46
LAPORAN KELOMPOK PROBLEM BASED LEARNING (PBL) ASMA BRONCHIAL Oleh : Kelompok 2 Ketua : Yananda Maulina (105070200111007) Sekretaris : Ma’rifatul Kisabana (105070201111004) Anggota : 1. Arinda Nur Yunitasari (105070200111010) 2. Yuriska Lintang (105070201111007) 3. Vieocta Apsari Paradise (105070201111008)

Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

LAPORAN KELOMPOK

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

ASMA BRONCHIAL

Oleh :

Kelompok 2

Ketua : Yananda Maulina (105070200111007)

Sekretaris : Ma’rifatul Kisabana (105070201111004)

Anggota : 1. Arinda Nur Yunitasari (105070200111010)

2. Yuriska Lintang (105070201111007)

3. Vieocta Apsari Paradise (105070201111008)

4. M Amirullah Rosydi (105070201111009)

5. Exsa Wahyuningtyas (107050201111005)

6. Ayu Novita Rahmawati (105070201111006)

7. Hesty Putri Hapsari (105070201111003)

8. Ayu Dewi Novita Sari (105070201111008)

9. Dini Widya A (105070200111006)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

Page 2: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

PROBLEM BASED LEARNING (PBL) 2

“ASMA BRONCHIAL”

Trigger

Anak D, umur 15 tahun datang dengan keluhan utama sesak nafas disertai

batuk berdahak warna putih agak kental dan sulit dikeluarkan. Klien mengatakan

cemas dengan kondisinya sekarang. Sesak napas sejak 4 hari lalu akibat debu,

bertambah berat pada malam hari atau hawa dingin. Klien juga mengeluh sering

terbangun tengah malam hari. Sesak berulang berlangsung sejak 1 tahun yang

lalu. Klien mengatakan punya Ventolin spray tapi masih bingung menggunakan.

Pada pemeriksaan fisik oleh perawat didapatkan tampak sesak, tidak ada kontak

mata, tampak cemas, kesadaran compos mentis. Pemeriksaan tanda vital oleh

perawat, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 120x/menit, pernafasan 40x/menit,

nafas cuping hidung (+), wheezing di seluruh lapang paru.

Study Learning Objective (SLO) :

1. Definisi dan Klasifikasi Asma Bronchial

2. Etiologi dan Faktor Resiko Asma Bronchial

3. Patofisiologi Asma Bronchial

4. Manifestasi Klinis Asma Bronchial

5. Pemeriksaan Diagnostik Asma Bronchial

6. Penatalaksanaan Asma Bronchial

7. Asuhan Keperawatan Asma Bronchial

Page 3: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

1. DEFINISI

Asma adalah penyakit yang memiliki karakteristik dengan sesak

napas dan wheezing, dimana keparahan dan frekuensi dari tiap orang

berbeda. Kondisi ini akibat kelainan inflamasi dari jalan napas di paru-

paru dan mempengaruhi sensitivitas saraf pada jalan napas sehingga

mudah teriritasi. Pada saat serangan, alur jalan napas membengkak karena

penyempitan jalan napas dan pengurangan aliran udara yang masuk paru-

paru. (WHO, 2011).

Asma menyebabkan inflamasi kronis pada bronkus yang

berhubungan dengan hiperrensponsif dari saluran pernapasan yang

menyebabkan episode wheezing, apnea, sesak napas dan batuk- batuk

terutama pada malam hari atau awal pagi. (Kepmenkes, 2009).

Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,

reversible dimana trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap

stimuli tertentu. (Smeltzer, 2002: 611).

Klasifikasi asma :

A. Berdasarkan Etiologi

a. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor

pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,

obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik

sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik

terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus

spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan

asma ekstrinsik. (Bunner & Suddart, 2002; Somatri, 2008).

b. Intrinsik/idiopatik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap

pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin

atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan

emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan

Page 4: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis

kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma

gabungan. (Bunner & Suddart, 2002; Somatri, 2008).

c. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai

karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik. (Somantri, 2008).

B. Berdasarkan Keparahan Penyakit

2. ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi

timbulnya serangan asma bronkhial.

Page 5: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

a. Faktor predisposisi

Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum

diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita

dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga

menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita

sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan

faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya

juga bisa diturunkan.

b. Faktor presipitasi

Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan

ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan

polusi.

