37
LAPORAN PRAKTIKUM KELISTRIKAN PERTANIAN RANGKAIAN KAPASITIF DAN INDUKTIF Kelompok : 2 (satu) Shift A2 Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 26 September 2011 Asisten :1. Diki 2. Bakti Priandi Anggota : Bobby A Palem (240110090033) Rommy A Mirhadi (240110090034) Adinda Nurfadillah (240110090035) Ramdhani Pratama H (240110090036) Primayoga Harsana S (240110090037)

Laporan Praktikum Listrik Rangkaian Kapasitif dan Induktif Kelompok 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Kelistrikan Pertanian FTIP

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KELISTRIKAN PERTANIAN

RANGKAIAN KAPASITIF DAN INDUKTIF

Kelompok : 2 (satu) Shift A2

Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 26 September 2011

Asisten :1. Diki

2. Bakti Priandi

Anggota : Bobby A Palem (240110090033)

Rommy A Mirhadi (240110090034)

Adinda Nurfadillah (240110090035)

Ramdhani Pratama H (240110090036)

Primayoga Harsana S (240110090037)

LABORATORIUM INSTRUMENTASI DAN ELEKTRONIKA

TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2011

DAFTAR ISI

Daftar Isi ...........................................................................

Bab I Pendahuluan

1.1 LatarBelakang ........................................................

1.2 Tujuan ..................................................................

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Arus bolak-balik (a.c.) dan Voltase Dd

2.2 Harga rms

2.3 Reaktansi (Reactance)

2.4 Reaktansi Induktif

2.5 Reaktansi kapasitif

2.6 Impedansi.

Bab III Metodologi Praktikum

3.1 Alat dan Bahan ...............................................................

3.2 Prosedur Praktikum ........................................................

Bab IV Hasil

Bab V Pembahasan

5.1 Bobby A Palem……………………………

5.2 Rommy A Mirhadi……………………………..

5.3 Adinda Nurfadillah……………………………………..

5.4 Ramdhani Pratama H…………………………………

5.5 Primayoga Harsana S…………………………….

Bab VI Kesimpulan dan Saran

6.1 Bobby A Palem…………………………………………

6.2 Rommy A Mirhadi………………………………………….

6.3 Adinda Nurfadillah……………………………………….

6.4 Ramdhani Pratama H………………………………………..

6.5 Primayoga Harsana S……………………………………………………..

Daftar Pustaka

Lampiran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan alat-alat kelistrikan dalam industri pertanian sangatlah

dibutuhkan, oleh karena itu kita perlu mengetahui jenis serta fungsi dari alat-

alat kelitrikan tersebut.

Kondensator (Capasitor) adalah suatu alat yang dapat menyimpan

energi di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan

internal dari muatan listrik. Kondensator kini juga dikenal sebagai "kapasitor",

namun kata "kondensator" masih dipakai hingga saat ini.

Pada aliran arus AC, dimana kaidah penjumlahan tidak bisa secara

aljabar, tetapi bardasarkan vektor. Oleh karena itu kita perlu membuktikan

bagaimana penjumlahan tegangtan yang terjadi pada arus tersebut. Penggunaan

kapasitor pada sebuah rangkaian yang diaplikasikan dengan menggunakan sebuah

resistor yang dilakukan pada arus AC merupakan salah satu alternatif untuk

mengetahui sifat sebuah alat listrik, dimana pada praktikum kali ini dilakukan

untuk menghitung reaktansi kapasitif suatu kapasitor karena adanya perbedaan

tegangan dan reaktansi induktif karena adanya perbedaan arus listrik yang

mengalir.

