Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
LAPORAN PENELITIAN RISBINKES
GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM
BUKU RAPOR KESEHATANKU DI DKI JAKARTA TAHUN 2017
DISUSUN OLEH:
1. Siti Masitoh, SKM
2. Anissa Rizkianti, SKM.,MIPH
3. Janu Arinda Dewi, A.Md.AK
PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
2017
i
SK PENELITIAN
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi
SUSUNAN TIM PENELITI
No Nama Keahlian Kedudukan
dalam Tim
Uraian Tugas
1 Siti Masitoh, SKM Biostatistik dan
Kependudukan
Ketua
Pelaksana
Bertanggung jawab
pada seluruh jalannya
penelitian baik secara
administratif maupun
secara teknis
substansional.
2 Anissa Rizkianti,
SKM.,MIPH
Kesehatan
Reproduksi
Peneliti 1 Membantu Ketua
Pelaksana pada proses
persiapan,
pengumpulan data,
analisis, dan pelaporan
3 Janu Arinda Dewi,
A.Md.AK
Litkayasa Peneliti 2 Membantu Ketua
Pelaksana pada proses
pengumpulan data,
analisis, pelaporan, dan
administrasi
xii
PERSETUJUAN ETIK
xiii
PERSETUJUAN ATASAN
GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM BUKU RAPOR KESEHATANKU
DI DKI JAKARTA TAHUN 2017
Jakarta, Desember 2017
Ketua PPI
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Upaya Kesehatan Masyarakat
Sri Irianti, SKM, M.Phil., Ph.D
NIP. 195804121981022001
Ketua Pelaksana
Siti Masitoh, SKM
NIP. 199101262015032007
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan
Upaya Kesehatan Masyarakat
drg. Agus Suprapto, M.Kes
NIP. 196408131991011001
xiv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan hasil penelitian Riset
Pembinaan Kesehatan (Risbinkes) 2017 dengan judul ”Gambaran Pelaksanaan
Buku Rapor Kesehatanku di DKI Jakarta Tahun 2017” ini telah selesai disusun.
Laporan hasil penelitian ini disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban
ilmiah dan administrasi dari keseluruhan pelaksanaan kegiatan penelitian Risbinkes.
Buku Rapor Kesehatanku mulai dilaksanakan pada tahun 2016 di DKI Jakarta
sebagai provinsi percontohan. Namun, setelah satu tahun berjalan belum ada
penelitian yang menilai bagaimana pelaksanaan program Buku Rapor Kesehatanku.
Kami berharap hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dan perbaikan
pelaksanaan program Buku Rapor Kesehatanku.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Tim Peneliti yang telah bekerja
keras menyelesaikan penelitian ini, Tim Pendamping dan Pembina Risbinkes 2017
yang telah memberikan berbagai masukan dan arahan dalam penyempurnaan
laporan, Tim Sekretariat Risbinkes 2017 yang membantu mengakomodir
pelaksanaan penelitian secara administratif, dan semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pelaksanaan penelitian serta penyusunan laporan ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Adapun sumber pembiayaan penelitian ini
dibebankan kepada DIPA Badan Litbang Kesehatan Tahun 2017. Kami menyadari
penulisan laporan ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik, dan masukan yang membangun untuk perbaikan laporan ini.
Jakarta, 29 Desember 2017
Tim Penulis
xv
RINGKASAN EKSEKUTIF
GAMBARAN PELAKSANAAN BUKU RAPOR KESEHATANKU
DI DKI JAKARTA TAHUN 2017
Latar Belakang
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang selain
itu anak juga memiliki hak atas akses ke pelayanan perawatan kesehatan yang
sesuai standar. Salah satu upaya pemerintah untuk menjamin terpenuhinya hak
anak atas kesehatan tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No. 25
Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak pada Pasal 4 disebutkan bahwa upaya
kesehatan anak dilakukan sejak janin dalam kandungan sampai berusia 18 tahun
melalui pelayanan kesehatan janin dalam kandungan, kesehatan bayi baru lahir,
kesehatan bayi, anak balita, dan prasekolah, kesehatan anak usia sekolah dan
remaja, dan perlindungan kesehatan anak.
Masalah kesehatan di usia dewasa sebagian berkaitan dengan perilaku
kesehatan ataupun gaya hidup di usia muda termasuk di usia remaja. Perilaku hidup
sehat sejak usia dini merupakan salah satu upaya yang cukup penting dalam
menciptakan sumber daya manusia yang produktif dan berkualitas di masa yang
akan datang. Kesehatan pada usia sekolah juga merupakan bagian dari target
pembangunan berkelanjutan yang terkait dengan kesehatan reproduksi dalam upaya
menurunkan kematian bayi dan kematian ibu. Oleh karena itu anak usia sekolah dan
remaja perlu diperhatikan dan dijamin haknya untuk memperoleh akses terhadap
pelayanan kesehatan.
Kementerian kesehatan sebagai institusi yang bertanggung jawab terhadap
akses pelayanan kesehatan memiliki arah kebijakan yang mengacu pada
pendekatan keberlanjutan pelayanan (continuum of care) dengan merujuk pada
siklus hidup manusia mulai dari ibu hamil, bayi, balita, anak usia sekolah, remaja
sampai lansia. Kementerian kesehatan melalui Direktorat Kesehatan Keluarga
memiliki program yang merujuk pada siklus hidup tersebut yaitu program buku KIA
bagi ibu hamil, bayi dan balita, yang kemudian dilanjutkan dengan program buku
Rapor Kesehatanku (buku RK) bagi anak usia sekolah dan remaja. Baik buku KIA
maupun buku rapor kesehatanku berfungsi sebagai media KIE dan media
pemantauan kesehatan sesuai dengan tingkatan siklus hidup. Namun, sejak buku
xvi
RK diluncurkan sampai saat ini belum ada penelitian yang menilai sejauh mana
pelaksanaan buku RK tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk
melihat gambaran pelaksanaan buku rapor. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran pelaksanaan, kebijakan dan implementasi program,
pemanfaatan buku, pengetahuan, sikap dan perilaku siswa terhadap buku RK.
Metodologi
Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang secara kualitatif dan
kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di DKI Jakarta karena DKI Jakarta merupakan
provinsi percontohan untuk program buku RK. Penelitian kualitatif dilakukan pada
instansi kesehatan dan instansi pendidikan dari level pusat sampai kabupaten/kota,
sekolah serta puskesmas, sedangkan penelitian kuantitatif dilakukan pada sampel
siswa sebanyak 208 siswa yang dipilih secara proportional stratified random
sampling dari 6 sekolah dasar di Jakarta Pusat dan Kepulauan Seribu.
Hasil
a. Kebijakan: Belum ada kebijakan khusus yang mengatur tentang buku RK.
Kebijakan yang menjadi pegangan saat ini adalah Permenkes No. 25 tahun 2014
tentang Upaya Kesehatan Anak, Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas,
Permenkes No. 43 tentang SPM Kesehatan serta Peraturan Bersama 4 Menteri
yang menaungi kebijakan tentang UKS, Permenkes No.1429 tahun 2006 tentang
penyelenggaraan lingkungan sekolah sehat, dan Keputusan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 1268 Tahun 2017 tentang Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah
Tingkat Provinsi.
b. Implementasi pelaksanaan buku RK: 1) pelaksanaan buku RK masih bervariasi
dan pengisiannya belum optimal; 2) tenaga pelaksana program buku RK di sekolah
adalah wali kelas dan guru UKS yang bekerjasama dengan pemegang program UKS
uPuskesmas; 4) sumber pendanaan masih dibebankan pada APBN Kementerian
Kesehatan dengan distribusi buku RK ke daerah yang masih terbatas; 5) monitoring
dan evaluasi program selama ini dilakukan bersamaan dengan monitoring dan
evaluasi progam UKS.
c. Pemanfaatan buku RK masih belum optimal; masih banyak buku yang hanya
di simpan di sekolah sehingga pemanfaatan buku RK sebagai bentuk bimbingan
xvii
orang tua tidak berjalan. Fungsi pencatatan buku RK belum optimal, baru 51,4%
buku yang terisi >50%. Fungsi edukasi dan komunikasi dalam buku RK tidak
berjalan optimal, terbukti hanya 2,9% buku yang memiliki paraf lengkap.
d. Pengetahuan, sikap dan perilaku; Siswa yang memiliki pengetahuan baik
mengenai materi buku RK sangat sedikit, hanya 15,9%, sebagian besar siswa
(86,5%) memiliki sikap yang baik terhadap buku RK dan 88,5% siswa memiliki
perilaku kesehatan yang baik, akan tetapi perilaku kesehatan yang baik bukan
bersumber dari pengetahuan materi buku buku RK.
Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang bisa diberikan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan perlu membuat kebijakan dan peraturan yang mengikat terkait buku
RK
2. Kementerian Kesehatan perlu membuat petunjuk teknis pengisian buku RK agar
pelaksanaan program buku RK bisa seragam.
3. Perlu penguatan kerjasama antara sekolah sebagai pelaksana, puskesmas
sebagai tenaga kesehatan yang menjalankan program kesehatan dan orangtua
untuk mengoptimalkan pemanfaatan buku RK.
4. Diperlukan leaflet tentang peran orang tua dalam penggunaan/pemanfaatan
buku RK sebagai media sosialisasi di sekolah yang dapat diberikan saat
pembagian buku RK.
5. Sekolah melakukan upaya terobosan untuk meningkatkan pengetahuan siswa
dan memotivasi siswa mempelajari materi kesehatan seperti program literasi,
dan lomba cerdas cermat kesehatan.
6. Perlu dukungan sekolah dalam hal sarana, prasarana dan program kesehatan
untuk mendukung pelaksanaan buku RK, dan penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat pada siswa.
xviii
ABSTRAK
Gambaran Pelaksanaan Program Buku Rapor Kesehatanku
di DKI Jakarta Tahun 2017
Siti Masitoh*
Buku Rapor Kesehatanku (buku RK) adalah buku laporan kesehatan siswa sekolah
baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menegah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
Atas (SMA) memuat informasi kesehatan dan pemantauan kesehatan anak sekolah
yang dirancang sebagai kelanjutan dari buku Kesehatan Ibu dan Anak. Namun,
sejak buku RK diluncurkan tahun 2015 belum ada penelitian yang mengkaji
bagaimana pelaksanaan, pemanfaatan dan output pelaksanaannya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan, pemanfaatan, pengetahuan,
sikap dan perilaku siswa terhadap buku RK. Penelitian dilakukan dengan metode
potong lintang secara kualitatif dan kuantitatif di Kota Jakarta Pusat dan Kabupaten
Kepulauan Seribu. Penelitian kualitatif dilakukan pada instansi kesehatan, instansi
pendidikan, sekolah dan puskesmas. Jumlah sampel kuantitatif sebanyak 208 siswa
yang dipilih secara proportional stratified random sampling. Hasil penelitian
menunjukkan pelaksanaan buku RS sudah berjalan di sekolah-sekolah yang sudah
ditunjuk, namun implementasinya belum optimal seperti belum ada kebijakan dan
payung hukum yang kuat, belum ada petunjuk teknis pengisian buku RK, sumber
pendanaan masih dibebankan pada APBN Kementerian Kesehatan sehingga jumlah
buku masih terbatas dan monitoring dan evaluasi dilakukan bersamaan dengan
monev UKS. Pemanfaatan buku RK masih belum optimal, siswa yang memiliki
pengetahuan baik mengenai materi buku RK sangat sedikit, hanya 15,9%, sebagian
besar siswa (86,5%) memiliki sikap yang baik terhadap buku RK dan 88,5% siswa
memiliki perilaku kesehatan yang baik, akan tetapi perilaku kesehatan yang baik
bukan bersumber dari pengetahuan materi buku RK, hanya 15,9% siswa yang
memiliki pengetahuan baik mengenai materi buku RK, sebagian besar siswa
(86,5%) sikap yang baik dan 88,5% siswa memiliki perilaku kesehatan yang baik.
Kata kunci : Buku Rapor Kesehatanku, DKI Jakarta, pengetahuan kesehatan, sikap
siswa SD dan perilaku kesehatan
xix
DAFTAR ISI
SK PENELITIAN ......................................................................................................... i
SUSUNAN TIM PENELITI .......................................................................................... xi
PERSETUJUAN ETIK ............................................................................................... xii
PERSETUJUAN ATASAN ........................................................................................ xiii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. xiv
RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................ xv
ABSTRAK .............................................................................................................. xviii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xxii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xxiii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xxiv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 4
1.2.1 Identifikasi masalah ............................................................................................... 4
1.2.2 Pertanyaan Penelitian ............................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
1.4.1 Bagi Peneliti ............................................................................................................ 5
1.4.2 Bagi Sekolah ........................................................................................................... 5
1.4.3 Bagi Kementerian Kesehatan ............................................................................... 5
1.4.4 Bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ............................................... 6
BAB II METODE PENELITIAN ................................................................................... 7
2.1 Kerangka Konsep ........................................................................................ 7
2.2 Desain dan Jenis Penelitian ........................................................................ 7
2.3 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 7
2.4 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................. 7
2.4.1 Penelitian Kualitatif ................................................................................................ 7
2.4.2 Penelitian Kuantitatif .............................................................................................. 8
2.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ......................................................................... 10
xx
2.5.1 Penelitian Kualitatif .............................................................................................. 10
2.5.2 Penelitian Kuantitatif ............................................................................................ 10
2.6 Variabel ........................................................................................................ 11
2.6.1 Variabel Kualitatif ................................................................................................. 11
2.6.2 Variabel Kuantitatif ............................................................................................... 11
2.7 Definisi Operasional .................................................................................. 11
2.8 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ................................................... 14
2.9 Manajemen dan Analisis Data ................................................................... 15
2.9.1 Data Kualitatif ....................................................................................................... 15
2.9.2 Data Kuantitatif ...................................................................................................... 16
2.10 Pertimbangan Ijin Penelitian ...................................................................... 16
2.11 Pertimbangan Etik Penelitian .................................................................... 17
2.12 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 17
BAB III HASIL ........................................................................................................... 18
3.1 Input .......................................................................................................... 18
3.1.1 Kebijakan dan Payung Hukum ........................................................................... 19
3.1.2 Sumber Daya Manusia (SDM) ........................................................................... 21
3.1.3 Sumber Pendanaan ............................................................................................. 22
3.2 Proses ....................................................................................................... 23
3.2.1 Pelaksanaan Program ......................................................................................... 23
3.2.2 Kendala.................................................................................................................. 32
3.2.3 Upaya Terobosan ................................................................................................ 35
3.2.4 Monitoring dan Evaluasi...................................................................................... 37
3.2.5 Harapan dan Saran ............................................................................................. 39
3.3 Output .......................................................................................................... 45
3.3.1 Karakteristik Responden ..................................................................................... 45
3.3.2 Pemanfaatan Buku Rapor Kesehatanku .......................................................... 47
3.3.3 Pengetahuan Siswa ............................................................................................. 48
3.3.4 Sikap Siswa ........................................................................................................... 49
3.3.5 Perilaku Siswa ....................................................................................................... 50
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................................ 52
4.1 Input .......................................................................................................... 52
4.2 Proses ....................................................................................................... 53
4.3 Output ........................................................................................................ 54
4.3.1 Pemanfaatan Buku .............................................................................................. 54
xxi
4.3.2 Pengetahuan Siswa ............................................................................................ 55
4.3.3 Sikap Siswa .......................................................................................................... 56
4.3.4 Perilaku Siswa .................................................................................................... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 58
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 58
5.2 Saran ......................................................................................................... 59
UCAPAN TERIMAKASIH ......................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 61
LAMPIRAN ............................................................................................................... 64
xxii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi karakteristik informan .................................................................. 18
Tabel 2. Matriks Kebijakan yang Terkait dengan Buku Rapor Kesehatanku ............ 19
Tabel 3. Sumber Daya Manusia yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Buku Rapor
Kesehatanku ............................................................................................................ 21
Tabel 4. Matriks Sumber Pendanaan Buku Rapor Kesehatanku ............................. 22
Tabel 5. Matriks Pengadaan Buku Rapor Kesehatanku ........................................... 23
Tabel 6. Matriks Distribusi Buku Rapor Kesehatanku .............................................. 25
Tabel 7. Matriks Sosialisasi Buku Rapor Kesehatanku ............................................ 27
Tabel 8. Matriks Pengisian Buku Rapor Kesehatanku ............................................. 29
Tabel 9. Matriks Penyimpanan Buku Rapor Kesehatanku ....................................... 31
Tabel 10. Matriks Kendala dan Permasalahan dalam Program Buku Rapor
Kesehatanku ............................................................................................................ 33
Tabel 11. Matriks Upaya Terobosan untuk Program Buku Rapor Kesehatanku ...... 36
Tabel 12. Matriks Monitoring dan Evaluasi Buku Rapor Kesehatanku ..................... 38
Tabel 13. Matriks Harapan dan Saran untuk Program Buku Rapor Kesehatanku ... 41
Tabel 14. Karakteristik Responden .......................................................................... 45
Tabel 15. Kepemilikan Buku Rapor Kesehatanku .................................................... 47
Tabel 16. Observasi Pengisian Buku Rapor Kesehatanku “Buku Catatan Kesehatan”
................................................................................................................................. 47
Tabel 17. Observasi Pengisian Buku Rapor Kesehatanku “Buku Informasi
Kesehatan” ............................................................................................................... 48
Tabel 18. Pengetahuan Siswa Mengenai Materi Buku Rapor Kesehatanku ............ 48
Tabel 19. Rincian Pertanyaan Pengetahuan ............................................................ 48
Tabel 20. Sikap Siswa Terhadap Buku Rapor Kesehatanku .................................... 49
Tabel 21. Rincian Pernyataan Sikap Terhadap Buku Rapor Kesehatanku .............. 50
Tabel 22. Perilaku Siswa Terhadap Buku Rapor Kesehatanku ................................ 50
Tabel 23. Rincian Jenis Perilaku Siswa Terhadap Buku Rapor Kesehatanku .......... 51
Tabel 24. Hubungan Pengisian Buku Informasi Kesehatan dengan Pengetahuan
Siswa ........................................................................................................................ 56
xxiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian .................................................................... 7
Gambar 2. Alur Pemilihan Sekolah .......................................................................... 10
xxiv
DAFTAR SINGKATAN
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional
Buku RK : Buku Rapor Kesehatanku
BLUD : Badan Layanan Umum Daerah
DKI : Daerah Khusus Ibukota
IRT : Ibu Rumah Tangga
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KIE : Komunikasi Informasi dan Edukasi
PMK : Peraturan Menteri Kesehatan
PSP : Persetujuan Setelah Penjelasan
SD : Sekolah Dasar
SDM : Sumber Daya Manusia
SKB : Surat Keputusan Bersama
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SPM : Standar Pelayanan Minimum
UKS : Upaya Kesehatan Sekolah
UUD : Undang-Undang Dasar
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hak atas kesehatan anak merupakan bagian dari hak asasi
manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua,
keluarga, masyarakat, dan Pemerintah. UUD 1945 Pasal 28B dan UU No.
35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak Pasal 4 mengatur bahwa
setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang.1
Konvensi Hak Anak juga menyebutkan hal yang sama bahwa anak berhak
atas penikmatan standar kesehatan yang paling tinggi dapat diperoleh dan
atas berbagai fasilitas untuk pengobatan penyakit dan rehabilitasi
kesehatan.2 Negara harus menjamin bahwa tidak seorang anak pun dapat
dirampas haknya atas akses ke pelayanan perawatan kesehatan tersebut.
