Upload
willis-rinjani
View
109
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan UB
Citation preview
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
1/19
LAPORAN
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
METODE EKTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH
Disusun Oleh :
Nama : Muthia Rinjani Willis
NIM : 125040201111014
Kelas : Q2 (Kamis, 11.0012.40)
Asisten : Putri
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
2/19
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan
4.1.1.1 UAK
Parameter
Pengamatan
Benih baru Benih expired
Jumlah benih % Jumlah benih %
Normal (N) 18 90 0 0
Abnormal (AB) 2 10 0 0
Benih Mati (BM) 0 0 0 0
Benih Segar Tidak
Tumbuh (BSTT)
0 0 0 0
Benih Keras (BK) 0 0 0 0
4.1.1.2 UDK
Parameter
Pengamatan
Benih baru Benih expired
Jumlah benih % Jumlah benih %
Normal (N) 0 0 0 0
Abnormal (AB) 4 13 0 0
Benih Mati (BM) 26 87 10 100
Benih Segar Tidak
Tumbuh (BSTT)
0 0 0 0
Benih Keras (BK) 0 0 0 0
Parameter
Pengamatan
< Masak Fisiologis Masak Fisiologis >Masak Fisiologis
Jumlah
benih
% Jumlah
benih
% Jumlah
benih
%
Normal (N) 0 0 0 0 0 0
Abnormal
(AB)
1 10 1 10 2 20
Benih Mati(BM)
9 90 9 90 8 80
Benih Segar
Tidak
Tumbuh
(BSTT)
0 0 0 0 0 0
Benih Keras
(BK)
0 0 0 0 0 0
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
3/19
4.1.1.3 UKDdp
Parameter
Pengamatan
Benih baru Benih expired
Jumlah
benih
% Jumlah
benih
%
Normal (N) 5 50 0 0Abnormal (AB) 5 50 0 0
Benih Mati
(BM)
0 0 0 0
Benih Segar
Tidak Tumbuh
(BSTT)
0 0 0 0
Benih Keras
(BK)
0 0 0 0
4.1.1.4 VIGOR
Parameter
Pengamatan
Kedalaman
2cm 3cm 4cm 5cm
Normal (N) 5 4 2 5
Abnormal (AB) 0 0 0 0
Benih Mati
(BM)
0 0 0 0
Benih Segar
Tidak Tumbuh
(BSTT)
0 1 3 0
Benih Keras(BK)
0 0 0 0
4.1.1.5 UJI TZ
Kategori Jumlah
Benih Viable Sebagian besar terjadi
kerusakan kecil pada
kotiledon
1
Sebagian besar terjadi
kerusakan kecil padaradikula
4
Sebagian besar terjadi
kerusakan kecil pada
kotiledon dan radikula
1
Jumlah Viable 6
Presentasi 60%
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
4/19
Kategori Jumlah
Benih non viable Sebagian besar kotiledon
tidak berwarna
1
Sebagian besar radikula
tidak berwarna
2
Kotiledon dan radikulatidak berwarna
1
Jumlah Benih 4
Presentasi 40%
4.1.2 Tabel Dokumentasi
4.1.2.1 Tabel UAK
Ekspired Baru
4.1.2.2 Tabel UDK
Ekspired Baru
Belum Masak Fisiologis
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
5/19
Masak Fisiologis
Over Masak Fisiologis
4.1.2.3 Tabel UKDdp
Ekspired Baru
Tidak Ada
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
6/19
4.1.2.4 VIGOR
KEDALAMAN
2 CM
3 CM
4 CM
5 CM
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
7/19
4.1.2.5 UJI TZ
Benih Benih
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
8/19
4.2 Pembahasan
4.2.1 Uji Viabilitas
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam berbagai
fenomena fisiologis maupun biokimiawi (Sadjad, 1994). Pengujian viabilitas benih umumnya
dilakukan dengan menggunakan substrat kertas atau pasir. Penelitian Nugraha et al. (2003) juga
menunjukkan bahwa kertas merang sebagai substrat pengujian daya berkecambah benih
memberikan hasil yang nyata lebih tinggi dibandingkan kertas CD.
4.2.1.1 Perbandingan daya berkecambah benih expired dan benih baru
4.2.1.1.1 UAK (Uji Antara Kertas)
Pada uji ini benih yang digunakan adalah benih Terong expired dan benih Sawi baru.
Dari hasi pengamatan diketahui bahwa untuk benih expired tidak tumbuh sama sekali, sedangkan
benih baru tumbuh semuanya. Hal ini dapat terjadi karena pada benih expired daya sudah
tersimpan terlalu lama tidak segera ditanam, menandakan bahwa masa atau daya simpan benih
ini sudah habis sehingga saat ditanam tidak tumbuh dan berkecambah atau dengan kata lain
kemampuan hidup (viabilitas) sudah tidak ada. Pada benih Sawi baru tumbuh seluruhnya dari
sepuluh biji yang diamati dua diantaranya adalah kecambah abnormal karena ukurannya yang
lebih kecil dibanding dengan yang lainnya, namun tumbuhnya kesepuluh benih ini menunjukan
bahwa daya simpan dan daya berkecambahnya (viabilitas) masih ada. Menurut Hartono (2004)
Perkecambahan merupakan tahap awalperkembangan suatutumbuhan, khususnyatumbuhan
berbiji. Dalam tahap ini,embrio di dalambiji yang semula berada pada
kondisidorman mengalami sejumlah perubahanfisiologis yang menyebabkan ia berkembang
menjaditumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagaikecambah. Pada tanaman,
pertumbuhan dimulai dari proses perkecambahan biji. Perkecambahan dapat terjadi apabila
kandungan air dalam biji semakin tinggi karena masuknya air ke dalam biji melalui prosesimbibisi. Apabila proses imbibisi sudah optimal, dimulailah perkecambahan.
Perlakuan pengujian di antara kertas ini juga membuat benih menjadi lembab namun
tidak kelebihan air karena sifat kertas merang yang memiliki substrat. Sehingga benih lebih
mudah berimbibisi dan pertumbuhan kecambah menjadi lebih optimal.
http://id.wikipedia.org/wiki/Biologi_perkembanganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_berbijihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_berbijihttp://id.wikipedia.org/wiki/Embriohttp://id.wikipedia.org/wiki/Bijihttp://id.wikipedia.org/wiki/Dormansihttp://id.wikipedia.org/wiki/Fisiologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kecambahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kecambahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Fisiologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Dormansihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bijihttp://id.wikipedia.org/wiki/Embriohttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_berbijihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_berbijihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Biologi_perkembangan5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
9/19
4.2.1.1.2 UDK (Uji Di atas Kertas)
Pada uji ini benih yang digunakan adalah benih hasil panen Sorgum. Sama halnya
dengan UAK pengamatan dilakukan pada benih Sorgum expired dan baru. Untuk benih baru
diambil benih yang belum masak fisiologis, masak fisiologi, serta over masak fisiologis. Pada
Sorgum expired tidak terjadi perkecambahan dan justru tubuh jamur karena perlakuan Uji Diatas
Kertas yang diberikan air secara berkala justru membuat jamur yang tumbuh. Dari hasil
pengamatan semua jenis umur Sorgum yang di uji tidak ada yang berkecambah. Hal ini dapat
terjadi karena benih Sorgum sudah di panen dari jauh hari dan sudah dikeringkan beberapa hari
sebelum di uji. Selain itu karena umur fisiologis yang digunakan adalah belum masak fisiologis
sehingga daya viabilitasnya masih belum cukup untuk berkecambah dengan baik, lalu yang umur
fisiologisnya telah lewat masa masak fisiologis telah mengalami deteriorasi sehingga daya
viabilitasnya juga sudah menurun. Sedangkan untuk benih yang masak fisiologis tidak
berkecambah dapat disebabkan oleh factor eksternal seperti suhu, kelembapan, dll. Menurut
Pramono (2009) factor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan ialah air, temperatur, cahaya,
dan media perkecambahan.Karena menggunakan uji di atas kertas sehingga benih lebih terbukadan tingkat respirasi meningkat maka kehilangan kadar air yang seharusnya digunakan untuk
berimbibisi tidak ada. Selain itu pada masa pengmatan praktikan kurang memerhatikan kondisi
kelembapan benih.
4.2.1.1.3 UKDdp (Uji Kertas Digulung di Dirikan+Plastik)
Pada uji ini benih yang digunakan adalah benih Buncis. Ukuran benih ini termasuk
besar diantara benih lainnya. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa dari kesepuluh benih yang
ditanam semuanya berkecambah. Menurut Pramono (2009) Ukuran benih ini sangat berpengaruh
karena benih yang besar dan berat mengandung cadangan makanan dibandingkan benih-benih
kecil sehingga daya perkecambahannya tinggi dan itu juga dikarenakan bahan baku yang
terdapat pada benih besar dan energi bagi embrio sangat banyak. Hanya saja separuh dari benihyang tumbuh merupakan benih abnormal karena ukurannya yang lebih kecil dari benih lainnya.
Hal ini dapat terjadi kerena pengaruh perlakuan pengujian yang menggunakan kertas diguling
serta ditutup plastic sehingga respirasi menjadi terhambat. Menurut Kartasapoetra (2003)
tingginya kadar air yang menyebabkan struktur membran mitokondria tidak teratur sehingga
permeabilitas membran meningkat. Banyak metabolit antara lain gula, asam amino dan lemak
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
10/19
yang bocor keluar sel disebabkan peningkatan permeabilitas membran. Dengan demikian
substrat untuk respirasi berkurang sehingga energi yang dihasilkan untuk berkecambah
berkurang. Suhu dan kadar air tinggi merupakan faktor penyebab menurunnya daya
berkecambah dan vigor.
4.2.1.2 Perbandingan daya berkecamah benih < masak fisiologis, masak fisiologis, > masak
fisiologis
Pada pengujian UDK menggunakan benih hasil panen Sorgum. Ketiga jenis umur
Sorgum tersebut tidak ada yang berkecambah. Untuk benih yang belum masak fisiologis
umumnya tidak memiliki daya tumbuh atau berkecambah. Menurut Justice, O.L., dan Louis, N.B
(1990) Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya belum tercapai maka tidak
mempunyai viabilitas yang tinggi. Oleh karena itu benih yang akan dihasilkan tidak akan
berkecambah karena benih tersebut belum mempunyai cadangan makanan yang cukup dan juga
pembentukan embrionya belum sempurna.
Menurut penelitian yang dilakukan Hasanuddin (2012) pada kommoditas Jarak Pagar
bahwa benih yang memiliki daya viabilitas dan vigor tinggi merupakan benih yang dipanen tepat
saat masa masak fisologisnya. Karena pada saat tersebut kadar air benih menurun sehingga dapat
meningkatkan daya simpan dan viabilitas benih dalam berkecambah. Pemanenan benih pada
tingkat kemasakan yang tepat (masak fisiologi) sangatlah penting untuk mendapatkan tingkat
mutu benih yang tinggi dan daya simpan yang panjang. Pemanenan yang dianjurkan adalah pada
saat vigor maksimum (daya tumbuh maksimum), bobot kering benih maksimum, penurunan
kadar air benih (sampai mencapai kadar air keseimbangan) dan peningkatan perkecambahan
Copeland dan Mcdonald (2001) menyatakan bahwa beberapa jenis benih dapat
berkecambah hanya beberapa hari setelah pembuahan, jauh sebelum masak fisiologinya tercapai.
Walaupun benih yang belum masak fisiologi sudah bisa berkecambah, namun vigor benihnya
rendah dan kecambahnya lebih lemah dibandingkan dengan benih yang sudah mencapai masak
fisiologi.
Pada benih yang sudah lewat masa masak fisiologisnya maka tingkat viabilitas dan
vigornya akan terus menurun karena pada masa ini mulai terjadi Deteriorasi yaitu penurunan
kualitas benih karena kerusakan sel-sel. Delouche (1983) secara umum menggambarkan daya
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
11/19
berkecambah dan ukuran benih telah ma ksimum sebelum tercapai masak fisiologi. Berat kering
dan vigor benih maksimum pada saat masak fisiologi. Berat kering, ukuran dan vigor benih
setelah lewat fase masak fisiologi akan menurun secara perlahan - lahan, tetapi kadar air benih
menurun dengan cepa t hingga tercapai keseimbangan dengan kondisi di lingkungan pertanaman.
4.2.2 Uji Vigor
Pada uji ini benih yang digunakan adalah benih Jagung yang ditanam pada media pasir
dengan kedalaman berbeda. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa benih yang ditanam paling
dekat dengan kedalaman 2 dan 5 cm tumbuh 100 %, sedangkan yang ditanam kedalaman 3 cm
tumbuh 80 % dan kedalaman 4 cm tumbuh 67 %. Berbedaan daya tumbuh ini dipengaruhi oleh
asupan oksigen ketika masa perkecambahan. Menurut S. Shah (2002) oksigen juga berperan
dalam proses respirasi, pada saat perkecambahan berlangsung proses respirasi akan
meningkat dan juga meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida. Kurang
atau terbatasnya oksigen yang digunakan akan mengakibatkan menghambat proses
perkecambahan benih. Dalam hal ini tingkat kedalaman penanaman benih juga dapat
mempengaruhi perkecambahan benih. Selain itu kelalaian praktikan selama masa perawatan
(seperti benih tidak disiram) juga dapat menjadi penyebab perbedaan daya tumbuh pada tiap
kedalaman.
4.2.3 Uji TZ
Uji ini menggunakan Kedelai sebagai bahan perlakuan dan menggunakan larutan
tetrazolium sebagai bahan penguji. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa untuk benih yang
Viable memiliki daya viabilitas sebesar 60 %. Namun sebagian besar mengalami kerusakan pada
radikula benih Waupun hanya kerusakan keci, sisanya mengalami kerusakan pada kotiledon.
Sedangkan untuk benih Non Viable memiliki daya viabilitas 40 %, dimana saat dilakukan
pengujian dengan larutan Tz sebagian besar radikula tidak berwarna.
Menurut Louis N. Bass (1994) pengujian Tetrazolium merupakan pengujian viabilitas
yang cepat bagi semua benih yang hidup, baik dorman maupun tidak dorman dengan pengirisan
bagian embrio benih.
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
12/19
Menurut Delouche dan Caldwell (1960) Pengujian Tetrazolium merupakan pengujian
vigor secara tidak langsung. Pengujian ini memiliki kelebihan dan kelemahannya. Kelebihannya
adalah pengujiannya lebih cepat memperoleh informasi, lebih sederhana dan memerlukan
perlengkapan yang lebih sedikit disbanding pengujian langsung. Seperti hasil praktikum diatas
dapat diketahui secara lebih sederhana informasi mengenai benih yang di uji yaitu memiliki
viabilitas yang cukup tinggi 60 %. Sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat menilai semua
factor kekuatan tumbuh sekaligus, terutama yang ada hubungannya dengan kerusakan mekanik
dan abnormalitas morfologis. Seperti hasil praktikum hanya diketahui daya viabilitasnya saja
tanpa diketahui benih mana yang abnormal dan factor-faktor penghambat viabilitas lainnya.
Penentuan pola topografi pewarnaan TZ untuk tolok ukur viabilitas benih didasarkan
pada perhitungan nilai Root Mean Square(RMS) antara hasil uji DB dan hasil uji TZ. Nilai RMS
yang tinggi menunjukkan terdapat selisih yang tinggi antara jumlah benih viable dan jumlah
kecambah normal yang menyebakan kesalahan dalam penentuan viablitas benih (Pant et al.,1999)
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
13/19
PENUTUP
Kesimpulan
Daya berkecambah setiap uji berbeda-beda tergantung perlakuan serta bahan yang di uji.
Dari hasil praktikum berbagai metode pengujian yang berbeda dapat disimpulkan bahwa benih
yang paling baik perkecambahannya (viabilitas) adalah benih yang sudah matang secara
fisiologis. Jika terlalu mentah tidak akan maksimal viabilitasnya namun jika terlalu masak telah
menurun viabilitasnya. Untuk jenis benih baru dan expired jelas lebih bagus benih baru dalam
berkecambah, karena benih expired merupakan benih yang sudah habis masa simpannya
sehingga daya berkecambahnya sudah tidak ada. Pada uji vigor benih yang ditanam paling dekat
dengan permukaanlah yang berkecambah paling baik karena asupan oksigen yang lancar saat
terjadi perkecambahan. Benih yang ditanam paling dalam mengalami kesulitan berespirasi
karena asupan oksigen terhambat sehingga perkecambahan tidak terbentuk dengan baik. Pada uji
TZ benih viable memiliki daya berkcambah sebesar 60 %, ditandai dengan radikula yang
berwarna walaupun terdapat sedikit kerusakan pada kotiledon.
Saran
Pengumpulan laporan sebaiknya setelah Ujian Tengah Semester saja.
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
14/19
DAFTAR PUSTAKA
Copeland, Lo, Mb Mcdonald. 2001. Principles Of Seed Science And Technology. Fourth Edition.
Kluwer Academic Publishers. London. 425 P.
Delouche, J. C. 1983. Seed Maturation. References On Seed Operation For Workshop On
Secondary Food Crop Seed. Missisippi.
Delouche, J.C And C.C Baskin 1960. Seed Vigor Tests. Proc. Assoc. Off. Seed Anal.
Hartono dan Purwono R, 2004. Produktivitas Jagung Unggul. Bayumedia Publishing. Malang.
Hasanuddin, Et Al. 2012. Perubahan Fisiologi Dan Kandungan Klorofil Selama Pemasakan Serta
Hubungannya Dengan Viabilitas Benih Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.). Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh
Justice, O. L Dan L. N. Bass. 2002. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Edisi 4. Pt. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 446 Hal
Kartasapoetra G, Ance. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih Dan Tuntunan Praktikum. PT
Rineka Cipta. Jakarta.
Louis. Bass N.1994. Prinsip Dan Praktek Penympangan Benih. PT Raja Grafirdo Persada.
Jakarta.
Nugraha, U.S., Rasam, S. Wahyuni. 2003. Evaluasi metoda pengujian daya berkecambah benih
padi. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan.
Pant, N.C., M. Purohit, R.B. Lal. 1999. Tetrazolium test for the seeds of Dendrocalanus strictus
Nees. J. Seed Sci. Tech.
Pramono, Eko. 2009. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Bandarlampung. Universitas
Lampung.
Sadjad, S. 1972. Kertas merang untuk uji viabilitas benih di Indonesia. Disertasi Doktor.
Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Sadjad, S. 1994. Kualifikasi Metabolisme Benih. Pt Gramedia Widiasarana. Jakarta
S. Shah, Fawad. E. Watson Clarence. R. Cabrera Edgar. 2002. Seed Vigor Testing of Subtropical
Corn Hybrids. Mississippi Agricultural & Forestry Experiment Station. Mississippi.
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
15/19
Yaja, Jantana, Elke Pawelzik, Suchada Vearasilp. 2005. Prediction of Soybean Seed Quality in
Relation to Seed Moisture Content and Storage Temperature. Georg-August-
Universitt Gttingen, Institute for Agricultural Chemistry, Germany.
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
16/19
LAMPIRAN
Perhitungan
1. Perhitungan UAK Sawi (benih baru)
% kecambah normal =
=
x 100 % = 80 %
% kecambah abnormal =
=
x 100 % = 10 %
% benih mati =
= 0 %
% benih segar tidak tumbuh =
= 0 %
% benih keras =
= 0 %
% daya tumbuh =
=
x 100%= 100 %
Perhitungan UAK Terong (benih expired)
% kecambah normal =
= 0
% kecambah abnormal =
= 0
% benih mati =
=
x 100%= 100 %
% benih segar tidak tumbuh =
= 0 %
% benih keras =
= 0 %
% daya tumbuh =
=
x 100%= 0 %
2. UDK (Sorgum)
a. Baru
% kecambah normal =
= %
% kecambah abnormal =
=
x 100 % = 13%
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
17/19
% benih mati =
=
x 100 % = 87 %
% benih segar tidak tumbuh =
= 0%
% benih keras =
= 0 %
% daya tumbuh =
=
x 100 % = 13%
b. Ekspired
% kecambah normal =
= %
% kecambah abnormal =
=
% benih mati =
=
x 100 % = 100 %
% benih segar tidak tumbuh =
= 0%
% benih keras =
= 0 %
% daya tumbuh =
= %
c. < masak fisiologis
% kecambah normal =
= %
% kecambah abnormal =
=
%
% benih mati =
=
x 100 % = 90 %
% benih segar tidak tumbuh =
= 0%
% benih keras =
= 0 %
% daya tumbuh =
=
%
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
18/19
d. masak fisiologis
% kecambah normal =
= %
% kecambah abnormal =
=
%
% benih mati =
=
x 100 % = 90 %
% benih segar tidak tumbuh =
= 0%
% benih keras =
= 0 %
% daya tumbuh =
=
%
e. > masak fisiologis
% kecambah normal =
= %
% kecambah abnormal =
=
%
% benih mati =
=
x 100 % = 80 %
% benih segar tidak tumbuh =
= 0%
% benih keras =
= 0 %
% daya tumbuh =
=
%
3. UKDdp (Buncis)
% kecambah normal =
=
x 100 % = 50 %
% kecambah abnormal =
=
x 100 % = 50 %
% benih mati =
= 0 %
% benih segar tidak tumbuh =
= 0%
5/26/2018 laporan praktikum Daya Perkecambahan.docx
19/19
% benih keras =
= 0 %
% daya tumbuh =
=
x 100 % = 100 %
4. Daya Tumbuh Vigor (Jagung)
Kedalaman 2 cm% daya tumbuh =
=
x 100%= 100 %
Kedalaman 3 cm% daya tumbuh =
=
x100%= 80%
Kedalaman 4 cm% daya tumbuh =
=
x100%=40%
Kedalaman 5 cm% daya tumbuh =
=
x 100% = 100%
5. Daya Tumbuh Uji Tz (Kedelai)
Benih Viable = 60 %
Benih Non-Viable = 40 %