Upload
leque
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Penelitian
Metode Didik Orang Tua dan Guru Terhadap Pola Pikir Kreatifitas Anak
Oleh :
1. Sri Mulyani {11102120}2. Nur Indah Sari
{11100915}3. Maya Aryani {11100956}4. Aditya Sulistyani {11101267}5. Sarah Nuriati A {11101427}6. Nurfazriana {11101741}7. Tri Handoko
{11100616}8. Agus Kurniawan {11102894}9. Linda Desiyanti {11103112}10. Reni Padliani
{11103294}
Komputerisasi akuntansiAkademi Bina Sarana Informatika
Jakarta
2011KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya atas
berkah dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
observasi character building ini dengan jadwal yang telah ditentukan. Makalah
character building ini disusun guna memenuhi tugas yang diberikan dosen kami untuk
mendapatkan nilai yang baik pada mata kuliah ini.
Penelitian ini, bertujuan untuk mengungkapkan beberapa pengaruh terhadap
Metode didik orang tua dan guru serta pola pikir kreatifitas anak. Yang kami
rangkum dari hasil observasi dan wawancara narasumber yang berkaitan dengan
judul makalah kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik dan
dapat dikumpulkan tepat pada waktunya. Serta semua pihak yang turut membantu
sehingga terwujudnya penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan kami di masa yang akan datang. Semoga makalah penelitian ini dapat
berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca yang berminat pada umumnya.
Jakarta 27 Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman
Kata Pengantar ..........................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................4
1.3 Ruang Lingkup ..............................................................................5
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................6
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Sistem .....................................................................6
2.1.1 Pengertian Sistem ........................................................................6
2.1.2 Karakteristik Sistem ....................................................................8
2.1.3 Klasifikasi Sistem ........................................................................9
2.2 Peralatan Pendukung .....................................................................14
2.2.1 Diagram Arus Data .....................................................................14
2.2.2 Kamus Data.................................................................................17
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS
3.1 Carut- Marut Sistem Pendidikan ...................................................6
3.2 Doktrinasi Terhadap Pola Pikir Kreatifitas Anak .........................14
3.1 Analisa Pemecahan Masalah .........................................................6
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.....................................................................................84
4.2 Saran...............................................................................................86
Daftar Pustaka ...........................................................................................................87
Daftar Riwayat Hidup ...............................................................................................88
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini sering kali kita melihat perilaku anak terhadap orang tua,
begitu pun orang tua terhadap anak. Sepertinya sangat mengkhawatirkan karena
tidak sedikit anak-anak yang melawan atau membantah semua perintah orang tua
(dalam hal positif), begitu juga dengan cara didik orang tua yang sangat tidak
mencerminkan orang tua sesungguhnya. Karena orang tua sekarang justru
mengajarkan anaknya pada hal yang tidak semestinya anak itu lakukan, tidak
sedikit orang tua yang menyuruh anaknya bekerja diwaktu sekolah dan menyuruh
mereka melakukan sesuatu dengan kasar, sehingga anak itu sendiri menjadi takut.
Ada pula cara didik orang tua yang kami anggap salah, kebanyakan orang tua
sekarang selalu menuruti semua perkataan anaknya dan mengikuti semua keinginan
anaknya sehingga anak itu menjadi manja. Ketika orang tua tidak bisa melakukan
semua keinginannya, anak itu menjadi pemberontak dan membuat anak itu
mencontoh semua perilaku orang tuanya, karena cara didik yang salah itu lah
membuat anak melawan orang tuanya sendiri.
Selain pola didik yang salah terhadap anak, masalah lain yang masih dihadapi
di Indonesia ini adalah carut marut yang mendilema di setiap kegiatan pendidikan
seolah mengharapkan agar sumber-sumber daya dinamis perlu berkualifikasi agar
keterpurukan, ketidakberdayaan, dan kepasrahan yang coba tumbuh dan memekar
di dalamnya dapat terkikis habis. Guru dihadapkan pada wacana untuk menjawab
dilematis yang ada dengan melakukan evaluasi atau pembenahan, perbaikan, serta
perubahan dan mendasar dalam pembelajaran, agar posisi kebutuhan pendidikan
yang mendasar dan hakiki dapat terlaksana.
Pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut
terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia,yakni pengajar sebagai
komunikator dan pelajar sebagai komunikan.Pada tingkatan apapun,proses antara
pengajar dan pelajar hakikatnya sama saja. Perbedaannya hanya pada jenis pesan
serta kualitas yang disampaikan oleh pengajar kepada pelajar .
Ada pula perilaku guru pada anak muridnya disekolah, seringkali kami
melihat guru yang cuek terhadap anak muridnya, padahal anak muridnya itu
melakukan kesalahan, kami melihat ada beberapa guru dengan mudahnya menerima
uang dari orang tua murid asalkan anaknya mendapatkan nilai yang bagus, itu
membuat pola pikir anak sangat jauh dari kreatifitas belajar melainkan menjadikan
si anak itu pemalas.
Mengacu pada fungsi komunikasi didalam pendidikan yaitu pengalihan ilmu
pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentuk watak,dan
pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang
kehidupan. Sehingga suatu komunikasi itu penting seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya yaitu untuk menyampaikan sebuah pesan yang dapat di pahami agar
mampu menghasilkan tanggapan yang dapat di mengerti oleh kedua belah pihak.
