laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan UB

Citation preview

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    1/19

    LAPORAN

    TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

    METODE EKTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH

    Disusun Oleh :

    Nama : Muthia Rinjani Willis

    NIM : 125040201111014

    Kelas : Q2 (Kamis, 11.0012.40)

    Asisten : Putri

    PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2014

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    2/19

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan

    4.1.1.1 UAK

    Parameter

    Pengamatan

    Benih baru Benih expired

    Jumlah benih % Jumlah benih %

    Normal (N) 18 90 0 0

    Abnormal (AB) 2 10 0 0

    Benih Mati (BM) 0 0 0 0

    Benih Segar Tidak

    Tumbuh (BSTT)

    0 0 0 0

    Benih Keras (BK) 0 0 0 0

    4.1.1.2 UDK

    Parameter

    Pengamatan

    Benih baru Benih expired

    Jumlah benih % Jumlah benih %

    Normal (N) 0 0 0 0

    Abnormal (AB) 4 13 0 0

    Benih Mati (BM) 26 87 10 100

    Benih Segar Tidak

    Tumbuh (BSTT)

    0 0 0 0

    Benih Keras (BK) 0 0 0 0

    Parameter

    Pengamatan

    < Masak Fisiologis Masak Fisiologis >Masak Fisiologis

    Jumlah

    benih

    % Jumlah

    benih

    % Jumlah

    benih

    %

    Normal (N) 0 0 0 0 0 0

    Abnormal

    (AB)

    1 10 1 10 2 20

    Benih Mati(BM)

    9 90 9 90 8 80

    Benih Segar

    Tidak

    Tumbuh

    (BSTT)

    0 0 0 0 0 0

    Benih Keras

    (BK)

    0 0 0 0 0 0

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    3/19

    4.1.1.3 UKDdp

    Parameter

    Pengamatan

    Benih baru Benih expired

    Jumlah

    benih

    % Jumlah

    benih

    %

    Normal (N) 5 50 0 0Abnormal (AB) 5 50 0 0

    Benih Mati

    (BM)

    0 0 0 0

    Benih Segar

    Tidak Tumbuh

    (BSTT)

    0 0 0 0

    Benih Keras

    (BK)

    0 0 0 0

    4.1.1.4 VIGOR

    Parameter

    Pengamatan

    Kedalaman

    2cm 3cm 4cm 5cm

    Normal (N) 5 4 2 5

    Abnormal (AB) 0 0 0 0

    Benih Mati

    (BM)

    0 0 0 0

    Benih Segar

    Tidak Tumbuh

    (BSTT)

    0 1 3 0

    Benih Keras(BK)

    0 0 0 0

    4.1.1.5 UJI TZ

    Kategori Jumlah

    Benih Viable Sebagian besar terjadi

    kerusakan kecil pada

    kotiledon

    1

    Sebagian besar terjadi

    kerusakan kecil padaradikula

    4

    Sebagian besar terjadi

    kerusakan kecil pada

    kotiledon dan radikula

    1

    Jumlah Viable 6

    Presentasi 60%

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    4/19

    Kategori Jumlah

    Benih non viable Sebagian besar kotiledon

    tidak berwarna

    1

    Sebagian besar radikula

    tidak berwarna

    2

    Kotiledon dan radikulatidak berwarna

    1

    Jumlah Benih 4

    Presentasi 40%

    4.1.2 Tabel Dokumentasi

    4.1.2.1 Tabel UAK

    Ekspired Baru

    4.1.2.2 Tabel UDK

    Ekspired Baru

    Belum Masak Fisiologis

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    5/19

    Masak Fisiologis

    Over Masak Fisiologis

    4.1.2.3 Tabel UKDdp

    Ekspired Baru

    Tidak Ada

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    6/19

    4.1.2.4 VIGOR

    KEDALAMAN

    2 CM

    3 CM

    4 CM

    5 CM

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    7/19

    4.1.2.5 UJI TZ

    Benih Benih

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    8/19

    4.2 Pembahasan

    4.2.1 Uji Viabilitas

    Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam berbagai

    fenomena fisiologis maupun biokimiawi (Sadjad, 1994). Pengujian viabilitas benih umumnya

    dilakukan dengan menggunakan substrat kertas atau pasir. Penelitian Nugraha et al. (2003) juga

    menunjukkan bahwa kertas merang sebagai substrat pengujian daya berkecambah benih

    memberikan hasil yang nyata lebih tinggi dibandingkan kertas CD.