2. Ingestan, yang masuk melalui mulut

ex: makanan dan obat-obatan.

3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit

ex: perhiasan, logam dan jam tangan.

Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering

mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan

faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan

berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,

musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga

dan debu.

Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,

selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.

Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita

asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat

Page 6: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya

belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan

asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang

yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,

polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika

melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat

paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena

aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

(Tanjung, 2003; Muttaqin, 2008).

c. Faktor Resiko

Berdasarkan Pedoman Pengendalian Penyakit Asma 2009, faktor

resiko asma dibagi menjadi faktor genetic dan faktor lingkungan :

Faktor Genetik

- Hiperaktivitas

- Atopi/ alergi bronkus

- Faktor yang memodifikasi penyakit genetik

- Jenis kelamin dimana laki- laki lebih beresiko dari pada

perempuan

Pria merupakan resiko untuk asma pada anak. Sebelum usia 14

tahun, prevalensi asma pada anak laki- laki adalah 1,5- 2 kali

dibandingkan anak perempuan. Tetapi menjelang dewasa

perbandingan tersebut lebih kurang sama dan pada menopause

perempuan lebih banyak.

- Ras/ etnik dimana status ekonomi ras menentukan status gizi

Faktor Lingkungan

- Alergen di dalam ruangan (tungau, debu tumah, kucing,

alternaria/ jamur dll)

- Alergen di luar ruangan (jamur, tepung sari)

Page 7: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

- Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan,

kacang, makanan laut, susu sapi, telur)

- Obat- obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID dll)

- Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray

dll)

- Ekspresi emosi berlebih

- Asap rokok bagi perokok aktif maupun pasif

Asap rokok berhubungan dengan penurunan fungsi paru.

Pajanan asap rokok, sebelum dan sesudah kelahiran

berhubungan dengan efek berbahaya yang dapat diukur seperti

meningkatkan resiko terjadinya gejala serupa asma.

- Polusi udara luar dan dalam ruangan

- Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya

ketika melakukan aktifitas tertentu.

- Perubahan cuaca

- Kekurangan berat badan saat kelahiran

- Obesitas

- Jalan napas sempit sejak lahir

Page 8: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

3. PATOFISIOLOGI

Faktor pencetus serangan asma(alergen, infeksi saluran napas, obat-obatan, polusi udara, exercise berlebih)

Hipereaktivitas bronkus Edema mukosa dan dinding bronkus

Hipersekresi mukus

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan

Peningkatan kerja pernafasan, hipoksemia reversible

- Ketidakefektifan pola nafas

- Gangguan pertukaran gas

Keluhan sistemis, mual, intake nutrisi tidak adekuat, malaise.

- Nutrisi kurang dari kebutuhan

- Gangguan pemenuhan ADL

Keluhan psikososial, kecemasan, ketidaktahuan tentang asma.

- Cemas

- Kurang pengetahuan

Status asmatikus

Gagal nafas Kematian

4. MANIFESTASI KLINIS

Page 9: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

Gejala asma bersifat episodik, seringkali reversibel dengan/atau tanpa

pengobatan.

Gejala awal berupa :

batuk terutama pada malam atau dini hari

sesak napas

napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan

napasnya

rasa berat di dada

dahak sulit keluar.

Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa.

Yang termasuk gejala yang berat adalah:

Serangan batuk yang hebat

Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal

Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)

Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk

Kesadaran menurun

Pembagian manifestasi klinis berdasarkan stadium, yaitu :

1. Stadium dini

Disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor hipersekresi dan faktor spasme

bronchiolus & edema.

a) Faktor hipersekresi yang lebih menonjol

a. Batuk dengan dahak baisa, dengan maupun tanpa pilek

b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang

timbul

c. Whezing belum ada

d. Belum ada kelainan bentuk thorak

e. Ada peningkatan eosinofil darah dan Ig E

f. BGA belum patologis

Page 10: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

b) Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan

a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

b. Whezing

c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

d. Penurunan tekanan parsial O2

2. Stadium lanjut/kronik

a. Batuk, ronchi

b. Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan

c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)

e. Thorak seperti barel chest

f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus

g. Sianosis

h. BGA Pa O2 kurang dari 80%

i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan

kiri

j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :

1. Tingkat I  Secara klinis normal, tanpa kelainan pemeriksaan fisik

maupun fungsi paru. Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat

alamiah maupun dengan test provokasi bronchial di laboratorium.