Salah satu upaya untuk menjamin terpenuhinya hak anak atas kesehatan
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No. 25 Tahun 2014
tentang Upaya Kesehatan Anak pada Pasal 4 disebutkan bahwa upaya
kesehatan anak dilakukan sejak janin dalam kandungan sampai berusia
18 tahun melalui pelayanan kesehatan janin dalam kandungan, kesehatan
bayi baru lahir; kesehatan bayi, anak balita, dan prasekolah; kesehatan
anak usia sekolah dan remaja; dan perlindungan kesehatan anak dan
dipertegas pada Pasal 28 bahwa setiap anak usia sekolah dan remaja
harus diberikan pelayanan kesehatan.3
Masalah kesehatan usia remaja merupakan salah satu masalah
penting dalam siklus kehidupan4. Masalah kesehatan di usia dewasa
sebagian besar berkaitan dengan perilaku kesehatan ataupun gaya hidup
di usia muda termasuk di usia remaja. Berikut beberapa masalah perilaku
kesehatan pada remaja antara lain masih rendahnya perilaku hidup bersih
dan sehat melalui indikator cuci tangan memakai sabun dengan benar
yaitu 17,2% pada remaja usia 10-14 tahun, 23,6% pada remaja 15-24
tahun5; perilaku merokok setiap hari pada remaja usia 10-19 tahun
2
sebesar 11,7%6; remaja usia 6-12 tahun sarapan dengan makanan
bermutu rendah sebesar 44,6%7; kurangnya aktifitas fisik 49,6% pada
remaja usia 10-14 tahun dan 35,4% pada usia 15-19 tahun6; perilaku
konsumsi minuman beralkohol cukup tinggi di kalangan remaja laki-laki
usia 15 – 24 tahun (15.6%).8 Anak usia sekolah merupakan sasaran yang
strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya
yang besar9,10, mereka juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau
karena terorganisir dengan baik, namun rentan terhadap berbagai
penyakit, merupakan dasar bagi pendidikan selanjutnya.10 Kesehatan
pada usia sekolah juga merupakan bagian dari target pembangunan
berkelanjutan yang terkait dengan kesehatan reproduksi dalam upaya
menurunkan kematian bayi dan kematian ibu. Usia sekolah SMP dan SMA
merupakan masa penting untuk kesehatan reproduksi karena pada masa
itu merupakan periode pembentukan perilaku dimana remaja mulai
mencoba sesuatu yang baru ataupun menantang, termasuk dalam
kaitannya dengan perilaku kesehatan.11 Oleh karena itu anak usia sekolah
dan remaja perlu diperhatikan dan dijamin haknya untuk memperoleh
akses terhadap pelayanan kesehatan.
Kementerian kesehatan sebagai institusi yang bertanggung jawab
terhadap akses pelayanan kesehatan memiliki arah kebijakan yang
mengacu pada pendekatan pelayanan kesehatan berkelanjutan
(continuum of care) dengan merujuk pada siklus hidup manusia dimulai
sejak dari seorang ibu mempersiapkan kehamilannya, sampai bayi lahir,
balita, anak usia sekolah dan remaja, dewasa, dan pra lanjut usia.12
Keberhasilan pembinaan kesehatan dengan pendekatan siklus hidup akan
sangat menentukan kuantitas dan kualitas kehidupan dan kesehatan
lanjut usia di kemudian hari.13 Kementerian kesehatan melalui Direktorat
Kesehatan Keluarga memiliki program yang merujuk pada siklus hidup
tersebut yaitu program buku KIA bagi ibu hamil, bayi dan balita, yang
kemudian dilanjutkan dengan program buku Rapor Kesehatanku (buku
RK) bagi anak usia sekolah dan remaja.14 Baik buku KIA maupun buku RK
3
berfungsi sebagai media KIE dan media pemantauan kesehatan sesuai
dengan tingkatan siklus hidup.15,16
Buku rapor kesehatanku yaitu buku yang diberikan kepada siswa
sekolah baik SD, SMP, SMA, yang memuat informasi kesehatan dan
pemantauan kesehatan anak sekolah. Informasi kesehatan yang diberikan
mencakup materi KIE seperti yang tercantum di atas dan diberikan sesuai
dengan tingkatan pendidikan. Tujuan buku RK (SD) menjadi salah satu
sumber yang bisa dimanfaatkan peserta didik dan orang tua untuk
menumbuhkembangkan dan membudayakan perilaku hidup bersih dan
sehat serta menghindari perilaku yang berisiko secara berkelanjutan
hingga SMP/SMA.16 Adapun buku RK (SMP/SMA) dilengkapi dengan
materi untuk meningkatkan akses remaja terhadap informasi kesehatan
reproduksi dan layanan kesehatan. Informasi kesehatan reproduksi
tentunya sangat penting dimiliki oleh remaja sebagai bekal mereka dalam
mencegah perilaku berisiko, sedangkan pemantauan kesehatan sebagai
bagian dari layanan kesehatan juga sangat penting dilaksanakan untuk
mengetahui perkembangan kesehatan remaja dan apabila ditemukan
masalah kesehatan dapat segera dilakukan upaya perbaikannya. 17
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan menyatakan
bahwa pemerintah daerah kabupaten/kota wajib menyelenggarakan
pelayanan dasar kesehatan salah satunya adalah skrining kesehatan
sesuai standar pada anak usia pendidikan dasar (kelas 1 dan kelas 7).
Salah satu kegiatan skrining kesehatan adalah pembagian buku RK.18
Buku RK mulai diluncurkan tahun 2015 tetapi baru tahun 2016
dilaksanakan. Provinsi yang menjadi percontohan pelaksanaan buku RK
adalah DKI Jakarta di 20 SD di Jakarta Pusat dan Kepulauan Seribu, 1
SMP dan 1 SMK.19 Namun, sejak buku RK diluncurkan sampai saat ini
belum ada penelitian yang menilai sejauh mana pelaksanaan buku RK
tersebut.19 Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk melihat
gambaran pelaksanaan buku RK. Penelitian ini akan dilakukan di DKI
Jakarta sebagai provinsi percontohan untuk program buku RK. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kualitatif
4
dilakukan untuk melihat bagaimana pelaksanaan program buku RK,
sedangkan penelitian kuantitatif dilakukan untuk melihat gambaran
pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) siswa terkait buku RK dari sampel
siswa kelas 4, 5, dan 6 SD. Penelitian ini hanya akan mengambil
pelaksanaan pada tingkat SD saja, berdasarkan pertimbangan bahwa
buku RK dirancang sebagai bekal pengetahuan kesehatan yang
berkelanjutan sejak SD sampai SMA, sedangkan rapor kesehatanku pada
tingkat SMP dan SMA di DKI Jakarta baru diterapkan pada masing-
masing satu sekolah sejak tahun 2016, sehingga dikhawatirkan tidak
memberikan gambaran PSP terkait buku RK secara berkelanjutan dan
kurang menggambarkan pelaksanaan buku RK di tingkat SMP dan SMA.
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan dan evaluasi
program buku RK sekaligus sebagai masukan dalam mengembangkan
program buku RK di daerah lain.
1.2 Perumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, menyatakan bahwa buku RK
merupakan program Kementerian Kesehatan yang digunakan sebagai
media KIE dan media pemantauan kesehatan untuk anak usia sekolah.
Namun, sejak buku RK diluncurkan sampai saat ini belum ada penelitian
yang menilai sejauh mana pelaksanaan buku RK tersebut. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian untuk melihat gambaran pelaksanaan buku
RK.
1.2.2 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana kebijakan dan implementasi program buku RK di DKI
Jakarta?
2. Bagaimana pemanfaatan buku RK di sekolah dasar di DKI
Jakarta?
3. Bagaimana tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku siswa SD
mengenai materi kesehatan yang ada pada buku RK?
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pelaksanaan program buku Rapor
Kesehatanku di DKI Jakarta.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui kebijakan dan implementasi program buku RK di
DKI Jakarta.
2. Mengetahui pemanfaatan buku RK di sekolah dasar di DKI
Jakarta.
3. Mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku siswa SD
mengenai materi kesehatan yang ada pada buku RK.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Sebagai sarana belajar dalam menyusun dan melakukan sebuah
penelitian.
1.4.2 Bagi Sekolah
Memberikan gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku siswa
terkait dengan kesehatan terutama yang berkaitan dengan perilaku
hidup bersih dan sehat, gizi seimbang, kesehatan gigi, mata,
telinga, kesehatan reproduksi dll sehingga bisa menjadi bahan
untuk intervensi selanjutnya.
1.4.3 Bagi Kementerian Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan sebagai
bahan evaluasi program buku RK bagi Kementerian Kesehatan
khususnya Direktorat Kesehatan Keluarga.
Hasil penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi informasi
dasar untuk mengembangkan program buku RK di daerah lain.
6
1.4.4 Bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan untuk
pelaksanaan dan mendukung program buku RK di sekolah.
7
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Kerangka Konsep
Sumber: Teori Pendekatan sistem 20
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
2.2 Desain dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan secara
kuantitatif dan kualitatif.
2.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SD yang terpilih sebagai sekolah
percontohan program buku RK di DKI Jakarta yaitu Kota Jakarta Pusat dan
Kabupaten Kepulauan Seribu.19 Penelitian ini berlangsung selama 8 bulan
dengan proses pengumpulan data dilakukan selama 6 bulan (Mei-Oktober
2017).
2.4 Populasi dan Sampel Penelitian
2.4.1 Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian nomor
satu dan dua. Populasi pada penelitian kualitatif adalah pemegang program
atau pejabat yang paham mengenai buku RK di beberapa level mulai dari
pusat, provinsi, kabupaten, dan sekolah. Sampel/informan pada penelitian
kualitatif adalah pemegang program atau pejabat yang paham mengenai
INPUT
1. Kebijakan dan
payung hukum
2. SDM
3. Pendanaan
PROSES
1. Pelaksanaan
program
2. Kendala
3. Upaya terobosan
4. Monitoring dan
Evaluasi
OUTPUT
1. Pemanfaatan
buku rapor
kesehatanku
2. Pengetahuan
siswa
3. Sikap siswa
4. Perilaku siswa
8
buku RK di beberapa level mulai dari pusat, provinsi, kabupaten, dan sekolah
pada daerah percontohan (Kota Jakarta Pusat dan Kabupaten Kepulauan
Seribu).
Besar sampel atau informan ditentukan berdasarkan kedalaman informasi
yang digali dan berdasarkan karakteristik informan. Berikut daftar informan
yang akan diwawancarai pada penelitian ini :
Level Informan Jumlah
Pusat Kementerian Kesehatan - Subdit Anak Usia
Sekolah dan Remaja
1 orang
Provinsi
DKI
Jakarta
1. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta - Bidang
Kesehatan Keluarga
1 orang
2. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
DKI Jakarta
1 orang
Kabupaten/
Kota
1. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat - Bidang
Kesehatan Keluarga
1 orang
2. Suku Dinas Pendidikan Jakarta Pusat 1 orang
3. Suku Dinas Kesehatan Kepulauan Seribu 1 orang
4. Suku Dinas Pendidikan Kepulauan Seribu 1 orang
Sekolah Penanggung jawab program 6 orang
Puskesmas Penanggung jawab program 2 orang
Jumlah informan 15 orang
2.4.2 Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian nomor
tiga yaitu mengetahui gambaran PSP siswa.
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas 4, 5 dan 6 sekolah
dasar di DKI Jakarta yang menjadi daerah percontohan.
9
b. Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas 4, 5 dan 6
sekolah dasar yang mendapatkan buku RK di daerah percontohan (Kota
Jakarta Pusat dan Kabupaten Kepulauan Seribu) yang terpilih sebagai
sampel.
b.1 Besar Sampel
Berikut penghitungan besar sampel :
2
2
2/1 )1(
d
PPzn
P = Estimasi proposi, dengan proporsi siswa yang memiliki pengetahuan
PHBS yang baik 14,3% 21
d = presisi/simpangan mutlak (0,05)
z = nilai z pada derajat kepercayaan 1-a/2, menggunakan derajat
kepercayaan 95%
189
05,0
)143,01(227,0*96,12
2
n
n
Dari hasil penghitungan tersebut, diperoleh besar sampel sebanyak 189
responden, untuk mengantisipasi adanya sampel yang drop maka besar
sampel ditambahkan 10% menjadi 208 responden.
b.2 Cara Pengambilan Sampel
Pemilihan sampel diawali dengan memilih sekolah yang akan dijadikan lokasi
penelitian. Berdasarkan informasi dari Direktorat Kesehatan Keluarga,
Kementerian Kesehatan sekolah yang sudah mendapatkan buku RK
sebanyak 20 SD di DKI Jakarta, dengan rincian 10 SD di Jakarta Pusat, 6 SD
di Kepulauan Seribu dan 4 SD di kotamadya lainnya.19 Pemilihan sekolah
dilakukan secara stratifikasi random sampling berdasarkan wilayah kota dan
wilayah kabupaten dengan jumlah sekolah SD uji coba yang paling banyak
yaitu di Kota Jakarta Pusat (10 SD) dan Kabupaten Kepulauan Seribu (6 SD).
10
Masing-masing dari dua wilayah tersebut diambil jumlah SD percontohan
yang menjadi sampel secara proporsional sehingga diperoleh sampel yaitu 4
SD di wilayah Kota Jakarta Pusat dan 2 SD di wilayah Kabupaten Kepulauan
Seribu yang dipilih secara random. Berikut gambaran alur pengambilan
sampel SD.
Gambar 2. Alur Pemilihan Sekolah
Pemilihan responden siswa akan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
Setiap sekolah yang terpilih akan dibuat listing sebagai kerangka
sampel.
Memilih responden berdasarkan keterwakilan siswa dari kelas 4, 5 dan
6 berdasarkan listing tersebut secara systematic random sampling.
2.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
2.5.1 Penelitian Kualitatif
Kriteria Inklusi Informan :
- Pegawai yang sudah bekerja > 1 tahun
Kriteria Eksklusi Informan:
- Pegawai yang menolak sebagai informan.
2.5.2 Penelitian Kuantitatif
Kriteria Inklusi Responden:
- Siswa kelas 4,5, dan 6 SD.
- Siswa memiliki buku RK.
SD Percontohan Buku
Rapor Kesehatanku di
DKI Jakarta (20 SD)
Jakarta Pusat (10 SD) Kepulauan Seribu (6 SD) Lainnya (4 SD)
Dipilih 4 SD secara
random
Dipilih 2 SD secara
random
Stratifikasi random sampling
Secara proporsional
11
Kriteria Eksklusi Responden:
- Siswa yang menolak sebagai responden
- Siswa yang tidak hadir saat proses pengumpulan data dilakukan.
2.6 Variabel
2.6.1 Variabel Kualitatif
1. Kebijakan terkait dengan program buku RK
2. Payung hukum program buku RK
3. Pelaksanaan program buku RK.
4. Kendala yang dihadapi
5. Upaya terobosan
6. Monitoring dan Evaluasi
7. Harapan
8. Saran
2.6.2 Variabel Kuantitatif
1. Karakteristik responden yang meliputi umur, kelas dan pendidikan ibu.
2. Kepemilikan buku RK
3. Pengetahuan tentang isi buku RK SD.
4. Sikap tentang buku RK SD
5. Perilaku tentang buku RK SD
6. Observasi pemanfaatan buku RK
2.7 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional
1 Kebijakan Sudah adakah aturan yang dibuat untuk mendukung
program Buku Rapor Kesehatanku.
2 Payung
hukum
Peraturan Kementerian Kesehatan, Peraturan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Peraturan
daerah, Peraturan Dinas Kesehatan Provinsi maupun
Kabupaten, Peraturan Dinas Pendidikan Provinsi maupun
Kabupaten
12
No. Variabel Definisi Operasional
3 Pelaksanaan
program
- Siapa yang menjadi penanggung jawab program?
- Bagaimana distribusi buku?
- Bagaiamana proses pengadaaan? Dsb
- Apakah ada petunjuk teknis pelaksanaan buku RK?
- Bagaimana sosialisasi? Siapa saja sasarannya?
- Siapa yang melaksanakan?
- Siapa yang mengisi buku? Apakah Puskesmas/ sekolah
yang mengisi?
4 Kendala Hal- hal yang menghambat pelaksanaan program buku
RK
5 Upaya
terobosan
Upaya-upaya yang dilakukan untuk membantu dan
memperlancar pelaksanaan program buku RK baik yang
sudah dilakukan atau yang belum dilakukan
6 Monitoring
dan Evaluasi
Kegiatan pemantauan pelaksanaan program buku RK
baik yang dilakukan oleh pusat, provinsi, maupun
kabupaten. Seberapa sering monitoring dan evaluasi
dilakukan, hasil monitoring dan evaluasi dan tindak
lanjutnya.
7 Harapan Hal-hal yang seharusnya ada namun sekarang ini belum
ada dalam rangka pelaksanaan program buku RK
8 Saran Pendapat atau usulan yang membangun untuk perbaikan
pelaksaan program buku RK.
9 Umur Umur dihitung berdasarkan ulang tahun yang terakhir
10 Kelas Kelas adalah kelas yang diikuti saat ini.
11 Pendidikan
ibu
Pendidikan formal terakhir yang telah ditamatkan oleh ibu
reponden.
Pendidikan akan dibagi dalam 5 kategori yaitu :
1. Tidak sekolah
2. SD/sederajat
3. SMP/sederajat
4. SMA/sederajat
5. Perguruan Tinggi
13
No. Variabel Definisi Operasional
12 Pendidikan
ayah
Pendidikan formal terakhir yang telah ditamatkan oleh
ayah reponden.
Pendidikan akan dibagi dalam 5 kategori yaitu :
1. Tidak sekolah
2. SD/sederajat
3. SMP/sederajat
4. SMA/sederajat
5. Perguruan Tinggi
13 Pengetahuan Pengetahuan adalah pemahaman siswa mengenai materi
yang ada pada Buku RK (Buku Informasi Kesehatan)
seperti tentang perilaku hidup bersih dan sehat di
sekolah, penyakit tidak menular, mencegah penyakit
menular, kesehatan reproduksi, jiwa yang sehat, dan cara
mencegah kecelakaan. Terdiri dari 25 pertanyaan.
Variabel dibuat berdasarkan pertanyaan-pertanyaan
tertutup
1. skor 1 jika jawaban benar
2. skor 0 jika jawaban salah
Skor jawaban kemudian dijumlahkan dan dihitung
persentasenya.
Pengetahuan akan dibagi dalam 3 kategori yaitu :
1) Sangat baik, jika persentase jawaban: 76% - 100%
2) Baik, jika persentase jawaban: 56% - 75%
3) Kurang baik, jika persentase jawaban: ≤56%
14 Sikap Sikap adalah pandangan siswa mengenai buku RK.
Sikap diukur melalui jawaban kuesioner, pertanyaan yang
diajukan sebanyak 6 pertanyaan dengan 2 pilihan
jawaban yaitu “Setuju” dan “Tidak Setuju”. Jawaban akan
dibuat skor
Skor 1 jika jawaban “Setuju”
Skor 0 jika jawaban “Tidak Setuju”
14
Sikap akan dibagi dalam 3 kategori yaitu :
1) Sangat baik, jika persentase jawaban: 76% - 100%
2) Baik, jika persentase jawaban: 56% - 75%
3) Kurang baik, jika persentase jawaban: ≤56%
15 Perilaku Perilaku adalah reaksi atau respon responden yang
terbuka terhadap buku RK. Terdiri dari 23 pertanyaan.
