41
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Diajukan untuk memenuhi tugas praktikum Fisiologi Hewan Air Disusun oleh: Kelompok 18 Perikanan B Mediana Rahma Putri 230110130145 Moch. Iqbal Fernanda 230110130147 Adhardiansyah 230110130148 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

praktikum adhar

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN NILA (Oreochromis

niloticus)

Diajukan untuk memenuhi tugas praktikum Fisiologi Hewan Air

Disusun oleh:

Kelompok 18 Perikanan B

Mediana Rahma Putri 230110130145

Moch. Iqbal Fernanda 230110130147

Adhardiansyah 230110130148

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI PERIKANAN

JATINANGOR

2014

Page 2: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas

berkat rahmat taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan praktikum dan

LAPORAN PRAKTIKUM yang berjudul “Konsumsi Oksigen pada Ikan Nila”.

Kami juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada

Dosen mata kuliah Fisiologi Hewan Air, serta asisten laboratorium yang selalu

membimbing dan mengajari kami dalam melaksanakan praktikum dan dalam

menyusun laporan ini. Serta semua pihak yang membantu kami dalam hal

penyusunan laporan ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan ini masih

jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun sangat kami

harapkan untuk dapat memperbaikinya. Kami mohon maaf apabila terdapat

kesalahan pada penyusunan maupun kesalahan lainnya.

Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini kami

ucapkan terimakasih. Semoga Laporan ini dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Jatinangor, 29 Oktober 2014

Penulis

i

Page 3: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

DAFTAR ISI

BAB Judul Hal.

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah 1

1.2 Tujuan 3

1.3 Manfaat 3

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nila 4

2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila 5

2.1.2 Morfologi Ikan Nila 5

2.2 Termoregulasi 6

2.3 Sistem Pernafasan 7

2.4 DO (Dissolved Oxygen) 11

2.5 Suhu 13

2.8 Konsumsi Oksigen 13

III. METODOLOGI

PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat 15

3.2 Alat dan Bahan Praktikum 15

3.3 Prosedur Praktikum 15

1V. HASIL DAN

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan 17

ii

Page 4: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

4.1.1 Hasil Pengamatan Kelompok 17

4.1.2 Hasil Pengamatan Kelas 17

4.2 Pembahasan 18

V. KESIMPULAN

5.1Kesimpulan 21

5.2 Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22

iii

Page 5: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

1 Hasil Pengamtan Kelompok 17

2 Hasil Pengamatan Kelas 17

iv

Page 6: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

1 Ikan Nila 4

2 Sistem Sirkulasi Pernafasan Ikan Nila 8

3 Struktur Insang Ikan 9

4 Mekanisme Permafasan Pada Ikan Bertulang Sejati 10

5 DO Meter 12

v

Page 7: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan membutuhkan oksigen untuk proses penguraian makanan dalam

tubuhnya dan semua komponen proses metabolisme membutuhkan oksigen.

Proses masuknya oksigen dengan cara difusi kedalam tubuh ikan melewati organ

insang dan keluarnya CO2 ke lingkungan perairan bebas di luar tubuh ikan disebut

dengan pernapasan. Oleh karena itu kebutuhan oksigen dalam air harus tetap

terjaga karena kekurangan oksigen akan mengakibatkan biota yang kita pelihara

bersaing satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan oksigennya yang

mengakibatkan stres sampai dengan kematian total.

Menurut Julian (2003), konsumsi oksigen merupakan pengkuantitatifan

banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh suatu orgnisme (ikan). Konsumsi

oksigen pada ikan digunakan sebagai parameter laju metabolisme pada ikan dalam

satuan mg/g/jam. Menurut Lagler (1997), semakin besar kadar oksigen terlarut

semakin besar pula konsumsi oksigennya.

Lingkungan juga mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan. Konsumsi

oksigen dapat dipengaruhi oleh temperatur yang tinggi, proses respirasi,

dekomposisi materil organic yangdapat menyebabkan konsumsi oksigen lebih

besar (Welch, 1992). Menurut Suhaili (1983) suhu dan arus air juga

mempengaruhi konsumsi oksigen. Semakin tinggi suhu perairansemakin besar

konsumsi oksigennya, begitu pula dengan arus yang deras dapat menyebabkan

besarnya konsumsi oksigen.

