28
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bahasa sehari-hari korosi dikenal dengan perkaratan yakni sesuatu yang hampir dianggap sebagai musuh umum masyarakat. Karat adalah sebutan bagi korosi pada besi, padahal korosi merupakan gejala destruktif yang mempengaruhi hampir semua logam. Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam yang mengalami korosi, tidak perlu dingkari bahwa logam itu paling awal menimbulkan korosi serius. Karena itu tidak mengherankan bila istilah korosi dan karat hampir dianggap sama. Korosi dikenal merugikan karena bersifat merusak logam dan membahayakan. Pada industri kimia masalah korosi dan pengendaliannya adalah spesifik, bahkan kadang-kadang unik. Sifat permasalahannya memerlukan pendekatan secara multi disiplin. Satu hal yang menonjol ialah masalah korosi dan pengendaliannya terkait erat dengan proses dan operasi pabrik. Penerapan suatu metode proteksi memerlukan sekaligus penguasaan dan pemahaman yang mendalam baik aspek proses dan operasi pabrik maupun aspek proteksi itu sendiri. Oleh sebab itu pengendalian korosi dalam industri kimia, disamping memerlukan corrosion engineer yang juga chemical engineer yang memahami konsep dasar proses korosi, proses dan operasi

Laporan Pendahuluan Korosi 07

Embed Size (px)

DESCRIPTION

otk 2

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Korosi 07

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam bahasa sehari-hari korosi dikenal dengan perkaratan yakni sesuatu

yang hampir dianggap sebagai musuh umum masyarakat. Karat adalah sebutan

bagi korosi pada besi, padahal korosi merupakan gejala destruktif yang

mempengaruhi hampir semua logam. Besi adalah salah satu dari banyak jenis

logam yang mengalami korosi, tidak perlu dingkari bahwa logam itu paling awal

menimbulkan korosi serius. Karena itu tidak mengherankan bila istilah korosi dan

karat hampir dianggap sama. Korosi dikenal merugikan karena bersifat merusak

logam dan membahayakan.

Pada industri kimia masalah korosi dan pengendaliannya adalah spesifik,

bahkan kadang-kadang unik. Sifat permasalahannya memerlukan pendekatan

secara multi disiplin. Satu hal yang menonjol ialah masalah korosi dan

pengendaliannya terkait erat dengan proses dan operasi pabrik. Penerapan suatu

metode proteksi memerlukan sekaligus penguasaan dan pemahaman yang

mendalam baik aspek proses dan operasi pabrik maupun aspek proteksi itu

sendiri. Oleh sebab itu pengendalian korosi dalam industri kimia, disamping

memerlukan corrosion engineer yang juga chemical engineer yang memahami

konsep dasar proses korosi, proses dan operasi pabrik serta keterampilan aplikasi

pengendalian korosi, mebutuhkan koordinasi yang baik. Tanpa koordinasi,

efisiensi akan rendah dan ini justru memperbesar corrosion cost.

Disini ilmuwan tidak mempertimbangkan aspek kerugian material,

sedangkan orang teknik mempertimbangkan aspek kerugian material. Aspek

kerugian begitu penting bagi orang teknik. Orang teknik bahkan tidak akan

mempersoalkan apakah sesuatu peristiwa merupakan fenomena korosi atau bukan,

apabila hal itu tidak sampai menimbulkan kerugian. Selama tidak menimbulkan

masalah yang merugikan, maka orang teknik tidak peduli apakah sesuatu proses

itu merupakan proses korosi atau bukan. Korosi bagi orang teknik identik dengan

masalah. Contohnya saja peristiwa bereaksinya besi dengan udara (tepatnya

dengan oksigen di udara) yang menghasilkan senyawa baru yaitu FeO dan/atau

Page 2: Laporan Pendahuluan Korosi 07

Fe2O3. Besi oksida tidak lagi bersifat sebagai logam. Ia adalah bahan keramik

yang tidak lagi bersifat menguntungkan sebagai bahan konstruksi seperti halnya

besi.

Akibatnya, konstruksi yang terbuat dari besi tersebut menjadi rusak/rapuh

akibat dari adanya peristiwa korosi. Oleh karena itu, perlu bagi kita untuk

mempelajari lebih dalam lagi tentang korosi. Baik dari pengertian, proses

terjadinya korosi, macam-macam korosi, sampai dampak/akibat terjadinya korosi.

