Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
LAPORAN
PENELITIAN DOSEN PEMULA
UNIVERSITAS LAMPUNG
PERSEPSI PENGAJAR TERHADAP MULTIPLE INTELLIGENCE BERBASIS
PENGAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK YOUNG LEARNERS
TIM PENELITI
Nama Ketua : Lidya Ayuni Putri, S.Pd., M.Hum.
NIDN : 0002068804
SINTA ID : 6682397
Nama Anggota : Rafista Deviyanti, S.Pd., M.Pd.
NIDN : 0008128704
SINTA ID : 6648713
Nama Anggota : Sri Suningsih, S.Pd., M.Pd.
NIDN : 0013028903
SINTA ID : 6682900
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
DIPA BLU UNILA
Nomor: 1504/UN26.21/PN/2021
Tanggal: 21 April 2021
i
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN DOSEN PEMULA
UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Pengabdian : PERSEPSI PENGAJAR TERHADAP MULTIPLE
INTELLIGENCE BERBASIS PENGAJARAN
BAHASA INGGRIS UNTUK YOUNG LEARNERS
Ketua Pelaksana
a. Nama Lengkap : Lidya Ayuni Putri, S.Pd., M.Hum.
b. NIDN
c. SINTA ID
:
:
0002068804
6682397
d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli 0-Kum
e. Program Studi : Manajemen
f. Nomor HP : 081297303636
g. Alamat surel (e-mail) : [email protected]
Anggota (1)
a. Nama Lengkap : Rafista Deviyanti, S.Pd., M.Pd.
b. SINTA ID : 6648713
c. Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris
Anggota (2)
a. Nama Lengkap : Sri Suningsih, S.Pd., M.Pd.
b. SINTA ID : 6682900
c. Program Studi : Akuntansi
Mahasiswa yang Terlibat (1) :
a. Nama Lengkap : Varra Helga Adrea Patricia
b. NPM : 1913042021
c. Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris
Mahasiswa yang Terlibat (2) :
a. Nama Lengkap : Yoanda Johan
b. NPM : 1913042023
c. Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris
Biaya Pengabdian : Rp 15.000.000,-
Sumber Dana : DIPA BLU Unila
Bandarlampung, 13 September 2021
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ketua Pelakasana,
Universitas Lampung
Dr. Nairobi, S.E., M.Si
Lidya Ayuni Putri, S.Pd., M.Hum
NIP 19660621 19900310 1 003 NIK 231704880602201
Menyetujui,
Ketua LPPM Universitas Lampung,
Dr. Lusmeilia Afriani, D.E.A.
NIP 19650510 199303 2 008
ii
DAFTAR ISI
RINGKASAN ............................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3
1.4 Urgensi Penelitian ............................................................................................... 3
1.5 Batasan Penelitian ............................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4
2.1 Pengertian Persepsi ...................................................................................................... 4
2.2 Pengertian Multiple Intelligence .................................................................................. 5
2.3 Sembilan Jenis Kecerdasan.......................................................................................... 6
2.4 Kecerdasan Majemuk dalam Konteks Pendidikan ...................................................... 7
2.5 Pengajaran Bahasa Inggris untuk anak-anak ............................................................... 7
2.6 Peta Jalan / Roadmap Penelitian .................................................................................. 8
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 9
3.1 Metode dan Prosedur Penelitian .......................................................................... 9
3.2 Observasi ............................................................................................................. 9
3.3 Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian ........................................................... 10
3.4 Instrumen Penelitian .......................................................................................... 10
3.5 Prosedur Analisis Data ...................................................................................... 10
3.6 Indikator Capaian Terukur ................................................................................ 11
3.7 Luaran Wajib ..................................................................................................... 11
BAB 4. RENCANA BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN................................ 12
4.1. Anggaran Biaya ................................................................................................ 12
4.2. Jadwal Penelitian ............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14
iii
RINGKASAN
Teori Multiple Intelligence menegaskan bahwa kecerdasan manusia tidak hanya
diukur dengan tes IQ standar pada kemampuan verbal dan matematis. Namun teori
ini berasumsi bahwa kecerdasan manusia terdiri dari sembilan jenis kecerdasan yang
ditunjukkan oleh setiap individu. Dengan mengenali berbagai jenis kecerdasan,
maka akan membantu untuk mengetahui perbedaan gaya belajar peserta didik.
Berawal dari hal ini, banyak guru yang memahami perbedaan pembelajaran di antara
siswa, mereka mulai menerapkan teori ini untuk pembelajaran mereka guna
meningkatkan kualitas pengajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
keyakinan para guru tentang penggunaan pengajaran bahasa Inggris berbasis
Multiple Intelligence untuk pelajar muda. Penelitian ini menggunakan desain
kualitatif deskriptif untuk mengeksplorasi persepsi guru tentang penggunaan
pengajaran bahasa Inggris berbasis Multiple Intelligence untuk pelajar muda EFL.
Penelitian ini dilakukan di beberapa sekolah dasar di Bandar Lampung yang
menerapkan teori Multiple Intelligence sebagai sistem dalam proses
pembelajarannya. Sepuluh guru akan dipilih untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini dan data dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara. Penelitian ini akan
menginvestigasi persepsi guru terhadap pengajaran bahasa Inggris berbasis teori
Multiple Intelligence untuk anak didik sebagai strategi terbaik untuk diterapkan
dalam proses belajar mengajar saat ini di sekolah mereka.
Kata-kata kunci: persepsi guru, Multiple Intelligence, Pengajaran Bahasa Inggris
untuk pelajar muda, English as a Foreign Language.
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu hal yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya
adalah kecerdasan. Manusia memiliki kecerdasan yang jauh lebih tinggi dibandingkan
makhluk hidup lainnya. Dengan kecerdasannya ini, manusia bisa menguasai dunia dan
melangsungkan peradaban. Kecerdasan manusia bisa berkembang sejalan dengan
interaksi manusia dengan alamnya. Dengan kata lain, manusia mempunyai kemampuan
untuk belajar dan meningkatkan potensi kecerdasannya. Kecerdasan yang dimiliki
manusia tidak terdapat pada satu sisi saja, tetapi banyak kecerdasan yang akan
ditingkatkan untuk kelangsungan hidupnya. Kecerdasan itu harus diseimbangkan
sehingga dalam mencapai tujuan hidup dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Kecerdasan dalam menyusun kata-kata yang baik secara lisan dan tulisan merupakan
kecerdasan dalam bahasa. Seseorang mampu berkarya seperti menulis, berpuisi, dan
membaca dengan baik merupakan salah satu kecerdasan bahasa yang dimilikinya.
Demikian juga dalam menghadapi sesuatu yang melibatkan untuk berpikir
secara mendalam. Seseorang yang memiliki kecerdasan matematik/logika, ia akan
mampu memecahkan masalah dengan baik karena kemampuan analisanya yang tinggi.
Kemampuan berpikir dan kemampuan bahasa merupakan kecerdasan yang diperoleh
melalui pendidikan. Pendidikan yang memproses manusia menjadi lebih baik untuk
meningkatkan potensi yang ada dalam dirinya. Oleh sebab itu, dalam hal ini akan
dibahas Multiple Intelligence melalui pendidikan untuk membantu meningkatkan
kecerdasan yang dimiliki peserta didiknya.