Konsumsi oksigen menurut Affandi sebagai indikator respirasi juga

menunjukkan metabolisme energetik. Pengertian dari metabolisme dasar itu

sendiri adalah kuantitas oksigen yang dikonsumsi ketika ikan berada pada kondisi

istirahat, tidak makan, dan dalam lingkungan yang netral. Metabolisme dasar pada

ikan lebih rendah dibandingkan dengan binatang lainnya karena ikan adalah

hewan poikilotermal dan energi untuk menopang tubuhnya sangat sedikit

sedangkan energi yang dibuang lewat ekskresi sangat rendah.

1

Page 8: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

Namun, ternyata hewan air membutuhkan oksigen dengan jumlah yang

berbeda-beda tergantung pada jenis, ukuran, kondisi fisiologis dan variabel

lingkungan seperti suhu, kadar oksigen terlarut, kadar karbondiksida, salinitas,

dan lain-lain. Oleh karena itu, dengan adanya perbedaan jumlah konsumsi oksigen

dan batas minimal oksigen terlarut yang dapat ditolerir oleh hewan akuatik dari

jenis ikan yang berbeda maka perlu dilakukan uji respirasi dari ikan-ikan tersebut

untuk mengetahui tingkat konsumsi oksigennya

Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem

respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem

saraf, sistem endokrin dan reproduksi (Fujaya,1999).

Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran-

lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari

insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat

dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen,

dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat

pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2

berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati

ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan

bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum.

Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula

berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran

ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan

perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan

rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2

sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan yang

mempunyai labirin adalah ikan gabus dan ikan lele.

Untuk menyimpan cadangan O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai

gelembung renang yang terletak di dekat punggung.

Stickney (1979) menyatakan salah satu penyesuaian ikan terhadap

lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan

tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan

2

Page 9: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan

osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu.

Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan

ekspirasi. Pada fase inspirasi, O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian O2

diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan.

Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan

bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui tingkat

konsumsi oksigen dan produksi CO2 pada ikan nila.

1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum ini kita bisa mengetahui berapa banyak oksigen

yang dikonsumsi oleh ikan nila sesuai dengan berat badannya.

3

Page 10: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Gambar 1. Ikan Nila(http://seputarduniaair.blogspot.com/2012/04/ikan-air-tawar-ikan-nila.html)

Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh

memanjang dan pipih ke samping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal

dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke

negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di

wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik. Ikan nila disukai

oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap

merah.

Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian

Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan

adaptasi, barulah ikan ini disebar luaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila

adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur

Jenderal Perikanan.

Ikan Nila atau Oreochromis niloticus termasuk jenis hewan vertebrata

yang seluruh badannya bersisik dan mempunyai gurat sisi. Ikan Nila termasuk

dalam filum Chordata yang berarti bertulang belakang atau kerangka tubuh

(Dwisang, 2008).

Ikan Nila merupakan salah satu jenis ikan yang dapat dibudidayakan di

kolam dan memiliki nilai ekonomis yang cukup penting. Potensi ikan Nila sebagai

ikan budidaya cukup besar, karena memiliki kelebihan, yaitu :

Mudah berkembang biak di lingkungan budidaya

Dapat menerima makanan yang beragam

4

Page 11: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

Toleransi terhadap kadar garam/salinitas tinggi

Pertumbuhannya cepat

            Habitat ikan Nila, yaitu : danau, sungai, waduk, rawa, sawah, dan perairan

lainnya. Selain itu ikan nila mampu hidup pada perairan payau, misalnya tambak

dengan salinitas maksimal 29% oleh karena itu masyarakat yang berada di daerah

sekitar pantai dapat membudidayakannya khusus kegiatan pembesaran ikan Nila

(Santoso,1996).

