35
LAPORAN PRAKTIKUM DIAGNOSA KLINIK VETERINER Demodicosis dan FLUTD (Feline Low Urinary Tract Disease) Kelompok : A3 Rizka Putri I.E 115130100111012 Evris Hikmat S. 115130100111014 Oman Setiyanto 115130100111015 Gede Eko Darmono 115130100111016 Veronika Julie V. 115130100111020 Siti Nur Hidayati 115130100111023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

LAPORAN PRAKTIKUM

DIAGNOSA KLINIK VETERINER

Demodicosis dan FLUTD (Feline Low Urinary Tract Disease)

Kelompok : A3

Rizka Putri I.E 115130100111012

Evris Hikmat S. 115130100111014

Oman Setiyanto 115130100111015

Gede Eko Darmono 115130100111016

Veronika Julie V. 115130100111020

Siti Nur Hidayati 115130100111023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diagnosa klinik merupakan ilmu yang mempelajari teknik diagnosis standard

dari suatu penyakit berdasarkan pada pemahaman terhadap normal atau

abnormalnya parameter patofisiologi yang dapat diidentifikasi dari tubuh dengan

menggunakan teknik-teknik diagnosa standard. Dalam menerapkan ilmu

Diagnosa Klinik Veteriner, dokter hewan yang praktik dihadapkan dengan

keadaan di lapangan dengan berbagai kegiatan pelayanan jasa medik veteriner

yang menerapkan tahapan ilmu diagnosa klinik.

Teknik-teknik diagnosis standard haruslah dipahami secara benar agar

mahasiswa dapat menetapkan diagnosis secara akurat dari suatu penyakit

berdasarkan perubahan-perubahan parameter patofisiologis yang dapat

diidentifikasi melalui teknik-teknik diagnosis standard secara holostik dan

terintegrasi.

Penentuan diagnosa klinik yang akurat pada hewan kesayangan tidak seratus

persen dapat ditegakkan dengan diagnosa klinik tetapi memerlukan bantuan

teknik pemeriksaan atau uji kesehatan lain, seperti pemeriksaan nekropsi,

pemeriksaan serologi dan sebagainya. Metode pemeriksaan diagnosa klinis ada

empat cara yaitu melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi), dan

mendengar (auskultasi). Pada hewan kesayangan dikatakan sakit bila organ tubuh

ataupun fungsinya mengalami kelainan dari keadaan normal, kelainan tersebut

dapat diketahui melalui pemeriksaan dengan alat indra secara langsung atau

menggunakan alat –alat bantu contohnya terlihat adanya kemerahan dan eksudat

kental pada matanya, terlihat lepuh – lepuh pada lidahnya, diare pada saat

defekasi dan sebagianya. Tanda – tanda yang terlihat atau yang ditemui pada

hewan kesayangan yang menderita dinamakan sebagai gejala sakit atau symptom

atau sering dinamakan gejala klinis.

Page 3: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

Pada praktikum diagnosa klinik kali ini, mahasiswa dapat belajar bagaimana

melakukan prosedur pemeriksaan hewan dan pemberian terapi yang tepat di

Klinik Pendidikan Dokter Hewan Universitas Brawijaya.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum Diagnosa Klinik Veteriner yaitu :

1. Dapat melakukan teknik diagnosis standart terhadap kasus di klinik hewan.

2. Dapat mendiagnosa dengan teknik diagnosis standart (diagnosa klinik)

terhadap kasus di Klinik Hewan.

3. Dapat mengerti, memahami dan menjelaskan kasus yang ditemui saat

praktikum di Klinik Hewan.

1.3 Manfaat

Manfaat yang didapatkan dari praktikum Diagnosa Klinik Veteriner di Klinik

Hewan yaitu Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dengan

keadaan di lapangan/Klinik Hewan sehingga memberikan gambaran dan

wawasan bagaimana bekerja di masyarakat.