Dengan paradigma baru melalui sistem pembelajaran “penciptaan konsep”
pada pola pikir anak, guru dan orang tua dapat mengelola kemampuan dasar anak
dengan kompetensi dasar yang diterima, bukan dengan penuangan ilmu tetapi
diharapkan melalui pembentukan mental berpikir yang mandiri, sehingga anak
dapat menemukan banyak konsep baru dan menjadi inovator serta motivasi daya
pikir anak. Jika beberapa pengalaman pembelajaran tersebut terjadi maka dapat
dikatakan bahwa situasi belajar antara guru dan siswa akan menjadi suatu
Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) serta
hubungan baik dengan orang tua dapat terjalin, demikian juga dengan pola pikirnya
yang kian membentuk menjadi pribadi yang mandiri, kretif dan inovatif.
Penatalaksanaan dalam tugas orang tua dan guru tentunya perlu diarahkan
selalu pada prinsip dasar bahwa sebuah pengabdian adalah tuntutan batin yang tidak
semestinya dijadikan suatu beban, melainkan adalah suatu kewajiban. Kami sangat
prihatin pada kenyataan semua ini, akhirnya kami memutuskan mengambil judul
makalah kami dengan judul
“METODE DIDIK ORANG TUA DAN GURU TERHADAP POLA PIKIR
KREATIFITAS ANAK “. Mudah-mudahan dari makalah kami ini, kami dapat
memberikan jalan keluar bagi orang tua dan guru untuk memperlakukan anak pada
semestinya .
1.2 Identifikasi Masalah
1. Mengetahui tujuan pendidikan nasional
2. Menguraikan masalah mahalnya biaya pendidikan
3. Menguraikan masalah terkait Ujian Nasional (UN)
4. Menguraikan masalah biaya komersil
5. Menjelaskan tentang masalah komunikasi satu arah
6. Menjelaskan tentang penentuan kualitas siswa
7. Menjelaskan masalah pemerataan pendidikan di daerah
8. Mengurai masalah pembentukkan karakter/pribadi anak
9. Hal yang harus dilakukan anak untuk bisa berkreatifitas
10. Menjelaskan tentang indikator kretifitas anak
11. Menjelaskan cara-cara berpikir kreatif
12. Menjelaskan masalah perbedaan prinsip oran tua dan anak
13. Hal yang harus dilakukan, peranan orang tua dan faktor penghambat anak
untuk bisa berkreatifitas
1.3 Pembatasan MasalahPenyajian dan analisa yang dilakukan berdasarkan data yang ada pada hasil
penelitian diberbagai sekolah dari tingkat pendidikan usia dini maupun tingkat
Sekolah Lanjutan, orangtua maupun pihak yang terkait dalam masalah ini. Penulis
akan membatasi ruang lingkup penelitian pada masalah Carut-marut Sistem
Pendidikan dan Doktrinasi terhadap Pola pikir Kreatifitas Anak. Didalam penulisan
riset mata kuliah Character Building ini, penulis menggunakan pembahasan yang
cukup luas dan agar dapat mencapai sasaran maka ruang lingkup pembahasan
meliputi subyek yang akan diwawancarai, meminimalkan biaya dan waktu yang
diperlukan serta kemampuan yang semaksimal mungkin dalam mengolah data serta
dalam penyusunan makalah agar penulisan riset ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
1.4 Tujuan dan ManfaatManfaat dalam penulisan riset ini adalah sebagai berikut:
Mengetahui pembentukan pola pikir anak
Memperbaiki cara didik orang tua dan guru
Mengenal lebih jauh karakter anak
Memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada
Mengetahui peran orangtua dan guru dalam pembentukan pola pikir anak
Mengenal keterpurukan sistem pendidikan
Menerapkan program kebijakan pemerintah terhadap sistem pendidikan agar
terlaksana dengan baik
Menyadari tentang arti pendidikan sesungguhnya
Tujuan dari penulisan riset ini adalah untuk memenuhi salah satu mata kuliah
Character Building pada semester 3 jurusan Komputerisasi Akuntansi AMIK BSI.
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut Jerry Fitz Gerald dan Warren D. Stalling Jr. Suatu sistem adalah
Suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul
bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu
sasaran yang tertentu.
[Jogiyanto H.M, 1999 hal 1] Pengertian sistem menurut Drs. Komaruddin
diartikan suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang berhubungan satu sama
lainnya serta prosedur-prosedur yang berkaitan untuk melaksanakan dan
memudahkan pelaksanaan kegiatan dan suatu organisasi.
Pengertian pendidikan dalam arti luas adalah hidup (segala pengalaman
belajar yg berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi
hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir). Dalam arti
sempit adalah sekolah (pengajaran yang di selenggarakan disekolah sebagai lembaga
pendidikan formal, segala pengaruh yang di upayakan sekolah terhadap anak dan
remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan
kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka).
Dalam pendidikan perlu diketahui juga tentang pola pikir seorang anak,
pengertian Pola adalah model,cara kerja, sistem dan pengertian pikir adalah akal
budi,ingatan. Jadi pengertian pola pikir adalah model berfikir atau tata cara
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Berikut
adalah beberapa contoh dari pola pikir:
Pola pikir yang menghambat : egois, bermalas-malasan,
senioritas(lingkungan), sikap mental, negative thingking, konflik interest,
kurang PD, tertutup, mencari kambing hitam, menunda pekerjaan membuang
waktu, dll.
Pola pikir yang menunjang : kerja sebagai ibadah, selalu memotivasi diri,
optimis, percaya diri, kreatif, jujur, kerja keras, ulet, dapat dipercaya, tekun, dll.
Kreatifitas adalah suatu bidang kajian yang kompleks, yang menimbulkan
berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan definisi kreativitas yang dikemukakan
oleh banyak ahli merupakan definisi yang saling melengkapi. Sudut pandang para
ahli terhadap kreativitas menjadi dasar perbedaan dari definisi kreativitas.