Saat ini, salah satu metode pengajaran yang populer adalah teori kecerdasan
majemuk Howard Gardner. Teori ini percaya bahwa kecerdasan manusia tidak hanya
diukur dengan tes IQ tradisional dalam kemampuan verbal dan matematis. Namun,
teori ini mendefinisikan bahwa kecerdasan manusia adalah kemampuan manusia untuk
memecahkan masalah dan menciptakan produk yang berharga dengan menggunakan
kemampuannya dalam situasi kehidupan nyata tidak hanya dengan IQ dan dengan tes
bakat, yang didasarkan pada kemampuan verbal dan keterampilan komputasi (Hoerr,
2000, hlm. 3). Selanjutnya teori ini diadaptasi oleh para Pendidik untuk
2
mengembangkan suatu metode dalam proses belajar mengajar bahasa.
Hoerr (2000) mengemukakan bahwa pendekatan Multiple Intelligence (MI) untuk
bidang pendidikan berfokus pada model pembelajaran student-center dimana semua
proses belajar mengajar diadaptasi dan dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan
siswa untuk belajar. Konsep ini meyakini bahwa semua siswa memiliki nilai yang sama
untuk mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan
majemuknya secara maksimal. Kesempatan ini akan membantu mereka untuk
mencapai kesuksesan dalam hidup mereka berdasarkan ahli bidang mereka (Harmer,
2007; Chatib, 2013; Hoerr, 2000, Armstrong, 2009).
Salah satu sekolah dasar di Surakarta menawarkan sistem kecerdasan ganda
sebagai pendekatan dasar yang diajarkan kepada siswanya. Sistem Multiple
Intelligence menjadi pendekatan dalam proses belajar mengajar bahasa Inggris dan
semua mata pelajaran wajib. Pendekatan ini merupakan paradigma dasar bagi seluruh
proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, setiap langkah dalam instruksi
mengacu pada sistem kecerdasan ganda. Para peneliti akan mereplikasi penelitian ini
untuk mengetahui apakah terdapat Sekolah Dasar yang menerapkan hal yang sama
dalam implementasi pengajaran di sekolah.
Dalam mengimplementasikan sistem kecerdasan ganda seorang guru menjadi
peran penting dalam melaksanakan pembelajaran. Ia menjadi fasilitator dan pemangku
kepentingan untuk mendidik siswa. Oleh karena itu, pengetahuan dan persepsi guru
berkontribusi banyak terhadap tindakan guru di kelas. Menurut Fauziati (2015),
persepsi guru memainkan peran penting dalam praktik di kelas karena apa yang
dilakukan guru di kelas mencerminkan apa yang mereka yakini. Persepsi guru
mempengaruhi apa yang akan dikatakan dan dilakukan guru dalam praktik mengajar.
Selain itu, Richards dan Lockharts (1996, seperti dikutip dalam Bedir, 2010)
menyatakan bahwa pengetahuan dan keyakinan guru memberikan kerangka atau skema
yang mendasari tindakan guru di kelas. Persepsi tersebut akan berdampak pada
kemajuan belajar siswa. Dengan demikian, persepsi guru yang diteliti dalam penelitian
ini berkaitan dengan persepsi mereka pada pengajaran bahasa Inggris berbasis Multiple
Inteligence untuk anak didik di kelas.
3
1.2 Rumusan Masalah
Dengan mempertimbangkan latar belakang yang dijabarkan di atas, maka rumusan
masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana persepsi guru Bahasa Inggris pada level SD di Bandar Lampung terhadap
pengajaran multiple intelligence?
2. Bagaimanakah implementasi multiple intelligence dalam pengajaran Bahasa
Inggris di level SD di Bandar Lampung
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai adalah:
Untuk mengetahui persepsi guru Bahasa Inggris pada SD mengenai Multiple
Intelligence dan bagaimana implementasinya dalam pengajaran Bahasa Inggris yang
dilakukan oleh guru tersebut.
1.4 Urgensi Penelitian
Dari aspek akademik, hasil penelitian ini diharapkan :
Bagi pengembangan ilmu umumnya, hal ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pengetahuan dibidang pengajaran Bahasa pada khususnya dalam hal yang
terkait Pengajaran Bahasa Inggris untuk anak-anak. Sedangkan dari aspek praktis,
manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat :
Untuk menunjukkan pentingnya Multiple Intelligence dalam pengajaran
Bahasa Inggris yang baik bagi para pengajar Bahasa Inggris, sehingga diharapkan hal
ini dapat memenuhi akuntabilitas dan profesionalisme pengajar, juga memudahkan
hubungan antara pengajar dan pelajarnya dengan menyediakan pembelajaran yang baik
bagi mereka.
Bagi institusi Pendidikan agar senantiasa menemukan cara-cara dan konsep-
konsep yang mutakhir dalam rangka tercapainya tujuan agar tercipta mutu
pembelajaran yang lebih baik dengan memperhatikan kebutuhan pelajar yang berbeda-
beda.
4
1.5 Batasan Penelitian
Penelitian ini akan meneliti mengenai persepsi guru Bahasa Inggris di SD di
Bandar Lampung mengenai penggunaan Multiple Intelligence untuk anak-anak. Objek
penelitian adalah guru bahasa Inggris di SD di Bandar Lampung yang berjumlah 10
orang. Penelitian dilakukan dengan kuesioner dan wawancara kepada seluruh
responden. Hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif deskriptif guna
memaparkan hasil secara lebih rinci.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Persepsi
Richardson (dikutip dalam Hofer & Pintrich, 1997) menyatakan bahwa persepsi
dianggap sebagai pemahaman, premis, atau proposisi yang dipegang secara psikologis
tentang dunia yang dianggap benar. Selain itu, Canh dan Barnand (2009, p.247)
menyatakan bahwa hubungan antara persepsi guru dan praktik pembelajaran semakin
menarik perhatian peneliti pendidikan. Secara umum, penelitian tentang proses berpikir
guru didasarkan pada tiga asumsi utama: (1) pengajaran sebagian besar dipengaruhi
oleh kognisi guru, (2) pengajaran dipandu oleh pemikiran dan penilaian guru, dan (3)
pengajaran merupakan hal yang tinggi. tingkat proses pengambilan keputusan (Sabiq,
2013, p.13). Selain itu, Bingimlas & Hanraham (2010, hlm. 418) menyatakan bahwa
keyakinan mempengaruhi praktik guru. Ini mempengaruhi tindakan guru selama
kegiatan kelas. Oleh karena itu, guru berperilaku berdasarkan keyakinan yang mereka
miliki.
Lebih lanjut Woods (1996, p. 184) menunjukkan bahwa persepsi guru
merupakan model dasar perencanaan dan pengambilan keputusan dalam proses belajar
mengajar. Ia kemudian mengemukakan pengertian BAK (keyakinan, asumsi, dan
pengetahuan) sebagai gambaran proses pengambilan keputusan. Dalam menyusun
perencanaan dan pengambilan keputusan untuk pembelajaran, Woods menganggap
keyakinan, asumsi, dan pengetahuan guru sebagai peran penting yang mempengaruhi
proses keputusan guru. Asumsi ini sejalan dengan Fauziati (2015, h. 53) yang
menyatakan bahwa keyakinan merupakan fungsi fundamental untuk menuntun
pemikiran dan tindakan masyarakat. Selain itu, Borg & Busaidi (2012, p.6) menyatakan
bahwa keyakinan guru dapat dengan kuat membentuk apa yang dilakukan guru, dan
akibatnya kesempatan belajar yang diterima peserta didik.