Page 4: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

FLUTD (Feline Lower Urinary Tract Disease) adalah suatu kondisi dimana

terdapatnya bentukan crystal yang menyumbat saluran urinasi bagian bawah seperti

vesica urinaria, bladder sphincter, dan uretra, sehingga kucing mengalami kesulitan

urinasi. Kondisi ini sering terjadi pada kucing muda, bisa jantan ataupun betina,

namun lebih sering terjadi pada kucing jantan. Beberapa factor berkontribusi untuk

penyakit ini termasuk infeksi bacterial dan viral, trauma, adanya kristal di urine, batu

di vesica urine, tumor pada saluran urinaria, dan abnormiltas congenital. Factor yang

berkontribusi terhadap perkembangan FLUTD antara lain:

a. FLUTD dapat disebabkan uretra yang tersumbat oleh semacam pasta,

komposisi material batu atau pasir dan kristal struvite (magnesium

ammonium fosfat), yang berhubungan dengan jumlah garam. Meskipun

Kristal struvit merupakan penyebab utama sumbatan, namun jenis Kristal

lain dapat ditemui. Beberapa sumbatan menyebabkan terbentuknya mucus,

darah, dan sel darah putih.

b. FLUTD dapat dihubungkan dengan kristal-uroith atau batu yang

ditemukan di saluran urinaria. Tipe urolith ervariasi, tergantung dari diet

dan factor pH urine. Dua tipe yang sangat sering ditemukan adalah

struvite (magnesium fosfat) dan kalsium oksalat. Factor yang

mempengaruhi pembentukan urolit pada kucing termasuk infeksi bakteri

yang bersamaan; jarang urinasi akibat litter box yang kotor; kurangnya

aktifitas fisik; dan kurang minum atau kualitas minum yang buruk atau

tidak tersedianya air, dan bisa juga karena selalu diberi pakan kering

(dryfood).

c. Urine kucing normalnya sedikit asam. Factor yang menyebabkan urin

alkalis yaitu jenis pakan, adanya bakteri di saluran urinaria. Urin yang

bersifat asam memiliki property antibacterial. Namun ada beberpa kasus

Page 5: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

dumana FUS memiliki urine yang asam. Kucing tersebut mungkin

menderita akibat yrolith kalsium oksalat. Jika urolith terjadi di urethra,

maka obstruksi dapat mengancam kehidupan karena sangat sulit

disembuhkan.

d. Cystitis bacterial dan urethritis (radang pada urethra) juga dapat menjadi

penyebab dasar FUS. Cystitis bacterial mungkin dapat menjadi penyebab

yang penting dari serangan yang berulang. Infeksi bakteri tersebut

memiliki potensi untuk peningkatan infeksi dengan sumbatan. Infeksi

berulang dapat menyebabkan resistensi antibiotik.

e. Intake diet dan air minum. Kucing yang memakan pakan kering akan

mendapat sedikit air dari pakan mereka, selain itu didukung pula dengan

kurangnya minum. Pakan kering akan menyebabkan urin lebih

terkonsentrasi dan jumlah sedimen yang lebih besar.

Demodex adalah penyakit kulit anjing yang disebabkan oleh protozoa

Demodek follicularumvar canis atau Demodex canis. Tungau / kutu jantan berukuran

lebih dari 0,25 mm, sedangkan betina 0,3 mm. Tungau / kutu ini terdapat pada akar

bulu dan terkadang dikelenjar lemak, hampir seluruh siklus hidup tungau / kutu ini

berada dikulit. Tungau / kutu dewasa yang keluar dipermukaan kulit, mengakibatkan

penularan pada anjing anjing lain. Berdasarkan penelitian dari beberapa literatur,

hampir semua jenis anjing ditemukan Demodex canis. Pada anjing yang mengalami

penurunan kekebalan, tungau / kutu ini dapat mengakibatkan radang kulit. Apabila

berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian pada anjing

yang terserang kutu tersebut. Serangan diawali dengan timbulnya rasa gatal pada

daerah seputar mata dan juga pada bagian lipatan telinga serta kaki bagian depan dan

belakang. Selanjutnya bulu bulu pada daerah tersebut akan terjadi rontok. Rasa gatal

yang hebat membuat anjing menjadi gelisah dan menggaruk kulitnya, akibat garukan

anjing tersebut maka terjadilah pengelupasan kulit dan bahkan mengakibatkan

timbulnya luka yang berair, nanah , dan juga berbau busuk.