Agar bahan konstruksi yang digunakan pada industri kimia terhindar dari

kerusakan akibat terjadinya korosi.

1.2. Rumusan Masalah

1) Proses korosi yang terjadi pada logam-logam tidak bisa untuk dicegah kapan

terjadinya, tetapi hanya dapat semaksimal mungkin agar tidak mengalami

kerugian yang cukup besar.

2) Banyaknya peralatan-peralatan yang terbuat dari logam yang mengalami

kerusakan ataupun kebocoran apabila terkena korosi.

3) Masih minimnya peralatan praktikum yang ada sehingga perhitungan

terhadap laju korosi yang timbul belum dapat dihitung secara tepat dan

akurat, karena belum terdapat peralatan yang khusus.

4) Masih minimnya bahan-bahan atau logam-logam yang ada untuk dilakukan

pengujian terhadap laju korosinya.

1.3. Tujuan Percobaan

1) Untuk mengetahui laju korosi pada logam besi, aluminium dan tembaga yang

telah mengalami perlakuan, yaitu digores, dipukul, atau tidak mengalami

perlakuan, bila dimasukkan dalam media asam, basa, ataupun netral.

2) Untuk mengetahui pengaruh terjadinya korosi pada setiap logam.

3) Untuk mengetahui cara menghitung laju korosi.

4) Mengetahui macam-macam korosi dan pengaruhnya pada industri kimia.

1.4. Manfaat Percobaan

1) Percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat mencegah terjadinya korosi

pada setiap logam.

Page 3: Laporan Pendahuluan Korosi 07

2) Praktikan dapat mengetahui kecepatan logam yang berbeda pada setiap

perlakuan maupun yang tidak mendapat perlakuan.

3) Agar praktikan dapat mengetahui cara menghitung laju atau kecepatan korosi

4) Dapat mengetahui macam-macam korosi dan pengaruh nya pada industri

Page 4: Laporan Pendahuluan Korosi 07

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Korosi

Korosi dapat didefinisikan sebagai kerusakan atau penurunan kualitas

material yang disebakan oleh reaksi dengan lingkungan atau kebalikan dari proses

metalurgi ekstraktif. Biji besi yang terdapat di alam dalam bentuk oksida berada

dalam tingkat energi yang rendah karena mempunyai ikatan kimia yang stabil.

Untuk mengubahnya menjadi produk jadi seperti baja lembaran ataupun pipa,

diperlukan energi yang besar, terutama pada waktu peleburan. Sehingga produk

berada pada tingkat energi yang tinggi atau bentuk antara yang tidak stabil.

Semua proses alam cenderung untuk merubah secara spontan kearah

tercapainya suatu keseimbangan. Oleh kerana itu produk yang berada pada tingkat

energi tinggi cenderung berubah kembali menjadi bentuk asalnya. Korosi dapat

dilihat dari proses besi dari licin menjadi berkarat. Misalnya pada reaksi :

Fe Fe2O3

Korosi dapat diartikan sebagai perubahan dari logam atau oksida logam

atau perubahan logam dari yang bervalensi kosong menjadi berisi. Jadi, korosi

adalah logam-logam yang dapat berubah bilangan oksidasinya. Misalnya bilangan

oksidasinya terus meningkat apabila terkena air maupun udara. Artinya bilangan

oksidasinya naik dari valensi kosong menjadi bervalensi 2. Pengertian korosi

secara scientist adalah korosi sebagai peristiwa bereaksinya logam-logam dengan

lingkungannya yang merusak sifat-sifat logam tersebut dan merugikannya. Salah

satu cara untuk menghindarinya adalah dengan mengecat logam tersebut, tetapi

harganya menjadi mahal. Untuk suatu susunan logam, atom-atom yang berada

dipinggir susunan mempunyai potensial dan energi yang tinggi dan mudah

bereaksi, maka mudah terkorosi. Korosi tidak dapat dicegah sama sekali tetapi

dapat dihambat sebab korosi merupakan peristiwa alam yang bereaksi spontan.