Selain itu, hal ini menunjukkan bagaimana guru bahasa memahami apa yang
mereka lakukan, apa yang mereka ketahui tentang pengajaran bahasa, bagaimana
mereka berpikir tentang praktik kelas mereka, dan bagaimana pengetahuan dan proses
berpikir tersebut belajar melalui pendidikan guru formal dan pengalaman informal
6
sebagai tindakan mereka dalam pembelajaran. proses (Freeman & Richards, 1996, hal.
1). Kesimpulannya, persepsi guru adalah pengambilan keputusan guru atau proses
keyakinan guru tentang pandangan mereka terhadap proses belajar mengajar, yang
tercermin dari tindakan mereka terhadapnya.
2.2 Pengertian Multiple Intelligence
Kecerdasan menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan
kesempurnaan sesuatu. Dalam arti kemampuan (al-qudrah) dalam memahami sesuatu
secara cepat dan sempurna. Begitu cepat penangkapannya sehingga Ibnu Sina, seorang
psikolog falsafi, menyebut kecerdasan sebagai kekuatan intuitif (al-hads). Pada
mulanya, kecerdasan hanya berkaitan dengan kemampuan struktur akal (intelek) dalam
menangkap gejala sesuatu, sehingga kecerdasan hanya bersentuhan dengan aspek-
aspek kognitif. Namun pada perkembangan berikutnya, disadari bahwa kehidupan
manusia bukan semata-mata memenuhi struktur akal, melainkan terdapat struktur qalbu
yang perlu mendapat tempat tersendiri untuk menumbuhkan aspek-aspek afektif,
seperti kehidupan emosional, moral, spiritual, dan agama. Karena itu, jenis- jenis
kecerdasan pada diri seseorang sangat beragam seiring dengan kemampuan atau
potensi yang ada pada dirinya.
Menurut Abuddin Nata, kecerdasan secara harfiah berarti sempurna
perkembangan akal budinya, pandai dan tajam pikirannya. Selain itu cerdas dapat pula
berarti sempurna pertumbuhan tubuhnya seperti sehat dan kuat fisiknya. Selanjutnya
pendapat lain mengatakan bahwa, kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk
memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar
budaya tertentu. Rentang masalah atau sesuatu yang dihasilkan mulai dari yang
sederhana sampai yang kompleks. Seseorang dikatakan cerdas bila ia dapat
memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan mampu menghasilkan
sesuatuyang berharga/berguna bagi umat manusia. Sedangkan kecerdasan menurut
Gardner adalah kemampuan untuk memecahkan masalah, atau untuk menciptakan
produk, yang dinilai dalam satu atau lebih budaya.
7
Inteligensi sering didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan atau belajar dari pengalaman. Manusia hidup dan berinteraksi di dalam
lingkungannya yang kompleks. Manusia harus belajar dari pengalaman demi
kelestarian hidupnya. Manusia yang belajar sering menghadapi situasi-situasi baru
serta permasalahannya. Hal itu memerlukan kemampuan individu yang belajar untuk
menyesuaikan diri serta memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi.
Dalam konsep Multiple Intelligence, perbedaan individual peserta didik
diterima dan dilayani dengan suatu keyakinan berpijak sebagaimana dinyatakan
Howard Gardner bahwa “kita semua begitu berbeda karena pada hakikatnya kita
memiliki kombinasi inteligensi yang berbeda”. Jika disadari hal ini, setidaknya lebih
berpeluang untuk mampu mengatasi secara tepat berbagai problem yang dihadapi
dalam hidup di dunia. Aplikasi Multiple Intelligence dalam pendidikan akan
menyebabkan pendidik lebih arif dan mampu menghargai serta memfasilitasi
perkembangan peserta didiknya.
2.3 Sembilan Jenis Kecerdasan
Pada permulaan, Gardner (1999) mengemukakan bahwa semua manusia memiliki
sekurang-kurangnya tujuh bidang kecerdasan, masing-masing berkaitan dengan satu
bidang tertentu di otak. Baru-baru ini, dia telah menambahkan kecerdasan delapan dan
kesembilan, dan dia terus meneliti kemungkinan kecerdasan lainnya (Gardner: 1999).
Menurut Armstrong (2009) Gardner menjelaskan berbagai jenis kecerdasan sebagai
berikut:
1. Kecerdasan Linguistik mengacu pada kepekaan terhadap bahasa lisan dan
tulisan, kemampuan untuk mempelajari bahasa dan kemampuan menggunakan
bahasa untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Kecerdasan Logis-Matematis mengacu pada kemampuan untuk menganalisis
masalah secara logis, melakukan operasi matematika dan menyelidiki masalah
secara ilmiah.
3. Kecerdasan Musikal mengacu pada keterampilan dalam pertunjukan,
komposisi, dan apresiasi pola musik.
4. Kecerdasan Spasial adalah potensi untuk mengenali dan memanipulasi pola
ruang yang luas serta pola kawasan yang lebih terbatas.
8
5. Kecerdasan Kinestetik-Tubuh mengacu pada potensi menggunakan seluruh
tubuh atau bagian tubuh seseorang untuk memecahkan masalah atau
menciptakan produk.
6. Kecerdasan Naturalistik mengacu pada keahlian dalam pengenalan dan
klasifikasi berbagai spesies (tumbuhan & fauna) di lingkungannya. Kecerdasan
ini berkaitan dengan potensi untuk memikirkan dan memahami alam. Ini adalah
kemampuan untuk mengenali dan mengklasifikasikan tumbuhan dan hewan
serta aspek lain dari lingkungan Anda.
7. Kecerdasan Interpersonal yang mengacu pada kemampuan seseorang untuk
memahami niat, motivasi, keinginan orang lain, dan untuk bekerja secara
efektif dengan orang lain.
8. Kecerdasan Intrapersonal mengacu pada kapasitas untuk memahami diri
sendiri, memiliki model kerja yang efektif dari diri sendiri (termasuk keinginan,
ketakutan, dan kapasitas sendiri) dan untuk menggunakan informasi tersebut
secara efektif dalam mengatur kehidupannya sendiri.
9. Kecerdasan eksistensial, yang mengacu pada kemampuan berpikir tentang
kosmis dan isu-isu eksistensial dari peran iklan keberadaan kita di alam semesta
hingga sifat kehidupan, kematian, kebahagiaan dan tragedi (Fleetham, 2006).
2.4 Kecerdasan Majemuk dalam Konteks Pendidikan
Hoerr (2000, p.1) menyatakan bahwa teori kecerdasan yang pertama kali datang
dari bidang psikologi mulai menarik minat para pendidik setelah kemunculannya. Teori
Multiple Intelligence (MI) menjadi pendekatan inovasi baru untuk menggunakan
kekuatan siswa dalam membantu mereka belajar. Ia juga menyebutkan melalui MI,
siswa dapat mengembangkan keterampilan dan aktivitasnya untuk belajar dan
memecahkan masalah di sekolah dan kelas. Selanjutnya, paradigma cerdas akan
diperluas maknanya yang tidak hanya berdasarkan nilai tes tetapi cerdas ditentukan
oleh seberapa baik siswa belajar dengan berbagai cara.