Page 6: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

Bila penyakit ini tidak segera ditangani dengan pengobatan yang tepat, maka

akan timbul infeksi sekunder. Infeksi sekunder ini dapat mengakibatkan jamur atau

bakteri masuk kedalam tubuh  lewat luka tersebut sehingga semakin sulit untuk

diobati. Luka-luka yang diderita oleh anjing anjing yang mengidap demodex ini,

mengakibatkan anjing anjing ini mengalami kegelisahan serta menurunnya nafsu

makan, sehingga menjadikan Stamina anjing serta nafsu makannya menurun , bahkan

Demam. Penyembuhan penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama dan

diperlukan kesabaran dari pemilik, apa lagi bila penyebaran penyakit demodex ini 

lebih dari 50 %, pengobatan ini harus di tuntaskan sampai keakar akarnya, ketekunan

dan kesabaran sangatlah diperlukan bila menghendaki anjing kesayangan sembuh.

Page 7: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

BAB III

HASIL PRAKTIKUM

Pemeriksaa Fisik

1. Anamnesa

Ada kerontokan dan kebotakan pada bagian kaki depa dan belakang,

kemerahan dan bercak bulat pada punggung. Nafsu makan dan minum

normal, buang air besar dan urinasi normal.

2. Signalemen Hewan

Nama : Princces

Jenis hewan/kelamin : Anjing/betina

Ras/breed : Golden Mix

Warna bulu/kulit : Kuning

Umur : 1,5 Th

Berat badan : 28 Kg

Tanda khusus : Moncong hitam , telinga kebawah

3. Status Present

3.1 Keadaan umum

Perawatan : Baik, Grooming, Mandi Kutu

Habitus atau/tingkah : Jinak, Aktif, Penurut, Ceria

Gizi : Baik Gemuk

Pertumbuhan badan : Normal seusianya, Tidak ada ke abnormalan

Sikap berdiri : Tegak, Kaki menapak sempurna

Suhu tubuh : 38,50C

Frekuensi nadi : 68 kali per menit

Page 8: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

Frekuensi nafas : 68 kali per menit

3.2 Adaptasi Lingkungan : Baik, dapat beradaptasi dengan cepat, tidak

bingung dan tidak setres.