2.2. Corrotion Cost

Berdasarkan kerugian yang ditimbulkan oleh korosi (corrosion cost) dapat

dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

Page 5: Laporan Pendahuluan Korosi 07

1) Kerugian Langsung (Direct Cost)

Kerugian langsung akibat korosi ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk

penggantian peralatan yang rusak karena korosi, sehingga tidak dapat digunakan

lagi. Beberapa sumber menyebutkan bahwa kerugian akibat krosi diberbagai

negara adalah kira-kira 5 % dari GNP.

2) Kerugian Tidak Langsung (Indirect Cost)

Kerugian tidak langsung adalah biaya yang timbul karena adanya

gangguan operasi yang disebabkannya, anatara lain yaitu:

a) Terhentinya operasi pabrik.

b) Kontaminasi produk.

c) Ancaman terhadap keselamatan.

d) Biaya perawatan ekstra.

e) Biaya operasional ekstra.

2.3. Faktor Penyebab Korosi

Pada umumnya ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya

percepatan korosi, yaitu:

1) Uap air

Dilihat dari reaksi yang terjadi pada korosi, air merupakan salah satu

faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak

mengandung uap air (lembab) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.

2) Oksigen

Udara yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan

terjadinya korosi. Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang

mengandung reaksi redoks. Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta mini.

sebagai contoh, korosi besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O).

Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung campuran karbon yang

menyebar secara tidak merata dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan

perbedaan potensial listrik antara atom logam dengan atom karbon (C). Atom

logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari

udara yang larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai

media tempat berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin

Page 6: Laporan Pendahuluan Korosi 07

banyak jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak denan permukaan logam,

maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut.

3) Larutan garam

Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk

melangsungkan transfer muatan. Air hujan banyak mengandung asam, dan air laut

banyak mengandung garam, maka air hujan dan air laut merupakan korosi yang

utama. Larutan garam menyerang lapisan mild stell dan lapisan stainless stell

selain itu dapat menyebabkan terjadinya pitting (kebocoran), crevice (retek /

celah), korosi, dan juga pecahnya alooys (paduan logam yang bersifat tahan

karat). Larutan ini biasanya ditemukan pada campuran minyak-air dalam

konsentrasi yang tinggi yang akan menyebabkan proses korosi. Proses ini

disebabkan oleh kenaikan konduktivitas larutan garam dimana larutan garam lebih

konduktif sehingga menyebabkan laju korosi juga akan lebih tinggi. Sedangkan

pada kondisi kelautan garam dapat mempercepat laju korosi logam karena larutan

garamnya lebih konduktif, sama halnya dengan kecepatan alir dari air laut yang

sebanding dengan peningkatan laju korosi, akibatnya terjadi gesekan, tegangan

dan temperatur yang mendukung terjadinya korosi.

4) Permukaan logam yang tidak rata

Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub

muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan

logam yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar

terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anode dan katode.

5) Keberadaan Zat Pengotor

Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi

reduksi tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai

contoh, adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada

permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada

permukaan logam. Dengan demikian peristiwa korosi semakin dipercepat.

6) Kontak dengan Elektrolit

Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju

korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi

Page 7: Laporan Pendahuluan Korosi 07

elektrolit yang besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga korosi

meningkat.

7) Temperatur

Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi.

Secara umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi.

Hal ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi

kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi

redoks semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin

meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat

pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya

menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas

secara langsung (seperti mesin kendaraan bermotor).

8) pH

Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin

besar,karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:

2H(aq) + 2e- → H2

Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom

logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin

besar.

9) Metalurgi

a. Permukaan logam

Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda

potensial dan memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang

terkorosi.Permukaan logam yang kasar cenderung mengalami korosi

b. Efek Galvanic Coupling

Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya

atom-atom unsur lain yang terdapat pada logam tersebut sehingga

memicu terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni timbulnya

perbedaan potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E°

antara atom-atom unsur logam yang berbeda dan terdapat pada

permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi

Page 8: Laporan Pendahuluan Korosi 07

pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi oksidasi pada

daerah anode.

10) Mikroba

Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan

peningkatan korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut

mampu mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi

keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara

lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri

oksidasi sulfur-sulfida.

