Upload
arya-wulandari
View
225
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengadukan merupakan proses suatu pencampuran dua atau lebih zat agar
diperoleh larutan yang homogen. Istilah pencampuran (mixing) digunakan sebagai
salah satu bentuk operasi teknik kimia yang bertujuan untuk mengurangi
ketidaksamaan atau ketidakrataan dalam komposisi, temperatur atau sifat – sifat
lain yang terdapat dalam suatu bahan. Pencampuran adalah operasi tersebarnya
secara acak suatu bahan ke bahan yang lain dimana bahan-bahan tersebut terpisah
dalam dua fasa atau lebih.
Dalam proses kimia, pengadukan dilakukan untuk memperoleh keadaan
turbulen (bergolak). Akibat dilakukannya pengadukan, maka kita akan
memperoleh bahan yang memiliki kesamaan pada skala molekuler. Dengan
adanya kesamaan bahan pada skala molekuler maka akan terjadi peristiwa sebagai
berikut :
1. Terjadinya reaksi kimia
2. Terjadinya perpindahan massa
3. Terjadinya perpindahan panas
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya percobaan tangki pengaduk ini adalah :
1. Mempelajari pola aliran dari setiap impeller dan pengaruh baffle terhadap pola
aliran.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan daya (P).
3. Untuk mengetahui bilangan froude (N)fr dan hubungan antara bilangan Reynold
(NRe )dan bilangan power (NPo).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Pencampuran
Pencampuran bahan merupakan salah satu proses penting dalam industri
kimia. Pencampuran adalah peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak,
dimana bahan yang satu menyebar ke dalam bahan yang lain, yang pada akhirnya
membentuk hasil yang lebih seragam (homogen).Pada proses pencampuran
diperlukan gaya mekanik untuk menggerakkan bahan-bahan sehingga didapat
hasil yang homogen. Gaya mekanik diperoleh sebagai akibat adanya aliran bahan
ataupun dihasilkan oleh alat pencampur. Proses pencampuran dalam fasa cair
dilandasi oleh mekanisme perpindahan momentum di dalam aliran turbulen,
pencampuran terjadi pada tiga skala yang berbeda, yaitu:
1. Pencampuran sebagai akibat aliran cairan secara keseluruhan (bulk flow) yang
disebut mekanisme konvektif.
2. Pencampuran karena adanya gumpalan – gumpalan fluida yang terbentuk dan
tercampakkan di dalam medan aliran, dikenal sebagai “eddies”, mekanisme
pencampuran ini disebut “eddy difussion”.
3. Pencampuran karena gerak molekul air, merupakan mekanisme pencampuran
yang dikenal difusi.
2.2 Tangki Pengaduk
Pencampuran cair-cair digunakan untuk mempersiapkan atau
melangsungkan proses-proses kimia dan fisika serta juga untuk membuat produk
akhir yang komersial. Alat yang digunakan untuk pencampuran bahan cair-cair
dapat berupa tangki atau bejana yang dilengkapi dengan pengaduk. Tangki atau
bejana biasanya berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal, bagian atas
bejana itu bias terbuka saja ke udara atau dapat pula tertutup. Ujung bawah tangki
itu biasanya agak membulat, jadi tidak datar saja, maksudnya agar tidak terdapat
terlalu banyak sudut-sudut tajam atau daerah yang sulit ditembus arus zat cair.
Kedalaman zat cair biasanya hampir sama dengan diameter tangki. Di
dalam tangki itu dipasang pengaduk (impeller) pada ujung poros menggantung,
artinya poros itu ditumpu dari atas. Poros itu digerakkan oleh motor, yang kadang-
kadang dihubungkan langsung dengan poros itu, namun biasanya dihubungkan
melalui peti roda gigi untuk menurunkan kecepatannya.
2.3 Jenis Pengadukan
Jenis pengadukan dalam pengolahan dapat dikelompokan berdasarkan
kecepatan pengadukan dan metoda pengadukan. Berdasarkan kecepatannya,
pengadukan dibedakan menjadi pengadukan cepat dan pengadukan lambat.