    4.2.1.1 Perbandingan daya berkecambah benih expired dan benih baru

    4.2.1.1.1 UAK (Uji Antara Kertas)

    Pada uji ini benih yang digunakan adalah benih Terong expired dan benih Sawi baru.

    Dari hasi pengamatan diketahui bahwa untuk benih expired tidak tumbuh sama sekali, sedangkan

    benih baru tumbuh semuanya. Hal ini dapat terjadi karena pada benih expired daya sudah

    tersimpan terlalu lama tidak segera ditanam, menandakan bahwa masa atau daya simpan benih

    ini sudah habis sehingga saat ditanam tidak tumbuh dan berkecambah atau dengan kata lain

    kemampuan hidup (viabilitas) sudah tidak ada. Pada benih Sawi baru tumbuh seluruhnya dari

    sepuluh biji yang diamati dua diantaranya adalah kecambah abnormal karena ukurannya yang

    lebih kecil dibanding dengan yang lainnya, namun tumbuhnya kesepuluh benih ini menunjukan

    bahwa daya simpan dan daya berkecambahnya (viabilitas) masih ada. Menurut Hartono (2004)

    Perkecambahan merupakan tahap awalperkembangan suatutumbuhan, khususnyatumbuhan

    berbiji. Dalam tahap ini,embrio di dalambiji yang semula berada pada

    kondisidorman mengalami sejumlah perubahanfisiologis yang menyebabkan ia berkembang

    menjaditumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagaikecambah. Pada tanaman,

    pertumbuhan dimulai dari proses perkecambahan biji. Perkecambahan dapat terjadi apabila

    kandungan air dalam biji semakin tinggi karena masuknya air ke dalam biji melalui prosesimbibisi. Apabila proses imbibisi sudah optimal, dimulailah perkecambahan.

    Perlakuan pengujian di antara kertas ini juga membuat benih menjadi lembab namun

    tidak kelebihan air karena sifat kertas merang yang memiliki substrat. Sehingga benih lebih

    mudah berimbibisi dan pertumbuhan kecambah menjadi lebih optimal.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Biologi_perkembanganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_berbijihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_berbijihttp://id.wikipedia.org/wiki/Embriohttp://id.wikipedia.org/wiki/Bijihttp://id.wikipedia.org/wiki/Dormansihttp://id.wikipedia.org/wiki/Fisiologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kecambahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kecambahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Fisiologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Dormansihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bijihttp://id.wikipedia.org/wiki/Embriohttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_berbijihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_berbijihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Biologi_perkembangan
  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    9/19

    4.2.1.1.2 UDK (Uji Di atas Kertas)

    Pada uji ini benih yang digunakan adalah benih hasil panen Sorgum. Sama halnya

    dengan UAK pengamatan dilakukan pada benih Sorgum expired dan baru. Untuk benih baru

    diambil benih yang belum masak fisiologis, masak fisiologi, serta over masak fisiologis. Pada

    Sorgum expired tidak terjadi perkecambahan dan justru tubuh jamur karena perlakuan Uji Diatas