2. Tingkat II  Penderita tanpa keluhan dan kelainan pada pemeriksaan

fisik tetapi fungsi paru menunjukan adanya tanda- tanda obstruksi jalan

nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.

3. Tingkat III  Pada penderita tanpa keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik

dan fungsi paru menunjukan kelainan yaitu obstruksi jalan nafas,

biasanya pasien yang telah sembuh dari asma tetapi tidak berobat secara

teratur yang mudah diserang kembali.

Page 11: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

4. Tingkat IV  Penderita batuk, sesak nafas, nafas berbunyi wheezing.

Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda- tanda obstruksi jalan

nafas.

5. Tingkat V  Penderita pada stadium status asmatikus yaitu suatu keadaan

darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersifat refrator

sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1) Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :

- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari

kristal eosinopil.

- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan)

dari cabang bronkus.

- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

- Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya

bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang

terdapat mucus plug.

b. Pemeriksaan darah

Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat

pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas

15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari

Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari

serangan.

2) Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu

serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni

radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta

Page 12: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka

kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:

Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan

bertambah.

Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran

radiolusen akan semakin bertambah.

Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate

pada paru

Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran

radiolusen pada paru-paru.

3) Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang

dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan

menggunakan tes tempel.

4) Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat

dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang

terjadi pada empisema paru yaitu :

- Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis

deviasi dan clock wise rotation.

- Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya

RBB (Right bundle branch block).

- Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,

SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

5) Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang

paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon

pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan

sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau

nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC

Page 13: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya

respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri

tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting

untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita

tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan

obstruksi. (Muttaqin, 2008).

6) Tes Provokasi Bronkus

Tes ini dilakukan pada Spirometri internal. Penurunan FEV sebesar

20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80- 90% dari

maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR

10% atau lebih. (Muttaqin, 2008).

7) Peak Expiratory Flow Meter (PEF Meter)

Gambar 2. Macam-macam PEF meter

Alat ini adalah alat yang paling sederhana untuk memeriksa gangguan

sumbatan jalan napas, yang relatif sangat murah, mudah dibawa.

Dengan PEF meter fungsi paru yang dapat diukur adalah arus puncak

ekspirasi (APE).

Cara pemeriksaan APE dengan PEF meter adalah sebagai berikut :

Penuntun meteran dikembalikan ke posisi angka 0. Pasien diminta

untuk menghirup napas dalam, kemudian diinstruksikan untuk

menghembuskan napas dengan sangat keras dan cepat ke bagian

mulut alat tersebut, sehingga penuntun meteran akan bergeser ke

Page 14: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

angka tertentu. Angka tersebut adalah nilai APE yang dinyatakan

dalam liter/menit.

Gambar 3 Cara mengukur arus puncak ekspirasi dengan PEF meter

Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai APE < 80% nilai prediksi.

Selain itu juga dapat memeriksa reversibiliti, yang ditandai dengan

perbaikan nilai APE > 15 % setelah inhalasi bronkodilator, atau

setelah pemberian bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah

pemberian kortikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu.

Variabilitas APE ini tergantung pada siklus diurnal (pagi dan malam

yang berbeda nilainya), dan nilai normal variabilitas ini < 20%.

Cara pemeriksaan variabilitas APE :

Pada pagi hari diukur APE untuk mendapatkan nilai terendah dan

malam hari untuk mendapatkan nilai tertinggi.

APE malam – APE pagi

Variabilitas harian = ---------------- x 100%

½ (APE malam + APE pagi)

PEF Meter ini dianjurkan pada :

1. Penanganan serangan akut di gawat darurat, klinik, praktek dokter

dan oleh pasien di rumah.

2. Pemantauan berkala di rawat jalan, klinik dan praktek dokter.

3. Pemantauan sehari-hari di rumah, idealnya dilakukan pada asma

persisten usia di atas > 5 tahun, terutama bagi pasien setelah

Page 15: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

perawatan di rumah sakit, pasien yang sulit/tidak mengenal

perburukan melalui gejala padahal berisiko tinggi untuk mendapat

serangan yang mengancam jiwa.

Pada asma mandiri pengukuran APE dapat digunakan untuk

membantu pengobatan seperti :

Mengetahui apa yang membuat asma memburuk.

Memutuskan apa yang akan dilakukan bila rencana pengobatan

berjalan baik.