Perilaku diukur melalui jawaban kuesioner, pertanyaan
yang diajukan sebanyak 3 pertanyaan. Jawaban akan
dibuat skor
Skor jawaban dari ketiga pertanyaan kemudian
dijumlahkan. Penilaian perilaku akan dikategorikan
menjadi 3 kelompok, yaitu :
Perilaku dibagi dalam 3 kategori yaitu :
1) Sangat baik, jika persentase jawaban: 76% - 100%
2) Baik, jika persentase jawaban: 56% - 75%
3) Kurang baik, jika persentase jawaban: ≤56%
2.8 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer. Data primer diambil melalui
2 cara pengumpulan data, yakni:
1. Indepth interview (wawancara mendalam) pada level pusat, provinsi,
kabupaten/kota dan sekolah menggunakan instrumen pedoman
wawancara mendalam (INSTR.WM).
2. Pengumpulan data dan wawancara siswa kelas 4, 5, dan 6 SD
menggunakan kuesioner gambaran pelaksanaan buku RK
(INSTR.SISWA) dan kuesioner pengetahuan siswa tentang materi buku
RK (INSTR.SISWA.P).
Berikut teknik cara pengumpulan data:
a. Wawancara mendalam
15
Wawancara dilakukan selama kurang lebih 60 – 90 menit untuk informan
dari level pusat (Kementerian Kesehatan), provinsi (Dinas Kesehatan dan
Dinas Pendidikan), kabupaten (Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan)
dan sekolah (Kepala sekolah dan Penanggung Jawab Program).
Wawancara akan direkam dangan alat perekam suara untuk kemudahan
penulisan transkrip. Pelaksanaan wawancara mendalam dilakukan oleh
peneliti dari Badan Litbangkes. Pertanyaan pada wawancara mendalam
akan dituangkan dalam pedoman wawancara mendalam.
b. Pengumpulan data siswa
Pengumpulan data akan dilakukan pada siswa kelas 4,5, dan 6 sekolah
dasar. Data yang akan dikumpulkan adalah mengenai data karakteristik
responden, kepemilikan buku RK, sikap tentang buku RK, praktek atau
perilaku siswa tentang buku RK, dan observasi buku RK dan satu
kuesioner tentang pengetahuan siswa terhadap materi buku RK. Sebelum
mengumpulkan data siswa, terlebih dahulu dilakukan sosialisasi
mengenai etik penelitian kepada orang tua siswa. Pada penjelasan ini
akan dipaparkan mengenai tujuan, manfaat, dan dampak terhadap
keikutsertaan dalam penelitian ini. Kemudian naskah Informed Consent
dan PSP dibagikan dan dimintakan persetujuan saat pertemuan tersebut.
2.9 Manajemen dan Analisis Data
2.9.1 Data Kualitatif
Data kualitatif akan dilakukan analisis konten dengan tahap sebagai berikut :
1. Mereduksi data, yakni membuat abstraksi dan menyederhanakan data
yang diperoleh selama pengumpulan data.
2. Menelusuri tema atau mengelompokan setiap jawaban menurut suatu
sub tema tertentu ke dalam bentuk matriks jawaban.
3. Penyajian data pendukung yang relevan dengan analisis dimunculkan
dalam kutipan langsung.
4. Penarikan pola dan kesimpulan dilakukan dengan menghubungkan data
pada tiap tema dengan catatan-catatan teori yang didapat.
16
5. Dilakukan triangulasi data yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan data yang berbeda tetapi saling melengkapi
(complementary) untuk meneliti masalah penelitian dengan topik yang
sama.
2.9.2 Data Kuantitatif
Sebelum data dianalisis akan dilakukan manajemen data yang akan
dilakukan dengan tahapan berikut :
a. Filter data yaitu menyaring data yang tidak dibutuhkan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini, kriteria inklusi adalah rumah tangga yang
mempunyai balita tidak berpenyakit berat, sehingga data yang tidak
sesuai dengan kriteria tersebut akan dihapus dari data set.
b. Cleaning data yaitu kegiatan membersihkan data dari kesalahan-
kesalahan dalam pemasukan data, mengecek kembali apakah terdapat
kesalahan entry atau bagian yang masih kosong. Dalam pengolahan data
ini, apabila terdapat data yang missing pada variabel yang berkontribusi
terhadap variabel dependen akan dihapus dari data
c. Recode data yaitu kegiatan mengubah koding data atau melakukan re-
klasifikasi kategori variabel sesuai kebutuhan penelitian.
d. Compute variabel yaitu kegiatan membuat variabel baru dari beberapa
variabel yang telah tersedia pada data set.
Setelah data terkumpul dan telah dilakukan manajemen data,
selanjutnya data akan dianalisis univariat yang meliputi karakteristik
responden, gambaran kepemilikan buku RK, gambaran sikap tentang buku
RK, gambaran praktik atau perilaku siswa tentang buku RK dan gambaran
pengetahuan tentang buku RK.
2.10 Pertimbangan Ijin Penelitian
Pertimbangan Ijin Penelitian dari Kesbanglinmas Kementerian Dalam Negeri,
Dinas Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi DKI Jakarta, dan Dinas Kesatuan
Bangsa dan Politik Kotamadya Jakarta Pusat dan Kepulauan Seribu.
17
2.11 Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian ini telah memperoleh persetujuan etik penelitian (ethical approval)
dari Komisi Nasional Etik Penelitian, Badan Litbangkes Nomor.
LB.02.02/2/KE.260/2017 (surat terlampir). Persetujuan etik penelitian juga
dilengkapi dengan informed consent (persetujuan setelah penjelasan) yang harus
ditandatangani sebagai bukti kesediaan informan untuk mengikuti penelitian.
Informed consent ditandatangani setelah informan mendapatkan penjelasan
mengenai:
a. Deskripsi penelitian,
b. Manfaat yang akan diterima oleh informan selama melakukan penelitian,
c. Jaminan kerahasiaan, dimana perlu mencantumkan upaya peneliti untuk
menjaga kerahasiaan data yang informan berikan,
d. Risiko yang mungkin dialami oleh informan, yakni adanya pengurangan waktu
jam kerja selama pelaksanaan pengumpulan data,
e. Nomor kontak tim peneliti yang bisa dihubungi,
f. Permohonan kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian secara
sukarela tanpa paksaan.
2.12 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian yang ditemukan dari penelitian ini adalah :
1. Penilaian perilaku siswa hanya berdasarkan pengakuan siswa dan tidak
dilakukan observasi, sehingga kurang menggambarkan perilaku siswa yang
sesungguhnya.
2. Tidak dilakukan wawancara terhadap orangtua murid sehingga tidak diketahui
peran orangtua dan tanggapan orangtua terhadap buku RK.
18
BAB III
HASIL
Hasil akan disajikan dalam beberapa sub bab sesuai dengan kerangka
konsep penelitian yaitu melihat dari input, proses, output. Input dan proses diperoleh
dari data kualitatif melalui wawancara mendalam dengan informan dari instansi
kesehatan, instansi pendidikan dan sekolah baik dari level pusat sampai kabupaten,
sedangkan untuk output diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner dengan
siswa sekolah dasar.
3.1 Input
Penelitian kualitatif ini terdiri dari 15 informan yang terdiri dari 9 orang
informan dari instansi/lembaga terkait dan 6 orang informan lainnya adalah guru
sekolah, yang sebagian besar adalah guru koordinator UKS. Informan dari
instansi/lembaga terkait kemudian diklasifikasikan menjadi kelompok informan
instansi kesehatan, yang terdiri dari Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan
Provinsi, Suku Dinas Kesehatan dan Puskesmas), serta instansi pendidikan yaitu
Dinas Pendidikan Provinsi, Suku Dinas Pendidikan, dan sekolah. Usia informan
berada pada rentang usia 29 sampai 55 tahun, dengan pendidikan terendah
informan adalah Diploma (DIII) dan yang paling tinggi adalah tamatan doktoral (S3).
Karakteristik informan secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Distribusi karakteristik informan
No Asal/Instansi Jabatan Usia (tahun)
Pendidikan terakhir
1 Kementerian Kesehatan
Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja
42 Pascasarjana (S2)
2 Dinas Kesehatan Provinsi
Kasie Kesehatan Keluarga
51 Pascasarjana (S2)
3 Dinas Pendidikan Provinsi
Staff Peserta Didik dan Pembangunan Karakter
51 Sarjana (S1)
4 Sudinkes Jakarta Pusat Kasie Kesmas 50 Pascasarjana (S2)
5 Sudinkes Kep. Seribu Kasie Kesehatan Keluarga
44 Sarjana (S1)
6 Sudin Pendidikan Jakarta Pusat
Kasie Pendidikan Dasar dan PKLK
52 S3 (Doktoral)
7 Sudin Pendidikan Kep. Seribu
Kasie Pendidikan Dasar dan PKLK
53 Pascasarjana (S2)
19
8 Puskesmas Kec. Kep. Seribu Utara
Koordinator UKS 34 Sarjana (S1)
9 Puskesmas Kel. Pulau Harapan
Bidan 29 Diploma (D3)
10 SDN Johar Baru 01 Guru 37 Sarjana (S1)
11 SDN Rawasari 01 Guru UKS 51 Sarjana (S1)
12 SDN Cempaka Putih Barat 01
Guru 44 Sarjana (S1)
13 SDN Kemayoran 09 Guru 55 Sarjana (S1)
14 SDN Harapan Pagi 01 Kep. Seribu
Guru 36 Sarjana (S1)
15 MIN 1 Pulau Kelapa Guru 46 Sarjana (S1)
3.1.1 Kebijakan dan Payung Hukum
Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap kelompok informan
instansi, dan sekolah ditemukan bahwa belum ada kebijakan khusus yang mengatur
tentang buku RK. Kebijakan yang berkaitan dengan buku RK tercantum dalam
kebijakan tentang UKS.
Tabel 2. Matriks Kebijakan yang Terkait dengan Buku Rapor Kesehatanku
Kelompok informan
Kebijakan terkait Buku Rapor Kesehatanku
Instansi Kesehatan Belum ada kejelasan dari Kementerian Kesehatan ataupun Pemerintah Daerah terkait kebijakan Buku Rapor Kesehatanku sehingga Dinas Kesehatan belum dapat membuat turunan kebijakan.
Kebijakan yang menjadi pegangan saat ini adalah Permenkes No. 25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak, Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas, Permenkes No. 43 tentang SPM Kesehatan serta Peraturan Bersama 4 Menteri yang menaungi kebijakan tentang UKS.
Kebijakan lain terkait sekolah sehat adalah Permendiknas 20/2010 tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pendidikan, Permenkes No.1429 tahun 2006 tentang penyelenggaraan lingkungan sekolah sehat, dan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 1268 Tahun 2017 tentang Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah Tingkat Provinsi.
Dinas Pendidikan hanya mengatur kebijakan terkait sarana dan prasarana sekolah, termasuk penyelenggaraan Sekolah Sehat.
Instansi Pendidikan Kebijakan sepenuhnya ada di bawah wewenang Kementerian Kesehatan. Tidak ada kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ataupun Dinas Pendidikan terkait Buku Rapor Kesehatanku.
20
Dinas Pendidikan hanya disosialisasikan, namun tidak ada peraturan atau kebijakan yang mengatur tentang Buku Rapor Kesehatanku.
Sekolah Meskipun kebijakan terkait pelaksanaan Buku Rapor Kesehatanku belum ada, tapi sebagian besar kepala sekolah mendukung terlaksananya program buku RK.
Sejumlah informan menyebutkan bahwa kebijakan buku RK sepenuhnya
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan ataupun Dinas Kesehatan. Dinas
Pendidikan hanya mengeluarkan berupa himbauan kepada tiap sekolah agar buku
RK dapat digunakan. Berikut kutipan langsung sebagian informan mengenai hal
tersebut.
“Kalau setau saya, kebijakan dari buku rapor itu sepenuhnya ada di Dinas Kesehatan. [...] Mungkin dari Dinas Pendidikan sendiri kebijakannya dalam hal eee… mungkin kerja samanya kali ya. Apa namanya itu, MoUnya gitu. Tapi kayaknya sejauh ini belom ada ya… cuma hanya sebatas kita itu diundang… dan dikomunikasikan, terus kita langsung kita lanjutkan ke sekolah gitu.” (R, 51 tahun, Informan Dinas Pendidikan Provinsi)
“Dari dinas pendidikan ini sampai saat ini kan belum ya. [...] karena baru secara lisan saja.” (S, 53 tahun, Informan Sudin Pendidikan Kep. Seribu)
Beberapa payung hukum yang terkait dan menjadi acuan kebijakan buku
Rapor Kesehatanku antara lain: 1) Permenkes No. 25 tahun 2014 tentang Upaya
Kesehatan Anak; 2) Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas; 3)
Permenkes No. 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang
kesehatan; 4) Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri No. 2 tahun 2003 tentang
Upaya Kesehatan Sekolah (UKS). Selain itu disebutkan Kebijakan lain terkait
sekolah sehat yaitu Permendiknas 20/2010 tentang norma, standar, prosedur,
kriteria di bidang pendidikan, Permenkes No.1429 tahun 2006 tentang
Penyelenggaraan Lingkungan Sekolah Sehat, dan Keputusan Gubernur Provinsi
DKI Jakarta Nomor 1268 Tahun 2017 tentang Tim Pembina Usaha Kesehatan
Sekolah Tingkat Provinsi.. Berikut pernyataan beberapa informan terkait peraturan
tersebut.
“Kalau kita pakai Permenkes 25/2014. [...] sama Permenkes 75 yang mau direvisi… Itu, kita masukin tuh Permenkes 75 Puskesmas, tapi yang revisi kita usulkan masuk. Kemudian kalau Permenkes SPM, 43…. Sebentar, SPM ya itu buku rapor ada menjadi bagian instrumen dari penjaringan kesehatan. [...] Sebenernya kan ada payung peraturan bersama 4 menteri tentang UKS, tapi tidak cukup mengikat itu… tidak cukup mengikat karena eee… peraturan 4
21
menteri tentang UKS itu kan sebenarnya sudah lama, dari tahun 80an.” (NMD, 42 tahun, Informan Kementerian Kesehatan)
“Ada juga yang mengatur tentang ruang UKS deh, coba diliat. Oh, Permendiknas 20/2010… tentang NSPK bidang pendidikan. Kalau Permenkes, 1429 ya tentang penyelenggaraan lingkungan sekolah sehat.” (NMD, 42 tahun, Informan Kementerian Kesehatan)
“... kayaknya belum ya. Tapi kalau yang tentang UKS-nya udah ada. Tentang UKS ya… tapi kalau yang tentang buku setau saya sih belum, setau saya loh.” (S, 53 tahun, Informan Sudinkes Kep. Seribu)
Selain itu, program buku RK juga erat kaitannya dengan penyelenggaraan
Lomba Sekolah Sehat. Oleh karena itu, Buku Rapor Kesehatanku menjadi salah
satu sarana pendidikan di sekolah yang menjadi bahan penilaian Lomba Sekolah
Sehat, sebagaimana kutipan pernyataan informan berikut ini.
“Karena dari sananya juga nggak jelas. Bagaimana mau diturunin dari Dinas, hehehe. [...] semua sarana prasarana sekolah itu ada di Pendidikan. [...] ada deh itu nomornya, lupa deh saya. Penyelenggaraan lomba sekolah sehat” (R, 50 tahun, Informan Sudinkes Jakarta Pusat)
Meskipun peraturan pelaksanaan buku RK belum ada, namun sebagian besar
kepala sekolah mendukung pelaksanaan buku RK. Berikut beberapa kutipan
pernyataan informan berikut ini.
Oh sangat ini sekali… care banget gitu lah pokoknya. Mendukung, iya. Bukan dari Kepala Sekolah aja loh, semua guru kita ini… (IS, 51 tahun, Informan SDN Rawasari 01)
3.1.2 Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM yang terlibat dalam pelaksanaan Buku Rapor Kesehatanku untuk
masing-masing instansi adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Sumber Daya Manusia yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Buku Rapor Kesehatanku
Kelompok informan SDM yang mengurusi/ terlibat
Instansi Kesehatan Kementerian Kesehatan : Direktorat Kesehatan Keluarga, Seksi Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja di Dalam Sekolah
Dinas Kesehatan : Seksi Kesehatan Masyarakat atau Kesehatan Keluarga
22
Puskesmas : Koordinator UKS
Instansi Pendidikan Kasie Pendidikan Dasar dan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK)
Sekolah Wali kelas, Guru, Koordinator UKS, Kepala Sekolah
3.1.3 Sumber Pendanaan
Buku dicetak menggunakan baik dana APBN Kementerian Kesehatan atau
dana APBD, seperti yang diungkapkan beberapa informan berikut ini.
Iya pure APBN. Kita mendorong APBD, mendorong mandiri gitu… tapi belom, kelihatannya belom ada hasilnya ya maksudnya, apa namanya, Provinsi yang menyatakan “Saya yang nyetak.” Gitu, belom. (NMD, 42 tahun, Informan Kementerian Kesehatan)
“Tahun kemaren itu sempet dari Puskesmas, tahun lalu kalau nggak salah. Tapi itu kayaknya untuk keperluan ini. [...] Lomba sekolah sehat. Kan dikasihnya Cuma itu doang tuh… apa, Cuma.. eee… MIN sama SD Harapan. Kebetulan yang di… itu Puskesmas yang bikin. [...] Dana BLUD. Tapi itu Cuma buat itu aja ya… nggak semua. Jadi nggak semua sekolah. Keperluan lomba sekolah sehat itu aja…” (S, 53 tahun, Informan Sudinkes Kep. Seribu)
Tabel 4. Matriks Sumber Pendanaan Buku Rapor Kesehatanku
Kelompok informan Pendanaan
Instansi Kesehatan Dana APBN Kementerian Kesehatan.
Dana BLUD untuk buku yang dicetak oleh Puskesmas.
Instansi Pendidikan Tidak ada dana khusus untuk cetak buku.
Saran untuk menggunakan dana BOS dan BOP untuk keperluan mencetak buku.
Sekolah Tidak ada dana cetak buku, jika ada buku yang kurang maka pihak sekolah memfotocopy sendiri.
Sedangkan dari instansi pendidikan sendiri belum ada dana khusus untuk
mencetak buku, namun disarankan bisa mengambil dari dana BOS dan BOP.
“Tidak ada, selama ini buku didapatkan dari dinas kesehatan/puskesmas”. (S, 53 tahun, Informan Suku Dinas Pendidikan Kep. Seribu)
23
“Dari Dinas Pendidikan menyarankan memakai dana BOS atau BOP, gitu untuk mencetak bukunya itu”. (R, 51 tahun, Informan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
3.2 Proses
3.2.1 Pelaksanaan Program
a. Proses Pengadaan
Pengadaan buku RK dilakukan baik oleh Kementerian Kesehatan maupun
Dinas Kesehatan Provinsi.