2.4. Macam-Macam Korosi

Korosi kimia (chemical corrosion), yaitu korosi yang terjadi dengan reaksi

kimia secara murni. Biasanya terjadi pada temperatur tinggi atau dalam keadaan

kering. Korosi elektrokimia (electrochemical corrosion), yaitu korosi yang terjadi

bila reaksinya berlangsung dengan suatu elektrolit, yaitu cairan yang mengandung

ion-ion. Reaksi berlangsung dengan adanya air/ uap air. Reaksi semacam inilah

yang paling banyak terjadi pada reaksi korosi. Di antara macam-macam

penamaan/jenis-jenis korosi, yang sering dijumpai adalah ;

1) Galvanic atau Bimetalic Corrosion

Galvanic atau bimetalic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika

dua macam logam yang berbeda berkontak secara langsung dalam media korosif.

Logam yang memiliki potensial korosi lebih tinggi, akan terkorosi lebih hebat

daripada kalau ia sendirian dan tidak dihubungkan langsung dengan logam yang

memiliki potensial korosi yang lebih rendah. Sedangkan logam yang memiliki

potensial korosi yang lebih rendah, akan kurang terkorosi daripada kalau ia

sendirian dan tidak dihubungkan langsung dengan logam yang memiliki potensial

korosi yang lebih tinggi.

2) Crevice Corrosion

Creavice corrosion termasuk jenis korosi lokal. Jenis korosi ini terjadi

pada celah-celah konstruksi, seperti kaki-kaki konstruksi, drum maupun tabung

gas. Korosi jenis ini juga dapat dilihat pada celah antara tube dari heat exchanger

Page 9: Laporan Pendahuluan Korosi 07

dengan tube sheet-nya. Adanya korosi bisa ditandai dengan warna cokelat di

sekitar celah. Tipe korosi ini terjadi akibat terjebaknya elektrolit sebagai

lingkungan korosif di celah-celah yang terbentuk di antara peralatan konstruksi.

3) Pitting Corrosion

Pitting corrosion juga termasuk korosi lokal. Jenis korosi ini mempunyai

bentuk khas yaitu seperti sumur, sehingga disebut korosi sumuran. Arah

perkembangan korosi tidak menyebar ke seluruh permukaan logam melainkan

menusuk ke arah ketebalan logam. Akibatnya konstruksi mengalami kebocoran.

Walaupun tidak sampai habis terkorosi, konstruksi tidak dapat beroperasi optimal,

bahkan mungkin tidak dapat dipergunakan lagi karena kebocoran yang timbul.

Pitting corrosion sering terjadi pada stainless-steel, terutama pada lingkungan

yang tidak bergerak (stationer) dan non-oksidator (tidak mengandung oksigen).

4) Intergranular Corrosion

Jenis korosi ini termasuk korosi lokal. Korosi terjadi pada batas-batas

butir logam. Hal ini terjadi karena tingginya tingkat energi dari daerah batas butir

dibandingkn dengan daerah dalam butir kristal. Intergranular corrosion sering

terjadi pada daerah sekitar las-lasan yang biasa disebut dengan Heat Affected Zone

(HAZ).

5) Selective Leaching Corrosion

Selective leaching corrosion adalah korosi berupa pelarutan unsur-unsur

tertentu dari paduan logam. Akibatnya struktur menjadi rapuh karena keropos.

Contoh korosi jenis ini adalah peristiwa dezincification (yaitu penghilangan unsur

seng saja), yang terjadi pada logam paduan antara seng dengan tembaga

(kuningan atau brass).

6) Erosion/Abrassion Corrosion

Erosion/abrassion corrosion adalah proses korosi yang bersamaan dengan

erosi/abrasi. Korosi jenis ini biasanya menyerang peralatan yang lingkungannya

adalah fluida yang bergerak, seperti aliran dalam pipa. Keganasan fluida korosif

yang bergerak diperhebat oleh adanya dua fase atau lebih dalam fluida tersebut,

misalnya adanya fase liquid dan gas secara bersamaan, adanya fase liquid dan soli

secara bersamaan ataupun adnya fase liquid, gas, dan solid secara bersamaan.

Page 10: Laporan Pendahuluan Korosi 07

Kavitasi adalah contoh erosion corrosion pada peralatan yang berputar di

lingkungan fluida yang bergerak, seperti impeller pompa dan suhu-suhu turbin.