Inovatif/inovasi berasal dari bahasa latin yaitu innovation yang berarti
pembaharuan dan perubahan. Inovasi merupakan suatu perubahan yang baru menuju
kearah perbaikan yang lain atau berbeda dari yang sudah ada, yang dilakukan dengan
sengaja dan berencana atau tidak secara kebetulan.
Menurut Ansyar,Nurtain(1991) menjelaskan bahwa inovasi adalah gagasan,
perbuatan, atau sesuatu yang baru dalam konteks sosial tertentu untuk menjawab
masalah yang dihadapi.
Menurut Santoso(1974) tujuan utama inovasi adalah meningkatkan sumber-
sumber tenaga, uang dan sarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi.
Menurut Laswell dalam buku Wiryanto (2004,10)
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikasi kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Komunikasi sebagai fungsi sosial itu sendiri memiliki fungsi menurut Sean
Mc.Bride Seperti yang dikutip Deddy Mulyana dalam bukunya ilmu komunikasi
suatu pengantar (2002,25) “Informasi adalah pengumpulan, penyimpanan,
pemprosesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan
bereaksi secara jelas terhadap kondisi sosial, lingkungan dan orang lain agar dapat
mengambil keputusan yang tepat ” .
Mengacu pada peningkatan kualitas guru dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan adalah UU nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen ,bahwa guru
diperlakukan sebagai tenaga professional yang memiliki hak dan ikut serta
berpartisipasi dalam proses penentuan dan pengambilan kebijaksanaan pendidikan
dan memiliki tanggung jawab untuk kreatif dan mengembangkan metode
pembelajaran yang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi .
Rendahnya mutu pendidikan juga diakui oleh pakar pendidikan Prof.Dr.HAR
Tilaar “Indonesia sulit bangkit dari krisis akibat bobroknya sistem pendidikan”.
Intinya karena sistem pendidikan di negeri ini tidak baik maka berakibat pada
buruknya mutu pendidikan.
Menurut UU No.20 tahun 2003 menyatakan “Pembelajaran sebagai proses
belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang
dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan materi dengan baik”.
Kata perkembangan sering kali dikaitkan dengan pertumbuhan dan
kematangan, ketiganya mempunyai hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini,
terdapat 3 pandangan menurut para filosofi, yaitu :
1.Pandangan Nativisme (Nativism) / Pembawaan
Penganut aliran ini adalah seorang filosof Jerman Arthur Schopenhouer ( 1788-1880)
berpendapat bahwa “Seorang bayi lahir sudah memiliki sifat bawaan baik dan buruk,
oleh karena itu pendidikan ditentukan sejak lahir”. Jadi, menurut paham ini hanya
menekankan pada kehidupan anak sendiri yang bersifat alami sebagai makhluk
biologi dalam perkembangannya.
2.Pandangan Naturalisme / Kodrat Alam
Dipelopori oleh filosof Perancis JJ. Rouseau (1712-1778), pandangan lebih
ditekankan pada sifat dan hakekat anak, dengan kata lain pendidikan bukan hal yang
utama. Ia ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba
dibuat-buat sehingga kebaikan anak yang diperoleh secara alamiah sejak lahir dapat
tampak secara spontan dan bebas.
3.Pandangan empirisme
Perintis pandangan ini adalah seorang filosof Inggris Jhon Locke (1704-1932).
Paham ini bertentangan dengan pandangan nativisme. Menurut pendapatnya bahwa
anak itu sejak lahir belum membawa apapun. Menurut pandangan ini,perkembangan
anak tergantung pada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak berpengaruh besar.
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
3.1 Carut-Marut Sistem Pendidikan
Pendidikan melalui kelembagaan dapat terlihat dari pendidikan agama
terdapat pada madrasah-madrasah, institut agama, dan pesantren dari tingkat
pendidikan usia dini sampai tingkat Sekolah Lanjutan. Dan lembaga-lembaga tersebut
dikelola oleh Departemen Agama. Sementara pendidikan umum melalui Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah, Kejuruan, serta Perguruan Tinggi dikelola oleh
Departemen Pendidikan Nasional. Sistem pendidikan seperti ini tentu saja tidak akan
melahirkan peserta didik yang memiliki kemampuan menjawab tantangan
perkembangan melalui penguasaan sains dan teknologi sekaligus juga memiliki
kepribadian berupa perilaku yang mulia tanpa adanya dorongan serta pembelajaran
yang baik tentang arti pentingnya pendidikan serta doktrinasi-doktrinasi dalam
pembentukan dan perkembangan kreatifitas anak yang mengacu pada. Mengacu pada
tujuan pendidikan nasional sendiri adalah untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Saat ini mungkin tidak sedikit dari output peserta
didik kita yang berhasil menguasai sains dan teknologi melalui pendidikan umum,
namun tidak sedikit pula diantara mereka yang kurang memiliki kepribadian yang
mulia.
Permasalahan mengenai biaya pendidikan pun ikut menambah buramnya
kualitas pendidikan kita. Di zaman sekarang memang untuk memperoleh pendidikan
yang berkualitas baik harus menelan biaya yang tidak sedikit. Masyarakat yang
kurang mampu menyekolahkan anaknya di sekolah yang kualitas pendidikannya
bagus terpaksa hanya dapat menyekolahkan anaknya di sekolah yang terbatas sarana
dan prasarananya. Mereka sangat berharap dengan kebijakan-kebijakan yang telah
diprogramkan pemerintah dalam mengutamakan prioritas keluarga yang kurang
mampu dapat terlaksana dengan baik. Melihat masalah biaya pendidikan, tidak
dipungkiri bahwa tiap tahunnya, setiap jenjang pendidikan terus mengalami kenaikan
biaya pendidikan. Sehingga, tak mengherankan jika di tengah klaim pemerintah
terhadap pendidikan gratis itu masih kerap terdengar kisah warga miskin sulit
bersekolah.