3.3 Kulit dan Rambut

Aspek rambut : Rambut kusam, kusut

Kerontokan : Terjadi kerontokan pada beberapa bagian

Kebotakan : Terjadi kebotakan pada bagian kaki depan atau

belakang, juga pada beberapa bagian di punggung

Turgor kulit : Baik, kembali sebelum dua detik

Permukaan kulit : Ada kotoran seperti butiran-butiran pasir

Bau kulit : Berbau tidak enak

Kepala dan leher

Inspeksi

Ekspresi wajah : Tenang

Pertulangan kepala : Kompak kuat

Posisi tegak telinga : Telinga dekster dan sinister turun kebawah dan

simetris

Posis kepala : Tegak diatas punggung

Mata dan orbita kiri

Palpebrae : Normal, tidak ada pembengkakan, dapat membuka dan

menutup

Page 9: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

Cilia : Bulu mata mengarah keluar

Konjungtiva : Warna putih tidak ada kelainan, lembab

Membrane niktitans : Dapat membuka dan menutup

Mata dan orbita kanan

Palpebra : Normal, tidak ada pembengkakan, dapat membuka dan

menutup

Cilia : Bulu mata mengarah keluar

Konjingtiva : Warna putih tidak ada kelainan, lembab

Membrana niktitan : Dapat membuka dan menutup

Bola mata kiri

Sclera : Warna putih

Cornea ; Jernih, basah, permukaan rata

Iris : Warna hitam, tidak ada perubahan

Limbus : Datar dan Rata

Pupil : Tidak ada perubahan, Refleks normal

Reflek pupil : Mengecil saat disinar dan membesar saat normal

Vasa injeksio : Ada vasa injeksio

Ukuran : Tidak ada perubahan

Posisi : Simetris kiri dan kanan

Bola mata kanan

Page 10: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

Sclera : Warna putih

Cornea ; Jernih, basah, permukaan rata

Iris : Warna hitam, tidak ada perubahan

Limbus : Datar dan Rata

Pupil : Tidak ada perubahan, Refleks normal

Reflek pupil : Mengecil saat disinar dan membesar saat normal

Vasa injeksio : Ada vasa injeksio

Ukuran : Tidak ada perubahan

Posisi : Simetris kiri dan kanan

Hidung dan sinus

Kesimetrisan cuping hidung : Simetris kanan dan kiri

Aliran udara : Lancar atau tidak ada hambatan

Kelembaban : Lembab dan basah

Discharge : Tidak ada Discharge

Mulut dan rongga mulut

Rusak/luka bibir : Tidak ada luka pada bibir

Mukosa : Warna kemerahan dan basa

Gigi geligi : Gigi geligi lengkap, tidak ada karang gigi

Lidah : Bersih dan basah

Page 11: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

Telinga

Posisi : Posisi turun kebawah, kanan dan kiri

Bau : Tidak ada bau

Kebersihan : Bersih

Permukaan daun telinga : Tidak rata, ada seperti gumpalan ketombe

Krepitasi : Tidak ada krepitasi

Reflek panggilan : Ada dan baik

Leher

Perototan : kopak dan teraba

Trachea : Cincin trachea teraba

Esophagus : Tidak teraba

Kelenjar pertahanan

Lymphonodus rethropharingealis

Ukuran : Ukuran tidak ada pembesaran

Lobulasi : Jelas berlobus-lobus

Perlekatan : Tidak ada perlekatan

Konsistensi : Kenyal

Suhu kulit : Sama dengan suhu tubuh

Kesimetrisan : Simetris kanan dan kiri

Page 12: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

3.4 Thoraks

3.5.1 Sistem pernafasan

Inspeksi

Bentuk rongga thorax : dinding thorax tidak ada kelainan, bulat dan

cembung

Tipe pernafasan : Costalis

Ritme : Cepat dan teratur

Intensitas : Tiggi

Frekuensi : 68 kali per menit

Trakhea : Terdapat cincin dibagian ventral leher

Batuk : Tidak ada batuk

Palpasi

Trakhea : Teraba cincin di bagian ventral

Penekanan rongga thorax : Tidak ada rasa sakit saat di tekan

Palpasi intercostals : Teraba musculus inter costalis, tidak ada rasa

sakit

Perkusi

Lapagan paru-paru : Rata

Gema perkusi : -

Auskultasi

Page 13: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

Suara pernafasan : Vesikuler

Suara ikutan antara inspirasi dan ekspirasi : Tidak ada suara ikutan

3.5.2 Sistem peredaran darah

Inspeksi

Ictus cordis : Tidak terlihat Ictus cordis

Perkusi

Lapagan jantung : Rata tidak ada benjolan

Auskultasi

Frekuensi : -

Intensitas : -

Ritme : -

Suara sistolik dan diastolik : -

Ekstrasistolik : -

Lapangan jantung : -

Sinkron pulsus dan jantung : -

3.6 Abdomen dan Organ Pencernaan yang Berkaitan

Inspeksi