Erosion/abrassion corrosion juga terjadi di saluran gas-gas hasil pembakaran.

7) Stress Corrosion Cracking (SCC)

Stress corrosion cracking adalah cracking akibat adanya stress dan

terjadinya korosi secara bersamaan. Korosi jenis ini hanya terjadi jika kedua unsur

penyebabnya berada secara bersama-sama. Stress corrosion cracking tidak akan

ada kalau hanya ada stress atau hanya ada lingkungan korosif saja. Tipe korosi

model ini biasanya terjadi pada stainless-steel.

8) Differential Aeration Corrosion

Differential aeration corrosion adalah jenis korosi lokal akibat perbedaan

konsentrasi oksigen dalam lingkungan korosif. Daerah dengan konsentrasi

oksigen yang lebih rendah akan mengalami korosi lebih hebat daripada daerah

dengan konsentrasi oksigen yang lebih tinggi. Jenis korosi ini dapat dilihat

misalnya pada paku yang tertancap di dinding. Bagian luar, yang berhubungan

dengan lebih banyak oksigen (udara), kelihatan masih bagus. Sementara bagian

dalam yang tertancap di dinding, yang kurang berhubungan dengan oksigen

(udara), sudah terkorosi dengan hebat dan lapuk.

9) Fretting Corrosion

Fretting corrosion adalah korosi yang terjadi pada konstruksi yang bergerak

dengn mengalami gesekan. Jenis korosi ini biasa terjadi pada sumbu yang

berputar dan bergesekan. Material logam yang berputar dan tergesek tersebut

mengalami kehausan akibat gesekan dan mengalami korosi secara bersamaan.

Karena sempitnya clearance maka corrosion product ikut berputar bersama

logam yang terkorosi. Korosi jenis ini mengakibatkan konstruksi menjadi longgar,

menambah clearance ataupun mengurangi tingkat kedapnya packing atau sealing.

10) Filiform Corrosion

Filiform corrosion adalah korosi yang berbentuk seperti cabang-cabang di

permukaan logam yang tertutupi cat. Karakteristik korosi jenis ini ialah bentuknya

yang menyebar di permukaan logam dengan arah perkembangan korosi horizontal

sepanjang permukaan logam dan tidak mengarah ke kedalaman logam.

Page 11: Laporan Pendahuluan Korosi 07

11) Corrosion Fatique

Corrosion fatique adalah korosi sebagai akibat dari adanya lingkungan

korosif dan tegangan yang berupa cyclic stress (tegangan berulang-ulang) secara

bersamaan. Syarat corrosion fatique adalah seperti SCC, yaitu harus ada

lingkungan korosif dan cyclic stress bersama-sama. Kegagalan bisa sangat

mendadak walaupun peristiwa corrosion fatique tampaknya baru saja dimulai.

Kerusakan akibat corrosion fatique jauh lebih besar daripada jumlah kerusakan

dari korosi dan fatique jika mereka berdiri sendiri-sendiri.

12) Hydrogen Attack

Hydrogen attack mengakibatkan logam menjadi rapuh akibat penetrasi

hidrogen ke kedalam logam. Peristiwa perapuhan ini biasa disebut dengan

Hydrogen Embrittlement. Logam juga bisa retak oleh invasi hidrogen. Belum

diketahui bagaimana hidrogen bisa merusak logam secara kimiawi ataupun secara

elektrokimia, tetapi efek perusakannya terhadap logam sebagai bahan konstruksi

sudah jelas. Boleh jadi hidrogen hanya mendifusio secara fisika saja ke dalam

logam akibat kecilnya ukuran atom hidrogen.

13) Microbial Corrosion

Microbial dapat menyebabkan korosi, baik secara aktif melalui

kegiatannya, maupun secara pasif melalui keberadaannya. Aktifitas mikroba dapat

menghasilkan senyawa-senyawa yang korosif, yang pada gilirannya akan

mengkorosikan logam. Ada mikroba yang dapat hidup pada lingkungan aerobik,

dan ada pula jaringan yang hidup pada kondisi an-aerobik.