Lain halnya dengan masalah Ujian Nasional, pada awalnya UN adalah
barometer dalam memetakan pemerataan pendidikan. Dari hasil UN, petinggi di
Dinas Pendidikan berharap ada dasar pengambilan kebijakan dalam menentukan arah
pendidikan suatu daerah/bangsa. Namun, seiring waktu, UN justru membebani pelaku
pendidikan, mulai dari siswa, guru,kepala sekolah, Kepala Dinas Pendidikan dan
Kemendiknas sendiri. Banyak kalangan melakukan protes, terutama intelek dalam
bidang pendidikan, karena selama pelaksanaan UN, justru beban terbesar yang
dipikul terdapat pada guru dan siswa. Mereka dituntut lulus dengan nilai tinggi,
sementara tidak ada acuan yang pasti dipakai oleh guru dalam menentukan arah
pembelajaran. Meski ada silabus dan kurikulum KTSP, arah pendidikan kita semakin
tidak jelas dengan banyaknya aturan-aturan diluar konteks pembelajaran. Disadari
atau tidak, kebijakan tersebut dapat menimbulkan frustrasi di kalangan pendidik atau
peserta didik. Padahal, lebih penting mendidik anak mengembangkan logika,
membuat sintesis, dan berpikir kreatif. Kalau dasar-dasar itu sudah dikuasai,
penguasaan materi seperti apa pun akan lebih mudah daripada menghafal seluruh
materi tersebut. Disinilah seharusnya pemerintah untuk membuka mata terhadap
permasalahan yang ada selama ini.
Masalah lain yang berhubungan dengan target “lulus UN” yang mendorong
perilaku sekolah berubah, yakni memperlakukan pendidikan di sekolah tak ubahnya
seperti bimbingan belajar. Target itu membuat sekolah dari Sabang sampai Merauke
sibuk mempersiapkan para murid dengan cara berbulan-bulan menjejali murid dengan
pelatihan soal ujian. Tidak sedikit sekolah yang berlomba-lomba dalam berusaha
mewujudkan siswa agar dapat lulus 100% dengan nilai terbaik. Dengan adanya
bimbingan belajar dapat memberikan ide-ide dan cara-cara baru untuk menemukan
peluang atau dapat memenangkan persaingan dengan sekolah lainnya, sehingga dapat
mendongkrak kemampuan dan kepercayaan diri siswa saat menghadapi ujian. Usaha
yang dilakukan oleh pihak sekolah patut diacungkan jempol, namun yang menjadi
masalah disini adalah beberapa sekolah yang masih bersifat komersil, misalnya
dengan memberikan persyaratan agar dapat mengikuti bimbingan belajar ini salah
satunya harus membayar bimbingan belajar untuk menghadapi ujian. Pembayaran
bimbingan belajar dapat dilakukan dengan 2 cara, bisa dibayar lunas, bisa pula di
bayar secara bertahap (berangsur). Jika siswa belum membayar, setiap beberapa
pertemuan akan ditagih masalah pembayaran. Balik lagi dengan keterkaitan masalah
yang di bahas sebelumnya. Hanya keluarga yang mampu sajalah yang tidak
memusingkan masalah ini. Akibatnya banyak diantara mereka yang putus sekolah,
atau bahkan tidak sekolah karena terhalang masalah biaya pendidikan yang komersil.
Bahaya yang seragam akan membuat pihak yang sebetulnya tidak mampu
mengikutinya merasa terpojokkan dan menjadi frustasi.
Komunikasi merupakan hal yang penting untuk dapat berinteraksi dengan
orang lain. Komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat fundamental bagi orang
yang ingin bermasyarakat. Kadang salah komunikasi akan menyebabkan salah
informasi, informasi yang salah dapat menyebabkan kesalahpahaman. Umumnya
beberapa tenaga pendidik menyampaikan suatu informasi atau pengajaran hanya satu
arah saja, maksudnya pengajaran metode lama yang sekarang sebaiknya ditinggalkan,
karena sepertinya tujuan pendidikan akan lama tercapainya, karena biasanya yang di
ajarkan lama menerima materi hanya dari mendengar, tanpa diperbolehkan untuk
unjuk kemampuan. Seorang pengajar yang baik tentu saja harus dapat menyampaikan
suatu informasi. Dalam hal ini, materi yang di ajarkannya dengan baik dan sesuai
ilmunya, tidak menyebabkan suatu informasi yang salah. Oleh karena itu, dalam
suatu pengajaran baiknya komunikasi yang tercipta adalah komunikasi dua arah
dimana pengajar dan yang diajarkan sama-sama menyampaikan suatu informasi yang
dapat menciptakan suasana yang tidak kaku, terkesan santai, tetapi sampai pada
tujuan pengajaran. Selain itu, dengan diskusi memungkinkan yang diajarkan terbiasa
mengemukakan pendapat secara argumentatif dan dapat mengkaji dirinya, apakah
yang telah di ketahuinya benar apa tidak. Dengan demikian, pastikan terus
menciptakan kreatifitas dan inovatif didalam mengajar, sehingga komunikasi dua
arah dapat tercipta.