    Kertas yang diberikan air secara berkala justru membuat jamur yang tumbuh. Dari hasil

    pengamatan semua jenis umur Sorgum yang di uji tidak ada yang berkecambah. Hal ini dapat

    terjadi karena benih Sorgum sudah di panen dari jauh hari dan sudah dikeringkan beberapa hari

    sebelum di uji. Selain itu karena umur fisiologis yang digunakan adalah belum masak fisiologis

    sehingga daya viabilitasnya masih belum cukup untuk berkecambah dengan baik, lalu yang umur

    fisiologisnya telah lewat masa masak fisiologis telah mengalami deteriorasi sehingga daya

    viabilitasnya juga sudah menurun. Sedangkan untuk benih yang masak fisiologis tidak

    berkecambah dapat disebabkan oleh factor eksternal seperti suhu, kelembapan, dll. Menurut

    Pramono (2009) factor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan ialah air, temperatur, cahaya,

    dan media perkecambahan.Karena menggunakan uji di atas kertas sehingga benih lebih terbukadan tingkat respirasi meningkat maka kehilangan kadar air yang seharusnya digunakan untuk

    berimbibisi tidak ada. Selain itu pada masa pengmatan praktikan kurang memerhatikan kondisi

    kelembapan benih.

    4.2.1.1.3 UKDdp (Uji Kertas Digulung di Dirikan+Plastik)

    Pada uji ini benih yang digunakan adalah benih Buncis. Ukuran benih ini termasuk

    besar diantara benih lainnya. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa dari kesepuluh benih yang

    ditanam semuanya berkecambah. Menurut Pramono (2009) Ukuran benih ini sangat berpengaruh

    karena benih yang besar dan berat mengandung cadangan makanan dibandingkan benih-benih

    kecil sehingga daya perkecambahannya tinggi dan itu juga dikarenakan bahan baku yang

    terdapat pada benih besar dan energi bagi embrio sangat banyak. Hanya saja separuh dari benihyang tumbuh merupakan benih abnormal karena ukurannya yang lebih kecil dari benih lainnya.

    Hal ini dapat terjadi kerena pengaruh perlakuan pengujian yang menggunakan kertas diguling

    serta ditutup plastic sehingga respirasi menjadi terhambat. Menurut Kartasapoetra (2003)

    tingginya kadar air yang menyebabkan struktur membran mitokondria tidak teratur sehingga

    permeabilitas membran meningkat. Banyak metabolit antara lain gula, asam amino dan lemak

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    10/19

    yang bocor keluar sel disebabkan peningkatan permeabilitas membran. Dengan demikian

    substrat untuk respirasi berkurang sehingga energi yang dihasilkan untuk berkecambah

    berkurang. Suhu dan kadar air tinggi merupakan faktor penyebab menurunnya daya

    berkecambah dan vigor.

    4.2.1.2 Perbandingan daya berkecamah benih < masak fisiologis, masak fisiologis, > masak

    fisiologis

    Pada pengujian UDK menggunakan benih hasil panen Sorgum. Ketiga jenis umur

    Sorgum tersebut tidak ada yang berkecambah. Untuk benih yang belum masak fisiologis

    umumnya tidak memiliki daya tumbuh atau berkecambah. Menurut Justice, O.L., dan Louis, N.B

    (1990) Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya belum tercapai maka tidak

    mempunyai viabilitas yang tinggi. Oleh karena itu benih yang akan dihasilkan tidak akan

    berkecambah karena benih tersebut belum mempunyai cadangan makanan yang cukup dan juga

    pembentukan embrionya belum sempurna.

    Menurut penelitian yang dilakukan Hasanuddin (2012) pada kommoditas Jarak Pagar

    bahwa benih yang memiliki daya viabilitas dan vigor tinggi merupakan benih yang dipanen tepat

    saat masa masak fisologisnya. Karena pada saat tersebut kadar air benih menurun sehingga dapat

    meningkatkan daya simpan dan viabilitas benih dalam berkecambah. Pemanenan benih pada

    tingkat kemasakan yang tepat (masak fisiologi) sangatlah penting untuk mendapatkan tingkat

    mutu benih yang tinggi dan daya simpan yang panjang. Pemanenan yang dianjurkan adalah pada

    saat vigor maksimum (daya tumbuh maksimum), bobot kering benih maksimum, penurunan

    kadar air benih (sampai mencapai kadar air keseimbangan) dan peningkatan perkecambahan

    Copeland dan Mcdonald (2001) menyatakan bahwa beberapa jenis benih dapat

    berkecambah hanya beberapa hari setelah pembuahan, jauh sebelum masak fisiologinya tercapai.