14) Dew Point Corrosion

Dew point corrosion adalah korosi yang biasa terjadi selama masa shut-

down pada economizer atau bagian lain dari boiler. Korosi jenis ini biasa terjadi di

bagian luar alat. Ketika boiler mendingin, maka suhu bagian luar tube bisa jatuh di

bawah titik embun bahan yang ada di lingkungan bagian luar tube, sehingga

moisture akan mengembun padanya. Embun ini bercampur dengan sulfur yang

mengendap pada permukaan logam.akibatnya, pH di sekitar sulfur turun, sehingga

mempercepat korosi logam di bawah deposit tersebut. Deposit sulfur bisa berasal

dari abu pembakaran fuel.

Page 12: Laporan Pendahuluan Korosi 07

2.5. Teknik Pengendalian Korosi

Proses korosi dapat dikendalikan dengan menekan laju reaksi oksidasi

(anoda) atau reaksi reduksi (katoda) atau dengan mencegah kontak langsung

antara lingkungan dengan bahan konstruksi logam yang bersangkutan. Pada

dasarnya kalau di dalam sistem tidak terjadi perpindahan elektron, proses

elektrokimia tidak akan berlangsung. Bertolak dari kenyataan itu, teknik-teknik

pengendalian korosi yang dikenal dikelompokkan secara sederhana menjadi 5

kelompok, sebagai berikut:

1) Proteksi Katodik

Pada diagram sistem korosi terlihat bahwa laju korosi mendekati nol

apabila potensial sistem bergeser ke arah negatif mendekati Eo logam M. untuk

mencapai keadaan itu kepada struktur konstruksi yang akan dilindungi harus

disuplai arus tandingan sebesar Iapp dari suatu sumber arus searah. Teknik ini

dikenal dengan teknik arus tandingan atau impressed current. Pada teknik arus

tandingan digunakan rectifier yang merubah arus bolak-balik menjadi searah,

sebagai sumber arus searah.

2) Proteksi Anodik

Proteksi anodik adalah kebalikan dari protensi katodik. Teknik ini hnaya

bisa diterapkan pada bahan konstruksi yang mempunyai sifat pasif.

3) Inhibisi

Proses korosi adalah reaksi kimia, maka hal ini berlaku untuk sistem

konstruksi logam dan lingkungannya. Senyawa-senyawa kimia tertentu secara

spsifik dapat teradsopsi di permukaan struktur logam, dimana proses korosi

berlangsung dan berinterferensi baik dengan reaksi anodik maupun reaksi katodik.

Interferensi tersebut menyebabkan reaksi anodik dan katodik terhambat, sehingga

secara keseluruhan proses korosi juga terhambat. Senyawa yang mempunyai

kemampuan seperti ini disebut inhibitor korosi, yang digunakan sebagai pengedali

korosi. Teknik pengendalian seperti ini dikenal sebagai teknik inhibisi.

4) Pengendalian Lingkungan

Proses korosi dapat dipandang sebagai serangan komponen-komponen

senyawa kimia yang terkandung di dalam lingkungan terhadap konstruksi logam

Page 13: Laporan Pendahuluan Korosi 07

yang bersangkutan. Oleh sebab itu agresifitas lingkungan berhubungan dengan

jumlah dan jenis komponen yang terkandung didalamnya. Semakin banyak

komponen agresif, maka semakin tinggi laju korosi atau sebaliknya.

Dengan gambaran seperti itu proses korosi dapat dikenalikan dengan jalan

mengurangi jumlah komponen agresif di dalam lingkungan. Beberapa cara yang

dilakukan, antara lain:

a) Mengeluarkan oksigen dari sistem.

b) Menambahkan bahan yang dapat mengikat komponen agresif ke

dalam sistem.

c) Mengedalikan pH agar berada dalam selang harga yang aman..

5) Pelapisan Permukaan

Pada permukaan konstruksi dilapisi dengan bahan lain yang mempunyai

sifat kedap terhadap penetrasi senyawa kimia dan mempunyai daya hantar listrik

sangat rendah. Bahan yang dapat digunakan sebagai lapisan pelindung eksternal

beraneka ragam. Namun secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi beberapa

macam, yaitu:

a) Lapisan Lindung Logam

b) Polimer atau Plastik

c) Elastomer

d) Lapisan Lindung Organik

2.6. Pencegahan Korosi

Korosi menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur berbagai

barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat

dicegah dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel). Akan

tetapi, proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi.Korosi besi

memerlukan oksigen dan air. Kemudian, kita ketahui bahwa berbagai jenis logam

dapat melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang

akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.