Kemampuan dan kecakapan pendidikan juga sangat berperan penting dalam
menentukan kualitas siswa. Maka dari itu, masyarakat sering memandang sebelah
mata bahwa guru harus bertanggung jawab atas peningkatan mutu pendidikan
dinegeri ini , menurut pendapat penulis memang sebagian pendapat itu ada benarnya
akan tetapi tidak seluruhnya kesalahan itu bisa dibebankan kepada guru. Walaupun
guru bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan, tetapi pengajaran
merupakan titik sentral pendidikan dan kulifikasi sebagai cermin kualitas, tenaga
pengajar memberikan andil besar pada peningkatan mutu pendidikan. Dalam
mendidik perlu mengkaji ide dan gagasan siswa, serta mengembangkan teknik dan
metode pengajaran yang kiranya dapat diterima baik oleh siswa. Guru merupakan
orang tua kedua di sekolah yang merupakan ujung tombak dalam menciptakan siswa
yang berkualitas, karena ada beberapa guru yang memprioritaskan dalam
meningkatkan kualitas penampilan luar seorang guru agar terkesan berwibawa. Selain
itu, seorang guru perlu mengetahui kenakalan-kenakalan siswa yang sifatnya
mengganggu. Mereka perlu menasihati, mengarahkan, dan memberikan sanksi
kepada siswa agar mereka dapat introspeksi atas kesalahannya, bukan bersifat acuh
tak acuh terhadap kenakalan siswa karena dengan alasan tidak mau di repotkan, dan
menjaga reputasi siswa dan sekolah. Maka perlu ada kerjasama antara orang tua dan
guru dalam meningkatkan kepercayaan untuk anak didik di sekolah.
Dalam menghadapi masalah pendidikan di daerah, pemerintah belum
mempunyai arah yang jelas mengenai pemerataan pembangunan pendidikan nasional.
Pemerintah sibuk dengan ukuran standar internasional dan merumuskan undang-
undang badan hukum pendidikan, sedangkan anak miskin masih sulit mengakses
pendidikan dan wajib belajar sembilan tahun juga tak kunjung tuntas. Menurut Prof
HAR Tilaar dalam harian Kompas 14/2 “Kalau ukurannya semakin banyak jumlah
sekolah bertaraf internasional, itu baru sebatas pemenuhan pendidikan berkualitas
bagi anak dari kalangan ekonomi mampu yang umumnya di perkotaan. Padahal,
pendidikan nasional harusnya berperan dalam perkembangan ekonomi secara
keseluruhan, termasuk ekonomi di pedesaan”. Di daerah-daerah banyak sekolah yang
kurang berfungsi dengan baik, diantaranya kerusakan bangunan, sarana terbatas,
namun dengan kondisi tersebut mereka tidak putus semangat untuk tetap terus belajar
walaupun dengan fasilitas seadanya. Banyak orang yang memandang sebelah mata
bahwa sekolah yang terdapat di daerah kurang menghasilkan peserta didik yang
berkualitas baik segi pengetahuan maupun kepribadian dengan alasan di daerah
sarana dan prasarananya tidak sebaik yang ada di perkotaan. Justru realisasi pada
kenyataannya, banyak pelajar dari daerah yang berhasil mengharumkan nama baik
Indonesia. Dengan keterbatasan sarana dan prasarana, pelajar tersebut lebih semangat
dalam menciptakan pola pikir kreatif yang mengacu ciri inovatif dan berharap dapat
mengembangkan potensi yang di miliki.
3.2 Doktrinasi Pola Pikir Kreatifitas Anak
Dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan lembaga pendidikan terutama
lembaga pendidikan dasar menunjukkan peningkatan yang cukup pesat, terutama
lembaga-lembaga pendidikan dasar (kelompok bermain, Taman Kanak-kanak, TK
terpadu Sekolah Dasar Terpadu) yang dikelola oleh berbagai yayasan dengan
menawarkan berbagai keunggulan tentunya perlu disambut secara positif.
Menjamurnya lembaga-lembaga pendidikan ini memperlihatkan adanya antusiasme
dari masyarakat untuk berperan serta dalam membentuk pribadi yang kuat guna
menghadapi perkembangan zaman yang begitu cepat. Hanya saja yang perlu
dicermati khususnya orang tua adalah jangan sampai pola pendidikan yang diberikan
akan menjadi beban bagi si anak. Untuk itu diperlukan kecermatan dan tahapan-
tahapan dalam menumbuhkan anak yang berpola pikir positif, kreatif dan mandiri.
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan indikator kreatifitas dikemukan
oleh (Munandar, S.C.U, 1992) sebagai berikut :
1. Dorongan ingin tahu besar
2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik
3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah
4. Bebas dalam menyatakan pendapat
5. Mempunyai rasa keindahan
6. Menonjol dalam salah satu bidang seni
7. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah
terpengaruh oleh orang lain.
8. Rasa humor tinggi
9. Daya imajinasi kuat
10. Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan
sebagainya; dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal, yang
jarang diperlihatkan anak-anak lain)
11. Dapat bekerja sendiri
12. Senang mencoba hal-hal baru
13. Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan
Dari uraian mengenai indicator kreatifitas diatas maka dapat dipahami bahwa
seseorang dikatakan kreatif apabila dalam interaksinya dengan lingkungan ciri-ciri
dari kreatifitas mendominasi dalam aktifitas kehidupannya, dan melakukan segalanya
dengan cara-cara yang unik. Semua ciri-ciri tersebut secara konstruktif dapat
dimunculkan dalam diri setiap individu, sebab setiap individu memiliki potensi
kreatif.
Hal yang harus dilakukan anak untuk bisa berkreatifitas
1. Menyediakan lingkungan yang mengizinkan anak untuk menjelajah dan
bermain tanpa pengekangan-pengekangan yang tak pantas.