Menurut Linse (2005) teori Multiple Intelligence menjadi bagian penting bagi
guru peserta didik muda karena dapat menjadi kerangka kerja untuk melihat kekuatan
anak dalam proses belajar mengajar. Dengan teori kecerdasan ganda, guru dapat
mengembangkan kekuatan peserta didik dalam cara mereka belajar untuk memahami
9
pelajaran. Oleh karena itu, diharapkan dapat membantu para guru untuk
mengidentifikasi gaya belajar siswa melalui kekuatan kecerdasan dominannya. Ketika
siswa mengembangkan kecerdasannya sebagai pintu belajar materi, maka akan
bermanfaat untuk memahami pelajaran dengan mudah. Misalnya, untuk pelajar
kinestetik tubuh, guru dapat memasukkan tarian ke lagu berbahasa Inggris untuk
pembelajaran kosakata.
Pritchard (2009) menyebutkan beberapa pertimbangan dalam merencanakan
kecerdasan ganda untuk proses belajar mengajar sebagai berikut “Dalam perencanaan
kecerdasan majemuk guru mempertimbangkan berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan isi pelajaran dan hasil belajar yang diharapkan yang akan memberikan berbagai
peluang untuk kekuatan kecerdasan anak-anak yang berbeda ”.
Kesimpulannya, pengajaran bahasa Inggris berbasis kecerdasan majemuk
percaya bahwa setiap orang pintar. Siswa diharapkan memiliki harapan dan ekspektasi
terhadap dirinya sendiri. Kemudian, prestasi siswa dapat ditingkatkan yang diukur
dengan tes terstandardisasi atau informal. Selanjutnya pengajaran bahasa Inggris
berbasis MI mempengaruhi siswa dan guru secara signifikan untuk menciptakan
pengembangan diri dan potensi intelektual yang positif. Hal ini diharapkan dengan
menggunakan instruksi berbasis MI, ini dapat membuka pintu untuk mengalami
kesuksesan dalam berbagai cara ketika siswa beranjak dewasa.
2.5 Pengajaran Bahasa Inggris untuk anak-anak
Mengajar bahasa Inggris kepada anak-anak berarti memperkenalkan anak-anak
untuk mempelajari salah satu bahasa internasional di luar bahasa ibu atau bahasa
nasional mereka. Anak-anak berada pada kesempatan emas dan periode ideal untuk
belajar bahasa Inggris. Cameron (2001, p.1), menyatakan “Anak-anak selalu dapat
melakukan lebih dari yang kita kira mereka bisa; mereka memiliki potensi belajar yang
besar, dan kelas bahasa asing merugikan mereka jika kita tidak memanfaatkan potensi
itu”. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa pada usia dini
baik untuk anak baik pada tahap pertama maupun tahap kedua.
Selain itu, pengajaran bahasa Inggris kepada anak-anak berbeda dari pengajaran
bahasa Inggris kepada remaja atau pelajar dewasa dalam hal teknik, strategi, aktivitas,
pengetahuan latar belakang anak dan motivasi. Beberapa perbedaan terlihat dari
10
Peta Jalan/Roadmap Riset
kegairahan anak dalam belajar karena mereka tidak dapat menyimpan motivasi mereka
untuk mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan kehilangan motivasi dengan cepat.
Perbedaan yang signifikan berasal dari perkembangan linguistik, psikologis dan
sosial peserta didik di mana kebutuhan guru pembelajar muda untuk mengelola dengan
hati-hati bahasa yang akan diajarkan dan kegiatan kelas akan dilakukan untuk mereka.
Menurut Linse (2005) peserta didik muda memiliki kebutuhan fisik dan psikologis
dasar daripada remaja atau peserta didik dewasa, oleh karena itu guru harus
mempersiapkan dengan baik pembelajaran yang menarik. Selain itu, mereka harus
memberikan perhatian yang baik untuk memenuhi kebutuhan anak didik yang
diharapkan dapat membuat anak lebih memperhatikan proses belajarnya.
2.6 Peta Jalan / Roadmap Penelitian
11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Prosedur Penelitian
Untuk mengetahui persepsi guru dalam menerapkan Multiple Intelligence di
Sekolah Dasar di Bandar Lampung, Indonesia secara mendalam, penelitian ini akan
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti akan menggunakan
kuisioner terbuka untuk mendapatkan data. Selain itu, wawancara juga digunakan
sebagai instrumen pengumpulan data untuk mendapatkan data yang lebih dalam dan
untuk menggali serta mengkonfirmasi jawaban dari kuisioner yang dies. Peserta dalam
penelitian ini adalah 10 orang guru bahasa Inggris yang berpengalaman yang mengajar
menggunakan metode Multiple Intelligence. Para guru telah mengajar selama lebih dari
empat tahun dengan menggunakan sistem multiple intelligence untuk pengajaran
mereka. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa mereka mampu menerapkan
sistem multiple intelligence dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Selain itu,
dalam menganalisis data kualitatif, peneliti menggunakan 3 langkah, yaitu:
mengorganisir dan membiasakan, mengkode dan mereduksi, serta menafsirkan dan
merepresentasikan (Ary et al, 2010).
Pelaksanaan penelitian akan dilakukan melalui beberapa tahapan yang
didasarkan atas perpaduan beberapa teori sehingga membentuk alur penelitian sebagai
berikut:
3.2 Observasi
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan informasi dan data-data yang mendukung
pelaksanaan penelitian yang dimulai sejak bulan pertama jadwal riset.
publikasi data
Observasi data
an respon
guru
dan
kuisioner
dan
interview
12
1. Di sini, tim peneliti akan melakukan observasi dan pilot research serta
melakukan informal interview tentang keadaan pengajaran bahasa Inggris di
sekolah di mana objek penelitian mengajar. Data ini kemudian akan diolah
untuk menentukan isi dari kuisioner seria pertanyaan yang akan ditanyakan
dalam pengambilan data.
2. Dalam pengambilan data, responden dipilih menggunakan purposive sampling.
Hal ini dilakukan karena tidak semua Sekolah Dasar di Bandar Lampung
menggunakan metode Multiple Intelligence dalam pengajaran.
3.3 Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian
Sepuluh guru Bahasa Inggris di level SD di Bandar Lampung akan menjadi
subjek penelitian ini yang berasal dari berbagai SD yang berbeda yang menggunakan
Multiple Intelligence dalam pembelajarannya. Lokasi penelitian adalah Bandar
Lampung.
3.4 Instrumen Penelitian
1. Kuisioner
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif untuk
menggambarkan implikasi dari jenjang pendidikan, latar belakang pendidikan,
pengalaman lama mengajar terhadap persepsi pengajar tentang mutu
pembelajaran yang lebih baik. Penelitian ini akan menguraikan fakta-fakta dan
informasi yang diperoleh di lapangan, dan membuat gambaran secara
sistematis, aktual, dan akurat dalam hubungan antara variabel yang diteliti dan
implikasi dari suatu masalah yang diteliti. Kuisioner akan dibuat dalam format
Google Form yang sebelumnya akan diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih
dahulu sebelum diberikan kepada responden. Kuisioner akan diberikan kepada
responden setelah tahap observasi dan uji coba kuisioner selesai.