1.2 Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah:

a. Menentukan reaktansi suatu kapasitor pada rangkaian kapasitif.

b. Menentukan reaktansi suatu induktor pada rangkaian induktif.

c. Menentukan impedansi rangkaian kapasitif dan rangkaian induktif.

d. Menentukan arus yang mengalir pada rangkaian kapasitif dan rangkaian

induktif.

e. Mampu menafsirkan diagram dengan menggunakan diagram fasor

f. Menentukan daya efektif rangkaian kapasitif dan rangkaian induktif.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Arus bolak-balik (a.c.) dan Voltase

Pada rangkaian searah, dc (direct current) polaritasnya selalu sama;

potensialnya selalu tetap positif pada satu sisi dan negative di sisi lain, dan arus

selalu mengalir pada arah yang sama. Sedang pada rangkaian a.c.( alternating

circuit) polaritasnya berbolak-balik dan berosilasi secara cepat. Untuk sistem daya

di Indonesia, frekuensi a.c. adalah 50 hertz (Hz) atau 50 siklus per detik, artinya

arah voltase dan arus berbolik-balik 50 kali setiap detik

Dalam penggunaan a.c. dimungkinkan menaikkan ataupun menurunkan

tegangan dengan transformator dengan jaminan keselamatan. Sedangkan d.c.

meskipun memungkinkan pengubahan voltase namun memerlukan peralatan yang

lebih rumit dan mahal.

Osilasi voltase dan arus pada sistem a.c. dimodelkan dalam kurva

sinusoidal, artinya secara matematika dideskrepsikan sebagai fungsi trigonometri

sin atau cosin. Pada fungsi ini waktu tidak bersatuan detik atau menit tetapi dalam

satuan sudut (angle).

Gambar. 1. Fungsi sinus f(t) = A sin (ωt) vs sudut/waktu

Parameter dari fungsi sinusoidal adalah :

1. Amplitudo; harga maksimum atau ketinggian kurva.(total jarak adalah dua kali

amplitudo).

2. Frekuensi ; jumlah asilasi total per unit waktu ( bisa pula diterjemahkan sebagai

kebalikan frekuensi , yaitu periode)

3. Phase; mengindikasikan starting point dari kurva sinusoid, dengan kata lain

sudut phase menspesifikasikan suatu sudut dimana kurva didepan atau dibelakang

dari waktu seharusnya mulai, yaitu nol. Phase disimbolkan dengan huruf φ (phi

kecil).

Frekuensi sebagai fungsi sinusoidal sering disebut sebagai angular

frequency (radian/detik). Disimbolkan dengan huruf ω (omega kecil). Misalkan

frekuensi 60 Hz , maka :

ω = 60 siklus/detik x 2 π radian/siklus = 377 rad/detik

Arus bolak-balik sebagai fungsi waktu dapat dituliskan sebagai fungsi sinusoidal :

I(t) = Imax (sin ωt + φI)

Kuantitas Imax adalh harga maksimumnya atau amplitude arus. Arus akan

berosilasi antara harga Imax dan –Imax. waktu dalam detik dikalikan angular

frekuensui ω memberikan satuan radian.

Gambar 2. sinusoida arus bolak-balik tanpa penambahan phase

Gambar 3. sinusoida arus bolak-balik dengan penambahan phase

Sama seperti arus, maka voltase dituliskan sebagai :

V(t) = Vmax (sin ωt + φV)

Subscripts pada phase menunjukkan bahwa arus dan voltase berbeda phase.

2.2 Harga rms

Harga rms sebenarnya adalah harga rata-rata. Karena kurva sinusoidal

terdiri dari positif pada separoh bagian dan negative pada separoh yang lain, maka

harga rata-ratanya NOL, untuk itu digunkan rms (root mean square).

rms = √ 12 =

1

√2 = 0,707

Gambar 4. Penurunan harga rms

2.3 Reaktansi (Reactance)

Review hukum Ohm :

V = I x R

V= tegangan

I = arus

R = resistan = ρ.l/A-----properti dari suatu material atau

komponen electrik untuk menghambat aliran arus searah.