Memutuskan apa yang akan dilakukan jika dibutuhkan

penambahan atau penghentian obat.

Memutuskan kapan pasien meminta bantuan medis/dokter/IGD.

6. PENATALAKSANAAN

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.

2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan

asma.

3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai

penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan

penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang

diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.

Tujuan penatalaksanaan asma :

1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma

2. Mencegah eksaserbasi akut

3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin

4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise

5. Menghindari efek samping obat

6. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation)

ireversibel

Page 16: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

7. Mencegah kematian karena asma

8. Khusus anak, untuk mempertahankan potensi sesuai tumbuh kembangnya

(Mansjoer, 2002; Kepmenkes, 2009)

Penatalaksanaan medis untuk asma dibagi menjadi dua, yaitu (Muttaqin,

2008; Kepmenkes 2009)

1) Terapi Non Farmakologis

a. Memberikan penyuluhan

Penyuluhan atau edukasi kepada pasien dan/atau keluarga bertujuan

untuk :

Meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum

dan pola penyakit asma sendiri)

Meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan asma

sendiri/asma mandiri)

Meningkatkan kepuasan

Meningkatkan rasa percaya diri

Meningkatkan kepatuhan (compliance) dan penanganan mandiri

Membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan

mengontrol asma

Bentuk pemberian edukasi :

Komunikasi/nasehat saat berobat

Ceramah

Latihan/training

Supervisi

Diskusi

Tukar menukar informasi (sharing of information group)

Film/video presentasi

Leaflet, brosur, buku bacaan

Beberapa hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh penderita dan

keluarganya adalah :

1. Memahami sifat-sifat dari penyakit asma :

Bahwa penyakit asma tidak bisa sembuh secara sempurna.

Page 17: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

Bahwa penyakit asma bisa disembuhkan tetapi pada suatu saat oleh

karena faktor tertentu bisa kambuh lagi.

Bahwa kekambuhan penyakit asma minimal bisa dijarangkan dengan

pengobatan jangka panjang secara teratur.

2. Memahami faktor yang menyebabkan serangan atau memperberat

serangan, seperti:

Inhalan : debu rumah, bulu atau serpihan kulit binatang anjing, kucing,

kuda dan spora jamur.

Ingestan : susu, telor, ikan, kacang-kacangan, dan obat-obatan tertentu.

Kontaktan : zalf kulit, logam perhiasan.

Keadaan udara : polusi, perubahan hawa mendadak, dan hawa yang

lembab.

Infeksi saluran pernafasan.

Pemakaian narkoba atau napza serta merokok.

Stres psikis termasuk emosi yang berlebihan

Stres fisik atau kelelahan

Penderita dan keluarga sebaiknya mampu mengidentifikasi hal-hal apa

saja yang memicu dan memperberat serangan asma penderita. Perlu

diingat bahwa pada beberapa pasien, faktor di atas bersifat individual

dimana antara pasien satu dan yang lainnya tidaklah sama tetapi karena hal

itu sulit untuk ditentukan secara pasti maka lebih baik untuk menghindari

faktor-faktor di atas.

3. Memahami faktor-faktor yang dapat mempercepat kesembuhan, membantu

perbaikan dan mengurangi serangan :

Menghindari makanan yang diketahui menjadi penyebab serangan

(bersifat individual).

Menghindari minum es atau makanan yang dicampur dengan es.

Page 18: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

Berhenti merokok dan penggunakan narkoba atau napza.

Menghindari kontak dengan hewan diketahui menjadi penyebab

serangan.

Berusaha menghindari polusi udara (memakai masker), udara dingin

dan lembab.

Berusaha menghindari kelelahan fisik dan psikis.

Segera berobat bila sakit panas (infeksi), apalagi bila disertai dengan

batuk dan pilek.

Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, baik obat

simptomatis maupun obat profilaksis.

Pada waktu serangan berusaha untuk makan cukup kalori dan banyak

minum air hangat guna membantu pengenceran dahak.

Manipulasi lingkungan : memakai kasur dan bantal dari busa, bertempat

di lingkungan dengan temperatur hangat.

4. Memahami kegunaan dan cara kerja dan cara pemakaian obat – obatan

yang diberikan oleh dokter :

Bronkodilator : untuk mengatasi spasme bronkus.

Steroid : untuk menghilangkan atau mengurangi peradangan.

Ekspektoran : untuk mengencerkan dan mengeluarkan dahak.