Besarnya : Simetris kanan dan kiri, tidak ada perbesaran

Bentuknya : Simetris kanan kiri

Page 14: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

Legok lapar : Tidak terlihat legok lapar

Auskultasi

Suara peristaltik lambung : -

Palpasi

Epigastricus : -

Mesogastricus : -

Hipogastricus : -

Isi usus halus : -

Isi usus besar : -

Auskultasi

Peristaltik usus : -

Anus

Sekitar anus : Bersih tidak ada sisa feses

Reflek sfinkter ani : Ada reflek membuka dan menutup

Pembesaran kolon : Tidak ada perbesaran kolon

Kebersihan daerah perianal : Bersih, tidak ada kotoran disekitar perianal

Alat perkemihan dan kelamin (Urogenitalis) betina

Inspeksi

Mulosa vulva : Warna rose, lembab

Page 15: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

Kelenjar mammae

Besar : Kecil

Letak : Kanan dan kiri simetris

Bentuk : Putting menonjol sedikit

Kesimetrisan : Simetris antara jarak kanan dan kiri dan satu

dengan yang lain

Konsistensi kelenjar : Kenyal

Jantan

Inspeksi

Prepucium : -

Penis : -

Palpasi

Scrotum : -

3.7 Alat gerak

Inspeksi

Perototan kaki depan : Otot agak tebal, kanan dan kiri simetris

Perototan kaki belakang : Otot agak tebal, kanan dan kiri simetris

Spasmus otot : Tidak ada spasmus

Tremor : Tidak ada tremor

Page 16: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

Sudut persendian : Terlihat sudut persendian patella

Cara bergerak-berjalan : Bergerak dan berjalan dengan empat kaki, tidak ada

kesakitan

Cara bergerak-berlari : Berjalan dengan empat kaki, lari normal, tidak ada

kesakitan

Kestabilan pelvis

Konformasi : Kompak dan kuat

Kesimetrisan : Simetris kanan dan kiri

Tuber ischii : Tidak terlihat saat inspeksi

Tuber coxae : Tidak terlihat saat inspeksi

Palpasi

Srtuktur pertulangan

Kaki kiri depan : Padat Kuat, tidak ada rasa sakit

Kaki kanan depan : Padat Kuat, tidak ada rasa sakit

Kaki kiri belakang : Padat Kuat, tidak ada rasa sakit

Kaki kanan belakang : Padat Kuat, tidak ada rasa sakit

Konsistensi pertulangan : Padat dan kuat

Reaksi saat palpasi : Tidak ada rasa sakit

Panjang kaki depan kiri-kanan : Sama kanan dan kiri

Panjang kaki belakang kiri-kanan : Sama kanan dan kiri

Page 17: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

Limphoglandula poplitea

Ukuran : -

Konsistensi : -

Lobulasi : -

Perlekatan : -

Suhu kulit : -

Kesimetrisan : -

Pemeriksaan lanjutan

Diagnosa : Demodexosis

Diagnosa banding : Alergi makanan dermatitis, jamur, scabiosis

Prognosa : Fausta

Terapi : Virbamex LA 1,1 cc Kedua obat diberikan secara

Dimedryl 1,2 cc injeksi Subkutan

Resep obat : R/ Pionicy mg 33

m.f.l.a pulv da in caps dtd no X

S 2dd caps I p.c

Imboost tab No X

S dd tab I p.c

Page 18: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

Hari : Kamis

Tanggal : 13 November 2014

Catatan : -

Dokter jaga : drh. Ahmad Fauzi

Page 19: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus yang didapat dari pasien anjing jenis Golden Mix bernama Princess di

dapatkan diagnosa yaitu demodekosis dan dermatitis. Langkah-langkah penetapan

diagnosa diawali dari Resgristrasi pasien, Anamnesa, Pemeriksaan Fisik, lalu

dilanjutkan dengan pemeriksaan lanjutan dan terapi. Resgistrasi ditujukan pada klien

dan pasien dengan berbagai tujuan, diantaranya :

1. Mengingatkan, terutama untuk pasien yang sudah pernah ditangani

2. Komunikasi, agar memudahkan berkomunikasi dengan klien

3. Pengaturan agar data lebih tertata dan mudah mencarinya

4. Efisiensi supaya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui

riwayat penyakit pasien.

Registrasi untuk klien meliputi nama, alamat dan nomor telepon klien.

Registrasi untuk pasien meliputi breed (ras), sex (jenis kelamin), umur, specific

pattern atau tanda yang menciri. Registrasi ditulis dalam selembar kertas yang

dinamakan ambulator (Lane and Coper, 2003). Pada kasus diatas didapatkan :

Nama Pemilik : Ny. Elizabeth

Nama hewan : Princess

Jenis/ Ras : Anjing/ Golden Mix

Umur : 1,5 tahun

Setelah registrasi baru dilanjutkan dengan melakukan anamnesa (Boddie, 1962).