2. Menyesuaikan diri dengan gagasan-gagasan anak-anak.
3. Menerima gagasan-gagasan yang tidak biasa dari anak-anak, pemecahan
masalah anak-anak
4. Mengggunakan pemecahan masalah kreatif di semua bagian-bagian pelajaran.
Gunakan masalah yang secara alami tentu saja terjadi di hidup setiap hari
5. Memberikan waktu untuk anak menjelajah semua berbagai kemungkinan,
menggerakkan dari populer ke gagasan-gagasan lebih asli.
6. Menekankan proses dibanding produk.
Lain halnya dengan masalah pembentukan semangat kretifitas dalam
berkarya. Mengembangkan semangat kretifitas sangat penting. Semangat tersebut
bisa muncul kapan saja selagi kita memiliki niat dan mau berusaha untuk menggali
semua bakat dan kreatiftas kita. Karna kreaifitas adalah anugerah dari Allah yang
patut kita syukuri. Jika tidak menghargai karya teman-temannya sendiri, bisa
menumbuhkan plagiat dengan beranggapan agar hasil karyanya terkesan bagus.
tetapi seharusnya baik orangtua, tenaga pendidik maupun lembaga pendidikan juga
membangun dan menumbuhkan suasana agar tercipta semangat tersebut.
Sebagian besar anak memiliki berbagai macam cara bepikir untuk dapat kretifitas
yang mengacu pada ciri inovatif. Ada yang lebih suka mendengarkan apa yang si
anak tangkap di otaknya. Ada juga cara lain melalui mencatatkan informasi (sambil
menulis), atau rajin menduduki kursi depan dan memperhatikan guru ketika
menjelaskan, atau mungkin anak yang tidak terlalu pintar di kelas, tetapi paling mahir
menceritakan kembali buku komik atau ceritafilm dan sinetron yang di tontonnya.
Hal ini memperlihatkan adanya keragaman manusia dalam menyerap informasi.
Berdasarkan hal tersebut Rose dan Nichole sebagaimana dikutip oleh Bobbi De
Porter, membagi gaya belajar untuk kreatif pada manusia dalam tiga jenis, yakni :
Gaya Belajar Visual
adalah suatu kecenderungan memproses informasi melalui mata atau indra
penglihatan. Mereka belajar dengan cara melihat.
Gaya Belajar Audio
adalah suatu kecenderungan memproses informasi melalui telinga atau indra
penglihatan. Mereka belajar dengan cara melihat.
Gaya Belajar Kinestetik
adalah uatu kecenderungan memproses informasi melalui tangan dan kaki atau indra
peraba. Mereka belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh.
Lain halnya yang menyangkut dengan masalah antara kreatifitas/bakat
seorang anak yang bertentangan dengan kemauan orang tua. Orang tua yang tidak
memahami keadaan anaknya, selalu memaksakan kehendak orang tua tanpa melihat
kemampuan anak sehingga anak merasa terpaksa. Dengan keterpaksaan itulah, anak
merasa takut dan mencoba mengubur apa yang dia inginkan. Anak tersebut mencoba
melakukan apa yang orang tua harapkan kepadanya. Walaupun anak melaksanakan
kehendak orang tua nya, padahal sebenarnya yang anak rasakan adalah putus asa dan
kecewa. Yang lebih berbahaya lagi bagi anak, jika orang tua mencoba menekan
seluruh perasaan anak. Artinya, orang tua tidak mengakui adanya perasaan kecewa
anak dan bertingkah laku seakan tidak ada pa-apa. Kita sebagai anak tidak perlu
terlarut-larut kecewa, kita harus motivasi untuk menjadikan apa yang kita tidak suka
menjadi suatu hobby yang dapat di kembangkan sehingga menjadi suatu prestasi.
Hal yang harus dilakukan anak untuk bisa berkreatifitas
1) Menyediakan lingkungan yang mengizinkan anak untuk menjelajah dan
bermain tanpa pengekangan-pengekangan yang tak pantas.
2) Menyesuaikan diri dengan gagasan-gagasan anak-anak.
3) Menerima gagasan-gagasan yang tidak biasa dari anak-anak, pemecahan
masalah anak-anak
4) Mengggunakan pemecahan masalah kreatif di semua bagian-bagian pelajaran.
Gunakan masalah yang secara alami tentu saja terjadi di hidup setiap hari
5) Memberikan waktu untuk anak menjelajah semua berbagai kemungkinan,
menggerakkan dari populer ke gagasan-gagasan lebih asli.
6) Menekankan proses dibanding produk.
Disamping itu adapun peranan yang harus dilakukan orang tua untuk bisa
mengembangkan kreativitas anak,antara lain:
1. Membangun Kepribadian beragama.
Sebagai orang tua hal yang harus pertama dilakukan membangun kepribadian
beragama agar anak tersebut empunyai pondasi dalam hidup,karena kepribadian itu
menentukan kreativitas dan seorang yang beragama pada hakikatnya memiliki potensi
kreatif yang lebih besar.
2. Memilihkan Sarana Bermain yang Sesuai
Pada dasarnya, anak memiliki energi yang berlebih. Dengan bermain, selain
memperoleh kegembiraan, kenikmatan, dan kepuasan, anak juga akan mendapatkan
manfaatnya, seperti bertumbuhnya segi fisik-motorik, mental-intelektual/kognitif,
sosial, moral, emosional, dan tentunya kreativitas. Dengan bermain, anak sekaligus
belajar tentang konsep bentuk, ukuran, warna, jumlah, dan kegunaan objek.Bermain
dipandang sebagai unsur penting dalam perkembangan seluruh unsur kepribadian
anak. Karena itu, orangtua sedapat mungkin menyediakan sarana dan alat bermain
(toys) yang dapat merangsang kreativitas anak. Tentu saja, sarana dan alat bermain
ini harus sesuai dengan kemampuan berpikir dan daya interaksi anak.