“Dari kita… dari kitaaa.” (NMD, 42 tahun, Informan Kementerian Kesehatan).
“Kayaknya sih dari Kementerian Kesehatan aja ya.” (R, 51 tahun, Informan Dinas Pendidikan Provinsi)
“Tidak ada (dana pengadaan). Selama ini buku didapatkan dari Dinas Kesehatan/Puskesmas.” (S, 53 tahun, Informan Sudinkes Kep. Seribu)
Tabel 5. Matriks Pengadaan Buku Rapor Kesehatanku
Kelompok informan Bentuk pengadaan
Instansi Kesehatan Buku diperbanyak saat lomba sekolah sehat.
Pengadaan buku dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan, namun Puskesmas ada yang mencetak sendiri buku RK.
Instansi Pendidikan Pengadaan buku dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan atau Puskesmas.
Sekolah Pengadaan buku dilakukan oleh kementerian kesehatan langsung, namun beberapa melalui puskesmas
Tidak menutup kemungkinan, beberapa Puskesmas juga mencetak sendiri
buku RK menggunakan dana BLUD. Buku ini diperbanyak khususnya saat penilaian
Lomba Sekolah Sehat. Berikut adalah kutipan beberapa informan terkait hal
tersebut.
“Malah kalau Puskesmas mah ada yang udah bikin, bikin sendiri. [...]
Kemarin… Ada. Puskesmasnya sendiri mencetak…” (DP, 51 tahun, Informan
Dinas Kesehatan Provinsi)
24
“Udah ada Puskesmas ya yang memperbanyak buku rapor. Tapi Kementerian
Kesehatan udah drop-in buku, sedikit.” (S, 53 tahun, Informan Sudin
Pendidikan Kep. Seribu)
“Belum ada yang perbanyak ya itu buat dari sekolah [...] Cuma sebatas yang
mau lomba sekolah sehat aja jadi diperbanyak. Kalau sekolahnya dilombakan,
mereka perbanyak sendiri. Karena kan kayak SMP SMA, muridnya ratusan.
(R, 50 tahun, Informan Sudinkes Jakarta Pusat)
“Dari Kemenkes langsung untuk 2016. Untuk tahun 2017 melalui puskesmas
dengan mendata jumlah siswa baru” (IS, 51 tahun, Informan SDN Rawasari
01)
“Dari Kemenkes lalu dibagi ke sekolah. Jika kurang, sekolah mengadakan
secara mandiri. Siswa baru belum termasuk, untuk sementara sedang
difotocopy. Selanjutnya akan kerjasama percetakan dengan sekolahan yang
dijadikan model sekolah sehat.” (Sn, 46 tahun, Informan SDN Harapan Pagi
01)
b. Proses Distribusi
Buku RK didistribusikan melalui beberapa proses, mulai dari Kementerian
Kesehatan yang langsung membagikan ke Sudinkes, kemudian Sudinkes
menyerahkan ke Puskesmas yang membina sekolah untuk didistribusikan ke
sekolah-sekolah. Tahapan ini disampaikan oleh beberapa informan sesuai kutipan
berikut ini.
“Di SDN Cempaka Putih Barat 01 ini, mereka itu dari eee… Dinas Kesehatan
langsung ke ini, ke sekolah. Ke sekolah, dengan memberikan buku nih… buku
rapor. Jadi mereka itu kelas satu sampe kelas enam, semua itu. Ya kurang
lebih itu 500 buku. [...] ... teknisnya sudah dari Dinas Kesehatan, Kemenkes
langsung ke Dinas Kesehatan, langsung ke Puskesmas, mereka langsung
Puskesmasnya ke sekolah. (R, 51 tahun, Informan Dinas Pendidikan
Provinsi)
“(Dari Kementerian Kesehatan) ke Sudin, nanti kita yang drop. [...] iya, kita
yang dropping. Ke Puskesmas. Kan Puskesmas punya wilayah, wilayah
binaannya. Mereka kan sebenernya punya… udah ada TP-UKS Kecamatan,
jadi bagian dari situ. Jadi mereka yang membaginya, secara proporsional. (R,
50 tahun, Informan Sudinkes Jakarta Pusat)
“Puskesmas baru ke sekolah.” (S, 53 tahun, Informan Sudinkes Kep.
Seribu)
“Kita kan puskesmas kelurahan, kita nanti kerjasamanya nanti sama
puskesmas kecamatan. Jadi kerja sama dengan puskesmas Kecamatan
Kelapa. Soalnya bertahap, sesuai dengan kebutuhan.” (HA, 29 tahun,
Informan Puskesmas Kel. Pulau Harapan)
25
Namun demikian, ada beberapa informan yang menyatakan bahwa buku
didistribusikan langsung dari Dinas Kesehatan ke sekolah. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh beberapa informan di bawah ini.
“Kayaknya langsung ke ini ya… Kabupaten Kota, Kabupaten Kota langsung (dari Kementerian Kesehatan) ke sekolah.” (DP, 51 tahun, Informan Dinas Kesehatan Provinsi)
“Eh langsung ke sekolah ding, waktu itu dia. [...] langsung ke sekolah.” (RJ, 34 tahun, Informan Puskesmas Kec. Kep. Seribu Utara)
Tabel 6. Matriks Distribusi Buku Rapor Kesehatanku
Kelompok informan Proses distribusi
Instansi Kesehatan Distribusi dilakukan dari Sudinkes lalu diserahkan ke Puskesmas untuk kemudian dibagikan ke sekolah.
Instansi Pendidikan Dinas Kesehatan menyerahkan buku ke sekolah melalui Puskesmas.
Jumlah yang didistribusikan masih belum merata karena hanya dibagikan ke kelas 1 saja.
Sekolah buku ada yang langsung dari Kemenkes setelah pelatihan UKS dan ada juga yang melalui puskesmas
Jumlah yang diperoleh sesuai dengan jumlah siswa, namun jika ada siswa baru/pindahan terpaksa sekolah harus menggandakan sendiri.
Jumlah buku yang dibagikan umumnya sudah sesuai dengan kebutuhan,
namun ada juga beberapa sekolah yang hanya dibagikan buku khusus untuk siswa
kelas satu saja, seperti yang diungkapkan oleh seorang informan berikut ini.
“Kalau kemarin pendistribusian kan dari Puskesmas ke sekolah. [...] masih
kelas satu, dibagi secara proporsi. Jadi memang nggak semua dapet. (S, 53
tahun, Informan Sudin Pendidikan Kep. Seribu).
Kemudian setelah dilakukan cross check ke sekolah distribusi buku ada yang
langsung dari Kemenkes setelah pelatihan UKS dan ada juga yang melalui
puskesmas seperti kutipan dari informan berikut.
“Dari Kemenkes langsung ke Sekolah [...]. Langsung dari Kemenkes, setelah
pelatihan saya itu. Pas lagi pelatihan kan kami, ee… sekolah yang datang saat
itu ke pelatihan kan ditanya berapa jumlah siswa, udah gitu. Langsung dikirim
26
sekitar dua mingguan, setelah pelatihan doang.” (ENS, 27 tahun, SDN Johar
Baru 01).
“Distribusinya, kita pertama jatuh di puskesmas dulu terus diberikan. Udah.
Langsung jatuh ke sekolah” (N, 46 tahun, MIN 17 Pulau Kelapa).
Jika difollow-up sampai sekolah jumlah buku yang diterima pada tahun 2016
sesuai dengan jumlah siswa yang diajukan, ada satu sekolah yang menerima buku
berlebih. Namun permasalahannya muncul ketika ada siswa baru dan untuk siswa
baru tahun 2017 masih ada beberapa sekolah yang belum mendapatkan.
“Kalau untuk tahun kemarin cukup. Kalau untuk siswa baru sekarang belum,
ada 14 atau 15 orang.” (N, 46 tahun, MIN 17 Pulau Kelapa).
“Cukup. Tapi ada beberapa… kemaren yang cukup kan… ee, ada siswa baru.
Jadi kita fotokopi…. Karena di sana kita kan udah anggarannya segini.
Misalnya lima puluh, ya dikasihnya lima puluh.” (IS, 51 tahun, SDN Rawasari
01).
c. Sosialisasi
Adapun sosialisasi mengenai buku RK dilakukan melalui pelatihan ataupun
pertemuan yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan ataupun Dinas Kesehatan
kepada petugas UKS Puskesmas yang membina sekolah-sekolah pilot atau
percontohan.
“Kabupaten diundang… Jadi kan, ada anggaran dekon kan eee… itu anggaran dekon untuk UKS. Nah kan petugas-petugas UKS-nya diundang. [...] yang di Puskesmas. (Jadi) udah sosialisasi mah udah. Kita nggak melakukan sosialiasi, pasti petugas yang di bawah. Puskesmas ya.” (DP, 51 tahun, Informan Dinas Kesehatan Provinsi)
“Sosialisasi khususnya bagi sekolah-sekolah yang kemarin aja yang piloting aja tuh.” (Inisial, ... tahun, Informan Dinas Pendidikan Kep. Seribu)
Sosialisasi juga dilakukan oleh petugas Puskesmas kepada kepala sekolah,
guru kelas dan guru UKS. Sosialisasi juga dilakukan ke orangtua termasuk
memberitahu mereka tentang pengisian tanda tangan di salah satu buku RK. Berikut
adalah kutipan beberapa informan terkait sosialisasi ataupun pelatihan tersebut.
“Jadi mereka (orangtua) itu sudah dikumpulin, disosialisasi… Itu kan ada tanda
tangan kan, wali murid atau apa. [...] Ada (sosialisasi dari Dinkes). Kita kan
pembina juga ke sekolah. Kebeneran kita ke sana, langsung sekalian, bukan
khusus sosialisasi… Jadi misalnya kita lagi pembinaan, jadi kita masuk
27
sekalian gitu. Bukan program khusus sosialisasi buku rapor, enggak. Kita
cuma nyelipin aja, sedikit.” (R, 50 tahun, Informan Sudinkes Jakarta Pusat)
“Itu yang pelatihan itu tuh yang dari Puskes sama guru, pelatihan. [...] Guru
sama orang Puskes, sama PJ UKS Puskes. (Dari) Kemenkes apa Provinsi ya,
saya lupa…. Hehe. [...] Pelatihannya di sini… cuma nggak tau nih
pelaksanaannya Kemenkes apa… kayaknya Kemenkes deh. [...] Nah itu waktu
itu (tahun 2016) yang bersamaan dengan pelatihan itu, yang guru sama orang
Puskes.” (S, 53 tahun, Informan Sudinkes Kep. Seribu)
“Per September kemarin itu sosialisasinya hanya sebatas pemegang program
UKS di sekolah, hanya guru UKS saja dalam hal pengisiannya.” (Informan
Puskesmas Kel. Pulau Harapan)
Tabel 7. Matriks Sosialisasi Buku Rapor Kesehatanku
Kelompok informan
Bentuk sosialisasi
Instansi Kesehatan Petugas UKS mendapat sosialisasi dari Kementerian Kesehatan, kemudian petugas tersebut mensosialisasikan kembali ke sekolah-sekolah.
Orangtua/wali murid juga dikumpulkan untuk diberikan sosialisasi dari sekolah dan pihak Pukesmas.
Dinas Kesehatan juga memberikan sosialisasi tentang buku RK.
Sosialisasi dilakukan setelah melakukan penjaringan kesehatan.
Instansi Pendidikan Sosialisasi hanya dilakukan di sekolah-sekolah percontohan saja.
Sekolah Sosialisasi dari sekolah ke siswa, atau orangtua/wali bervariasi. Ada yang melakukan hanya mengundang perwakilan orangtua saja, ada yang melakukan sosialisasi ketika mengadakan rapat orang tua, dan ada juga yang sama sekali tidak melakukan sosialisasi.
Salah satu informan menambahkan bahwa sasaran sosialisasi juga termasuk
kepala sekolah, guru olahraga dan komite sekolah. Sosialisasi ke orangtua biasanya
dilakukan oleh petugas Puskesmas setelah penjaringan selesai.
“Kalau dari puskesmas kita adakan pertemuan guru UKS. Nah disitu kita
jabarkan, kita terapkan tuh, kan ada cara pengisiannya. Kita sasarannya mulai
kepala sekolah, guru UKS, guru kelas, perwakilan guru kelas, dan guru
olahraga karena akan tes kebugaran termasuk komite sekolah kami libatkan.
Sosialisasi (ke orangtua) setelah. Biasanya (dilakukan) setelah penjaringan.
28
Setelah selesai. Setelah selesai penjaringan.” (RJ, 34 tahun, Informan
Puskesmas Kec. Kep. Seribu Utara)
Sedangkan sosialisasi dari sekolah ke siswa, atau orangtua/wali bervariasi.
Ada yang melakukan hanya mengundang perwakilan orangtua saja, ada yang
melakukan sosialisasi ketika mengadakan rapat orang tua, dan ada juga yang sama
sekali tidak melakukan sosialisasi.
“Pernah sosialisasi ke orangtua, tapi gak semua. Kita hanya perwakilan per
kelas itu tiga orang. Tiga orang kali delapan rombongan belajar.” (ENS, 37
tahun, SDN Johar Baru 01)
“Iya jadi kan, kita kan ada rapat orang tua murid tuh. Penentuan komite, segala
macem. Terus ada yang mau ini KJP, ya sama itu sekaligus. Terus ini lah…”
(H, 44 tahun, SDN Cempaka Putih Barat 01)
“Hanya ada ke murid saja, orangtua tidak. Jadi masing-masing guru kelasnya
itu.” (MD, 55 tahun, SDN Kemayoran 09)
d. Mekanisme Pengisian
Dari hasil temuan diperoleh bahwa Kementerian Kesehatan telah
mensosialisasikan petunjuk pengisian buku RK, yang disampaikan pada saat
pelatihan atau pembinaan kepada petugas UKS Puskesmas, termasuk sosialisasi ke
orangtua atau wali murid.
“Diajarin deh. Menurut yang ikut ya… Yang dari Puskes. Saya kan enggak,
bukan saya yang dilatih. Diajarin. Katanya diajarin. [...] Ngisinya, hehehe. [...]
petunjuk buku UKS sih ada, pedoman buku UKS ada. Tapi kalau yang ngisi
rapor itu… saya belum liat.” (S, 53 tahun, Informan Sudinkes Kep. Seribu)
“Petunjuk teknis untuk apa? Pengisian [...] nggak ada.” (R, 50 tahun,
Informan Sudinkes Jakarta Pusat)
Namun, hingga saat ini belum ada buku atau pedoman petunjuk teknis
(juknis) pengisian buku yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Petunjuk
teknis belum diterbitkan karena masih berupa konsep (draft), seperti yang
disampaikan oleh salah satu informan berikut ini.
“Sebenernya kita sudah berusaha menyusun juknis penggunaan buku rapor
kesehatanku itu. Iya, sudah ada draft-nya sebenernya. Masih draft, tapi belom
kita cetak.” (NMD, 42 tahun, Informan Kementerian Kesehatan)
29
Tabel 8. Matriks Pengisian Buku Rapor Kesehatanku
Kelompok informan
Petunjuk teknis Cara pengisian
Instansi Kesehatan
Belum ada buku khusus petunjuk teknis pengisian Buku Rapor Kesehatanku. Petunjuk teknis masih dalam bentuk draft dan belum diperbanyak.
Buku diisi oleh tenaga kesehatan di Puskesmas, orang tua dan guru di sekolah.
Petunjuk pengisian buku diberikan pada saat pelatihan yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan.
Buku biru (catatan kesehatan) diisi oleh petugas Puskesmas lalu dibawa pulang untuk ditandatangani oleh orangtua, sedangkan yang hijau diisi oleh Puskesmas.
Buku biru dapat diisi saat pemeriksaan berkala, pemberian TTD, imunisasi atau ketika berobat ke Puskesmas.
Pengisian buku biru dapat dibantu oleh orangtua, seperti pada bagian identitas peserta didik dan riwayat kesehatan.
Buku hijau selain berfungsi sebagai edukasi dan komunikasi yang berisi materi-materi kesehatan, juga berfungsi sebagai pendampingan bagi orangtua.
Fungsi pendampingan ditunjukkan dengan pengisian paraf oleh guru dan orangtua pada buku hijau.
Instansi Pendidikan
Buku biru berisi catatan pemeriksaan kesehatan, sedangkan buku hijau adalah buku informasi kesehatan, contohnya seperti PHBS dan kesehatan gigi.
Tanda tangan orangtua juga diperlukan dalam pengisian buku
Sekolah Buku biru diisi oleh orangtua, guru dan puskesmas sesuai dengan bagian masing-masing.
1. Pengisian oleh puskesmas ketika pemeriksaan kesehatan siswa.
2. Wali kelas dan orangtua mengisi bagian riwayat kesehatan dsb
Buku RK terdiri dari buku biru, yang berisi catatan pemeriksaan kesehatan,
dan buku hijau yang berisi informasi-informasi kesehatan. Buku ini tidak hanya diisi
oleh petugas Puskesmas pada saat kegiatan penjaringan atau pemeriksaan
kesehatan, namun juga diisi oleh orangtua dan guru. Berikut adalah pernyataan
beberapa informan terkait pengisian buku RK.
30
“Buku rapor kesehatanku ini sebaiknya diisinya, kalau yang ijo kan tadi, guru
sama orang tua. Kalau yang biru ini, ada yang guru ada yang tenaga
kesehatan. [...] jadi kalau identitas peserta didik… kemudian kalau apa, eee…
pemeriksaan riwayat kesehatan bisa dibantu orang tua… pemeriksaan
menggunakan kuesioner bisa dibantu guru, kemudian pemeriksaan-
pemeriksaan fisiknya oleh tenaga kesehatan. [...] penjaringan, atau
pemeriksaan berkala, atau ketika ada imunisasi, atau ada pemberian tablet
tambah darah, atau waktu dia berobat ke dokter… ke praktek Puskesmas. Di
sini ada juga, selain penjaringan, ada juga… gitu. [...]. Nah kalau buku ijo, itu…
eee selain peningkatan pengetahuan, di situ tuh kita berharap ada
pendampingan orang tua, ya. Nah itu kalau dia sudah dipakai, artinya kan… itu
orang tua tuh diisi, gitu” (NMD, 42 tahun, Informan Kementerian Kesehatan)
“... ada yang diisi oleh tenaga kesehatan, ada yang diisi oleh orang tua… ada
diisi oleh guru.” (R, 50 tahun, Informan Sudinkes Jakarta Pusat)
“Nah setau saya, yang dari pelatihan itu, katanya guru yang ngisi…” (S, 53
tahun, Informan Sudinkes Kep. Seribu)
“Guru, orangtua dan puskesmas untuk pemeriksaan kesehatan. Kita guru
cuma mendampingin doang. Yang meriksa meriksa puskesmas, kan
puskesmas yang tau”. (IS, 51 tahun, SDN Rawasari 01)
“Wali kelas…[...] He eh, wali kelas nanti untuk riwayat segala macem kan ke
orang tua, ditanyakan. Nanti pas untuk, ee… dalam arti gigi segala macem,
kita ambil ke Puskesmas”. (ENS, 37 tahun, Informan SDN Johar Baru 01)
“Puskesmas dan guru. Iya, membantu. Kita membaginya itu masing-masing
wali kelasnya. Iya dibantu, semua guru”. (N, 46 tahun, MIN 17 Pulau Kelapa)
Tanda tangan orangtua juga diperlukan dalam pengisian buku. Berikut kutipan
langsung salah satu informan mengenai hal tersebut:
“Kalau yang buku yang biru itu kan kita udah diisi kita suruh bawa pulang ke rumah tanda tangan orang tua, nah nanti biasanya kita infokan kepada orangtua hasilnya.” (RJ, 34 tahun, Informan Puskesmas Kec. Kep. Seribu Utara).
e. Penyimpanan Buku
Penyimpanan buku RK yang ideal adalah baik buku biru sebagai buku
catatan kesehatan ataupun buku hijau sebagai buku informasi kesehatan sebaiknya
dibawa dan disimpan peserta didik, karena orangtua perlu untuk mengetahui status
kesehatan dan agar orangtua berperan dalam membimbing anak. Namun, temuan di
lapangan menunjukkan hasil yang bervariasi, ada yang disimpan di sekolah saja,
ada pula yang sudah sesuai dengan yang diharapkan.