Anamnesa adalah wawancara yang dilakukan oleh seorang dokter kepada

klien/pasien yang bertujuan untuk mengumpulkan data dari pasien. Dilakukan tanya

jawab antara dokter hewan dengan klien atau pengantarnya, sehingga dokter hewan

dapat mengarahkan pemeriksaannya pada tujuan-tujuan tertentu dan data yang

diperoleh dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik itu dapat dipergunakan sebagai

dasar yang kuat untuk membuat diagnosa yang tepat. Mengingat adanya

Page 20: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

kemungkinan bahwa penyakit yang di derita ada hubungannyadengan penyakit yang

dahulu maka sering ditanyakan pula berbagai penyakit pada masa lalu (Prasko, 2012).

Pada kasus anjing Princess ini merupakan control ulang setelah sebelumnya

sempat diperiksa. Pada waktu control, dokter hewan menanyakan bagaimana keadaan

kandangnya, apakah punya anjing lain dirumah, bagaimana anjing ini diperlakukan di

rumah, apakah pernah kontak dengan anjing yang sakit, apakah ada perbedaan dari

awal periksa sampai sekarang, apakah sering diajak exercise di luar rumah, apakah

ada perbedaan tingkah laku. Dan dari berbagai pertanyaan yang diajukan diatas

diperoleh beberapa jawaban bahwa anjing Princess dikandangkan sendiri dengan

keadaan kandang yang bersih dan pemberian pakan yang rutin. Pemilik mempunyai

satu anjing lagi ras cihua-hua yang dipelihara di dalam rumah. Anjing cihua-hua tidak

menderita penyakit kulit dan dalam keadaan sehat, serta tidak pernah kontak langsung

dengan Princess. Princess awalnya sering diajak exercise, namun sekarang sudah

tidak pernah lagi. Pemilik sering memukulnya dengan tujuan agar dapat patuh dan

dapat dilatih. Terdapat perbedaan dari saat pertama kali datang, tanda bulat

kemerahan dikulitnya perlahan menghilang. Terjadi penurunan frekuensi menggaruk

dan penurunan nafsu makan.

Pemeriksaan fisik adalah Pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya

kelainan dari suatu system atau suatu organ bagian tubuh dengan cara inspeksi,

palpasi, perkusi, dan auskultasi. Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk

menentukan kelainan fisik yang berhubungan dengan penyakit pasien,

mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan gejala klinis dan riwayat

kesehatan pasien, mendapatkan data untuk menegakkan diagnose, mendapatkan data

fisik untuk menetukan status kesehatan pasien (Usoli,2013).

Pemeriksaan awal dilakukan pengukuran suhu, pulsus, frekuensi nafas dan

juga diukur beart badan pasien. Saat control ke dua ini, Princess mengalami

penurunan berat badan sebesar 2 kg dalm waktu 10 hari yang awalnya 30 kg menjadi

Page 21: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

28 kg. dari sini dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan nafsu makan pada

Princess karena pemilik mengatakan bahwa Princess tidak pernah diajak excersice

akhir-akhir ini dan hanya berada dalam kandang.

Pada saat dilakukan inspeksi, didapati bahwa ada beberapa bagian rambut

yang mengalami kebotakan berbentuk bulat-bulat pada punggung, keempat kaki, dan

dibawah moncong. Kulit di area kebotakan berwarna agak kemerahan namun ada

beberapa bagian yang mulai memudar. Saat dipalpasi, bagian rambut yang

mengalami kebotakan terasa kasar dan agak bersisik, namun dalam keadaan kering,

tidak terdapat leleran seperti serous ataupun darah. Sedangkan pemeriksaan pada

organ tubuh yang lain tidak menunjukkan adanya abnormalitas.