3. Kenalkan dengan Lingkungan Sosial
Pengenalan terhadap lingkungan sosial akan memberikan bekal empiris kepada anak
yang kelak bermasyarakat dalam alam pergaulan dewasa. Anak dilatih mengerti
fungsi berbagi diri, pada saat yang sama seorang anak, selain menjadi dirinya sendiri,
juga merupakan bagian yang organis dari sebuah kelompok, komunitas. Dalam hal
ini, anak berkembang menjadi dirinya sendiri, sekaligus berkenalan dengan aturan
main, dengan norma, sehingga dia dapat bergaul dengan wajar.
4. Ajak Berhubungan dengan Alam
Mengajak anak berhubungan dengan alam tidak sebatas mengenalkan mereka dengan
nama-nama benda yang ada di sekitarnya, melainkan juga merangsang imajinasi anak
untuk dapat memanfaatkan benda-benda tersebut, walaupun pemanfaatannya untuk
hal-hal yang sederhana. Misalnya, memanfaatkan benda yang ada di sekitarnya untuk
dibuat mainan. Pemanfaatan bahan mentah sehingga menjadi bentuk jadi ini akan
membuka kesadaran anak akan perlunya berkreasi dengan alam.
Adapun beberapa faktor yang menghambat perkembangan kreativitas anak
1. Perasaan Takut Gagal.
2. Anak terlalu terpaku pada tata tertib dan tradisi sehingga sering kali
menghambat adanya inovasi baru.
3. Anak-anak enggan untuk bermain-main dan terlalu mengharapkan hadiah bila
dihadapkan pada sebuah tugas tertentu.
4. Orang-tua yang terlalu melindungi anak.
5. Setiap anak unik, jangan dibanding-bandingkan
3.3 Analisa Pemecahan Masalah
Menurut pakar pendidikan sudah mengakui keterpurukan mutu pendidikan
ini, sedangkan guru sudah ditakdirkan menjadi seorang pendidik dan terikat dengan
berbagai aturan yang telah ditetapkan, yakinlah bahwa pendidik sudah pada tempat
dan jalur yang benar hanya mungkin saja untuk meningkatkan keprofesionalitas guru
juga perlu pembelajaran.
Hindari penyampaian materi yang hanya satu arah dimana hanya pengajar
yang berhak untuk berbicara, sedangkan yang diajarkan hanya menerima apa yang
disampaikan oleh pengajar. Pastikan setiap penyampaian materi yang diajarkan
mengerti pesan yang diterimanya, bila mereka sudah mengerti dan menerima maka
apa yang mereka terima itu harus dibina, dan akhirnya dimotivasikan. Sehingga
dengan begitu diharapkan yang diajarkan dapat terus meningkat apa yang
diterimanya tadi, dan tujuan akhir dari pendidikan tercapai.
Guru hendaknya menentukan konsep yang akan diajarkan kepada siswa,
tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dari siswa, dan metode mengajar yang
akan digunakan, pengetahuan tentang perkembangan kognitif dan perkembangan
bahasa akan menolong dalam membuat keputusan masalah yang di hadapi siswa.
Demikian halnya dengan sarana belajar ,walaupun sarana dan prasarana yang
digunakan telah canggih dan mengikuti era perkembangan zaman, namun selengkap
apapun sarana yang dimiliki sebuah lembaga pendidikan bukan jaminan. Dengan kata
lain sarana atau fasilitas belajar bukanlah segalanya, karena menurut penulis sikap
minat dan motivasi belajar akan mempengaruhi keberhasilan siswa.
Treffinger (1980) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengatakan bahwa
tidak ada seorang pun yang tidak memiliki kreatifitas, hal ini memberikan makna
bahwa setiap orang memiliki potensi kreatif dalam dirinya. Sedangkan, pendidikan
merupakan bagian terpenting untuk anak-anak, dizaman sekarang ini masih banyak
anak yang putus sekolah, namun nasib anak yang sekolah juga tidak bisa dibilang
cemerlang karena banyak sekali kekeliruan yang dilakukan oleh para pendidik (guru
dan orang tua).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil riset yang kami lakukan,dapat diambil beberapa kesimpulan
diantaranya sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan yang signifikan cara mendidik anak oleh guru
dibandingkan orang tua. Guru lebih sabar menghadapi anak
muridnya dibandingkan orang tua yang kebanyakan cepat-cepat
memarahi anaknya jika anak melakukan kesalahan.
2. Anak-anak dibawah usia dini lebih cepat meniru apa yang dilakukan
orang dewasa, dan gampang sekali marah bila orang tua/guru
menasihatinya.
3. Pendidikan untuk anak diusia dini sangat penting untuk menjaga
hal-hal yang tidak diinginkan pada anak untuk pembelajaran
selanjutnya
Guru dan orang tua sebaiknya lebih memahami pola pikir dan kreatifitas
putra-putrinya agar tidak salah mendidik anak,berusaha lebih sabar dan memberi
pelindungan yang baik buat anaknya agar anak tidak merasa takut dan kesepian disaat
anak itu dalam masalah, jangan mudah mengeluarkan kata-kata kasar karena anak-
anak sekarang cepat sekali mengikuti semua itu.