Sedangkan reaktan adalah property suatu komponen untuk mempengaruhi voltase

dan arus bolak-balik. Ada dua tipe reaktansi, yaitu reaktansi induktif dan reaktansi

kapasitif. Sedangkan gabungan kombinasi reaktansi dan resistansi yang

mendeskrepsikan kondisi keseluruhan dari komponen dalam rangkaian disebut

impedansi (impedance). Reaktansi, resistansi dan impedansi semua bersatuan

Ohm (Ω).

2.4 Reaktansi Induktif

Peralatan induktif adalah lilitan kawat, disebut induktor atau solenoid.

Fungsinya berdasar bukti fisik bahwa arus memproduksi suatu medan magnet

disekelilingnya (right hand rule). Penjumlahan medan dapat diperkuat dengan

memasukkan material berpermeabilitas tinggi (sebagai contoh besi) kedalam

lilitan; hal inilah bagaimana elektromagnet terbentuk.

Gambar 5. Dasar induktor atau solenoid

Gambar 6. Arus tertinggal 90o dari voltase. Fungsinya V(t) = Vmax (sin ωt ) dan

I(t) = Imax (sin ωt –π/2)

Ketika lilitan kawat ini ditempatkan pada rangkaian a.c., fakta fisik kedua

adalah perubahan medan magnet pada kawat induktor menginduksi suatu arus

untuk mengalir melalui kawat ini. Karena medan magnet berubah secara kontinu

maka akan menginduksi arus yang lain di dalam kawat. Arus induksi ini

proportional dengan perubahan medan magnet. Arah arus induksi ini berlawanan

dengan arus yang memproduksi medan magnet. Akibatnya akan membuat arus

tertinggal (lagging) dibelakang tegangan sejauh seperempat siklus atau 900.

Efek dari induktor pada rangkaian a.c. diekpresikan oleh reaktansinya,

ditulis XL. Reaktansi induktif adalah hasil frekuensi angular a.c. dan induktansi

(L, bersatuan henry (H) )

XL = ω.L

Penurunan tegangan (V) melalui suatu induktor adalh hasil perkalain

induktansinya L dan laju perubahan arus I melaluinya.

V = L

∂ I∂ t

2.5 Reaktansi kapasitif

Tipe reaktansi yang lain adalah reaktansi kapasitif. Komponen dasar

kapasitif adalah kapasitor. Suatu kapasitor terdiri dari dua permukaan penghantar

atau plat yang saling berhadapan dan dipisahkan oleh gap kecil. Plat ini dapat

membawa muatan listrik dengan pengisian yang berlawanan. Dengan pengisian

yang berlawanan pada plate berbeda, sangat dekat tapi tidak menyentuh,

memungkinkan mengumpulkan muatan yang besar pada masing-masing plat.

Gambar 7. Konsep dasar kapasitor

Reaktansi kapasitif ditulis X atau XC, yang merupakan hasil perkalian frekuensi

angular dan kapasitansi, yang ditulis dengan C dan bersatuan farad (F).

XC = -

1ωC

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa besarnya reaktansi kapasitif

(abaikan tanda negative) meningkat seiring menurunnya ω dan kapasitansi (C).

Hal ini dikarenakan penurunan kapasitansi berarti bahwa plat-plat tersebut

berkurang efektifitasnya dalam mendukung medan listrik untuk mentransmisikan

segala sesuatu. Tanda negative menunjukkan effek yang berlawanan terhadap

induktor. Artinya, jika induktif dan kapasitif saling ditambahkan, mereka akan

cenderung mentiadakan. Seperti halnya di induktor, suatu kapasitor akan

menyebabkan perbedaan phase antara arus dan voltase dalam rangkaian a.c. Suatu

kapasitansi murni menyebabkan arus mendahului (leading) voltase 900.