Kecepatan pengadukan dinyatakan dengan gradien kecepatan, yang merupakan
fungsi dari tenaga yang disuplai (P) :
G=√Wμ =√ Pμ .V
(1)
Dalam hal ini :
W = tenaga yang disuplai per satuan volume air (N-m/s.m3)
P = suplai tenaga ke air ( N.m/s)
V = volume air yang diaduk (m3)
= viskositas absolut air ( N.s/m2)
Persamaan ini berlaku umum untuk semua jenis pengadukan. Parameter yang
membedakannya adalah besarnya tenaga yang disuplai kedalam air (P).
Berdasarkan metodanya pengadukan dibedakan menjadi :
1. Pengadukan Mekanis
Pengadukan mekanis adalah metoda pengadukan menggunakan alat
pengaduk berupa impeller yang digerakkan dengan motor bertenaga listrik.
Umumnya pengadukan mekanis terdiri dari motor, poros pengaduk, dan gayung
pengaduk (impeller). Menurut bentuknya, pengaduk dapat dibagi menjadi 3
golongan yaitu :
1. Turbin
Menghasilkan aliran arah radial dan tangensial, disekitar turbin terjadi
daerah turbulensi yang kuat, arus dan geseran yang kuat antar fluida.
(a) (b) (c)
Gambar 1 .Berbagai jenis turbin : (a) six blade open turbin, (b) pitched-
blade (45’) turbin, (c) six blade turbin with disk
2. Propeller
Menghasilkan aliran arah aksial, arus aliran meninggalkan pengaduk
secara kontinu melewati fluida ke satu arah sampai dibelokkan oleh
dinding atau dasar tangki.
(a) (b)
Gambar 2 Berbagai propeler : (a) three-blade marine propeller,
(b) guarded propeller
3. Padel
Menghasilkan aliran arah radial dan tangensial hampir tanpa gerak
vertikal.Arus bergerak secara horisontal, setelah mencapai dinding akan
dibelokkan ke atas dan ke bawah.
(a) (b) (c)
Gambar 2.4. Berbagai jenis padel : (a) four blade padlle, (b) gate padlle,
(c) glassed padlle
2. Pengadukan Hidrolis
Pengadukan yang memanfaatkan gerakan air sebagai tenaga pengadukan.
Sistem pengadukan ini menggunakan energi hidrolik yang dihasilkan dari suatu
aliran hidrolik. Beberapa contoh dari pengadukan hidrolis adalah terjunan,
loncatan, hidrolisis, parshall flume, baffle basin (baffle channel), perforated wall,
gravel bed.
3. Pengadukan Pneumatis
Pengadukan yang menggunakan udara (gas) beebentuk gelembung yang
dimasukkan ke dalam air sehingga menimbulkan gerakan pengadukan pada air.
Injeksi bertekanan kedalam suatu badan air akan menimbulkan turbulensi akibat
lepasnya gelembung udara ke permukaan air.