Pendidikan adalah suatu proses untuk menunjukkan dan memberi arah tentang
tujuan maupun cita-cita yang diinginkan,baik kepada individu, masyarakat maupun
bangsa, bahkan peradaban dunia. Pendeknya, pendidikan adalah panduan untuk
menatap masa depan. Tentu saja, masa depan yang dimaksudkan adalah masa depan
yang lebih baik. Usaha dalam meraih masa depan yang cerah adalah dengan adanya
metode didik orang tua dan guru dari usia dini yang dapat mengarahkan anak hingga
tumbuh dewasa menghadapi masalah kenakalan remaja yang mencangkup kreatifitas
dan pola pikir untuk mencari jati diri mereka. Untuk itu, pada usia dini peran
orangtua dan guru sangat penting. Mereka harus cepat tanggap terhadap
perkembangan anaknya. Selain itu, mereka juga harus kritis terhadap pendidikan,
karena pendidikan kritis juga mengajarkan sebuah kenyataan yang tidak harus
menjadi suatu keharusan. Jika kenyataan menyimpang dari keharusan sudah menjadi
tugas kita untuk mengubahnya agar sesuai dengan apa yang seharusnya. Hal itu
berarti bahwa pendidikan bukan hanya sebagai ajang transfer of knowledge, akan
tetapi bagaimana ilmu pengetahuan dijadikan sarana untuk mendidik anak yang
berujung dewasa agar mampu membaca realitas sosial, khususnya pada pembentukan
karakter yang akan mempengaruhi pola pikir daya kreatif dan imajinatif anak. Pada
akhirnya melakukan proses pendidikan dan pencerahan pada setiap anak agar tidak
ada pihak yang dirugikan.
4.2 Saran
Dalam dunia pendidikan , baik yang mencakup lingkungan keluarga,sekolah
maupun negara,terdapat 5 unsur penting yang saling berkaitan dan saling menunjang
yaitu anak didik, guru, orang tua, sarana/prasarana dan pemerintah, kelima unsur
tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Anak didik adalah warga
belajar yang harus dibimbing, diarahkan untuk mengembangkan dirinya hingga batas
optimal, pendidik (guru dan orang tua) adalah pengajar yang selalu menunjukan
hasrat dan keinginan yang besar untuk terus menerus belajar, sarana belajar adalah
untuk menciptakan kemampuan anak didik dalam membantu proses pendidikan
dalam mendukung pembentukan pola pikir kreatif yang baik minimal terpenuhi. Serta
pemerintah dalam memberikan program-program/kebijakan dalam menghadapi
keterpurukan sistem pendidikan ini minimal program tersebut dapat berjalan dengan
baik agar dapat membantu para guru dan orang tua dalam mendidik putra-putrinya.
Perubahan sosial, budaya dan teknologi yang cepat harus disadari oleh para
pendidik dengan demikian tidak akan ketinggalan zaman dan selalu menyesuaikan
dirinya dengan perkembangan tersebut. Selalu berupaya meningkatkan
kemampuannya sehingga dapat mengantarkan anak didiknya untuk mencapai
keinginannya agar mendapatkan hasil yang diharapkan mampu menciptakan
seseorang yang berkualitas dengan memiliki semangat tinggi untuk membangun
bangsanya.
DAFTAR-PUSTAKA
Sabil,Giman.2008.Komunikasi Dua Arah Dalam Kegiatan Belajar Mengajar.
Jakarta:Lembaga penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat
Tilaar,HAR.2000.Indonesia Sulit Bangkit Dari Krisis Akibat Boborknya
Sistem Pendidikan.Jakarta:Kompas, Hal 9
Meilani.wordpress.com/2008/03/15/Guru dalam Toples carut Marut
Pendidikan oleh Yanner J.Kapitan,S.pd
sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/masalah-pendidikan-di-indonesia
Suryani,Yeni.2008.Modul Bimbingan Konseling.Jakarta:PT.Tunas Melati
www.google.com
www.wikipedia.com
http://www.detiknews.com .
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NIM : 11100616
NAMA : Tri Handoko
TEMTALA : Jakarta, 20 Juli 1992
MOTTO HIDUP : “Hidup Adalah Perjuangan”
NIM : 11101427
NAMA : Sarah Nuriati. A
TEMTALA : Jakarta, 29 September 1992
MOTTO HIDUP : “Keep Moving Forward”
NIM : 11101267
NAMA : Aditya Sulistyani
TEMTALA : Jakarta, 09 Agustus 1993
MOTTO HIDUP : “Harus selalu Usaha
keras,Doa dan think positive”
NIM : 11101741
NAMA : Nurfazriana
TEMTALA : Jakarta, 25 Agustus 1991
MOTTO HIDUP : “Musuh Jangan Dicari,
ketemu Musuh jangan Lari”
NIM : 11100956
NAMA : Maya Aryani
TEMTALA : Jakarta,18 Juni 1992
MOTTO HIDUP : “Percaya Akan Diri Sendiri
Dan Yakin Akan
Kemampuan yang Dimiliki”
NIM : 11102120
NAMA : Sri Mulyani
TEMTALA : Jakarta,10 Februari 1992
MOTTO HIDUP : “Jalan Perlahan Menuju
Kesuksesan”
NIM : 11102894
NAMA : Agus Kurniawan
TEMTALA : Jakarta,18 September 1992
MOTTO HIDUP : “Jangan Pernah Putus Asa”
NIM : 11100915
NAMA : Nur Indah Sari
TEMTALA : Jakarta,19 Desember 1992
MOTTO HIDUP : “Berusaha dan berdo’a dalam
Menggapai cita-cita”
NIM : 11103112
NAMA : Linda Desiyanti
TEMTALA : Jakarta,14 Desember 1991
MOTTO HIDUP : “”
NIM : 11103294
NAMA : Reni Padliani
TEMTALA : Jakarta,02 Juli 1990
MOTTO HIDUP : “Memang baik jadi orang
penting, tapi lebih
penting jadi orang baik”