Gambar. 8. Arus mendahului voltase 90o

Analog dengan induktor, terdapat persamaan hubungan antara arus, voltase untuk

kapasitor, yaitu :

I =C

∂V∂ t

2.6 Impedansi.

Dituliskan sebagai Z, merupakan kombinasi antara reaktansi dan

resistansi namun bukan merupakan penjumlahan antara R dan X. Z adalah

penjumlahan vector antara R dan X pada bidang complex, dimana bagian realnya

adalah R dan bagian imajinernya adalah X.

Z = R + jX

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan bahan percobaan:

1. Breadboard

2. Kabel Penghubung

3. Signal generator

4. Multimeter

5. Hambatan 40 Ohm

6. Kapasitas 4,7 μF dan 1Μf

7. Induktor 0,5 mH dan 1 mH

3.2 Prosedur Percobaan:

A. Rangkaian AC seri.

1. Pasang Komponen k-47 ohm dan c-47 μF secara seri pada gambar

1 rangkain rc seri.

2. Siapkan generator dengan keluaran sekitar 6 volt dengan frekuensi

500hz (sebagai sumber tegangan simunoidal) dan hubungkan

dengan rangkain RC seri.

3. Ukur tegangan pada R.C dan pada RC dengan multimeter tegangan

AC.

4. Ulangi percobaan diatas memakai komponen R-47 Ohm dan C-

1μf.

B. Rangkaian RL seri

1. Pasang komponen R-47 ohm dan L-O,5 mF secara seri pada

gambar 1 rangkaian RL seri.

2. Siapkan Signal generator dengan keluaran seklitar 6 volt dengan

frekuensi 500Hz (sebagai sumber tegangan simunoidal) dan

hubungkan dengan rangkaian RC seri.

3. Ukur tegangan pada R.L dan pada RL dengan multimeter tegangan

AC.

4. Ubah frekuensi dengan 1000Hz dan ulangi langkah 1 sampai 3.

5. Lepas Induktor dari rangkaian dan ukur hambatan dalam induktor

dengan memakai multimeter pada pengukuran hambatan.

6. Ulangi percobaan diatas dengan memakai komponen R-7 ohm dan

L-1 μF

BAB IV

HASIL

A. Rangkaian RC seri

1. Frekuensi 500 Hz

R

(Ω)

C

(µF)

VR

(V)

VC

(V)

VS=VRC

(V)

Z (Ω) I (A) ϴ(0) Peff(watt)

47 4,7 0,1 0,4 0,6 82,44 7,27 x 10-3 75,96 3,6 x 10-4

Perhitungan

a) R : 47 Ω dan C: 5,6 µF

Xc : 1

ω. c

Xc : 1

(2 x π x 500 Hz ) .(4,7 x 10−6)

Xc : 67,77

Z2 : R2 + XC2

Z : √472+67,772

Z : 82,44 Ω

I : V S

Z=

V R

R=

V C

XC

I : 0,6

82,44=7,27 x 10−3

Tan θ : V C

V R

=XC

R

θ : tan−1 0,40,1

θ : 75,96o

Pmaks : VR x I

Pmaks : 0,1 x 7,27.10-3

Pmaks : 7,27.10-4 Watt

Peff : 0,5 x VR x I

Peff : 3,6.10-4 Watt

Diagram Fasor

75,96o

2. Frekuensi 1000 Hz

R

(Ω)

C

(µF)

VR

(V)

VC

(V)

VS=VRC

(V)

Z (Ω) I (A) ϴ(0) Peff(watt)

47 4,7 0,1 0,1 0,3 57,93 5,18 x 10-3 45 2,59 x 10-4

Perhitungan

b) R : 47 Ω dan C: 4,7 µF

Xc : 1

ω. c

Xc : 1

(2 x π x 1000 Hz ) .(4,7 x 10−6)

Xc : 33,86

Z2 : R2 + XC2

Z : √472+33,862

Z : 57,93

I : V S

Z=

V R

R=

V C

XC

I : 0,3

57,93=5,18 x10−3

Tanθ : V C

V R

=XC

R

θ : tan−1 0,10,1

θ : 45o

Pmaks : VR x I

Pmaks : 0,1 x 5,18.10-3

Pmaks : 5,18 x 10-4

Peff : 0,5 x VR x I

Peff : 2,59 x 10-4

Diagram Fasor

45o

B. Rangkaian RL seri

1. Frekuensi 500 Hz

R

(Ω)

L

(µF)

VR

(V)

VL

(V)

VS=VRL

(V)

Z (Ω) I (A) ϴ(0) Peff(watt)

47 1 0,1 0,8 1,3 47,19 0,0275 3,79 0,166

Perhitungan

c) R : 47 Ω dan L: 1 mF

XL : ω x L

XL : 3,141

Z2 : ( R + r )2 + XL2

Z : √(47+0,09)2+3,1412

Z : 47,19

I : V S

Z=

V R

R=

V L

X L

I : 0,0275

Tan θ : V L

(V R+V r)=

X L

(X ¿¿R+ X r)¿

θ : 3,79O

Pmaks : ( VR + Vr ) x I

Pmaks : (V R+V L x R

X L) x I

Pmaks : (0,1+ 0,8 x 473,141 ) x 0,0275

Pmaks : 0,3319

Peff : 0,5 x ( VR + Vr ) x I

Peff : 0,166

Diagram Fasor

3,79O

2. Frekuensi 1000 Hz

R

(Ω)

C

(µF)

VR

(V)

VC

(V)

VS=VRC

(V)

Z (Ω) I (A) ϴ(0) Peff(watt)

47 1 0,1 1,1 1,1 47,51 0,0316 7,54 0,131

Perhitungan

d) R : 47 Ω dan L: 1 mF

XL : ω x L

XL : 6,283

Z2: ( R + r )2 + XL2

Z: √(47+0,09)2+6,2832

Z: 47,51

I : V S

Z=

V R

R=

V L

X L

I : 0,0316

Tan θ : V L

(V R+V r)=

X L

(X ¿¿R+ X r)¿

θ : 7,524o

Pmaks : ( VR + Vr ) x I

Pmaks : (V R+V L x R

X L) x I

Pmaks : (0,1+ 1,1 x 476,283 ) x0,0316

Pmaks: 0,2631

Peff : 0,5 x ( VR + Vr ) x I

Peff : 0,131

Diagram Fasor

7,524o

BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini, praktikan membuat rangkaian RC seri dan RL seri.

Resistor yang digunakan pada kedua rangkaian tersebut sebesar 47 Ω. Pada

rangkaian RC, kapasitor yang digunakan adalah kapasitor 4,7 mF. Sedangkan

pada rangkaian RL, inductor yang digunakan 1 µF. Namun, kedua rangkaian

tersebut sama-sama menggunakan frekuensi sebesar 500 Hz dan 1000 Hz. Secara

umum, praktikan sudah dapat membuat kedua rangkaian tersebut karena melihat

gambar yang tertera pada modul. Namun, pemahaman mengenai perbedaan antara

keduanya, fungsi kedua rangkaiannya, dan konsep mengenai hal tersebut belum

sepenuhnya dipahami.

Perbandingan data pada rangkaian RC seri

1. Frekuensi 500 Hz

R

(Ω)

C

(µF)

VR

(V)

VC

(V)

VS=VRC

(V)

Z (Ω) I (A) ϴ(0) Peff(watt)

47 4,7 0,1 0,4 0,6 82,44 7,27 x 10-3 75,96 3,6 x 10-4

2. Frekuensi 1000 Hz

R

(Ω)

C

(µF)

VR

(V)

VC

(V)

VS=VRC

(V)

Z (Ω) I (A) ϴ(0) Peff(watt)

47 4,7 0,1 0,1 0,3 57,93 5,18 x 10-3 45 2,59 x 10-4

Dari kedua tabel di atas, maka terdapat beberapa perbedaan hasil yang

disebabkan oleh perbedaan frekuensi, di antaranya :

- Pada nilai VC dan VS terjadi penurunan saat frekuensi dinaikkan dua kali lipat.

Besar penurunannya yang terjadi yaitu pada saat 500 Hz VC = 0,4 V, VS = 0,6 V,

Z = 82,44 Ω, I = 7,27 x 10-3 A, dan Peff = 3,6 x 10-4 W menjadi VC = 0,1 V, VS =

0,3 V, Z = 57,93 Ω, I = 5,18 x 10-3 A, dan Peff = 2,59 x 10-4 W pada saat dinaikkan

frekuensinya menjadi 1000 Hz.

Bobby A Palem240110090033

- Pada sudut (θ), perbedaan yang terjadi signifikan, yaitu dari 75,960 pada frekuensi

500 Hz menjadi 450 pada frekuensi 1000 Hz.

Perbandingan data pada rangkaian RL seri

1. Frekuensi 500 Hz

R

(Ω)

L

(mF)

VR

(V)

VL

(V)

VS=VRL

(V)

Z (Ω) I (A) ϴ(0) Peff(watt)

47 1 0,1 0,8 1,3 47,19 0,0275 3,79 0,166

2. Frekuensi 1000 Hz

R

(Ω)

L

(mF)

VR

(V)

VC

(V)

VS=VRL

(V)

Z (Ω) I (A) ϴ(0) Peff(watt)

47 1 0,1 1,1 1,1 47,51 0,0316 7,54 0,131

Hampir sama dengan rangkaia RC seri, data pada Rangkaian RL seri ini

pun mengalami perubahan nilai karena pengaruh penambahan frekuensi. Di

antaranya :

- Terjadi perbedaan yang tidak terlalu signifikan saat frekuensi dinaikkan dua kali

lipat. Besar perbedaan yang terjadi yaitu pada saat 500 Hz VL = 0,8 V, VS = 1,3 V,

Z = 47,19 Ω, I = 0,0275 A, dan Peff = 0,166 W menjadi VC = 1,1 V, VS = 1,1 V, Z

= 47,51 Ω, I = 0,0316 A, dan Peff = 0,131 W pada saat dinaikkan frekuensinya

menjadi 1000 Hz.

- Pada sudut (θ), perbedaan yang terjadi tidak signifikan, yaitu dari 3,790 pada

frekuensi 500 Hz menjadi 7,540 pada frekuensi 1000 Hz.

Ketika pengukuran, terjadi beberapa kebingungan, seperti :

- Pada rangkaian RC seri, di tabel, tertulis bahwa Vs = VRC . Namun, ternyata jika

diukur langsung dengan multimeter, hasilnya tidak akan sama. Nilai Vs pada

multimeter lebih kecil dibandingkan nilai Vs dari VRC. Hal ini juga terjadi pada

rangkaian RL seri, di table tertulis bahwa Vs = VRL. Namun, ternyata jika diukur

dengan multimeter, hasilnya tidak akan sama

- Pada rangkaian RC seri, rumus kuat arus (I) adalah Vs/Z = VR/R = VC/XC. Namun,

ternyata ketika kami mencoba ketiga rumus tersebut, hasilnya tidaklah sama, dan

perbedaannya pun cukup jauh. Hal ini juga terjadi pada rangkaian RL seri. Pada

modul, tertulis bahwa rumus kuat arus (I) adalah Vs/Z = VR/R = VL/XL . Hal ini

akan berpengaruh terhadap nilai sudut (θ), Pmaks dan Peff.

Hal tersebut kemungkinan terjadi karena angka yang ditampilkan oleh

multimeter selalu berubah-ubah, sehingga pengamat sedikit kesulitan untuk

menentukan angka yang dianggap relative konstan. Maka dari itu, pengukuran

dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga diambil nilai rata-ratanya agar menghasilkan

nilai yang mendekati sama.

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam praktikum kedua ini yang berjudul Rangkaian Kapasitif dan

Induktif, praktikan di intruksikan untuk membentuk rangkaian RC dan RL dalam

bentuk seri.

Dalam rangkaian RC seri, praktikan memasang komponen R= 47 Ω dan C= 4,7µF

seperti rangkaian RC seri yang terdapat pada modul yang diberikan oleh asisten.

Lalu, hubungkan dengan signal generator yang telah disesuakan keluarannya

sekitar 2 volt dan frekuensi 500 Hz.

Setelah melakukan yang di intruksikan, praktikan mengukur R,C dan RC

dengan multimeter tegangan AC. Namun ternyata terjadi perbedaan hasil antara

pengukuran menggunakan multimeter dengan hasil perhitungan yang dilakukan

oleh praktikan.

Dalam rangkaian RL seri, praktikan memasang komponen R= 47Ω dan L=

15mH secara seri seperti gambar yang tertera pada modul praktikum. Hubungkan

rangkaian dengan signal generator yang keluarannya 2 volt dan frekuensi 500Hz

sebagai sumber tegangan Sinusoidal. Lalu, praktikan mengukur tegangan R,L dan

RL dengan multimeter.

Setelah mencatat hasilnya sesuai dengan tabel hasil diatas, praktikan

mengubah frekuensi dengan 1000Hz dan diulangi hingga 3 kali untuk mengukur

rata-rata nilainya. Praktikan melepaskan induktor dari rangkaian dan mengukur

hambatan dalam induktor dengan menggunakan multimeter.

Perhitungan hasil yang didapatkan kembali berbeda dari perhitungan yang

dilakukan. Hal ini dikarenakan perhitungan multitester yang berbeda-beda

sehingga praktikan kesulitan menentukan nilai yang konstan.

Disimpulkan pada percobaan dan perhitungan yang menggunakan rumus

pada modul ini memiliki nilai kuat arus (I), sudut fasa (θ), Peff, dan diagram fasor

dari tiap rangkaian memiliki nilai yang berbeda.

Adinda Nurfadillah240110090035

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam praktikum kedua ini yang berjudul Rangkaian Kapasitif dan

Induktif, sebelumnya praktikan diharapkan untuk memahami konsep rangkaian

listrik secara kapasitif dan induktif kemudian praktikan di intruksikan untuk

membentuk rangkaian RC dan RL dalam bentuk seri.

Dalam rangkaian RC seri, praktikan memasang komponen R= 47 Ω dan C= 4,7µF

seperti rangkaian RC seri Kemudian kami menghubungkan dengan signal

generator yang telah disesuakan sekitar 2 volt dan frekuensi 500 Hz.

Setelah itu kemudian kami mengukur RC dan RC dengan multimeter

tegangan AC. Namun hasil yang diperoleh secara menggunakan multimeter

berbeda dengan hasil pengamatan secara langsung.

Dalam rangkaian RL seri, kemudian kami memasang komponen R= 47Ω

dan L= 15mH secara seri seperti gambar yang tertera pada modul praktikum yang

sebelumnya asdos berikan. Kemudian kami menghubungkan rangkaian dengan

signal generator 2 volt dan frekuensi 500Hz sebagai sumber tegangan Sinusoidal.

Lalu, kami mengukur tegangan R,L dan RL dengan multimeter.

Ketelitian dalam memasang rangkaian antara kapasitif dan induktif

perlulah diperhatikan,agar hasil atau data yang akan diperoleh benar. Selain itu

pemahaman konsep tentang rangkaian kapasitif dan induktif haruslah dikuasai

sebelum praktikum dimulai.

Ramdhani Pratama Hakim240110090036

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Induktansi yang merupakan tahanan yang diakibatkan oleh adanya

induktor yang dikenal dengan istilah reaktansi induktif.