    Walaupun benih yang belum masak fisiologi sudah bisa berkecambah, namun vigor benihnya

    rendah dan kecambahnya lebih lemah dibandingkan dengan benih yang sudah mencapai masak

    fisiologi.

    Pada benih yang sudah lewat masa masak fisiologisnya maka tingkat viabilitas dan

    vigornya akan terus menurun karena pada masa ini mulai terjadi Deteriorasi yaitu penurunan

    kualitas benih karena kerusakan sel-sel. Delouche (1983) secara umum menggambarkan daya

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    11/19

    berkecambah dan ukuran benih telah ma ksimum sebelum tercapai masak fisiologi. Berat kering

    dan vigor benih maksimum pada saat masak fisiologi. Berat kering, ukuran dan vigor benih

    setelah lewat fase masak fisiologi akan menurun secara perlahan - lahan, tetapi kadar air benih

    menurun dengan cepa t hingga tercapai keseimbangan dengan kondisi di lingkungan pertanaman.

    4.2.2 Uji Vigor

    Pada uji ini benih yang digunakan adalah benih Jagung yang ditanam pada media pasir

    dengan kedalaman berbeda. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa benih yang ditanam paling

    dekat dengan kedalaman 2 dan 5 cm tumbuh 100 %, sedangkan yang ditanam kedalaman 3 cm

    tumbuh 80 % dan kedalaman 4 cm tumbuh 67 %. Berbedaan daya tumbuh ini dipengaruhi oleh

    asupan oksigen ketika masa perkecambahan. Menurut S. Shah (2002) oksigen juga berperan

    dalam proses respirasi, pada saat perkecambahan berlangsung proses respirasi akan

    meningkat dan juga meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida. Kurang

    atau terbatasnya oksigen yang digunakan akan mengakibatkan menghambat proses

    perkecambahan benih. Dalam hal ini tingkat kedalaman penanaman benih juga dapat

    mempengaruhi perkecambahan benih. Selain itu kelalaian praktikan selama masa perawatan

    (seperti benih tidak disiram) juga dapat menjadi penyebab perbedaan daya tumbuh pada tiap

    kedalaman.

    4.2.3 Uji TZ

    Uji ini menggunakan Kedelai sebagai bahan perlakuan dan menggunakan larutan

    tetrazolium sebagai bahan penguji. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa untuk benih yang

    Viable memiliki daya viabilitas sebesar 60 %. Namun sebagian besar mengalami kerusakan pada

    radikula benih Waupun hanya kerusakan keci, sisanya mengalami kerusakan pada kotiledon.

    Sedangkan untuk benih Non Viable memiliki daya viabilitas 40 %, dimana saat dilakukan

    pengujian dengan larutan Tz sebagian besar radikula tidak berwarna.

    Menurut Louis N. Bass (1994) pengujian Tetrazolium merupakan pengujian viabilitas

    yang cepat bagi semua benih yang hidup, baik dorman maupun tidak dorman dengan pengirisan

    bagian embrio benih.

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    12/19

    Menurut Delouche dan Caldwell (1960) Pengujian Tetrazolium merupakan pengujian

    vigor secara tidak langsung. Pengujian ini memiliki kelebihan dan kelemahannya. Kelebihannya

    adalah pengujiannya lebih cepat memperoleh informasi, lebih sederhana dan memerlukan

    perlengkapan yang lebih sedikit disbanding pengujian langsung. Seperti hasil praktikum diatas

    dapat diketahui secara lebih sederhana informasi mengenai benih yang di uji yaitu memiliki

    viabilitas yang cukup tinggi 60 %. Sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat menilai semua

    factor kekuatan tumbuh sekaligus, terutama yang ada hubungannya dengan kerusakan mekanik

    dan abnormalitas morfologis. Seperti hasil praktikum hanya diketahui daya viabilitasnya saja

    tanpa diketahui benih mana yang abnormal dan factor-faktor penghambat viabilitas lainnya.