Antibiotika : untuk mengatasi infeksi, bila serangan asma dipicu adanya

infeksi saluran nafas.

5. Mampu menilai kemajuan dan kemunduran dari penyakit dan hasil

pengobatan.

6. Mengetahui kapan “self treatment” atau pengobatan mandiri harus diakhiri

dan segera mencari pertolongan dokter.

b. Fisioterapi

Page 19: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus.

Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.

c. Menghindari faktor pencetus

Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang

ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan

mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup

bagi klien.

d. Pemberian O2 bila diperlukan.

2) Terapi Farmakologis

1. Pengobatan simpatomitetik

a) Bronkodilator (obat yang melebarkan saluran napas) golongan

simpatomitetik/ adrenergic (adrenalin dan epinephrine)

Nama obat :

- Orsiprenalin (Alupent)

- Fenoterol (berotec)

- Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk

tablet,sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan:

MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk

halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma

Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec,

brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi

aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya

dihirup. Penggunaan aerosol pada dewasa dan anak diatas 4

tahun dengan dosis 2 inhalasi setiap 4-6 jam.

b) Bronkodilator golongan teofilin

Nama obat :

- Aminofilin (Amicam supp)

- Aminofilin (Euphilin Retard)

- Teofilin (Amilex)

Page 20: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik,

tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini

dikombinasikan efeknya saling memperkuat.

Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai

pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan

langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang

lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum

sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai

sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.

Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara

pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini

digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum

teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).

c) Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah

serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi

terutama anakanak. Kromalin biasanya diberikan bersama-

sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah

pemakaian satu bulan.

d) Ketofilin

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.

Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari.

Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.

e) Kortikosteroid

Sebaiknya hanya dipakai dalam keadaan pengobatan dengan

bronkodilator baik pada asma akut maupun kronis tidak

memberikan hasil yang memuaskan dan keadaan asma yang

membahayakan jiwa penderita (contoh : status asmatikus).

Dalam pemakaian jangka pendek (2-5 hari) kortikosteroid

dapat diberikan dalam dosis besar baik oral maupun parenteral,

tanpa perlu tapering off. Obat pilihan hidrocortison dan

dexamethason.

Page 21: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

f) Ekspektoran

Adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam

saluran pernafasan menjadi salah satu pemberat serangan asma,

oleh karenanya harus diencerkan dan dikeluarkan. Sebaiknya

jangan memberikan ekspektoran yang mengandung

antihistamin, diantaranya Obat Batuk Hitam (OBH), Obat

Batuk Putih (OBP), Glicseril guaiakolat (GG)

g) Antibiotik

Hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai

oleh rangsangan infeksi saluran pernafasan, yang ditandai

dengan suhu yang meninggi.

2. Pengobatan profilaksis

Pengobatan profilaksis dianggap merupakan cara pengobatan yang

paling rasional, karena sasaran obat-obat tersebut langsung pada

faktor-faktor yang menyebabkan bronkospasme. Pada umumnya

pengobatan profilaksis berlangsung dalam jangka panjang, dengan

cara kerja obat sebagai berikut :

a. Menghambat pelepasan mediator

b. Menekan hiperaktivitas bronkus

Obat profilaksis yang biasanya digunakan adalah :

a. Steroid dalam bentuk aerosol

b. Disodium Cromolyn

c. Ketotifen

d. Tranilast

7. ASUHAN KEPERAWATAN

1) PENGKAJIAN

A. Identitas Klien

Nama : Anak D

Usia : 15 tahun

Status pernikahan : Belum menikah

Page 22: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

B. Status Kesehatan Saat Ini

1. Keluhan utama : Sesak nafas disertai batuk berdahak warna putih

agak kental dan sulit dikeluarkan.

2. Lama keluhan : Sesak nafas sejak 4 hari yang lalu

3. Kualitas keluhan : -

4. Faktor pencetus : Debu

5. Faktor pemberat : Saat malam hari atau hawa dingin

6. Upaya yg. telah dilakukan : Ventolin spray (tapi masih bingung

menggunakannya)

7. Diagnosa medis :

a. Asma Bronchial

C. Riwayat Kesehatan Saat Ini

Anak D, umur 15 tahun datang dengan keluhan utama sesak nafas disertai

batuk berdahak warna putih agak kental dan sulit dikeluarkan. Klien

mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang. Sesak napas sejak 4 hari lalu

akibat debu, bertambah berat pada malam hari atau hawa dingin. Klien juga

mengeluh sering terbangun tengah malam hari. Sesak berulang berlangsung

sejak 1 tahun yang lalu.