31
Tabel 9. Matriks Penyimpanan Buku Rapor Kesehatanku
Kelompok informan
Penyimpanan Buku
Instansi Kesehatan
Buku biru untuk rekam medis sebaiknya dibawa peserta didik dan dibawa ketika pemeriksaan kesehatan baik di sekolah maupun di puskesmas.
Buku hijau karena digunakan sebagai bahan literasi setidaknya seminggu sekali dibawa peserta didik untuk keperluan bimbingan dari orangtua
Sekolah Penyimpanan buku bervariasi, ada yang sesuai dengan harapan yaitu dibawa oleh peserta didik dan ada pula yang hanya disimpan di sekolah.
Kementerian Kesehatan sebagai pemilik program buku RK memiiki acuan
dalam hal penyimpanan buku, seperti dalam kutipan berikut.
“Jadi kalau yang biru ini kan rekam medis ya, artinya dia private, sebaiknya sih peserta didik. Tapi… ketika ada pelayanan kesehatan di sekolah, guru untuk mengingatkan peserta didik supaya… apa, bisa membawanya, begitu. Cuma di juknis kita buka juga, di junis penggunaan buku KIE kita buka, yang penting adalah disimpan jangan sampai hilang, gitu. Maksudnya kalau mau di sekolah… kalau mau di sekolah, disimpan di tempat yang, apa… yang safety yang tidak terjangkau oleh teman-teman sebaya. Jangan sampe nanti diintip, gitu. Yang ini (buku hijau) karena tadi penggunaannya kita arahkan untuk eee, literasi sedikitnya seminggu sekali juga dibawa peserta didik. Tapi setiap literasi dilaksanakan untuk dibawa, seperti itu.” (NMD, 42 tahun, Informan Kementerian Kesehatan)
Berikut adalah temuan yang ada di lapangan, di mana penerapannya masih
bervariasi antar sekolah, seperti pada kutipan berikut.
“Yang biru di UKS, yang hijau dibawa siswa. Di bawa pulang, biar dia dibaca-
baca, biar dikasih tahu oleh orang tuanya. Dibaca dulu setelah dikasih orang
tua baca baru kami kembalikan, ke sekolah lagi. Iya dikumpulkan tapi setiap
ada kegiatan dokcil ya, itu kami bagikan lagi”. (N, 46 tahun, Informan MIN 17
Pulau Kelapa).
“Di UKS. He eh, kecuali yang hijau. Yang hijau kadang-kadang, ee… misalnya
dari yang tadi RPP pembelajaran, ada info apa “Bawa pulang yaa… Kasih tau
ke orang tua...” Jadi selain anak tau, anak juga menyampaikan ke orang tua,
jadi sama-sama sehat. Gitu...[..] Yang biru, karena memang rapor, ini di
sekolah”. (ENS, 37 tahun, Informan SDN Johar Baru 01)
“Iya. Ya maaf yee, itu pun hanya disimpen di dalem lemari. Ya maaf yee, ya itu
cuma diendap begitu aje. Untuk mempraktekannya guru membacakan ataupun
32
ee… memberi masukan kepada murid, atau anak disuruh baca, ya itu
seperitnya… nggak ada, nggak ada gitu. Di dalam lemari… Ada yang dibagiin
ke murid, tapi nggak tau sama murid di kemanain…” (MD, 55 tahun, Informan
SDN Kemayoran 09)
3.2.2 Kendala
Diakui oleh beberapa informan, pelaksanaan buku RK pun tidak lepas dari
kendala dan permasalahan. Kendala yang terjadi umumnya dari berasal sisi dana
dan sumber daya manusia (SDM). Anggaran yang terbatas untuk pengadaan buku
dinilai menjadi masalah utama belum optimalnya pelaksanaan buku RK di 6 (enam)
sekolah di DKI Jakarta. Pendanaan buku selama ini berasal dari dana APBN pusat
(Kementerian Kesehatan). Anggaran untuk pengadaan buku dapat diajukan oleh
Sudin Pendidikan jika saja e-catalog sudah ada. Berikut ini adalah beberapa kutipan
penjelasan informan mengenai minimnya anggaran tersebut.
“Kendalanya buku rapor ini kendalanya di…. anggarannya, dananya. Karena sekolah di DKI itu kan cukup banyak, dari Dinas Kesehatan sendiri tidak mampu untuk mencetak buku itu, kan terlalu banyak. [...] pertama memang anggaran ya. Kalau waktu itu dari Kementrian ini, anggarannya terbatas.” (Inisial, ... tahun, Informan Dinas Pendidikan Provinsi)
“Kendalanya kalo anggaran terus terang kalau di RKS belum bisa menganggarkan karena e-catalognya belum ada... Kemudian yang kedua masalah buku rapor tadi jadi setiap sekolah belum bisa mencetak paling hanya bisa fotokopi tapi belum semua siswa kalo siswanya 300-400.” (Inisial, ... tahun, Informan Sudin Pendidikan Kep. Seribu)
Terkait dengan SDM, beberapa informan menyayangkan terbatasanya
petugas kesehatan yang melakukan penjaringan kesehatan di sekolah, serta belum
optimalnya pemeriksaan yang dilakukan disebabkan karena pemeriksaan yang
belum sesuai standar. Berikut kutipan langsung sebagian informan mengenai hal
tersebut.
“Kenyataannya, pemeriksaan penjaringan ini kan…. berdasarkan penjaringan
kesehatan, jadi penjaringan kesehatan itu kendalanya banyak, petugasnya
terbatas… terbatas untuk pasien di sekolah. Kemudian… jumlah tenaga
Puskesmas yang bisa turun ke satu sekolah juga terbatas.” (Informan
Kementerian Kesehatan)
“Kemungkinan… karena terbatasnya itu, tidak dilakukan. Dilakukan tapi tidak
seluruh pemeriksaan. Tidak seluruh pemeriksaan, tetapi tidak eee… apa, tidak
sesuai standar. Misalnya, tadi dia hanya periksa fisik, nah… tinggi badan,
33
berat badan dia periksa, tapi dia tidak sesuai standar, dia tidak teruskan lagi
tidak hitung IMTnya, tidak simpulkan lagi status gizinya, gitu kan. [...] Sekedar
meriksa saja, tidak disimpulkan, tidak ditindaklanjuti.” (Informan Kementerian
Kesehatan)
Demikian halnya dengan masalah pergantian petugas sehingga
menyebabkan sulitnya keberlanjutan program dapat dilakukan, apalagi jika petugas
yang pindah atau pensiun adalah petugas yang telah dilatih. Selain itu, beban ganda
serta minimnya pengetahuan medis petugas Puskesmas di dalam buku catatan
kesehatan menyebabkan pelaksanaan program berjalan kurang maksimal.
“Kendalanya itu ini kan baru untuk sekolah model aja… jadi kalau yang kita
udah jalanin, sebenernya nggak masalah. Pelaksananya (juga). Kadang, yang
eee… mereka udah pensiun atau pindah tugas, kadang penggantinya ini
kosong bisa setahun loh. [...] Kendalanya sih pasti anggaran hehehehe”
(Informan Dinas Kesehatan Provinsi)
“Kendala itu pas lagi pelaksanaan itu temen juga ada kegiatan lapangan.
Kalau misalnya jadwalnya ga bentrok sih bisa, kan ada yang rapat.” (Informan
Puskesmas Kec. Kep. Seribu Utara)
“Kalau kendalanya mungkin yang tadi aja kali ya, kurang pengetahuan tentang
beberapa hal yang diperiksa, tentang istilah istilah medis.” (Informan
Puskesmas Kel. Pulau Harapan)
Tabel 10. Matriks Kendala dan Permasalahan dalam Program Buku Rapor Kesehatanku
Kelompok informan Kendala
Instansi Kesehatan Belum adanya payung hukum yang jelas yang menekankan secara khusus tentang penggunaan buku Rapor Kesehatanku.
Jumlah petugas pemeriksaan dan penjaringan kesehatan di Puskesmas masih terbatas.
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan kepada siswa masih belum sesuai standar.
Hasil pemeriksaan ataupun penjaringan kesehatan tidak ditindaklanjuti.
Pemindahan petugas yang menyebabkan tidak ada petugas pengganti dalam waktu lama.
Masih belum jelas terkait siapa yang mengisi buku. Guru dinilai terlalu dibebani jika harus mengisi buku.
Belum ada dasar yang kuat bagi Puskesmas untuk mencetak buku sendiri, meskipun sudah ada dana
34
BLUD.
Beberapa petugas masih belum paham dengan beberapa istilah medis yang ada di dalam pemeriksaan kesehatan (buku biru).
Instansi Pendidikan Jumlah sekolah di DKI terlalu banyak sehingga membutuhkan pengadaan yang besar, namun anggaran terbatas.
Penganggaran untuk cetak buku tidak dapat dilakukan karena e-catalogue belum tersedia sehingga buku hanya difotokopi.
Sekolah Menjadi beban kerja guru.
Kendala pengadaan untuk siswa kelas 1 yang baru dan siswa pindahan
Penanggung jawab kurang.
Salah satu informan juga mengaku belum mengetahui secara pasti siapa
yang bertanggung jawab terhadap pengisian buku RK. Selain itu, ketiadaan dasar
hukum dalam tanggung jawab pengadaan buku juga masih menjadi permasalahan
di Puskesmas, dimana salah satu informan menyebutkan beberapa Puskesmas
telah mencetak sendiri buku melalui dana BLUD. Berikut adalah kutipan penjelasan
informan mengenai hal tersebut.
“Ya itu pengisiannya itu, sebenernya siapa yang ngisi, apa harus petugas
Puskesmas atau guru. Nah setau saya, yang dari pelatihan itu, katanya guru
yang ngisi. Kayaknya di sana itu… guru UKS itu kan satu, jadi kayaknya itu dia
nggak sanggup itu, mengisi.” (S, 53 tahun, Informan Sudinkes Kep. Seribu)
“Puskesmas memang BLUD, cuma kan takut, gak ada dasar dia untuk
mencetak.” (Informan Sudinkes Kep. Seribu)
Sekolah sebagai pelaksana buku RK juga mengaku mengalami beberapa kendala
salah satunya buku RK menjadi beban kerja bagi guru seperti kutipan berikut.
“Eh… kendalanya ya… Waktu kali ya… Karena lebih terikat pada kegiatan
mengajar, belajar, gurunya yaa”. (MD, 55 tahun, Informan SDN kemayoran
09)
“Iya kalau lagi ada pemeriksaan, kebetulan kita lagi ulangan gitu. UTS, atau
mid semester, atau UTS kedua semester kedua gitu kadang-kadang suka
terbentur begitu. Kita merasa kerepotan juga”. (N, 46 tahun, Informan MIN 17
Pulau Kelapa).
35
Selain beban guru yang bertambah, jumlah buku juga dianggap menjadi
kendala dalam pelaksanaan buku RK, serta penanggung jawab program yang
kurang karena hanya dibebankan pada satu orang saja. Berikut kutipan
penjelasan informan.
“Kendala pengadaan untuk siswa kelas 1 yang baru”. (ENS, 37 tahun,
Informan SDN Johar Baru 01)
“Tapi kalau itu, kendalanya kalau… ada yang enggak punya, yang anak-anak
baru itu kan. “Saya kok nggak punya, Bu”. Anak-anak pindahan itu… yang
enggak punya, kan banyak juga tuh. Tiap tahun anak baru, nah itu sampe
sekarang belum ada tuh”. (H, 44 tahun, Informan SDN Cempaka Putih Barat
01)
“Pengadaan dan SDM timnya kurang karena selama ini hanya satu orang yang
bertanggungjawab”. (S, 36 tahun, Informan SDN Pulau Harapan Pagi 01)
3.2.3 Upaya Terobosan
Beberapa upaya terobosan disampaikan oleh informan terkait hal yang dapat
menunjang program buku RK, di antaranya pembuatan e-catalog untuk buku RK di
mata anggaran Dinas Pendidikan hingga menjadikan Dinas Pendidikan sebagai
leading sector penyelenggaraan program ini, sebagaimana yang ada dalam kutipan
berikut ini.
“Ya itu upayanya kita nanti akan programkan untuk anggaran tapi di 2018. Di
2018 tapi nantinya di 2019 oleh sekolah itu nanti. [...] nah kebijakannya nanti
sekolah untuk menganggarkan dengan catatan itu tadi di e-catalog ada, nanti
kan untuk bagian program di provinsi dan nanti kan bersurat juga nanti kan
supaya nanti mencantelkan ada e-catalog khusus yang menjadi dasar untuk
nanti pengadaan itu buku rapor itu.” (S, 53 tahun, Informan Sudin
Pendidikan Kep. Seribu)
“... udah diatur ya, nih tim-tim Pembina UKS itu. Jadi itu udah tugas sekolah…
jadi kita itu istilahnya, support. Atau dia diharusin, harusnya dia yang minta
ini… pelatihan ini, atau penyuluhan ini bagaimana. Nah mulai dibilangin tuh,
jadi semuanya dari Dinas Pendidikan, bukan kita lagi, yang leading sector-nya
bukan kita lagi dari pihak kesehatan, jadi sekolah. Tapi sekolah minta ke
Puskesmas, misalnya dia apa, apa, gitu loh. Sama penyediaan buku itu...” (V,
44 tahun, Informan Sudinkes Kep. Seribu)
36
Tabel 11. Matriks Upaya Terobosan untuk Program Buku Rapor Kesehatanku
Kelompok informan
Upaya terobosan
Instansi Kesehatan Menjadikan instansi pendidikan sebagai leading sector penyelenggaraan program buku RK dimana tim-tim pembina UKS dapat mendukung program ini, baik dengan memberikan pelatihan atau penyuluhan.
Menggalakkan kembali program kesehatan, seperti pendirian kantin sehat dan program sarapan bersama di sekolah.
Menyusun kartu stok penjaringan anak sekolah yang berisi informasi tentang antropomentri, riwayat kesehatan, dll.
Instansi Pendidikan E-catalog akan dibuat sehingga buku RK dapat dianggarkan pada tahun 2018/2019 dan menjadi bagian program kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Sekolah Mengadakan makan pagi bersama, program literasi, dokter kecil dan membentuk polisi kebersihan
Selain itu, beberapa informan menyebutkan bahwa pendirian kantin sekolah
sehat serta program sarapan bersama di sekolah dapat menjadi kegiatan
pendukung, termasuk membuat kartu stok penjaringan yang dapat digunakan
sebagai dokumen rujukan ke fasilitas kesehatan bagi para peserta didik.
“Iya mendirikan kantin sehat, kantin sekolah yang tadinya ga ada jadi ada.
Sarapan bersama. Kalau senam bersama ada. Memang dari dulu udah ada,
dari sekolah, semua sekolah ada.” (RJ, 34 tahun, Informan Puskesmas Kec.
Kep. Seribu Utara)
“Paling nanti kita bikin ini aja, kartu stok penjaringan anak sekolah, ya nanti itu
di dalam isi kartu stok itu ada antropometrinya, kemudian gangguan yang
terjadi pada anak tersebut, perlu atau tidaknya dirujuk fasilitas kesehatan,
sama apa tindakan yang sudah dilakukan. Paling itu sih, kartu stok biar sama-
sama mengamati ibunya punya kartu, kami punya kartu.” (HA, 29 tahun,
Informan Puskesmas Kel. Pulau Harapan)
Sekolah juga menerapkan beberapa upaya terobosan seperti mengadakan makan
pagi bersama, program literasi, dokter kecil dan membentuk polisi kebersihan.
“... Jadi kalau kita jumat itu kan, dalam minggu ini, kita… misal kan kultum.
Selesai kultum kita makan bersama, semuanya. Dari kelas satu sampai enam.
Menunya ditentukan, di lapangan. (IS, 51 tahun, Informan SDN Rawasari 01)
37
“Sarapan bersama hari Selasa, Rabu, Kamis.Program literasi untuk baca buku,
dokter kecil. Terkait kebersihan adanya polisi kebersihan”. (S, 36 tahun,
Informan SDN Harapan Pagi 01)
3.2.4 Monitoring dan Evaluasi
Hasil wawancara mendalam menunjukkan bahwa belum ada kegiatan
monitoring dan evaluasi (monev) khusus untuk buku RK. Monev biasanya dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pembinaan program UKS atau monev yang berkaitan
dengan Lomba Sekolah Sehat, baik yang dilakukan oleh Puskesmas, Sudin
Pendidikan maupun Sudinkes. Di dalam monev tersebut, dilakukan pengecekan
terhadap kepatuhan pengisian buku RK. Berikut adalah pernyataan informan yang
mendukung hal tersebut.
“Kalau yang… kita bagian dari pelaksanaan pekerjaan. [...] Jadi kalau kita kan
ada… monevnya bukan cuma rapor gitu loh. Programnya juga di… jadi eeee…
monevnya ini bagian dari monev program gitu. Program UKS. Anak usia
sekolah… usrem yaa.” (DP, 51 tahun, Informan Dinas Kesehatan Provinsi)
“Untuk monitoring, pembinaan untuk turun ke sekolah begitu. Itu kalau untuk
lomba sekolah sehat, karena di kabupaten di bagian Kesra-nya kesmasnya
gak menganggarkan sama bawa nanti tim penilai ke sekolah saja. Kalau
monitoringnya dilakukan oleh ibu Pengawas sudah. Terkait dengan itu, intinya
tentang sekolah sebagai piloting yang 5 sekolah saja sama yang lomba
sekolah sehat. [...] sekaligus buku rapornya, kelengkapannya gitu karena kan
gak mungkin satu-satu jadi sekaligus. Karena kan susah transportasinya.” (S,
53 tahun, Informan Sudin Pendidikan Kep. Seribu)
“Pernah (monev). Dari Sudin. Kalau mengenai buku belum. Kalau UKS iya,
udah. Secara khusus belom pernah, tapi di sini monev dari UKS, sekalian kita
melihat pengisian. Enggak khusus buku, tapi kita liat oh ini udah diisi ada yang
diisi ada yang enggak diisi.” (V, 44 tahun, Informan Sudinkes Kep. Seribu)
Selain itu, monev juga dilakukan secara terintegrasi dengan program lainnya,
seperti program gizi dan kesehatan lingkungan, seperti yang dikutip dari beberapa
jawaban informan berikut ini.