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan tambahan seperti

USG, ataupun Xray apabila diperlukan untuk memastikan penyebab penyakit. Pada

kasus kali ini tidak dilakukan pemeriksaan tambahan. Setelah dilakukan pemeriksaan,

barulah dilakukan diagnose yang diberikan terhadap suatu penyakit, sehingga dokter

hewan dapat memberikan resep dan membuat prognosis. Diagnosis adalah uraian dari

identitas morfologi suatu penyakit. Dari kasus ini diagnose yang ditegakkan oleh

dokter hewan adalah demodekosis/ scabiosis dan dermatitis. Diagnosa tidak menciri

karena tidak dilakukan pemeriksaan tambahan seperti kerok kulit ataupun dengan

sinar flourescens untuk melihat penyebab pasti dari penyakit. Demodekosis sendiri

adalah penyakit kulit yang disebabkan karena mite (tungau) yang sering menyerang

anjing. Menurut Triakso (2006), ada tiga spesies dalam genus Demodex pada anjing,

Demodex canis, Demodex cornei, dan Demodex injai. Namun species yang paling

sering ditemukan pada anjing adalah Demodex canis. Demodex canis terdapat dalam

jumlah yang kecil pada kulit yang tidak menunjukkan gejala klinis pada anjing sehat.

Dalam kondisi normal, parasit ini tidak membuat kerugian bagi anjing, namun bila

kondisi kekebalan anjing menurun maka demodex akan berkembang menjadi leih

banyak dan menimbukan penyakit kulit.

Page 22: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

Gejala klinis demodekosis adalah pada kulit erjadi alopecia, berkerak,

kemerahan, disertai gatal dan sakit jika ada infeksi sekunder. Munculnya demodex

biasanya pada daerah kepala, kaki depan, hidung, ekor dan beberapa anjing ada juga

yang terserang hanya dibagian telapak kaki dan telinga saja. Pada demodekosis

general biasanya lesi terdapat hampir di seluruh tubuh dan biasanya disertai dengan

infeksi sekunder (Dunn, 2008).

Luka pada kulit anjing yang terserang Demodikosis akan dapat didiagnosa

melalui pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit hewan penderita yang diduga

terserang penyakit ini, tampak parasit Demodex canis berbentuk cerutu dengan

ukuran 250-300 μm x 400 μm. Parasit ini tinggal di folikel rambut dan kelenjar

sebaceus dan siklus hidupnya terjadi pada tubuh induk semang20-35 hari. Hewan

penderita yang sering diserang pada usia anjing di bawah umur 1 tahun namun

demikian pada anjing di atas umur 1 tahun banyak mengalami kejadian infeksi

penyakit ini (Sardjana, 2012).

Prognosis adalah proses suatu kasus penyakit berdasarkan hasil diagnosis.

Terdiri dari tiga tingkatan, yaitu:

- Fausta : tingakt kesembuhan lebig dari 50%

- Dubius : tingkat kesembuhan 50 : 50

- Infausta : tingkat kesembuhan <50%

Sedangkan prognosa dari kasus ini dapat dikatakan fausta karena tingkat kesembuhan

lebih dari 50% dengan terlihatnya kebotakan yang awalnya merah berangsur-angsur

kembali ke warna kulit normal.

Terapi yang digunakan adalah dengan pemberian Virbamec dan duradryl.

Virbamec LA berisi invermectin dengan standart kemurnian tinggi. Digunakan untuk

pengobatan ekto dan endoparasit. Ivermectin merupakan obat anti parasit

berspektrum luas. Ivermectin bekerja melepas GABA (Gamma Amino Butyric Acid)

yang mencegah neurotransmitter. Pada pengobatan tungau, ivermectin tidak dapat

membunuh telur, sehingga harus dilakukan berulang sesuai dengan interval dan dosis.

Page 23: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

Interval terapi yang dianjurkan adalah antara 7-14 hari sampai hewan dinyatakan

sembuh dari ektoparasit (Sardjana, 2012). Meskipun memberikan hasil yang baik

terhadap pengobatan demodekosis, Ivermectin tidak boleh digunakan untuk anjing ras

Collie.