D. Riwayat Lingkungan

Lingkungan sekitar berdebu

E. Pola Tidur- Istirahat

Sering terbangun tengah malam hari.

F. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum: klien sesak nafas disertai batuk putih agak kental dan

sulit dikeluarkan. Klien cemas dengan kondisinya sekarang. Sesak sejak 4

hari yang lalu akibat debu,bertambah berat pada malam hari atau hawa

dingin. Klien mengeluh sering terbangun tengah malam.

Kesadaran: Compos mentis

Tanda-tanda vital:

- Tekanan darah : 120/80 mmHg - Suhu : -

- Nadi : 120x/menit - RR : 40 x/menit

Tinggi badan: - cm Berat Badan: - kg

Page 23: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

2. Kepala dan Leher

Mata : tidak ada kontak mata

Hidung : nafas cuping hidung (+)

3. Thorak dan Dada

Paru :

- Inspeksi : tampak sesak

- Auskultasi : wheezing di seluruh lapang paru

G. Hasil Pemeriksaan Penunjang : -

H. Terapi : Penggunaan ventolin spray (tapi masih bingung

menggunakannya).

I. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya : Klien cemas dengan kondisinya

sekarang.

2) ANALISIS DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

KEPERAWATAN

DS :

- sesak nafas disertai

batuk berdahak warna

putih agak kental dan

sulit dikeluarkan.

- Sesak nafas sejak 4

hari yang lalu.

DO :

- Wheezing di seluruh

lapang paru.

Faktor pencetus asma

Pengaktifan respon imun

Pengaktifan mediator kimiawi Histamine, serotonin,kinin

Bronkospasme, edema mukosa, Sekresi, inflamasi

Penyempitan jalan napas

Serangan paroksimal

Dispnea, wheezing, batuk sputum

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Ketidakefektifan

bersihan jalan

napas

Page 24: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

DS :

- sesak nafas disertai

batuk berdahak warna

putih agak kental dan

sulit dikeluarkan.

- Sesak nafas sejak 4

hari yang lalu.

- Sesak berulang

berlangsung sejak 1

tahun yang lalu

DO :

- Tampak sesak

- RR : 40x/menit

- Nafas cuping hidung

(+)

Faktor pencetus asma

Pengaktifan respon imun

Pengaktifan mediator kimiawi Histamine, serotonin,kinin

Bronkospasme, edema mukosa, Sekresi, inflamasi

Penyempitan jalan napas

Ketidakefektifan pola napas

Ketidakefektifan

pola napas

DS :

- Klien mengatakan

cemas dengan

kondisinya sekarang.

DO :

- Tidak ada kontak mata

- Tampak cemas

- N : 120x/menit

Faktor pencetus asma

Hipereaktivitas bronkus, edema mukosa dan dinding bronkus, hipersekresi mukus

Peningkatan usaha & frekuensi pernapasan, penggunaan otot

bantu pernapasan

Keluhan psikososial, kecemasan, ketidaktahuan ttg

asma

Ansietas (cemas)

Ansietas

DS :

- Klien mengatakan

punya Ventolin spray

tapi masih bingung

Faktor pencetus asma

Hipereaktivitas bronkus, edema mukosa dan dinding bronkus, hipersekresi mukus

Defisit

pengetahuan

Page 25: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

menggunakan.

DO : - Peningkatan usaha & frekuensi pernapasan, penggunaan otot

bantu pernapasan

Keluhan psikososial, kecemasan, ketidaktahuan ttg

asma

Kurang pengetahuan

3) DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas

2. Ketidakefektifan pola napas

3. Ansietas

4. Defisit pengetahuan

4) INTERVENSI

1. Diagnosa 1

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Tujuan : Pencapaian bersihan jalan nafas klien dan kepatenan jalan napas

dalam waktu 1x 24 jam setelah diberikan intervensi.

Kriteria hasil :

- Klien mampu melakukan batuk efektif

- Irama nafas klien kembali normal

- Pergerakan sputum keluar dari jalan napas

- Klien bebas dari bunyi nafas tambahan

Intervensi Rasional

Mandiri

- Auskultasi bunyi nafas, catat

adanya bunyi nafas, mis :

mengi, ronchi, krekels.