    Penentuan pola topografi pewarnaan TZ untuk tolok ukur viabilitas benih didasarkan

    pada perhitungan nilai Root Mean Square(RMS) antara hasil uji DB dan hasil uji TZ. Nilai RMS

    yang tinggi menunjukkan terdapat selisih yang tinggi antara jumlah benih viable dan jumlah

    kecambah normal yang menyebakan kesalahan dalam penentuan viablitas benih (Pant et al.,1999)

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    13/19

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Daya berkecambah setiap uji berbeda-beda tergantung perlakuan serta bahan yang di uji.

    Dari hasil praktikum berbagai metode pengujian yang berbeda dapat disimpulkan bahwa benih

    yang paling baik perkecambahannya (viabilitas) adalah benih yang sudah matang secara

    fisiologis. Jika terlalu mentah tidak akan maksimal viabilitasnya namun jika terlalu masak telah

    menurun viabilitasnya. Untuk jenis benih baru dan expired jelas lebih bagus benih baru dalam

    berkecambah, karena benih expired merupakan benih yang sudah habis masa simpannya

    sehingga daya berkecambahnya sudah tidak ada. Pada uji vigor benih yang ditanam paling dekat

    dengan permukaanlah yang berkecambah paling baik karena asupan oksigen yang lancar saat

    terjadi perkecambahan. Benih yang ditanam paling dalam mengalami kesulitan berespirasi

    karena asupan oksigen terhambat sehingga perkecambahan tidak terbentuk dengan baik. Pada uji

    TZ benih viable memiliki daya berkcambah sebesar 60 %, ditandai dengan radikula yang

    berwarna walaupun terdapat sedikit kerusakan pada kotiledon.

    Saran

    Pengumpulan laporan sebaiknya setelah Ujian Tengah Semester saja.

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    14/19

    DAFTAR PUSTAKA

    Copeland, Lo, Mb Mcdonald. 2001. Principles Of Seed Science And Technology. Fourth Edition.

    Kluwer Academic Publishers. London. 425 P.

    Delouche, J. C. 1983. Seed Maturation. References On Seed Operation For Workshop On

    Secondary Food Crop Seed. Missisippi.

    Delouche, J.C And C.C Baskin 1960. Seed Vigor Tests. Proc. Assoc. Off. Seed Anal.

    Hartono dan Purwono R, 2004. Produktivitas Jagung Unggul. Bayumedia Publishing. Malang.

    Hasanuddin, Et Al. 2012. Perubahan Fisiologi Dan Kandungan Klorofil Selama Pemasakan Serta

    Hubungannya Dengan Viabilitas Benih Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.). Fakultas

    Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh

    Justice, O. L Dan L. N. Bass. 2002. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Edisi 4. Pt. Raja

    Grafindo Persada. Jakarta. 446 Hal

    Kartasapoetra G, Ance. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih Dan Tuntunan Praktikum. PT

    Rineka Cipta. Jakarta.

    Louis. Bass N.1994. Prinsip Dan Praktek Penympangan Benih. PT Raja Grafirdo Persada.

    Jakarta.

    Nugraha, U.S., Rasam, S. Wahyuni. 2003. Evaluasi metoda pengujian daya berkecambah benih

    padi. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan.

    Pant, N.C., M. Purohit, R.B. Lal. 1999. Tetrazolium test for the seeds of Dendrocalanus strictus

    Nees. J. Seed Sci. Tech.

    Pramono, Eko. 2009. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Bandarlampung. Universitas

    Lampung.

    Sadjad, S. 1972. Kertas merang untuk uji viabilitas benih di Indonesia. Disertasi Doktor.