1) Mengecat.

Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak

besi dengan udara dan air.

Page 14: Laporan Pendahuluan Korosi 07

2) Melumuri dengan oli atau gemuk.

Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk

mencegah kontak besi dengan air.

3) Dibalut dengan plastik.

Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut

dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi dengan udara dan air.

4) Tin plating (pelapisan dengan timah)

Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah.

Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electroplating. Timah

tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami

korosi karena tidak ada kontak dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi,

lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru

mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi

lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah

akan membentuk suatu sel elekrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan

demikian, timah mendorong korosi besi.

5) Galvanisasi (pelapisan dengan zink)

Pipa besi, tiang telpon, badan mobil, dan berbagai barang lain dilapisi

dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi

sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal itu terjadi karena suatu mekanisme yang

disebut dengan perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih

positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel

elekrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian, besi terlindungi dan

zink yang mengalami oksidasi.

6) Cromium plating (pelapisan dengan kromium).

Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan

pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga

dilakukan dengan elektrolisis.

7) Sacrificial protection (pengorbanan anode).

Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah

berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka

Page 15: Laporan Pendahuluan Korosi 07

magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk

melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara

periodik, batang magnesium harus diganti.

Page 16: Laporan Pendahuluan Korosi 07

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat :

1) Aqua gelas bekas (9 cangkir)

2) Paku besi (9 buah)

3) Seng 4 x 4 cm (3 buah)

4) Amplas kasar dan halus

5) Baterai ukuran AA (3 buah)

6) Kabel biasa satu meter

7) Palu

3.1.2. Bahan :

1) Larutan HCl 1 N

2) Larutan NaOH 1 N

3) Air ledeng

3.2. Prosedur Percobaan

1) Seluruh logam yang akan dipakai dipercobaan diamplas, lalu dicuci

dengan aqudest, kemudian dicelupka ke larutan HCl. Logam dikeringkan

dengan Hair Dryer dan ditimbang beratnya (berat awal) setiap logam.

2) Timbang berat awal logam setelah dibersihkan.

3) Rangkai logam yang telah dibersihkan dengan baterai yang telah

disiapkan.

4) Siapkan 2 cawan berisi larutan yang telah ditentukan (HCl 1 N, NaOH

1 N, Air ledeng) dengan volume yang memadai untuk pengujian.

5) Masukan logam yang telah dirangkai dengan baterai kedalam cawan

yang berisi larutan.

6) Masukan logam pembanding (paku besi dan gabungan paku besi dan

seng) dalam cawan berbeda dengan larutan yang sama. Perlu diingat bahwa

logam pembanding ini sama dengan logam yang akan dirangkai dan dicelup

pada waktu yang bersamaan.

Page 17: Laporan Pendahuluan Korosi 07

7) Catat waktu pencelupan jenis logam, jenis larutan dan phenomena

yang terjadipada logam, (3 x 24 jam)

8) Angkat benda uji dari cawan setelah waktu yang ditentukan (3 hari)

9) Bersihkan logam dari produk korosi (oksida) dengan cara diamplas

dan dicuci dengan aquadest, kemudian keringkan.

10) Timbang lagi berat benda uji setelah dibersihkan.

Page 18: Laporan Pendahuluan Korosi 07

DAFTAR PUSTAKA

Anindita.2012.Makalah Korosi. http://icheanindita.blogspot.com/2012/06/makala

h-korosi.html (diakses tanggal 07 September 2014)

Chandler,K.A. 1985. Marine and Offshone Corrosion. Batter Work

Mansano. 2010. Korosi dan Cara Pencegahannya.http://kimia123sma.wordpress.c

om/2010/04/20/korosi-dan-cara-pencegahannya.html (diakses tanggal 07

September 2014)

Oxtoby,David W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta:  Erlangga

Sudarmo, Unggul. 2006. KIMIA SMA. Jakarta: Erlangga

Sagala, Polmer P. 2011. Jago KIMIA SMA Kelas 1, 2, 3. Jakarta : Kawan Pustaka

Page 19: Laporan Pendahuluan Korosi 07