Beberapa derajat spasme bronchus

terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan

dapat/ tak dimanifestasikan adanya

bunyi nafas adventisius. Mis : tak

adanya bunyi nafas (pada asma berat)

- Kaji / pantau frekwensi Takipnea biasanya ada pada beberapa

Page 26: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

pernafasan catat rasio inspirasi/

ekspirasi.

derajat dan dapat ditemukan pada

penerimaan atau selama stress.

Pernafasan dapat melambat dan

frekuensi ekspirasi memanjang di

banding inspirasi.

- Kaji pasien untuk posisi yang

nyaman, mis : peniggian kepala

tempat tidur, duduk pada

sandaran tempat tidur.

Peningian kepala tempat tidur

mempermudah fungsi pernafasan

dengan mengggunakan gravitasi, serta

membantu menurunkan kelemahan otot

dan dapat sebagai alat ekspansi dada.

- Pertahankan polusi lingkungan

seminimal mungkin, mis : debu,

asap, dan bulu bantal yang

berhubungan dengan kondisi

individu.

Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan

yang dapat mentriger episode akut.

- Pertahankan intake cairan

sedikitnya 2500ml/hari sesuai

toleransi jantung, terutama air

hangat, anjurkan masukan

cairan antara, sebagai pengganti

makan.

Hidrasi membantu menurunkan

kekentalan sekret dan mempermudah

pengeluarannya. Penggunaan air hangat

dapat menurunkan spasme bronchus.

Cairan selama makan dapat

meningkatkan distensi gaster dan

tekanan pada diafragma.

Kolaborasi

- Berikan obat sesuai indikasi:

a. bronchodilator

b. steroid

a. Bronkhodilator merileksasi otot halus

dan menutunkan kongesti lokal,

menurunkan spasme jalan nafas, mengi

dan produksi mukosa.

b. Steroid/ kortikosteroid digunakan

untuk mencegah reaksi alergi /

menghambat pengeluaran histamin,

menurunkan berat dan frekuensi

Page 27: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

c. analgesic & antitusif

d. humidifikasi tambahan

spasme jalan nafas, inflamasi

pernafasan dan dispnea .

c. Analgesik ,antitusif : batuk menetap

yang melelahkan perlu ditekan untuk

menghemat energi dan memungkinkan

pasien istirahat.

d. Humidifikasi tambahan : kelembaban

menurunkan kekentalan secret

mempermudah pengeluaran dan dapat

membantu menurunkan / mencegah

pembentukan mukosa tebal pada

bronkhus.

2. Diagnosa 2

Ketidakefektifan pola napas

Tujuan : perbaikan pola napas klien dalam waktu 2x 24 jam setelah

diberikan intervensi.

Kriteria hasil :

- Irama, frekuensi, kedalaman pernapasan kembali normal

- RR normal (18-10x/menit)

- Klien dapat bernapas dengan nyaman/ sesak napas berkurang

- Pernapasan klien tanpa ada penggunaaan otot bantu pernapasan (cuping

hidung)

Intervensi Rasional

Mandiri

- Kaji fungsi pernapasan, catat

kecepatan pernapasan, dispnea,

sianosis, perubahan TTV. Serta

catat pula mengenai penggunaan

otot bantu pernapasan

Distress pernapasan dan perubahan

TTV terjadi sebagai akibat stres

fisiologi. Penggunaan otot bantu

pernapasan menandakan kondisi

penyakit yang masih dalam penanganan

penuh.

- Auskultasi bunyi napas Bunyi napas dapat turun pada seluruh

area paru pada area kolaps.

Page 28: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

- Berikan posisi fowler/semi

fowler, bantu latihan napas

dalam dan batuk efektif

Memaksimalkan ekspansi paru dan

menurunkan upaya bernapas.

- Pertahankan polusi lingkungan

seminimal mungkin, mis : debu,

asap, dan bulu bantal yang

berhubungan dengan kondisi

individu.

Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan

yang dapat mentriger episode akut.

- Dorong atau bantu latihan napas

abdomen atau bibir.

Memberi pasien beberapa cara untuk

mengatasi dan mengontrol dispnea dan

menurunkan jebakan udara.

Kolaborasi

- Bronkodilator

- Agen mukolitik

- Steroid oral/ IV

• Memperlebar saluran udara

pernapasan

• Mengencerkan secret di saluran

pernapasan yang terlalu kental

• Mencegah reaksi alergi/

menghambat pengeluaran

histamine, menurunkan berat

dan frekuensi spasme, inflamasi

pernapasan dan dispnea.