2.4 Tenaga Pengadukan
Besarnya tenaga untuk operasi pengadukan akan mempengaruhi besarnya
gradien kecepatan yang dihasilkan. Bila suatu sistem pengadukan telah ditentukan
nilai gradien kecepatannya, maka tenaga pengadukan dapat dihitung. Tenaga
pengadukan dihasilkan oleh suatu sistem pengadukan misalnya alat pengaduk dan
kecepatan putarannya, aliran air, hembusan udara dan sebagainya. Perhitungan
tenaga pengadukan berbeda-beda bergantung pada jenis pengadukannya. Pada
pengadukan mekanis yang berperan dalam menghasilkan tenaga adalah bentuk
dan ukuran pengaduk serta kecepatan alat pengaduk itu diputar oleh motor
penggerak. Hubungan antara variabel itu dinyatakan dengan persamaan untuk
nilai NRe leebih dari 10.000:
P = KT . n3.Di
5 . (2)
Dan persamaan (3) untuk nilai NRe kurang dari 20
P = KL .n2 .Di3 . (3)
Bilangan Reynold untuk satu pengaduk dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
N ℜ=Di2n ρμ
(4)
Keterangan untuk persamaan (2), (3), dan (4) adalah:
P = tenaga (N.m/s)
K = Konstanta pengaduk untuk aliran turbulen
n = kecepatan putaran.(rps)
Di = diameter pengaduk (m)
= Massa jenis air (kg/m3)
KL = konstanta pengaduk aliran laminer
= kekentalan absolute cairaan (N-s/m2)
Pada pengadukan hidrolisis tenaga dapat dituliskan sebagai berikut :
P = Q . .g .h (5)
Dimana :
P = tenaga (N.m/s)
Q = debit aliran (m3/s)
= berat jenis (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = tinggi jatuhan m
kehilangan energi akibat gesekan (head loss)
Penggabungan persamaan (5) ke persamaan (1) menghasilkan :
G=√Q ρghμ N=√ gh
∪ td (6)
Nilai h dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
a. Dalam pipa : hl=f LV2
D 2 g
b. Kanal bersekat : hl=K V2
2g
c. Media berbutir : hl= f❑
1−αα2
Ldv2
g
f=150 I1−αRN
I+1,75
RN=d vρμ
Dimana : d = rata-rata diameter butiran
L= kedalaman media berbutir
=porositas butiran
V=kecepatan aliran (m/s)
RN= bilangan Reynold
= faktor bentuk
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1. Alat :
1. tangki pengaduk tanpa baffle
2. impeller (turbin dan propeller)
3. motor pengaduk
4. stop watch
5. piknometer
6. neraca teknis
7. statif
8. viskometer ostwald
9. amperemeter dan voltmeter
10. pipet tetes
3.2. Bahan :
1. aquadest
2. bahan yang ditugaskan dosen atau asisten
3.3 Cara Kerja
1. Menyusun alat seperti gambar di atas.
2. Membuat larutan kanji dengan konsentasi tertentu
3. Melihat pengaruh diameter tangki (DT), diameter pengaduk (D),
tinggi pengaduk dari dasar tangki, tinggi cairan dalam tangki, lebar
baffle, daya terhadap proses pengadukan.
4. Menentukan pola aliran yang dihasilkan dari impeller pada air
dengan menggunakan sekam padi sebagai alat pembantu untuk
menentukan pola aliran yang dihasilkan oleh impeller.
5. Memasukkan larutan yang akan diaduk (oli dengan kerosin) dalam
tangki dan diaduk dengan tegangan (V) dan waktu yang diberikan,
serta menentukan arus dan laju putarannya (N).
6. Kemudian menentukan densitas () dan viskositas () dari larutan
kanji yang diaduk dengan menggunakan piknometer, serta
menghitung daya dengan mengukur arus dan tegangan yang
digunakan.
7. Mengulangi percobaan diatas.
BAB IV
DATA PERCOBAAN
Diameter pengaduk : - propeller = m
- turbin = m
Massa pikno kosong = gram
Massa pikno kosong + air = gram
Waktu viskositas (t) air = sekon
Temperatur air = ºC
A.Jenis pengaduk (impeller) turbin
1) Tangki tanpa baffle
Not
(menit)
C
(g/l)V
(Volt)N
(putaran/detik)
I
(A)
t viscous (detik)
ρ (kg/m3)
1
2
2) Tangki dengan baffle
Not
(menit)
C
(g/l)V
(Volt)N
(putaran/detik)
I
(A)
t viscous (detik)
ρ (kg/m3)
1
2
B. Jenis pengaduk (impeller) propeller
1) Tangki tanpa baffle
Not
(menit)
C
(g/l)V
(Volt)N
(putaran/detik)
I
(A)
t viscous (detik)
ρ (kg/m3)
1
2
2) Tangki dengan baffle
Not
(menit)
C
(g/l)V
(Volt)N
(putaran/detik)
I
(A)
t viscous (detik)
ρ (kg/m3)
1
2
DAFTAR PUSTAKA