Duradryl merupakan antihistamin dalam sediaan bentuk larutan injeksi 15 ml

per ampul yang tiap ml mengandung diphenhydramin HCl 10 mg. Antihistamin

beraksi secara antagonis kompetitif untuk reseptor histamin khusus di dalam jaringan

sel dengan mengikat reseptor sel secara tidak langsung beraksi pada sel. Ikatan

dengan sel akan menyebabkan tidak adanya efek histamin pada sel tersebut.

Diphenhydramine HCl sendiri merupakan antihistamin dari kelas ethanolamine, yang

dapat mengandung sedatif, antimuskarinik, dan antiemetika, sehingga dapat menekan

gejala batuk, serta antihistamin (H1) menekan muntah dan pruritis (Tennant, 2002).

Penggunaan secara i.m jarang menimbulkan efek samping sehingga cara ini paling

sering digunakan.

Penggunaan Dipenhydramin HCl pada kasus demodekosis adalah untuk

mengatasi rasa gatal maupun alergi yang mungkin timbul akibat serangan parasit

demodex pada folikel rambut (Sardjana,2012).

Page 24: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

BAB V

KESIMPULAN

FLUTD (Feline Lower Urinary Tract Disease) adalah suatu kondisi dimana

terdapatnya bentukan crystal yang menyumbat saluran urinasi bagian bawah seperti

vesica urinaria, bladder sphincter, dan uretra, sehingga kucing mengalami kesulitan

urinasi. Demodex adalah penyakit kulit anjing yang disebabkan oleh protozoa

Demodek follicularumvar canis atau Demodex canis. Tungau / kutu jantan berukuran

lebih dari 0,25 mm, sedangkan betina 0,3 mm. Tungau / kutu ini terdapat pada akar

bulu dan terkadang dikelenjar lemak, hampir seluruh siklus hidup tungau / kutu ini

berada dikulit. Tungau / kutu dewasa yang keluar dipermukaan kulit, mengakibatkan

penularan pada anjing anjing lain.

Terapi pada demodeks dalah dengan pemberian Virbamec dan duradryl.

Virbamec LA berisi invermectin dengan standart kemurnian tinggi. Digunakan untuk

pengobatan ekto dan endoparasit. Ivermectin merupakan obat anti parasit

berspektrum luas. Ivermectin bekerja melepas GABA (Gamma Amino Butyric Acid)

yang mencegah neurotransmitter. Pada pengobatan tungau, ivermectin tidak dapat

membunuh telur, sehingga harus dilakukan berulang sesuai dengan interval dan dosis.

Interval terapi yang dianjurkan adalah antara 7-14 hari sampai hewan dinyatakan

sembuh dari ektoparasit (Sardjana, 2012). Meskipun memberikan hasil yang baik

terhadap pengobatan demodekosis, Ivermectin tidak boleh digunakan untuk anjing ras

Collie.

Page 25: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Fix Kel. a3

DAFTAR PUSTAKA

Boddie, Geo. 1962. Diagnostic Method in Veterinary Medicine. London: Oliver and

Boyd.

Dunn, TJ. 2008. Demodex in the Dog. http://www.vetinfo4dogs.com diakses tanggal

13 Desember 2014.

Lane, Cooper. 2003. Veterinary Nursing : Formerly Jones Animal Nursing 5th edition.

USA : Pergamon.

Prasko M. H. 2012. Pengertian Anamnesis dan Tujuan Anamnesis. http://bahan-

kuliahmu.blogspot.com/2012/10/pengertian-anamnesis-dan-tujuan.html diakses

tanggal 12 Desember 2014.

Sardjana, I,.K,.W. 2012. Pengobatan Demodekosis Pada Anjing di Rumah Sakit

Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.

Triakoso, N. 2006. Demodicosis Up Date. Reginal Seminar Veterinary Dermatology

Up Date. Surabaya.

Usolin, Aprian. 2013. Definisi dan Tujuan Pemeriksaan.

http://rajangabrielusolin.blogspot.com/2013/03/pemeriksaan-fisik.html diakses

tanggal 12 Desember 2014.