3. Diagnosa 3

Ansietas

Tujuan : Setelah diberikan edukasi tentang asma klien mampu memahami

dan menerima keadaannya sehingga tidak terjadi kecemasan.

Kriteria hasil :

- Klien terlihat mampu bernafas secara normal dan mampu beradaptasi

dengan keadaannya.

- Respon nonverbal klien tampak lebih rileks dan santai.

Page 29: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

Intervensi Rasional

- Bantu dalam mengidentifikasi

sumber koping yang ada

Pemanfaatan sumber koping yang ada

secara konstruktif sangat bermanfaat

dalam mengatasi cemas

- Berikan edukasi terkait asma

(juga tentang penggunaan

ventolin spray saat asma

kambuh)

Edukasi diharapkan dapat mengurangi

cemas klien, klien jadi mengerti apa

yang harus ia lakukan saat asma

kambuh

- Ajarkan teknik relaksasi Mengurangi ketegangan otot dan

kecemasan

- Pertahankan hubungan saling

percaya antara perawat dan klien

Hubungan saling percaya membantu

memperlancar proses terapeutik

4. Diagnosa 4

Defisit pengetahuan

Tujuan : Pengetahuan klien tentang hal-hal yang berkaitan dengan

penyakitnya meningkat.

Kriteria hasil :

- Klien menyatakan pemahaman akan kondisi / proses penyakit dan

pengobatannya.

- Klien mengidentifikasi hubungan tanda-tanda/ gejala dengan proses

penyakit dan hubungannya dengan faktor penyebab.

- Klien memulai perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam tindakan

pengobatan.

Intervensi Rasional

- Terangkan / ulangi penjelasan

tentang proses penyakit.

Dorong pasien dan keluarga

untuk bertanya tentang hal-hal

yang belum jelas.

Menurunkan ansietas dan dapat

menimbulkan perbaikan partisipasi pada

rencana pengobatan.

Page 30: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

- Jelaskan rasionalisasi dari

latihan pernafasan sebagai

latihan yang baik untuk

diteruskan.

Nafas bibir dan nafas abdominal/

diafragmatik menguatkan otot pernafasan,

membantu meminimalkan kolaps jalan

nafas kecil, dan memberikan individu cara

untuk mengontrol dispnea.

- Diskusikan obat- obatan

pernafasan yang digunakan,

efek samping serta reaksi yang

mungkin timbul.

Pasien sering mendapat obat pernafasan

banyak sekaligus yang mempunyai efek

samping hampir sama dan potensial terjadi

interaksi obat yang patologis. Penting bagi

pasien untuk memahami perbedaan antara

efek samping mengganggu (obat

dilanjutkan) dan efek samping merugikan

(obat mungkin diganti/dihentikan).

- Diskusikan faktor-faktor yang

dapat memperbaiki kondisi

pasien seperti udara lembab,

angin, temperatur lingkungan

yang ekstrim, asap rokok,

aerosol, polusi udara.

Faktor lingkungan ini dapat

memperburuk/menimbulkan/meninggalkan

iritasi bronchial menimbulkan peningkatan

produksi secret dan hambatan jalan nafas.

- Berikan informasi tentang

bahayanya merokok pada

paru-paru dan anjurkan pasien

untuk tidak merokok.

Penghentian merokok dapat menghambat/

mengurangi keparahan asma.

- Dorong pasien / keluarga

untuk mengeksplorasi cara-

cara mengontrol faktor

penyebab yang dapat

memperburuk kondisi pasien

didalam dan disekitar rumah.

Agar dapat meminimalisasi / menggurangi

invasi dari factor penyebab yang dapat

memperburuk kondisi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Page 31: Laporan Pbl Asma Bronchial - Kelompok 2

Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1,

EGC, Jakarta.

Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8. Vol.3, Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. EGC,

Jakarta.

Muchid, dkk. (2007, September). Pharmaceutical care untuk penyakit asma.

Diakses 08 Maret 2012 dari Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik

Depkes RI:

http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical/ASMA.pdf

Muttaqin, Arif.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.

2008. Jakarata : Salemba Medika.

Nanda Internasional. Diagnosis Keperwatan 2009- 2011. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Tanjung, D. (2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses 08 Maret 2012

dari USU digital library: http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-

dudut2.pdf