    Fakultas Pertanian IPB. Bogor

    Sadjad, S. 1994. Kualifikasi Metabolisme Benih. Pt Gramedia Widiasarana. Jakarta

    S. Shah, Fawad. E. Watson Clarence. R. Cabrera Edgar. 2002. Seed Vigor Testing of Subtropical

    Corn Hybrids. Mississippi Agricultural & Forestry Experiment Station. Mississippi.

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    15/19

    Yaja, Jantana, Elke Pawelzik, Suchada Vearasilp. 2005. Prediction of Soybean Seed Quality in

    Relation to Seed Moisture Content and Storage Temperature. Georg-August-

    Universitt Gttingen, Institute for Agricultural Chemistry, Germany.

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    16/19

    LAMPIRAN

    Perhitungan

    1. Perhitungan UAK Sawi (benih baru)

    % kecambah normal =

    =

    x 100 % = 80 %

    % kecambah abnormal =

    =

    x 100 % = 10 %

    % benih mati =

    = 0 %

    % benih segar tidak tumbuh =

    = 0 %

    % benih keras =

    = 0 %

    % daya tumbuh =

    =

    x 100%= 100 %

    Perhitungan UAK Terong (benih expired)

    % kecambah normal =

    = 0

    % kecambah abnormal =

    = 0

    % benih mati =

    =

    x 100%= 100 %

    % benih segar tidak tumbuh =

    = 0 %

    % benih keras =

    = 0 %

    % daya tumbuh =

    =

    x 100%= 0 %

    2. UDK (Sorgum)

    a. Baru

    % kecambah normal =

    = %

    % kecambah abnormal =

    =

    x 100 % = 13%

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    17/19

    % benih mati =

    =

    x 100 % = 87 %

    % benih segar tidak tumbuh =

    = 0%

    % benih keras =

    = 0 %

    % daya tumbuh =

    =

    x 100 % = 13%

    b. Ekspired

    % kecambah normal =

    = %

    % kecambah abnormal =

    =

    % benih mati =

    =

    x 100 % = 100 %

    % benih segar tidak tumbuh =

    = 0%

    % benih keras =

    = 0 %

    % daya tumbuh =

    = %

    c. < masak fisiologis

    % kecambah normal =

    = %

    % kecambah abnormal =

    =

    %

    % benih mati =

    =

    x 100 % = 90 %

    % benih segar tidak tumbuh =

    = 0%

    % benih keras =

    = 0 %

    % daya tumbuh =

    =

    %

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    18/19

    d. masak fisiologis

    % kecambah normal =

    = %

    % kecambah abnormal =

    =

    %

    % benih mati =

    =

    x 100 % = 90 %

    % benih segar tidak tumbuh =

    = 0%

    % benih keras =

    = 0 %

    % daya tumbuh =

    =

    %

    e. > masak fisiologis

    % kecambah normal =

    = %

    % kecambah abnormal =

    =

    %

    % benih mati =

    =

    x 100 % = 80 %

    % benih segar tidak tumbuh =

    = 0%

    % benih keras =

    = 0 %

    % daya tumbuh =

    =

    %

    3. UKDdp (Buncis)

    % kecambah normal =

    =

    x 100 % = 50 %

    % kecambah abnormal =

    =

    x 100 % = 50 %

    % benih mati =

    = 0 %

    % benih segar tidak tumbuh =

    = 0%

  • 5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx

    19/19

    % benih keras =

    = 0 %

    % daya tumbuh =

    =

    x 100 % = 100 %

    4. Daya Tumbuh Vigor (Jagung)

    Kedalaman 2 cm% daya tumbuh =

    =

    x 100%= 100 %

    Kedalaman 3 cm% daya tumbuh =

    =

    x100%= 80%

    Kedalaman 4 cm% daya tumbuh =

    =

    x100%=40%

    Kedalaman 5 cm% daya tumbuh =

    =

    x 100% = 100%

    5. Daya Tumbuh Uji Tz (Kedelai)

    Benih Viable = 60 %

    Benih Non-Viable = 40 %