2. Wawancara
Setelah mendcapatkan data responden melalui kuisioner, peneliti akan
melakukan wawancara kepada guru untuk menggali data yang lebih mendalam
mengenai persepsi mereka. Hal ini penting dilakukan untuk mengonfirmasi
jawaban-jawaban yang telah diberikan melalui kuisioner dan meperoleh
13
pendapat lebih lanjut mengenai aspek yang akan dianalisa. Wawancara ini akan
dilakukan secara semi terstruktur, yang berarti pertanyaan-pertanyaan yang
muncul telah dipersiapkan sebelumnya, namun tidak menutup kemungkinan
akan ada pertanyaan lanjutan yg muncul dari jawaban yang diberikan oleh
responden. Semua wawancara akan dilakukan secara online melalui zoom
meeting atau google meeting.
3.5 Prosedur Analisis Data
Penelitian ini akan melakukan analisis data dengan beberapa tahapan. Masing-masing
tahapan akan dilakukan untuk mendapatkan data yang diinginkan.
Respon kuisioner akan dikumpulkan kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis
respon persepsi; persepsi negatif dan persepsi positif.
Hasil respon akan dihitung berdasarkan kelompok yang telah dibagi kemudian
disajikan dalam bentuk diagram dan kemudian dinarasikan.
Hasil wawancara akan dianalisis dan datanya akan disajikan untuk memperjelas hasil
kuisioner.
3.6 Indikator Capaian Terukur
Penelitian ini dianggap memenuhi capaian target berhasil memperoleh respon guru-
guru yang mengajar bahasa Inggris di level SD yang menggunakan pendekatan
Multiple Intelligence. Hasil dari respon guru-guru ini dapat dijadikan rujukan tentang
pengajaran bahasa Inggris bagi anak-anak. Selain itu respon guru juga dapat digunakan
untuk meneruskan penelitian di bitang serupa yang berkaitan dengan pembelajaran
bahasa asing dengan menggunakan multiple intelligence.
3.7 Luaran Wajib
Penelitian dosen pemula ini akan memenuhi beberapa luaran wajib berupa :
1. Satu artikel yang akan diterbitkan di jurnal terakreditasi national (SINTA 4)
2. Satu artikel yang akan dipresentasikan di konferensi international.
3. Laporan penelitian yang diunggah ke silemlit dan repository Unila.
14
BAB 4
HASIL DAN DISKUSI
4.1 Hasil Observasi
Observasi kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris dilakukan di 3 sekolah berbeda yang
dilakukan oleh tim peneliti. Ketiga sekolah ini menggunakan metode pembelajaran Multiple
Intelligence dalam kegiatan belajar mengajarnya. Observasi ini dilakukan sebagai pilot research
untuk mengetahui proses kegiatan belajar mengajar. Selama tiga hari observasi di tiga sekolah
yang berbeda, diperoleh gambaran tentang proses pembelajaran sebelum kuisioner dibagikan.
Saat pembelajaran berlangsung, terlihat bahwa guru telah melakukan tahap-tahap pembelajaran
yang mencerminkan pembelajaran Multiple Intelligence yang dimulai dari kegiatan apersepsi
dan motivasi (alfa zone, warmer, scene setting, dan pre teach), serta pengembangan 9 jenis
kecerdasan. Multiple intelligences memiliki makna kecerdasan majemuk atau banyak. Istilah
tersebut digunakan untuk mewakili keberagaman kecerdasan yang dimiliki manusia. 9
kecerdasan yang telah teridentifikasi yakni kecerdasan linguistik, matematika-logis, visual-
spasial, kinestetik, musikal, intrapersonal, interpersonal, naturalis dan eksistensial.
Kemampuan linguistik-verbal seorang anak pada dasarnya sudah dibawa sejak masih berada
dalam kandungan. Kemampuan ibunya dalam berbicara ikut menjadikan anak yang berada
dalam rahim memiliki tingkat kecerdasan lingustik anak aktif dan berkembang. Kecerdasan
linguistik tidak hanya berupa kemampuan seseorang dalam mengolah bahasa namun juga
kemampuan berkomunikasi. Dalam mengembangkan kecerdasan linguistik, guru telah
memfasilitasi peserta didik dengan kegiatan presentasi lisan, membaca buku, hafalan surat-surat
pendek, puisi, drama, bercerita, menulis kalimat, mengemukakan pendapat dan lain sebagainya.
Strategi yang diterapkan guru untuk mengembangkan kecerdasan linguistik-verbal antara lain:
mendengarkan cerita, membaca, membuat cerita, mendengarkan dan membuat puisi, diskusi
kelompok, dan meminta peserta didik untuk latihan menulis dan menghafal.
4.2 Hasil Kuisioner
Untuk mengetahui persepsi guru saat mengajar Bahasa Inggris bagi young learners dengan
menggunakan metode berbasis multiple intelligence, guru diberikan kuisioner. Kuisioner terdiri
dari 12 pertanyaan yang mencakup lama waktu guru menjadi pengajar Bahasa Inggris, apa yang
15
mereka ketahui tentang multiple intelligence, metode assessment yang digunakan, dll. Kuisioner
menggunakan close-ended kuisioner,di mana hal ini berarti responden diberikan opsi untuk
memilih jawaban. Kuisioner ini digunakan untuk mendapatkan data kuantitatf. Untuk melihat
rincian hasil dari kuisioner yang dibagikan kepada guru, dapat dilihat pada table berikut ini:
Pernyataan Percentages Distribution
SD D A SA
1 0% 4,54% 81,8% 13,64%
2 0% 2,6% 70,2% 27,2%
3 0% 5,8 % 79,7% 17,7%
4 0% 4,54% 80,2% 15,26%
5 0% 2,3% %28,5 69,2%
6 0% 3,6% 20,8% 75,6%
7 22,7% 77,19% 0% 0%
8 10,58% 82,3% 6,92% 0%
9 32,6% 74,4% 5,8% 1,2%
10 35% 62,6% 2,4% 0%
11 18,2% 73,5% 5,6% 2,7%
12 18,1% 75,8% 6,1% 0%
Tabel 1. Distribusi persentasi persepsi guru terhadap pembelajaran multiple Intelligence di
sekolah.
Tabel 1 mempersentasikan distribusi persepsi guru terhadap pembelajaran berbasis multiple
intelligence di sekolah. Hasil dari pendapat pertama menunjukkan bahwa terdapat 13,64%
responden yang sangat setuju dan 81,8% responden yang setuju jika pembelajaran multiple
intelligence membantu guru mengajarkan pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah. Terdapat
4,54% responden yang tidak setuju dan 0% responden yang sangat tidak setuju. Dari pernyataan
pertama, dapat dilihat bahwa hampir semua guru setuju dengan pendekatan multiple intelligence
dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran mengajar Bahasa Inggris.