2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Filum : Chordata

Kelas : Osteichtyes

Ordo : Perciformes

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies: Oreochromis niloticus

2.1.2 Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila termasuk ikan omnivor yaitu pemakan segala. Ikan nila memiliki

beberapa varietas, yang banyak di kembangbiakkan adalah Nila lokal, Nila gift,

Nila nifi atau nila merah. Pada saat di budidayakan, nila dapat diberi makanan

pengganti seperti pelet. Nila yang dipelihara di kolam biasanya ditujukan untuk

konsumsi.

Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga

ujung ekor) mencapai sekitar 30 cm. Sirip punggung (dorsal) dengan 16-17 duri

(tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan

8-11 jari-jari. Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita

gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-

garis tegak, 7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung

sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika

musim berbiak.

5

Page 12: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

Menurut Pratama (2009), ikan nila mempunyai nilai bentuk tubuh yang

pipih kearah vertikal (kompres) dengan profil empat persegi panjang kearah

anteroposterior, posisi mulut terletak di ujung/termal.

Pada sirip ekor tampak jelas garis-garis yang vertikal dan pada sirip

punggungnya garis terlihat condong lekuknya. Ciri ikan nila adalah garis-garis

vertikal berwarna hitam pada sirip, ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip

caudal/ ekor yang berbentuk membulat warna merah dan biasa digunakan  sebagai

indikasi kematangan gonad (Pratama, 2009).

Pada rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik ikan nila adalah tipe stenoid.

Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitupun bagian

awalnya. Dengan posisi siap awal dibagian belakang sirip dada (abdormal)

(Pratama, 2009).

2.2 Termoregulasi Termoregulasi merupakan proses yang terjadi dalam tubuh hewan untuk

mengatur suhu tubuhnya supaya tetap konstan, supaya suhu tubuhnya tidak

mengalami perubahan yang drastis. Mekanisme termoregulasi yaitu mengatur

keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas. Keseimbangan

suhu tubuh hewan dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan luar, hewan dapat

bertahan hidup diantara -2oCsampai 50oCatau pada suhu yang lebih ekstrim.

Namun, hidup secara normal hewan memilih kisaran suhu yang lebih sempit dari

kisaran suhu tersebut yang ideal yang dikuasai agar proses fisiologis optimal.

Suhu tubuh ideal yang palig disukai yaitu suhu ekritik berkisar antara 35oC-40oC.

Kisaran toleransi termal yaitu kisaran suhu yang lebih luas dan dapat diterima

hewan. Suhu optimal sesuai keadaan tubuh suhu tubuh yaitu inti konstan dan suhu

permukaan berubah – ubah.

Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood

animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli

Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang

berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan

yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu

tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan.

6

Page 13: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia,

dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari

hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum

dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia. Pengaruh suhu pada

lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan

homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh

bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini

juga disebut hewan berdarah dingin, dan hewan homoiterm sering disebut hewan

berdarah panas.

2.3 Sistem Pernafasan

Hewan Vertebrata telah memiliki sistem sirkulasi yang fungsinya antara

lain untuk mengangkut gas pernapasan (O2) dari tempat penangkapan gas menuju

sel-sel jaringan. Begitu pula sebaliknya, untuk mengangkut gas buangan (CO2)

dari sel sel jaringan ke tempat pengeluarannya. Ikan bernapas menggunakan

insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan

selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedang bagian

dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang

terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis

(lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler,

sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Pada ikan

bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup insang

(operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) insangnya

tidak mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan insang, ada pula kelompok

ikan yang bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan paru-paru

(Dipnoi).

Salah satu contoh ikan bertulang sejati yaitu ikan nila. Ikan nila bernapas

dengan insang yang terdapat pada sisi kiri dan kanan kepala. Masing-masing

mempunyai empat buah insang yang ditutup oleh tutup insang (operkulum).

Proses pernapasan pada ikan adalah dengan cara membuka dan menutup mulut

secara bergantian dengan membuka dan menutup tutup insang. Pada waktu mulut

membuka, air masuk ke dalam rongga mulut sedangkan tutup insang menutup.