“Kita punyanya kegiatan pembinaan sekolah sehat. [...] jadi di situ bukan cuma
hanya bukunya saja, tapi kan ada… di dalem materi tuh ada gizinya, ada
keslingnya, semuanya ada di situ. Jadi kalau kita monev… pembinaan, bukan
cuma satu pemegang program UKS, tapi di sektor program lain. Kita jadwal
berapa tuh ya, pembinaan? Semua, 25 sekolah, per tahun. (Jadwalnya) per
triwulan. Tapi kami ngerjainnya per bulan kadang. Karena kan kepotong libur.”
(R, 50 tahun, Informan Sudinkes Jakarta Pusat)
38
Tabel 12. Matriks Monitoring dan Evaluasi Buku Rapor Kesehatanku
Kelompok informan
Bentuk kegiatan Tindak lanjut
Instansi Kesehatan Monev dilakukan bersamaan dengan monev program UKS.
Hasil monev yang dilakukan oleh Puskesmas disampaikan kepada Kepala Puskesmas dan Sudinkes
Monev dilakukan terintegrasi dengan program lainnya contohnya pembinaan sekolah sehat, gizi dan kesehatan lingkungan.
Monev termasuk melihat mengecek pengisian buku.
Monev biasanya dilakukan setiap triwulan, tapi kadang juga dikerjakan per bulan.
Instansi Pendidikan Monev dilakukan dalam bentuk pembinaan ke sekolah dalam rangka Lomba Sekolah Sehat.
Sekolah Monev dari Kementerian Kesehatan langsung belum ada
1. Jika ada anak yang belum diperiksa akan diperiksa, atau diberikan rujukan ke Puskesmas bagi siswa yang membutuhkan.
2. Hasil monev dari Puskesmas dilaporkan ke suku dinas kesehatan
Suku Dinas Kesehatan dan Suku Dinas Pendidikan pernah melakukan monev
Monev dari Puskesmas rutin dilakukan, ada yang dilakukan setiap triwulan
Monev tidak dilakukan khusus buku RK tetapi juga sekaligus mematau program lain seperti kantin sehat, dan sampah
Jadwal monev sendiri beragam untuk setiap instansi, namun umumnya
adalah setiap per 3 (tiga) bulan atau triwulan. Sejumlah Puskesmas bahkan
melakukan monev setiap bulan. Hasil monev yang dilakukan oleh Puskesmas
kemudian diaporkan kepada Kepala Puskesmas dan Sudinkes. Berikut adalah
jawaban informan mengenai hal tersebut.
“Ada (monev untuk program buku Rapor Kesehatanku). Kalau untuk monev
satu bulan sekali. Setiap tahun. (Hasil monev dilaporkan ke) Kepala
39
Puskesmas, Sudinkes.” (RJ, 34 tahun, Informan Puskesmas Kec. Kep.
Seribu Utara)
“... yang sebelumnya, pernah, paling berapa ya, pokoknya pernah deh
diadakan khusus pertemuan guru UKS. Kalau dulu bisa setahun 4 kali lah, per
tiga bulan ya, ada sifatnya per kelurahan ada juga yang sifatnya per
kecamatan.” (HA, 29 tahun, Informan Puskesmas Kel. Pulau Harapan)
Sekolah mengaku jika monitoring dan evaluasi langsung dari
kementerian kesehatan belum ada, monev dilakukan oleh Puskesmas secara
rutin, dan ada juga sekolah yang mengaku pernah dilakukan monev oleh suku
dinas kesehatan dan suku dinas pendidikan.
“Dari Kementerian Kesehatan belum ada sama sekali, Kalau dari Puskesmas
rutin”. (ENS, 37 tahun, Informan SDN Johar Baru 01)
“Belom, baru ini saja” (MD, 55 tahun, Informan SDN Kemayoran 09)
“Tiga bulan sekali kalau ada ini. Kan sekarang lagi ada pemeriksaan. Monev
dari Bu Ita dari Puskesmas”. (N, 46 tahun, Informan MIN 17 Pulau Kelapa).
“Kemenkes, Sudinkes Kepulauan Seribu, Puskesmas, Suku Dinas Pendidikan.
Ya hasilnya dilaporkan pada puskesmas Pulau Harapan. Lalu ke puskesmas
kecamatan. Lanjut ke Sudinkes Kepulauan Seribu”. (S, 36 tahun, Informan
SDN Harapan Pagi 01)
Monev yang dilakukan tidak khusus untuk buku RK tetapi juga untuk
memantau program lain seperti kantin sehat dan sampah.
“Hal yang dimonitoring tidak hanya buku RK tapi yang lain juga seperti kantin
dan sampah, semuanya”. (IS, 51 tahun, Informan SDN Rawasari 01).
Berikut salah satu cuplikan tindak lanjut setelah dilakukan monev.
“Ada, tindak lanjutan. Kalau seandainya anak itu, misalnya contohnya yang
belum ditimbang, misalnya kita timbang, terus ada anak yang belum diperiksa
seperti sekarang ini, kita bawa ke puskesmas. Kalau ada yang sakit,
kecacingan. Dok nih, anak saya nih kemarin ga masuk”. (N, 46 tahun,
Informan MIN 17 Pulau Kelapa).
3.2.5 Harapan dan Saran
Sebagian besar informan mengharapkan adanya perbaikan dalam
pelaksanaan program buku RK, khususnya pada implementasi program. Pengisian
dan pemeriksaan diharapkan dilakukan secara lengkap, serta hasilnya dapat
ditindaklanjuti dengan pemeriksaan lebih lanjut di Puskesmas atau faskes lainnya.
40
“... harusnya Provinsi udah bisa responsif, Kabupaten juga bisa responsif
seperti itu. (Harapannya) pengisian ini… lengkap. [...] Kita harapkan
pemeriksaan semua dilakukan. Kita berharap pemeriksaan dilakukan,
disimpulkan, ditindaklanjutin. Kalaupun dia tidak menindaklanjuti ke
Puskesmas, tetap kita memastikan bahwa itu ditindaklanjutin. Terserah mau ke
dokter swasta, mau ke rumah sakit swasta, mau ke mana.” (NMD, 42 tahun,
Informan Kementerian Kesehatan)
Oleh sebab itu, informan menyarankan penggunaan buku RK agar dapat
terkonsentrasi pada sekolah percontohan saja sehingga lebih efektif.
“... kita sarankan… buku rapor ini untuk dikonsentrasikan di beberapa sekolah
model saja, supaya penggunaannya lebih bermanfaat, lebih apa sih, efisien,
lebih efektif. Jadi sebaiknya kita minta Provinsi, sebaiknya ketika
mendistribusikan ini… juga dipantau manfaatnya.” (NMD, 42 tahun, Informan
Kementerian Kesehatan)
Harapan lain adalah adanya dukungan yang lebih dari Dinas Kesehatan dan
Kementerian Kesehatan dalam hal pendanaan pengadaan buku, sehingga buku
dapat dicetak lebih banyak dan dapat lebih terdistribusi merata ke semua jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Berikut adalah pernyataan informan mengenai hal
tersebut.
“Harapan kami ya, ya ini programnya bisa… ya apa namanya, kita dukung gitu.
Perlu (dilanjutkan), perlu. Bisa mungkin Dinas Kesehatan atau Kementrian
Kesehatan ada anggarannya untuk diperbanyak gitu. [...] Kalau bisa ya
dianggarkan lebih. Kalau memang mau memperbanyak mungkin sekolah-
sekolah itu tinggal diinformasikan, mungkin dari Dinas Kesehatan, baik dari
Puskesmas.” (R, 51 tahun, Informan Dinas Pendidikan Provinsi)
“Kalau saya sih, pengennya kita kan nggak mungkin… ngurus SD itu ada...
anak sekolah tuh ada berapa puluh ribu, ya kan? Kalau kita harus cetak kayak
gini, nah… bisa nggak kalau misalnya, eee… dari Kementerian juga
mensubsidi.” (DP, 51 tahun, Informan Dinas Kesehatan Provinsi)
“Harapannya kelas satu itu sudah terbagi sebenernya, supaya kelas dua dia
tinggal mengikuti aja, tinggal melanjutkan. Terdistribusi semua… siswa kelas
satu, baik SD, SMP, SMA. [...] Terdistribusi dan tersosialisasi. [...] tersosialisasi
dan distribusinya.” (R, 50 tahun, Informan Sudinkes Jakarta Pusat)\
“Mudah-mudahan pengadaannya buku rapornya itu mencukupi sesuai dengan
target, sesuai dengan jumlah siswa Ya lebih gapapa yang penting jangan
kurang. Soalnya disini terbatas, sarana fotocopy juga susah, biaya fotocopy
juga jauh lebih mahal.” (HA, 29 tahun, Informan Puskesmas Kel. Pulau
Harapan)
41
Salah satu sekolah menyarankan untuk pengadaan buku rapor sebaiknya
dilakukan oleh dinas kesehatan saja.
“Buku Rapor Kesehatanku diadakan oleh dinas kesehatan” (S, 36 tahun,
Informan SDN Harapan Pagi 01)
Tabel 13. Matriks Harapan dan Saran untuk Program Buku Rapor Kesehatanku
Kelompok informan
Harapan Saran
Instansi Kesehatan
Pengisian buku diharapkan lengkap, termasuk pemeriksaan kesehatan yang dilakukan terhadap peserta didik.
Buku Rapor Kesehatanku hanya dipakai pada sekolah percontohan saja agar lebih efektif.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat mengeluarkan kebijakan terkait buku RK.
Kebijakan dan payung hukum perlu segera disusun guna mengatur pelaksanaan program terutama terkait pengadaan buku.
Buku RK dapat diimplementasikan dan digunakan dengan maksimal.
Jumlah buku yang dicetak perlu ditambah.
Pengadaan buku diharapkan mencukupi serta dapat tersosialisasi dan terdistribusi ke semua jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) dan menengah (SMP dan SMA).
Kementerian Kesehatan perlu lebih banyak melakukan pengadaan buku.
Buku RK dapat menjadi alat komunikasi atau mediasi antara orangtua murid dengan anak didik dan guru.
Pihak sekolah juga perlu aktif melaporkan berapa jumlah buku yang dibutuhkan.
Kebutuhan Sudin Kesehatan terkait buku RK dapat diakomodir.
Perlu adanya pembinaan terhadap guru dan petugas Puskesmas.
Guru sekolah perlu terlibat dalam pelaksanaan program, bekerja sama dengan Puskesmas setempat.
Dengan adanya buku RK, siswa menjadi sehat.
Instansi Pendidikan
Kementerian Kesehatan atau Dinas Kesehatan dapat memperbesar anggaran untuk buku RK, atau mensubsidi dana pengadaan buku.
Kebijakan di tingkat pusat perlu disusun agar dapat mendorong dibentuknya kebijakan serupa di tingkat daerah sekaligus mendorong komitmen daerah.
42
Buku RK dapat menjadi suatu acuan untuk melihat status kesehatan dan perilaku pola hidup sehat siswa.
Dana BOS dan BOP dapat menjadi lternative sumber pendanaan cetak buku.
Perlu adanya pembinaan terhadap guru dan kepala sekolah.
Sekolah Ada monitoring dan evaluasi langsung dari Kemenkes
Materi untuk kelas 1-3 dan 4-6 dibedakan
Jumlah buku dilebihkan untuk antisipasi adanya siswa baru dan pindahan
Penambahan materi tentang NAPZA
Pengadaan buku langsung dari Dinas Kesehatan
Buku RK diharapkan dapat menjadi acuan bagi siswa dalam meningkatkan
status kesehatan dan mendorong siswa berperilaku hidup sehat, selain itu buku RK
dapat berguna sebagai alat komunikasi antara siswa dengan orangtua dan guru,
khususnya yang terkait dengan kesehatan.
“Harapan saya ke depan rapor ini kan menjadi suatu acuan untuk melihat
kesehatan siswa, perilaku pola hidup sehat itu terlihat dari buku rapor seprti itu
sih harapannya.” (S, 53 tahun, Informan Sudin Pendidikan Kep. Seribu)
“Harapan adalah itu sebagai alat komunikasi antara orang tua murid dengan
anak didik dan guru. Itu kan seperti buku penghubung sebenernya. [...]
Pokoknya itu aja, harapannya buku-buku itu sebenernya sebagai mediasi,
sebagai fasilitas untuk anak didik.” (R, 50 tahun, Informan Sudinkes Jakarta
Pusat)
Beberapa informan bahkan menyebutkan harapannya terkait payung hukum
yang perlu dibuat, serta adanya keterlibatan aktif dari guru dan Puskesmas dalam
menjalankan program ini secara bersama-sama, sehingga pada akhirnya semua
siswa menjadi sehat. Berikut adalah pernyataan informan.
“Payung hukum pun dari Kemendikbud ya. [...] Kalau Permenkes 25 tidak ter-statement, tapi… bahwa kegiatannya, antara lain KIE, gitu… itu kan perlu instrumen tuh, gitu. Nah sebenernya kita perlunya itu, lebih kepada Dikbud, supaya… terkait penyediaan dan penggunaan. Karena kalau kesehatan, Permenkes itu kan nggak berlaku, tidak berlaku, tidak mengikat sekolah kan.” (NMD, 42 tahun, Informan Kementerian Kesehatan) “... ada kerja sama sama orang Puskesmas sama guru-guru. Guru-guru tuh tugasnya apa, Puskesmas tugasnya apa… Soalnya kan kita juga nggak… jadi
43
petugas kami itu, apalagi di Pulau… itu satu orang itu banyak megangnya. Jadi satu orang nggak UKS doang. Harapan lainnya… ya itu, guru mesti terlibat juga dengan, eee UKS ini loh. Lebih care dengan UKS lah. Jangan kita lagi yang, yang terus… berkoar-koar lah istilahnya, yang terus menghimbau.” (S, 53 tahun, Informan Sudinkes Kep. Seribu) “Kita tahu ya secara dini kita tahu penyakit-penyakit yang ada, yang dapat inilah, istilahnya apa ya, bisa segera ditangani. [...] Siswa semua sehat, jarang sakit, jadi ga bolos, kalau sakit kan kadang ga masuk ya, angka kesakitan menurun.” (RJ, 34 tahun, Informan Puskesmas Kec. Seribu Utara)
Senada dengan pernyataan tentang adanya payung hukum, informan lain
menyarankan adanya pemantauan secara berkala dari Kementerian, dengan
didukung kebijakan yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan dan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Kebijakan mengenai tanggung jawab pengadaan buku
juga harus segera dibuat agar tidak ada lagi kendala yang terkait cetakan.
“Program ini harus dipantau nih. Harusnya dari Kementerian. Jadi nih ada evaluasi... harus ada evaluasi tahunannya, maksudnya kayak kendala-kendala kita di lapangan, Kementerian juga harus ikut itu. [...] Misalnya Kementerian Kesehatan atau lewat Kementerian Pendidikan ya, buat aturan bahwa kalau yang namanya anak sekolah itu, dia harus punya misalnya buku rapor kesehatanku.” (DP, 51 tahun, Informan Dinas Kesehatan Provinsi)
“Sarannya, kebijakan cepet dibuat untuk siapa yang mencetaknya. Karena DKI, Jakarta Pusat aja udah sekitar 400 sekolah, mau diapain. Jakarta Pusat…. Hehehe. [...] yang penting jelas dulu, siapa yang (memperbanyak).” (R, 50 tahun, Informan Sudinkes Jakarta Pusat)
Adanya payung hukum dari pemerintah pusat tentunya dapat mendorong
pemerintah daerah untuk mengeluarkan peraturan yang sama di tingkat daerah,
sebagaimana yang diutarakan salah satu informan berikut ini.
“... yang kedua mohon dari dinas kesehatan dari provinsi maupun dari kementerian juga bisa memberikan bantuan-bantuan berupa yang menunjang tentang adanya buku rapor itu jangan hanya dari Pemdanya tapi dari pusat juga kalau bisa, ya paling gak kebijakan atau apa begitu supaya ke Pak Gubernurnya nanti kan bisa ke walikota.” (S, 53 tahun, Informan Sudin Pendidikan Kep. Seribu)
Untuk itu, disarankan adanya peningkatan jumlah buku yang dicetak agar
keberlanjutan program dapat dipertahankan. Dana BOS dan BOP, misalnya, dapat
menjadi contoh sumber pendanaan. Namun, salah satu informan justru mendorong
Kementerian Kesehatan yang lebih banyak melakukan pengadaan buku. Di sisi lain,
44
pihak sekolah juga perlu aktif melaporkan berapa jumlah buku sesuai kebutuhan
untuk kemudian ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan.
“... saran yang tadi banyaknya… [...] diperbanyak gitu.” (R, 51 tahun, Informan Dinas Pendidikan Provinsi) “Jumlah pengadaan aja (ditambah).” (RJ, 34 tahun, Informan Puskesmas Kec. Kep. Seribu Utara) “Dinas Pendidikan menyarankan memakai dana BOS atau BOP, gitu untuk mencetak bukunya itu. Dan terus sebagian dari memang bantuan dari eee… apa namanya tuh Dinas Pendidikan tuh, terus BOP itu yang bisa terus dipergunakan untuk mencetak buku.” (R, 51 tahun, Informan Dinas Pendidikan Provinsi) “Ya kalau memang bisa Kemenkes yang ngadain, Kemenkes aja kali. Daripada saya pusing-pusing…. Hehehehe. Kalau memang Kemenkes bisa… pengadaan buku itu, ya Kemenkes aja hehehe.” (S, 53 tahun, Informan Sudinkes Kep. Seribu) “Kalau memang ini program berkelanjutan ya setidaknya setiap tahun kalau memang ini tindak lanjutnya berkelanjutan ya berarti kan harus ada anggaran nih yang jelas misalnya rapor kesehatan. [...] Mungkin dari pihak sekolah juga kan ngasih tau kebutuhan apa biar nanti ditanggapin ke dinas atau kemenkes biar apa ya nanti ga hanya sekedar kebutuhan tapi ga diomongin. Biar nanti masuk di anggaran.” (HA, 29 tahun, Informan Puskesmas Kel. Pulau Harapan)
“Iya, jumlah buku diperbanyak lagi. Artinya kalau mau diberi jangan untuk sejumlah siswa pada saat tahun itu, kepengennya mah dilebihkan begitu, pengennya”. (N, 46 tahun, Informan MIN 17 Pulau Kelapa)
Selain itu, pembinaan terhadap guru SD dan petugas Puskesmas juga perlu
sering dilakukan, termasuk guru SMP dan SMA. Kepala Sekolah juga hendaknya
turut memahami mengenai isi buku RK. Pihak sekolah mengharapkan adanya
monitoring dan evaluasi langsung dari Kementerian Kesehatan.
“... harus ada pembinaan dari Sudinkesnya atau puskesmas dokter yang bertugas ke sekolah-sekolah jadi tidak hanya ke SD saja, tapi juga di SMP tapi juga di SMA nya.” (S, 53 tahun, Informan Sudin Pendidikan Kep. Seribu) “Gurunya dirapihin lagi kali… eee… maksudnya jangan, kan guru UKS paling satu ya. Jangan satu gitu loh, kasian juga sih. Terus Kepala Sekolahnya juga harus tau.” (V, 44 tahun, Informan Sudinkes Kep. Seribu) “Ada monitoring dan evaluasi langsung dari Kemenkes”. (ENS, 37 tahun, Informan SDN Johar Baru 01).
