion natrium (Na+)

dalam infus berupa natrium klorida dapat

digunakan untuk mengobati hiponatremia,

karena kekurangan ion tersebut dapat

mencegah retensi air sehingga dapat

menyebabkan dehidrasi. NaCl digunakan

sebagai larutan pengisotonis agar sediaan

infus setara dengan 0,9% larutan NaCl,

dimana larutan tersebut mempunyai

tekanan osmosis yang sama dengan cairan

tubuh. Kalium klorida (KCl), kalium

merupakan kation (positif) yang terpenting

dalam cairan intraseluler dan sangat

esensial untuk mengatur keseimbangan

asam-basa serta isotonis sel. Ion kalsium

(Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi,

berperan dalam proses penyembuhan luka

pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah

ion kalsium di bawah konsentrasi normal

dapat menyebabkan iritabilitas dan

konvulsi. Kalsium yang dipakai dalam

bentuk CaCl2 yang lebih mudah larut

dalam air.

Setelah masing-masing bahan larut

sempurna kemudian dicampurkan di dalam

backer glass yang telah ditara dan

ditambahkan dengan aquadest bebas

pirogen di bawah batas tanda tara. Setelah

itu dilakukan pengecekan pH. Obat suntik

sebaiknya mempunyai pH yang mendekati

pH fisiologis yang artinya isohidris dengan

darah dan cairan tubuh lainnya. Pada

sediaan kami, pH yang didapat yaitu 5. pH

ini masuk kedalam range pH Ringer yaitu

5-7,5. Karena pH sediaan yang kami buat

sudah memenuhi persyaratan maka

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM STERIL INFUS RINGER.docx

Pembuatan Sediaan Infus Ringer

dilakukan penambahan aquadest bebas

pirogen hingga volume mencapai 275 ml.

Infus harus bebas pirogen karena

pirogen menyebabkan kenaikan suhu

tubuh yang nyata, demam, sakit badan,

kenaikan tekanan darah arteri, kira-kira 1

jam setelah injeksi. Untuk menghilangkan

pirogen larutan dilakukan dengan

penambahan 0,1% karbon aktif dihitung

terhadap volume total larutan, kemudian

dihangatkan pada suhu 60-70oC selama

15 menit sambil sesekali diaduk. Setelah

itu larutan disaring menggunakan kertas

saring ganda, seharusnya penyaringan ini

dilakukan menggunakan penyaring G3

namun tidak dilakukan karena keterbatasan

alat. Setelah disaring sampai diperoleh

larutan yang jernih, hasilnya dimasukkan

kedalam wadah berupa botol gelas dengan

volume yang sesuai.

Sterilisasi yang dilakukan untuk

larutan Ringer laktat adalah termasuk

sterilisai akhir dimana sterilisasi dilakukan

setelah larutan dimasukan ke dalam

wadah. Metode sterilisasi untuk larutan ini

adalah sterilisasi uap (panas basah). Pada

umumnya, metode sterilisasi ini digunakan

untuk sediaan farmasi dan bahan-bahan

yang tahan terhadap temperatur yang

digunakan dan terhadap penembusan uap

air, tetapi tidak timbul efek yang tidak

dikehendaki akibat uap air tersebut .

Sterilisasi uap air ini lebih efektif

dibandingkan sterilisasi panas kering.

Sterilisasi larutan ringer dilakukan dengan

autoclave pada suhu 121oC selama 15

menit.

Penandaan obat sediaan infus

ringer yang digunakan adalah label obat

keras, karena pada umumnya pemberian

sediaan infus perlu dilakukan oleh tenaga

ahli medis dan harus dengan resep dokter

untuk menghindari penyalahgunaan

sediaan. Pada etiket, selain dituliskan

lambang obat keras, juga dicantumkan

jumlah isi atau volume sediaan. Pemberian

etiket pada wadah sedemikian rupa

sehingga sebagian wadah tidak tertutup

oleh etiket, hal ini dilakukan untuk

mempermudah pemeriksaan isi secara

visual.

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum kali ini dapat

disimpulkan bahwa :

1. Infus Ringer adalah larutan steril

Natrium klorida, Kalium klorida,

dan Kalsium klorida dalam air

untuk obat suntik yang diberikan

melalui intravena tetes demi tetes

dengan bantuan peralatan yang

cocok.

2. Sediaan infus ringer yang dibuat

bersifat isotonis.

3. Pada sediaan Infus, tidak perlu

pengawet karena volume sediaan

besar.

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM STERIL INFUS RINGER.docx

Pembuatan Sediaan Infus Ringer

4. pH sediaan sesuai pada rentang pH

stabilitas obat.

5. Infus harus bebas pirogen karena

pirogen menyebabkan kenaikan

suhu tubuh yang nyata, demam,

sakit badan, kenaikan tekanan

darah arteri, kira-kira 1 jam setelah

injeksi.

6. Untuk menghilangkan pirogen

larutan dilakukan dengan

penambahan 0,1% karbon aktif

dihitung terhadap volume total

larutan.

7. Sterilisasi yang dilakukan untuk

larutan Ringer laktat adalah

termasuk sterilisai akhir.

8. Sterilisasi larutan ringer dilakukan

dengan autoclave pada suhu 121oC

selama 15 menit.

DAFTAR PUSTAKA

Departement of pharmaceutical Science. 1982. Martindale the Extra Pharmacoeia 28th

edition. London: The Pharmaceutical Press.

Farmakope Indonesia Edisi ketiga. 1979. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Formularium Nasional Edisi Kedua. 1978. Departemen Kesehatan Repiblik Indonesia.

Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Andi.

Wade, Ainley and Paul J.Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, second

edition. London : The Pharmaceutical Press.