16
Hasil kuisioner pada pernyataan ke tujuh menunjukkan bahwa bahwa terdapat 22,7% responden
yang sangat tidak setuju dan 77,19% tidak setuju jika pendekatan metode pembelajaran Multiple
Intelligen menyulitkan guru dalam mengajarkan Bahasa Inggris kepada anak-anak. Tidak ada
responden yang menyatakan setuju atau sangat setuju di pernyataan ini (0%). Hal ini
membuktikan bahwa pendekatan pembelajaran Multiple Intelligence sangat membantu guru
dalam mengajarkan Bahasa Inggris ke anak-anak. Data kualitatif tentang pembahasan secara
mendalam didapatkan dari interview yang dilakukan kepada guru.
4.3. Hasil Interview dan Pembahasan
Data pertama merupakan definisi responden mengenai pendekatan multiple intelligence. Data
ini diperoleh dari proses wawancara 10 guru, sedangkan dalam penelitian ini sampel yang
digunakan adalah guru A dan guru B. Kedua guru tersebut ditanyakan mengenai pemahaman
mereka tentang pendekatan multiple intelligence dalam pengajaran bahasa untuk young learners.
Hasil penelitian mengungkapkan berbagai tanggapan guru tentang definisi Multiple Intelligence
menurut mereka. Guru A mendefinisikan multiple intelligence sebagai suatu metode dalam
pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan mengembangkan potensi siswa
berdasarkan teori Multiple Intelligence untuk siswa. Definisi tersebut diuraikan pada penjelasan
di bawah ini:
“Multiple intelligence berarti semua pembelajaran yang dirangkaikan oleh anak berbeda-beda.
Jadi pembelajaran yang berkaitan dengan multiple intelligence adalah bagaimana kita
meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran melalui kemampuan atau potensi yang
dimiliki oleh setiap anak, yaitu teknik atau metode pembelajaran yang ada, kita dituntut untuk
dapat meningkatkan, mengembangkan potensi anak sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.”
Senada dengan pernyataan guru A, guru B juga mendefinisikan multiple intelligence sebagai
cara guru dalam melakukan pengajaran kepada siswa berdasarkan kecerdasan yang dimilikinya.
“Menurut saya, Multiple Intelligence adalah cara mengajar siswa berdasarkan kecerdasannya.
Berdasarkan kecerdasannya, keterampilan yang dimiliki seperti bakatnya akan berbeda satu
dengan yang lainnya. Setiap siswa memiliki kecerdasannya masing-masing seperti logika-
17
matematika, kinestetik, dan lainnya.”
Dalam penelitian ini, para peneliti juga mewawancarai kepala sekolah untuk membuktikan
informasi tentang sistem multiple intelligence yang digunakan di sekolah tersebut.
Pernyataan di atas juga didukung oleh definisi kepala sekolah tentang Multiple Intelligence.
Kepala Sekolah mendefinisikan Multiple Intelligence sebagai teori yang memperdalam tentang
kecerdasan siswa yang diyakini bahwa setiap siswa memiliki kecerdasannya masing-masing.
Kepala Sekolah juga menjelaskan bahwa multiple intelligence yang digunakan di sekolah ini
berarti strategi yang digunakan oleh guru dalam mengajar siswa berdasarkan kecenderungan
siswa. Hal ini dikarekanan kecenderungan kecerdasan siswa akan menunjukkan gaya belajar
siswa. Oleh karena itu, guru akan menyiapkan materi dan strategi di kelas berdasarkan gaya
belajar siswa. Pernyataan-pernyataan tersebut disebutkan di bawah ini:
“Multiple Intelligence adalah ilmu terapan baru yang berkembang di Eropa, sebenarnya kalau
saya lihat sendiri, kalau kita mau melihatnya dari perspektif Islam, sebenarnya sejak zaman Nabi
sudah ada. Jadi karena Multiple Intelligence itu sebenarnya adalah sebuah strategi belajar.
Artinya, setiap anak memiliki multiple intelligence yang lebih dari satu, berbeda-beda
persentasenya, komposisinya. Nah, kalau saya lihat, Multiple Intelligence adalah kecerdasan
yang pasti, karena setiap anak memiliki kecerdasan yang beragam. Akan tetapi, jika kita
menerapkannya dan menggunakan Multiple Intelligence ini sebagai salah satu strategi, strategi
pendekatan sehingga kita menyiapkan materi sesuai dengan kecenderungan intelektual anak.
Jika dia cerdas dalam berbahasa, dia mengajar matematika, maka dia akan mengajarkan seni
berhitung menggunakan bahasa. Anak-anak yang secara alamiah sudah cerdas, missal mengajar
Bahasa Indonesia, kemudian mengambil tema-tema yang berhubungan dengan alam, maka anak-
anak akan menyukainya. Jadi, efek ini sebenarnya masuk ke keinginan, apa yang disukai,
kesesuaian dalam belajar.
Isu kedua terkait keyakinan guru tentang penggunaan Multiple Intelligence dalam pengajaran
bahasa untuk young learners akan menjelaskan tentang alasan dan pentingnya guru memahami
tentang hal itu. Data dikumpulkan dari proses wawancara dengan menanyakan kepada guru
tentang alasan mereka menggunakan Multiple Intelligence dalam proses pembelajaran. Data dari
18
guru A menunjukkan bahwa alasannya menggunakan Multiple Intelligence dalam mengajar
bahasa Inggris untuk young learners adalah karena merupakan sistem pendekatan yang dipilih
oleh Yayasan sekolah walaupun pada awalnya dikatakan bahwa beliau juga menyetujui
penggunaan multiple intelligence di kelasnya.
Selain itu, sistem ini juga memberikan paradigma baru bagaimana meningkatkan kualitas
pengajaran. Dimana dalam sistem ini lebih ditunjukkan penghargaan gaya belajar siswa yang
ditunjukkan dari kecenderungan kecerdasan siswa. Dengan demikian, proses belajar mengajar
akan berlangsung menyenangkan, mudah, dan menghargai cara setiap individu dalam menerima
materi. Ia berharap semua siswa dapat memahami materi dengan baik. Dalam sistem Multiple
Intelligence, sekolah tidak mengadakan tes untuk menerima siswa, semua orang bisa masuk
sekolah asalkan kuota penerimaan siswa baru mencukupi. Guru tersebut menjelaskan:
“Di sini memang benar ketika anak masuk sekolah tidak diuji secara akademis, tetapi dilihat
dari psikologi, kemampuan, intrapersonal, dan kebiasaannya. Dari situlah kami menggunakan
Multiple Intelligence, karena kami percaya bahwa anak anak itu beragam. Biasanya siswa yang
mendaftar masuk sekolah akan diuji secara akademis karena mereka terdidik secara akademis.
Namun, dalam hal ini berbeda, banyak sekali jenis anak yang tidak baik secara akademis, kami
tidak berharap mereka akan hanya duduk diam mendengarkan pembelajaran konvensional.
Oleh sebab itu, kita perlu menggabungkan penggunaan multiple intelligence agar anak-anak
yang memiliki potensi tidak hanya visual, kinestetik, tetapi semua bisa rata dan bisa menerima
materi dengan baik.”