45
Sekolah juga memberikan masukan dan saran terkait dengan materi yang ada
dalam buku RK sebagai berikut.
“Iya informasinya, mungkin ditambah lagi tentang kesehatan, apa bahaya-bahayanya misal tentang pil-pil narkoba”. (H, 44 tahun, Informan SDN Cempaka Putih Barat 01) “... kalau bisa ya… untuk kelas satu itu, yang lebih sederhana lagi. Jadi nggak disamaratakan dari kelas satu sampe kelas enam isinya sama, gitu. Mau saya tuh, kelas satu kelas dua atau sampe kelas tiga lah, isinya sama, tetapi lebih sederhana maksudnya. Nah empat lima enam ini… lebih sedikit agak… apalagi kalau anak kelas enam ini sekarang yee… mulai mereka merasa udah ABG, cenderung udah mulai bergenit-genit ria, anak perempuannya”. (MD, 55 tahun, SDN Kemayoran 09)
3.3 Output
Output dinilai melalui pemanfaatan buku, pengetahuan, sikap, dan perilaku
siswa yang diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner kepada 208 siswa
Sekolah Dasar.
3.3.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden secara rinci ditampilkan dalam Tabel 14. Responden
tersebar merata di 6 sekolah dasar dengan masing-masing sebanyak 34-35
responden. Jenis kelamin terbagi rata antara laki-laki dan perempuan yaitu
sebanyak 104 responden. Usia responden termuda adalah 8 tahun dan tertua
adalah 14 tahun, dan sebagian besar responden berusia 10 tahun. Responden yang
menjadi sampel berasal dari kelas 4 (32,2%), kelas 5 (37%), dan kelas 6 (30,8%).
Jika dilihat dari karakteristik orang tua sebagian besar ayah responden
berpendidikan SMA dan ibu SMP, pekerjaan ayah bervariasi sebagai
buruh/petani/nelayan dan pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga.
Tabel 14. Karakteristik Responden
Karakteristik n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 104 50,0
Perempuan 104 50,0
Umur
8 2 1,0
9 35 16,8
46
10 95 45,7
11 52 25,0
12 18 8,7
13 4 1,9
14 2 1,0
Kelas
Kelas 4 67 32,2
Kelas 5 77 37,0
Kelas 6 64 30,8
Pendidikan Ayah
Tidak tamat SD 2 1,0
Tamat SD 30 14,4
Tamat SMP 27 13,0
Tamat SMA 54 26,0
Tamat Perguruan Tinggi 40 19,2
Tidak Tahu 55 26,4
Pendidikan Ibu
Tidak sekolah 1 ,5
Tidak tamat SD 36 17,3
Tamat SD 29 13,9
Tamat SMP 57 27,4
Tamat SMA 35 16,8
Tamat Perguruan Tinggi 0 0
Tidak Tahu 50 24,0
Pekerjaan Ayah
Tidak bekerja 2 1,0
PNS 20 9,6
Pegawai Swasta 48 23,1
Wiraswasta 57 27,4
Buruh/ Petani/ Nelayan 66 31,7
Lainnya 6 2,9
Tidak Tahu 9 4,3
Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja/ IRT 143 68,8
PNS 9 4,3
Pegawai Swasta 16 7,7
Wiraswasta 28 13,5
Buruh/ Petani/ Nelayan 8 3,8
Lainnya 2 1,0
Tidak Tahu 2 1,0
Total 208 100,0
47
3.3.2 Pemanfaatan Buku Rapor Kesehatanku
Akses buku RK diberikan kepada siswa mulai dari kelas 3, 4 dan 5 dan
perolehan buku langsung dari guru sekolah setempat (Tabel.15). Artinya responden
telah mendapatkan buku RK selama satu tahun atau ketika responden berada di
kelas sebelumnya, mengingat buku ini baru diluncurkan pada tahun 2016. Proses
pengadaan buku RK di wilayah DKI Jakarta khususnya pada sekolah percontohan
memang langsung dari Kementerian Kesehatan dengan alur distribusi melalui dinas
kesehatan, kemudian dinas kesehatan mendistribusikan ke puskesmas untuk
selajutnya didistribusikan ke sekolah sesuai dengan jumlah siswa.
Tabel 15. Kepemilikan Buku Rapor Kesehatanku
Buku Rapor Kesehatanku n %
Waktu mendapatkan
Saat kelas 3 70 33,7
Saat kelas 4 76 36,5
Saat kelas 5 62 29,8
Sumber perolehan
Sekolah/Guru 197 94,7
Puskesmas 11 5,3
Tempat menyimpan buku RK: buku informasi kesehatan
Sekolah 125 60,1
Rumah 83 39,9
Tempat menyimpan buku RK: buku catatan kesehatan
Sekolah 187 89,9
Rumah 21 10,1
Total 208 100,0
Observasi buku RK dilakukan baik pada buku catatan kesehatan maupun
buku informasi kesehatan dan diketahui persentase pemanfaatan buku tersebut.
Hasil observasi buku RK ditampilkan dalam Tabel 16 dan Tabel 17.
Tabel 16. Observasi Pengisian Buku Rapor Kesehatanku “Buku Catatan Kesehatan”
Hasil Observasi n persen
1 Buku Terisi ≤ 50% 88 42,30
2 Buku Terisi >50% 107 51,40
3 Buku hilang 13 6,30
Total 208 100,0
Dari hasil penelitian diungkap bahwa hanya 51,4% buku yang pengisiannya
>50% dan ada sekitar 6,3% buku yang hilang. Jika dilihat sebaran pengisian buku
48
catatan berkisar dari 3,7%-75,93% atau bisa dikatakan tidak ada satupun buku yang
terisi lengkap.
Tabel 17. Observasi Pengisian Buku Rapor Kesehatanku “Buku Informasi Kesehatan”
Hasil Observasi n persen
1 Ada paraf lengkap 6 2,9
2 Ada paraf, tidak lengkap 29 13,9
3 Tidak ada paraf sama sekali 154 74,0
4 Buku hilang 19 9,1
Total 208 100,0
Tabel 17 menunjukkan bahwa sangat sedikit (2,9%) buku RK siswa yang
diparaf oleh orangtua maupun guru dengan lengkap, bahkan 74% siswa tidak ada
paraf sama sekali.
3.3.3 Pengetahuan Siswa
Siswa yang memiliki pengetahuan baik mengenai buku RK sangat sedikit
hanya 15,9% responden, secara rinci level tingkat pengetahuan isi buku RK
disampaikan dalam Tabel.18. Siswa dikatakan memiliki pengetahuan yang kurang
baik jika menjawab pertanyaan dengan benar <56%, dikatakan memiliki
pengetahuan cukup baik jika menjawab pertanyaan dengan benar 56%-75%, dan
dikatakan memiliki pengetahuan baik jika menjawab pertanyaan dengan benar
>75%.
Tabel 18. Pengetahuan Siswa Mengenai Materi Buku Rapor Kesehatanku
Pengetahuan n %
Kurang baik 115 55,3
Cukup baik 60 28,3
Baik 33 15,9
Total 208
Tabel 19. Rincian Pertanyaan Pengetahuan
No Pertanyaan N Nb %
1 Waktu mencuci tangan 208 129 62
2 Langkah mencuci tangan 208 110 52,9
3 Manfaat menggunting kuku 208 100 48,1
49
4 Jenis sampah 208 111 53,4
5 Jenis sampah organik 208 103 49,5
6 Penyebab gigi berlubang 208 108 51,9
7 Berapa kali harus menggosok gigi? 208 92 44,2
8 Waktu yang baik untuk sarapan 208 75 36,1
9 Dampak buruk jika tidak sarapan 208 97 46,6
10 Memilih jajanan sehat 208 101 48,6
11 Kapan mengukur status gizi 208 12 5,8
12 Manfaat berolahraga teratur 208 115 55,3
13 Cara menjaga kesehatan mata 208 136 65,4
14 Penyakit tidak menular 208 43 20,7
15 Merokok 208 103 49,5
16 Cara mengcegah penyakit cacingan 208 137 65,9
17 Kapan sebaiknya keramas 208 98 47,1
18 Cara mencegah penularan DBD 208 78 37,5
19 Jenis imunisasi pada anak SD 208 65 31,3
20 Pengertian pubertas 208 151 72,6
21 Tanda-tanda pubertas pada laki-laki 208 63 30,3
22 Tanda-tanda pubertas pada perempuan 208 85 40,9
23 Bagian tubuh sensitif 208 129 62
24 Tindakan jika ada yang menyentuh bagian tubuh yang sensitif
208 128 61,5
25 Cara mencegah kecelakaan di jalan raya 208 104 50
*Nb = jumlah responden yang menjawab benar
Setengah dari jumlah responden mampu menjawab pertanyaan pengetahuan
buku RK (Tabel 19). Pertanyaan dengan persentase jawaban benar paling kecil
adalah pertanyaan mengenai kapan sebaiknya kita mengukur status gizi yaitu
sebanyak 5,8% jawaban benar.
3.3.4 Sikap Siswa
Sebagian besar siswa memiliki sikap yang baik terhadap buku RK sebesar 86,5%
(Tabel 20.). Artinya keberadaan buku RK diterima dengan baik oleh siswa.
Tabel 20. Sikap Siswa Terhadap Buku Rapor Kesehatanku
Sikap n %
Kurang baik 17 8,2
Cukup baik 11 5,3
Baik 180 86,5
Total 208 100,0
Berikut rincian pernyataan sikap terhadap buku RK.
50
Tabel 21. Rincian Pernyataan Sikap Terhadap Buku Rapor Kesehatanku
Pernyataan Sikap
Setuju Tidak setuju
1 Buku RK sangat diperlukan dan bermanfaat 197 (94,7%) 11 (5,3%)
2 Buku RK hijau menarik untuk dibaca 193 (92,8%) 15 (7,2%)
3 Buku RK hijau sebagian besar mudah untuk dipahami
177 (85,1%) 31 (14,9%)
4 Gambar-gambar pada Buku RK hijau sebagian besar mudah dipahami
189 (90,9%) 19 (9,1%)
5 Bahasa yang ada di Buku RK hijau sebagian besar mudah dipahami
174 (83,7%) 34 (16,3%)
6 Buku RK biru harus selalu dibawa pada saat pemeriksaan kesehatan berkala di sekolah atau praktik nakes/puskesmas
192 (92,3%) 16 (7,7%)
Berdasarkan Tabel 21. dapat diketahui bahwa lebih dari 80% siswa memiliki
sikap yang positif terhadap buku RK dilihat dari segi kebermanfaatan buku, konten
buku, bahasa, dan sikap untuk selalu membawa buku saat pemeriksaan kesehatan.
Hal ini menunjukkan bahwa materi, konten, bahasa pada BUKU RK sudah baik dan
dapat dimengerti oleh siswa.
3.3.5 Perilaku Siswa
Perilaku siswa dinilai berdasarkan 19 jenis kegiatan. Sebagian besar siswa
(88,5%) sudah memiliki perilaku yang baik.
Tabel 22. Perilaku Siswa Terhadap Buku Rapor Kesehatanku
Perilaku n %
1 Kurang baik 0 0
2 Cukup baik 24 11,5
3 Baik 184 88,5
Total 208 100,0
Berikut rincian perilaku siswa terhadap buku RK. Tabel 23. menunjukkan bahwa
minat baca siswa masih sangat rendah (13,9%), namun siswa yang selalu
membawa buku RK saat pemeriksaan berkala di sekolah cukup tinggi (71,2%). Ada
dua perilaku siswa yang masih di bawah 50% yaitu makan sayur dan buah (46,6%)
serta tidak jajan sembarangan (42,3%).
51
Tabel 23. Rincian Jenis Perilaku Siswa Terhadap Buku Rapor Kesehatanku
Jenis kegiatan Selalu
Kadang-kadang
Tidak Pernah
1 Membaca buku rapor kesehatanku " buku informasi kesehatan" 29 (13,9%) 164 (78,8%)
15 (7,2%)
2 Membawa Buku Rapor Kesehatanku saat pemeriksaan berkala di sekolah 148 (71,2%) 45 (21,6%) 15 (7,2%)
3 Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
146 (70,2%) 62 (29,8%) 0
4 Menggunting kuku secara rutin 151 (72,6%) 57 (27,4%) 0
5 Menggunakan jamban untuk BAB dan BAK
173 (83,2%) 34 (16,3%) 1 (0,5%)
6 Membuang sampah pada tempatnya 124 (59,6%) 83 (39,9%) 1 (0,5%)
7 Menyikat gigi minimal 2x sehari 179 (86,1%) 28 (13,5%) 1 (0,5%)
8 Membiasakan sarapan setiap pagi 133 (63,9%) 64 (30,8%) 11 (5,3%)
9 Makan sayur dan buah 97 (46,6%) 105 (50,5%) 6 (2,9%)
10 Tidak jajan sembarangan 88 (42,3%) 114 (54,8%) 6 (2,9%)
11 Melakukan aktifitas fisik/ olahraga 139 (66,8%) 69 (33,2%) 0
12 Tidak menonton TV terlalu dekat (< 30 cm)
192 (92,3%) 15 (7,2%) 1 (0,5%)
13 Tidak mendengarkan musik terlalu keras
182 (87,5%) 25 (12,0%) 1 (0,5%)
14 Tidak merokok 203 (97,6%) 2 (1,0%) 3 (1,4%)
15 Menggunakan alas kaki 183 (88,0%) 25 (12,0%) 0
16 Mandi minimal 2x sehari 202 (97,1%) 5 (2,4%) 1 (0,5%)
17 Mendapatkan imunisasi 184 (88,5%) 24 (11,5%) 0
18 Tengok kanan kiri ketika menyeberang
180 (86,5%) 24 (11,5%) 4 (1,9%)
19 Melarang orang lain menyentuh bagian tubuh sensitif (bibir, payudara, alat kelamin)
160 (76,9%) 32 (15,4%) 16 (7,7%)
52
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Input
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan khusus terkait dengan
pelaksanaan program buku RK belum ada, kebijakan yang menjadi pegangan saat
ini adalah Permenkes No. 25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak,
Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas, Permenkes No. 43 tentang SPM
Kesehatan serta Peraturan Bersama 4 Menteri yaitu Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri yang
menaungi kebijakan tentang UKS.
Kementerian pendidikan maupun instansi pendidikan terkait juga belum
mengeluarkan kebijakan buku RK karena menganggap bahwa buku RK adalah
ranah kesehatan. Padahal, buku RK disebutkan dalam Peraturan Bersama 4 Menteri
tentang UKS yang salah satu di dalamnya memuat tentang pelaksanaan buku RK.
Kebijakan dan payung hukum yang belum kuat ini menjadi salah satu kendala
pelaksanaan buku RK seperti dalam hal pendanaan dan pengadaan. Namun,
meskipun kebijakan buku RK belum ada dari sekolah pilot sebagian besar
mendukung program buku RK.
SDM yang menangani buku RK bervariasi antar instansi, buku RK menjadi
program yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan yaitu oleh Direktorat
Kesehatan Keluarga terutama Seksi Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja di Dalam
Sekolah yang kemudian turun ke level dinas kesehatan provinsi dan kabupaten
dibawah seksi kesmas atau kesehatan keluarga. Program buku RK tidak akan
berjalan tanpa adanya kerjasama lintas sektor, salah satunya dengan instansi
pendidikan sebagai sasarannya. SDM yang terlibat disesuaikan dengan jenjang
sasaran, karena buku RK yang menjadi sasaran penelitian ini adalah SD maka SDM
yang terlibat adalah Kasie Pendidikan Dasar dan Pendidikan Khusus dan Layanan
Khusus (PKLK), sedangkan di sekolah sebagai pelaksana dipegang oleh kepala
sekolah, guru, wali kelas dan koordinator UKS.
Pendanaan buku RK yang ada sekarang masih menggunakan dana APBN
Kementerian Kesehatan, dan beberapa menggunakan BLUD dari Puskesmas.
53
Pendanaan belum bisa diturunkan sampai ke level daerah karena terkait dengan
kebijakan dan payung hukum yang belum kuat dan mengikat.
4.2 Proses
Proses pengadaan masih mengandalkan buku yang diberikan/dicetak
langsung oleh Kementerian Kesehatan karena baik daerah maupun sekolah tidak
memiliki alokasi dana untuk pengadaaan buku RK. Jika ada aturan yang jelas
dengan kebijakan yang kuat misal dari Keputusan Gubernur pengadaan buku bisa
saja dilakukan mandiri oleh sekolah melalui dana BOS. Buku dari Kementerian
Kesehatan didistribusikan di DKI Jakarta baik melalui puskesmas maupun langsung
dari sekolah dengan terlebih dahulu meminta data jumlah siswa pada sekolah pilot.
Namun, jumlah buku yang diterima hanya cukup untuk jumlah saat siswa didata,
belum mengantisipasi adanya siswa baru atau pindahan, sedangkan pengadaaan
pada tahun 2017 untuk siswa kelas 1 beberapa sekolah belum mendapatkan buku
RK.
Jika dilihat dari pengisian masih banyak buku RK yang belum diisi dengan
optimal. Hal ini terkait dengan belum adanya petunjuk teknis yang jelas tentang
bagaimana pengisian buku RK. Cara pengisian pernah diajarkan hanya ketika
pelatihan terkait dengan UKS saja. Buku biru sebagai buku catatan kesehatan yang
memuat rekam jejak kesehatan siswa masih belum optimal penggunaannya, terbukti
dengan masih ada beberapa pemeriksaan yang tidak dicatat atau dicatat seperti
berat badan dan tinggi badan namun tidak dilakukan analisis status gizi siswa
sehingga manfaat pengukuran berat badan dan tinggi badan tidak tercapai. Buku
hijau yang berisi informasi kesehatan bisa dimanfaatkan sebagai bahan literasi
kesehatan bagi guru dan bahan bimbingan orangtua. Namun, pelaksanaan literasi di
sekolah belum berjalan optimal, dan bimbingan orangtua juga kurang berjalan
terbukti dengan sebagian buku disimpan di sekolah dan tidak adanya paraf dari guru
dan orangtua.
Kendala yang ditemui di antaranya jumlah petugas pemeriksaan dan
penjaringan kesehatan di Puskesmas masih terbatas, pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan kepada siswa masih belum sesuai standar dan tidak ada tindak lanjut dari
hasil pemeriksaan, belum ada dasar yang kuat bagi Puskesmas untuk mencetak
54
buku meskipun sudah ada dana BLUD, dan pengadaan dan pendanaan yang masih
bergantung dari pusat.
4.3 Output
4.3.1 Pemanfaatan Buku
Buku RK terdiri dari dua buku yaitu buku informasi kesehatan yang berwarna
hijau dan buku catatan kesehatan yang berwarna biru. Buku informasi kesehatan
berisi berbagai informasi berkaitan dengan kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Buku informasi kesehatan digunakan sebagai sumber inspirasi dan pedoman bagi
masyarakat dalam upaya mewujudkan hidup bersih dan sehat22, sedangkan buku
catatan kesehatan berisi lembar catatan kesehatan peserta didik dari hasil
pelayanan kesehatan di sekolah, puskesmas/fasilitas kesehatan, yang diperlukan
dalam memantau tumbuh kembang dan kesehatan peserta didik untuk dilakukan
tindak lanjut jika diperlukan 16. Secara singkat kedua buku tersebut memiliki fungsi
yang berbeda yaitu buku catatatan kesehatan sebagai fungsi pencatatan, dan buku
informasi kesehatan sebagai fungsi edukasi dan komunikasi. Baik buku informasi
kesehatan maupun catatan kesehatan diberikan tidak hanya digunakan oleh tenaga
kesehatan dan guru/wali kelas saja tetapi juga digunakan oleh orangtua untuk
pemantauan kesehatan anak dan pendampingan. Jadi, buku RK seharusnya tidak
disimpan di sekolah tetapi juga diberikan kepada siswa untuk dibawa pulang agar
orangtua mengetahui dan bisa berperan dalam proses pendampingan. Namun,
fakta di lapangan menunjukkan sebagian besar responden menyimpan buku RK
baik buku informasi (60,2%) maupun buku catatan kesehatan (89,9%) di sekolah.
Dari hasil penelitian diungkap bahwa hanya 51,4% buku yang pengisiannya
>50% dan ada sekitar 6,3% buku yang hilang. Jika dilihat sebaran pengisian buku
catatan berkisar dari 3,7% - 75,93% atau bisa dikatakan tidak ada satupun buku
yang terisi lengkap. Penghitungan pengisian ini sudah mempertimbangkan program
kesehatan dan pemeriksaan yang dilakukan di setiap sekolah. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi pencatatan pada buku RK masih belum optimal. Buku catatan
kesehatan harus selalu dibawa dan digunakan pada saat peserta didik mendapat
pelayanan kesehatan di sekolah, penjaringan kesehatan, pemeriksaan berkala,
pemberian tablet tambah darah, obat cacing, atau pada saat pelayanan kesehatan di
55
puskesmas/fasilitas kesehatan lainnya16. Pemanfaatan buku catatan juga masih
belum sesuai karena masih diterapkan hanya di lingkungan sekolah saja, sedangkan
pemeriksaan di puskesmas/fasilitas kesehatan lainnya belum tercatat dalam buku
ini. Buku kesehatan lain yang memiliki fungsi sama adalah buku KIA untuk ibu hamil,
bayi dan balita. Pengisian buku RK lebih buruk dibandingkan pengisian buku KIA di
mana buku KIA dengan pencatatan lengkap sebanyak 56% 23 dan kepatuhan ibu
hamil, bersalin dan nifas untuk membawa buku KIA sebesar 80% 24 Buku KIA lebih
dulu ada dibandingkan buku RK, pertama kali diluncurkan tahun 1993 di Salatiga,
Jawa Tengah kemudian secara bertahap dengan dukungan berbagai pihak baik
pemerintah pusat dan daerah, profesi dan lembaga donor meluas sehingga pada
tahun 2006 seluruh provinsi menggunakan buku KIA 25.
Sangat sedikit (2,9%) buku RK siswa yang diparaf oleh orangtua maupun
guru dengan lengkap, bahkan 74% siswa tidak ada paraf sama sekali. Paraf ini
merupakan bukti adanya bimbingan dari guru/wali kelas dan orangtua terhadap
materi informasi kesehatan bagi anak. Orang tua/wali memberi teladan dan
mengingatkan peserta didik untuk menerapkan perilaku bersih dan sehat serta
menandatangani kotak bimbingan. Sedangkan tenaga kesehatan/guru/wali kelas
menjelaskan isi buku kepada peserta didik dan memantau pendampingan orangtua
dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat22. Hal ini mengindikasikan
bahwa proses bimbingan tidak berjalan dengan baik, sehingga fungsi buku informasi
kesehatan sebagai sarana edukasi dan komunikasi belum tercapai. Berbeda dengan
pemanfaatan buku KIA sebagai materi penyuluhan oleh bidan cukup tinggi di
Bengkulu (66,7%)26. Hasil penelitian di Bojonegoro menyebutkan 75,56% kader
berperan dalam pelaksanaan buku KIA 24, dukungan nakes berperan 65,3% dalam
pemanfataan buku KIA sedangkan dukungan keluarga berperan 67,1%27. Belajar
dari buku KIA, untuk mendukung pelaksanaan buku RK sekolah perlu
memaksimalkan fungsi guru sebagai pelaksana melalui pembinaan guru, serta
mensosialisasikan kepada orangtua/wali tentang buku RK agar orang tua
mengetahui tugas dan tanggungjawabnya.
4.3.2 Pengetahuan Siswa
Siswa yang memiliki pengetahuan baik mengenai buku RK sangat sedikit
hanya 15,9% responden. Jika dilakukan analisis lebih lanjut, siswa yang memiliki
56
paraf lengkap atau dalam artian mendapat bimbingan dengan baik cenderung
memiliki pengetahuan yang baik pula dibandingkan dengan siswa yang kurang
mendapat bimbingan (Tabel 19).
Tabel 24. Hubungan Pengisian Buku Informasi Kesehatan
dengan Pengetahuan Siswa
Buku Informasi Pengetahuan Total
Kurang baik Baik
Paraf tidak lengkap 153 (83,6%) 30 (16,4%) 183 (100%)
Paraf lengkap 4 (66,7%) 2 (33,3%) 189 (100%)
Pertanyaan dengan persentase jawaban benar paling kecil adalah pertanyaan
mengenai kapan sebaiknya kita mengukur status gizi yaitu sebanyak 5,8% jawaban
benar. Hal ini mungkin terjadi karena keinginan siswa sekolah dasar dalam
mengontrol berat badan dan tinggi badan juga masih rendah. Semakin tinggi
tingkatan sekolah, pengetahuan tentang pengukuran status gizi juga semakin baik
seiring dengan pengetahuan mengenai pubertas28. Pertanyaan mengenai pengertian
pubertas adalah pertanyaan dengan jawaban benar paling banyak yaitu 72,6%.
Namun, perlu dicermati kembali bahwa banyaknya siswa yang memahami arti
pubertas ternyata tidak diikuti dengan pemahaman siswa mengenai tanda-tanda
pubertas pada laki-laki dan perempuan. Hanya 30,3% siswa yang paham mengenai
tanda-tanda pubertas pada laki-laki dan 40,9% siswa yang paham mengenai tanda-
tanda pubertas pada perempuan, sehingga perlu pemberian informasi yang lebih
terhadap materi pubertas. Pihak sekolah juga perlu menerapkan kebijakan seperti
program literasi kesehatan setiap seminggu sekali yang dipandu oleh guru/wali kelas
dan lomba cerdas cermat kesehatan dengan materi buku RK untuk memotivasi
siswa mempelajari materi kesehatan.
4.3.3 Sikap Siswa
Sebagian besar siswa memiliki sikap yang baik terhadap buku RK sebesar
86,5% dilihat dari segi kebermanfaatan buku, konten buku, bahasa, dan sikap untuk
selalu membawa buku saat pemeriksaan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa
materi, konten, bahasa pada buku RK sudah baik dan dapat dimengerti oleh siswa.
57
4.3.4 Perilaku Siswa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 88,5% siswa berperilaku baik
meskipun siswa yang berpengetahuan baik hanya 15,9%. Artinya perilaku siswa
tidak berbanding lurus dengan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan penelitian Fauzie
Rahman dkk yang menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap tidak berhubungan
dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa SD29.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penilaian perilaku tidak dilakukan
dengan observasi langsung tetapi hanya didasarkan pada pengakuan responden
saja. Jika dilihat dari perilaku membaca, animo siswa untuk membaca buku RK
sangat rendah (13,9%). Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku kesehatan yang
baik yang ditemukan pada penelitian ini ternyata bukan hasil dari membaca buku RK
mungkin bersumber dari penyuluhan kesehatan tenaga kesehatan, puskesmas,
guru, orangtua maupun media elektronik. Oleh karena itu, perlu upaya untuk
meningkatkan minat baca siswa terhadap buku RK.
Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan mengharapkan
adanya program literasi atau gerakan membaca bersama menggunakan buku RK
sebagai bahan bacaan setidaknya sekali dalam seminggu selama 15 menit di luar
jam pelajaran 19. Namun, program literasi ini belum berjalan dengan baik. Hasil
wawancara mendalam dengan salah satu informan sekolah sampel menjelaskan
bahwa petunjuk teknis penggunaan buku RK belum ada, sehingga tidak ada acuan
yang jelas dalam pelaksanaan buku RK.
Ada dua perilaku siswa yang masih di bawah 50% yaitu makan sayur dan
buah (46,6%) serta tidak jajan sembarangan (42,3%). Data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 untuk perilaku konsumsi buah dan sayur pada anak menunjukkan angka
yang lebih rendah yaitu 10,7% 6. Penelitian Susanto, Sulistyorini, and Wuri (2016)
menyatakan bahwa siswa SMP dan SMA lebih baik dalam hal memilih jajanan dan
makanan yang sehat. Sekolah perlu memberikan dukungan baik dari segi sarana,
prasarana dan program misalnya dengan menyediakan fasilitas kantin sehat,
gerakan makan sayur dan buah setiap hari tertentu atau ketika sarapan pagi
bersama.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil peneltian, beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kebijakan dan implementasi program buku RK di DKI Jakarta adalah sebagai
berikut:
a. Belum ada kebijakan khusus yang mengatur tentang buku RK.
Kebijakan yang menjadi pegangan saat ini adalah Permenkes No. 25
tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak, Permenkes No. 75 tahun
2014 tentang Puskesmas, Permenkes No. 43 tentang SPM Kesehatan
serta Peraturan Bersama 4 Menteri yang menaungi kebijakan tentang
UKS, Permenkes No.1429 tahun 2006 tentang penyelenggaraan
lingkungan sekolah sehat, dan Keputusan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 1268 Tahun 2017 tentang Tim Pembina Usaha
Kesehatan Sekolah Tingkat Provinsi.
b. Implementasi buku RK di sekolah; 1) pelaksanaan buku RK masih
bervariasi dan pengisiannya belum optimal; 2) tenaga pelaksana
program buku RK di sekolah adalah wali kelas dan guru UKS yang
bekerjasama dengan pemegang program UKS uPuskesmas; 4) sumber
pendanaan masih dibebankan pada APBN Kementerian Kesehatan
dengan distribusi buku RK ke daerah yang masih terbatas; 5) monitoring
dan evaluasi program selama ini dilakukan bersamaan dengan
monitoring dan evaluasi progam UKS.
2. Pemanfaatan buku RK masih belum optimal, terbukti dengan masih
banyaknya buku yang hanya di simpan di sekolah sehingga pemanfaatan
buku RK sebagai bentuk bimbingan orang tua tidak berjalan. Fungsi
pencatatan buku RK belum optimal, baru 51,4% buku yang terisi >50% .
Fungsi edukasi dan komunikasi dalam buku RK tidak berjalan optimal,
terbukti hanya 2,9% buku yang memiliki paraf lengkap.
59
3. Siswa yang memiliki pengetahuan baik mengenai materi buku RK sangat
sedikit, hanya 15,9%, sebagian besar siswa (86,5%) memiliki sikap yang baik
terhadap buku RK dan 88,5% siswa memiliki perilaku kesehatan yang baik,
akan tetapi perilaku kesehatan yang baik bukan bersumber dari pengetahuan
materi buku buku RK.
5.2 Saran
Beberapa saran yang bisa diberikan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan perlu membuat kebijakan dan peraturan yang mengikat terkait
buku RK baik dari Kementerian Kesehatan maupun Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
2. Kementerian Kesehatan perlu membuat petunjuk teknis pengisian buku RK
agar pelaksanaan program buku RK bisa seragam.
3. Menguatkan kerjasama antara sekolah sebagai pelaksana, puskesmas
sebagai tenaga kesehatan yang menjalankan program kesehatan dan
orangtua untuk mengoptimalkan pemanfaatan buku RK.
4. Diperlukan leaflet tentang peran orang tua dalam penggunaan/pemanfaatan
buku RK sebagai media sosialisasi di sekolah yang dapat diberikan saat
pembagian buku RK.
5. Sekolah melakukan upaya terobosan untuk meningkatkan pengetahuan siswa
dan memotivasi siswa mempelajari materi kesehatan seperti program literasi,
dan lomba cerdas cermat kesehatan.
6. Perlu dukungan sekolah dalam hal sarana, prasarana dan program kesehatan
untuk mendukung pelaksanaan buku RK, dan penerapan perilaku hidup
bersih dan sehat pada siswa.
60
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat dan Ketua PPI yang telah
memberi kesempatan dan dukungan untuk melakukan kegiatan penelitian ini,
2. Bapak Dr.Joko Irianto, SKM.,M.Kes, dan ibu Tin Afifah, SKM.,MKM selaku
pembimbing Riset Pembinaan Kesehatan, yang telah memberikan berbagai
masukan, bimbingan, dan arahan terhadap keseluruhan proses pelaksanaan
penelitian ini, mulai dari finalisasi protokol, pengumpulan data, hingga laporan
penelitian,
3. Tim Risbinkes Buku Rapor Kesehatanku Anissa Rizkianti, SKM.,MIPH dan
Janu Arinda Dewi, A.Md.AK, yang telah membantu penelitian mulai dari
penyusunan protokol, pengumpulan data dan penyusunan laporan penelitian,
4. Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan yang sudah
menyelenggarakan dan memberikan dukungan dana dalam pelaksaan
penelitian ini,
5. Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan, atas masukan, dan
informasi terkait Buku Rapor Kesehatanku,
6. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat
dan Kepulauan Seribu, Puskesmas, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta,
Suku Dinas Pendidikan Jakarta Pusat dan Kepulauan Seribu yang telah
memberikan ijin terhadap pelaksanaan penelitian ini, atas ijin dan membantu
terlaksananya pengumpulan data,
7. Kepala Sekolah dan guru di SDN Johar Baru 01, SDN Rawasari 01, SDN
Cempaka Putih Barat 01, SDN Kemayoran 09, SDN Harapan Pagi 01, dan MIN
17 Pulau Kelapa, yang telah memberikan ijin dan membantu pelaksanaan
pengumpulan data,
8. Tim Sekretariat Riset Pembinaan Kesehatan 2017, yang telah membantu
keseluruhan proses administrasi penelitian ini,
9. Keluarga dan para sahabat yang telah memberikan dukungan kepada peneliti
terhadap keseluruhan proses penelitian, serta
10. Segenap pihak yang telah membantu baik secara teknis maupun administratif
terhadap penelitian ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.
61
DAFTAR PUSTAKA
1. Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Indonesia; 2002.
2. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Konvensi tentang Hak-Hak Anak.
In 1989.
3. Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak. 2014.
4. Palupi ES. Kesehatan Reproduksi Remaja : Nilai Penting Permasalahan Serta
Pencegahan dan Penanggulangannya [Internet]. [cited 2017 Jul 18]. Available
from: http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Kesehatan Reproduksi Remaja-
.pdf%0A
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007. Jakarta; 2008. 204 p.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013. Jakarta; 2013. 171 p.
7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2010. Jakarta; 2010.
8. Badan Pusat Statistik. Survei Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta; 2013.
9. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Indonesia Educational Statistics In
Brief2015/2016. 2016; Available from:
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rj
a&uact=8&ved=0ahUKEwjGx8mttJfVAhVBNZQKHSsUC-
cQFgg6MAQ&url=http%3A%2F%2Fpublikasi.data.kemdikbud.go.id%2Fupload
Dir%2Fisi_AA46E7FA-90A3-46D9-BDE6-
CA6111248E94_.pdf&usg=AFQjCNGVnpHfgOCj498
10. Kementerian Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta; 2016. 166
p.
11. Kusumawardani N. Perilaku Berisiko Kesehatan Pada Pelajar SMP dan SMA
di Indonesia. Jakarta; 2016.
12. Kementerian Kesehatan. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019 [Internet]. 2015 [cited 2017 Jul 18]. Available from:
http://depkes.go.id/index.php?vw=2&id=SNR.13100003
62
13. Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2016 Tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia
Tahun 2016-2019. 2016.
14. Direktorat Kesehatan Keluarga KK. Sosialisasi Rapor Kesehatanku Bagi
Peserta Didik SD/MI dan SMP/MTs-SMA/MA/SMK. In Jakarta; 2015.
15. Direktorat Kesehatan Keluarga KK. Petunjuk Teknis Penggunaan Buku
Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta; 2015.
16. Kementerian Kesehatan. Rapor Kesehatanku Buku Catatan Kesehatan
Peserta Didik Tingkat SD/MI. Jakarta: Direktorat Kesehatan Keluarga; 2015.
17. Kementerian Kesehatan. Rapor Kesehatanku Untuk Peserta Didik Tingkat
SMP/ MTs dan SMA/MA/SMK. Jakarta; 2015.
18. Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. 2016.
19. Diah NM. Diskusi Informal : Pelaksanaan Buku Rapor Kesehatanku. 2017.
20. Hasanbasri M. Pendekatan Sistem Dalam Perencanaan Program Daerah. Vol.
10, KMPK, UGM, Yogyakarta. 2007. p. 56–53.
21. Denti AB. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) pada Siswa Kelas 2 di SMA PGRI Purwodadi. Karya Tulis
Ilmiah. Surakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada; 2014.
22. Kementerian Kesehatan. Buku Rapor Kesehatanku : Buku Informasi
Kesehatan Peserta Didik Tingkat SD/MI. Jakarta: Direktorat Kesehatan
Keluarga; 2015.
23. Sistiarani C, Gamelia E, Umiyarni D, Sari P, Kesehatan J, Fakultas M, et al.
Fungsi Pemanfaatan Buku KIA terhadap Pengetahuan Kesehatan Ibu dan
Anak pada Ibu Function of Utilization Maternal Child Health Book to Maternal
Knowledge. J Kesehat Masy Nas [Internet]. 2014;8(8):353–8. Available from:
https://media.neliti.com/media/publications/39859-ID-fungsi-pemanfaatan-
buku-kia-terhadap-pengetahuan-kesehatan-ibu-dan-anak-pada-ibu.pdf
24. Widagdo L, Husodo BT. Pemanfaatan Buku KIA Oleh Kader Posyandu: Studi
Pada Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem Kabupaten
Bojonegoro. Makara Kesehat. 2009;13(1):39–47.
25. Kementerian Kesehatan. Petunjuk teknis penggunaan Buku Kesehatan Ibu
dan Anak. Jakarta: Direktorat Kesehatan Keluarga; 2015.
63
26. Nur Elly, Kristiani SW. Pemanfaatan Buku KIA Sebagai Materi Penyuluhan
dalam Pelayaan Antenatal Oleh Bidan Puskesmas di Kota Bengkulu. J Manaj
Pelayanan Kesehat. 2003;6(3):155–62.
27. Farida N. Determinan Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Oleh
Ibu Hamil di Puskesmas Wanakerta Kabupaten Karawang Tahun 2015.
Southeast Asian J Midwifery. 2016;2(1, Oktober 2016):33–41.
28. Susanto T, Sulistyorini L, Wuri E. School health promotion : A cross-sectional
study on Clean and Healthy Living Program Behavior ( CHLB ) among Islamic
Boarding Schools in Indonesia. Int J Nurs Sci [Internet]. 2016;3(3):291–8.
Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.ijnss.2016.08.007
29. Fauzie Rahman, Nur Laily, Anggun Wulandari FY and DR. Relationship
Between Knowledge and Attitude of Students with Implementation Clean and
Healthy Life Behavior (PHBS) Orde of Schools. Int J Adv Res.
2015;5(4):1205–9.
64
LAMPIRAN KUESIONER