7

Page 14: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

Oksigen yang terlarut dalam air masuk berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah

yang terdapat dalam insang. Dan pada waktu menutup, tutup insang membuka dan

air dari rongga mulut keluar melalui insang. Bersamaan dengan keluarnya air

melalui insang, karbondioksida dikeluarkan. Pertukaran oksigen dan

karbondioksida terjadi pada lembaran insang.

Gambar 2. SistemSirkulasiPernafasanIkan nila

(Sumber : http://gurungeblog.com/2008/11/01/sistem-pernapasan-hewan/)

Dari insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh

jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah menuju jantung.

Dari jantung menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Proses ini terjadi

secara terus-menerus dan berulang-ulang.

8

Page 15: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

Gambar 3. StrukturInsangIkan

(Sumber : http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem-pernapasan-ikan-

pisces.html)

Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui mekanisme

inspirasi dan ekspirasi.

9

Page 16: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

Gambar 4. MekanismePernapasanPadaIkanBertulangSejati

(Sumber :http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem-pernapasan-ikan-

pisces.html)

a) Fase inspirasi ikan, gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang

tetap menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar,

sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara dalam

rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut membuka

sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut.

b) Fase ekspirasi ikan, setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut

menutup. Insang kembali ke kedudukan semula diikuti membukanya celah insang.

Air dalam mulut mengalir melalui celah-celah insang dan menyentuh

lembaranlembaran insang. Pada tempat ini terjadi pertukaran udara pernapasan.

Darah melepaskan CO2 ke dalam air dan mengikat O2 dari air. Pada fase

inspirasi, O2 dan air masuk ke dalam insang, kemudian O2 diikat oleh kapiler

darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada

10

Page 17: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke

insang, dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.

2.4 DO (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut adalah tingkat saturasi udara di air yang dinyatakan

dalam kadar mg per liter air atau part per million (ppm).Oksigen terlarut

(Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,

proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi

untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan

untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber

utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara

bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut

(Salmin, 2000). Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa

faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara

seperti arus, gelombang dan pasang surut. Odum (1971) menyatakan bahwa kadar

oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan

berkurangdengan semakin tingginya salinitas.

Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan

nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen

terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme (Swingle,

1968). Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm

selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70% (Huet,

1970). KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk

kepentingan wisata bahari dan biota laut (Anonimous, 2004). DO merupakan

perubahan mutu air paling penting bagi organisme air, pada konsentrasi lebih

rendah dari 50% konsentrasi jenuh, tekanan parsial oksigen dalam air kurang kuat

untuk mempenetrasi lamela, akibatnya ikan akan mati lemas (Ahmad dkk, 1998).

Kandungan DO di kolam tergantung pada suhu, banyaknya bahan organik, dan

banyaknya vegetasi akuatik (Lelono, 1986 dalam Anonim, 2008).

DO: Kelarutan suatu gas pada cairan. Penurunan kadar oksigen terlarut

dapat disebabkan oleh tiga hal:

1. Proses oksidasi (pembongkaran) bahan-bahan organik.

11

Page 18: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

2. Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan baktri anaerob dari dasar perairan.

3. Proses pernapasan orgaisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam

hari. “Semakin tercemar, kadar oksigen terlerut semakin mengecil (Abdilanov,

2011).

Perhitungan nilai DO dapat dihitung dengan menggunakan rumus

(Rachmadiarti, 2008):

Keterangan:

DO = Dissolved Oxigen (mg/L)

a = volume titrasi yang dipakai

N = normalitas Na2S2O3 (0,025 N)

DO dapat diukur dengan bantuan alat yaitu DO meter.

Gambar 5. DO meter

(Sumber: https://www.electronichealing.co.uk/resources/Image/do_meter.jpg)

12

Page 19: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

2.5 Suhu

Suhu di perairan dapat mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila

suhu meningkat maka kelarutan oksigen berkurang. Oksigen terlarut yang

biasanya dihasilkan oleh fitoplankton dan tanaman laut, keberadaannya sangat

penting bagi organisme yang memanfaatkannya untuk kehidupan, antara lain pada

proses respirasi dimana oksigen dibutuhkan untuk pembakaran bahan organik

sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan H2O.

Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi

metabolisme. Oleh sebab itu kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh

kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Ikan adalah

hewan berdarah dingin (poikilothermal) yang metabolisme tubuhnya dipengaruhi

oleh suhu lingkungan (Neuman et al. 1997). Engelsma etal. (2003) menyatakan

bahwa suhu juga berpengaruh terhadap parameter hematological dan daya tahan

terhadap penyakit. Pemberian suhu tinggiataupun suhu rendah yang mendadak

dapat meningkatkan jumlah sel darah putih pada ikan nila. Proses fisiologis dalam

ikan yaitu tingkat respirasi, makan, metabolisme, pertumbuhan, perilaku,

reproduksi dan tingkat detoksifikasi dan bioakumulasi dipengaruhi oleh suhu

(Fadhil et al. 2011). Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk pernafasan biota

budidaya tergantung ukuran, suhu dan tingkat aktivitasnya dengan batas minimum

adalah 3 ppm. Kandungan oksigen di dalam air dianggap optimum bagi budidaya

biota air adalah 4-10 ppm, tergantung jenisnya. Laju respirasi terlihat tetap pada

batas kelarutan oksigen antara 3-4 ppm pada suhu 20-30 Oc (Ghufran & Kordi

2007). Ernest (2000) ikan nila dapat bertahan hidup pada konsentrasi DO

minimum sebesar 2 mg/L. Doudoroff dan Shumway (1970) menyatakan bahwa

kebutuhan minimum oksigen untuk ikan nila (C. Carpio) adalah 0,2-2,8 mg/L.

Boyd (1990)menjelaskan juga bahwa kandungan DO kurang dari 1 mg/L dapat

menyebabkan lethal atau menyebabkan kematian dalam beberapa jam.

2.6 Konsumsi Oksigen

Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai

oleh tubuh per satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi

13

Page 20: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

karena respirasi merupakan proses ekstrasi energi dari molekul makanan yang

bergantung pada adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi

dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut :

C6H12O6 +6O2----- > 6CO2 + 6H2O +ATP

Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya

oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini

memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam

jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui

jumlahnya juga. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan

dalam bentuk laju konsum sioksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju

konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan

aktivitas.

Konsumsi oksigen dapat diukur menggunakan DO meter. DO meter

(dissolved oxygen meters) adalah instrumen analitis yang digunakan untuk

mengukur jumlah oksigen terlarut dalam satuan volume air. Ini merupakan

indikator penting dari kegunaan sampel air untuk aplikasi tertentu. Udara terdiri

dari 21 % oksigen dan nitrogen sekitar 78% volumenya.

Oksigen kurang larut dan hanya bisa ada dalam air yang konsentrasinya

rendah. Namun, oksigen terlarut (DO) sangat penting untuk respirasi dari

berbagai hewan dan bakteri dalam lingkungan perairan. Pengukuran akurat dari

oksigen terlarut sangat penting untuk aplikasi lainnya termasuk pengolahan air,

pengolahan limbah, limbah proses lumpur aktif, pemantauan sungai, peternakan

ikan, dan setiap daerah lain dimana kualitas air adalah penting. Oksigen terlarut

juga merupakan salah satu pengukuran kunci dalam proses biotecnical, dan sangat

penting untuk menjaga kualitas produk jadi.

14

Page 21: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum Konsumsi Oksigen pada ikan Nila ini dilaksanakan pada hari

Kamis, 23 Oktober 2014, pukul 13.00-15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium

Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

a. DO Meter

b. Gunting

c. Plastik Wrap

d. Stopwatch

e. Timbangan Analitik

f. Tisu/lap

g. Toples

3.2.2 Bahan

a. Air

b. Ikan Nila

3.3 Prosedur Kerja

a. Pertama persiapkan alat dan bahan pada praktikum konsumsi oksigen pada

ikan nila seperti toples, lastic wrap, ikan dan air.

b. Timbang terlebih dahulu ikan nila dengan timbangan analitik.

c. Sebelum menimbang ikan, timbangan analitik harus dikalibrasi terlebih dahulu.

d. Masukan ikan ke dalam toples yang berisi air, kemudian tambahkan air pada

toples sampai dengan meluap dan tempatkan di permukaan yang rata untuk

memudahkan praktikan menutup toples dengan lastic wrap.

e. Lap bagian luar toples sampai kering dengan tisu agar lastic wrapnya

menempel.

f. Tutup toples tersebut dengan lastic wrap sampai tidak ada gelembung air.

15

Page 22: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

g. Pada saat sudah ditutup, langsung hitung waktuny adengan stopwatch selama

30 menit.

h. Setelah 30 menit, buka lastic wrap tersebut dengan mengguntingnya dibagian

tengah.

i. Kemudian ukur DO yang dikonsumsi ikan setelah ditutup dengan rapat selama

30 menit tersebut. Dan untuk mensterilkan DO Meter gunakan akuades pada

ujung DO Meternya.

16

Page 23: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Data kelompok

Tabel 1. Hasil Pengamatan

No. Berat Ikan Doawal DOakhir Konsumsi Oksigen

1. 15.96gram 4.6 mg/l 4.0 mg/l 0.075 mg/l

4.1.2 Data Kelas

Tabel 2. Hasil Pengamatan Kelas

Kelompok Berat Ikan (gram)

Do Awal (g/l)

Do Akhir (g/l)

Konsumsi Oksigen (g/l)

1 16 4.34.34.34.34.34.34.34.3

2.2 0.262 3.1 2.7 1.033 10 2.3 0.44 16 2.8 0.18755 33 2.3 0.126 18 3.1 0.137 29 2.4 0.1318 23 2.8 0.139 23.3 4

4444444

3.7 0.0410 41.03 3.5 0.02411 24.32 3.4 0.0512 19.73 3.2 0.08113 43.16 3.7 0.013814 31.57 3.4 0.0415 32.65 3.6 0.024516 22.26 3.7 0.026917 34.51 4.6

4.64.64.64.64.64.64.6

3.9 0.0418 15.96 4.0 0.07519 39.10 3.4 0.06120 24.57 3,6 0,06521 15.85 3.6 0.1322 15.95 3.9 0.07823 27.82 3.9 0.0524 36.3 4.2 0.02

17

Page 24: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

4.2 Pembahasan

Dari kegiatan praktikum mengenai Konsumsi Oksigen Ikan nila yang telah

dilakukan pada hari Kamis 23 Oktober 2014 diperoleh data seperti yang

dicantumkan pada Tabel 1 hasil pengamatan di atas.

Praktikum ini dilakukan dengan cara menghitung konsumsi oksigen pada

ikan nila dengan menggunakan metode alat pengukur DO meter atau titrasi.

Namun, pada praktikum kali ini dijelaskan mengenai konsumsi oksigen dengan

menggunakan alat ukur DO meter. Perlakuan yang dilakukan pada praktikum kali

ini, yaitu dengan menghitung DO awal yang dilakukan tanpa memasukkan

organisme pada wadah tersebut. Selanjutnya, melakukan penimbangan berat pada

ikan nila. Ikan nila tersebut kemudian dimasukkan dalam wadah dan ditutup rapat

dengan plastic warp dan. Ditunggu hingga 30 menit dan akhirnya diukur DO akhir

sehingga dapat diperoleh konsumsi oksigen pada ikan nila dengan cara melakukan

penghitungan pengurangan pada DO awal dan DO akhir yang telah dicatat oleh

praktikan. Kemudian, data tersebut di masukkan dalam tabel pengamatan.

Pada praktikum ini oksigen sangat diperhatikan dalam konsumsinya pada

ikan nila. Berdasarkan tabel pengamatan, kelompok praktikan, yaitu kelompok 18

diperoleh data berat bobot ikan sebesar 15.96 g. Dengan DO awal sebesar 4.6 g/l

DO akhir 4.0 g/l konsumsi oksigen sebesar 0.6 g/l serta kebutuhan oksigen

sebesar 0.075O2/g/l. Bila dibandingkan dengan kelompok lain, tentunya

perbedaan terdapat pada bobot ikan sehingga mempengaruhi perbedaan pada DO

awal, DO akhir, konsumsi oksigen, serta kebutuhan oksigen. Namun, perbedaan

tersebut tidak terlalu signifikan bila dilihat dari bobot ikan lain yang tak jauh

berbeda dengan kelompok praktikan.

Pada praktikum ini kita dapat mengetahui konsumsi oksigen yang

dibutuhkan oleh ikan. Pada dasarnya praktikum ini untuk mengetahui laju

pernafasana atu respirasi ikan, kita ketahui bahwa pernafasan adalah suatu proses

pengikatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui

permukaan alat pernafasan, atau pengangkutan oksigen dari lingkungan eksternal

tubuh ke dalam lingkungan intrasel ataupun sebaliknya pengangkutan

karbondioksida dari lingkungan intrasel ke dalam lingkungan eksternal tubuh.

18

Page 25: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

Alat pernafasan ikan diantaranya adalah insanga adapula yang menggunakan paru

paru, tetapi pada praktikum ini kita mengambil hewan uji yaitu ikan nila yang

tidak lain bernafas dengan insang, insang adalah komponen penting dalam

pertukaran gas, insang terdiri atas lengkungan tulang rawan yang mengeras

dengan beberapa filamen insang didalamnya, setiap filament terdiri banyak

lamella.

Proses pernafasan ada 3 tahap yaitu yang pertama adalan ventilasi insang,

yaitu pengaliran air ke permukaan lamella insang melalui rongga mulut dan

dikeluarkan melalui operculum, kedua difusi O2 dan CO2 dan yang ketiga

pengangkutan O2.

Ketersediaan oksigen dalam air sangat sedikit oleh karena itu oksigen

sering disebut sebagai factor pembatas, karena daya larut oksigen dalam air kecil.

Apabila kandungan oksigen dalam air rendah makaikan dan organism akuatik lain

harus memompa air dalam jumlah tertentu kepermukassn insang untuk

mendapatkan oksigen yang cukup agar kecepatan metabolismenya stabil. Oksigen

sebagai bahan pernafasan di butuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme.

Oleh sebab itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuannya

memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen

terlarut dalam perairan, tentu saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi ikan, dan

hanya ikan yang memiliki sistem respirasi yang sesuai dapat bertahan hidup

(Fujaya, 2004). Sebagai mana menurut Zonneveld, 1991 (dalam Aristiawan,

2012) bahwa faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan, yaitu (1)

aktifitas, ikan dengan aktifitas tinggi misalnya ikan yang aktif berenang akan

mengkonsumsi oksigen jauh lebih banyak dari pada ikan yang tidak aktif; (2)

ukuran, ikan yang ukurannya lebih kecil, kecepatan metabolismenya lebih tinggi

daripada ikan yang ukurannya lebih besar sehingga konsumsi oksigennya lebih

banyak; (3) umur, ikan yang masih berumur masih muda akan mengkonsumsi

oksigen lebih banyak daripada ikan yang lebih tua; (4) temperatur, ikan yang

berada pada temperatur tinggi laju metabolismenya tinggi sehingga konsumsi

oksigennya lebih banyak. Perbandingan antara jumlah konsumsi oksigen pada

ikan besar dan ikan kecil dimana jumlah konsumsi ikan ikan kecil lebih banyak

19

Page 26: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

dibandingkan dengan jumlah konsumsi oksigen ikan besar. Ini dikarenakan ikan

kecil lebish banyak membutuhkan oksigen lebih banyak untuk digunakan dalam

pembentukan sel-sel yang ada dalam tubuhnya dan juga untuk pertumbuhan,

sedangkan ikan besar hanya membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidup.

Tetapi dari hasil praktikum jumlah konsumsi ikan besar lebih banyak dari pada

jumlah oksigen yang digunakan oleh ikan kecil. Ini dikarenakan karena

perbandingan bentuk tubuh antara ikan besar dan ikan kecil tidak terlalu berbeda.

Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis biota air berbeda-beda, tergantung dari

jenisnya dan kemampuan untuk beradaptasi dengan naik turunnya kandungan

oksigen. Menurut Djawad dkk (2003), bahwa semakin besar suatu organisme

maka mengkonsumsi oksigen semakin besar pula karena semua anggota tubuhnya

bergerak memerlukan energi yang berasal dari oksigen dan makanan (terjadi

metabolisme dalam tubuh).

Ikan merupakan hewan poikiloterm, suhu tubuhnya akan menyesuaikan

diri dengan suhu lingkungannya. Suhu media air akan mempengaruhi kandungan

oksigen terlarut yang akan berakibat terhadap proses respirasi ikan (Debora,

2011).

20

Page 27: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Laju konsumsi oksigen setiap organisme sangat berbeda-beda, bergantung

pada kondisi dan situasi lingkungan. Konsumsi oksigen dapat dipengaruhi oleh

temperatur yang tinggi, proses respirasi, dekomposisi materil organik yang dapat

menyebabkan konsumsi oksigen lebih besar.

Selain itu ada 4 faktor yang dapat menyebabkan laju konsumsi pada ikan

berbeda-beda, diantaranya (1) aktivitas, dimana ikan yang bergerak aktif akan

membutuhkan oksign yang cukup banyak dibandingkan dengan ikan yang kurang

aktif bergrak; (2) ukuran, ikan yang ukurannya lebih kecil, kecepatan

metabolismenya lebih tinggi daripada ikan yang ukurannya lebih besar sehingga

konsumsi oksigennya lebih banyak; (3) umur, ikan yang masih berumur masih

muda akan mengkonsumsi oksigen lebih banyak daripada ikan yang lebih tua; (4)

temperatur, ikan yang berada pada temperatur tinggi laju metabolismenya tinggi

sehingga konsumsi oksigennya lebih banyak. Perbandingan antara jumlah

konsumsi oksigen pada ikan besar dan ikan kecil dimana jumlah konsumsi ikan

ikan kecil lebih banyak dibandingkan dengan jumlah konsumsi oksigen ikan

besar. Ini dikarenakan ikan kecil lebish banyak membutuhkan oksigen lebih

banyak untuk digunakan dalam pembentukan sel-sel yang ada dalam tubuhnya

dan juga untuk pertumbuhan, sedangkan ikan besar hanya membutuhkan oksigen

untuk mempertahankan hidup. Tetapi dari hasil praktikum jumlah konsumsi ikan

besar lebih banyak dari pada jumlah oksigen yang digunakan oleh ikan kecil. Ini

dikarenakan karena perbandingan bentuk tubuh antara ikan besar dan ikan kecil

tidak terlalu berbeda. Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis biota air berbeda-beda,

tergantung dari jenisnya dan kemampuan untuk beradaptasi dengan naik turunnya

kandungan oksigen.

5.2 Saran

Dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh

sebab itu kami mengaharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

kesempurnaan penyusunan laporan-laporan berikutnya.

21

Page 28: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Morfologi Ikan Nila. Diambil dari http://fpk.unair.ac.id/webo/kuliah-

pdf/POWER%20POINT%20METIL%20%5BCompatibility%20Mode%5

D.pdf .

Anonim. 2012. Respirasi (Tingkat Konsumsi Oksigen). Diambil dari

http://www.scribd.com/doc/89945686/FHA-Lap-4.

Anonim. Dimbil dari http://www.scribd.com/doc/98844508/Makalah-Seminar-

Revisi-3-5 .

Alfiansyah, Muhammad. 2011. Sistem Pernapasan Ikan (Pisces).http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem-pernapasan-ikan-pisces.html,

Anwar, D, D. A. Setiawibowo dan Y. Triwijiwati. 2009. Respirasi (Tingkat Konsumsi Oksigen) dan Ketahanan Ikan di luar Media Air.

Isnaeni, W. 2003. Fisiologi Hewan. Yogyakart: Kanisius

Tobin, Muhammad. 1994. Fisiologi Hewan Mekanisme Fungsi Tubuh. Yogyakarta: Angkasa.

22