Selain itu, guru B menjelaskan bahwa alasan penggunaan Multiple Intelligence dalam
pengajaran bahasa untuk young learner berasal dari sistem sekolah. Sistem mencoba melihat
siswa sebagai individu yang memiliki kecerdasan yang berbeda. Oleh karena itu, dalam proses
belajar mengajar, guru tidak dapat mengajar mereka secara konvensional karena kecerdasan
mereka yang berbeda dan gaya belajar yang juga berbeda. Dalam aplikasinya, guru harus
memastikan bahwa cara mengajarnya sesuai dengan gaya belajar siswa yang ditunjukkan dari
kecenderungan kecerdasan siswa. Ia berpendapat bahwa guru harus menyesuaikan diri dengan
siswa, bukan siswa yang menyesuaikan diri dengan guru. Penjelasan tersebut disebutkan di
bawah ini:
19
“Karena setiap siswa memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Semuanya tidak hanya berbakat
di linguistic atau di matematika logika saja. Jadi, kita harus memastikan bahwa cara
mengajarnya sesuai dengan kecerdasan siswa. Kita harus menyesuaikan dengan siswa bukan
siswa yang harus beradaptasi kepada gurunya. Ini adalah pendekatan yang lebih manusiawi
dan lebih dalam untuk pembelajaran yang menyenangkan. Dengan demikian, anak tidak merasa
terbebani”
Selain itu, guru juga percaya bahwa Multiple Intelligence dapat menjadi salah satu solusi yang
baik untuk mengajar siswa dengan cara yang menyenangkan dan mudah karena Multiple
Intelligence akan membuat siswa mudah memahami materi dan menikmati proses pembelajaran.
Ia juga mengatakan agar para siswa tidak terbebani dalam proses belajar mengajar, seperti contoh
ketika ada siswa yang memiliki kecerdasan kinestetik dan gaya belajarnya dengan kegiatan gerak
tetapi guru hanya mengajar dengan kegiatan membaca dan menulis tanpa melibatkan kegiatan
gerak. Kemudian, siswa tersebut tidak akan memahami materi secara utuh. Dia menegaskan
bahwa:
“Jadi Multiple Intelligence akan membuat anak-anak lebih paham, mudah dipahami dan mudah
mendapat poin. Kedua, siswa tidak merasa bosan dan terbebani. Bayangkan jika anak kinestetik
suka bergerak tapi hanya disuruh duduk diam saja kan? “Ini akan memudahkan siswa dalam
memahami materi dan siswa dapat menikmati proses pembelajaran.”
Selanjutnya, terkait dengan pernyataan sebelumnya dari dua guru bahasa Inggris, penulis juga
mengajukan pertanyaan kepada kepala sekolah tentang alasan sekolah menggunakan sistem
multiple intelligence sebagai pendekatan dasarnya. Kemudian, kepala sekolah menyatakan
bahwa yayasan sekolah menganggap multiple intelligence dapat menjadi strategi terbaik untuk
proses belajar mengajar saat ini untuk diterapkan di suatu institusi. Diharapkan dengan
menggunakan pendekatan multiple intelligence sekolah akan menerapkan pendekatan humanis
kepada siswa. Artinya guru akan mengajar siswa menyesuaikan dengan gaya belajarnya, dalam
hal ini gaya belajar siswa ditunjukkan dengan kecenderungan kecerdasan siswa. Oleh karena itu,
dalam pendekatan multiple intelligence, kecerdasan siswa menjadi bagian penting menurut
sistem ini. Selain itu, selalu ada observasi untuk menggali kecerdasan siswa untuk mengetahui
gaya belajar mereka di setiap semester. Penjelasan tersebut disebutkan di bawah ini:
20
“Alasan utamanya, kita tahu anak-anak tumbuh dan ilmunya selalu dinamis. Jadi situasi ini
menuntut kita untuk menggunakan strategi yang tepat dalam mengajar. Saat ini, kami merasa
bahwa pendekatan multiple intelligence adalah strategi yang paling tepat saat ini, memang bukan
berarti tidak akan ada yang lain karena sains itu dinamis bukan statis. Sekarang kita mengerti
bahwa pendekatan multiple intelligence adalah strategi yang paling tepat untuk diterapkan di
sebuah lembaga pendidikan. Mengapa? Karena dengan menggunakan konsep ini, sistem ini,
sekolah lebih memanusiakan anak. Mengapa kami menyebutnya seperti itu? Karena nanti, guru
akan mengajar anak-anak sesuai dengan gaya belajarnya. Nah, makanya kami menggunakan
sistem ini.”
Menyikapi tanggapan guru di atas, terlihat bahwa para guru meyakini penggunaan pendekatan
multiple intelligence dalam proses belajar mengajar berada dalam pemahaman yang sama.
Mereka percaya itu adalah strategi terbaik untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar saat
ini di sekolah mereka. Mereka juga percaya bahwa dengan pendekatan multiple intelligence,
proses belajar mengajar akan menyenangkan dan mudah. Selain itu, pembelajaran yang
menyenangkan di kelas akan membuat siswa mudah memahami materi dan menikmati proses
pembelajaran. Oleh karena itu, mereka akan belajar tanpa beban atau kekuatan apapun.
Diharapkan, proses ini akan membuat pemahaman mereka tentang materi bertahan lebih lama
dalam ingatan jangka panjang mereka.
Menurut Shearer (2018, p.6) “teori multiple intelligence menyediakan peta luas perangkat lunak
pikiran yang selaras dengan ilmu kognitif dan kecerdasan umum”. Sejalan dengan itu, secara
umum, temuan penelitian menunjukkan bahwa guru percaya bahwa multiple intelligence
memberikan kontribusi yang baik terhadap proses belajar mengajar. Lebih lanjut, Dolati et al
(2016) mengemukakan bahwa multiple intelligence membantu siswa untuk mempelajari
pelajaran dengan lebih efektif.
Selain itu, berkaitan dengan pengetahuan tentang multiple intelligences, penelitian menunjukkan
bahwa guru memahami definisi dan implementasinya. Sebaliknya dalam penelitian Dolati dan
Tahriri (2017), guru bahkan tidak mengetahui tentang teori multiple intelligence dan tidak
mencoba untuk menerapkannya di kelas bahasa Inggris mereka. Studi mereka juga
mengungkapkan bahwa pengabaian pembelajaran berbasis multiple intelligence dapat
21
menyebabkan kerugian bagi peserta didik (Dolati dan Tahriri, 2017). Dalam konteks yang lebih
baik, dengan memberikan multiple intelligence dalam konteks kelas akan membantu mereka
untuk belajar lebih baik, terutama dalam belajar bahasa Inggris.
22
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Akhirnya, temuan penelitian ini diharapkan menjadi sumber bagi para guru untuk
memperbaharui keyakinan mereka tentang kemampuan siswa. Selain itu, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi guru bahasa Inggris untuk mengeksplorasi dan
meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Guru juga diharapkan dapat menciptakan strategi
mengajar secara kreatif dengan mewujudkan gaya belajar siswa yang berbeda. Penelitian ini
dapat dijadikan sebagai alternatif sistem pembelajaran yang lebih membantu peserta didik dalam
mengembangkan kecerdasan dan bakatnya. Multiple Intelligence juga dapat direkomendasikan
bagi para orang tua untuk lebih memahami kemampuan anak-anak mereka. Sehingga orang tua
bisa mengarahkan anaknya tanpa memaksakan kehendaknya. Orang tua juga dapat membimbing
dengan penuh perhatian tanpa menggunakan kekerasan fisik maupun verbal.