2. Besarnya reaktansi dipengaruhi oleh besarnya frekuensi gelombang

listrik yang menjadi input pada jaringan.

3. Pada praktikum, penambahan frekuensi baik pada rangkaian RC seri

maupun RL seri menghasilkan kenaikan dan penurunan data. Tetapi

semua tergantung pada kebutuhan, salah satunya jika kita

membutuhkan daya yang besar maka naikkan nilai frekuensinya.

Karena P dan f dari praktikum diatas berbanding lurus. Jika f naik

maka P juga naik.

4. Terjadi juga kenaikan dan penurunan data ketika mengganti induktor

dan kapasitor. Dan sama halnya dengan frekuensi, nilai C dan L pun

berbanding lurus dengan P.

6.2 Saran

Sebaiknya praktikan diberitahu mengenai judul praktikum yang

akan dilaksanakan selanjutnya. Hal ini dianggap perlu agar praktikan

telah mengetahui materi apa yang akan dikerjakan. Sehingga praktikan

tidak terlalu banyak bertanya dan dapat mengerjakan tugas

pendahuluan dengan baik. Selain itu, sebaiknya asisten memberi tahu

alat dan bahan yang akan digunakan sambil menunjukkannya satu per

satu agar praktikan tidak kebingungan.

Bobby A Palem240110090033

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :

Ternyata terjadi perbedaan hasil antara pengukuran menggunakan

multimeter dengan hasil perhitungan yang dilakukan oleh praktikan.

Lalu angka yang ditunjukkan oleh multimeter itu berubah-ubah atau

bisa dikatakan tidak statis sehingga terjadi kebingungan pada praktikan

dalam menentukan nilainya.

Pada percobaan dan perhitungan yang menggunakan rumus pada

modul ini memiliki nilai kuat arus (I), sudut fasa (θ), Peff, dan diagram

fasor dari tiap rangkaian memiliki nilai yang berbeda.

6.2 Saran

Mahasiswa hendaknya memahami terdapat materi yang akan

dipraktikan dengan terlebih dahulu membaca modul.

Mengambil data hendaknya dengan hati-hati agar data yang dihasilkan

akurat.

Segera bertanya kepada asisten apabila ada hal yang tidak dimengerti.

Menjaga fasilitas laboratorium supaya tidak terjadi kerusakan.

Adinda Nurfadillah240110090035

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Besarnya reaktansi dipengaruhi oleh besarnya frekuensi gelombang

listrik yang menjadi input pada jaringan.

2. Terjadinya perbedaan antara pengukuran menggunakan alat dan secara

perhitungan.

3. Induktansi yang merupakan tahanan yang diakibatkan oleh adanya

induktor yang dikenal dengan istilah reaktansi induktif.

4. Pada saat rangkaian RL seri menggunakan frekuaensi sebesar 500 Hz

nilai daya tidak terbaca samapai 8 V melainkan 6 V.

6.2 Saran

1. Sebelum melakukan praktikum, praktikan diharapkan untuk

memahami konsep tentang rangkaian kapasitif dan induktif.

2. Ketersedian alat praktikum perlu diperhatikan,karena akan

mempengaruhi laju praktikum.

3. Penjelasan materi praktikum dari asdos haruslah jelas dan dapat

dimengerti.

Ramdhani Pratama Hakim240110090036

DAFTAR PUSTAKA

DOE Fundamentals Handbook Electrical Science Volume 3 of 4, U.S.

Department of Energy Washington, D.C. 20585.

Electrical and Electronic Principles and Technology, Third Edition, John Bird,

Elsevier Ltd, 2007.

Lesson In Electric Circuits, Volume II – AC, Tony R. Kuphaldt, Sixth Edition,

2007.

http://www.wikipedia.org

LAMPIRAN

Gambar 1. Breadboard untuk praktikum pengisian dan pengosongan kapasitor