5.2 Saran
Adapun saran dalam penelitian ini bagi peneliti selanjutnya adalah:
1. Agar peneliti selanjutnya melakukan penelitian komparatif sehingga dapat lebih jelas
menganalisis perbedaan antara metode pengajaran berbasis Multiple Intelligence dengan yang
berbasis Non-multiple Intelligence.
2. Bagi sekolah agar lebih memperhatikan kurikulum dan metode pengajaran yang
mengembangkan aspek kecerdasan Linguistik. Sekolah juga dapat memberikan penyuluhan dan
pengetahuan kepada orang tua siswa tentang Multiple Intelligence dalam upaya
pengembangannya agar orang tua dapat mengambil pesan dalam mengembangkan Multiple
Intelligence anaknya.
3. Bagi guru dan orang tua hendaknya mencari pengetahuan tentang Multiple Intelligence dan
bagi orang tua khususnya, hendaknya berkonsultasi kepada pihak sekolah tentang Multiple
Intelligence agar dapat mengenali kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Hal ini bertujuan untuk
dapat menerapkan metode pembelajaran di luar sekolah yang dapat mendorong perkembangan
Multiple Intelligence siswa.
23
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, T. (2009). Multiple Intelligences in the Classroom (3rd Ed). Virginia,
USA: ASCD (Association for Supervision and Curriculum Development).
Ary, D., et al. (2010). Introduction to Research in Education (4th Ed.). Belmont:
Wadsworth Cengage Learning.
Bingimlas, K. & Hanrahan, M. (2010). The Relationship between Teachers’ Beliefs
and Their Practice: How the Literature Can Inform Science Education
Reformers and Researchers. In M.F. Tasar & G. Gakamkci (Eds.).
Contemporary Science Education Research: International Perspectives (pp.
415-422). Ankara, Turkey: Pegem Akademi.
Borg, S. & Al-Busaidi, S. (2012). Teachers’ Beliefs and Practice Regarding Learning
Autonomy. ELT Journal Vol. 66, 283-292.
Bedir, H. (2010). Teachers’ Beliefs on Strategies Based Instruction in EFL Classes of
Young Learners. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 2 (2), pages 5208-
5211. doi: 10.1016/j.sbspro.2010.03.847
Cameron, L. (2001). Teaching Languages to Young Learners. Cambridge: Cambridge
University Press.
Canh, L. & Barnard, R. 2009. A Survey of Vietnamese EAP Teacher’s Beliefs about
Grammar Teaching. In Zhang, L.J., & Rubdy, R., & Alsagoff, L. (eds.). 2009.
Englishes and Literatures in English in a Globalised World: Proceedings of
the 13th International Conference on English in Southeast Asia, 246-259.
Singapore: National Institute of Education, Nanyang Technological
University.
Chatib, M. (2013). Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa Dolati, Z., & Tahriri, A.
(2017) EFL Teachers’ Multiple Intelligences and Their Classroom Practice.
SAGE. 2017 (1-12) Doi: 10.1177/2158244017722582.
Fauziati, E. (2015). Teaching English as A Foreign Language: Principle and Practice.
Surakarta: Era Pustaka Utama.
Fleetham, M. (2006). Multiple Intelligences in Practice: Enhancing Self-Esteem and
Learning in the Classroom. Stafford, UK: Network Continuum Education.
Freeman, D., & Richards, J. C (Eds.). (1996). Teacher Learning in Language
Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
Gardner, H. (1999). Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for the 21st
Century. New York, NY: Basic Books.
Harmer, J. (2007). The Practice of English Language Teaching (4th ed). Essex, UK:
Pearson Education.
Hoerr, T. R. (2000). Becoming A Multiple Intelligences School. Virginia, USA: ASCD
(Association for Supervision and Curriculum Development).
Hofer, B.K and Pintrich, P.R. 1997. The development of Epistemological Theories:
Beliefs about Knowledge and Knowing and their relation to learning. Review
of Educational Research 67 (1), 88-140.
Linse, C. T. (2005). Practical English Language Teaching: Young Lerners. New York:
McGraw-Hill Companies, Inc.
Nicholson, K. & Nelson. (1998). Developing Students’ Multiple Intelligences. New
York: Scholastic Proffesional Books.
24
Pritchard, Alan. (2009). Ways of Learning-learning theories and learning styles in the
classroom. Oxon: Routledge Sabiq. R.A. 2013. Teachers’ Beliefs and Practices in Teaching Grammar.
Unpublished Thesis. UNS Solo.
Shearer, B. (2018). Multiple Intelligences in Teaching and Education: Lessons Learned
from Neuroscience. Journal of Intelligence. Doi:
10.3390/jintelligence6030038
Woods, D., (1996). Teacher Cognition in Language Teaching: Beliefs, Decision-
making and Classroom Practice. Cambridge: Cambridge University
Press.
25
LAMPIRAN
1. Letter of Acceptance
26
2. Abstract Paper Ulicoss
27
3. Bukti Kepesertaan di Ulicoss 2021
4. Invoice Publikasi pada Ulicoss 2021
28
5. Kuesioner Persepsi Guru Terhadap Pendekatan Multiple Intelligence
No Pernyataan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
1 Pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan
multiple intelligence
membantu saya
mengajarkan
pembelajaran Bahasa
Inggris di sekolah
2 Saya menemukan banyak
manfaat bagi saya sendiri
saat mengajarkan Bahasa
Inggris dengan
menggunakan pendekatan
Multiple intelligence
3 Saya melihat siswa saya
menjadi lebih aktif saat
saya mengajar
menggunakan pendekatan
Multiple Intelligence
4 Saya menemukan tujuan
dan manfaat dari
pembelajaran Bahasa
Inggris dengan
menggunakan pendekatan
Multiple Intelligence
5 Saya aktif mengikuti
perkembangan
pendekatan Multiple
Intelligence, khususnya
dalam pembelajaran
Bahasa Inggris
6 Saya selalu melakukan
persiapan sebelum
memulai pembelajran
Bahasa Inggris
7 Pendekatan metode
pembelajaran Multiple
Intelligen menyulitkan
saya dalam mengajarkan
Bahasa Inggris kepada
anak-anak
8 Anak-anak mudah bosan
saat belajar Bahasa
Inggris menggunkan
pendekatan Multiple
Intelligence
9 Saya merasa sulit
mempersiapkan
pembelajaran Bahasa
Inggris dengan
29
menggunakan pendekatan
Multiple Intelligence
10 Saya sulit memberikan
contoh kepada murid-
murid saya dalam
mengajarkan Bahasa
Inggris dengan
menggunakan pendekatan
Multiple Intelligence
11 Saya tidak pernah
mengikuti pelatihan
mengajar dengan
menggunakan pendekatan
Multiple Intelligence
12 Saya selalu merasa malas
dating ke kelas untuk
mengajar Bahasa Inggris
Ketika saya harus
menggunakan pendekatan
multiple Intelligence
STS : Sangat tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju